pu siti masitah

77
 LAPORAN PRAKTEK UMUM KEADAAN UMUM PERIKANAN DI KELURAHAN PURNAMA KECAMATAN DUMAI BARAT KOTA DUMAI PROVINSI RIAU OLEH SITI MASITAH FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

Upload: ema-chitta

Post on 21-Jul-2015

238 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTEK UMUM

KEADAAN UMUM PERIKANAN DI KELURAHAN PURNAMA KECAMATAN DUMAI BARAT KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

OLEH

SITI MASITAH

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

LAPORAN PRAKTEK UMUM

KEADAAN UMUM PERIKANAN DI KELURAHAN PURNAMA KECAMATAN DUMAI BARAT KOTA DUMAI PROVINSI RIAUDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

OLEH

SITI MASITAH NIM: 0804111963

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN P UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK UMUM Judul : Keadaan Umum Perikanan di Kelurahan Purnama

Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau Nama NIM Jurusan Progranm Studi : Siti Masitah : 0804111963 : Teknologi Hasil Perikanan : Teknologi Hasil Perikanan

Disetujui Oleh

Ketua Jurusan

Pembimbing I

Dr. Desmelati, S.Pi, M.Sc NIP. 19720216 199803 2001

Dr. Desmelati, S.Pi, M.Sc NIP. 19720216 199803 2001

Tanggal Lulus Ujian : 21 Maret 2012

RINGKASAN

Siti Masitah (0804111963). Keadaan Umum Perikanan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau, dibawah bimbingan Dr. Desmelati, S.Pi, M.Sc. Praktek umum ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau. Letak geografis Kelurahan Purnama pada posisi 1012707 BT-1013007 BT dan 13609 LU-14110 LU. Tujuan praktek umum ini adalah untuk mengetahui keadaan umum perikanan dan kelautan di Kelurahan Purnama serta permasalahan yang terjadi dan mencoba mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Batas-batas Kelurahan Purnama yaitu sebelah utara berbatasan dengan Selat Rupat, sebelah selatan berbatasan dengan Mekar Sari, sebelah timur berbatasan dengan Pangkalan Sesai, dan sebelah barat berbatasan dengan Bagan Keladi. Jarak dari Kelurahan Purnama ke pusat kota sekitar 1 Km, dengan jarak tempuh 10 menit menggunakan kendaraan bermotor. Luas daerah Kelurahan Purnama ialah 1.800 Ha. Permukaan tanah datar yang sebagiannya agak bergelombang, ketinggian dari muka laut 0-30 m, kecuali daerah dekat pantai. Kota Dumai memiliki iklim tropis, suhu rata-rata 24-33C, dan curah hujan 100-300 mm/bulan. Penggunan lahan adalah perumahan 10 %, fasilitas kota 2 %, sawah/tegalan 12 %, hutan 24 %, dan lain-lain 52 %. Penduduk di Kelurahan Purnama pada akhir tahun 2010 berjumlah 9.006 jiwa yang terdiri dari 4.694 jiwa laki-laki dan 4.312 jiwa perempuan. Penduduk Kelurahan Purnama yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan sebanyak (7,19%). Kegiatan perikanan yang ada di Kelurahan Purnama ini berupa penangkapan, pengolahan dan pemasaran. Jumlah nelayan di Kelurahan Purnama

sebanyak 257 jiwa. Adapun alat tangkap yang mereka gunakan yaitu jaring insang (gill net), rawai, sondong, dan pengerih. Pendapatan bersih nelayan Kelurahan Purnama jika rutin melaksanakan penangkapan selama 4 trip/bulan ialah Rp.3.320.000 hingga Rp.3.560.000. Nelayan pemilik dan nelayan buruh memakai sistem bagi hasil, yaitu 3/4 (nelayan pemilik) dan 1/4 (nelayan buruh) setiap 1 kali trip operasi. Sehingga pendapatan nelayan pemilik selama 4 trip/bulan dapat diperkirakan sebesar Rp.2.490.000 hingga Rp.2.670.000 dan nelayan buruh selama 4 trip/bulan diperkirakan sebesar Rp.830.000 hingga Rp.890.000. Jenis spesies-spesies yang tertangkap di laut adalah ikan kembung, ikan tenggiri, ikan kakap, ikan parang, ikan hiu, ikan tongkol, ikan lomek, ikan sardin, ikan pari, ikan kerapu, ikan bawal, ikan selar, ikan biang-biang, ikan kacang, ikan gonjeng, udang putih, udang merah, kerang dara, dan kepiting. Hasil budidaya air tawar yang ada yaitu ikan nila, ikan lele, dan ikan patin. Pengolahan hasil perikanan di Kelurahan Purnama terdiri dari kerupuk ikan/udang dan udang kering. Kerupuk ikan/udang diproduksi 5 kali dalam sebulan sebanyak 30 kg, dengan pendapatan sebulan yaitu Rp.900.000. Udang kering diproduksi tidak menentu berdasarkan banyaknya hasil tangkapan nelayan. Hasil produksi udang kering dalam sebulan diperkirakan sebesar 15-20kg, dengan pendapatan sebulan Rp.1.050.000 hingga Rp.1.400.000. Permasalahan yang ada di Kelurahan Purnama secara umum adalah nelayan tidak mampu memperbaiki pendapatannya dan mengembalikan pinjaman yang telah diberikan oleh pemerintah, degradasi perairan selat rupat, pemborosan sumberdaya yang dimiliki nelayan dalam mencari-cari ruaya ikan

yang tepat, adanya persaingan dalam memperoleh hasil tangkapan, adanya peningkatan kandungan logam berat dan minyak di perairan Selat Rupat, dan kurangnya minat masyarakat untuk membuka usaha budidaya ikan. Kelurahan Purnama memiliki permasalahan khusus yaitu pada

penanganan ikan segar, ikan-ikan yang dimasukkan kedalam coolbox tidak dipilah-pilah terlebih dahulu, es balok yang dijual kepada nelayan dicurigai adanya kontaminasi oleh bakteri-bakteri. Kendala di bidang pengolahan ikan adalah penyediaan bahan baku yang tidak kontinyu, mutu hasil olahan ikan sangat tergantung oleh sinar matahari, besarnya biaya transportasi dalam pemasaran produk olahan, konsumen mengeluh dengan harga jual kerupuk ikan/udang yang sangat tinggi. Permasalahan perikanan yang meliputi usaha penangkapan, pengolahan, pemasaran tersebut dapat diatasi dengan cara yaitu pemerintah perlu memberikan program motivasi untuk berwirausaha bagi nelayan secara berkelanjutan, dengan begitu sedikitnya nelayan mendapatkan pencerahan untuk berwirausaha dibidang pengolahan sehingga pola pikir nelayan terbuka untuk menambah pendapatannya, bukan hanya sekedar dapat makan saja namun pola pikir nelayan diharapkan berubah untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi guna memperbaiki ekonomi keluarga jauh dari kemiskinan. Selain itu, pemerintah harus memperhatikan masalah tercemarnya perairan penangkapan ikan, apabila tidak dijaga dengan baik tentu saja potensi yang ada diperairan tidak dapat kita manfaatkan demi menambah ekonomi pembangunan.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Umum yang berjudul Keadaan Umum Perikanan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Desmelati, S.Pi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukkan untuk penyusunan Laporan Praktek Umum ini. Terutama rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ayahanda tercinta H. Kujud Saherman dan Ibunda tercinta Hj. Aidah telah memberikan bantuan materil dan spiritual sehingga Laporan Praktek Umum ini dapat diwujudkan. Kepada Bapak dan Ibu dosen serta Staf dosen THP dan seluruh Civitas akademika Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau atas segala bantuan hingga selesainya Laporan Praktek Umum tersebut. Untuk penulisan Laporan Praktek Umum ini, penulis menyadari tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Laporan Praktek Umum ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mengharapkan agar Laporan Praktek Umum ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Mei 2012

Siti Masitah

DAFTAR ISI

Isi

Halaman i ii iv v vi 1 1 4 4 5 5 6 7 8 9 12 12 12 12 13 14 14 15 15 16 17 18 19 19 19 20 20

KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI .......................................................................................... DAFTAR TABEL .................................................................................. DAFTAR GAMBAR.............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. Latar Belakang........................................................................... 1.2. Tujuan Praktek Umum ............................................................... 1.3. Manfaat Praktek Umum ............................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 2.1. Pengertian Perikanan ................................................................. 2.2. Penangkapan Ikan ...................................................................... 2.3. Pengolahan Ikan ........................................................................ 2.4. Budidaya Ikan ............................................................................ 2.5. Pemasaran ................................................................................. III. METODE PRAKTEK .................................................................... 3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 3.2. Bahan dan Alat .......................................................................... 3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 3.4. Analisis Data ............................................................................. IV. KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK ..................................... 4.1. Letak Geografis ......................................................................... 4.2. Demografi dan Kependudukan ................................................... 4.2.1. Penduduk......................................................................... 4.2.2. Pendidikan ....................................................................... 4.2.3. Mata Pencaharian ........................................................... 4.2.4. Agama dan Etnis.............................................................. 4.3. Sarana dan Prasarana ................................................................. 4.3.1. Administrasi Kelurahan ................................................... 4.3.2. Sarana Pendidikan ........................................................... 4.3.3. Sarana Ibadah .................................................................. 4.3.4. Sarana Kesehatan.............................................................

4.3.5. Transportasi dan Telekomunikasi..................................... 4.3.6. Lembaga Keuangan ......................................................... 4.4. Penggunaan Lahan ..................................................................... V. KEADAAN UMUM SUMBERDAYA PERAIRAN ...................... 5.1. Sumberdaya Perairan ................................................................. 5.2. Sumberdaya Perikanan............................................................... 5.2.1. Keadaan Masyarakat Nelayan .......................................... 5.2.2. Armada Penangkapan ...................................................... 5.2.3. Alat Tangkap ................................................................... 5.2.3.1. Jaring Insang (Gill Net) ...................................... 5.2.3.2. Rawai (Long Line).............................................. 5.2.3.3. Sondong ............................................................. 5.2.3.4. Pengerih ............................................................. 5.2.4. Budidaya Perikanan ......................................................... 5.2.5. Pengolahan Hasil Perikanan ............................................. 5.2.6. Pasca Panen ..................................................................... 5.2.6.1. Penanganan Ikan Segar ....................................... 5.2.6.2. Pengolahan Ikan Segar ........................................ 5.2.6.3. Pemasaran .......................................................... VI. ISU PERMASALAHAN................................................................. 6.1. Permasalahan Umum ................................................................. 6.1.1. Masyarakat Nelayan ........................................................ 6.1.2. Penangkapan ................................................................... 6.1.3. Budidaya Ikan ................................................................. 6.2. Permasalahan Khusus ................................................................ 6.2.1. Penanganan Ikan Segar .................................................... 6.2.2. Pengolahan Ikan .............................................................. 6.2.3. Pemasaran Hasil Olahan .................................................. VII. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 7.1. Kesimpulan................................................................................ 7.2. Saran ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

21 22 22 23 23 24 24 27 28 28 29 30 31 32 34 34 34 35 42 45 45 45 46 47 47 47 48 48 50 50 52

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Halaman

Jumlah penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau berdasarkan jenis kelamin tahun 2010 ... Kelompok umur penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010........................ Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010........................ Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010........................ Agama penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ............................................ Etnis penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ............................................ Sarana pendidikan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ............................................ Sarana ibadah di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ............................................ Sarana Kesehatan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau Pada Tahun 2010................................... Sarana perhubungan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ................................... Sarana telekomunikasi di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ................................... Lembaga keuangan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ................................... Jumlah nelayan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .............................................................. Jenis dan jumlah armada yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 ............................................

