makalah osteomilitis print

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum. Osteomielitis biasa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus infeksi di tempat lain (mis.tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Staphylococus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi 1

Upload: alfie-rahmah

Post on 30-Dec-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Osteomilitis Print

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu

jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus,

dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan

alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka

kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan

penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem

muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya

bahkan membahayakan jiwa.

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan

daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan

terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum.

Osteomielitis biasa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui

darah) dari focus infeksi di tempat lain (mis.tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi

terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Staphylococus aureus merupakan penyebab

70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering

dijumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas, dan Escherichia coli.

Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram

negative dan anaerobic.

Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di

mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi darah, kemungkinan akibat

trauma subklinis. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah

mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, dan penderita diabetes. Selain

itu, pasien yang menderita arthritis rheumatoid, telah dirawat lama di rumah sakit,

mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi

sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang

menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,

1

Page 2: Makalah Osteomilitis Print

mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan

evakuasi hematoma pascaoperasi.

Pada daerah tropis Afrika, abses, pyomyotis, dan osteomyelitis sering

dijumpai pada anak yang terkena infeksi pasca pembedahan. Dan insiden

meningkat terkait dengan malnutrisi atau imunosupresi berhubungan dengan

infeksi parasit. Infeksi bedah khususnya osteomielitis kronis adalah beban yang

signifikan pada pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana pelaksanaan

Asuhan Keperawatan pada pasien osteomielitis

 

C.  Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu Melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus

Osteomielitis

2. Tujuan Khusus

a.    Agar mahasiswa dapat memahami konsep penyakit Osteomielitis (definisi,

etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, pencegahan)

b.    Melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan penyakit Osteomielitis.

c.    Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan

penyakit Osteomielitis

d.  Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit

Osteomielitis

e.    Melaksanakan implementasi pada klien dengan penyakit Osteomielitis

f.     Membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan penyakit Osteomielitis

2

Page 3: Makalah Osteomilitis Print

BAB II

ISI

A. Anatomi dan Fisiologi

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi

mereka masih punya stuktur yang sama. Lapisan yang paling luar di sebut

periosteum dimana terdapat pembuluh darah saraf. Lapisan dibawah periosterium

mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharfeyks, yang masuk

ketulang di sebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga

disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun

dalam unit struktural yang disebut sistem Haversian.

Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut lamellae, ruangan sempit

antara lamellae disebut lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan kanalikuli.

Tiap sepanjang tulang panjang dan didalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf

yang masuk ke tulang melalui kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang

mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang.

Lapisan tengah tulang merupakan akhir akhir dari sistem Haversian, yang

didalamnya Trabekulae (batang) dari tulang. Trabekulae ini terlihat seperti spon

tapi kuat sehingga disebut tulang spon yang didalamnya terdapat bone marrow

yang membentuk sel-sel darah merah yang memproduksi sel darah merah melalui

proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lunak

dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom

(FES).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu : osteoblast, osteosit, dan osteoklast.

Osteoblast merupakan  sel pembentuk tulang yang berada dibawah tulang baru.

Osteosit adalah oateoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel

penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang

tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks.

3

Page 4: Makalah Osteomilitis Print

Matriks ini dibentuk  oleh benang kolagen, protein, krbohidrat, mineral, dan

substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,

oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang dengan pembuluh darah. Selain

itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang

menyebabkan tulang keras. Sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200-400

ml/menit melalui proses vaskularisasi tulang.

Tulang panjang adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana

ujungnya bundar dan sering menahan beban berat. Tulang panjang terdiri atas

epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung

tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan

sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung dan mempermudah

pergerakkan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin.

Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan

struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang

antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang

selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang sedangkan

rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis ( Black, J.M, et al, 1993).

B. Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan

daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan

terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum

(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat

menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau

mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang

yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus

influensae (Depkes RI, 1995). Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito,

1990). Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang

disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

4

Page 5: Makalah Osteomilitis Print

Secara sederhana osteomielitis dapat dibedakan menjadi osteomielitis akut

dan osteomielitis kronis. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika,

ditemukan sekitar 25% osteomielitis akut berlanjut menjadi osteomielitis kronis.

C. Etiologi

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari

fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi,

infeksi saluran napas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya

terjadi di tempat di mana terdapat trauma di mana terdapat resistensi rendah,

kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan

lunak (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau

kontaminasi langsung tulang (misalnya fraktur terbuka, cedera traumatik seperti

luka tembak, pembedahan tulang).

Faktor predisposisi

Fraktur komplet, infeksi gigi (rahang), pascaoperasi (sternum), infeksi

jaringan lunak (ulkus dekubitus-sakrum)

Penyakit sel sabit, implan logam, diabetes melitus (kaki), penyakit

vaskular perifer (kaki).

Mikrobiologis

Staphylococcus aureus 70% – 80 %, streptococcus pyogenes, Haemophilis

influenza (tipe b), Salmonella typhi, Salmonella lainnya, Pseudomonas

aeruginosa, anaerob.

Mycobacterium tuberculosis, aktinomikosis, penyakit hidatid.

D. Klasifikasi

Osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam yaitu:

1. Osteomielitis Primer

5

Page 6: Makalah Osteomilitis Print

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus

ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur

dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1.   Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau

sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada

anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi

dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen). Manifestasi klinis

osteomilitis akut meliputi :

Nyeri daerah lesi

Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

Pembengkakan lokal

Kemerahan

Suhu raba hangat

Gangguan fungsi

Lab = anemia, leukositosis

Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis

hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari

daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi

yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat

dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta

pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut

mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.

b.    Osteomielitis direk

6

Page 7: Makalah Osteomilitis Print

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat

trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang

sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang

menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.

Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan

melibatkan banyak jenis organisme. 

2.   Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau

sejak penyakit pendahulu timbul.

3.   Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama

atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis

biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau

trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada

tulang yang fraktur. Manifestasi klinis Osteomielitis kronis meliputi :

Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri

Gejala-gejala umum tidak ada

Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur

Lab = LED meningkat

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang

paling sering :

1. Staphylococcus (orang dewasa)

2. Streplococcus (anak-anak)

3. Pneumococcus dan Gonococcus

Vertebral Osteomielitis

Vertebral osteomyelitis (disebut juga osteomielitis tulang belakang,

spondylodiskitis, septic diskitis, atau disk-space infection) mungkin dapat bersifat

akut (yaitu berkembang selama beberapa hari atau minggu) atau subakut atau

kronis (yaitu yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum

diberikan antimikroba). Insiden oateomyelitis vertebral diperkirakan 2,4 kasus per

7

Page 8: Makalah Osteomilitis Print

100.000 penduduk, insiden meningkat seiring bertambahnya usia (dari 0,3 per

100.000 antara orang-orang muda dari 20 tahun dan untuk 6,5 per 100.000

penduduk diantara orang tua dari 70 tahun).

Osteomielitis neonatus

Infeksi tulang pada golongan usia ini dengan cepat melewati epiphyseal

plate dan menghancurkan sendi yang berdekatan. Karena itu terapi antibiotika

harus segera diberikan. Sulitnya, osteomielitis neonatus ditandai dengan

sedikitnya atau bahkan tiadanya gejala sistemik. Jadi, diagnosis harus ditegakkan

dari gejala lokal saja, seperti edema, gerak anggota badan yang berkurang, dan

efusi sendi yang berdekatan yang dikumpai pada 60-70% kasus. Penyebab yang

sering dijumpai ialah streptococcus Group B, S. aureus dan Escherichia coli.

Gambaran yang tidak-biasa pada infeksi S. aureus dan E. coli ialah terserangnya

beberapa tulang, cepatnya timbul gambaran litik dan reaktif pada foto sinar

roentgen, dan kecenderungan menyerang bayi dengan risiko tinggi (ibunya

menderita komplikasi dalam kehamilan atau persalinannya). Gambaran ini

berbeda dengan osteomielitis yang disebabkan oleh streptococcus Group B, yang

cenderung mengenai bayi yang sehat, dan menyerang satu tulang pada anggota

badan bagian atas .

Penyebab infeksi yang lain yang jarang, ialah fetal monitoring

(menyebabkan osteomielitis pada tengkorak) dan tusukan berulang-ulang pada

tumit untuk keperluan medik ( menyebabkanosteomiehtis calcaneus).

Lokasi yang tidak-biasa

Lesi pada tempat yang tidak-biasa kadang kala menimbulkan kesulitan

dalam diagnosis. Osteomiehtis hematogen pada anak dapat menyerang tulang

pelvis dan menimbulkan anomali pada gerakan badan, nyeri pada abduksi, atau

bahkan nyeri perut sebagai satu-satunya gejala. Infeksi sendi sternoclavicular

dilaporkan terjadi pada pecandu-pencandu obat serta pasien yang dimasuki alat-

alat intravena. Osteomielitis pada iga, tempat yang jarang, secara klinik sulit

dibedakan dengan gejala tumor, sehingga perlu biopsi tulang. Pada pasien-pasien

yang mengalami hemodialisis lama, osteomielitis praktis tak bisa dibedakan dari

8

Page 9: Makalah Osteomilitis Print

osteodistropi yang sering menyertainya, kecuali adanya serangan-serangan

demam sekali-kali. Akhirnya, trauma tusukan pada kaki kadang-kadang

menyebabkan osteomielitis pada calcaneus, dengan organisme Pseudomonas

aeruginosa sebagai penyebab sebagian besar kasus.

Teknik pemeriksaan invasif sering bertanggung jawab atas terjadinya

osteomielitis di tempat-tempat yang tidak biasa.

Osteomielitis piogenik vertebra

Tambahnya kesadaran akan seringnya penyakit ini, dalam 10 tahun ini,

banyak menambah pengertian kita akan gambaran penyakit ini. Tulang pipih yang

penuh vaskularisasi, dekat dengan tulang rawan, mungkin merupakan tempat

pertama bila ada infeksi hematogen. Tapi sekali sekali dapat juga akibat

penjalaran langsung dari suatu fokus (abses retrofaringeal) atau kontaminasi

langsung (diskektomi). Meskipun kadang-kadang menyerang anak-anak, biasanya

penyakit ini mengenai orang dewasa, berusia antara 60-70 tahun, dan sering

menyerang dua bidang tulang yang berdekatan serta diskus intervertebral yang

bersangkutan. Penjalaran dapat terjadi secara longitudinal ke tulang vertebra

lainnya, ke anterior menyebabkan abses paraspinal, ke posterior menyebabkan

abses epidural yang dapat mengakibatkan paraplegia dan meningitis. Sumber

primer penjalaran hematogen dapat diketahui pada 40% kasus, yang tersering

yaitu berturut-tutur infeksi traktus genitourinarius, kulit, dan saluran nafas.

Meskipun setiap spesies bakteri dapat menyebabkannya, organisme penyebab

tersering ialah berturut-turut S. Aureus dan Enterobacteriaccae. Pesudomonas

aeruginosa, serratia, dan candida, meskipun sering pada pecandu heroin, tidak

ditemukan pada kasus ini. Jadi, dengan demikian kita dapat memperkirakan

antihiotika yang tepat untuk pasien, sebelum hasil biakan diketahui.

Demam, nyeri pinggang, dan kaku pinggang merupakan keluhan utama .

