makalah pulmo 2 print

38
BAB I PENDAHULUAN Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (1). Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Di RSU Dr. Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada anak usia kurang dari 1 tahun (69%). Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak 547 kasus dengan jumlah terbanyak pada umur 1-12 bulan sebanyak 337 (2).

Upload: mentari

Post on 12-Dec-2014

184 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pulmo

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pulmo 2 Print

BAB I

PENDAHULUAN

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola

penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam

bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (1).

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang

disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena

aspirasi makanan dan minuman.

Di RSU Dr. Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari

tahun ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat

sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada anak usia kurang dari 1 tahun

(69%). Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak

547 kasus dengan jumlah terbanyak pada umur 1-12 bulan sebanyak 337 (2).

Page 2: Makalah Pulmo 2 Print

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan usia 7 bulan, dibawa ke poliklinik anak dengan

keluhan utama sesak nafas. Sesak nafas sudah dialami sejak 2 hari sebelum masuk

rumah sakit. Sesak nafas tiba-tiba waktu bangun tidur dan berbunyi ngiik. Pasien

bernafas secara cepat. Sebelumnya pasien menderita panas sejak 7 hari sebelum

masuk rumah sakit, panas naik turun dan tinggi pada malam hari yang disertai batuk

dan pilek. Batuk tidak mengeluarkan dahak tetapi seperti tersangkut tidak bias keluar.

Kadang-kadang setelah batuk pasien muntah yang berisi lendir. Ingus tidak bias

keluar sehingga ibu pasien sering menghisap dengan mulutnya.

Page 3: Makalah Pulmo 2 Print

BAB III

PEMBAHASAN

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. X

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 7 bulan

Alamat : -

Keluhan : Sesak nafas sejak 2 hari yang lalu

ANALISIS MASALAHTabel 1. Analisis Masalah dan Hipotesis

No. Masalah Dasar Masalah Hipotesis

1. Dyspnea Sesak nafas sejak 2

hari yang lalu

- Bronchopneumonia

- Pneumonia lobaris

- Bronchiolitis

- Asma

- Atelektasis congenital

- Bronkitis akut

2. Infeksi saluran

nafas atas dan

bawah

Demam sejak 7

hari yang lalu

Infeksi saluran nafas atas:

- Faringitis

- Tonsilofaringitis

- Laringitis

Infeksi saluran nafas bawah:

- Bronkhitis akut

- Bronchiolitis

- Alveolitis

Page 4: Makalah Pulmo 2 Print

No. Masalah Dasar Masalah Hipotesis

3. Tachypnea Nafas cepat Mekanisme kompensasi

karena adanya infeksi pada

saluran nafas atas dan bawah

4. Hipersekresi

mukus

Batuk dan muntah

yang berisi lendir

Hiperaktivitas kelenjar akibat

infeksi pada saluran nafas

bawah, karena medulla

oblongata belum berkembang

sempurna, maka pada bayi

belum ada refleks batuk.

ANAMNESIS

Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan untuk menegakkan diagnosis antara lain:

IDENTITAS PASIEN:

- Identitas pasien, untuk mengatahui alamat pasien agar dapat diketahui kondisi

lingkungan tempat tinggal pasien, apakah wilayah dengan kebersihan yang

kurang atau padat penduduk

- Identitas orang tua, untuk mengetahui riwayat pekerjaan orang tua agar

diketahui status sosioekonomi pasien

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

- Status imunisasi, untuk mengetahui mengenai imunisasi apa saja yang sudah

diberikan pada pasien sehingga dapat diketahui apakah ada faktor risiko

terkena penyakit infeksi karena pasien belum diimunisasi

Page 5: Makalah Pulmo 2 Print

- Nafsu makan dan penurunan berat badan, apabila pasien tinggal di

pemukiman yang padat dengan kebersihan yang kurang serta kondisi

sosioekonomi yang rendah, maka ada kemungkinan terkena infeksi kuman

TBC, atau kondisi ini menunjukkan adanya malnutrisi pada anak

- Keluhan buang air besar dan buang air kecil, dengan kondisi pasien yang

masih berusia 7 bulan, maka system imunitas pasien belum sempurna,

sehingga ada kemungkinan apabila terkena infeksi pada saluran nafas, dapat

menyebar sampai ke saluran pencernaan yang ditandai dengan diare

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:

- Riwayat keluarga yang menderita batuk kronis, untuk mengetahui apakah

pasien pernah kontak dengan dewasa yang mengidap batuk kronis, karena

apabila pernah kontak, kemungkinan dapat terjadi infeksi kuman TBC

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

TANDA VITAL:

Anak tampak sakit sedang, kompos mentis.

