makalah appendiksitis print

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan kuat. Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam memberikan kemudahan dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas yang dilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu dan yang lainnya. Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Semua itu mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat polahidup, ekonomi, budaya, dan teknologi yang mirip disetiap negara. Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat.Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis. Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum.Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989). Penjelasan selanjutnya akan di bahas pada bab pembahasan.

Upload: fazard-setyawan

Post on 13-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

apendiks

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Appendiksitis Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan kuat.

Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam memberikan kemudahan

dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas yang

dilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu dan

yang lainnya.

Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kemajuan

teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Semua itu

mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat polahidup, ekonomi, budaya, dan

teknologi yang mirip disetiap negara.

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang

penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat.Salah

satu penyakit yang timbul adalah apendisitis.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak

berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum.Penyebab yang paling umum dari

apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan

mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Penjelasan selanjutnya akan di bahas pada bab pembahasan.

1.2.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai

berikut :

1.    Bagaimana anatomi dan fisiologi apendisitis?

2.    Apa definisi dari apendisitis?

3.    Bagaimana etiologi apendisitis?

4.    Apa manifestasi klinik apendisitis?

5.    Bagaimana patofisiologi apendisitis?

Page 2: Makalah Appendiksitis Print

6.    Bagaimana penatalaksanaan apendisitis?

7.    Apa komplikasi apendisitis?

8.    Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

apendisitis?

1.3.  Tujuan Penulisan

1.3.1.      Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan

makalah mata kuliah Sistem Pencernaan II serta mempresentasikannya.

1.3.2.      Tujuan Khusus :

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :

1.    Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi apendisitis

2.    Untuk memahami definisi dari apendisitis

3.    Mengetahui etiologi apendisitis

4.    Dapat mengetahui manifestasi klinik apendisitis

5.    Memahami patofisiologi apendisitis

6.    Mengetahui penatalaksanaan apendisitis

7.    Mengetahui komplikasi apendisitis

8.    Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

apendisitis

1.4.  Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai buku referensi dan

internet.

1.5.  Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari : latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan dan

manfaat penulisan. BAB II PEMBAHASAN, dan BAB III ASUHAN KEPERAWATAN,

BAB IV PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran.

1.6.  Manfaat Penulisan

1.    Mengetahui letak atau posisi anatomi dan fisiologi apendisitis

Page 3: Makalah Appendiksitis Print

2.    Mengetahui penyebab dan proses perjalanan penyakit apendisitis

3.    Memahami parameter pengkajian yang tepat untuk menentukan status fungsi gastrointestinal

4.    Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis

Page 4: Makalah Appendiksitis Print

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Appendix

Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi

seiring pertumbuhan dan distensi caecum.

Posisi apendiks terletak posteromedial caecum. Di daerah inguinal: membelok ke arah

di dinding abdomen dan posisinya bervariasi. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2

cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum.

Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik

appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang

menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa

mengandung amilase dan musin.

Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari.Lendir itu normalnya dicurahkan

kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.Hambatan aliran lender di muara

apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)

yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA.Imunoglobulin itu

sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.Namun demikian, pengangkatan apendiks

tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika

dibandingkan dengan jumahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh.

Page 5: Makalah Appendiksitis Print

2.2    Definisi

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak

berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum.Penyebab yang paling umum dari

apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan

mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada di umbai cacing (apendiks).Infeksi

ini bisa terjadi pernanahan.Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah.

Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah

kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer,

2001).

2.3. Etiologi

Page 6: Makalah Appendiksitis Print

Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor

prediposisi yang menyertai.Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.

1.    Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :

a.    Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

b.    Adanya faekolit dalam lumen appendiks.

c.    Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.

d.   Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

2.    Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus

3.    Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja

dewasa).Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

4.    Tergantung pada bentuk appendiks.

5.    Appendik yang terlalu panjang.

6.    Appendiks yang pendek.

7.    Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.

8.    Kelainan katup di pangkal appendiks.

2.4. Manifestasi Klinik

Nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang (kepunggung)

dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.Nyeri

tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan

dijumpai.

Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak

tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.Bila appendiks melingkar di belakang

sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis,

tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal.Nyeri pada defekasi

menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.Adanya

kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.

Palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa

pada kuadran bawah kanan.Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar,

distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.

2.5. Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks.Obst tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan.Semakin

Page 7: Makalah Appendiksitis Print

lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan

menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu

terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding

sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan

nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti

ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka

akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.

Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah

appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis. Peradangan apendiks tersebut dapat

menjadi abses atau menghilang.

Omentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih

tipis.Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan

untuk terjadi perforasi.Sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan

pembuluh darah.

2.6. Penatalaksanaan

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam

waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan

antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi

diberikan drain diperut kanan bawah.

1.    Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk

menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan

2.    Tindakan operatif : appendiktomi

3.    Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat

tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar,

hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

2.7. Komplikasi

1.    Perforasi dengan pembentukan abses

Page 8: Makalah Appendiksitis Print

2.    Peritonitis generalisata

3.    Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)

1.   Obstruksi lumenapendiks (Hiperplasis folikel limfoid, fekalit, benda asing, cacing, tumor)

2.   Infeksi bakteri

Page 9: Makalah Appendiksitis Print

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.  Pengkajian

1.    Data demografi

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

2.    Riwayat kesehatan

a)    Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

b)   Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus kebelakang

sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi

c)    Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

d)   Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.