Pada keadaan ini kelainan vertebra tidak tampak pada radiologi sebelum penyakit

berkembang 2–8 minggu. Sebaliknya, hilangnya perubahan radiologik itu juga

perlahan-lahan. Perubahan mungkin masih terlihat setelah 6 minggn pengobatan

antibiotika dan pasien telah asimtomattik. Biopsi jarum di sini sangat bermanfaat

9

Page 10: Makalah Osteomilitis Print

untuk diagnostik. Tapi bila hasilnya negatif, dianjurkan biopsi terbuka.

Osteomielitis vertebra dapat disembuhkan dengan antibiotika tanpa pembedahan,

asalkan diagnosis ditegakkan dengan cermat. Sayangnya, lamanya terapi masih

belum diketahui dengan pasti. Menurut pengalaman penulis enam minggu

pemberian antibiotika parenteral hanya menyebabkan satu relaps dari 20 kasus.

Debridement dan pencangkokan tnlang diindikasikan bila ada destruksi luas

corpus vertebra dengan sequestra dan pembentukan abses, tanda-tanda kompresi

sumsum tulang belakang, dan kemungkinan kumatnya penyakit. Pendekatan

anterior yang dipopulerkan oleh Hodgson merupakan metoda yang dianjurkan

untuk kasus itu.

Pasien dengan osteomielitis tulang servikal biasanya mengeluh tortikolir

dan sedikit demam. Mereka sering dipulangkan tanpa didiagnosis atau bahkan

dikirim ke psikiater. Jadi, bila ada demam yang membandel serta tortikohs,

terutama setelah pembuangan corpus alienum dari farings . harus dipikirkan

kemungkinan osteomielitis servikal.

Tuberkulosis vertebra

Terapi kombinasi INH dan PAS selama 18 bulan menghasilkan angka

penyembuhan 90%. Angka penyembuhan itu sama saja meskipun pada awal

terapi diberi tambahan streptomisin selama tiga bulan. Hasil penyembuhan juga

sama saja apakah pasien boleh berjalan-jalan atau harus tirah-baring (bed rest)

selama 6 bulan: apakah mereka diberi jaket gips atau tidak juga sama hasilnya.

Debridement bedah untuk membuang kiju dan sequestra juga tidak lebih

menolong dibandingkan kemoterapi saja. Tapi operasi radikal dengan eksisi fokus

tuberkulosis dan pencangkokan tulang autologous relatif lebih menguntungkan.

Fusi anterior memberikan hasil yang lebih baik daripada debridement.

Keuntungan operasi radikal ini tidak banyak, maka tidak dianjurkan dilakukan

pada awal perjalanan penyakit, kecuali bila ada perluasan penyakit selama

kemoterapi, pembentukan lesi yang tak-stabil, dan timbulnya abses para-vertebral.

Ada tidaknya keuntungan pembedahan pada kompresi sumsum tulang masih

diperdebatkan.

10

Page 11: Makalah Osteomilitis Print

Peradangan ruang diskus intervertebral pada anak

Sindroma klinik ini ditemukan pada anak berusia sekitar 6 tahun, ditandai

dengan nyeri punggung, tak mau berjalan, sedikit demam, dan laju endap darah

meningkat. Secara klinik gejalanya sama dengan osteomielitis piogenik vertebra

pada anak-anak. Bedanya, secara khas biakan negatif. Perjalanan penyakitnya

benigna. Penyembuhan sempurna dengan atau tanpa skierosis terjadi setelah 3-4

bulan. Sindroma ini berbeda dengan penyakit Scheuermann yang menyerang

kelompok anak usia lebih tua dan tidak menimbulkan gejala sistemik. Anak

dengau gejala ini dianjurkan untuk menjalani biopsi diskus. Bila biakan positif,

mereka harus mendapat pengobatan antibiotika penuh, seperti pada pengobatan

osteomielitis vertebra.

Osteomielitis post-trauma dan post-operasi

Osteomielitis yang muncul pada tempat berdekatan dengan fokus infeksi

akibat trauma atau pembedahan masih merupakan masalah diagnostik dan

terapeutik. Infeksi yang muncul segera setelah fiksasi internal atau penggantian

sendi dapat dikenal secara klinik. Tapi infeksi yang munculnya lambat dapat

merupakan masalah diagnostik. Nyeri yang terus menerus sering merupakan tanda

satu-satunya. Bahkan tanda yang dramatik seperti lepasnya prostesis kadang-

kadang hanya akibat kegagalan mekanik. Bila diagnosis infeksi-dalam (deep

infection) dipertimbangkan, biasanya diperlukan prosedur invasif untuk

memastikannya. Jadi, non-union selalu memerlukan revisi dan diagnosis yang

tepat dapat diperoleh waktu pembedahan. Kegagalan penggantian prostetik

menunjukkan diperlukannya rencana yang lebih teliti sebelum pembedahan;

kendurnya kedua komponen dalam penggantian sendi total menunjukkan adanya

infeksi, meskipun belum ada tanda radiologik yang nyata. Aspirasi sendi yang

dilakukan dalam keadaan yang benar-benar aseptik, dapat membantu diagnosis.

Sedang pemeriksaan bakteriogik terhadap bahan yang diambil pada pembedahan

biasanya memastikan diagnosis.

11

Page 12: Makalah Osteomilitis Print

E. Patofisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi

tulang. Organisme patogenik lainnya yang sehingga dijumpai pada osteomielitis

melalui Proteus, Pseudomonas, dan Escherichia coli. Terdapat peningkatan

insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3

bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan

penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium

2) terjadi antara 4 samapi 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan

lama (stadium 3) bikasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun

atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,

peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada

pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan

nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medula.

Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan

dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses

infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang

lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang

terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada

rongga abses pada umunya, jaringan tulang mati (sequesterum) tidak mudah

mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,

12

Page 13: Makalah Osteomilitis Print

seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru

(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses

penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap renan

mengeluarkan abses kesembuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan

oestemielitis tipe kronik.

F. Manifestasi Klinis

Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering

terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi,

denyut nadi cepat, dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat

menutupi gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga

sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan

bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien

menggambarkan nyerii konstan berdenyut yang semakin memberat dengan

gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau

kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi

membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.

Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu

mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,

pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada

jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pada Osteomielitis akut; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan

pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah

dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan

tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitive

awal. Pemeriksaan darah memperhatikan peningkatan leukosit dan peningkatan

laju endap darah. Kulur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis

antibiotika yang sesuai.

13

Page 14: Makalah Osteomilitis Print

Pada Osteomielitis kronik, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum,

sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang

dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area terinfeksi. Laju sedimentasi dan

jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik.

Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotic

yang tepat.

Pemeriksaan penunjang

1.  Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju

endapan darah.

2.  Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti

dengan uji sensitivitas.

3.  Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi

oleh bakteri Salmonella.

4.  Pemeriksaan Biopsi tulang.

5.  Pemeriksaan ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

6.  Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan

radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang

bersifat difus.

Pemeriksaan tambahan lain untuk menunjang ditegakkannya diagnosis

osteomielitis hematogen akut adalah :

Foto polos tulang : kelainan pada foto polos ini baru dapat dilihat setelah 1

minggu, yaitu seperti kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Bone scan : dapat dilakuakn pada minggu pertama

MRI : jika terdapat fokus yang gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,

maka kemungkinan besar adalah osteomielitis

14

Page 15: Makalah Osteomilitis Print

Mengingat pentingnya penegakkan diagnosis pada osteomielitis ini, dan

karena pemeriksaan tambahan baru dapat menunjukkan hasil yang nyata setelah 1

minggu, maka penting untuk dilakukan penegakkan diagnosis berdasarkan gejala

klinis saja.

Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan antara lain:

Hitung darah lengkap, hitung jenis leukosit, laju endap darah

Profil biokimia (fosfatase alkaali, kalsium, fosfat, tes fungsi hati, ureum dan

kreatinin)

Kultur darah

Urin porsi tengah (mungkin merupakan sumber pada orang berusia lanjut)

Isotope bone scan (technetium)

CT scan atau MRI (berguna dalam mengidentifikasi involukrum/sekuestrum)

Aspek biologik

Biakan Bakteri

Diagnosis bakteriologik yang pasti dapat ditegakkan dengan isolasi

patogen dari lesi tulang atau biakan darah. Bila telah dilakukan biakan darah,

sering tak diperlukan biopsi tulang pada osteomiehtis hematogen , karena biakan

darah positif pada sekitar 50% kasus akut yang belum diobati.

Staphylococcusaureus, atau lebih jarang lagi S. epidermidis, adalah organisme

penyebab pada 60-90% kasus anak-anak. Apabila biakan negatif, perlu

dipertimbangkan aspirasi tulang secara langsung atau biopsi bedah. Situasi yang

lebih sulit dijumpai bila ada saluran keluar sinus. Penyelidikan baru-baru ini

meragukan kegunaan biakan saluran-saluran sinus, karena isolasi organisme

gram-negatif dari saluran sinus tak ada hubungannya sama sekali dengan biakan

yang didapat dari pembedahan; sedang isolasi S. aureus hanya sedikit saja

hubungannya. Data ini jelas-jelas menyokong perlunya biopsi tulang atau aspirasi

untuk diagnosis osteomielitis kronik.

Pada osteomielitis hematogen pada anak, staphylococcus masih

merupakan penyebab terbanyak, tapi kini mulai banyak didapatkan streptococcus

15

Page 16: Makalah Osteomilitis Print

Group B pada masa neonatus. Organisme gram-negatif cukup banyak ditemukan

pada infeksi vertebra pada orang dewasa serta pada osteomielitis yang diderita

pecandu heroin.

Organisme yang tidak-biasa

Organisme yang tidak-biasa ditemukan pada osteomielitis sering

menunjukkan penyakit tertentu, seperti hubungan antara osteomielitis yang

disebabkan salmonella dengan SS dan SC. hemoglobinopati. Pada pecandu obat

yang menderita osleomilehtis, spesies pseudomonas adalah penyebab pada 86%

kasus; 76% infeksi pseudomonas ini menyerang vertebra, sedang tempaf infeksi

nomor dua ialah tulang pelvis. Demam dan menggigil ternyata sering tak dijumpai

dan nyeri lokal merupakan satu-satunya gejala khnik yang menunjukkan

osteomilehtis. Osteomielitis oleb candida, aspergillus, atau rhizopus mungkin

terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau yang menerima

terapi intravena jangka panjang atau nutrisi parenteral sentral. Tak ada tanda

klinik atau radiologik khusus yang menunjukkan organisme penyebabnya. Hanya

pemeriksaan mikroskopik yang teliti serta biakan bahan biopsi yang dapat

menegakkan diagnosis yang tepat. Sering dipikirkan kemungkinan organisme

anerobik sebagai penyebab bila tak ada organisme yang ditemukan dalam biakan

konvensional. Anerob memang dapat menyebabkan osteomilelitis, tapi

insidensilnya belum diketahui. Diperkirakan insidensinya 0,5% pada infeksi

bakteremia dan 4,9% pada infeksi lokal bakteroides.