Berat badan 5,6 kg, tinggi badan 97 cm; berat badan ideal untuk bayi usia 7 bulan:

(7 : 2) + 4 = 7,5 kg

Karena pasien memiliki berat badan yang lebih rendah daripada seharusnya, maka

kemungkinan anak mengalami gizi kurang atau malnutrisi.

Page 6: Makalah Pulmo 2 Print

RR: 62x/menit (tachypnea); kemungkinan frekuensi pernafasan meningkat karena

adanya infeksi pada saluran nafas yang ditandai dengan demam sejak 7 hari yang

lalu.

HR: 120x/menit (takikardi); pada kenaikan suhu sebesar 1°C biasanya disertai dengan

kenaikan frekuensi denyut antara 8-10 x per menit.

Suhu: 38,5°C (febris, karena lebih dari 38°C); kenaikan suhu tubuh dapat diakibatkan

karena infeksi pada saluran pernafasan bagian atas atau bawah.

KEPALA

Normosefali; ukuran lingkar kepala rata-rata normal.

Rambut hitam dan tidak mudah dicabut; mengindikasikan gizi kurang pada pasien

bukan disebabkan oleh kwarsiorkor, karena pada kwarsiorkor ditandai dengan warna

rambut merah jagung dan mudah dicabut.

Fontanella tidak cekung; mengindikasikan pasien tidak mengalami dehidrasi yang

berat.

MATA

Konjungtiva pucat (-); pasien tidak mengalami anemia, karena konjungtiva yang

pucat merupakan salah satu tanda anemia yang mengakibatkan berkurangnya perfusi

oksigen ke jaringan.

Sklera ikterik (-); tidak ada gangguan sirkulasi bilirubin, biasanya ikterik disebabkan

oleh gangguan pada duktus biliaris yang mengakibatkan bilirubin terbawa dalam

peredaran darah.

Page 7: Makalah Pulmo 2 Print

Refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+); mengindikasikan refleks pupil yang

normal sehingga dapat dikatakan tidak ada gangguan pada mata.

MULUT

Bibir kering; mengindikasikan pasien mengalami dehidrasi, tetapi belum sampai

dehidrasi yang berat.

Sianosis (-), sianosis dapat terjadi karena pertukaran gas O2 dan CO2 mengalami

gangguan, sehingga terjadi penumpukan CO2 hasil metabolisme jaringan di pembuluh

darah. Dapat diakibatkan oleh penyakit jantung bawaan sianotik, obstruksi pada

saluran nafas, serta keracunan CN.

Mukosa faring tidak hiperemis; hipotesis awal memikirkan kemungkinan mengenai

infeksi saluran nafas atas yaitu faringitis, dengan kondisi faring yang tidak hiperemis

mengindikasikan tidak ada infeksi pada faring.

Tonsil T1-T1 tenang; mengindikasikan ukuran kedua tonsil dalam batas normal dan

tidak terjadi infeksi pada tonsil (tonsilitis).

LEHER

Tidak ada pembesaran KGB regional; mengindikasikan tidak ada peradangan pada

KGB regional. Biasanya merupakan salah satu tanda infeksi kuman TBC.

Kaku kuduk (-); mengindikasikan pasien tidak mengalami infeksi pada selaput otak

(meingitis).