3.    Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

a)    Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva anemis.

b)   Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD >110/70mmHg;

hipertermi.

c)    Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya

sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tida\k ada ronchi,

whezing, stridor.

d)   Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan

pendarahan.

e)    Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta tidak

bisa mengeluarkan urin secara lancar

f)    Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan penyakit

g)   Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.

h)   Abdomen : terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen.

4.    Pola fungsi kesehatan menurut Gordon

a)    Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Page 10: Makalah Appendiksitis Print

Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan  olah raga

(lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

b)   Pola nutrisi dan metabolisme

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake

makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.

c)    Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau

karena tidak biasa BAK ditempat tidur  akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola

eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi

sehingga terjadi penurunan fungsi.

d)   Pola aktifitas

Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas biasanya

terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

e)    Pola sensorik dan kognitif

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan berfikir,

mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.

f)    Pola Tidur dan Istirahat

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu

kenyamanan pola tidur klien.

g)   Pola Persepsi dan konsep diri

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus

dibantu.  Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami

emosi yang tidak stabil.

h)   Pola hubungan

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam

keluarganya dan dalam masyarakat.

penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

i)     Pola Reproduksi seksual

Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama beberapa waktu.

j)     Pola penanggulangan  stress

Sebelum MRS : klien kalau setres mengalihkan pada hal lain.

Sesudah MRS : klien kalau stress murung sendiri, menutup diri

k)   Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebelum MRS : klien rutin beribadah, dan tepat waktu.

Page 11: Makalah Appendiksitis Print

Sesudah MRS : klien biasanya tidak tepat waktu beribadah.

5.    Pemeriksaan diagnostik

a)    Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut

b)   Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik seperti

fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca

pembedahan

c)    Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan

tanda adanya infeksi

d)   Pemeriksaan Laboratorium

  Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml

  Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

3.2.  Diagnosa Keperawatan

ANALISA DATA

NO DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI

1 DS : pasien mengatakan

nyeri pada abdomen kanan

bawah tembus ke

punggung

DO :

Wajah tampak menyeringai

P : nyeri karena adanya

perangsangan

Q : nyeri seperti tertusuk-

tusuk

R : nyeri dibagian kanan

bawah abdomen

S : skala nyeri 8

T : nyeri terjadi saat ditekan

Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

Adanya

perangsangan pada

epigastrium

2 DS : -

DO :

TTV : Suhu 380C; Nadi

Resiko terjadi

infeksi

Diskontinuitas

jaringan sekunder

terhadap luka insisi

Page 12: Makalah Appendiksitis Print

>80x/menit; TD >110/70

mmHg; RR >20x/menit

Terdapat luka insisi bedah

bedah

3 DS : Pasien mengatakan

haus

DO :

Ada tanda-tanda dehidreasi :

Membrane mukosa kering

Turgor kulit menurun

>2detik

Urin pekat (oliguri <500

cc/hari)

TTV tidak stabil:

TD >120/80 mmHg

Nadi >80x/menit

RR : >20x/menit

Suhu : >37,50C

Kekurangan volume

cairan

Pembatasan cairan

pascaoperasi

sekunder terhadap

proses penyembuhan

4 DS : Pasien dan keluarga

mgatakan tidak

mengetahui tentang proses

penyakit dan

pengobatannya

DO :

Bertanya mengenai

informasi proses penyakit

Bertanya tentang perawatan

pascaoperasi

Bertanya tentang

pengobatan

Kurang pengetahuan tidak mengenal

informasi tentang

kebutuhan

pengobatan/

perawatan pasca

pembedahan

Diagnosa keperawatan apendisitis :

Pre-op :

Page 13: Makalah Appendiksitis Print

1.    Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan pada epigastrium

Post-op :

2.    Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi bedah

3.    Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasi sekunder terhadap proses

penyembuhan

4.    Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi tentang kebutuhan pengobatan/ perawatan

pasca pembedahan

3.3.  Intervensi

1.    Dx kep. 1 : Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan pada epigastrium

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien

dapat berkurang

KH : Nyeri hilang, skala 0-3, pasien tampak rileks, mampu tidur/ istirahat selama 7-9 jam

dalam sehari

INTERVENSI RASIONAL

Kaji nyeri, catat lokasi,

karakteristik, beratnya (skala 0-10)

Berguna dalam pengawasan

keefektifan obat, kemajuan

penyembuhan. Perubahan pada

karakteristik nyeri, menunjukkan

terjadinya abses/peritonitis.

