makalah striktur print

26
BAB I KASUS Sesi 1 Seorang laki-laki 14 tahun datang ke dokter umum dengan keluhan buang air kecil tidak puas. Penderita merasa ada sisa kencing sesudah buang air kecil, sehingga sebentar kemudian ingin buang air kecil lagi. Penderita harus mengejan kuat agar dapat buang air kecil. Sesi 2 Penderita memerlukan waktu antara keinginan buang air kecil dengan keluarnya air seni. Sewaktu buang air kecil kadang terasa nyeri. Pancaran air seninya kecil dan keras, kadang-kadang pancarannya terbelah. Pada akhir kencing masih keluar air seni menetes. Penderita merasa sering ingin buang air kecil. Penderita merasakan keluhan ini sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya belum pernah mengalami keluhan-keluhan seperti ini. Penderita pernah jatuh terpeleset dari pohon sehingga selangkangannya terbentur benda keras kira-kira 2 bulan lalu. saat itu selangkangnya bengkak dan penderita sudah berobat ke dokter sehingga sembuh.

Upload: putri-cindiyastuti

Post on 01-Jul-2015

460 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah striktur print

BAB I

KASUS

Sesi 1

Seorang laki-laki 14 tahun datang ke dokter umum dengan keluhan buang air

kecil tidak puas. Penderita merasa ada sisa kencing sesudah buang air kecil, sehingga

sebentar kemudian ingin buang air kecil lagi. Penderita harus mengejan kuat agar

dapat buang air kecil.

Sesi 2

Penderita memerlukan waktu antara keinginan buang air kecil dengan

keluarnya air seni. Sewaktu buang air kecil kadang terasa nyeri. Pancaran air seninya

kecil dan keras, kadang-kadang pancarannya terbelah. Pada akhir kencing masih

keluar air seni menetes. Penderita merasa sering ingin buang air kecil.

Penderita merasakan keluhan ini sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya belum

pernah mengalami keluhan-keluhan seperti ini. Penderita pernah jatuh terpeleset dari

pohon sehingga selangkangannya terbentur benda keras kira-kira 2 bulan lalu. saat itu

selangkangnya bengkak dan penderita sudah berobat ke dokter sehingga sembuh.

Page 2: makalah striktur print

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

Anamnesis

I. Identitas- Nama : - - Usia : 14 tahun- Jenis Kelamin: laki-laki- Alamat : -

II. Keluhan Utama- buang air kecil tidak puas : terdapat retensi urin- merasa ada sisa kencing sesudah buang air kecil- harus mengejan kuat agar dapat buang air kecil : kemungkinan ada obstruksi

III. Riwayat Penyakit Sekarang- berapa lama keluhan ini?- apakah nyeri saat miksi? : infeksi(urethritis), batu- apakah ada nyeri di pinggang? : nefritis- apakah nyeri pada waktu tidur,dan tiba-tiba? : batu- apakah ada demam? : cystisis, prostatitis- apakah hematuri? : cystisis, prostatitis, batu- apakah terdapat benjolan di glans penis? : fimosis- apakah sudah di sirkumsisi? : fimosis- urin menetes tidak setelah miksi? : striktura uretra- riwayat trauma di pelvis? : striktura uretra- apakah pancaran kencing kecil dan bercabang? : striktura uretra

IV. Riwayat Penyakit Dahulu – apakah pernah hipospadia,epispadia V. Riwayat Pengobatan

- pemakaian kateter? : striktura uretra- riwayat operasi? : stiktura uretra

Pemeriksaan fisik

I. Keadaan UmumII. Tanda VitalIII. Inspeksi

- pasien disuruh kencing aktif, dilihat pancaran kencingnya- dicari jika ada sikatrik

IV. PalpasiV. – batu pada ureter dapat menyebabkan retensi urin

- nyeri tekan di regio hipogastrika pada cystisis- vesica urinaria yang teraba juga menunjukkan adanya retensi urin

Page 3: makalah striktur print

VI. Perkusi: - VII. Auskultasi: -

Lokasi Anatomi dan Kelainan

I. Ureter: pada uretrolitiasis penderita perlu mengejan saat miksiII. Vesica Urinaria: vesicolitiasis menyebabkan obstruksi dan penderita harus

mengejan, cystitisIII. Kelemahan M. DetrusorIV. Uretra: obstruksi pada striktura uretra menyebabkan terjadinya retensi urin

sehingga penderita merasa tidak puas BAK, urethritisV. Prostat: pembengkakan prostat pada prostatitis dapat menekan uretra

hingga terjadi retensi urinVI. Penis: lubang preputsium yang kecil pada fimosis menyebabkan terjadi

retensi urin

Pemeriksaan Penunjang yang dapat membantu diagnosa kasus ini.