Pada infeksi bakteroides ini biakan tulang kebanyakan menunjukkan

kombinasi organisme erobik dan anerobik. Ada 6 sindroma klinik yang

berhubungan dengan ini :

1. osteomielitis pada muka dan tengkorak yang timbul secara akut akibat

penjalaran infeksi gigi atau THT,

2. osteomielitis pada tulang panjang akibat fraktura terbuka, atau lebih jarang

lagi, akibat bakteremia,

3. tulang pelvis terinfeksi akibat penjalaran dari fokus sepsis intraabdominal,

4. osteomielitis pada tangan, akibat gigitan manusia, tampak sebagai ulkus

yang dangkal dengan tepi ireguler,

16

Page 17: Makalah Osteomilitis Print

5. osteomielitis pada kaki yang muncul akibat insufisiensi vaskuler atau

diabetes, dan

6. pernah dilaporkan satu kasus infeksi servikal akibat abses pada leher.

Jadi, ada sejumlah keadaan klinik dimana tanda-tanda klasik infeksi

anerobik (nekrosis jaringan, nanah, berbau busuk, pembentukan gas) harus dicari

dengan cermat. Bila tanda itu dijumpai, harus dilakukan biakan, debridement yang

luas, dan pemberian antibiotika terhadap anerob tsb.

Serologi

Berbagai tes serologik yang dibicarakan akhir-akhir ini belum ada yang

mencapai penerapan di klinik. Mungkin di masa mendatang sensitivitas dan

spesifisitas tes-tes tsb. Dapat ditingkatkan sehingga berguna untuk diagnostik

osteomielitis.

Aspek radiologik

Kesulitan membaca foto roentgen konvensional atau tomogram sebagian

dapat diatasi dengan radionuclide imaging, yang memungkinkan deteksi fokus

osteomielitis lebih dini. Dari berbagai zat radioaktif yang dipelajari, senyawa

polifosfat 99m Tc rupanya memberi hasil terbaik. Bagaimana mekanisme

pengikatan zat tsb. pada tulang yang sakit masih diperdebatkan. Meskipun

berguna, radionuclide imaging mempunyai 4 limitasi yang penting. Pertama, pada

beberapa pasien sejumlah "hot spots" terdeteksi secara radiologik pada awal

septekemia S. aureus tapi tidak berkembang menjadi osteomielitis; tidak diketahui

apakah bercak -bercak itu merupakan hasil positifpalsu (false positive) atau

infeksi yang gagal pada tulang. Kedua, kadang -kadang osteomielitis telah

dipastikan secara histologik dan bakteriologik, namun sidikan tulang (bonescan)

mula-mula negatif; paradox ini mungkin diakibatkan terganggunya supply darah

atau infark pada daerah yang terinfeksi. Ketiga, radionuclide imaging kadang-

kadang tidak dapat membedakan cellulitis dari osteomielitis bila uptake radioaktif

tidak diikuti dalam jangka waktu tertentu. Berbeda dengan cellulitis, osteomielitis

menunjukkan peningkatan uptake radioaktif dengan bertambahnya waktu.

Akhirnya, penatahan tulang dengan polifosfat 99m Tc setelah fraktura atau

pembedahan tulang tidak dapat membedakan daerah reparasi tulang dan infeksi,

17

Page 18: Makalah Osteomilitis Print

padahal ini diperlukan sekali untuk operasi ortopedik. Beberapa masalah itu dapat

diatasi bila ada zat radioaktif yang secara khusus terikat pada jaringan yang

terinfeksi. Mungkin galium sitrat — 67 ( 67Ga ) merupakan zat yang dicari itu,

tapi kini masih dalam tahap penelitian.

H. Pencegahan

Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi

lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi

jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan

perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan

insiden osteomielitis pascaoperasi.

Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang

memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan

sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan

insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.

I. Prognosis

Keberhasilan dari penatalaksanaan penyakit ini bergantung pada :

1. Jarak waktu antara infeksi yang terjadi dan pemberian terapi :

a. < 3 hari : dapat mencegah terjadinya kerusakan tulang dan pembentukan

tulang baru

b. 3 – 7 hari : tidak mencegah kerusakan tulang, tapi dapat mencegah

penyebaran infeksi

c. > 7 hari : dapat mencegah terjadinya penyebaran infeksi melalui darah

(septikemia), tapi prosespatologi lokal sudah lanjut

2. Efektifitas antibiotik yang diberikan

3. Dosis antibiotik yang diberikan

Biasanya dibutuhkan dosis yang lebih tinggi

18

Page 19: Makalah Osteomilitis Print

4. Durasi pemberian antibiotik

Harus diberikan sekitar 3-4 minggu untuk mencegah terjadinya osteomielitis

kronik.

J. Komplikasi

1. Dini :

1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

2)  Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang

mendasarinya sembuh

3) Atritis septik

2. Lanjut :

1)  Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan

penurunan fungsi tubuh yang terkena

2)  Fraktur patologis

3)  Kontraktur sendi

4)   Gangguan pertumbuhan

K. Diagnosa Banding

Osteosarkoma

tumor tulang jinak

krisis trombolitik sel sabit.

L. Penatalaksanaan

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi

ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman

salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran

daerah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,

Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi

19

Page 20: Makalah Osteomilitis Print

organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh

lebih dari satu patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi

antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang

peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah

mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat

terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu

sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus

tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang

diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah

terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.

Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang

yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik

diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis

steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap

debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum

secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus

dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi

cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang

terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau

dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting

dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol

hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal

selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi

ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk

merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi

dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot

20

Page 21: Makalah Osteomilitis Print

diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).

Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah

kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.

Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan

penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian

memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat

penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Nekrosis tulang merupakan pangkal dari kesulitan terapi osteomiehtis.

Mikroorganisme yang tinggal dalam tulang yang mati, bila tidak dibuang bersama

dengan sequestra, dapat menyebabkan kumat 50 tahun setelah serangan pertama.