Pertahankan istirahat dengan posisi

semi fowler

Menghilangkan tegangan abdomen

yang bertambah dengan posisi

terlentang

Dorong ambulasi dini Merangsang peristaltik dan

kelancaran flatus, menurunkan

ketidaknyamanan abdomen

Berikan aktifitas hiburan Meningkatkan relaksasi dan dapat

meningkatkan kemampuan koping

Kolaborasi pemberian analgetik Menghilangkan dan mengurangi

nyeri

2.    Dx kep. 2 : Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi

bedah

Page 14: Makalah Appendiksitis Print

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien tidak menunjukkan

tanda dan gejala infeksi

KH : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, drainase purulen, tidak ada eritema

dan tidak ada demam. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering

INTERVENSI RASIONAL

Awasi TTV. Perhatikan demam

menggigil, berkeringat, perubahan

mental.

Dugaan adanya infeksi/ terjadinya

sepsis, abses

Lakukan pencucian tangan yang

baik dan perawatan luka aseptic

Menurunkan risiko penyebaran

bakteri

Lihat insisi dan balutan. Catat

karakteristik drainase luka

Memberikan deteksi dini terjadinya

proses infeksi

Berikan informasi yang tepat pada

pasien/ keluarga pasien

Pengetahuan tentang kemajuan

situasi memberikan dukungan

emosi, membantu menurunkan

ansietas

Berikan antibiotik sesuai indikasi Mungkin diberikan secara

profilaktik atau menurunkan jumlah

organisme (pada infeksi yang ada

sebelumnya) untuk menurunkan

penyebaran dan pertumbuhannya

3.    Dx kep 3 : Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasi sekunder terhadap

proses penyembuhan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat

mempertahankan keseimbangan cairan

KH : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi : membran mukosa lembab, turgor kulit baik (< 2

detik), TTV stabil (TD : 110/70-120/80 mmHg; RR : 16-20x/menit; N : 60-100x/menit; S :

36,5- 37,50 C), haluaran urin adekuat.

INTERVENSI RASIONAL

Observasi TTV Tanda yang membantu

mengidentifikasi fluktuasi

volume intravaskuler

Observasi membran mukosa, kaji turgor Indikator keadekuatan intake

Page 15: Makalah Appendiksitis Print

kulit dan pengisian kapiler cairan dan elektrolit

Awasi intake dan output, catat warna

urine/konsentrasi, berat jenis

Penurunan pengeluaran urine

pekat dengan peningkatan berat

jenis diduga dehidrasi/kebutuhan

cairan meningkat

Auskultasi bising usus, catat

kelancaran flatus dan, gerakan usus

Indikator kembalinya peristaltik,

kesiapan untuk pemasukan per

oral

Berikan sejumlah kecil minuman jernih

bila pemasukan peroral dimulai, dan

lanjutkan dengan diet sesuai toleransi

Menurunkan iritasi

gaster/muntah untuk

meminimalkan kehilangan cairan

4.    Dx kep. 4 : Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi tentang kebutuhan

pengobatan/ perawatan pasca pebedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dan

keluarga mampu memahami dan mengerti tentang proses penyakit dan pengobatannya

KH : Berpartisipasi dalam program pengobatan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji ulang pembatasan aktifitas

pascaoperasi

Memberikan informasi pada pasien

untuk merencanakan kembali

rutinitas biasa tanpa menimbulkan

masalah

Anjurkan menggunakan laksatif/

pelembek feses ringan bila perlu

dan hindari enema

Membantu kembali ke fungsi usus,

mencegah mengejan saat defekasi

Diskusikan perawatan insisi,

termasuk mengganti balutan,

pembatasan mandi, dan kembali ke

dokter untuk mengangkat

jahitan/pengikat

Pemahaman peningkatan kerja sama

dengan program terapi,

meningkatkan penyembuhan dan

proses perbaikan

BAB IV

PENUTUP

Page 16: Makalah Appendiksitis Print

4.1.  Kesimpulan

Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi

seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 –

0,7 cm. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan

kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.Hambatan aliran lender di muara

apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.Immunoglobulin sekretoar yang

dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran

cerna termasuk apendiks ialah IgA.Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung

terhadap infeksi.

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak

berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum.Penyebab yang paling umum dari

apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan

mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).

Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor

prediposisi yang menyertai.Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.

1.    Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :

a.    Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

b.    Adanya faekolit dalam lumen appendiks.

c.    Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.

d.   Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

2.    Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus

Tanda dan gejalanya adalah nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah

menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah

dan hilangnya nafsu makan.Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks.Obst tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan.Semakin

lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut

akanmenghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat

itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding

Page 17: Makalah Appendiksitis Print

sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan

nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti

ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka

akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam

waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan

antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi

diberikan drain diperut kanan bawah.

Komplikasinya :

1.    Perforasi dengan pembentukan abses

2.    Peritonitis generalisata

3.    Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)

Cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis

meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

4.2.  Saran

Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukan

kebiasaan hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari,

pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola

hidup sehat.Salah satu penyakit yang timbul pada sistem pencernaan adalah apendisitis.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Makalah Appendiksitis Print

Price, Sylvia Anderson. 2005. PATOFISIOLOGI : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :

EGC.

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Syaifuddin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta : EGC.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.

______, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1 Juni

2008.

______http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/

______http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-apendisitis-usus-buntu/