1. Laboratorium

Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh,

pH : 7 atau lebih besar, bakteria.

Kultur urin: adanya stapilokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas,

e. coli

BUN/kreatin : meningkat

2. Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.

Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi.

Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25

ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada

obstruksi.

3. Radiologi

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan

dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang

striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara

memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari

Page 4: makalah striktur print

uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui sehingga penting

untuk perencanaan terapi atau operasi.

4. Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan

kateter Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan

ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter

ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra.

5. Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan adanya

striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan

fibrotik dengan memakai pisau sachse.

Diagnosa kelainan penderita tersebut dan bagian yang mengalami kelainan.

Cara miksi yang instraining (mengejan) menunjukkan kelainan oleh karena

obstruksi. Obstuksi nya bersifat partial karena pasien ini mengalami gangguan flow

saat miksi yaitu pancaran air seninya kecil dan keras, kadang-kadang pancarannya

terbelah. Penderita memerlukan waktu antara keinginan buang air kecil dengan

keluarnya air seni. Sewaktu buang air kecil kadang terasa nyeri. Pasien ini juga

mempunyai riwayat trauma pada selangkangnya.

Berdasarkan hasil anamnesis tersebut, kemungkinan diagnosis pada pasien ini

adalah striktur uretra.

Striktur uretra dapat disebabkan oleh setiap peradangan kronik atau cedera.

Kebanyakan striktur ini terletak di uretra pars membranasea, walaupun juga bisa

ditempat lain. Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul dan karena cedera

langsung, misalnya pada pasien ini pernah jatuh terpeleset dari pohon dan terbentur

benda keras sehingga terjadi cedera pada selangkangannya. Yang juga tidak jarang

terjadi ialah cedera iatrogenik akibat kateterisasi atau instrumentasi.

Page 5: makalah striktur print

Tabel 1. Letak Striktur Uretra dan Penyebabnya

Letak Uretra Penyebab

Pars membranasea

Pars bulbosa

Meatus

Trauma panggul, kateterisasi “salah Jalan”.

Trauma/ cedera kangkang, uretritis.

Balanitis, instrumentasi kasar.

Penyebab lain terjadinya striktur uretra ialah tindakan-tindakan bedah seperti

bedah rekonstruksi uretra terhadap hipospadia, epispadia, kordae, dan bedah urologi.

Striktur uretra paling sering terjadi pada pria karena uretra pria lebih panjang

daripada uretra wanita. Penyebab lainnya ialah tekanan dari luar uretra seperti tumor

pada hipertrofi prostat benigna, atau pun juga bisa diakibatkan oleh kelainan

congenital, namun jarang terjadi.

Gambar 2. Lokasi striktur (1,2,3). 1. Pars membranasea, 2. Pars bulbosa, 3. Meatus

uretra, 4. Kandung kemih, 5. Prostat, 6. Rectum, 7. Diafragma urogenital, 8. Simfisis.

. 2,3,5,7

Page 6: makalah striktur print

Komplikasi kelainan tersebut.

1. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel

Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot

kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian

akan melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi

trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi

dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa

buli pada sakulasi masih di dalam otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar

buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa

dinding otot.

2. Residu urine

Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak

timbul residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah

keadaan dimana setelah kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam

keadaan normal residu ini tidak ada.

3. Refluks vesiko ureteral

Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli

melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang

meninggi maka akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan

masuk kembali ke ureter bahkan sampai ginjal.

4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh

mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat

mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka

akan timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi.

Adanya kuman yang berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka

akan timbul pyelonefritis akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal

dengan segala akibatnya.

Page 7: makalah striktur print

5. Infiltrat urine, abses dan fistulasi

Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa

timbul inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang

terinfeksi keluar dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine,

kalau tidak diobati infiltrat urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di

supra pubis atau uretra proksimal dari striktur.

Penatalaksanaan.

Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun. Pasien

yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk

mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian

antibiotika. Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung

panjang dan lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra.