Tujuan terapi harus dinilai sesuai dengan keadaan klinik spesifik yang dihadapi,

misalnya : osteomileitis hematogen akut dapat disembuhkan dengan antibiotika

saja kalau terapi efektif diberikan sebelum terjadi nekrosis tulang yang luas. Tapi

pada osteomiehtis kronik semua tulang mati harus dibuang dengan pembedahan.

Kalau eksisi secara teknik tak mungkin, pengobatan supresif jangka panjang dapat

mengontrol infeksi. Terapi antibiotika dan pembedahan, baik itu kuratif atau

paliatif, saling membantu dan harus disesuaikan pada setiap kasus.

Terapi antibiotika

• Model eksperimental dari osteomielitis S. aureus

Dengan atau tanpa alat-alat fiksasi ortopedik, model laboratorium dari

penyakit ini berguna untuk menilai terapi antibiotika. Model ini sebenarnya

kurang sesuai dengan penyakit pada manusia, karena nekrosis dan sklerosis tulang

dihasilkan oleh suntikan zat kimia dan jumlah bakteri yang disuntikkan juga

sangat banyak. Meski ada keterbatasannya, model tsb. berguna untuk menyokong

berbagai observasi klinik, seperti kemungkinan timbulnya bakteremia sekunder,

efektivitas pemberian terapi antibiotika, dan perlunya terapi perenteral dalam

jangka waktu lama (4 - 6 minggu) untuk mencapai angka kesembuhan 70 - 80%.

• Penentuan antibiotika dalam jaringan tulang

Telah banyak peneliti berusaha menghitung konsentrasi antibiotika dalam

tulang setelah pemberian parenteral. Tapi masih banyak masalah metodologi yang

belum terpecahkan. Penisilin G, penisilin semisintetik, sefalosporin, linkomisin,

21

Page 22: Makalah Osteomilitis Print

klindamisin, aminoglikosid, dan rifampisin dapat ditemukan dalam homogenat

atau ekstrak tulang segera setelah diberikan. Sulitnya angka konsentrasi tulang

dan ration konsentrasi serum tulang sangat bervariasi, sampai 10 kali lipat untuk

berbagai antibiotika. Beberapa inkonsistensi ini disebabkan oleh perbedaan

kinetika eliminasi dalam kedua kompartemen. Meskipun demikian, walaupun

digunakan timed-samples, masih ditemukan perbedaan besar dalam konsentrasi

antibiotika didalam tulang.

Penelitian klinik

Terapi antibiotika intravena jangka panjang membebani pasien dengan

beban psikologik dan membebani masyarakat dengan biaya pengobatan yang

besar. Maka dalam salah satu penelitian telah dicoba pemberian antibiotika

parenteral jangka pendek (5 - 9 hari) diikuti oleh terapi oral (14 - 26 hari) pada

anak-anak. Hasilnya 95% sembuh. Tapi diingatkan agar tidak membabibuta

menggunakan regimen itu untuk semua kasus. Dianjurkan regimen tsb. hanya

digunakan untuk osteomielitis hematogen pada tahap awal, yang telah dipastikan

diagnosisnya dengan pemeriksaan mikrobiologik, dengan respons cepat terhadap

pengobatan, dan pasien kooperatif. Pendekatan yang perlu dipertimbangkan di

kemudian hari ialah terapi intravena di rumah. Osteomielitis kronik, terutama

yang diakibatkan penjalaran lokal suatu fokus infeksi, berhasil diobati dengan

terapi oral jangka panjang. Bell menjelaskan cara pendekatan ini pada tahun 1970

dan telah memastikan hasilnya pada 19 pasien dan kelompok 136 pasien lainnya.

Disamping terapi antibiotika, pemberian oksigenasi hiperbarik masih perlu dinilai

efektivitasnya dengan penyelidikan terkontrol. Cara pengobatan ini berhasil

dengan baik pada osteomielitis yang diinduksi pada binatang percobaan.

Pembedahan

Seperti dikemukakan di atas, pembedahan memainkan peranan penting

dalam terapi osteomielitis. Tapi jarang ada laporan penyelidikan terkontrol yang

menilai efektivitas berbagai pendekatan ortopedik. Mungkin ini karena kondisi

lokal yang ditemukan selama operasi banyak bervariasi dan sulitnya membuat

kelompok kontrol untuk diobati secara konservatif. Oleh sebab itu terapi bedah

22

Page 23: Makalah Osteomilitis Print

pada osteomielitis sebagian besar bersifat empirik, didasarkan pada konsep yang

diterima secara luas. Beberapa konsep itu punya latar belakang ilmiah, tapi

sebagian lagi tidak. Bila abses terbentuk pada ruang tertutup seperti sumsum

tulang, dekompresi secara cepat merupakan pelindungan terbaik untuk mencegah

meluasnya nekrosis tulang. Drainage yang adekuat diperlukan.

Sistem irigasi tertutup kini sedang populer, meskipun belum pernah dinilai

secara statistik. harus diperhatikan perawatan yang cermat untuk menghindarkan

penggumpalan dan superinfeksi pada pipa pengeluaran, karena ini pernah

ditemukan pada beberapa kasus osteomielitis anak-anak. Bila kulit tak dapat

ditutup, seperti pada osteomielitis post-trauma, drainage terbuka sering

merupakan cara intervensi satu-satunya yang berguna. Bila eksisi semua tulang

nekrotik secara teknik tak mungkin, pembuangan sequestra dan pembukaan

rongga sumsum tulang, disertai terapi antibiotika, merupakan pemecahan jangka

pendek dan menengah. Sebagai pedoman : tak boleh ada rongga kosong dibiarkan

setelah eksisi tulang; rongga itu harus diisi dengan skin flaps, muscle flaps, atau

untuk sementara dengan polimetil metakrilat beads.