15

2.

15

3.

16

4.

17

5.

18

6.

18

7.

19

8.

20

9.

20

10.

21

11.

22

12.

22

13.

26

14.

`27

15.

Jenis dan jumlah alat tangkap di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010........................ Jenis dan harga jual ikan segar di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .......................................... Jenis ikan budidaya dan hasil produksi di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau........................ Daftar nama nelayan pemilik pengolah dan jumlah hasil produksi di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau ..................................................................................

28

16.

32

17.

33

18.

34

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Skema struktur pemerintahan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .............................................. 2. Skema pembuatan kerupuk ikan kacang Di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau ........................... 3. Skema pembuatan kerupuk udang di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .............................................. 4. Skema pembuatan udang kering di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .............................................. 5. Skema rantai pemasaran ikan segar di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau ............................................. 6. Skema rantai pemasaran kerupuk ikan/udang dan udang kering di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .................................................................................................... 7. Skema rantai pemasaran hasil budidaya ikan air tawar di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .............

19

38

40

42

43

44

44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

8. 9.

Peta lokasi praktek umum di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau ........................................................ Kantor di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau .....................................................................................

56 57

10. Sarana dan prasarana di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau ........................................................ 11. Keadaan umum perairan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau ........................................................ 12. Prasarana di Pelabuhan Purnama ....................................................... 13. Armada dan alat penangkapan di Kelurahan Purnama ........................ 14. Ikan-ikan yang tertangkap di Kelurahan Purnama .............................. 15. Tahapan pembuatan kerupuk udang di Kelurahan Purnama ............... 16. Udang kering di Kelurahan Purnama ................................................. 17. Responden di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau 2011 .................................................................

58

59 60 61 62 63 64

65

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan sumberdaya perikanan. Perikanan memegang peranan yang sangat penting dalam

perekonomian nasional. Lebih dari 5.000.000 metrik ton produksi perikanan pada tahun 2005 diperoleh dari hasil tangkapan dan budidaya, selanjutnya lebih dari 14.000.000 juta nelayan dan petani ikan menggantungkan kehidupannya pada usaha perikanan tersebut (Poernomo, 2007). Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi hajat hidup masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penggerak utama perekonomian nasional saat ini. Hal ini didasari pada kenyataan yang ada 1) Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas, 2) Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan yang kuat dengan industri-industri lainnya, 3) Industri perikanan berbasis sumberdaya lokal dan 4) Indonesia memiliki keunggulan yang tinggi di sektor perikanan sebagaimana dicerminkan dari potensi sumber daya ikannya. Dengan potensi tersebut sumber daya perikanan sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif untuk menjadi sektor unggulan. Adanya suatu pengembangan bagi perikanan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia melalui peningkatan pendapatan

nelayan, pembudidaya ikan, serta pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya, meningkatkan peran sektor kelautan dan perikanan dalam perekonomian

nasional, mewujudkan kondisi lingkungan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkualitas dan terciptanya kelestarian daya dukung. Menurut Fauzi (2004) menyatakan bahwa suatu pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu sendiri. Produksi perikanan di Provinsi Riau sebagian besar berasal dari perikanan laut. Data yang bersumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan menunjukkan bahwa pada tahun 2009, dari sejumlah 123.851,7 ton total produksi ikan, sebanyak 75.517,5 ton atau 61 persen merupakan hasil perikanan laut dan budidaya sedangkan 48.334,2 ton hasil dari perairan umum, tambak, dan kolam. Data kuantitatif lainnya yang dikumpulkan dari Dinas Perikanan menunjukkan bahwa nilai produksi perikanan pada tahun 2009 tercatat 1.746,4 miliar rupiah lebih sedangkan pada tahun 2008 sebesar 2.121,9 miliar rupiah (Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, 2010). Kota Dumai berstatus sebagai wilayah administrasi pemerintahan kota yang memiliki wilayah seluas 187.238 Ha, dari luas tersebut terbagi atas wilayah darat seluas 153.738 Ha, wilayah pesisir seluas 33.500 Ha, dan seluas 26.800 Ha wilayah perairan laut, tercatat sampai dengan akhir tahun 2004 berpenduduk sejumlah 215.783 jiwa. Dengan tingkat kepadatan 122,18 jiwa km, serta angka perbandingan jenis kelamin 0,88 (Irianto, 2008).

Pemerintah Kota Dumai berkomitmen peningkatan produksi ikan akan jauh lebih maksimal dengan ekstensifikasi di sejumlah wilayah di Kota Dumai yang mayoritas penduduknya merupakan nelayan atau peternak ikan. Kota Dumai terdapat lima kecamatan meliputi Kecamatan Dumai Timur, Kecamatan Dumai Barat, Kecamatan Bukit Kapur, Kecamatan Medang Kampai, dan Kecamatan Sungai Sembilan dengan luas daratan yang terbentang rata-rata di atas 140 km. Yang mana dari luas daratan tersebut nantinya akan dicari daratan yang sangat berpotensi untuk dijadikan lahan budidaya ikan (Muhardi, 2010). Di Kota Dumai, yang tepatnya di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat tersebut memiliki potensi yang sangat besar sekali dalam pengembangan dibidang perikanan. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya TPI di Kelurahan Purnama sehingga menunjang kegiatan dibidang perikanan. Namun jumlah nelayan sangat sedikit sekali yaitu 7,19 % dari total seluruh penduduk Kelurahan Purnama. Peran pemerintah sangat diperlukan sekali dalam pembangunan dan pengembangan perikanan, yang mana diperlukan adanya suatu penelitian secara berkesinambungan untuk memperbaiki keadaan perikanan didaerah tersebut dan diharapkan dapat membantu pengembangan perikanan yaitu berupa bantuan peralatan penangkapan, penyuluhan kepada penduduk sehingga potensi-potensi yang ada tidak disia-siakan begitu saja. Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui keadaan umum perikanan di Kelurahan Purnama sehingga diperoleh keterangan tentang potensi yang belum digali dari kelurahan tersebut, pengembangan khususnya perikanan, kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan juga

permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam sektor perikanan di daerah tersebut. 1.2. Tujuan Praktek Umum Tujuan dari praktek umum ini adalah untuk mengetahui keadaan umum perikanan yang ada di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai yang ditinjau dari segi usaha penangkapan hasil perikanan, usaha budidaya ikan, pengolahan, dan pemasaran. Serta dapat melihat permasalahan yang ada dan mencoba mencari alternatif pemecahan permasalahan tersebut. 1.3. Manfaat Praktek Umum Manfaat dari praktek umum ini adalah untuk memberikan gambaran tentang keadaan perikanan di Kelurahan Purnama sehingga didapatkan informasi mengenai kondisi umum perikanan yang kemudian akan menjadi bahan masukan bagi pihak yang memerlukan untuk melakukan pengkajian dalam pengembangan perikanan di daerah tersebut serta menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pembangunan yang lebih baik lagi terhadap daerah tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perikanan Usaha perikanan memiliki peranan sangat penting di Indonesia, tidak hanya untuk memenuhi sumber protein hewani tetapi juga sebagai sumber pendapatan bagi nelayan dan petani ikan. Sebagai sumber protein hewani, lebih dari 60% penduduk mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani dengan mengkonsumsi perkapita secara nasional tahun 2006 adalah 25 kg, masih dibawah standar FAO, yaitu 30 kg (Anonim, 2007). Lebih dari 15 juta penduduk bekerja sebagai nelayan dan petani ikan yang memproduksi ikan tahun 2006 mencapai 8,02 juta ton. Sebagian besar dari produksi tersebut (4,94 juta ton) berasal dari perikanan tangkap dan sisanya (3,08 juta ton) dari hasil budidaya perikanan (Anonim, 2008). Perikanan dapat didefenisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, yakni : 1) Biota akuatik, 2) Habitat akuatik, dan 3) Manusia sebagai pengguna sumberdaya alam yang bersifat mampu pulih ini. Masing-masing komponen dari suatu perikanan akan mempengaruhi keragaan dari perikanan itu sendiri, dan mengetahui ketiga sistem tersebut secara menyeluruh beserta semua bagian-bagiannya merupakan prasyarat penting bagi pengelolaan yang berhasil dari suatu perikanan (Widodo, 2006). Proses pencapaian keberhasilan dalam pembangunan dan pemanfaatan potensi perikanan tidaklah mudah, karena harus didukung oleh kualitas sumberdaya manusia, pemerintah, sarana dan prasarana, serta pendukung lainnya. Sehingga dengan adanya pembangunan perikanan tersebut maka potensi

yang ada didaerah tersebut dapat digali dan dimanfaatkan sehingga penghasilan daerah bertambah dan taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik lagi. 2.2. Penangkapan Ikan Nelayan sebagai pelaku penangkapan ikan merupakan salah satu faktor dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan, hal tersebut tidak terlepas dari keadaan sosial dari nelayan. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan program peningkatan produksi perikanan yang mengutamakan perikanan rakyat. Adapun usaha dalam peningkatan itu dengan menerapkan teknik yang baik tanpa merusak kelestarian sumberdaya hayati perairan. Kegiatan yang bersifat penangkapan kini telah menimbulkan banyak masalah, mulai dari terjadinya padat tangkap hingga beberapa komoditas telah mengalami kepunahan, juga terjadi penurunan pendapatan nelayan yang melakukan kegiatan tersebut. Bahkan telah terjadi kehancuran ekosistem sumber perairan di berbagai wilayah. Kondisi ini tidak perlu kita ratapi, tetapi perlu dipikirkan untuk direhabilitasi dan perlu kerja keras untuk ditemukan alternatif kegiatan-kegiatan yang mampu memenuhi kebutuhan penduduk yang makin membesar tersebut. Salah satu pilihan alternatif tersebut ialah usaha budidaya sumber daya hayati air (Ghufran, 2004). Keberhasilan suatu penangkapan ditentukan oleh pengambilan

keputusan yang menyangkut pertimbangan antara lain perencanaan hasil tangkapan, perencanaan penangkapan, perencanaan peralatan tangkap,

perencanaan tugas, dan kegiatan penangkapan (Haluan et al., 2004). Pada waktu ikan ditangkap dan diangkat dari dalam air, ikan tidak langsung menjadi mati. Ikan yang baru mati berada dalam kondisi

