makalah pu 1

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai pendiri dari Psikologi Gestalt, tetapi ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967). Ketiga tokoh ini mempunyai pemikiran yang sama atau searah. Kata Gestalt sesungguhnya sudah ada sebelum Wertheimer dan kawan-kawan menggunakannya sebagai nama. Palland (dari Belanda) mengatakan bahwa pengertian Gestalt sudah pernah dikemukakan pada jaman Yunani Kuno. Menurut Palland : Plato dalam uraiannya mengenai ilmu pasti (matematika), telah menunjukkan bahwa dalam kesatuan bentuk terdapat bagian-bagian atau sifat-sifat yang tidak terdapat (tidak dapat terlihat) pada bagian-bagiannya. Watson sebagai tokoh aliran behaviorisme menentang Wundt (strukturalisme), sementara itu di Jerman juga terjadi arus yang menentang apa yang dikemukakan oleh Wundt dan Tithecener atau kaum strukturalis. Pada umumnya, yaitu aliran Gestalt yang dipelopori oleh Max Wertheimer dengan artikelnya “On Apparent Movement”, yang terbit pada tahun 1912. Aliran ini juga menentang aliran behaviorisme yang mempunyai pandangan yang elementaristik. Menurut Gestalt, baik strukturalisme maupun behaviorisme kedua-duanya melakukan kesalahan, yaitu karena mengadakan atau menggunakan reductionistic approach, keduanya mencoba membagi pokok bahasan menjadi elemen-elemen. Strukturalisme mereduksi 1

Upload: nindypratiwi

Post on 24-Jun-2015

386 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

psikologi gestalt kelompok 9 mata kuliah psikologi umum 1

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pu 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai pendiri dari Psikologi

Gestalt, tetapi ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan

Wolfgang Kohler (1887-1967). Ketiga tokoh ini mempunyai pemikiran yang sama atau

searah. Kata Gestalt sesungguhnya sudah ada sebelum Wertheimer dan kawan-kawan

menggunakannya sebagai nama. Palland (dari Belanda) mengatakan bahwa pengertian

Gestalt sudah pernah dikemukakan pada jaman Yunani Kuno. Menurut Palland : Plato dalam

uraiannya mengenai ilmu pasti (matematika), telah menunjukkan bahwa dalam kesatuan

bentuk terdapat bagian-bagian atau sifat-sifat yang tidak terdapat (tidak dapat terlihat) pada

bagian-bagiannya. Watson sebagai tokoh aliran behaviorisme menentang Wundt

(strukturalisme), sementara itu di Jerman juga terjadi arus yang menentang apa yang

dikemukakan oleh Wundt dan Tithecener atau kaum strukturalis.

Pada umumnya, yaitu aliran Gestalt yang dipelopori oleh Max Wertheimer dengan

artikelnya “On Apparent Movement”, yang terbit pada tahun 1912. Aliran ini juga menentang

aliran behaviorisme yang mempunyai pandangan yang elementaristik. Menurut Gestalt, baik

strukturalisme maupun behaviorisme kedua-duanya melakukan kesalahan, yaitu karena

mengadakan atau menggunakan reductionistic approach, keduanya mencoba membagi pokok

bahasan menjadi elemen-elemen. Strukturalisme mereduksi perilaku dan berpikir sebagai

elemen dasar, sedangkan behaviorisme mereduksi perilaku menjadi kebiasaan (habits),

respons berkondisi atau secara umum dapat dikemukakan hubungan stimulus-respon.

Aliran Gestalt tidak setuju mengenai reduksi ini. Pandangan pokok psikologi Gestalt

adalah berpusat bahwa apa yang dipersepsi itu merupakan suatu kebulatan, suatu unity atau

suatu Gestalt. Psikologi Gestalt semula memang timbul berkaitan dengan masalah persepsi,

yaitu pengalaman Wertheimer di stasiun kereta api yang disebutnya sebagai phi phenomena.