Pencegahan infeksi dengan profilaksis antibiotika banyak diperdebatkan

dan telah diselidiki dengan berbagai pendekatan seperti penelitian lingkungan

kamar operasi dan evaluasi berbagai regimen profilaksis antibiotika. Menurut

pendapat pengarang, kemoprofilaksis jangan diberikan pada semua pasien yang

menjalani operasi ortopedik, tapi dibatasi untuk mereka yang mempunyai faktor

risiko tinggi, seperti usia lanjut, beratnya penyakit yang mendasari, operasi-

operasi sebelumnya, lamanya waktu operasi, dan adanya compound fracture.

Pemilihan antibiotika tergantung epidemiologi lokal.

M. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan

- Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam

atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.

23

Page 24: Makalah Osteomilitis Print

- Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera,

infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.

- Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka,

tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor

tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.

b. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek

bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek

sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable,

lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.

c. Riwayat psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat

sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga

perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya

hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

d. Pemeriksaan diagnostik

Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah

meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya

osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi

tulang atau MRI.

2. Diagnosa

Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri

Akut b.d

agen

injuri

(biologi)

kontrol nyeri

Indikator :

Mengenali onset

nyeri

Mendeskripsikan

faktor penyebab

Menggunakan

ukuran yang

Manajemen nyeri

- pengkajian secara komprehensif

terhadap nyeri yang meliputi lokasi,

karakteristik, onset/durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas, dan

faktor presipitasi

- menggunakan strategi komunikasi

terapeutik terhadap ketidaktahuan

24

Page 25: Makalah Osteomilitis Print

preventif

Melaporkan

perubahan gejala

nyeri kepada

petugas kesehatan

Level Nyeri

Indikator :

Melaporkan nyeri

Ekspresi wajah

dari nyeri

Hilang nafsu

makan

Intoleransi

makanan

Status Kenyamanan

Fisik

Indikator :

Kontrol gejala

Kenyamanan

posisi

pasien dan respon pasien terhadap

nyeri

- memberitahukan pada pasien faktor-

faktor yang dapat menimbulkan

nyeri

- mengontrol faktor lingkungan yang

mempengaruhi respon pasien,

seperti temperatur ruangan,

pencahayaan, dan suara

- mengajarkan pasien tentang

manajemen nyeri

- mengajarkan pasien untuk

menggunakan teknik non

farmakologi seperti relaksasi, terapi

musik, distraksi, terapi aktivitas)

sebelum, sesudah, dan jika mungkin

selama aktivitas yang menyebabkan

nyeri sebelum nyeri

terjadi/meningkat

AdministrasiAnalgesik

Menentukan lokasi, sifat, kualitas,

dan berat nyeri sebelum

pengobatan

Periksa anjuran medis untuk obat,

dosis dan frekuensi pemberian

Nilai kemampuan klien untuk ikut

serta dan terlibat dalam pemilihan

obat analgesik, dosis, dan rute

Pilih analgesik yang tepat, attau

kombinasi analgesik saat lebih dari

25

Page 26: Makalah Osteomilitis Print

satu analgesik yang dianjurkan

Tentukan pilihan analgesik

berdasarkan type dan berat nyeri

Pilih rute IV dari IM untuk

suntikan analgesik yang teratur

Pantau tanda vital sebelum dan

sesudah pemberian analgetik

narkotik

Bentuk pengharapan positif

berhubungan dengan keefektifan

analgetik untuk mengoptimmalkan

respon klien

Evaluasi keefektifan obat analgesik

Catat respon terhadap analgetik

danadanya efek yand tidak

diinginkan

Evaluasidancatattingkatsedasipadak

lien yang mendapatgolongan opioid

2. Nyeri

kronik

b.d.

ketidak-

mampua

n fisik

kronik

Kontrol nyeri

Definisi: aksi personal

untuk kontol nyeri.

Indikator :

Mengenali onset

nyeri

Mendiskribkan

faktor penyebab

nyeri secara

sederhana

Memakai

pengobatan

preventif

Manajemen nyeri

Definisi: mengurangi atau me-

ringankan nyeri yang dirasa-kan

pasien.

Kaji lokasi nyeri: lokasi,

karakteristik, onset / dura-si,

frekuensi, kualitas, intensitas

keparahan nye-ri, dan presipitasi

nyeri.

Observasi keluhan keti-

daknyamanan verbal, terutama

ketika tidak da-pat berkomunikasi

secara efektif.

26

Page 27: Makalah Osteomilitis Print

Memakai terapi

non-analgesik

Menggunakan

terapi analgesik

yang

terekomendasi

Melaporkan

perubahan nyeri

kepada para medis

Melaporkan gejala

yang tidak

terkontrol kepada

para medis

Melaporkan nyeri

terkontrol

Level nyeri (pain

level)

Definisi: observasi

atau melaporkan

keburukan nyeri.

Indikator :

Melaporkan

keparahan nyeri

Mengobservasi

tahapan nyeri

Gunakan starategi komunikasi

terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri dan sampaikan

respon pasien tentang nyeri

Eksplor pengetahuan pasien tentang

nyeri.

Cari tau tentang dampak nyeri

terhadap kualitas hidup (mis. Tidur,

napsu makan, aktifitas, kognitif,

suasana hati, pekerjaan, hubungan

dengan orang lain, )

Eksplor bersama pasien tentang

faktor yang dapat memperingan /

memperburuk nyeri.

Evaluasi riwayat penyakit terdahulu

tentang nyeri baik dari pasien

sendiri atau keluarga yang

mempunyai riwayat nyeri ronik.

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

terdahulu dengan pasien dan tim

kesehatan.

Dampingi pasien dan keluarga

ketika memerlukan dukungan.

