makalah pu print

Upload: gabriella-sila-s

Post on 18-Jul-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Banyak kota kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kwalitas udara. Informasi yang ada menunjukkan bahwa pedoman kwalitas udara dari WHO secara teratur telah tersebar diberbagai kota, bahkan dibeberapa tempat lainnya. Angka yang didapat dari kota kota yang sedang berkembang dan umumnya banyak di antara mereka tidak ada ukuran pengontrol polusi, kemungkinan akan terjadi pencemaran bagi buruh, dan kwalitas hidup sebagian besar penduduk kota akan semakin memburuk, walaupun beberapa kemajuan telah dicapai dalam pengendalian polusi udara dinegara negara industri lebih dari dua dekade terakhir ini, kwalitas udara terutama sekali di kota kota besar semakin memburuk. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.

1

Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan.

Kota Denpasar merupakan salah satu pusat kota yang teramai di Bali. Sebagai salah satu pusat tujuan wisata kota dan Puri, Denpasar sangat mengandalkan keindahan dan keunikan lingkungan alam dan budaya yang didukung oleh program Desa Lestari. Terkait dengan keunikan tadi, pariwisata kota Denpasar sangat rentan oleh isu-isu lingkungan seperti sanitasi lingkungan, pencemaran lingkungan serta kerusakan lingkungan yang mengganggu keindahan dan kelestarian alam lingkungan Kota Denpasar yang pada akhirnya berpengaruh pada budayanya. Karena itu sangat penting dilakukan tindakan-tindakan pencegahan, pengendalian dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta pemulihan kerusakan kualitas lingkungan baik darat, perairan maupun udara.

Setiap kegiatan manusia di alam ini, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Kegiatan manusia yang meningkat dan juga jumlah penduduk yang terus bertambah juga akan memanfaatkan penggunaan sumber daya alam sebagai sumber energi dan hara yang dapat mengganggu sistem energi dan system hara dalam lingkungan. Lingkungan juga mempunyai potensi untuk menyembuhkan kembali sistemnya apabila gangguan tersebut tidak melebihi daya dukung lingkungan, sedangkan bila terlampaui maka mulai terjadi masalah lingkungan karena kualitasnya akan menurun bahkan sampai rusak dan tidak dapat diperbaiki kembali atau lingkungan telah tercemar. Lingkungan yang tercemar akan mengurangi kemanfaatannya bagi kehidupan makhluk, terutama manusia. Untuk itu sumber pencemaran harus dikenali dan kemudian dikendalikan. Salah satu upaya dalam pengelolaan lingkungan adalah mengatur beban pencemaran dari sumbernya baik sumber pencemaran udara, air maupun limbah padat sehingga informasi tentang besarnya beban pencemaran dari setiap sumber amat berguna dalam upaya pengelolaan lingkungan tersebut.

2

1.2. Tujuan Penelitian ini pada dasarnya ditujukan untuk mengetahui peningkatan kualitas udara di Kota Denpasar meliputi upaya pengukuran dan pemantauan kualitas udara, mengidentifikasi tempat pencemaran yang diperkirakan melebihi standar baku mutu yang ditetapkan, dan menganalisis usaha-usaha penaggulangan dan pelestarian lingkungan sekitar kota Denpasar. 1.3. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi data untuk memberikan gambaran yang pasti kepada Pemerintah Kota Denpasar mengenai penurunan kualitas udara dengan ditambahkannya tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan transportasi. Selain itu, dengan adanya gambaran tersebut Pemerintah Kota Denpasar dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah, menanggulangi, serta pemulihan kualitas udara dan kebisingan serta usaha-usaha yang diterapkan guna melestarikan lingkungan di Kota Denpasar.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Udara dan Udara Tercemar Pencemaran udara merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam mencapai pembangunan berwawasan lingkungan. Sesuai dengan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia, maka studi pencemaran udara merupakan studi yang mengkaitkan udara atau atmosfer sebagai sumber daya alam dengan kepentingan manusia seperti kesehatan, keselamatan, kesejahteraan dan kenyamanan (K4). Untuk menuju K4 tersebut diatas, perlu dijaga keselarasan, keserasian, kesetimbangan dan kebulatan yang utuh dalam setiap kegiatan pembangunan. Pencemaran udara merupakan permasalahan yang rumit, karena

menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik fisik, sumber emisi zat pencemar (macam sumber, laju pencemaran, kecepatan dan tinggi emisi, elemen iklim yang mempengaruhi penyebaran zat pencemar di lokasi di mana zat pencemar diemisikan maupun kondisi iklim lokal di daerah penerima pencemaran udara). Udara sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan kebutuhan utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu udara perlu dijaga kebersihannya, melalui pemantauan, pengaturan dan pembatasan pemanfaatannya sehingga tidak melampaui batas yang masih diperkenankan bagi kehidupan. Polusi udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara lain oleh industri, alat transportasi, power plant, aktivitas rumah tangga dan perkantoran. Diantara sumber polutan tersebut kendaraan bermotor merupakan sumber polutan terbesar, dimana pada kota besar 98 % polutan udara berasal dari kendaraan bermotor.