Terapi striktur :

1. Konservatif :

2. Operatif : Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:

1. Bougie (Dilatasi)

Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa

adanya glukosa dan protein dalam urin.

Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang

logam yang ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria. Bougie lurus, yang juga

terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit

melengkung. Bougie filiformis mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari

bahan yang lebih lunak.

Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan

dengan antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus

uretra dengan cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan

gel lidokain ke dalam uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan

sebuah duk lubang untuk mengisolasi penis.

Page 8: makalah striktur print

Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah

bougie filiformis, biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie

filiformis lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut. Kemudian lanjutkan

dengan dilatasi menggunakan bougie lurus.

Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau

lurus ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.

Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang

kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada

akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang

bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk

memasukkan bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan bahkan

dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil kemungkinan

terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan tindakan asepsis dan dengan

penggunaan antibiotik.

Gambar 3. Dilatasi Urethra dengan Bougie

Page 9: makalah striktur print

Gambar 3. Dilatasi uretra pada pasien pria. Melakukan dilatasi pada striktur tidak

teratur dengan menggunakan bougie filiformis (A,B); begitu bougie filiformis

berjalan melewati striktur (C,D), dilatasi progresif dapat dimulai (E)

Gambar 4. Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie

bengkok (F); dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G); dilatasi dengan

sebuah bougie bengkok (H-J).

2. Uretrotomi interna

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong

jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau

elektrokoter.

Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal

dari pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada

wanita dengan striktur uretra.

Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur

uretra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih

dari 2 cm serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan.

Setelah pasien dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan

kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup. Pada

waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri, bila pancaran urinnya < 10

ml/det dilakukan bouginasi.

Page 10: makalah striktur print

3. Uretrotomi eksterna

Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian

dilakukan anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini

tidak dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.

Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan

fibrotik.

Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit jaringan

sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa uretra dijahit

ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari.

Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan

pembuatan uretra baru.

Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih

dari 2 cm atau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca

Uretrotomi Sachse. Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya

setelah daerah striktur di eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis

dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit

preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.

Pencegahan.

o Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis.

o Elemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi uretral dengan tepat. Pemakaian kateter uretral untuk drainase dalam waktu lama harus dihindari dan perawatan menyeluruh harus dilakukan pada setiap jenis alat uretral termasuk kateter.

o Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan gagal ginjal.

Page 11: makalah striktur print

Prognosis

Dubia Ad Bonam.

Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani

pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah

dilakukan observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan

Page 12: makalah striktur print

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

STRIKTURA URETRA

Definisi

Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra disertai menurunnya (hilangnya)

elastisitas uretra, biasanya sekunder terhadap trauma atau peradangan. Sebagian besar

striktura uretra terjadi karena trauma di daerah perineal, yang disebut straddle injury.

Uretra masculina dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Uretra posterior, dibagi lagi menjadi:

a) Pars prostatica : bagian uretra yang melewati prostat.

b) Pars membranosa : bagain uretra setinggi musculus sphincter uretra (diafragma

pelvis).

2. Uretra anterior, dibagi menjadi:

a) Pars bulbaris : terletak di proksimal, merupakan bagian uretra yang melewati

bulbus penis.

b) Pars pendulan/cavernosa/spongiosa : bagian uretra yang melewati corpus

spongiosum penis.

c) Pars glandis : bagian uretra di glans penis. Uretra ini sangat pendek dan epitelnya

sudah berupa epitel squamosa (squamous compleks noncornificatum). Kalau bagian

uretra yang lain dilapisi oleh epitel kolumner berlapis.

Kalau menurut Sobotta, uretra masculina dibagi menjadi 4 bagian, pars intramuralis =

di dinding vesica urinaria, pars prostatica = menembus prostat, pars membranacea =

di diafragma urogenitale, dan pars bulbaris/sponqiosa = di corpus spongiosum penis.

Page 13: makalah striktur print

Etiologi

Penyebab striktura uretra:

1) Kongenital

Hal ini jarang terjadi. Misalnya:

a) Meatus kecil pada meatus ektopik pada pasien hipospodia.

b) Divertikula kongenital -> penyebab proses striktura uretra.