segar, walaupun demikian ikan tersebut tidak langsung dikonsumsi karena mempengaruhi rasa setelah dimasak. Hal ini ada hubungannya dengan proses biokimia setelah ikan mati. Ikan yang baru mati belum mengalami perubahan biokimia yang berarti yang akan mempengaruhi rasa. Proses biokimia akan berlangsung setelah beberapa saat ikan mati yaitu terjadinya penguraian karbohidrat, protein, dan lemak (Ilza, 2009). 2.3. Pengolahan Ikan Tujuan utama proses pengolahan dan pengawetan ikan yaitu mencegah proses pembusukan pada ikan terutama pada saat produksi melimpah, meningkatkan jangkauan pemasaran ikan, melaksanakan diversifikasi pengolahan produk-produk perikanan, dan meningkatkan pendapatan nelayan atau petani ikan, sehingga mereka terangsang untuk melipatgandakan produksi. Proses pengolahan dan pengawetan ikan ini dapat dilakukan dengan menggunakan suhu rendah, suhu tinggi, dan mengurangi kadar air salah satunya dengan menggunakan panas maupun udara panas. Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan atau kerusakan. Pembusukan terjadi akibat perubahan yang disebabkan oleh mikroorganisme dan perubahan-perubahan lain yang sifatnya merugikan sehingga harus dihentikan atau setidak-tidaknya dihambat agar tidak mudah rusak sampai tiba waktunya untuk diolah atau diangkut ke pasar dan dibeli oleh konsumen. Selain itu tujuan pengolahan ialah memperpanjang daya awet dan mendiversifikasikan produk olahan hasil perikanan (Adawiyah, 2008). Salah satu faktor yang menentukan nilai jual ikan dan hasil perikanan yang lain adalah tingkat kesegarannya. Semakin segar ikan sampai ketangan pembeli

maka harga jual ikan tersebut akan semakin mahal. Tingkat kesegaran ikan ini terkait dengan cara penanganan ikan (Junianto, 2003). Berdasarkan prinsip-prinsip dalam bidang perikanan, terdapat beberapa variasi dalam mengolah dan mengawetkan ikan, disamping adalah dan dalam

mempertahankan kesegaran pembekuan, pengasaman,

ikan yang penggaraman,

diantaranya pengalengan,

pendinginan, pengeringan.

Pembuatan hasil olahan khususnya kamaboko, bakso ikan, Fish Protein Concentrate (FPC), surimi, dan sashimi (Murniyati dan Sunarman, 2000). 2.4. Budidaya Ikan Budidaya perikanan adalah semua usaha, membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam ataupun yang dibuatkan tempat sendirinya, dengan adanya campur tangan manusia. Jadi pengertian budidaya bukan hanya memelihara ikan di dalam kolam, tambak, empang, akuarium, sawah, dan sebagainya. Namun, secara luas pengertian ini juga mencakup mengusahakan komoditi perikanan didanau, sungai, waduk, dan laut. Dengan tujuan untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil ikan yang hidup secara liar (Rahardi et al., 2001). Budidaya perikanan adalah suatu teknik yang sejak ratusan tahun dipraktekkan orang didunia termasuk di Indonesia untuk memproduksi organisme perairan dengan jalan memelihara atau mengembangbiakkan organisme air yang diinginkan, seperti: ikan, udang, kepiting, siput, kerang dan rumput laut dalam kondisi yang terkontrol, yang dimaksud dengan kondisi terkontrol adalah sesuatu dalam air bisa berupa kolam, rakit, keramba ataupun jaring apung yang luasnya

terbatas sebagai tempat pemeliharaan ikan, sehingga sebagian besar faktor produksi dapat diawasi, baik mengenai biologi ataupun perkembangbiakan organisme yang dibudidayakan, tempat dan lingkungannya termasuk

hama, parasit maupun penyakitnya (Feliatra et al., 2005). Perkembangan budidaya ikan laut lambat dan kontribusi terhadap produksi perikanan dunia masih kecil dikarenakan beberapa alasan

yaitu 1) Sumberdaya ikan di perairan umum danau dan terutama laut cukup berlimpah, 2) Teknologi dan metode penangkapan yang semakin baik sehingga produksinya dapat mencukupi kebutuhan penduduk yang terus meningkat, dan 3) Lingkungan air merupakan sesuatu yang menakutkan dan kadang-kadang perlu dihindari, kadang kita berpikiran tidak mungkin membangun suatu usaha pada kondisi laut dengan gelombang, arus, angin dan badai yang kuat. Diperlukan teknologi tertentu untuk dapat melakukan itu semua. Selain itu keberhasilan pembenihan beberapa jenis ikan laut belum mencukupi kebutuhan benih dan penyediaan pakan yang berkualitas dan kontinyu masih merupakan kendala yang perlu segera diatasi. 2.5. Pemasaran Keterlibatan sosial ekonomi pada usaha perikanan muthlak diperlukan karena pada dasarnya usaha perikanan bertujuan untuk kesejahteraan pelaku perikanan, yaitu nelayan dan petani ikan (Nugroho, 2004). Sistem pemasaran dapat berpengaruh dalam pengumpulan produk perikanan dan melalui keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar menyampaikan produk perikanan tersebut kepada konsumen. Dalam menjalankan pengawasan pasar dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga timbul masalah

pengangkutan dan penyimpangan yang perlu mendapat perhatian khusus, mengutamakan sifat produk perikanan yang mudah rusak, memakai ruang, musiman dan daerah produksi tersebar diberbagai tempat. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk pos-pos modal dan pengeluaran maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun modal atau biaya dan pendapatan harus dicatat. Yang mana persoalannya, sebagian besar pengusaha atau pengolah komoditas perikanan di Indonesia masih melakukan cara tradisional, sehingga perhitungan ekonomi sulit dilakukan (Utomo et al., 2005). Strategi pemasaran adalah suatu rencana kerja yang taktis dan yang akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan pendek. Juga menggambarkan bagaimana sebuah usaha berupaya menarik pelanggan, serta bagaimana pelanggan diperlakukan untuk memastikan penjualan selanjutnya, dan bagaimana mengantisipasi saat-saat kritis dalam proses perkembangan usaha (Ilza dan Desmelati, 2009). Hambatan dalam pemasaran hasil perikanan adalah sifat ikan yang cepat kehilangan mutu dan pengawetan yang kurang sempurna, produksi yang dipengaruhi oleh fluktuasi musim, transportasi yang kurang memadai, jauhnya jarak antara produsen (nelayan) dengan pasar sehingga mengakibatkan kedudukan nelayan atau petani ikan pada posisi yang sulit dan lemah, sehingga pedagang perantara lebih berperan dalam menentukan harga (Suyatno, 2002). Salah satu kendala yang dihadapi para nelayan tradisional dalam memperoleh keuntungan dari hasil tangkapannya adalah produk tangkapan yang

buruk sampai ditempat pelelangan. Hal tersebut diakibatkan ikan hasil tangkapan dari dalam air yang cepat rusak dan busuk setelah diangkat dari dalam air. Dalam keadaan yang telah rusak, harga ikan akan rendah sedangkan konsumen lebih memilih ikan yang masih segar atau dalam keadaan hidup. Produk yang segar juga diminati oleh konsumen atau distributor yang jauh dari tempat pelelangan atau pelabuhan ikan. Salah satu upaya yang bisa ditempuh oleh para nelayan untuk mempertahankan kesegaran ikan adalah menyimpannya dalam suhu dingin sejak ikan keluar dari air. Kapal-kapal ikan modern umumnya telah dilengkapi dengan ruang pendingin yang dapat menjamin kesegaran ikan dalam waktu yang lama. Berbeda pada kapal-kapal kecil yang dioperasikan oleh nelayan-nelayan tradisional, ruang atau tempat penyimpanan ikan adalah palka atau coolbox. Untuk memperoleh suhu dingin, di dalam palka atau coolbox tersebut juga disimpan es. Untuk menjaga agar es tidak terlalu cepat mencair, biasanya dinding palka atau coolbox tersebut dilapisi dengan bahan isolasi. Cool Box adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan bahan makanan atau makanan segar, guna dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, agar tetap segar sampai tempat tujuan. Cool Box biasa juga disebut dengan kotak es atau kotak ikan. Cool Box terbuat dari bahan Polyethylene kualitas tinggi dan Polyurethene (PU) sebagai penahan udara dingin agar tidak menguap keluar dari dalam dan menahan udara panas dari luar agar tidak masuk ke dalam (Hartindo, 2010).

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat Praktek Umum ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau. 3.2. Alat dan Bahan Bahan dan alat yang digunakan pada Praktek Umum ini adalah lembaran kuisioner (pertanyaan) sebagai panduan dalam melakukan wawancara baik untuk memperoleh data primer maupun sekunder yang akan diberikan kepada responden yaitu nelayan, pengolah ikan, aparat kelurahan, aparat Dinas Perikanan, dan lainlain. Selain itu, alat tulis dan kamera digital untuk mengambil dokumentasi selama praktek umum dilaksanakan. 3.3. Metode Pengumpulan Data Metode praktek yang digunakan dalam praktek umum ini adalah metode survey langsung ke lokasi praktek. Metode survey yaitu pengamatan secara langsung ke lokasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Data yang dikumpul terdiri dari : 1) Data Primer yaitu data hasil observasi di lokasi dan wawancara langsung dengan nelayan. 2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Purnama, Kantor Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Dumai serta instansi terkait yang dilengkapi literatur atau studi perpustakaan yang berhubungan dengan objek praktek.

Pengambilan sampel terhadap data-data yang akan dikelola dapat dilakukan dengan sensus, jika sampel kecil dari 100 (sampel < 100) maka sampel diambil seluruhnya, tetapi jika sampel lebih dari 100 (sampel > 100) maka diambil sebanyak 10-15 % (Arikunto, 2002). Jumlah nelayan yang ada di Kelurahan Purnama ialah 257 orang, diambil 10 % dari jumlah tersebut yaitu 26 orang nelayan sebagai responden data praktek umum tersebut. 3.4. Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dikumpulkan dan ditabulasi dalam bentuk tabel dan gambar, selanjutnya data tersebut di analisis secara deskriptif sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang keadaan umum perikanan di Kelurahan Purnama, mengetahui permasalahan yang ada di bidang perikanan kemudian mencari alternatif pemecahan permasalahan tersebut, berikutnya akan dibahas dengan mengambil perbandingan teori yang ada di dalam literatur yang berkaitan.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK

4.1. Letak Geografis Kota Dumai terletak di pesisir timur pulau Sumatera berhadapan dengan pulau Rupat dan Selat Malaka. Secara geografis letak Kota Dumai sangat strategis dimana posisinya sebagai gerbang provinsi Riau bagian utara yang memiliki aksesibilitas tinggi terhadap negara Malaysia dan Singapura. Kota Dumai terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Bukit Kapur, Kecamatan Medang Kampai, Kecamatan Sungai Sembilan, Kecamatan Dumai Barat, dan Kecamatan Dumai Timur. Kelurahan Purnama merupakan salah satu daerah dari Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau. Letak geografis Kelurahan Purnama pada posisi 1012707 BT-1013007 BT dan 13609 LU-14110 LU. Batas-batas Kelurahan Purnama yaitu sebelah utara berbatasan dengan Selat Rupat, sebelah selatan berbatasan dengan Mekar Sari, sebelah timur berbatasan dengan Pangkalan Sesai, dan sebelah barat berbatasan dengan Bagan Keladi. Jarak dari Kelurahan Purnama ke pusat kota sekitar 1 Km, dengan jarak tempuh 10 menit menggunakan kendaraan bermotor. Luas daerah Kelurahan Purnama ialah 1.800 Ha. Permukaan tanah datar yang sebagiannya agak bergelombang, ketinggian dari muka laut 0-30 m, kecuali daerah dekat pantai. Iklim Kota Dumai Tropis, suhu rata-rata 24-33 C, curah hujan 100-300 mm/bulan. Penggunan lahan adalah perumahan 10 %, fasilitas kota 2 %, sawah/tegalan 12 %, hutan 24 % , dan lain-lain 52 %.