4

Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah dari total emisi SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx didaerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient. Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sector transportasi, yang diproyeksikan sekitar 6% sampai 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan proyeksi 6-8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air yang berupa uap air dan karbon dioksida. Jumlah air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992). Udara yang normal merupakan campuran gas-gas meliputi 78 % N2; 20 % O2; 0,93 % Ar ; 0,03% CO2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hydrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi. Udara seringkali menurun kualitasnya dikarenkan akibat aktifitas perubahan manusia Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan di suatu tempat

5

dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Pengertian pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (KEPMEN KLH No. 02/Men-KLH/I/1988). BAPEDAL (1999), mendefinisikan bahwa pencermaran udara adalah adanya kontaminasi atmosfir oleh gas, cairan atau limbah padat serta produk samping dalam konsentrasi dan waktu sedemikian rupa yang mengakibatkan gangguan, kerugian atau memiliki potensi merugikan terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, hewan, tumbuhtumbuhan dan benda serta menciptakan ketidak nyamanan. Selain itu, dapat membahayakan daya penglihatan dan menghasilkan bau yang tidak menyenangkan.

2.2.Faktor Pencemaran Udara Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, diruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution). Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

6

Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam Contoh : - abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi - gas-gas vulkanik - debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin - bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organic

2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia Contoh : - hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor - bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat kimia organik dan anorganik - pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara - pembakaran sampah rumah tangga - pembakaran hutan

2.3. Permasalahan Pencemaran Udara Kualitas kesehatan udara membawa dampak yang penting untuk kita perhatikan. Karena setiap harinya, zat-zat yang sangat tidak menyehatkan selalu lewat tanpa permisi tepat di bawah hidung kita. Tidak menutup kemungkinan bahwa keluhan-keluhan kesehatan yang sering kita alami bukan karena penyakit keturunan, pola makan/ hidup, dsb, tetapi karena racun yang masuk dalam tubuh kita via pernafasan. Bahkan ada racun via pernafasan ini bisa mengakibatkan

7

pertumbuhan Lovely Unborn Baby bagi ibu hamil menjadi terganggu, dan bisa membuat anak-anak kecil tumpuan harapan masa depan bangsa ini jadi bodoh. Sedikitnya ada 6 point yang menjadi perhatian dalam masalah pencemaran udara. Yang membuat masalah pencemaran udara di negeri kita dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain : 1. Pertumbuhan kegiatan sektor transportasi, industri, pembangkit tenaga, rumah tangga, yang semakin meningkat telah memberikan kontribusi kepada pencemaran udara, khusunya di kota-kota besar dan di sekitar kawasan industri. 2. Masih digunakan bahan bakar yang kurang ramah lingkungan seperti bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar sulfur tinggi, bahan bakar kendaraan bermotor seperti bensin yang masih mengandung zat timbel dan solar yang mengandung sulfur tinggi. 3. Belum semua industri memasang alat pengendalian pencemar udara untuk menurunkan beban pencemar udara seperti alat elektrostatikpresipitator, bag house filter, cyclonic duster, wet scrubber, dll. 4. Masih adanya emisi gas yang di buang ke udara tidak dilewatkan melalui cerobong. 5. Belum semua cerobong yang ada di industri dilengkapi dengan lubang sampling dan sarana pendukung sampling. 6. Belum semua cerobong dilakukan pengujian emisi secara berkala (sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali). 2.4. Macam-macam Polutan 2.4.1. Pengertian Polutan Polutan dapat diartikan sebagai pencemar atau dengan kata lain polutan merupakan suatu zat / substan yang menyebabkan terjadinya polusi. Polutan dapat terjadi jika suatu lingkungan tercemar atau kotor karena adanya suatu zat yang dapat mengurangi kualitas tempat tersebut.