Page 8: Makalah Pulmo 2 Print

THORAX

PARU

Inspeksi: pectus excavatum (funnel chest), retraksi suprasternal (+), pernapasan

abdomino-torakal

Tingkat sesak napas:

I: Sesak napas awal, pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal

II: Sesak napas sedang, pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal lebih besar,

gerakan intercostalis

III: Sesak napas berat, gerakan epigastrium

Pada pasien ini mengalami sesak napas tingkat I atau sesak napas awal. Karena

mengalami sesak napas tersebut, gerakan pernapasan pun menjadi abdomino-torakal.

Palpasi: Fremitus vocal pada kedua toraks sama; vocal fremitus dilakukan untuk

menilai getaran yang dihasilkan oleh penghantaran udara yang menerpa dinding

toraks. Pada kondisi normal akan sama pada kedua sisi toraks, jika salah satu sisi

mengeras kemungkinan karena terdapat infiltrat atau konsolidasi.

Perkusi: Sonor (normal); karena paru yang normal berisi udara dan perkusi pada

dinding thoraks akan menghasilkan suara yang sonor. Apabila terdapat konsolidasi,

maka perkusi akan berubah menjadi redup.

Auskultasi: suara napas vesikuler mengeras dikedua lapang paru, ronki basah halus

nyaring dikedua paru +/+, mengi -/-

Pada infeksi saluran nafas bawah akan mengakibatkan hiperaktivitas kelenjar

sehingga terjadi hipersekresi mukus. Kondisi ini akan mengakibatkan diameter

Page 9: Makalah Pulmo 2 Print

saluran napas menjadi berkurang sehingga akan menyulitkan udara yang melewati

saluran napas. Karena sumbatan pada saluran napas berupa cairan, ronki akan

terdengar basah dan halus. Kemudian suara napas vesikuler yang mengeras

merupakan khas untuk bronchopneumonia.

JANTUNG

Inspeksi: Vossure cardiac (-); tidak ada penonjolan pada precordium yaitu daeran

diantara sternum dan apex cordis. Penonjolan dapat terjadi akibat hiperaktivitas

ventrikel kiri dan kanan.

Palpasi: Iktus cordis teraba sela iga ke IV garis midklavikularis sinistra, thrill (-);

kondisi jantung normal karena tidak ada pergeseran ictus cordis dan tidak ada

hentakan pada dinding thoraks (thrill) yang dapat terjadi karena adanya gangguan

pada jantung.

Perkusi: Batas jantung normal; tidak ada pembesaran jantung.

Auskultasi: HR 120 x/menit (takikardi), bunyi jantung I/II normal, bising (-), irama

gallop (-).

ABDOMEN

Inspeksi: perut tampak membuncit; mengindikasikan anak mengalami gizi kurang

dan didukung oleh berat badan yang kurang pada pasien.

Palpasi: supel dan turgor yang cukup, nyeri tekan (-), hati dan limpa tak teraba

mengindikasikan tidak ada hepatomegali dan splenomegali.

Perkusi: timpani, nyeri ketok (-); tidak ada kelainan pada abdomen dan tidak terdapat

peradangan.

Page 10: Makalah Pulmo 2 Print

Auskultasi: bising usus (+) normal; tidak ada gerak peristaltik usus yang berlebihan,

sehingga mengindikasikan pasien tidak mengalami gangguan pencernaan yang

ditandai dengan diare.

EKTREMITAS

Akral dingin; pada pasien mengalami gizi kurang yang dapat menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga bagian perifer kurang mendapatkan perfusi

darah dan oksigen.

Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

Scar BCG di lengan kanan atas (+); mengindikasikan pasien sudah mendapatkan

imunisasi BCG.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hb : 9,3 g/dL (N: 10-13 g/dL)

Pasien mengalami anemia, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi pasien yang

mengalami gizi kurang sehingga terjadi gangguan dalam penyerapan zat-zat

gizi di saluran pencernaan, termasuk zat-zat yang berguna dalam

pembentukan Hb.

2. Ht : 27 vol% (N: 33-38 vol%)

Kondisi ini disebabkan oleh viskositas darah menurun sehingga menyebabkan

nilai hematokrit menjadi turun.