Dalam pengalaman tersebut sinar yang tidak bergerak dipersepsi sebagai sinar yang bergerak

(Garret, 1958). Walaupun secara objektif sinar itu tidak bergerak. Dengan demikian maka

dalam persepsi itu ada peran aktif dalam diri perseptor. Ini berarti bahwa dalam individu

mempersepsi sesuatu tidak hanya bergantung pada stimulus objektif saja, tetapi ada aktivitas

individu untuk menentukan hasil persepsinya. Apa yang semula terbatas pada persepsi,

1

Page 2: Makalah pu 1

kemudian berkembang dan berpengaruh pada aspek-aspek lain, antara lain dalam psikologi

belajar.

Para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses

diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder,

bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan

fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul

oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan

yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus,

atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai

Gestalt; baru kemudian menuyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti

bajunya yang baru, pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka, dsb.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Psikologi Gestalt ?

2. Siapa saja Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt ?

3. Apa yang menjadi dasar Prinsip Gestalt ?

4. Bagaimana Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran ?

1.3. Tujuan masalah

1. Mengetahui apa itu psikologi gestalt

2. Mengetahui tokoh-tokoh yang mempelopori dalam psikologi Gestalt

3. Mengetahui Pinsip dasar Gestalt

4. Mengetahui apa saja aplikasi yang diterapkan teori gestalt dalam proses

pembelajaran.

2

Page 3: Makalah pu 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . Pengertian Psikologi Gestalt

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui

pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun

kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt menekankan kritiknya pada penguraian kesadaran

ke dalam elemen-elemen yang dilakuakn oleh strukturalisme Wundt. Teori gestalt cenderung

berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.

Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan

konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah

bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan

hilangnya gestalt itu sendiri. Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh

dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.

Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang

mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang terorganisasi, utuh

dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis aktivitas manusia yang jelas.

Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis

menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.

Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu

gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut

sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi

Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang

mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena

terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan,

setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita

telah memberikan arti pada obyek itu.

Untuk dapat mengerti arti yang sebenarnya dari Psikologi Gestalt kita perlu

mempelajari ciri-ciri khas dari aliran itu yaitu mempelajari suatu gejala sebagai suatu

phenomena. Prinsip mempelajari gejala tersbut dikemukakan pertama kalinya oleh Christian

Von Ehrenfels, tokoh yang merangsang timbulnya aliran ini pada tahun 1890 dalam

ekperimennya mengenai musik

3

Page 4: Makalah pu 1

2.2. Tokoh-Tokoh Psikologi Gestalt

A. Franz Brentano (1838-1917)

Adalah perintis dan guru dari tokoh-tokoh psikologi gestalt. Lahir di Marienberg 16

Januari 1917. Menjadi prosefesor di universitas Wurzburg (1866-1873) dan Universita Wina

(1874-1880). Pikiran-pikiran Brentano banyak kesamaan dengan pikiran-pikiran Aristoteles

sehingga ia sering disebut sebagai neoAristotelian namun ia tidak sependapat dengan

struktualisme yang hendak menganalisa kesadaran dengan memecahnya dalam elemen-

elemen. Gejala kejiwaan harus di pandang sebagai suatu fenomena. Ia adalah pelopor aliran

Psikologi fenomenalogi yaitu aliran psikologi yang berusaha mempelajari jiwa sebagai

fenomena dengan metode deskriptif. Brentano berpendapat bahwa dasar dari segala tingkah

laku kejiwaan (psychic acts) adalah persepsi yang tak terbatas oleh indera-indera belaka.

Ajaran Brentano selanjutnya mempengaruhi tokoh Christian Von Ehrenfels.

B. Christian Von Ehrenfels (1859-1932)

Tokoh yang karyanya sudah disinggung di atas, bukanlah termasuk dalam kelompok

aliran psikologi gestalt sendiri, namun ialah yang meletakkan dasar-dasar dari aliran

psikologi gestalt yang akan timbul kemudian.

C. Max Weirthmer (1880-1943)

Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.

Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di

bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas

Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang

Kohler dan Kurt Koffka. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt

Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun

1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang

saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu

bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam

waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.

Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses

ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil

kesimpulan ia menentang pendapat Wundt. Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori

4

Page 5: Makalah pu 1

Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama

stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke

dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu

tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang

melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang

muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan

gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan

dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923, dalam bukunya Investigation of Gestalt

Theory Whertheimer mengemukakan hukum-hukum gestalt untuk pertama kalinya yaitu

sebagai berikut :

1) Hukum Kedekatan (Law of Proximity)

Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai

totalitas. Misalnya :

2) Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)

Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas sendiri contoh :

Lingkaran di atas akan cenderung di persepsikan sebagai lingkaran penuh,

sekalipunada bagiannya yang tidak besambungan, juga garis-garis yang sesungguhnya

sama dengan garis-garis di atas akan cenderung di lihat sebagai tiga segiempat dan

garis yang berdiri sendri di kiri, tidak lagi dipersepsikan sebagai 3 pasang garis

setelah ada garis melintang yang hampir saling menyambung di antara gars-garis

tegak yang berdekatan. Garis-garis melintang tersebut sudah memberikan gestalt yang

berbeda kepada garis-garis yang tegak, sehingga persepsi kita pun jadi berbeda.

3) Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)

Hal-hal yanng mirip satu sama lain cenderung kita persepsikan sebagai suatu

kelompok atau suatu totalitas.

5

Page 6: Makalah pu 1

o o o o o o o o o o o

x x x x x x x x x x x

o o o o o o o o o o o

x x x x x x x x x x x

o o o o o o o o o o o

x x x x x x x x x x x

o o o o o o o o o o o

Deretan bentuk di atas akan cenderung di lihat sebagai deretan mendatar bentuk O

dan X berganti-ganti bukan di lihat sebagai deretan tegak.

Dalam buku Wertheimer bahwa sebagai akibat dari hukum-hukum gestalt

maka terjadilah kecenderungan persepsi spontan, yaitu begitu mempersepsikan suatu

gejala, maka akan diberi arti langsung (kundgabe) tanpa meneliti terlebih dahulu.

D. Kurt Kofka (1886-1941)

Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak

dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910, ia bertemu

dengan Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini Koffka mendirikan aliran psikologi

Gestalt di Berlin.Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan

pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi,

belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka

tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-

prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:

a) Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak.

Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip

Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa

dengan jejak-jejak ingatan tadi.

b) Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak

dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak

tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih

baik dalam ingatan.

c) Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.

6

Page 7: Makalah pu 1

E. Wolfgang Kohler (1887-1967)

Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh

gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke

Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer

dan Koffka. Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur stasiun

“Anthrophoid” dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana pernah melakukan

penyelidikannya terhadap mengenai tingkah laku kecerdasan (intelegnt behavior). Hasil

kajiannya ditulis dalam buku betajuk The Mentality of Apes (1925).

Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang

digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-

mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena

usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir

cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian

menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk

mencapai pisang itu. Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau

problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai

masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat

ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah

keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme –

dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan

pengertian atau dengan insight.

7

Page 8: Makalah pu 1

F. Krueger

Tahun 1924 Krueger memperkenalkan pada dunia psikologi istilah ganzheit di

Leipzig, Ganzheit berasal dari kata jerman das Ganze yang berarti keseluruhan. Sampai

sekarang gestaltmasih dianggap sama dengan Ganzheit. Krueger berpendapat bahwa

psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan pada masalah persepsi objek, padahal menurut

Kruegger adalah penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan hanya

persepsi saja atau totalitas objek-objek saja. Konsekuensi dari pendapat ini adalah bahwa

tingkah laku harus diamati secar holistik atau molar, yaitusuatu tingkah laku harus dipandang

dalam hubungannya dengan tingkah laku lain.

G. Kurt Lewin (1890-1947)

Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin

adalah salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan

psikologis seseorang.