4.2. Demografi dan Kependudukan 4.2.1. Penduduk Penduduk adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal pada suatu wilayah dalam waktu tertentu dan merupakan hasil proses demografi yaitu natalitas, mortalitas, dan imigrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Purnama menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Purnama pada tahun 2010 adalah sebanyak 9.006 jiwa dari 2.299 KK, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.694 jiwa (52,12%) dan perempuan sebanyak 4.312 jiwa (47,88%). Tabel 1. Jumlah penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau berdasarkan jenis kelamin tahun 2010 Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Laki-Laki 4.694 Perempuan 4.312 Jumlah 9.006 Sumber: Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. Persentase (%) 52,12 47,88 100

Berdasarkan Tabel 1. dapat disimpulkan bahwa penduduk di Kelurahan Purnama didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yang mencapai 52,12%. Tabel 2. Kelompok umur penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) 00-10 1.927 11-20 1.820 21-30 1.473 31-40 1.110 41-50 1.381 >50 1.295 Jumlah 9.006 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Persentase (%) 21,40 20,21 16,35 12,32 15,34 14,38 100

Kelompok umur penduduk di Kelurahan Purnama berdasarkan Tabel 2. didominasi oleh kelompok umur 00-10 tahun yaitu sebanyak 1.927 jiwa (21,40%) tahun 2010 dan merupakan bukti adanya pertambahan penduduk dari kelahiran bayi di Kelurahan Purnama. 4.2.2. Pendidikan Pendidikan merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas sumber daya manusia untuk membangun suatu daerah. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka masyarakat akan mudah menerima suatu pembaharuan yang bersifat membangun. Kemajuan dari suatu daerah ditentukan oleh penduduk yang berpendidikan serta dapat mengaplikasikan ilmunya pada daerah tempat tinggalnya. Tingkat pendidikan di Kelurahan Purnama dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Belum Sekolah 588 Taman Kanak-kanak 1.611 Tidak Tamat SD 570 SD 1.231 SMP 1.733 SMA 1.246 Akademi/D1-D3 1.036 Sarjana/S1-S2 991 Jumlah 9.006 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Persentase (%) 6,53 17,90 6,33 13,67 19,24 13,83 11,50 11,00 100

Berdasarkan Tabel 3. dapat disimpulkan bahwa penduduk di Kelurahan Purnama sebagian besar telah mengecap pendidikan Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, Akademi/D1-D3, hingga Sarjana/S1-S2.

4.2.3. Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan faktor indikator ekonomi yang menjadi perhatian demi meningkatkan taraf hidup keluarga yang menyangkut pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Purnama terdapat beberapa jenis mata pencaharian penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Nelayan 257 Petani 878 Peternak 90 Pegawai Swasta 695 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1.163 POLRI/TNI 25 Pengrajin Industri Rumah Tangga 77 Wiraswasta/Pedagang 174 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 215 Jumlah 3.574 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Persentase (%) 7,19 24,57 2,52 19,45 32,54 0,70 2,15 4,87 6,01 100

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kelurahan Purnama ialah Pegawai Negeri Sipil (PNS), hal ini berkaitan dengan pendidikan yang tinggi di Kelurahan Purnama sehingga penduduk-penduduk dapat bekerja di kantor-kantor pemerintahan. Selanjutnya mata pencaharian terbanyak ialah petani, banyaknya lahan kosong membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk Kelurahan Purnama yang bertani di daerah tersebut. Tingkat kesejahteraan penduduk Kelurahan Purnama cukup baik.

4.2.4. Agama dan Etnis Untuk mengetahui data penduduk berdasarkan agama dan etnis di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Agama penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Jumlah (Jiwa) Islam 6.918 Kristen Protestan 525 Kristen Katholik 445 Hindu 321 Budha 342 Khoghucu 455 Jumlah 9.006 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Agama Persentase (%) 76,82 5,83 4,94 3,56 3,80 5,05 100

Sebagian besar penduduk Kelurahan Purnama beragama islam (76,82 %). Selanjutnya etnis yang paling dominan didaerah ini adalah suku melayu dan yang paling sedikit adalah suku aceh, dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Etnis penduduk di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Jumlah (Jiwa) 108 302 60 2.877 1.306 2.417 800 1.136 Jumlah 9.006 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 Aceh Batak Nias Melayu Minang Jawa China Lain-Lain No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Etnis Persentase (%) 1,20 3,35 0,68 31,94 14,50 26,84 8,88 12,61 100

4.3. Sarana dan Prasarana 4.3.1. Administrasi Kelurahan Kelurahan Purnama adalah kelurahan yang ada di Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan ini dipimpin oleh seorang kepala lurah dan beberapa staffnya. Struktur Pemerintahan di Kelurahan Purnama dapat dilihat pada gambar dibawah ini.Kepala Kelurahan

Jabatan Fungsional

Sekretaris

Kasi Pemerintahan

Kasi Pem Mas

Kasi Kesos

Kasi Trantib

Gambar 1. Skema struktur pemerintahan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau 4.3.2. Sarana Pendidikan Pembangunan suatu daerah akan baik apabila pendidikan disuatu daerah tersebut bagus. Sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau sangat mencukupi, sarana pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sarana pendidikan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Sarana Pendidikan TK SD SMP SMA/Sederajat Lembaga Pendidikan Agama Perpustakaan Keliling Jumlah Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah (Unit) 3 3 5 2 5 1 19

4.3.3. Sarana Ibadah Sarana ibadah yang ada di Kelurahan Purnama hanya ada untuk agama islam, yaitu mesjid dan musholla. Jumlah sarana ibadahnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sarana ibadah di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Sarana dan Prasarana Ibadah Mesjid Musholla Jumlah Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 4.3.4. Sarana Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi masyarakat untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik. Untuk menunjang kesehatan penduduk disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh adanya sarana yang disediakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Jenis sarana dan Prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau. Tabel 9. Sarana Kesehatan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau Pada Tahun 2010 Sarana Kesehatan Jumlah (Unit) Puskesmas 4 Balai Pengobatan 1 Posyandu 10 Apotik/Toko Obat 4 Praktek Dokter/Bidan 3 Jumlah 22 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. Persentase (%) 18,18 4,55 45,45 18,18 13,64 100 No. 1. 2. Jumlah (Unit) 8 19 27

4.3.5. Transportasi dan Telekomunikasi

Transportasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjang pembangunan dan perekonomian suatu daerah. Selain itu sarana transportasi adalah komponen yang sangat menentukan mobilitas barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah lainnya. Lancarnya transportasi suatu daerah harus didukung dengan sarana dan prasarana yang baik. Sarana perhubungan dan

telekomunikasi yang terdapat di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau. Tabel 10. Sarana perhubungan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Jenis Alat Perhubungan Jumlah (Unit) Sepeda 60 Sepeda motor 1.500 Angkutan Umum/Oplet 10 Truk 5 Mobil Pribadi 800 Jumlah 2.375 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. Persentase (%) 2,53 63,16 0,42 0,21 33,68 100

Transportasi di Kelurahan Purnama lancar dan baik, dari Tabel 10. dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk menggunakan sepeda motor untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan sarana telekomunikasi yang terdapat di Kelurahan Purnama terdiri wartel, warnet, Kantor Pos Pembantu, Televisi dan telepon genggam. Dari hasil survei yang dilakukan pada umumnya setiap keluarga di Kelurahan Purnama sudah memiliki telepon genggam. Dengan adanya sarana telekomunikasi tersebut penduduk mendapatkan kemudahan untuk bercengkrama antar masyarakat dan mendapatkan akses informasi lebih cepat.

Rincian jenis sarana telekomunikasi beserta jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana telekomunikasi di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Jenis Sarana Telekomunikasi Jumlah (Unit) Wartel 1 Warnet 3 Kantor Pos Pembantu 1 Televisi 2.155 Jumlah 2.160 Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 4.3.6. Lembaga Keuangan Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang dapat membantu kehidupan ekonomi masyarakat serta memberikan fasilitas pengkreditan kepada masyarakat yang membutuhkan. Anggota koperasi tersebut merupakan golongan masyarakat kelurahan itu sendiri. Jenis dan jumlah lembaga keuangan di Kelurahan Purnama dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Lembaga keuangan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Jenis Lembaga Keuangan Koperasi Unit Desa Koperasi Simpan Pinjam Jumlah Sumber : Kantor Kelurahan Purnama 2010 4.4. Penggunaan Lahan Luas lahan di Kelurahan Purnama adalah seluas 1.800 Ha. Dengan pembagian dari penggunaan luas lahan di Kelurahan Purnama mencakup wilayah pemukiman, perkebunan, perkantoran, dan luas sarana perhubungan yang lain. No. 1. 2. Jumlah (Unit) 4 2 6 No. 1. 2. 3. 4. Persentase (%) 0,05 0,14 0,05 99,76 100

V. KEADAAN UMUM SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN

5.1. Sumberdaya Perairan Kota Dumai memiliki jenis tanah yang umumnya terdiri organosol humus dan podsolik merah kuning yang sesuai untuk bercocok tanam dan perkebunan. Beberapa sungai besar dan kecil terdapat di Kota Dumai yang dilalui oleh sampan dan perahu. Kondisi air tanah di Kota Dumai yang berasal dari tanah dangkal atau sumur gali dan sumur pompa dengan kedalaman rata-rata 1-2 m maupun air tanah dalam atau sumur bor, namun pada umumnya kurang baik. Mangrove dikenal juga sebagai hutan payau yang merupakan salah satu ekosistem pesisir yang paling dominan tumbuh diwilayah pesisir. Kawasan mangrove memiliki fungsi yang sangat penting dalam berlangsungnya proses-proses ekologis dan secara fisik sebagai penghambat intrusi air laut, gelombang ataupun angin yang merusak ekosistem darat. Di Kelurahan Purnama tepatnya di muara sungai mesjid terjadi penurunan ekosistem mangrove, hal ini disebabkan oleh wilayah pemukiman yang padat dengan berbagai aktivitas masyarakat seperti pelabuhan, pencemaran minyak dan sampah, pemukiman dan sebagainya. Menurut Susanti (2002), menyatakan kawasan mangrove diwilayah Kota Dumai tepatnya di Kelurahan Purnama merupakan lokasi yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan akibat pencemaran minyak yang berasal dari pelabuhan dan limbah industri. Potensi perikanan Kota Dumai sangat besar sebagai daerah pesisir. Untuk memaksimalkannya, tengah dirancang sebuah kawasan minapolitan di Kota Dumai. Minapolitan merupakan kota perikanan atau kota didaerah lahan perikanan. Pengertian minapolitan ialah suatu konsep pembangunan kelautan dan

perikanan berbasis wilayah dengan melakukan pendekatan sistem dan manajemen kawasan yang mampu menggerakkan kegiatan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya. Wilayah penangkapan (fishing ground) bagi nelayan di Kelurahan Purnama merupakan wilayah perairan Selat Rupat dengan kondisi oseanografi dipengaruhi oleh dinamika pasang surut Selat Malaka, karena pada bagian Utara dan Timur perairan berhubungan langsung sehingga menjadikan Selat Malaka sebagai daerah penangkapan. 5.2. Sumberdaya Perikanan 5.2.1.Keadaan Masyarakat Nelayan Nelayan sebuah sebutan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir, dengan aktivitas mengeksploitasi, mengolah, dan memanfaatkan sumber daya pesisir dan perairan yang bersifat milik semua orang, sebagai poros tumpu kehidupan sangat ditentukan oleh musim, rentan terhadap degradasi ekosistem, dan gejolak sosial ekonomi. Seharusnya nelayan lebih sejahtera karena mengelola potensi sumberdaya alam dengan jumlah besar, namun pada kenyataannya nelayan lebih tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Ketertinggalan nelayan sangat terlihat jelas dari kondisi rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan sebagai bekal untuk mengelola sumber mata pencaharian guna menghidupi diri pribadi dan keluarga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nelayan hanya memiliki aset waktu dan tenaga sebagai modal yang sangat terbatas untuk mencapai kemajuan.

Umumnya

aktivitas

melaut

nelayan

Kelurahan

Purnama

dalam

memperoleh hasil tangkapan dilakukan dengan cara mencari wilayah ruaya ikan dengan berbekal pengalaman turun temurun. Mencari dan menetapkan wilayah ruaya ikan lazim disebut oleh kalangan nelayan dengan sebutan cego atau menandai. Cego atau menandai wilayah ruaya ikan dibagi dalam 4 musim arah angin yakni musim Utara, musim Timur, musim Selatan dan musim Barat menurut bulan-bulan Hijriah, diikuti oleh tanda-tanda angin, kondisi perairan, tanaman bakau, kondisi pantai, dan pasang surut, serta tinggi rendah ombak. Masa subur hasil tangkapan nelayan yaitu pada musim Barat sampai dengan pertengahan musim Utara, hasil tangkapan jauh lebih besar. Namun pada musim tersebut tidak seluruh nelayan dapat memanfaatkan kelimpahan ikan, karena pada musim ini dibarengi oleh tinggi dan rapatnya alunan gelombang serta angin kencang. Secara umum nelayan terdiri dari nelayan pemilik dan nelayan buruh, begitu pula halnya di Kelurahan Purnama. Nelayan pemilik adalah orang-orang yang memiliki sarana-sarana produksi seperti kapal, alat tangkap dan sebagainya, sedangkan nelayan buruh adalah orang-orang yang tidak memiliki alat tangkapan atau hanya menjual jasa tenaganya kepada nelayan pemilik. Nelayan di Kelurahan Purnama pada umumnya berstatus sebagai nelayan pemilik. Jenis dan jumlah nelayan di Kelurahan Purnama dapat dilihat lebih jelasnya pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah nelayan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau Jenis Nelayan Pemilik Penangkap Buruh Penangkap Pemilik Pengolah Buruh Pengolah Jumlah Sumber : Data Primer, 2011 No. 1. 2. 3. 4. Jumlah (Jiwa) 145 97 4 11 257 Persentase (%) 56,42 37,74 1,56 4,28 100

Nelayan penangkap di Kelurahan Purnama rata-rata berpendapatan kotor ialah Rp.1.800.000 hingga Rp.2.500.000 per trip (1 trip = 5 hari), operasi penangkapan yang efektif dalam 1 bulan adalah 4 trip (dalam 1 bulan = 16 hari). Namun harus dikurangi dengan biaya operasional per trip, sehingga diperoleh sejumlah Rp.830.000 hingga Rp.890.000 per trip. Dapat diperkirakan pendapatan bersih keluarga nelayan jika rutin melaksanakan penangkapan selama 4 trip/bulan ialah Rp.3.320.000 hingga Rp.3.560.000. Nelayan pemilik dan nelayan buruh menggunakan sistem bagi hasil, dimana 3/4 untuk nelayan pemilik dan 1/4 untuk nelayan buruh setiap 1 kali trip operasi. Pendapatan nelayan pemilik selama 4 trip/bulan dapat diperkirakan sebesar Rp.2.490.000 hingga Rp.2.670.000. Sedangkan pendapatan nelayan buruh selama 4 trip/bulan diperkirakan sebesar Rp.830.000 hingga Rp.890.000. Pendapatan dari para nelayan dapat dipengaruhi oleh musim (cuaca) serta pemanfaatan armada serta alat tangkap yang digunakan. Nelayan pengolah di Kelurahan Purnama terdiri dari nelayan pemilik pengolah dan nelayan buruh pengolah. Pengolahan ikan yang ada yaitu pengolahan kerupuk ikan/udang dan udang kering. Pembuatan kerupuk ikan/udang diproduksi 5 kali dalam 1 bulan. Kerupuk ikan/udang dijual kepasaran dengan harga 1 kg = Rp.30.000. Harga jual kerupuk ikan/udang 1 bungkus (berat 1,6 ons) = Rp.4.000 dengan menggunakan kemasan plastik.

Dalam 1 bulan terjual 30 kg kerupuk ikan/udang, sehingga pendapatan kotor yang diperoleh ialah 30 kg x Rp.30.000 = Rp.900.000. Hasil produksi kerupuk ikan/udang dipasarkan ke kedai-kedai dan pasar-pasar di Kota Dumai. Pengolahan udang kering bersifat musiman, apabila nelayan penangkap tidak melaut yang dikarenakan faktor alam atau karena kendala lainnya, maka nelayan pengolah tidak memproduksi udang kering. Hasil produksi udang kering dalam 1 bulan diperkirakan mencapai 15-20 kg dengan harga

jual 1 kg = Rp.70.000. Pendapatan pengolah udang kering perbulan adalah Rp.1.050.000 hingga Rp.1.400.000. 5.2.2. Armada Penangkapan Armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kelurahan Purnama berupa perahu/sampan dan perahu motor. Daerah penangkapan ikan oleh nelayan merupakan wilayah perairan Selat Rupat dengan kondisi oseanografi dipengaruhi oleh dinamika pasang surut Selat Malaka, karena pada bagian Utara dan Timur perairan berhubungan langsung yang mengakibatkan pada musim tersebut kondisi Selat Malaka menjadi bagian dari daerah penangkapan. Armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan di Kelurahan Purnama dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Jenis dan jumlah armada yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Jenis Armada Jumlah (Unit) Persentase (%) Perahu/Sampan 14 8,18 Perahu Motor 157 91,81 Jumlah 171 100 Sumber : Kantor Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Dumai Berdasarkan status kepemilikan armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kelurahan Purnama sebagian besar merupakan kepemilikan No. 1. 2.

pribadi, yang mana kondisi tersebut dimaknai bahwa nelayan sepenuhnya menggeluti profesi melaut untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kondisi besaran muatan armada yang digunakan nelayan biasanya kapasitas pada rentang 0,5 hingga 2,25 Groos Tonnage (GT) dan kekuatan mesin pada rentang 12 hingga 19 tenaga kuda (horse power) yang digunakan oleh nelayan untuk melakukan aktivitas. 5.2.3. Alat Tangkap Jenis-jenis alat tangkap ikan yang digunakan nelayan di Kelurahan Purnama adalah Jaring Insang (Gill Net), Rawai, Sondong, Pengerih. Penggunaan alat tangkap sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan. Tabel 15. Jenis dan jumlah alat tangkap di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau tahun 2010 Jenis Alat Tangkap Jumlah (Unit) Persentase (%) Jaring Insang (Gill Net) 41 35,04 Rawai 4 3,42 Sondong 46 39,32 Pengerih 26 22,22 Jumlah 117 100 Sumber : Kantor Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Dumai 5.2.3.1. Jaring Insang (Gill Net) Jaring insang adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring berbentuk 4 persegi panjang dan dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawah dan pelampung pada tali ris atasnya. Saat dioperasikan, beberapa lembar jaring digabung menjadi satu dan diposisikan menghadang arus dengan tujuan menghalangi arah gerakan renang ikan. Pengoperasian jaring insang ini dibedakan menjadi dua, yaitu jaring insang hanyut untuk menangkap ikan pelagis dan jaring insang dasar untuk menangkap ikan demersal. Alat tangkap jaring insang termasuk kategori ramah lingkungan karena dioperasikan di kolom air. Ukuran No. 1. 2. 3. 4.

ikan dan jenis yang tertangkap selektif sehingga tidak akan mempengaruhi keseimbangan struktur umur populasi ikan. Jaring insang ini direntang pada dasar laut, sehingga dinamakan bottom gill nett. Tujuan penangkapan jaring insang ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri. Biasanya jaring insang memiliki panjang 20-40 meter dengan lebar 2-4 meter, sedangkan ukuran mata jaring insang 2-3 cm. Jenis armada yang digunakan pada pengoperasian alat ini yaitu perahu/sampan dan perahu motor dengan fishing ground yang berjarak 2-5 mil dari pantai. Harga perunit jaring insang berkisar Rp.4.000.000 hingga Rp.6.000.000 dengan ketahanan alat tangkap 1-2 tahun. Pengoperasian jaring ini dilakukan pada pagi hari dan malam hari. Hasil-hasil tangkapan menggunakan alat tangkap jaring insang adalah ikan kembung (Rastreliger canagurta), ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan kakap (Lates calcariver), ikan parang (Macrochirichthys macrochirus), ikan hiu (Carcharinus leucas), ikan biang-biang (Setipinna breviceps), ikan lomek (Harpodon sp), dan lain-lain. 5.2.3.2. Rawai (Long Line) Rawai merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu rawai biasanya mengoperasikan 1 persil atau 500 mata pancing untuk sekali turun atau tergantung jenis ikan yang ditangkap. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah rawai diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan. sehingga kapal dan alat

tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut drifting. Drifting berlangsung 4 jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal. Seperangkat alat rawai mempunyai susunan bagian-bagian dan ukuran sebagai berikut; tali utama ukuran 3-4 mm, panjang 450-500 m, cabang dengan panjang 30 cm hingga 100 cm jarak antara tali cabang 3-4 m. Ukuran mata pancing nomor 7 atau 9 untuk di perairan pantai, dan nomor 4-1 untuk perairan lepas pantai. Tali pelampung dengan ukuran 20-80 cm, dengan panjang 8 cm. Pada setiap 50 mata pancing dipasang 1 pelampung. Metode pengoperasian dari pancing rawai adalah dengan cara menset pancing di perairan, kemudian dibiarkan untuk beberapa lama. Untuk rawai yang dioperasikan siang hari, kapal bersama alat tangkap dibiarkan hanyut, sedangkan untuk yang dioperasikan malam hari, setelah pancing diset, kapal dijangkar. Perkiraan harga satuan peralatan Perkiraan harga satu set (perahu dan pancing) Rp.3.000.000 hingga Rp.10.000.000. Hasil tangkapan perhari diperoleh 5-15 kg. 5.2.3.3. Sondong Sondong termasuk kedalam grup jaring angkat. Yang mana berbentuk empat persegi panjang atau kerucut atau kantong, dalam operasinya jaring dibentangkan dalam air sedemikian dengan menggunakan kerangka bambu atau kayu atau metal yang melintang (berbentuk seperti gunting) dan ditengah-tengah lintangan kayu tersebut di ikatkan pada haluan kapal, ruang gunting yang terbuka diletakkan jarring lalu disorong (dorong) dengan kapal. Bahan jaringnya terbuat dari bahan troll. Jaring ini berukuran 10 x 7 meter dan diikat pada sondongnya. Besaran muatan kapal sondong yang digunakan nelayan Kelurahan Purnama 2,5 GT. Daerah penangkapan kapal sondong ini biasanya tidak jauh dari

pantai kira-kira 1 km dan kedalaman laut kurang lebih 5 meter. Lamanya jaring diangkat sekitar 15 menit dan untuk penangkapan sendiri dilakukan pada malam hari karena udang aktif pada malam hari. Hasil tangkapan dari alat tangkap sondong ialah udang putih (Penaeus vannamei), udang merah (Metapenaeus sp). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan ialah arus, angin, dan gelombang. 5.2.3.4. Pengerih Pengerih adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis, umumnya berbentuk kurungan, berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa adanya paksaan dan sulit keluar karena dihalangi dengan berbagai cara. Bahan yang digunakan untuk membuat perangkap : bambu, rotan, kawat, jaring, tanah liat, plastik, dan sebagainya. Pengoperasiannya di dasar perairan, di permukaan perairan, di sungai daerah arus kuat, dan di daerah pasang surut. Alat ini cenderung selektif karena ikan terperangkap di dalamnya. Penyebaran alat tangkap pengerih tidak jauh dari pemukiman nelayan, hal ini memudahkan nelayan untuk memasang dan mengambil hasil tangkapan karena dapat dilakukan dengan armada perahu dayung. Pengoperasian pengerih mengikuti pola pasang surut dan tidak menyita waktu, sebagaimana bahwa pasang surut di Selat Rupat berpola semi diurnal, yaitu selama sehari semalam terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Alat pengerih ini dapat bertahan hingga 5 tahun lamanya. Hasil tangkapan yang didapatkan terdiri dari udang merah (Metapenaeus sp), udang putih

(Penaeus vannamei), ikan lomek (Harpodon sp), dan ikan gonjeng (Thrissa sp), dan ikan-ikan kecil lainnya. Penjelasan mengenai jenis hasil tangkapan dan harga jual ikan segar dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jenis dan harga jual ikan segar di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau No. Jenis Ikan Nama Ilmiah Harga Jual /Kg Ikan segar Rp. 20.000 Rp. 24.000 Rp. 30.000 Rp. 30.000 Rp. 25.000 Rp. 15.000 Rp. 20.000 Rp. 23.000 Rp. 23.000 Rp. 28.000 Rp. 55.000 Rp. 22.000 Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 23.000 Rp. 45.000 Rp. 35.000 Rp. 15.000 Rp. 40.000

1. Ikan Kembung Rastreliger canagurta 2. Ikan Tenggiri Cybium commersoni 3. Ikan Kakap Lates calcariver 4. Ikan Parang Macrochirichthys macrchirus 5. Ikan Hiu Carcharinus leucas 6. Ikan Tongkol Squalus sp 7. Ikan Lomek Harpodon sp 8. Ikan Sardin Sardinella sp 9. Ikan Pari Tryghon sephen 10. Ikan Kerapu Ephinephelus sp 11. Ikan Bawal Stromateus sp 12. Ikan Selar Caranx mate 13. Ikan Biang-Biang Setipinna breviceps 14. Ikan Kacang Sphyraena barracuda 15. Ikan Gonjeng Thrissa sp 16. Udang Putih Penaeus vannamei 17. Udang Merah Metapenaeus sp 18. Kerang Dara Anadara granosa 19. Kepiting Scylla serrata Sumber : Data Primer, 2011 5.2.4. Budidaya Perikanan

Budidaya perikanan adalah semua usaha, membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam ataupun yang dibuatkan tempat sendirinya, dengan adanya campur tangan manusia. Usaha budidaya yang terdapat di Kelurahan Purnama berupa kolam. Luas lahan budidaya di Kelurahan Purnama ialah 800 m. Lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 17.

Tabel 17.

Jenis ikan budidaya dan hasil produksi di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau Usaha Budidaya Jumlah Kolam 3 2 3 8 Luas Kolam (m) 300 200 300 800 Produksi Kolam/panen (kg) 4.500 4.000 9.000 17.500

No.

Jenis Ikan

Nila Kolam Lele Kolam Patin Kolam Jumlah Sumber: Data Primer, 2011

1. 2. 3.

Terdapat 3 jenis ikan yang dibudidayakan dengan bentuk usaha budidaya yaitu kolam. Hasil produksi dari kolam nila (Oreochromis niloticus) adalah 3 x 1.500 kg produksi kolam/panen = 4.500 kg, produksi kolam lele (Clarias batrachus) adalah 2 x 2.000 kg produksi kolam/panen = 4.000 kg, produksi kolam patin (Pangasius sutchi) adalah 3 x 3.000 kg produksi kolam/panen = 9.000 kg. Pendapatan yang diperoleh nelayan setiap 1 kali panen sebesar Rp.28.500.000 hingga Rp.60.000.000 berdasarkan jenis ikan. Namun hasil budidaya tersebut masih belum mencukupi kebutuhan konsumsi di Kota Dumai sebesar 18 ton per hari, dikarenakan kurangnya minat masyarakat, kurangnya modal dan pengetahuan mengenai teknik budidaya ikan tersebut. Sehingga ikanikan masih dipasok dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Dalam memasarkan hasil panennya, petani ikan di Kelurahan Purnama langsung menjualnya kepada pedagang pengumpul yang langsung datang ke lokasi. Pedagang pengumpul menjual ikan kepada pedagang pengecer yang ada di Kota Dumai, selanjutnya sampailah ketangan pembeli.

5.2.5. Pengolahan Hasil Perikanan Pengolahan hasil perikanan yang ada di Kelurahan Purnama adalah kerupuk ikan/udang dan udang kering. Penjelasan mengenai jenis pengolahan hasil perikanan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Daftar nama nelayan pemilik pengolah dan jumlah hasil produksi di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau Nama Nelayan Jenis Olahan Ikan Produksi Minggu (kg) Bulan (kg) 6 30 6 25 6 23 5 20

No.

1. Nur Asiyah Kerupuk ikan/udang 2. Netti Udang kering 3. Yanti Udang kering 4. Ismail Udang kering Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan Tabel 18. diketahui hasil olahan rata-rata kerupuk ikan/udang di Kelurahan Purnama adalah 30 kg/bulan. Hasil olahan rata-rata udang kering di Kelurahan Purnama yaitu: = 25 kg + 23 kg + 20 kg 3 = 68 kg 3 = 22,7 kg/bulan 5.2.6. Pasca Panen 5.2.6.1. Penanganan Ikan Segar Penanganan ikan bertujuan untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu selama mungkin agar ikan sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar. Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan, kondisi biologis ikan, serta teknik penanganan dan

penyimpanan diatas kapal. Oleh karena itu, setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan pendinginan atau pembekuan. Proses penanganan ikan segar di Kelurahan Purnama yaitu dengan menggunakan pecahan-pecahan es balok. Pertama-tama setelah penangkapan ikan-ikan yang ditangkap oleh nelayan langsung dimasukkan ke dalam coolbox (kotak pendingin) yang berbahan steroform/fiberglass yang berisi pecahan-pecahan es balok, dimana es tersebut dibeli dari pabrik es pelabuhan purnama. Ikan-ikan yang dimasukkan ke collbox (kotak pendingin) tidak disortir terlebih dahulu berdasarkan ukuran ikan, sehingga antara ikan yang satu dengan yang lainnya saling bersentuhan dan menyebabkan lecet-lecet pada sebagian ikan tersebut. Hal tersebut juga dapat mengurangi keuntungan dari hasil yang ada. Sesampainya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), ikan-ikan dikeluarkan dari collbox (kotak pendingin) dan di pisahkan menurut jenis ikan dan ukuran lalu dimasukkan kedalam keranjang untuk dilelangkan langsung kepada touke maupun pedagang pengumpul, kegiatan pelelangan ikan tersebut hanya berlangsung singkat yaitu pukul 3-4 pagi. Selanjutnya ikan-ikan yang telah dibeli oleh touke maupun pedagang pengumpul tersebut dijual lagi ke pasar-pasar sekitar Kota Dumai dan akhirnya sampailah ke tangan konsumen. 5.2.6.2. Pengolahan Ikan Segar Pengolahan ikan bertujuan untuk mencegah proses pembusukan tubuh ikan terutama pada saat produksi melimpah, membuat ikan menjadi awet serta meningkatkan jangkauan pemasaran, melaksanakan diversifikasi pengolahan

produk-produk perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan atau petani ikan sehingga mereka terangsang untuk melipat gandakan produksi. Produksi ikan yang diolah di Indonesia masih sekitar 23-47%, dari jumlah tersebut sebagian besar merupakan pengolahan tradisional dan sisanya dijual sebagai ikan segar atau ikan basah. Pengolahan hasil perikanan yang ada di Kelurahan Purnama ialah kerupuk ikan/udang dan udang kering. 5.2.6.2.1. Produk Olahan Perikanan 1. Pengolahan Kerupuk Ikan Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang sangat disukai oleh masyarakat. Kerupuk yang beredar dipasaran pada umumnya kaya akan unsur karbohidrat, tetapi miskin akan unsur protein. Sebagai sumber protein, pada pengolahan kerupuk biasanya ditambahkan daging ikan, salah satunya kerupuk ikan kacang (Sphyraena barracuda) yang terdapat di Kelurahan Purnama. Bahan-bahan yang digunakan ialah ikan kacang, tepung tapioka, bawang putih, telur, garam, gula, dan daun pisang. Alat-alat yang digunakan ialah pisau (untuk menyiangi, memotong dan mengiris ikan), baskom (wadah adonan), gilingan/blender (untuk menghaluskan bahan baku), dandang (wadah mengukus adonan), tungku api, rak (untuk mengangin-anginkan), telenan, dan kemasan plastik. Prosedur kerja pembuatan kerupuk ikan kacang: 1. Ikan kacang disiangi (dibuang insang dan isi perutnya) lalu dipotong menjadi 2 bagian dan dicuci hingga bersih. Kukus hingga matang ikan beserta tulang dan kepalanya.

2. Pisahkan daging ikan dari tulang dan kepalanya yang sudah matang, lalu ambillah daging ikannya saja sebanyak 2,5 kg dan tumbuk menggunakan batu gilingan hingga halus. 3. Blender 1 ons bawang putih dan 3 telur secara bersamaan. Kemudian campurkan hasil blender tersebut dengan daging ikan halus, garam, gula secukupnya lalu aduk rata. 4. Ambil 3 kg tepung sagu lalu larutkan dengan air dingin secukupnya, panaskan diatas api kompor sambil diaduk cepat hingga menyerupai bubur kental, lalu campurkan kedalam daging ikan halus dan aduk dengan menggunakan tangan, kemudian tambahkan 13 kg tepung tapioka sedikit demi sedikit sampai adonan homogen dan tidak lengket ditangan. 5. Cetaklah adonan dengan menggunakan tangan yaitu berbentuk silinder yang panjangnya kurang lebih 30 cm dan diameter 5 cm. 6. Setelah adonan dicetak, segera lakukan pengukusan dengan cara gelondongan disusun pada panci pengukus atau dandang yang telah berisi air mendidih dan diberi alas daun pisang. Pengukusan dilakukan selama 40 menit atau sampai matang (bila ditusuk dengan lidi sudah tidak lengket). 7. Kemudian gelondongan didinginkan selama semalam (12 jam) dengan cara diletakkan diatas rak-rak. 8. Gelondongan yang sudah kering kemudian diiris tipis menggunakan pisau dengan ketebalan kurang lebih 2 mm. Selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari dengan menggunakan tampah sampai kering (biasanya 1-2 hari). 9. Setelah itu masukkan kerupuk kedalam kemasan dengan berat 1,6 ons dan siap untuk dipasarkan.

Ikan kacang (Sphyraena barracuda) segar

Disiangi (dibuang insang dan isi perutnya), lalu di cuci bersih

Kukus ikan bersama kepala dan tulangnya hingga matang, lalu tiriskan daging ikannya saja

Tumbuk hingga halus daging ikan yang telah dikukus, lalu timbang 2,5 kg

Blender 1 ons bawang putih dan 3 telur secara bersamaan

Campurkan hasil blender tersebut dengan daging ikan halus, garam, gula secukupnya, aduk rata Panaskan 3 kg tepung sagu dicampurkan air dingin secukupnya hingga menyerupai bubur kental

Campurkan adonan tepung sagu kedalam daging ikan halus dan diaduk rata, kemudian tambahkan 13 kg tepung tapioka sedikit demi sedikit hingga adonan homogen dan tidak lengket ditangan

Cetaklah adonan berbentuk silinder yang panjangnya kurang lebih 30 cm dan diameter 5 cm

Susun adonan yang telah dicetak kedalam dandang dan kukuslah hingga matang selama 40 menit, dinginkan gelondongan selama semalam (12 jam) diatas rak-rak

Iris tipis gelondongan dengan ketebalan kurang lebih 2 mm, lalu jemur dibawah sinar matahari (1-2 hari)

Masukkan kerupuk kedalam kemasan dengan berat 1,6 ons

Gambar 2.

Skema pembuatan kerupuk ikan kacang Di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau

Pembuatan kerupuk ikan diproduksi 5 kali dalam 1 bulan. Hasil produksi dipasarkan ke kedai-kedai dan pasar-pasar yang terdapat di Kota Dumai. Usaha

kerupuk ikan tersebut merupakan hasil didikan dari Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Dumai. 2. Pengolahan Kerupuk Udang Kerupuk udang adalah kerupuk yang terbuat dari adonan tepung tapioka dan udang yang ditumbuk halus yang diberi bumbu rempah dan penambah rasa. Udang yang digunakan dalam pembuatan kerupuk ialah udang putih (Penaeus vannamei) yang dibeli dari pasar pulau payung Dumai. Secara umum cara pembuatan kerupuk udang hampir sama dengan pembuatan kerupuk ikan, bedanya adalah ikan dikukus terlebih dahulu sebelum ditumbuk dagingnya sedangkan udang langsung ditumbuk setelah disiangi. Pada pembuatan kerupuk ikan digunakan bahan-bahannya ialah udang putih (Penaeus vannamei), tepung tapioka, bawang putih, telur, garam, gula, dan daun pisang. Alat-alat yang digunakan ialah pisau, baskom, gilingan/blender, dandang, tungku api, rak, telenan, kemasan plastik. Prosedur kerja pembuatan kerupuk udang: 1. Udang segar disiangi dengan cara membuang kepala, ekor, dan kulit luar udang. Lalu cucilah hingga bersih udang tersebut dan tumbuk hingga halus. 2. Haluskan bawang putih dan telur kemudian campurkan dengan garam dan gula secukupnya. 3. Panaskan tepung sagu dengan air dingin secukupnya sambil diaduk cepat hingga menyerupai bubur kental, kemudian dicampurkan kedalam udang halus dan sedikit demi sedikit tambahkan tepung tapioka hingga adonan homogen dan tidak lengket. Cetaklah adonan berbentuk silinder dan lakukan

penyusunan gelondongan didandang yang berisi air mendidih yang diberi alas daun pisang, kemudian kukuslah hingga matang selama 40 menit . 4. Setelah matang letakkan diatas rak-rak selama semalam (12 jam) yang tujuannya untuk mendinginkan gelondongan. Setelah itu iris tipis gelondongan dan jemur dibawah sinar matahari hingga kering. Bungkus kedalam kemasan kerupukUdang putih (Penaeus vannamei) segar

Disiangi (dibuang kepala, ekor dan kulit luar) dicuci hingga bersih dan ditumbuk hingga halus

Haluskan bawang putih dan telur dengan blender, lalu tambahkan garam dan gula secukupnya

Panaskan tepung sagu dengan air dingin secukupnya sambil diaduk cepat hingga menyerupai bubur kental

Campurkan adonan tepung sagu kedalam udang halus dan tambahkan tepung tapioka, lalu aduk hingga homogen dan tidak lengket

Cetak adonan berbentuk silinder dan susunlah didandang yang berisi air mendidih lalu kukuslah hingga matang selama 40 menit

Setelah matang dinginkan gelondongan selama semalam (12 jam), kemudian iris tipis dan jemur dibawah sinar matahari hingga kering

Bungkuslah kedalam kemasan 1,6 ons

Gambar 3.

Skema pembuatan kerupuk udang di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau

3. Pengolahan Udang Kering Udang adalah salah satu bahan pangan yang sangat mudah rusak dan menjadi busuk karena kadar airnya tinggi. Salah satu cara pengawetan udang

adalah dengan cara mengeringkannya. Produk yang dihasilkan disebut udang kering atau ebi. Udang kering atau ebi biasanya digunakan sebagai penambah citarasa dalam berbagai masakan. Udang kering atau ebi harus disimpan di dalam tempat yang tertutup rapat karena masih dapat menyerap uap air dan menjadi basah kembali. Hal ini dapat berakibat tumbuhnya jasad renik perusak pada ebi tersebut. Wadah yang sering digunakan untuk menyimpan ebi adalah kantong plastik atau wadah kaleng tertutup. Bahan yang digunakan untuk membuat udang kering atau ebi yaitu udang merah (Metapenaeus sp). Alat-alat yang digunakan adalah panci, saringan, tampah, karung atau kantong plastik, kompor. Prosedur kerja dalam pembuatan udang kering atau ebi: 1. Cuci udang segar sampai bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat. 2. Isi panci dengan air dan didihkan. Setelah mendidih, masukkan udang dan rebus sampai masak selama kira-kira 30 menit. 3. Setelah masak, pisahkan udang dan air dengan cara disaring. 4. Udang yang telah masak kemudian sebarkan di atas tampah dan jemur sampai kering. 5. Pisahkan kulit udang dari dagingnya dengan cara memasukkan udang yang telah kering ke dalam kantong plastik dan memukul-mukulnya dengan pemukul kayu perlahan-lahan. 6. Tampi dan pisahkan antara kulit dan daging kemudian tempatkan ke dalam plastik.

Udang merah (Metapenaeus sp) Segar

Dibersihkan

Direbus dalam air mendidih selama 30 menit

Pisahkan udang dan air rebusan dengan cara disaring

Dijemur sampai kering

Kulit udang dipisahkan dari dagingnya

Dimasukkan kedalam plastik

Udang kering/ebi

Gambar 4. Skema pembuatan udang kering di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau

5.2.6.3. Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Pemasaran merupakan penghubung antara nelayan dengan konsumen. Sistem pemasaran hasil perikanan Indonesia bersifat tradisional karena usaha pembaharuan belum lagi dilakukan secara baik pada setiap rantai pemasaran. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan pemasaran yang

menyebabkan biaya pemasaran menjadi tinggi.

Rantai pemasaran ikan segar di Kelurahan Purnama dimulai dari nelayan melakukan pelelangan ikan di TPI kepada touke dan pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan sampai ketangan konsumen. Pemasaran ikan dari luar daerah yaitu pedagang pengumpul luar daerah menjual langsung ke pedagang pengecer yang ada di pasar-pasar tradisional Kota Dumai. Nelayan

TPI Pedagang Pengumpul Luar Daerah

Touke dan Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengecer

Konsumen Gambar 5. Skema rantai pemasaran ikan segar di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau

Kerupuk ikan/udang dan udang kering dipasarkan kekedai-kedai dan pasar-pasar yang ada di Kota Dumai. Rantai pemasaran kerupuk ikan/udang ialah pengolah menjual langsung ke pedagang pengecer, selanjutnya ke konsumen. Produksi kerupuk ikan/udang dilakukan 5 kali dalam sebulan, sementara produksi udang kering tidak menentu berdasarkan hasil tangkapan nelayan. Jika hasil tangkapan nelayan melimpah maka diproduksi udang kering tersebut. Skema rantai pemasaran kerupuk ikan/udang dan udang kering dapat dilihat pada Gambar 6.

Pengolah

Pedagang Pengecer

Konsumen Gambar 6. Skema rantai pemasaran kerupuk ikan/udang dan udang kering di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau

Pemasaran hasil budidaya ikan di Kelurahan Purnama adalah petani ikan menjual kepada pedagang pengumpul yang langsung datang ke lokasi budidaya. Kemudian pedagang pengumpul menjual ikan-ikan ke pedagang pengecer yang ada di Kota Dumai, lalu dibeli oleh konsumen. Skema rantai pemasaran hasil budidaya ikan air tawar di Kelurahan Purnama dapat dilihat pada Gambar 7.

Ikan hasil budidaya kolam

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengecer

Konsumen Gambar 7. Skema rantai pemasaran hasil budidaya ikan air tawar di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau

VI.

ISU PERMASALAHAN

6.1. Permasalahan Umum 6.1.1. Masyarakat Nelayan Masyarakat nelayan di Kelurahan Purnama merupakan komunitas pesisir yang tertinggal. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat nelayan sebagai bekal mengelola sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat nelayan mengakibatkan rendahnya pendapatan dan kemampuan masyarakat nelayan mencermati, menyerap dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan waktu. Pemerintah Pemberdayaan Daerah Provinsi Riau telah menetapkan kebijakan

Ekonomi Kerakyatan (PEK) untuk menolong kelompok yang

selama ini dinilai jauh tertinggal dalam mengakses sumber pendanaan. Nelayan sebagai kelompok yang masuk kedalam kategori tersebut diberikan kemudahan untuk memperoleh pinjaman sebagai sumber dana guna memperbaiki armada dan alat tangkap. Pinjaman tersebut juga dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan sikap kewirausahaan nelayan dalam mengelola sumberdaya pesisir dan perairan. Namun terbukti tidak satupun nelayan pemanfaat bantuan armada dan alat tangkap mampu memperbaiki kualitas hidup keluarga dan mengembalikan pinjaman. Salah satu penyebab nelayan tidak dapat mengembalikan hasil pinjaman dari pemerintah adalah nelayan tidak memanfaatkan pinjaman dengan sebaik-baiknya, pola hidup nelayan yang suka berfoya-foya serta tidak memikirkan kehidupan di masa depan.

Persoalan masyarakat nelayan tidak sebatas di seputaran rendahnya pendapatan, namun persoalan degradasi perairan Selat Rupat lebih serius. Perairan tersebut merupakan wilayah penangkapan dan menjadi muara dari 15 ruas sungai berhulu di hutan rawa, serta prasarana dan transportasi laut angkutan barang dan penumpang dari dalam maupun luar negeri yang mempercepat derajat ketandusan perairan Selat Rupat. Peran Selat Rupat sebagai muara sungai menjadi semakin berat akibat lajunya perubahan bentangan alam di hulu sungai oleh kegiatan illegal logging dan pengalihan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan. 6.1.2. Penangkapan Perairan Selat Rupat merupakan wilayah penangkapan bagi nelayan di Kelurahan Purnama. Perairan ini dipengaruhi langsung oleh kondisi oseanografi dinamika pasang surut Selat Malaka, alur pelayaran, menipisnya kandungan hara, dan potensial mengalami pencemaran. Aktivitas melaut untuk memperoleh hasil tangkapan dilakukan dengan cara mencari wilayah ruaya ikan dengan berbekal pengalaman turun temurun. Mencari dan menetapkan wilayah ruaya ikan disebut oleh kalangan nelayan dengan sebutan cego/menandai. Pedoman aktivitas melaut dengan menggunakan cego merupakan teknologi yang dimiliki oleh nelayan untuk menetapkan wilayah ruaya ikan sebatas membaca fenomena alam pada wilayah perairan sekitar Selat Rupat. Kondisi tersebut mengungkapkan bahwa aktivitas melaut lebih ditentukan oleh kemampuan mencari ruaya ikan, bukan menuju tempat ruaya ikan. Sehingga menyebabkan tingginya pemborosan sumberdaya yang dimiliki oleh nelayan, hal tersebut dikarenakan nelayan terus menerus melakukan upaya mencari-cari ruaya ikan yang tepat.

Wilayah penangkapan di Selat Rupat merupakan daerah tujuan bagi seluruh nelayan yang berasal Kota Dumai, Bagansiapi-api dan Pulau Rupat. Kondisi tersebut menjadikan persaingan dalam memperoleh hasil tangkapan dan terjadinya kondisi over fishing akibat tingginya intensitas penangkapan dengan menggunakan alat tangkap eksploitatif. Adanya alur pelayaran kapal di perairan Selat Rupat mengakibatkan terjadinya peningkatan kandungan larutan logam berat dan minyak di perairan tersebut. Berlebihnya kandungan minyak di perairan akan berdampak terhadap ekosistem pesisir dan menghambat pertumbuhan mangrove. Limbah buangan pabrik minyak yang terletak di dekat perairan juga membuat perairan tercemar. 6.1.3. Budidaya Ikan Permasalahan yang ditemukan dalam usaha budidaya perikanan di Kelurahan Purnama yaitu kurangnya wawasan serta pengetahuan sebagian petani ikan tentang teknik pengelolaan kualitas air yang baik, kurangnya minat masyarakat dalam membuat usaha budidaya ikan, kurangnya modal yang dimiliki masyarakat. Sehingga ikan-ikan air tawar di Kelurahan Purnama masih dipasok dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Kota Dumai. 6.2. Permasalahan Khusus 6.2.1. Penanganan Ikan Segar Penanganan ikan segar yang ditangkap oleh nelayan dimasukkan ke dalam coolbox yang berisi pecahan-pecahan es balok. Ikan dimasukkan kedalam coolbox tidak dipilah-pilah terlebih dahulu sehingga antara ikan yang satu dengan lainnya

saling bersentuhan dan menyebabkan lecet-lecet pada sebagian ikan tersebut, sehingga dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh. Untuk mengatasinya sebaiknya ikan dipisahkan menurut jenis dan ukurannya. Air yang digunakan untuk membuat es balok berasal dari air sumur bor, yang mana warna air putih kekuningan. Es balok yang dijual kepada nelayan tidak beku merata, hal ini dapat dilihat pada pertengahan es balok masih terdapat lingkaran putih. Es balok tersebut dicurigai adanya kontaminasi oleh bakteribakteri, sehingga berdampak buruk terhadap ikan-ikan yang diberikan perlakuan dengan es balok tersebut. 6.2.2. Pengolahan Ikan Permasalahan dalam produksi kerupuk ikan/udang dan udang kering yaitu penyediaan bahan baku yang tidak kontinyu. Hal ini disebabkan oleh kondisi daerah penangkapan yang dipengaruhi dinamika pasang surut Selat Malaka, sehingga aktivitas melaut nelayan terganggu. Mutu hasil olahan ikan sangat tergantung oleh teknologi pemanasan. Apabila mendapatkan panas yang cukup dari sinar matahari, maka mutu kerupuk ikan/udang dan udang kering akan bagus. Namun dimusim hujan, seringkali pengolahan kerupuk ikan/udang dan udang kering kurang sempurna. Hal ini mengakibatkan mundurnya mutu produk tersebut. Kerupuk ikan/udang dan udang kering dipasarkan ke kedai-kedai sekitar rumah, pasar-pasar tradisional. Pemasaran ini langsung dipasarkan oleh pengolah itu sendiri, sehingga biaya transportasi menjadi salah satu

kendala pengolah. Disisi lain, konsumen mengeluh dengan harga jual kerupuk

ikan/udang yang sangat tinggi. Harga jual dari kerupuk ikan/udang adalah 1 bungkus (berat 1,6 ons) = Rp. 4.000. Konsumen banyak yang berpaling ke kerupuk lain yang jauh lebih murah, sehingga pengolah mengalami kerugian.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan Kelurahan Purnama merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau dengan luas 1800 ha. Penduduk di Kelurahan Purnama pada akhir tahun 2010 berjumlah 9.006 jiwa yang terdiri dari 4.694 jiwa laki-laki dan 4.312 jiwa perempuan. Penduduk Kelurahan Purnama yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan sebanyak (7,19%). Potensi perikanan yang ada di Kelurahan Purnama sangat besar, hal ini dapat dilihat adanya pelabuhan kapal, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pabrik es balok menjadikan faktor pendukung kegiatan aktivitas perikanan. Namun disisi lain, adanya pelabuhan kapal yang melaksanakan aktivitas di wilayah penangkapan ikan telah memberikan dampak buruk bagi ekosistem perairan. Pencemaran perairan juga diakibatkan pabrik minyak yang berdekatan dengan wilayah perairan. Sehingga perairan penangkapan lama kelamaan dapat tercemar secara keseluruhan dan tentu berdampak terhadap spesies-spesies yang ada di perairan. Kegiatan perikanan di Kelurahan Purnama meliputi usaha penangkapan, penanganan, pengolahan, budidaya, dan pemasaran. Wilayah penangkapan ikan berada di Selat Rupat, dengan menggunakan alat tangkap seperti jaring insang (Gill Net), rawai, sondong, dan pengerih. Pengolahan ikan yang dilakukan adalah pembuatan kerupuk

ikan, kerupuk udang, dan udang kering. Untuk pengolahan kerupuk ikan/udang

diproduksi 5 kali dalam 1 bulan, sedangkan pengolahan udang kering produksinya bersifat tidak menentu dikarenakan tergantung dari hasil tangkapan nelayan itu sendiri. Hasil olahan kerupuk ikan/udang dan udang kering tersebut dijual ke kedai-kedai dan pasar-pasar di Kota Dumai. Permasalahannya konsumen mengeluhkan harga jual kerupuk yang terlalu mahal, sehingga pengolah mengalami kerugian. Rantai pemasaran ikan segar adalah nelayan sampai ke TPI, penjualan ke touke dan pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan berakhir ke tangan konsumen. Pemasaran ikan dari luar daerah yaitu pedagang pengumpul luar daerah menjual langsung ke pedagang pengecer yang ada di pasar-pasar tradisional di Kota Dumai. Rantai pemasaran kerupuk ikan/udang dan udang kering adalah dijual langsung ke pedagang pengecer lalu sampailah ke tangan konsumen. Permasalahan umum di Kelurahan Purnama adalah pendapatan nelayan yang minim, nelayan tidak dapat mengembalikan pinjaman dari pemerintah, degradasi perairan Selat Rupat, pemborosan sumberdaya dalam mencari-cari ruaya ikan, persaingan dalam memperoleh hasil tangkapan, pencemaran daerah penangkapan ikan, dan kurangnya minat masyarakat untuk membuka usaha budidaya ikan. Sedangkan permasalahan khususnya adalah penanganan ikan segar yang dilakukan tidak disortir terlebih dahulu ikan yang dimasukkan kedalam coolbox, es balok yang dijual kepada nelayan dicurigai adanya kontaminasi oleh bakteri-bakteri. Dibidang pengolahan ikan, kendalanya adalah penyediaan bahan baku tidak kontinyu, mutu hasil olahan ikan sangat tergantung oleh sinar matahari, besarnya biaya transport