3. Lekosit : 14.700/µL (N: 5000-10000/µL)

Page 11: Makalah Pulmo 2 Print

Terjadi peningkatan lekosit (lekositosis), mengindikasikan pasien mengalami

infeksi dan ditunjang dengan pemeriksaan fisik suhu febris dan tachypnea.

4. Trombosit : 520.000/µL (N: 150000-450000/µL)

Terjadi peningkatan jumlah trombosit; kenaikan dan penurunan jumlah

trombosit diatur oleh sistem di dalam tubuh sebagai mekanisme terhadap

adanya luka. Apabila terjadi kenaikan kemungkinan akibat kelainan pada

darah, namun sebagai penatalaksanaan awal dapat diberikan hidrasi pada

pasien untuk menurunkan jumlah trombositnya.

5. LED : 10 mm/jam (N: 0-10 mm/jam)

Nilai LED tersebut dalam batas normal. LED untuk mengukur kecepatan

endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta

perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. Peningkatan

LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, atau

infeksi kronis.

6. Hitung Jenis

Basofil : 0 (N: 0-1%)

Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh

jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma,

alergi kulit, dan lain-lain.

Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan

fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stress dan

reaksi hipersensitivitas (alergi).

Page 12: Makalah Pulmo 2 Print

Eosinofil : 1% (N: 1-4% )

Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan

infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 - 2% dari seluruh

jumlah leukosit. Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi dan

infeksi parasit.  Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock,  stres, dan

luka bakar.

Netrofil Batang: 1% (N: 2-6% )

Netrofil Segmen: 85% (N: 50-70% )

Peningkatan jumlah neutrofil (shift to the left) biasanya pada kasus infeksi

akut.

Limfosit : 10% (N: 20-35%)

Terjadi penurunan limfosit. Hal ini dapat menandakan adanya infeksi

sehingga terjadi peningkatan pembentukan antibodi oleh limfosit, sehingga

jumlah limfosit pada hitung jenis mengalami penurunan.

Monosit : 3% (N: 2-8%)

Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x

lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan

diproduksi di jaringan limpatik. Peningkatan monosit terdapat pada infeksi

virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain. Penurunan monosit

terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.

Page 13: Makalah Pulmo 2 Print

FOTO TORAKS

- Batas jantung dan diafragma tegas.

- Sinus costofrenicus lancip; mengindikasikan sinus tidak berisi cairan, karena

apabila terdapat cairan akan menjadi tumpul.

- Terdapat infiltrat yang menyebar di sekitar para hiler pada kedua lapang paru;

mengindikasikan adanya infeksi pada saluran napas bagian bawah.

DIAGNOSIS KERJA

Bronchopneumoni duplex dengan kurang gizi

Diagnosis Banding:

- Bronchiolitis

Page 14: Makalah Pulmo 2 Print

- Pneumonia lobaris

- Bronkitis akut

- TBC

Tabel 2. Perbedaan Brochopneumoni dan Bronchiolitis

Masalah Brochopneumoni BronchiolitisEpidemiologi Sering pada anak usia 2-3

tahunSering pada anak usia 1-24 bulan

Etiologi Bakteri:1. Diplococcus

pneumonia2. Staphylococcus

aureus3. Streptococcus

pneumoniaVirus:

1. RSV2. Influenza virus3. Parainfluenza virus

RSV

Gambaran Klinis:1. Demam2. Gejala batuk

1. Berlanjut2. Didahului batuk

1. Menetap2. Tidak didahului

batukAuskultasi paru Napas vesikuler dan

krepitasiRonki halus nyaring pada akhir ekspirasi

Pemeriksaan Lab Lekositosis Lekosit normalGambaran radiologi Infiltrat difus di sekitar

para hilerInfiltrat difus di sekitar para hiler

PENATALAKSANAAN

1. Pemasangan oksigen 1-2 L/menit melalui kateter hidung atau masker.

Pemberian oksigen dilakukan terutama pada pasien yang mengalami gawat

napas, tachypnea disertai retraksi epigastrium, sianosis atau tidak dapat

mentoleransi pemberian cairan.