Lewin lahir di Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi

tahun 1914. Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Koehler dan

mengambil konsep psychological field juga dari Gestalt. Pada saat Hitler berkuasa Lewin

meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di Amerika Serikat. Ia menjadi professor di

Cornell University dan menjadi Director of the Research Center for Group Dynamics di

Massacusetts Institute of Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun.

Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada

dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna

dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi adlaah meramalkan

perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan

psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-

batas. Batas ini dapat dipahamis ebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya.

Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.

Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan

mendorong individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan

(disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju

untuk meredakan ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan.

8

Page 9: Makalah pu 1

Apabila individu menghadapi suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut

bagi si individu akan menentukan gerakan individu. Pada umumnnya individu akan

mendekati obyek yang bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif. Dalam

usahanya mendekati obyek bervalensi positif, sangat mungkin ada hambatan. Hambatan ini

mungkin sekali menjadi obyek yang bervalensi negatif bagi individu. Arah individu

mendekati/menjauhi tujuan disebut vektor. Vektor juga memiliki kekuatan dan titik awal

berangkat.

Salah satu teorinya yang bersifat praktis yang penting dikemukakan adalah teori tentang

konflik sebagai akibat adaah vektor-vektor yang salinfg bertentangan dalam suatu lapangan

psikologis tertentuyang dapat mengalami konflik jika tidak segera diselesaikan yang

mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan kejiwaan. Berdasarkan kepada vektor-vektor

yang saling bertentangan itu lewin membagi konflik dalam tiga jenis:

1. Konflik mendekat-mendekat (Approach-approach Conflic)

Konflik ini terjadi apabila sesorang meghadapi dua objek yang sama-sama bernilai

positif, seseorang akan mengalam konflik, karena kalaui ia mendekati salah satu

objek, maka harus melepaskan yang lain yang akan meyebabkan frustasi karena tidak

memperoleh objek kedua tersebut.

Orang tertarik antara dua hal yang positif

2. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi jka sesorang berhadapan dengan dua objek yang sama-sama

mempunyai nilai negatif tetapi ia tidak bisa menghindari kedua objek itu sekaligus

jika objek pertama dihindari maka, ia harus memdekati objek kedua yang juga tidak

disukainya.

9

Page 10: Makalah pu 1

Seseorang terjepit antara dua bahaya atau dua ancaman jika tidak ada yang menghalangi, ia

akan cenderung keluar dari situasi tersebut.

3. Konflik Mendekat-menjauh (approach-avodance conflict)

Konflik ini terdapat satu objek yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.

Aplikasi teori Lewin banyak dilakukan dalam konteks dinamika kelompok. Dasar

berpikirnya adalah kelompok dianalogikan dengan individu. Maka perilaku kelompok

menjadi fungsi dari lingkungan, dimana salah satu faktornya adalah para anggota kelompok

dan hubungan interpersonal mereka. Apabila hubungan ini bervalensi negatif, maka perilaku

anggota akan menjauhinya dan dengan demikian tujuan kelompok semakin tidak tercapai.

Sebaliknya, hubungan yang baik akan membuat anggota saling mendekati sehingga

memungkinkan kerjasama yang lebih baik dalam mencapai tujuan kelompok.

Kritik untuk teori Lewin berfokus pada konstruk-konstruknya yang dianggap hipotetis

dan sulit dikongkritkan dalam situasi eksperimental. Implikasinya adalah penjelasan Lewin

sulit sampai pada level explanatory dan sifatnya deskriptif.

2.3. Prinsip Dasar Gestalt

a. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field

Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh

manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini

merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini

mempengaruhi makna yang dibentuk.

b. Prinsip-prinsip Pengorganisasian ada 7 Principle, yaitu ;

a) Principle of Proximity, yaitu unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

b) Principle of Similarity, yaitu individu akan cenderung mempersepsikan stimulus

yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa persamaan

bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.

c) Principle of Objective Set, yaitu Organisasi berdasarkan mental set yang sudah

terbentuk sebelumnya.