8

2.4.2. Contoh Polutan a) Timbal (Pb) Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan. Solusi

Pengujian emisi gas buang secara berkala dari setiap kendaraan yang ada di ibukota. Kendaraan yang tidak lolos uji emisi harus masuk bengkel untuk diperbaiki sehingga memenuhi standar emisi yang berlaku.Hal ini sudah berjalan di Jakarta dengan keluarnya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 95 Tahun 2000 Tentang Pemeriksaan Emisi Dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi di Propinsi DKI Jakarta.

Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar gas: Keringanan pajak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas berupa PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor). Ref. PERPU. No.21 tahun 1997 Pemberian keringanan pajak untuk bea-impor conversion kit, sehingga harga jualnya dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat Peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) untuk memasang Catalytic Converter pada setiap kendaraan baru yang sudah diproduksi

Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Kebijakan pemerintah untuk percepatan pembuatan BBN antara lain: Peraturan Pemerintah (PP) No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional.

9

-

Instruksi Presiden (Inpres) No.1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan BBN.

-

Keputusan Presiden (Keppres) No.10 tahun 2006 tentang Tim Nasional pengembangan BBN untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran.

a. Carbon Monoksida (CO) WHO telah membuktikan bahwa karbon monoksida yang secara rutin mencapai tingkat tak sehat di banyak kota dapat mengakibatkan kecilnya berat badan janin, meningkatnya kematian bayi dan kerusakan otak, bergantung pada lamanya seorang wanita hamil terpajan, dan bergantung pada kekentalan polutan di udara. Asap kendaraan merupakan sumber hampir seluruh karbon monoksida yang dikeluarkan di banyak daerah perkotaan. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida yang berhasil bergantung terutama pada pengendalian emisi otomatis seperti pengubah kalitis, yang mengubah sebagian besar karbon monoksida menjadi karbon dioksida. Kendali semacam itu secara nyata telah menurunkan emisi dan kadar konsentrasi karbon monoksida yang menyelimuti kota-kota di seluruh dunia industri: di Jepang, tingkat kadar karbon monoksida di udara menurun sampai 50 persen antara tahun 1973 dan 1984, sementara di AS tingkat karbon monoksida turun 28 persen antara tahun 1980 dan 1989, walaupun terdapat kenaikan 39 persen untuk jarak kilometer yang ditempuh. Namun kebanyakan dunia negara berkembang mengalami kenaikan tingkat karbon monoksida, seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas. Perkiraan kasar dari WHO menunjukkan bahwa konsentrasi karbon monoksida yang tidak sehat mungkin terdapat pada paling tidak separo kota di dunia.

10

b. Nitrogen Dioksida (NO2) Nitrogen oksida yang terjadi ketika panas pembakaran menyebabkan bersatunya oksigen dan nitrogen yang terdapat di udara memberikan berbagai ancaman bahaya. Zat nitrogen oksida ini sendiri menyebabkan kerusakan paruparu. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus bagian terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat ini pula, jika bergabung dengan air baik air di paru-paru atau uap air di awan akan membentuk asam. Akhirnya zat-zat oksida ini bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dan zat-zat hidrokarbon lain di sinar matahari dan membentuk ozon rendah atau "smog" kabut berwarna coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia. c. Sulfur Dioksida (SO2) Emisi sulfur dioksida terutama timbul dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur terutama batubara yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik atau pemanasan rumah tangga. Sistem pemantauan lingkungan global yang disponsori PBB memperkirakan bahwa pada 1987 dua pertiga penduduk kota hidup di kota-kota yang konsentrasi sulfur dioksida di udara sekitarnya di atas atau tepat pada ambang batas yang ditetapkan WHO. Gas yang berbau tajam tapi tak bewarna ini dapat menimbulkan serangan asma dan, karena gas ini menetap di udara, bereaksi dan membentuk partikel-partikel halus dan zat asam. d. Benda Partikulat (Debu) Zat ini sering disebut sebagai asap atau jelaga; benda-benda partikulat ini sering merupakan pencemar udara yang paling kentara, dan biasanya juga paling berbahaya. Sistem Pemantauan Lingkungan global yang disponsori PBB memperkirakan pada 1987 bahwa 70 persen penduduk kota di dunia hidup di kota-kota dengan partikel yang mengambang di udara melebihi ambang batas yang ditetapkan WHO.

11

Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah "partikel-partikel halus" butiran-butiran yang begitu kecil sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Sebagian besar partikel halus ini terbentuk dengan polutan lain, terutama sulfur dioksida dan oksida nitrogen, dan secara kimiawi berubah dan membentuk zat-zat nitrat dan sulfat. Di beberapa kota, sampai separo jumlah benda partikulat yang disebabkan ulah manusia terbentuk dari perubahan sulfur dioksida menjadi partikel sulfat di atmosfer. Di kota-kota lain, zat-zat nitrat yang terbentuk dari proses yang sama dari oksida-oksida nitrogen dapat membentuk sepertiga atau lebih benda partikulat. 2.5. Penyebab Pencemaran Udara di Kota Denpasar Sumber pencemaran udara berdasarkan pergerakannya dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Sumber pencemaran yang tidak bergerak (industri, pemukiman, dan pembangkit tenaga listrik) yang menghasilkan unsur-unsur polutan ke 7 atmosfir sebagai berikut : kabut asam, oksida nitrogen, CO, partikelpartikel padat, hidrogen sulfida (H2S), metil merkatan (CH3SH), NH3, gas klorin, H2S, flour, timah hitam, gas-gas asam, seng, air raksa, kadmium, arsen, antimon, radio nuklida, dan asap 2. Sumber pencemaran bergerak (kendaraan bermotor atau transportasi) yang menghasilkan CO, SO2, oksida nitrogen, hidrokarbon, dan partikel-partikel padat. Menurut Andrews (1972), penyebab pencemaran udara terbagi tiga kelompok, yaitu 1. Gesekan permukaan, seperti menggergaji, menggali, gesekan (gosokan) dari beberapa bahan (aspal, tanah, besi, dan kayu) yang membuang partikel padat ke udara dengan berbagai ukuran. 2. Penguapan yang berasal dari cairan yang mudah menguap, seperti bensin, minyak cat, dan uap yang dihasilkan oleh industri logam, kimia dan lainnya.

12

3. Pembakaran, seperti pembakaran bahan bakar fosil (minyak, solar, bensin, batubara, pembakaran hutan, dsb). Pembakaran tsb. merupakan proses oksidasi sehingga menghasilkan gas-gas CO2, CO, SOx, NOx, atau senyawa hidrokarbon yang tidak terbakar dengan sempurna. Kurang lebih 70% pencemaran udara di Kota Denpasar disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO). 2.6. Kebisingan di Kota Denpasar Polusi suara atau bising adalah salah satu isu lingkungan yang terjadi di wilayah perkotaan. Polusi suara adalah polusi yang tak terlihat. Perancangan kota yang tidak atau kurang mengikuti kaedah-kaedah perancangan kota ekologis akan memberikan efek bising yang semakin meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas dan gaya hidup urban. Seberapa besar penataan kota itu telah mampu meredam efek bising sangat memerlukan pengkajian agar dapat memberikan solusi yang tepat untuk meminimalisasi dampak polusi suara tersebut. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Berbagai aktivitas/kegiatan masyarakat dapat menimbulkan kebisingan dengan tingkat intensitas yang berbeda. Denpasar adalah sebuah kota besar dengan dinamika pembangunan yang demikian cepat pada berbagai sektor kehidupanmasyarakat. Aktivitas transportasi adalah salah satu sumber bising di kota Denpasar yang kian meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ

13

tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan system jantung (Sasongko et al., 2000). Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan efektivitas kerja dan kinerja seseorang (Asmaningprojo, 1995). Menurut Sulistyani et al., (1993), agresivitas warga yang tinggal dikawasan bising akan meningkat dengan bertambahnya tingkat kebisingan di kawasan tersebut dan inilah yang menyebabkan warga kurang mampu mengontrol diri maupun tingkah lakunya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bhinnety et al., (1994), menyatakan bahwa intensitas bising (bunyi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap memori jangka pendek; semakin tinggi intensitas kebisingan akan semakin menurun memori jangka pendek seseorang, variasi intensitasnya antara 30 dB sampai dengan 95 dB. Kebisingan juga dapat merupakan salah satu masalah yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Hal ini terlihat bila suatu permukiman berada di lokasi yang dekat dengan lapangan terbang, stasiun kereta api atau terminal bis akan terjadi penurunan nilai properti permukiman tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pengukuran tingkat kebisingan di kota Denpasar sangat perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan diberbagai tempat sesuai peruntukan kawasan/lingkungan sehingga Pemerintah Kota Denpasar dapat menciptakan kebijakan yang sesuai untuk mengatasi

permasalahan lingkungan dan meningkatkan kenyamanan kota.

14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitiaan ini dilakukan pada tanggal 31 Mei 2006 di beberapa titik lokasi yng dijjadikan titik sampling. Adapun lokasi yang dijadikan tempat untuk pengambilan sample kualitas udara dan kebisingan yaitu : 1. 2. 3. 4. Di SMA Negeri 2 Denpasar (Jalan Sudirman) Di depan Kantor Camat Kota Denpasar Barat ( Jalan Gunung Agung) Di depan Kantor Walikota Denpasar ( Jalan Gajah Mada) Di depan Gor Ngurah Rai, Denpasar (Jalan Melati-Jl. Mawar) 3.2. Alat dan Bahan Alat yang dipergunakan untuk pengambilan sample kualitas udara (data primer) pada masing-masing lokasi yang dijadikan titik sampling adalah IMPINGEL yang dimiliki oleh UPTD Balai Hiperkes Propinsi Bali, Sound Level Meter (SLM) yang dimiliki oleh PPLH-Unud, pompa hisap dengan kecepatan tertentu, Filter Holder dengan model tertentu, Filter dengan spesifikasi tertentu, timbangan analitik, Eksikator dan lain-lain. Untuk data sekunder seperti jumlah kendaraan operasional, jumlah pemakaian BBM dan lain-lain diperoleh dari Pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kota Denpasar. Sedangakan bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian yaitu : larutan HNO3 pekat, Larutan HNO3 1%, Larutan Hydroxylamine Hidrocloride 20%, Larutan KCN 10%, Larutan Ditizon dalam kloroform, kertas indikator, Larutan standar lead nitrate dan lain-lain.

15

3.3. Metode Analisis Sample Metode analisis sample yang dipergunakan untuk masing-masing parameter adalah sebagai berikut : Debu menggunakan metode Gravimetri Timbal (Pb) menggunakan metode Dithizon Karbon Monoksida (CO) menggunkan metode titrimetri dengan Iodium Pentoksida Belerang Dioksida (SO2) menggunakan metode West Gueka Nitrogen Dioksida (NO2) menggunkan metode Saltzman 3.4. Teknik Penyajian dan Analisis Data Sample data yang telah terambil (data primer) ditiap-tiap titik lokasi akan dianalisis di laboratorium Hiperkes dan analisis dibandingkan dengan Keputusan Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000 tentang standar Baku Mutu Lingkungan pada Lampiran VIII : Baku Mutu Ambien. Untuk sample kebisingan langsung di ambil di lapangan dengan SLM yakni dengan mengambil 15 kali uji kebisingan dalam 1 menit lalu dirata-ratakan untuk memperoleh1 nilai sample Kebisingan.

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Primer Kualitas Udara a. Hasil Pengukuran Berdasarkan analisis 4 (empat) sample yang telah dilaksanakan di Lapangan dan di Laboratorium, diperoleh hasil yang disajikan seperti dibawah ini : 1) Parameter Bising Untuk parameter bising dapat disajikan dalam table 1 berikut. 2) Parameter Kualitas Udara Untuk parameter kualitas udara, yang berupa dasar Debu, Timbal (Pb), Karbon Monoksida (Co), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Monoksida (NO2) dan Ozon (O3) dapat disajikan dalam table 2 berikut.

17

Hasil Analisis Parameter Fisika Hari Pengukuran 31 Mei 06 31 Mei 06 Baku Hasil Pengujian Mutu I 75 230 72,3 II 72,5 III 71,5 IV 68,3

No. 1 2

Parameter Bising Debu

Metode SLM

Satuan dB

Gravimetri g/m3

398,221 320,221 326,087 289,885

Sumber : Data Primer PPLH UNUD, 2006 Hasil Analisis Parameter Kimia Hasil Pengukuran 31 Mei 06 31 Mei 06 31 Mei 06 31 Mei 06 Baku Mutu 2 30.000 900 400 Hasil Pengujian I 0,697 1173,34 27,19 56,227 II 0,615 1088,63 22,90 38,110 III 0,555 1013,33 22,93 37,370 IV 0,843 1280,00 18,73 67,036

No. 1 2 3 4

Parameter Timbal (Pb) Carbon Monoksida (CO) Sulfur Dioksida (SO2) Nitrogen Dioksida (NO2)

Metode Dithizon Ektraktion Iodium Pentoksida West Gueka Saltzman

Satuan g/m3 g/m3 g/m3 g/m3

Sumber : Data Primer PPLH UNUD, 2006 Keterangan Lokasi Sampling : I. Di SMA N 2 Denpasar (Jln. Sudirman Denpasar)

II. Di depan Kantor Camat Denpasar Barat (Jln. Gunung Agung) III. Di depan Kantor Walikota Denpasar (Jln. Gadjah Mada) IV. Didepan GOR Ngurah Rai, Denpasar (Jln. Melati Jln. Mawar)

18

4.2.

Pembahasan

1.

Parameter Kebisingan Untuk parameter kebisingan, dari hasil analisi pengujian kualitas udara, terlihat bahwa

konsentrasinya pada empat titik lokasi yang dijadikan sample yaitu lokasi depan Kantor Camat Denpasar Barat (Jln. Gunung Agung), di depan Kantor Walikota Denpasar (Jln. Gadjah Mada), didepan Gor Ngurah Raid an di SMA Negeri 2 Denpasar (Jln. Sudirman Denpasar), ternyata konsentrasi parameter kebisingan berada dibawah standar baku mutu lingkungan yang diperbolehkan (Keputusan Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000, dimana standar baku mutu untuk Debu total adalah sebesar 75 dB), pada periode pengukuran tanggal 31 Mei 2006. Kebisingan yang tertinggi sebesar 72,5 dB terjadi didepan Kantor Camat Denpasar Barat (Jln. Gunung Agung) dan yang terendah sebesar 68,3 dB tejadi di depan GOR Ngurah Rai (Jln. Melati Jln. Mawar). Adanya peningkatan dan perbedaan kebisingan dilokasi masing-masing dalam atmosfer/ udara ambient sebagian besar disebabkan karena kontribusi ramainya kendaraan bermotor, mengingat semua lokasi pengambilan sample yang berada ditepi jalan utama pusat kota yang banyak dilalui oleh kendaraan besar (seperti mobil penumpang, bus, truck, dan kendaraan berat lainnya). Sebagian besar kebisingan ini diakibatkan karena kepadatan arus lalu lintas dimasing-masing lokasi dan jam serta hari sibuk untuk kerja (melakukan aktifitas kantor).

2.

Parameter Kualitas Udara a. Debu

Untuk parameter kualitas udara yaitu debu total, dari hasil analisis pengujian kualias udara, terlihat bahwa konsentrasinya pada empat lokasi pengambilan sample yaitu di Lokasi depan Kantor Camat Denpasar Barat (Jln. Gadjah Mada), didepan GOR Ngurah Rai Denpasar (Jln. Melati) dan di depan SMA Negeri 2 Denpasar (Jln. Sudirman Denpasar), ternyata konsentrasi parameter debunya semua berada diatas standar baku mutu lingkungan yang diperbolehkan (Keputusan Gubernur Bali No. 515 Tahun 2000, untuk debu total adalah sebesar 230 g/m3.19

Adanya kandungan debu dalam atmosfer/udara ambient sebagian besar disebabkan karena kontribusi zat pencemar partikulat yang bersumber dari kendaraan bermotor, mengingat semua lokasi pengambilan sample yang berada ditepi jalan utama pusat kota yang banyak dilalui oleh kendaraan bermotor terutama kendaraan besar (seperti mobil penumpang, bus, truck, dan kendaraan berat lainnya). Sebagian besar partikel halus ini berasal dari senyawa Sulfur dan senyawa Nitrogen yang dalam selang waktu beberapa jam atau beberapa hari berubah dari gas menjadi padat.

Berdasarkan hasil analisis pengujian kualitas udara untuk semua parameter debu pada 4 lokasi sampling menunjukkan nilai sudah di atas standar baku mutu lingkungan yang diperbolehkan yaitu Keputusan Gubernur Bali No.515 Tahun 2000.

b.

Timbal (Pb)

Untuk parameter Timbal (Pb) dari 4 (empat) lokasi pengambilan sample konsentrasi timbalnya menunjukkan nilai dibawah standar baku mutu lingkungan yang diijinkan (Keputusan Gubernur Bali No.515 Tahun 2000, konsentrasi Timbal yang diperbolehkan sebesar 2 g/m3). Konsentrasi Timbal yang tertinggi sebesar 0,843 g/m3 didepan GOR Ngurah Rai (Jln. Melati Jln. Mawar) dan yang terendah sebesar 0,555 g/m3 didepan Kantor Walikota Denpasar (Jln. Gadjah Mada). Adanya konsentrasi dari Timbal di udara merupakan kontribusi dari gas buang kendaraan bermotor yang dalam bahan bakarnya terutama bensin masih mengandung Timbal walaupun kecil sekali kandungannya dalam bahan bakar (0,014 g/m3), karena sifat dari gas Timbal adalah bersifat akumulatif. Logam berat yang berwarna kelabu keperakan dan sangat beracun yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Peningkatan kandungan Pb dalam darah akan dapat menyebabkan orang mersa pusing-pusing, mual bahkan muntah, dan pada ibu hamil akan dapat mengakibatkan keguguran.

c.

Carbon Monoksida (CO)

Konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) pada ke-4 lokasi sampling semuanya masih berada dibawah standar baku mutu yang diperbolehkan (SK Gubernur Bali No.515 Tahun 2000, konsentrasi gas CO yang diperbolehkan 30.000 g/m3). Konsentrasi CO yang tertinggi sebesar20

1280 g/m3didepan GOR Ngurah Rai (Jln. Melati Jln. Mawar) dan yang terendah sebesar 1013,33 g/m3 didepan kantor walikota Denpasar (Jln Gadjah Mada). Adanya konsentrasi gas Karbon Monoksida di udara ambien lebih banyak disebabkan dari kontribusi asap kendaraan bermotor yang banyak melintas dilokasi sampling. Menurut Kurniawan (2001), sebagian besar gas CO yang ada di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain yang ikut sebagai penyumbang gas CO di atmosfer. Pada bahan bakar yang mengandung karbon (seperti bensin dan solar) terbakar dengan tidak sempurna maka akan menghasilkan suatu senyawa berupa gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering kita kenal dengan gas CO (Carbon Monoksida). Selain dari asap, kendaraan bermotor, sumber pencemar lain terhadap gas CO ini adalah hasil pembakaran pada pembakaran sampah pertanian dan sampah limbah padat lainnya. Dampak dari peningkatan kadar CO dalam darah dapat mengurangi pasokan oksigen keseluruh tubuh, yang pada akhirnya akan dapat menyebabkan rasa pusing bahkan pingsan.

d.

Sulfur Dioksida (SO2)

Parameter kimia lainnya adalah Sulfur Dioksida, dari hasil analisis sample udara terlihat bahwa konsentrasi gas SO2 di keempat lokasi sampling masih dibawah standar baku mutu lingkungan yaitu 900 g/m3 (Keputusan Bali No. 515 Tahun 2000). Gas Sulfur Dioksida ini terbentuk ketika sulfur bubuk berwarna kuning keemasan yang terdapat dalam batu bara dan bahan bakar terbakar. Sumber lain dari gas Sulfur Dioksida ini selain asap kendaraan bermotor adalah dari pemanasan ddalam rumah tangga dan pembakaran sampah/arang kayu. Setelah berjam-jam atau berhari-hari tercampur diudara, Sulfur Dioksida ini membentuk partikel yang amat halus yang biasa disebut sulfat dan dapat menembus bagian terdalam paru-paru dan bercampur dengan air didalam paru-paru membentuk asam belerang, tetapi bila di udara sulfat ini akan bereaksi dengan air di atmosfer dan akan mengakibatkan terjadinya hujan asam. Selain pengaruhnya terhadap kesehatan manusia, Sulfur Dioksida juga akan berpengauh terhadap tanaman dan hewan. Pengaruh SO2 terhadap hewan hamper menyerupai pengaruh SO2 pada manusia. Pada tumbuh21

tumbuhan, Sulfur Dioksida berpengaruh terjadinya perubahan warna daun dari hijau dapat berubah menjadi kuning atau terjadinya bercak-bercak putih pada daun tanaman. e. Nitrogen Dioksida (NO2)

Dari hasil analisis kualitas udara konsentrasi gas Nitrogen Dioksida (NO 2) di keempat lokasi pengambilan sample masih berada dibawah standar baku mutu lingkungan (Keputusan gubernur Bali No.515 Tahun 2000 yaitu sebesar 400 g/m3). Adanya konsentrasi gas Nitrogen Dioksida diudara selain disebabkan dari asap kendaraan bermotor/transportasi (sebesar 39,3 %) juga dari proses pembakaran sampah, arang kayu dan pembakaran gas alam. Konsentrasi gas NO2 di udara dalam suatu tempat bervariasi sepanjang hari tergantung dari sinar matahari dan mobilitas kendaraan dan aktivitas penduduknya. Dari perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira adalah 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari, dan gas ini bersifat akumulasi diudara yang bila bercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam. Untuk dampak kebisingan dapat memberikan efek : 1) efek fisikal yitu kerusakan yang terjadi pada alat pendengaran, 2) efek psikologis yaitu kerusakan pada bagian fungsi-fungsi tubuh seperti tekanan darah meningkat, insomnia, pencernaan menjadi mual-mual, dan selalu gelisah, 3) efek emosi yaitu perubahan emosional sebagai ekspresi akan kebisingan berupa rasa jengkel atau rasa terganggu, bahkan dapat menimbulkan cacat mental, dan 4) efek operasional yaitu kebisingan dapat mengurangi daya kerja baik fisik maupun mental berupa gangguan komunikasi maupun penurunan ketajaman pikiran. Terkait akan hasil penelitian diatas terhadap kebisingan dan kualitas udara, secara keseluruhan dapat dilakukan beberapa cara/langkah untuk pencegahan dan penanggulangan peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara, yaitu : (1) Melakukan pengaturan arus lalu lintas agar tidak terlalu padat atau menumpuk pada satu jalur padat;22

(2) Membuat pedestarian pada jalur lalu lintas yang padat seperti di jalan Gadjah Mada, jalan P.B. Sudirman, jalan Kamboja, dan lain-lain; (3) Melakukan pengaturan jam kerja yang berbeda-beda untuk masing-masing instansi sehingga tidak terjadi kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu saja; (4) Turut membantu Pemerintah Kota Denpasar dan dukungan berbagai kalangan dan sekolah untuk turut melaksanakan hari tanpa kendaraan bermotor; (5) Unuk Dinas Perhubungan, perlu dilakukan pengujian asap yang ketat terhadap semua kendaraan umum dan pribadi serta pembatasan umur kendaraan yang layak beroperasi di Kota Denpasar (misalkan kendaraan umum maksimal 10 tahun dari tahun produksi pertama kalinya); (6) Melakukan penghijauan missal dimasing-masing ruas jalan protocol sehingga tercipta udara yang bersih dan nyaman bagi pejalan kaki.

23

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan Dari hasil pengukuran terhadap kualitas lingkungan untuk komponen udara dan kebisingan, hasil analisis laboratorium secara menyeluruh untuk semua parameter-parameter di wilayah Kota Denpasar dapat disimpulkan bahwa : (1) Kualitas udara di Kota Denpasar untuk parameter kualitas udara yaitu debu total,

konsentrasinya di udara ambient sudah melebihi standar baku mutu lingkungan untuk semua lokasi sampling di Kota Denpasar, sedangkan untuk parameter lainnya yaitu : Timbal (Pb), Carbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2) , dan Nitrogen Dioksida (NO2), konsentrasi gasgas tersebut masih dibawah Standar Baku Mutu Lingkungan. (2) Konsentrasi gas-gas polutan pada hari-hari tertentu, terjadi perbedaan yang signifikan, hal

ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan roda empat yang beroperasional dan kendaraan bermotor lainnya yang ada di Kota Denpasar (0,1%). (3) Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan pencegahan dan penanggulangannya secara

menyeluruh oleh Pemerintah Kota Denpasar dan masyarakat untuk mengurangi peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara di Kota Denpasar.

5.2. Saran Untuk menjaga kualitas udara yang dicanangkan dalam program langit biru dan mengurangi kebisingan, maka perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan serta penetapan kebijakan yang mendukung program tersebut, antara lain sebagai berikut : 1) Perlu dilakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kota Denpasar untuk membatasi

umur kendaraan ang beroperasi di jalan umum sehingga dapat mengurangi emisi gas buang; 2) Melibatkan pihak swasta, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi Negeri dan

Swasta untuk ikut melaksanakan hari tanpa mobil.24

Daftar Pustaka

Indah, P. 2000. Metode dan Teknik Analisa Komponen Udara. Materi khusus : AMDAL B, BPG Yangbatu, Denpasar Bali. Kurrniawan, B. 2001. Pengendalian Pencemaran Udara. Lokakarya : Monitoring Kualitas Udara Ambien, 30 31 Oktober 2001, Wisma Shanti Graha, Sudirman Denpasar. SLHD, 2004. Status Lingkungan Hidup Daerah, Kota Denpasar. Sugiarta, A.A.G. 2002. Dampak kualitas Udara. Materi khusus : AMDAL A, BPG Yangbatu, Denpasar Bali. Sugiarta, A.A.G. 2004 . Dampak Bensin Tanpa Timbal (Pb) terhadap Kualitas Udara Kota Denpasar. Jurnal Lingkungan Hidup : Bumi Lestari. Volume 4 Nomor 2, Periode Agustus 2004. Srikandi, F. 1992. Polusi Udara dan Air. Penerbit : Kanisius, Yogyakrta, bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizo, Institut Pertanian Bogor.

25