Page 15: Makalah Pulmo 2 Print

2. Pemasangan infus dekstrosa 10% : NaCl 0,9% (3:1) + KCl 10 meq/500 cc

3. Sesak berkurang, mulai makan dengan NGT (naso gastric tube)

4. Sekresi lendir berlebih, inhalasi dengan β-agonis atau salin normal untuk

memperbaiki transport mukosilier.

5. Antibiotik: amoxicillin 40mg/kg/hari per oral untuk 7-10 hari; alergi penisilin

dapat diberikan azitromycin 10 mg/kg untuk hari pertama kemudian 5

mg/kg/hari untuk 4 hari atau claritromycin 15mg/kg/hari per oral untuk 7-10

hari.

6. Untuk mengurangi ketidaknyamanan dari gejalan demam, dapat diberikan

antipiretik yaitu parasetamol 1 x 6 mg, maksimal pemberian 6 x per hari (3).

KOMPLIKASI

Apabila brochopneumoni tidak diobati secara adekuat, maka lama kelamaan

akan menumpuk eksudat yang dihasilkan oleh proses imun terhadap infeksi. Eksudat

dan mukus yang tertimbul di alveol akan meningkatkan permeabilitas membran

kapiler. Pada kondisi ini, maka cairan akan berdifusi ke dalam jaringan interstitial.

Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah empiema, yaitu eksudat yang

menempati rongga yang sudah ada dalam tubuh. Eksudat dapat berasal dari reaksi

imun terhadap infeksi, apabila infeksi tidak dapat teratasi, maka akan terbentuk abses.

Selain itu, abses juga dapat menyebabkan abses paru.

Page 16: Makalah Pulmo 2 Print

PROGNOSIS

Apabila diobati secara adekuat, maka tidak akan terjadi komplikasi. Tetapi pada

pasien ini perlu dilakukan perbaikan gizi, agar dapat meningkatkan sistem imunnya

sehingga tidak rentan terhadap penyakit infeksi.

Ad Vitam : Dubia ad Bonam

Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

Page 17: Makalah Pulmo 2 Print

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI SALURAN NAPAS

Nares anterior cavum nasi naso faring laringofaring trachea

bronchus primarius/principalis bronchus lobaris bronchus segmentalis

Page 18: Makalah Pulmo 2 Print

bronchioli bronchiolus bronchiolus terminalis bronchiolus

repiratorius ductus alveolus saccus alveoli alveoli

Berdasarkan tunika mukosanya, dibagi menjadi:

- Vestibulum nasi

- Regio repiratoria

- Regio olfactoria

Pada vestibulum nasi terdapat rambut yang disebut vibrissae yang berfungsi untuk

menyaring udara dan menyamakan temperature udara luar dengan bagian dalam

cavum nasi.

Saluran napas bawah dimulai dari trachea. Trachea memiliki panjang 12 cm, lebar 2.5

cm. Mulai dari baeah cartilago cricoid sampai angulus sterni. Terdiri dari 16-20

cartilago trachealis. Titik percabangan bronkus principalis dextra dan sinistra dimulai

dari bifurcation trachea setinggi corpus vertebra Th IV-V atau processus spinosus

vertebra Th IV. Bagian paru yang sering mengalami sumbatan atau infeksi adalah

bagian paru dextra karena bronchus primarius lebih lebar, lebih pendek, dan vertical

terhadap hilus dibandingkan dengan bronchus primarius sinistra.

HISTOLOGI SALURAN NAPAS

TRACHEA

Terdiri dari pars kartilaginea di bagian anterior dan pars membranasea di bagian

posterior. Pada pars membranasea terdapat epitel bertingkat toraks dengan silia dan

sel goblet. Kelenjar yang terdapat pada trachea merupakan kelenjar seromukosa.

Page 19: Makalah Pulmo 2 Print

BRONKUS

Terdiri dari bronkus extrapulmonal dan intra pulmonal. Bronkus extra pulmonal sama

dengan bronkus primer, pada bronkus primer diameternya lebih kecil dan berbentuk

seperti huruf C. Bronkus primer terdiri dari bronkus primer kanan dan kiri, pada

bronkus primer kanan diameternya lebih lebar, lebih pendek, lebih vertical daripada

yang kiri sehingga aspirasi benda asing lebih sering ke paru kanan. Bronkus primer

kanan akan bercabang menjadi tiga bronkus sekunder.