10

Page 11: Makalah pu 1

d) Principle of Closure/ Principle of Good Form, yaitu Bahwa orang cenderung

akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan

sederhana agar mudah diingat.

e) Principle of Figure and Ground, yaitu menganggap bahwa setiap bidang

pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang).

Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak,

memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan

mana yang dianggap sebagai ground.

f) Principle of Isomorphism, yaitu Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas

otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara

daerahdaerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.

2.4. Aplikasi Teori Gestalt dalam proses Pembelajaran

Dalam teori Belajar Gestalt, Belajar pada hakikatnya adalah melakukan perubahan

struktur kognitif. Selain pengamatan, kaum gestalt menekankan bahwa belajar

pemahaman merupakan bentuk utama aliran ini. Maka dalam Proses pembelajaran

harus diterapkan sesuai dengan Konsep teori Gestal tersebut. Aplikasi teori Gestalt

dalam proses pembelajaran antara lain :

1. Belajar

Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses

belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar

terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.

Beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain:

Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan ; Manusia bereaksi

dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual,

tetapi juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya.

11

Page 12: Makalah pu 1

Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas; Manusia

berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap

dengan segala aspek-aspeknya.

Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh

insight; Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar,

motivasi membei dorongan yang mengerakan seluruh organisme.

Belajar akan berhasil kalau ada tujuan

Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahakan masalah. Hal ini

nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu

pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara

cermat dan lengkap. Kemudian bagaiman seseorang itu dapat memecahknan

masalah mrnurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:

a) Realisasi adanya masalah. Jadi harus memehami apa masalahnya dan juga

harus dapat merumuskan.

b) Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah

pemecahan masalah.

c) Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber

lain

d) Menilai dan mencobakan usah pembuktian hipotesa dengan keterangan-

keterangan yang diperoleh.

e) Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan

hasil pemecahan soal itu

2. Insight

Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian

berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu

mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error

lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh

Koehler dalam eksperimen yang sistematis.

3. Memory

Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya

waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip

organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul

12

Page 13: Makalah pu 1

dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan

pengaruh gosip/rumor.

4. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)

Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan

dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin

efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan

masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif

pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna

yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya → Hukum kesamaan.

5. Perilaku bertujuan (pusposive behavior)

Bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan

stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin

dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal

tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan

sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami

tujuannya → Hukum pragnan.

6. Prinsip ruang hidup (life space)

Bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan di mana ia

berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan

dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik → Hukum

kedekatan posisi.

7. Transfer dalam Belajar

Yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi

lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan

pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian

menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat dan

menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam

pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).

Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip

pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian

digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru

hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok

dari materi yang diajarkannya → Hukum penutupan bentuk.

13

Page 14: Makalah pu 1

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan

konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah

bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan

hilangnya gestalt itu sendiri. Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh

dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya. Tokoh-tokong gestalt yaitu: Max

Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887-1967), Kurt Koffka (1886-1941), dan lain-lain.

Dalam Proses pembelajaran harus diterapkan sesuai dengan Konsep teori Gestal

tersebut. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

1. Belajar

2. Insight

3. Memory

4. Pembelajaran yang bermakna

5. Perilaku bertujuan

6. Prinsip ruang hidup

7. Transfer belajar

3.2.Saran

Didalam pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan kesulitan.

Diantaranya dalam pencarian sumber referensi. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan

sekalian, kami selaku pemapar menyadari masih benyak kekurangan dan kesalahan oleh

karena itu kami masi mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan sekalian.

14

Page 15: Makalah pu 1

DAFTAR PUSTAKA

Akyyas Azhari.2003.Psikologi Umum dan Perkembangan.Bandung.Penerbit Mizan Publika

Brennan, James F.2006.Sejarah dan sistem psikologi.Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada

Sarwono,S.2009.Pengantar Psikologi Umum.Jakarta.Rajawali Pers.

15