Pilih implementasi untuk

penanganan nyeri (farmakologi, non

farmakologi, interpersonal)

Ajarkan untuk memakai tehnik non

farmakologi (mis. Hipnosisi,

relaksasi, terapi musik, dan masase)

Pantau pasien ketika mengunakan

metode farmakologi

27

Page 28: Makalah Osteomilitis Print

Ajarkan pasien tentang metode

farmakologi

Periksa level ketidaknyamanan pada

pasien, catat perubahannya

dimedikal record.

Dorong pasien untuk menceritakan

perasaan nyerinya.

3. Kerusak

an

mobilita

s fisik

b.d nyeri

Mobilitas

Indikator:

Keseimbangan

Koordinasi

Pergerakan

sendi

Berjalan

Fungsi tulang

Indikator:

Integritas

tulang

Kepadatan

tulang

Pergerakan

sendi

Stabilitas sendi

Perawatan immobilisasi

Aktivitas :

Posisi sesuai kelurusan tubuh.

Menentukan posisi yang sesuai di

tempat tidur

Memastikan kesesuaian berat yang

sudah diaplikasikan.

Monitor komplikasi

Menginstruksikan pentingnya

adekuat nutrisi untuk penyembuhan

tulang.

Terapy aktivitas

Aktvitas :

Kolaborasi dengan dokter, dokter

tulang, dan terapis dalam merencanakan

dan memonitor program aktifitas.

Menenteukan kommetmen pasien

dalam meningkatkan frekuensi dan

rata-rata aktivitas.

Mengkaji untuk pilihan konsisten

pasien dengan dokter, psikologi, dll.

Mengkaji untuk fokus apa yang

dilakukan oleh pasien.

Mengkaji pasien untuk

28

Page 29: Makalah Osteomilitis Print

mengidentifikasi aktivitas yang

berarti.

Mengkaji dengan aktivitas fisik

secara regular ( almbulasi, transfer,

perubahan, dan perawata diri)

Mengkaji kekuatan pasien untuk

beraktivitas.

Perawatan istirahat di tempat tidur

Aktivitas :

Menempatkan di atas mattras yang

sesuai teraupetik.

Memposisikan sesuai kesajajaran

tubuh.

Menempatkan sebuah papan makan

di tempat tidur.

menaikkan pagar samping tempat

tidur.

Mengubah posisi pasien setiap 2

jam

Monitor konidisi kulit

Mengajarkan latihan tidur

Memfasilitasi perubahan berat

badan.

Mengkaji aktivitas sehari-harinya.

Terapy Latihan : mobilitas sendi

Aktivitas :

Menetapkan keterbatasan

pergerakan sendi dan

effektifitasnya.

Inisiasi pengukuran kontrol nyeri

sebelum memulia latihan.

29

Page 30: Makalah Osteomilitis Print

Mendorong pasien dengan bahasa

verbal.

Mencegah pasien dari trauma

selama latihan

Menjelaskan kepada

pasien/keluarga tujuan dari latihan.

4. Risiko

Infeksi

(Peningk

atan

resiko

untu

terinvasi

oleh

organis

m

pathoge

n)

Keamanan infeksi

(keamanan dari infeksi

dan terkait gejala),

Kontrol Infeksi

Aktivitas :

Ubah perawatan peralatan pasien

dari protokol agency

Cuci tangan sebelum dan setelah

pasien beraktivitas

Instuksikan pengunjung untuk cuci

tangan

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Kelola terapi antibiotik

Pakai sarung tangan steril

Mempertahankan lingkungan

aseptik secara optimal selama

insersi tempat tidur.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

30

Page 31: Makalah Osteomilitis Print

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Secara sederhana osteomielitis dapat

dibedakan menjadi osteomielitis akut dan osteomielitis kronis.

Infeksi bisa deisebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari

fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi,

infeksi saluran napas atas).

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi

tulang. Organisme patogenik lainnya yang sehingga dijumpai pada osteomielitis

melalui Proteus, Pseudomonas, dan Escherichia coli. Terdapat peningkatan

insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

Jika infeksi pada osteomielitis yang terjadi dibawa oleh darah, biasanya

awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis.

Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan malaise umum).

DAFTAR PUSTAKA

31

Page 32: Makalah Osteomilitis Print

1. Brunner & Suddarth.2001. Buku ajar Kperawatan Medikal-Bedah vol 3

Edisi 8. Jakarta: EGC.

2. Siregar PU. Chronic Hematogenous Osteomyelitis in children. Majalah

Kedokteran Indonesia Juni 2005,Vol:55,Nomor: 6.

3. Sjamsuhidajat R,De jong W. 2003.Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Lubis A,S Dohar L T, Paruhum U S. The use of ceftriaxone

impreganatedbeads in the management of chronic osteomyelitis. Med J

indones Vol14:157-162,No 3, July-September 2005.

5. Sain I. Asuhan Keperawatan dengan Pasien Osteomielitis. Jakarta:

Salemba Medika. 2000.

6. Anonim. Osteomielitis: Perkembangan 10 tahun terakhir. Cermin Dnia

Kedokteran No. 23. 1981.

7. Zimmerli W. Vertebral Osteomyelitis. N Engl J Med 2010; 362: 1022-9.

8. Mandal BK, EGL Wilkins, EM Dunbar, RT Mayon-White. Lecture Notes:

Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta: EMS. 2008.

9. NANDA International. 2012. Nursing Diagnosis: Definition and

Classification 2012-2014. USA: Willey Blackwell Publication.

10. Bulecheck, Gloria M, et all. 2008. Nursing intervention Classification

(NIC) Fifth Edition. USA: Mosbie Elsevier.

11. Moorhead, Sue, et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC)

Fourth Edition. USA: Mosbie Elsevier.

32