Bronkus intrapulmonar sama dengan bronkus lobaris atau bronkus sekunder,

dimana bentuknya sferis, tulang rawan berbentuk pulau-pulau irregular, susunan otot

seperti spiral, mukosa membentuk lipatan memanjang

BRONCHIOLUS TERMINALIS

Memiliki epitel selapis kubis dan terdapat sel Clara. Sel Clara menghasilkan

surfaktan sama seperti sel alveolar tipe 2. Sel Clara terdapat di lamina propria

bronchiolus terminalis.

BRONCHIOLUS RESPIRATORIUS

Merupakan peralihan dari bagian konduksi ke bagian respirasi dengan epitel selapis

kubis. Diantara sel kubis terdapat sel Clara.

Page 20: Makalah Pulmo 2 Print

DUKTUS ALVEOLARIS

Sebagian besar terdiri dari alveoli, dimana memiliki dinding yang tipis, sediaan tebal,

dan dikelilingi oleh sakus alveolaris. Pada mulut alveolus terdiri dari epitel selapis

gepeng jaringan ikat fibro elastin , otot polos kurang lebih seperti titik- titik kecil.

TINJAUAN BRONCHOPNEUMONIA

ETIOLOGI

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya

penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang

yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ

pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan

silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,

mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain (4):

1. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumonia

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Page 21: Makalah Pulmo 2 Print

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang

daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut

dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma.

PATOFISIOLOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang

disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena

aspirasi makanan dan minuman (5).

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran

pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat

tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan

dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi

pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan

alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran

pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora

normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi

dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit.

Page 22: Makalah Pulmo 2 Print

MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan

bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia

mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada

pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot

aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit

dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

Page 23: Makalah Pulmo 2 Print

BAB V

KESIMPULAN

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena

aspirasi makanan dan minuman. Didahului oleh demam yang menetap dan batuk.

Kemudian hipereksresi mukus menyebabkan terdengar ronki basah halus. Dan pada

gambaran radiologi ditemukan adanya infiltrat disekitar para hiler. Selain itu, pada

pasien terdapat kondisi gizi kurang yang ditandai dengan berat badang yang kurang,

perut yang membuncit, serta kondisi anemia dan akral dingin.

Apabila diobati secara adekuat, maka prognosis untuk pasien baik. Tetapi

karena disertai dengan gizi kurang, maka terdapat faktor predisposisi yang membuat

pasien rentan terhadap penyakit infeksi. Oleh karena itu prognosis pada pasien yaitu:

Ad Vitam : Dubia ad Bonam

Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

Page 24: Makalah Pulmo 2 Print

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Intosh K. Community Acquired Pneumonia in Children. N Eng J Med 2002; 346 (6): 429-37.

2. Retno AS, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Dalam: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI, Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Divisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK Unair, 2006: 2-23.

3. Gunawan SG, Editor. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008: 230-5.

4. Ostapchuk M, Robert DM, Haddy R. Community Acquired Pneumonia in Infants and Children. Am Fam Physician 2004; 70: 899-908.

5. Lichestein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric Pneumonia. Emerg Med Clin N Am 2003; 21: 437-51.

Page 25: Makalah Pulmo 2 Print

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK PEREMPUAN UMUR 7 BULAN DENGAN KELUHAN SESAK NAPAS

KELOMPOK VII

Melati Hidayanti 030.10.175

Mellisa Sibarani 030.10.176

Melissa Aslamia Aslim 030.10.177

Mentari 030.10.178

Mochamad Satrio Faiz 030.10.180

Mohamad Haikal Bakry 030.10.181

Monica Olivine 030.10.182

Muhamad Alfi Auliya 030.10.184

Muhamad Lutfi Rahmat 030.10.187

Muhammad Agrifian 030.10.188

Muhammad Fachri Ridha 030.10.190

Jakarta, 16 Desember 2011