2) Trauma

Merupakan penyebab terbesar striktura (fraktur pelvis, trauma uretra anterior,

tindakan sistoskopi, prostatektomi, katerisasi).

a) Trauma uretra anterior, misalnya karena straddle injury. Pada straddle injury,

perineal terkena benda keras, misalnya plantangan sepeda, sehingga menimbulkan

trauma uretra pars bulbaris.

b) Fraktur/trauma pada pelvis dapat menyebabkan cedera pada uretra posterior. Jadi

seperti kita ketahui, antara prostat dan os pubis dihubungkan oleh lig.

puboprostaticum. Sehingga kalau ada trauma disini, ligamentum tertarik, uretra

posterior bisa sobek. Jadi memang sebagian besar striktura uretra terjadi dibagian-

bagian yang terfiksir seperti bulbus dan prostat. Di pars pendulan jarang terjadi cedera

karena sifatnya yang mobile.

c) Kateterisasi juga bisa menyebabkan striktura uretra bila diameter kateter dan

diameter lumen uretra tidak proporsional.

Page 14: makalah striktur print

3) Infeksi, seperti uretritis, baik spesifik maupun non spesifik (GO, TBC).

Kalau kita menemukan pasien dengan urteritis akut, pasien harus diberi tahu bahwa

pengobatannya harus sempurna. Jadi obatnya harus dibeli semuanya, jangan hanya

setengah apalagi sepertiganya. Kalau pengobatannya tidak tuntas, uretritisnya bisa

menjadi kronik. Pada uretritis akut, setelah sembuh jaringan penggantinya sama

dengan iarinqan asal. Jadi kalau asalnya epitel squamous, jaringan penggantinya juga

epitel squamous. Kalau pada uretritis kronik, setelah penyembuhan, jaringan

penggantinya adalah jarinqan fibrous. Akibatnya lumen uretra menjadi sempit, dan

elastisitas ureter menghilang. Itulah sebabnya pasien harus benar-benar diberi tahu

agar menuntaskan pengobatan. Di dalam bedah urologi dikatakan bahwa sekali

striktur maka selamanya striktur.

4) Tumor

Tumor bisa menyebabkan striktura melalui dua cara, yaitu proses penyembuhan

tumor yang menyebabkan striktura uretra, ataupun tumornya itu sendiri yang

menaakibatkan sumbatan uretra.

Keluhan / gejala

1. Pancaran air kencing lemah

2. Pancaran air kencing bercabang

Pada pemeriksaan sangat penting untuk ditanyakan bagaimana pancaran urinnya.

Normalnya, pancaran urin jauh dan diameternya besar. Tapi kalau terjadi

penyempitan karena striktur, maka pancarannya akan jadi turbulen. Mirip seperti

pancaran keran di westafel kalau ditutup sebagian.

3. Frekuensi

Disebut frekuensi apabila kencing lebih sering dari normal, yaitu lebih dari tuiuh kali.

Apabila sering krencing di malam hari disebut nocturia. Dikatakan nocturia apabila di

malam hari, kencing lebih dari satu kali, dan keinginan kencingnya itu sampai

membangunkannya dari tidur sehingga mengganggu tidurnya.

4. Overflow incontinence (inkontinensia paradoxal)

Terjadi karena meningkatnya tekanan di vesica akibat penumpukan urin yang terus

menerus. Tekanan di vesica menjadi lebih tinggi daripada tekanan di uretra.

Page 15: makalah striktur print

Akibatnya urin dapat keluar sendiri tanpa terkontrol. Jadi disini terlihat adanya

perbedaan antara overflow inkontinensia (inkontinesia paradoksal) dengan flow

incontinentia. Pada flow incontinenntia, misalnya akibat paralisis musculus spshincter

urtetra, urin keluar tanpa adanya keinginan untuk kencing. Kalau pada overflow

incontinence, pasien merasa ingin kencing (karena vesicanya penuh), namun urin

keluar tanpa bisa dikontrol. Itulah sebabnya disebut inkontinensia paradoxal.

5. Disuria dan hematuria

6. Pengosongan vesica urinaria yang tidak puas

Derajat penyempitan uretra:

a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.

b. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.

c. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.

Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang

dikenal dengan spongiofibrosis.

PEMERIKSAAN

1. Fisik :

# Tidak jelas, karena memang letaknya di uretra, kecuali bila ada fistula

uretrocutaneus.

# Meatal kecil

# Vesika urinaria dapat teraba karena ada retensio urine. Vesica terlihat menonjol di

atas simfisis pubis.

# Tambahan dr HSC 01 : Normalnya, pada orang dewasa, vesica yang kosong terletak

di belakang simfisis pubis. Berbeda dengan letak vesica pada bayi dan anak. Pada

bayi dan anak, vesica terletak lebih ke atas, sehingga pada bayi dan anak pungsi

vesica boleh dilakukan pada saat vesica tidak penuh. Kalau pada orang dewasa, vesica

yang tidak penuh merupakan kontraindikasi pungsi vesica.

2. Radiologi:

# Uretrografi retrograde

Memasukkan kateter ke dalam uretra, kemudian dimasukkan obat ke arah uretra

prosimal. Dengan demikin bisa diketahui daerah mana yang menyempit.

Page 16: makalah striktur print

# Uretrosistografi bipolar (untuk mengetahui panjang, serta total tidaknya

striktura).Kontras bisa di atas (pool atas lewat vesika urinaria) ataupun di bawah (pool

bawah lewat uretra), sehingga panjang dan juga ketebalan striktura dapat diketahui.

Dikatakan striktura total bila sampai tidak ada kontras yang tersisa pada striktur.

Keuntunqan Uretrosistografi bipolar:

- Mengetahui persis panjanq striktura

- Menqetahui total penevmuitan.

- Mengetahaui persisi lokasinva.

3. IVP

IVP dilakukan untuk:

- Melihat anatomi saluran kencing bagian atas .

- Melihat sisa urin (Post Voiding/ PV) pada striktur parsial yang biasanya disertai

BPH (Benign Prostate Hyperplasy).

- Melihat tulang pelvis (post trauma), dengan melihat ada tidaknya tulang pelvis yang

retak.

Laboratorium

- Pemeriksaan darah untuk menilai faal ginjal, dimana kadar ureum/kreatinin naik

menunjukkan adanya kerusakan fungsi ginjal. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan

darah rutin, termasuk Hb.

- Pada pemeriksaan urin dapat dilihat jika adanya infeksi dengan menemukan bakteri

penyebab.

Terapi

1. Bouginasi (logam, plastik)

Yaitu dengan memasukkan bahan dari logam atau plastik untuk memperlebar saluran

yang mengalami penyempitan tadi.

2. Uretrotomi interna dapat berupa otis (tanpa lensa) dan dengan sachse (dengan

lensa).

Page 17: makalah striktur print

Indikasi Sache adalah:

- Struktur lumen masih berlubang (incomplete)

- Striktura pendek yaitu panjangnya < 0,5 cm.

3. Uretroplasti atau rekonstruksi uretra terbuka.

- pada striktura pendek (0,5-1 cm) dilakukan uretroplasti anastomosis

- pada striktura panjang, operasi dilakukan dalam dua tahap menurut Johansen, yaitu:

Tahap I : hipospodia artifisial, dibuat hipospodia (muara uretra terletak di ventral

proksimal dari penis)

Tahap II : uretroplasti berupa menutup uretra yang terbuka dengan mengambil dari

preputium, mukosa buccal, atau dari belakang daun telinga.

4. Prosedur rekonstruksi multipel (perineal urethrostomy) yaitu tindakan bedah

dengan membuat saluran uretra di perineum.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: makalah striktur print

1. Price S.A, Wilson L.M, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit :

Prostatitis,Penerbit Buku Kedokteran, 2006, ed:6, p:1321.

2. Urethral Stricture Disease. http://www.urologyhealth.org/

adultconditionsbledder/urethralstricturedisease.html. Accessed on 21 June

2009.

3. Rochani. Striktur Urethra, dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian

Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa

Aksara, Jakarta, 1995. Hal; 152-156..

4. Trauma Saluran Kemih. http:// medicastrore.com. . Accessed on 21 June 2009.

5. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Striktur Uretra, dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah

Ed. Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996. Hal; 1018-1019.

6. Scott M. Gilbert, M.D., Department of Urology, Columbia-Presbyterian

Medical Center, New York. Urethral Stricture.

http://www.medlineplus.com/medicalencyclopedia.html. Accessed on 21 June

2009.

7. Cook J, Sankaran B, Wasunna A.E.O. Uretra Pria, dalam: Penatalaksanaan

Bedah Umum di Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.

Hal;165-166.

8. Purwadianto A, Sampurna B. Retensi Urin, dalam: Kedaruratan Medik,

“Pedoman Penatalaksanaan Praktis”. Ed Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta,

2000. Hal;145-148.