mandiri blok ipt skenario 1

6
Amorrita Puspita Ratu (1102013023) Blok Infeksi dan Penyakit Tropik – Skenario 1: Demam di Sore Hari LI 1. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Salmonella LO 1.1 Definisi Bakteri Salmonella Salmonella adalah bakteri yang dapat menyebabkan masalah dari distres lambung ringan sampai berat, kadang kala fatal, keracunan makanan. Bakteri salmonella dapat ditemukan pada daging ayam mentah dan daging unggas lainnya. Salmonella sp. Berkembang biak dengan baik pada suhu di atas 24 0 C, terhambat perkembangannya pada suhu 10 0 C, dan tidak berkembang sama sekali pada suhu di bawah 5 0 C. (Curtis, Glade B. 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan) (Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius) LO 1.2 Klasifikasi Bakteri Salmonella Klasifikasi Salmonella sp. Telah menjadi perdebatan di antara para ahli selama bertahun-tahun. Berdasarkan nomenklatur yang disusun tahun 1996, Genus Salmonella hanya dibagi menjadi 2 spesies, yakni S. enterica dan S. bongori. S. enterica dibagi menjadi 6 subspesies, yakni: enterica, salamae, arizonae, diarizonae, houtanae, dan indica. Menurut klasifikasi Kauffmann-White, yang didasarkan atas antigen somatik “O” dan antigen flagella “H” ditemukan sekitar 2.000 serotipe di dunia. Berdasarkan spesifitas induk semang, serotipe yang ada dikelompokkan menjadi: 1. S. typhi, S. paratyphi A, B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia. 2. S. dublin (sapi), S. cholera suis (babi), S. gallinarum dan S. pullorum (unggas), S. abortus equi (kuda), dan S. abortus ovis (domba). Salmonella sp. Yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.

Upload: amorrita-puspita-ratu

Post on 25-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Mandiri ipt sk 1

TRANSCRIPT

Page 1: Mandiri Blok IPT Skenario 1

Amorrita Puspita Ratu (1102013023)

Blok Infeksi dan Penyakit Tropik – Skenario 1: Demam di Sore Hari

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Salmonella

LO 1.1 Definisi Bakteri Salmonella

Salmonella adalah bakteri yang dapat menyebabkan masalah dari distres lambung ringan sampai berat, kadang kala fatal, keracunan makanan. Bakteri salmonella dapat ditemukan pada daging ayam mentah dan daging unggas lainnya. Salmonella sp. Berkembang biak dengan baik pada suhu di atas 240 C, terhambat perkembangannya pada suhu 100 C, dan tidak berkembang sama sekali pada suhu di bawah 50 C.

(Curtis, Glade B. 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan)

(Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius)

LO 1.2 Klasifikasi Bakteri Salmonella

Klasifikasi Salmonella sp. Telah menjadi perdebatan di antara para ahli selama bertahun-tahun. Berdasarkan nomenklatur yang disusun tahun 1996, Genus Salmonella hanya dibagi menjadi 2 spesies, yakni S. enterica dan S. bongori. S. enterica dibagi menjadi 6 subspesies, yakni: enterica, salamae, arizonae, diarizonae, houtanae, dan indica. Menurut klasifikasi Kauffmann-White, yang didasarkan atas antigen somatik “O” dan antigen flagella “H” ditemukan sekitar 2.000 serotipe di dunia. Berdasarkan spesifitas induk semang, serotipe yang ada dikelompokkan menjadi:

1. S. typhi, S. paratyphi A, B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia.

2. S. dublin (sapi), S. cholera suis (babi), S. gallinarum dan S. pullorum (unggas), S. abortus equi (kuda), dan S. abortus ovis (domba). Salmonella sp. Yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.

(Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius)

LO 1.3 Morfologi Bakteri Salmonella

Salmonella typhi berbentuk batang (basil), tidak berspora, dan bersifat negatif pada pewarnaan Gram. Ukuran Salmonella bervariasi sekitar 1-3,5 mikrom x 0,5-0,8 mikrom, sedangkan besar koloninya rata-rata 2-4 mm. Salmonella tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-410 C (suhu pertumbuhan optimal 37,50 C) dan pH pertumbuhan 6-8. Ia mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu.

1. Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakardia dinding sel dan terdiri dari unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakardia O-spesifik mengandung gula yang unik. Antigen O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM.

Page 2: Mandiri Blok IPT Skenario 1

2. Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang lainnya merupakan protein. Antigen K dapat menganggu aglutinasi dengan antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik.

3. Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan alkohol. Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi antigen O.

(http://www.kesehatanmasyarakat.info/?p=476 diakses pada 24 Maret 2014, pukul 19:24 WIB)

LO 1.4 Siklus Hidup Bakteri Salmonella

Manusia makan makanan yang terdapat bakteri Salmonella thypi – masuk ke pencernaan – S. typhi menyerang dinding usus – kerusakan dan peradangan dinding usus – infeksi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus – racun yang diproduksi dan dikeluarkan bakteri mempengaruhi keseimbangan tubuh – terdapat bakteri S. typhi pada feses.

(http://www.kesehatanmasyarakat.info/?p=476 diakses pada 24 Maret 2014, pukul 19:34 WIB)

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Demam

LO 2.1 Definisi Demam

Demam adalah peningkatan abnormal suhu badan rektal minimal 380 C. Demam merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, bukan suatu penyakit, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

(Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik, E/3. Jakarta: EGC)

LO 2.2 Klasifikasi Demam

Demam dapat persisten, intermiten, remiten atau kumat-kumatan (relapsing).

1. Demam persiten (sustained fever)Merupakan keadaan demam di mana kenaikan suhunya menetap (persisten) dengan variasi yang minimal.

2. Demam intermitenTerdapat variasi yang berlebihan dari irama sirkadian yang normal; kalau variasi ini sangat luas, demam tersebut dinamakan hektik atau septik. Kalau demam hektik terjadi setiap hari, istilah quotidian kadang-kadang digunakan.

3. Demam remitenSuhu tubuh menurun setiap hari tapi tidak pernah mencapai nilai normal; merupakan demam yang khas untuk penyakit tuberkulosis, penyakit vitus, banyak infeksi bakteri dan berbagai keadaan noninfeksius yang menyebabkan demam.

4. Demam kumat-kumatan (relapsing)Tiap-tiap serangan demam dipisahkan oleh interval suhu normal; kalau serangan demam terjadi pada hari pertama dan ketiga, keadaan demam tersebut dinamakan

Page 3: Mandiri Blok IPT Skenario 1

tertian (contohnya disebabkan oleh Plasmodium vivax). Demam quartan berkaitan dengan serangan demam pada hari pertama dan keempat, dan terlihat pada infeksi P. Malariae.

(Isselbacher. 1999. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC)

LO 2.3 Patofisiologi Demam

Termoregulator yang terganggu menyebabkan peningkatan produksi panas dan penurunan pengeluaran panas.

(Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik, E/3. Jakarta: EGC)

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Demam Typhoid

LO 3.1 Definisi Demam Typhoid

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi, yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan yang masih perlu mendapatkan perhatian. WHO memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya, yaitu sekitar 3,5% dari seluruh kasus yang ada.

(Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)

LO 3.2 Etiologi Demam Typhoid

Kuman penyebabnya ialah Salmonella typhi yang memasuki tubuh melalui mulut dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Singkatnya kuman ini terdapat dalam tinja, kemih, atau darah. Masa inkubasinya sekitar 10 hari.

(Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)

LO 3.3 Patofisiologi Demam Typhoid

Manusia dapat terinfeksi tifoid setelah memakan atau meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran (feses) atau air seni (urin) yang tercemar Salmonella typhi. Sumber penularan penyakit adalah penderita yang aktif mengeluarkan Salmonella typhi dalam kotoran (feses) dan air seninya, baik pada saat sedang sakit maupun pada fase penyembuhan. Selain itu, sebanyak 3% - 5% penderita akan menjadi carrier (pembawa kuman).

(Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)

LO 3.4 Manifestasi Klinis Demam Typhoid

Penyakit ini ditandai dengan demam lebih dari 7 hari (bila tidak segera diobati), ganguan pola buang air besar, mual, tidak mau makan, sakit kepala, pusing, badan dan persendian ngilu-ngilu. Bisa disertai batuk pilek. Gangguan pencernaan timbul berupa rasa tidak nyaman di perut, mual-muntah, diare sampai susah buang air besar. Keterlambatan pengobatan

Page 4: Mandiri Blok IPT Skenario 1

(terutama 2 – 3 minggu tanpa pengobatan) dapat menyebabkan komplikasi, seperti: perdarahan usus, kebocoran usus, kelumpuhan usus, atau radang pankreas.

(Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)

LO 3.5 Pemeriksaan Demam Typhoid

Diagnosis demam tifoid ditegakkan berdasarkan gejala klinis di atas, disertai pemeriksaan klinis yang didapatkan dari suhu tubuh yang tinggi, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa. Pemeriksaan yang sering digunakan untuk menegakkan diagosis demam tifoid adalah uji widal, IDL TUBEX Typidot dan Typidot M. Hasil dari ketiga pemeriksaan ini dapat diperoleh dalam beberapa menit sampai beberapa jam, dengan tujuan untuk menilai antibodi terhadap Salmonella typhi. Namun, untuk memastikan adanya demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan biakan darah, biakan feses atau urin.

(Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)

LO 3.6 Tatalaksana Demam Typhoid

Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit agar dapat beristirahat secara lebih baik. Pemberian makanan dimulai dengan bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi. Tahap pemberian ini dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, karena banyak pendapat mengatakan bahwa usus perlu diistirahatkan. Untuk membunuh kuman tifoid diperlukan pemberian antibiotik.

(Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)

LO 3.7 Epidemiologi Demam Typhoid

Di Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit endemik (penyakit yang selalu ada di masyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil) dan termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6, tahun 1962, tentang wabah. Angka kejadian demam tifoid bervariasi di setiap daerah. Hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai dan sanitasi lingkungan yang buruk serta pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.

(Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius)