makalah pu

24
MAKALAH E M O S I Dosen Pembimbing : Rezkiyah Rosyidah,S.Psi ,M.Psi ,Psi Di Susun Oleh Kelompok 3 : Zuli Wulandari 140541100094 Ismi Yukhanid 140541100104 Ahmad Amirol .G 140541100108 Ira Mustika 140541100115 Sukmawati Suaedy 140541100125 Neneng Ginarsih 110541100004 Shinta D. Prameswari A 110541100082 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Upload: agieb-bagraf

Post on 16-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

caojpo

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pu

MAKALAH

E M O S IDosen Pembimbing : Rezkiyah Rosyidah,S.Psi ,M.Psi ,Psi

Di Susun Oleh Kelompok 3 :

Zuli Wulandari 140541100094

Ismi Yukhanid 140541100104

Ahmad Amirol .G 140541100108

Ira Mustika 140541100115

Sukmawati Suaedy 140541100125

Neneng Ginarsih 110541100004

Shinta D. Prameswari A 110541100082

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2015

Page 2: Makalah Pu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini.

Makalah ini merupakan sebuah ulasan mengenai teori Emosi yang berfokus pada penjelasan berbagai aspek yang terdapat didalam teori tersebut.

Dengan adanya pendalaman materi yang membahas tentang teori Emosi diharapkan dapat membantu pembaca agar lebih mengetahui gambaran mengenai tentang Emosi.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan senantiasa menjadi sahabat bagi pembaca yang ingin belajar lebih dalam tentang Emosi. Kritik dan saran dari pembaca tetap kami harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

Bangkalan, 23 Maret 2015

Page 3: Makalah Pu

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................ i

Kata Pengantar........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 1

1.3. Tujuan.............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Emosi....................................................................................... 5

2.2 Teori-teori Emosi.............................................................................................. 5

2.3 Hakikat Emosi................................................................................................... 6

2.4 Gejala Perasaan (EMOSI) ................................................................................ 7

2.5 Macam – Macam Emosi.................................................................................... 9

2.6 Gangguan Emosi............................................................................................... 9

2.7 Ekspresi dan Emosi........................................................................................... 12

2.8 Perasaan dan Emosi.......................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................................... 16

3.2. Daftar Pustaka.................................................................................................. 16

Page 4: Makalah Pu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada hakikatnya, setiap orang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari

sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Misalnya, kita merasa gembira atau merasa jengkel saat perjalanan ke kampus. Darimana emosi itu muncul, apakah dair pikiran atau dari tubuh? Tak seorang pun yang bisa menjawabnya dengan pasti, ada yang mengatakan tindakan dulu (tubuh), baru muncul emosi ada pula yang mengatakan emosi dulu (pikiran), baru muncul tindakan. Emosi dan tindakan sangat erat berkaitan dan tidak mungkin di pisahkan karena keduanya merupakan bagian dari emosi.

Emosi tidak selalu jelek atau bersifat negatif karena semua itu tergantung pada emosi mana yang kita pilih dalam reaksi kta terhadap orang lain dan situasi sekitar kita. Semua orang memiliki jenis perasaan yang serupa. Namun, intensitasnya berbeda-beda. Emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan yang membuat kita frustasi tetapi juga bisa menjadi modal untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan hidup.

Semua emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung, tekanan darah, sekresi adrenalin, malu, sesak napas, gemetar, pucat, pingsan, menangis, dan merasa mual.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian emosi?2. Apa teori yang berkaitan dengan emosi?3. Bagaimana perkembangan emosi?4. Apa macam-macam emosi?5. Bagaimana gangguan emosi?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian emosi2. Memahami teori yang berkaitan dengan emosi3. Terjadinya perkembangan emosi4. Mengetahui macam-macam emosi5. Memahami tentang bagaimana gangguan emosi dapat terjadi

Page 5: Makalah Pu

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Hakikat Emosi

Dari mana emosi itu muncul,apakah dari fikiran atau dari tubuh??

Agaknya,tak seorangpun bisa menjawabnya dengan pasti. Ada pula yang mengatakan tindakan dulu (tubuh),baru muncul emosi. Ada pula yang mengatakan dulu (pikiran),baru muncul tindakan. Mana yang muncul lebih dulu tidaklah begitu begitu penting bagi kita sebab tindakan dan emosi pada dasarnya sangat erat berkaitan. Kita tidak mungkin memisahkan tindakan dan emosi. Karena keduanya merupakan bagian dari keseluruhan.

2.2 Teori-teori Emosi

Dalam upaya menjelaskan ihwal timbulnya gejala emosi,para ahli mengemukakan beberapa teori emosi. Beberapa teori emosi yang terkenal diajukan oleh Schachter dan Singer “Teori Emosi Dua-Faktor”. James dan lange yang terkenal dengan “Teori Emosi James-Lange”, serta Cannon dengan teori ‘’Emergency”-nya.

1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer

“Teori Emosi Dua-Faktor” Schachter-Singer dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja saa (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah , dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan – seperti diterima diperguruan tinggi idaman – emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan (misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.

Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran atribusi dalam emosi mulai dengan sebuah teori kognitf yang sangat dikenal dan dipublikasikan oleh Stanlay Schachter dan Jeromy Singer pada tahun 1962. (konsepsi berkowitz tentang bagaimana pikiran tingkat tinggi menentukan pembentukan suasana emosional setelah munculnya reaksi awal, relatif primitif dan emosional, dipengaruhi oleh formulasi ini). Semua pembahasan tentang peran kognisi dalam proses terjadinya kemarahan, sangatlah tidak lengkap tanpa pembahasan dalam teori ini.

2. Teori Emosi James-Lange

Teori kedua dinamakan teori Emosi James-Lange. Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadnya reaksi psikologik. Jadi, kita senang karena kita meloncat-lonca setelah melihat pengumuman dan kita takut karena kita lari setelah kita melihat ular.

Page 6: Makalah Pu

Menurut teori ini emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jadi, jika seseorang misalnya, melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-pau lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut mengapa rasa takut yang timbul ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar.

3. Teori “Emergency” Cannon

Teori emosi yang ketiga ini dinamakan teori “Emergency” Cannon. Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), seorang fisiolog dari Harvard University. Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang geting, orang-orang primitif yang membuat respon semacam itu bisa survive dalam hidupnya.

Cannon menyalahkan teori James – Lange karena beberapa alasan, termasuk fokus eksklusif teori pada reaksi organ dalam. Cannon mengatakan, antara lain, bahwa organ dalam umumnya terlalu insensitif dan terlalu dalam responnya utuk bisa menjadi dasar berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung sedemikian cepat meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ dalam merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.

2.3 Perkembangan Emosi

Para ahli fisiologi sering menyebutkan bahwa dari semua aspek perkembangan, yang paling sukar untuk diklasifikasikan adalah perkembangan emosional. Orang dewasa pun mendapat kesukaran dalam menyatakan perasaannya. Reaksi terhadap emosi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh lingkangan, kebudayaan, dan sebagainya, sehingga mengukur emosi itu agaknya hampir tidak mungkin.

Disaat anak baru lahir syaraf yang menghubungkan otak baru dengan otak lama belum berkembang secara penuh. Karena itu, respon emosional anak tersebut tidak terkendalikan. Ia memberikan reaksi secara keseluruhan, tanpa menunjukkan perbedaan antara berbagai tingkat dan jenis stimulus.

Dengan membandingkan antara respon-respon emosional anak dan respon-respon emosional orang dewasa, bisa diketahui bahwa perkembangan itu bergerak dari tingkat sederhan ketingkat yang rumit.

Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang tampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta. Pada keadaan tenang, bayi itu tidak menunjukkan perbuatan apapun jadi emosinya netral.

Kurang lebih tiga bulan kemudian, baru tampak pembedaan. Pada saat ini, terdapat dua ekstremitas, yaitu rasa tertekan atau terganggu dan rasa senang atau gembira. Senang

Page 7: Makalah Pu

atau gembira merupakan perkembangan emosi lebih lanjut yang tidak terdapat pada waktu lahir.

Pada waktu usia lima bulan, marah dan benci mulai dipisahkan dari rasa tertekan atau terganggu. Usia tujuh bulan, mulai tampak perasaan takut. Antara usia 10-12 bulan, perasaan bersemangat dan kasih sayang mulai terpisah dari rasa senang. Semakin besar anak itu, semakin besar pula kemampuannya untuk belajar, sehingga perkembangan emosinya kian rumit. Perkembangan emosi lewat proses kematangan hanya terjadi saat usia satu tahun. Setelah itu, perkembangan selanjutnya lebih baik ditentukan oleh proses belajar.

Begitulah, sepanjang seluruh fase serta pada segenap tahap perkembangan anak, mengalirlah secara terus-menerus, tiada henti-hentinya, arus pengalaman-pengalaman emosional.

2.4 Gejala Perasaan (EMOSI)

1. Pengertian

Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif. Unsur-unsur perasaan:

a. Bersifat subjektif dari pada gejala mengenal

b. Bersangkut paut dengan gejala mengenal

c. Perasaan dimulai sebagai rasa senang atau tidak senanag, yang tingkatannya tidak sama.

Gejala perasaan kita tergantung padakeadaan jasmani, pembawaan, dan perkembangan perasaan.

3 perasaan menurut Wilham Wundt :

1. Perasaan tidak hanya dapat dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang, melainkan masih dapat dilihat dari dimensi lain.

2. Perasaan dapat dilihat sebagai suatu hal yang “excited” atau sebagai “innert feeling”

3. Perasaan dapat dialami oleh individu sebagai suatu yang masih dalam penghargaan (expectancy atau release feeling)

2. Afek dan Stemming

Afek merupakan peristiwa psikis dapat diartikansebagai rasa ketegangan hebat dan kuat, yang timbul dengan tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya, pribadi yang dihinggapi afek tersebut tidak mengenal atau tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Afek pada umumnya tidak pernah berlangsung lama, karena sifatnya yang terlalu kuat. Misalnya,

Page 8: Makalah Pu

ketakutan, kemurkaan, kemuakan, ledakan dendam kusumat, kebencian yang menyala-nyala, cinta birahi, kestase (kehanyutan jiwa), dan lain sebagainya.

Stemming atau suasana hati dapat diartikan sebagai suasana hati yang berlangsung agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri perasaan senang atau tidak senang sebab-sebab suasana hati itu pada umumnya ada dalam bawah sadar namun ada kalanya juga disebabkan oleh faktor jasmaniah. Jika suasana ini konstan sifatnya maka peristiwa ini disebut “humeuur”.

3. Simpati dan Empati

Simpati adalah perasaan terhadap orang lain. Simpati ialah suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain. Dengan kata lain suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan sesuatu yang dirasakan oleh orang lain. Disini ada situasi feeling with another person. Simpati dapat timbul karena perasaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama atau karena berasal dari daerah yang sama, dan sebagainya.

Empati adalah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andai kata dia dalam situasi orang lain tersebut. Karena empati, orang menggunakan perasaaanya dengan eektifdidalam situasi orang lain, didorongnya oleh emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain. Disini ada situasi “feeling into a person or thing”

4. Emosi dan Perkembangan pribadi

Emosi bukanlah gejala jiwa yang dominan bagi manusia, sebab masih ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi terhadap kehidupan emosi. Namun, peranan emosi bagi manusi tidak dapat diabaikan. Karena emosi berpengaruh terhadap kejiwaan kita , berarti berpengaruh juga terhadap kemauan dan perbuatan. Maka, gejala jiwa itu berpengaruh pula terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi.

a. Kekuatan perasaan dapat diperkuat dan dapat diperlemah. Kemungkinan semacam itu memberi kesempatan yang baik pada usaha-usaha pendidikan. Dalam pembentukan pribadi anak perlu dikembangkan perasaan-perasaan yang baik, luhur, dan positif, misalnya perasaan ketuhanan, perasaan sosial, perasaan keindahan, perasaan intelek, perasaan harga diri, dan perasaan kesusilaan.

b. Pendidikan perasaan adalah sangat penting. Usahakanlah suasana dan rasangan-rangsangan yang dapat membangun dan mengembangkan perasaan yang baik dan luhur., dan tiadakanlah keadaan yang merangsang timbulnya perasaan-perasaan yang rendah dan negatif, misalnya perasaan takut, kecil hati, dendam, iri, khawatir, dan sebagainya.

c. Karena emosi mempunyai sifat menjalar atau menular atau merembet maka jangan membawakan emosi yang negatif dalam hubungannya dengan seksama, baik dalam pergaulan pendidikan maupun dalam pergaulan pada umumnya.

Page 9: Makalah Pu

2.5 Gangguan Emosi

1. Teori Lingkungan

Teori lingkungan ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan timbulnya stres. Pandangan tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi.

Menurut Bertand Russell, lingkungan emosional yang tepat bagi seseorang anak merupakan suatu hal yang sulit, dan tentu saja bervariasi menurut usia anak. Sepanjang masa kanak-kanak, ada kebutuhan untuk merasa aman, meskipun kian berkurang.

2. Teori Afektif

Pandangan profesional yang paling luas dianut mengenai gangguan mental adalah pandangan yang berusaha menemukan pengalaman emosional bawah sadar yang dialami seorang anak bermasalah dan kemudian membawa ingatan yang dilupakan dan ditakuti ini kedalam sadar, sehingga dapat dilihat dari sudut yang lebih realistik.

Menurut pandangan ini, bukan lingkungan, seperti si ayah yang menimbulkan gangguan, tetapi perasaan bawah sadar si anak (atau secara teknis dikatakan afeksi). Kelepasan hanya bisa dicapai bila perasaan tersebut dimaklumi dan dihidupkan kembali dengan seseorang yang tidak akan menghukum anak tersebut atas keinginan-keinginannya yang berbahaya.

3. Teori Kognitif

Menurut teori “Psikoterapi Rasional-Emotif” oleh Albert Ellis (1962), penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar kita akan masalah tersebut, melainkan dari pendapat yang salah dan irrasional, yang disadari maupun tidak disadari akan masalah-masalah yang kita hadapi.

Menurut Hauck (1967), perbaikan emosional mencakup tiga langkah. Pertama, kita harus memperlihatkan kepada si anak anggapan-anggapan yang salah, yaitu merupakan suatu bencana bila ia tidak mendapatkan apa yang diinginkan, dan jika ada perlakuan yang tidak adil dari orang tuanya,itu benar-benar akan mengganggunya. Kedua, kita selanjutnya menunjukkan lewat nalar bahwa bukan perilakunya, melainkan reaksinya terhadap orang tuanya itulah yang menyebabkan gangguannya, karena ia sebenarnya tidak disiksa secara fisik. Ketiga, ia akan dinasehati agar bersikap lebih manis dan dapat bekerja sama.

2.6 Macam – Macam Emosi

Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu : (1) marah, orang bergerak menentang sumber frustasi; (2) takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi; (3) cinta, orang bergerak menuju sumber

Page 10: Makalah Pu

kesenangan; (4) depresi, orang menghentikan respons-respons terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri (Mahmud, 1990:167).

Dari hasil penelitiannya, John B. Watson. (dalam Mahmud,1990) menemukan bahwa tiga dari keempat respons emosional tersebut terdapat pada anak-anak, yaitu: takut, marah, dan cinta.

1. Takut

Pada dasarnya, rasa takut itu bermacam-macam. Ada yang timbul karena seorang anak kecil memang ditakuti-takuti atau karena berlakunya berbagai pantangan dirumah. Akan tetapi, ada juga rasa takut “naluriah” yang terpendam dalam hati sanubari setiap insan. Misalnya saja,rasa takut akan tempat gelap, takut berada ditempat sepi tanpa teman atau takut menghadapi hal-hal asing yang tidak dikenal. Kengerian-kengerian ini relatif lebih banyak diderita oleh anak-anak daripada orang dewasa. Karena, sebagai insan yang masih sangat masih muda, tentu saja daya tahan anak-anak belum kuat.(Sobur,1988:114-115).

Jika dilihat secara objektif, bisa dikatakan bahwa rasa takut selain mempunyai segi-segi negatif, yaitu bersifat menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaan dan gejala tubuh yang menegangkan, juga ada segi positifnya. Rasa takut merupakan salah satu kekuatan yang mendorong dan meggerakkannya. Bahwa rasa takut mempunyai ilai negatif dan positif, karena rasa takut melindungi individu dalam keadaan yang berbahaya.

2. Marah

Pada umumnya, luapan kemarahan lebih sering terlihat pada anak kecil ketimbang rasa takut. Bentuk-bentuk kemarahan yang banyak kita hadapi adalah pada anak yang berumur sampai kira-kira 4 tahun. Kemarahan yang terlihat dari tingkah menyakiti diri sendiri, ini sering disebut anak ngambek atau ngadat untuk mendapatkan sesuatu. Dengan istilah lain, ngadat itu disebut temper tantrums (Gunarsa, 1980:89). Jika temper tantrums ini tidak ditanggulangi dengan baik, tingkah laku tersebut dapat dilakukan juga sesudah empat tahun. Cara-caranya lebih sulit lagi, sehingga sering tidak dapat dimengerti lagi bahwasanya cara tingkah laku tersebut merupakan luapan kemarahan.

Kemarahan, seperti halnya dengan ketakutan, dipengaruhi oleh faktor-faktor belajar dan pendewasaan (Jersild, 1954). Dalam sebuah studi yang dilakukan Goodenough (1931, dlam Jersild,1954), terdapat cukup bukti yang memperlihatkan bahwa anak-anak lebih mudah marah apabila pada malam sebelumnya mereka tidak cukup beristirahat.

Anggapan umum bahwa orang yang merasa tidak enak cenderung marah dan agresif mungkin sulit diterima, dan apabila pada kenyataannya, hubungan antara perasaan dan agresi terbuka itu bersifat kompleks. Dalam kaitan ini, Berkowits memberikan ringkasan emikirannya seperti tertuang berikut ini :

Page 11: Makalah Pu

Bagaimana Perasaan Negatif Bisa Mengakibatkan Amarah

Kejadian tak enak

Perasaan Negatif

Reaksi Asosiatif PrimitifKecenderungan berkaitan

dengan agresi

(Respons motorik ekspresif,Reaksi psikologis, pikiran

Dan ingatan berkaitan denganAgresi)

Kemarahan Awal

Kecenderungan berkaitanDengan penghindaran

(Respons motorik ekspresif,Reaksi psikologis, pikiran,Dan ingatan yang berkaitan

Dengan penghindaran

Ketakutan Awal

Lebih Berkembang, Pemikiran“Tingkat Tinggi”

(pikiran berkaitan dengan atribusi,Aturan sosial tentang emosi yangSesuai dengan situasi, konsepsiTentang sifat emosi tertentu,dll)

Perasaan yang sudah dikembangkan

Sakit Hati, TersinggungAtau Amanah

Rasa Takut

Sumber : Berkowitz, 1999

Dalam bagan diatas, Formulasi Berkowits mempunyai beberapa tahap dalam pembentukan pengalaman dan perilaku emosional setelah seseorang mengalami kejadian negatif. Kejadian itu sendiri jelas menimbulkan perasaan negatif, dan teoretis, mungkin karena program biologis kita, perasaan tidak enak itu otomatis menimbulkan berbagai reaksi ekspresif motorik, perasaan, pikiran, dan memori.

3. Cinta

Cinta kasih adalah ibarat fundamen pendidikan secara keseluruhan. Tanpa curahan kasih, pendidikan yang ideal tidak mungkin bisa dijalankan. Selanjutnya , pendidikan tanpa cinta akan menjadi kering dan bahkan tidak menarik.

Page 12: Makalah Pu

2.7 Ekspresi dan Emosi

Wullur (1970:16) melukiskan ekspresi sebagai “Pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak, dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjelmakan perasaan atau buah pikiran”.

Ekspresi menurut Wullur, juga bersifat membersihkan, membereskan (katartis). Karena itu, ekspresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu dapat membahayakan. Dan terkadang bias menjadi “letusan kecil”, seperti perilaku memaki-maki, atau bisa juga terjadi “letusan besar”, misalnya mengamuk bahkan membunuh. “Letusan” yang lebih besar lagi adalah terjadinya letusan revolusi suatu bangsa yang bertahun-tahun atau berabad-abad tertindas.

Dalam kaitannya dengan emosi, ekspresi emosional (emotional expression) dapat terbagi jadi tiga macam (Dirgagunarsa, 1996:138), yakni :

1. Startle Response atau reaksi terkejut.

Reaksi ini merupakan sesuatu yang ada pada setiap orang dan diperoleh sejak lahir (inborn); jadi tidak di pengaruhi oleh pengalaman tiap-tiap individu.

2. Ekspresi wajah dan suara (facial and vocal expression).

Keadaan emosi seseorang dapat dinyatakan melalui wajah dan suara. Melalui perubahan wajah dan suara, kita bias membedakan orang-orang yang sedang gembira, marah, dan sebagainya.

3. Sikap dan gerak tubuh (posture and gesture)

Sikap dan gerak tubuh juga merupakan ekspresi dari keadaan emosi.ini sangat dipengaruhi oleh keadaan kebudayaan tempat orang itu hidup dan pendidikan yang didapat dari orang tuanya. Jadi, ekspresi dalam sikap dan gerak tubuh ini bisa berlainan sekali pada tiap-tiap orang.

Ekspresi wajah yang menyertai emosi jelas berfungsi mengomunikasikan emosi tersebut. Menurut Atkinson, sejak publikasi buku klasik Charles Darwin pada tahun 1872. Penelitian belum lama ini, menurut Atkinson, lebih luas dari tradisi Darwin, menyatakan bahwa selain fungsi komunikatifnya, ekspresi emosi berperan pada pengalaman subjektif emosi, sama seperti rangsangan dan penilaian.

Bagi Atkinson, ekspresi wajah tertentu tampaknya memiliki makna universal, tanpa memandang kultur tempat individu yang bersangkutan dibesarkan. Ekspresi universal dari kemarahan, misalnya, adalah wajah memerah, kening berkerut, lubang hidung membesar, rahang mengatup, dan gigi tampak terlihat jelas.

Universalitas ekspresi emosi tertentu mendukung pernyataan Darwin bahwa hal tersebt adalah respons bawaan dengan sejarah evolusioner. Menurut Darwin, seperti dikutip

Page 13: Makalah Pu

Atkinson, banyak cara mengekspresikan emosi adalah bawaan yang awalnya memiliki manfaat bagi kelangsungan hidup. Misalnya, ekspresi rasa muak atau penolakan didasarkan pada upaya organisme untuk melindungi dirinya dari sesuatu yang tidak menyenangkan yang telah tertelan. Sebetulnya, di samping ekspresi dasar emosi yang tampaknya universal, terdapat pula bentuk ekspresi yang konvensional, yakni sejenis bahasa emosi yang dikenali oleh orang lain dalam suatu kultur atau kebudayaan.

2.8 Perasaan dan Emosi

Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif (koentjaraningrat, 1980).

Perasaan yang selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian tadi biasanya menimbulkan suatu “kehendak” dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu bisa positif—artinya, individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya sebagai suatu yang akan meberikan kenikmatakn kepadanya, atau bisa juga negative, artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya.

Sementara itu, dalam pandangan Dirgagunarsa (1996), perasaan (feeling)mempunyai dua arti. Ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti pengindraan,sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalm arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap suatu hal. Makna peilaian ini tampak, misalnya, dalam ungkapan berikut : “Saya rasa nanti sore hari akan hujan”. Ungkapan ini berarti bahwa menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.

Di lain pihak, emosi mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsure perasaan yangmendalam (intense). Perkataan emosi sendiri berasal perkataan “ emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca (to stir up), yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu.

Dalam mempelajari “perasaan”, para ahli tidak mengadakan pembedaan yang tegas dengan emosi. Hal ini tampak pada pembagian perasaan yang dilakukan oleh beberapa ahli di bawah ini (Dirgagunarsa, 1996).

Max scheler membagi perasaan dalm 4 golongan, yakni :1. Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengindraan; misalnya, rasa panas, dingin, sakit.2. Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh; misalnya rasa lesu, segar.3. Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-perubahan psikis; misalnya rasa senang, sedih.4. Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dialami secara pribadi; misalnya perasaan terasing.E. B. Titchener mengemukakan bahwa perasaan mempunyai beberapa ciri berikut :1. Perasaan dapat dilihat intensitasnya, yaitu kuat atau lemahnya perasaan itu

Page 14: Makalah Pu

2. Perasaan dapat dilihat kualitasnya sehingga kita dapat membedakan persaan sedih dan gembira, kecewa, takut, dan sebagainya.3. Perasaan menghinggapi seseorang untuk jangka waktu yang tertentu (duration).Suatu fungsi psikis, seperti halnya emosi, selain diperoleh dari lahir, juga dipengaruhi oleh lingkungan. Watson menyatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai tiga emosi dasar, yakni :1. Fear, yang nantinya bisa berkembang menjadi anxiety (cemas).2. Rage, yang akan berkembang antara lain menjadi anger (marah).3. Love, yang akan berkembang menjadi simpatiSelanjutnya, Descartes juga mengemukakan emosi-emosi dasar sebanyak 6 macam, yakni :1. Desire (keinginan)2. Hate (benci)3. Wonder (kagum)4. Sorrow (kesedihan)5. Love (cinta)6. Joy (kegmbiraan)Semua emosi dasar tersebut, dengan bertambahnya usia dan bertambahnya pengalaman, akan berkembang menjadi berbagai emosi yang lebih kompleks melalui proses conditioning dan diferensiasi.

Agresi sebagai reaksi emosional

1. Apakah agresi itu?

Sikap agresif adalah penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hak orang lain. Tujuan dari sikap agresif adalah kemenangan, dengan jalan apapun dan harganya mahal. Pribadi yang agresif mungkin memperoleh keinginannya dari orang lain sekarang, tetapi dalam prosesnya, dia menimbulkan kejengkelan, dan kejengkeln tersebut akan berbalik padanya. Dengan kata lain, orang yang bersikap agresif jarang dikelilingi teman dan keluarga yang mencintainya.

2. Agresi pada anak

Pada umumnya, setiap anak mempunyai dorongan agresif. Dorongan agresif ini timbul sejak kecil dan muncul pada perbuatan-perbuatan, seperti mendorong teman sampai jatuh, mencakar kalau tidak diberi kue yang diminta, dan sebagainya. Sementara itu, pada orang tua, atau orang dewasa agresi ini timbul dalam bentuk berkelahi, berdebat, berperang, dan sebagainya.

Agresi merupakan kekuatan hidup (life force) dan energi yang bersifat membangun dan juga menghancurkan. Kekuatan ini adalah sesuatu yang membuat bayi memiliki dan memegang kehidupan dan yang bisa membuatnya berteriak atau menangis bila ia sedang lapar. Sikap keras kepala seorang anak kecil dalam usahanya mendapakan apa yang diinginkannya, permainan yang kasar, jerit anak perempuan selagi kejar-kejaran, dan penggunaan sumpah serapah serta kata-kata kasar pada anak remaja, semua itu secara kasar dapat digolongkan dalam perilaku agresi.

Page 15: Makalah Pu

Namun siapa yang tidak akan mengakui bahwa tindakan seperti itu adalah normal? Memang, harus diakui bahwa ada kebutuhan anak yang hanya dapat dipenuhi dengan berperilaku keras kepala, bersemangat, dan penuh nafsu menyerang terhadap benda, situasi, atau orang-orang tertentu. Semua itu demi perkembangan normal sia anak

Agresi yang berlebihan banyak didapatkan pada anak yang orang tuanya bersikap terlalu memanjakan, terlalu melindungi, atau terlalu bersifat kuasa serta penolakan orangtua. Ada dua macam sebab yang mendasari tingkah laku agresif pada anak:

a. Tingkah laku agresif yang dilakukan untuk menyerang atau melawan orang lain. Jenis tingkah laku agresif ini biasanya ditandai dengan kemarahan atau keinginaan untuk menyakiti.

b. Tingkah laku agresif yang dilakukan sebagai sikap mempertahankan diri terhadap kesenangan dari luar.

Benyamin Spock (1982) secara gamblang mengemukakan, diantara usia 6-12 tahun, anak laki-laki akan bermain perang-perangan, namun mereka telah menerapkan sejumlah pembatasan atau peraturan dalam permainan, sehingga sifat agresi itu pun terkendalikan. Pada usia ini, anak-anak tidak lagi berpura-pura menembak ayah dan ibu mereka, sekalipun hanya bermain atau bercanda. Hal ini disebabakan kesadaran anak itu telah menjadi ketat dan terkendalikan.

Pada masa usia menjelang dewasa, sifat agresivitas menjadi meningkat. Namun anak-anak muda yang berpendidikan baik mencarikan jalan penyaluran yang baik pula, melalui kegiatan-kegiatan misalnya olahraga. Disini, jelas bahwa jika anak-anak itu bermain perang-perangan, hal itu tidaklah buruk, malahan merupakan langkah yang wajar untuk melatih diri mengendalikan sifat agresivitasnya.

3. Teori-teori Agresi

Teori- teori tentang agresi dibagi dalam 2 (dua) kategori utama yaitu teori-teori yang berpandanagan bahwa agresi bersifat naluriah (kodrat bawaan manusia) dan teori- teori yang tidak berpandanan demikian.

Sigmund Freud adalah tokoh utama dalam aliran pandangan ini. Ia berpendapat bahwa pada dasarnya manusia mempunyai dua naluri dasar yaitu, naluri seksual (libido) dan naluri agresif atau yang disebut sebagai naluri kematian (death instink).

Teori lain tentang agresi adalah teori belajar sosial. Bandura (1977) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, perilaku agresif dipelajari dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam lingkungan kebudayaan setempat, atau melalui media masa. Menurut Bandura agresi bisa dipelajari dan terbentuk pada individu lainnya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh individu lain atau oleh model yang diamatinya, bahkan meskipun hanya sepintas dan tanpa penguatan.

Page 16: Makalah Pu

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Emosi bukanlah gejala jiwa yang dominan bagi manusia, sebab masih ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi terhadap kehidupan emosi. Namun, peranan emosi bagi manusi tidak dapat diabaikan. Karena emosi berpengaruh terhadap kejiwaan kita , berarti berpengaruh juga terhadap kemauan dan perbuatan. Maka, gejala jiwa itu berpengaruh pula terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi.

3.2 Daftar Pustaka

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta