makalah hernia 2
DESCRIPTION
herniaTRANSCRIPT
HERNIA
A. Pengertian dan Penyebab
1. Pengertian
Hernia atau turun berok selama ini lebih dikenal sebagai penyakit pria, karena
hanya kaum pria yang mempunyai bagian khusus dalam rongga perut untuk mendukung
fungsi alat kelaminnya. Berdasarkan penyebab terjadinya, hernia dapat dibedakan
menjadi hernia bawaan (congenital) dan hernia dapatan (akuisita). Sedangkan menurut
letaknya, hernia dibedakan menjadi hernia inguinal, umbilical, femoral, diafragma dan
masih banyak lagi nama lainnya.
Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia
yaitu usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). Bila ada bagian yang
lemah dari lapisan otot dinding perut, maka usus dapat keluar ke tempat yang tidak
seharusnya, yakni bisa ke diafragma (batas antara perut dan dada), bisa di lipatan paha,
atau di pusar. Umumnya hernia tidak menyebabkan nyeri. Namun, akan terasa nyeri bila
isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Infeksi akibat hernia menyebabkan penderita
merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya menjalar dan meracuni seluruh
tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti itu, maka harus segera ditangani oleh dokter
karena dapat mengancam nyawa penderita.Hernia dapat terjadi pada semua umur, baik
tua maupun muda. Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah
zakar. Biasanya yang sering terkena hernia adalah bayi atau anak laki-laki. Pada orang
dewasa, hernia terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena factor usia.
Tekanan dalam perut yang meningkat dapat disebabkan oleh batuk yang kronik,
susah buang air besar, adanya pembesaran prostat pada pria, serta orang yang sering
mengangkut barang-barang berat.Penyakit hernia akan meningkat sesuai dengan
penambahan umur. hal tersebut dapat disebakan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan tekanan di dalam perut meningkat.
Sebenarnya sudah banyak masyarakat yang tahu tentang gejala awal penyakit
hernia, namun seringkali tidak menyadarinya. Pada awalnya, gejala yang dirasakan oleh
penderita adalah berupa keluhan benjolan di lipatan paha. Biasanya akan timbul bila
berdiri, batuk, bersin, mengejan atau mengangkat barang-barang berat. Benjolan dan
keluhan nyeri itu akan hilang bila penderita berbaring.
Hernia dapat berbahaya bila sudah terjadi jepitan isi hernia oleh cincin hernia.
Pembuluh darah di daerah tersebut lama-kelamaan akan mati dan akan terjadi
penimbunan racun. Jika dibiarkan terus, maka racun tersebut akan menyebar ke seluruh
daerah perut sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi di dalam tubuh.
Sebenarnya tidak semua hernia harus dioperasi. Bila jaringan hernia masih dapat
dimasukkan kembali, maka tindakannya adalah hanya menggunakan penyangga atau
korset untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi,
reposisi spontan dapat terjadi karena cincin hernia pada anak lebih elastis. Bila sudah
tidak dapat direposisi, maka satu-satunya tindakan yang harus dilakukan adalah melalui
operasi.
Waspai Benjolan di Lipat Paha dan Pusar
Munculnya benjolan tersebut bisa saja menjadi tanda bahwa bayi menderita
hernia.Banyak masyarakat yang masih menyangka kalau hernia hanya menyerang orang
dewasa terutama manula. Padahal si kecil yang masih bayi bisa juga mengalaminya.
Kasus bayi hernia bahkan tercatat cukup banyak. Dikatakan pula oleh dr. Cosmas Gora
Triaswhoro, Sp.B., meski namanya terkesan cukup indah, hernia ternyata dapat
menimbulkan bahaya. Bila terus didiamkan tanpa penanganan tepat, bahkan dapat
menimbulkan komplikasi yang berat sampai kematian.
Selanjutnya, spesialis bedah dari RS Mitra International Jakarta ini
menambahkan, hernia merupakan bentuk penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
suatu bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Bila terjadi di perut, isi
perut dapat menonjol melalui bagian yang lemah. Kebanyakan organ yang menonjol
adalah usus.
Hernia bukanlah penyakit turunan. Proses terjadinya hernia pada bayi berbeda
dengan hernia pada orang dewasa yang biasanya terjadi karena kelemahan otot dinding
perut. Sedangkan pada bayi, hernia yang terjadi di daerah perut akibat penyakit bawaan
atau kongenital.
Secara Umum Ada Dua Jenis Hernia, yaitu internal dan eksternal.
* Hernia internal berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata.
Contohnya hernia diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di diafragma
(otot pemisah antara bagian perut dengan dada) karena pembentukan diafragma yang
tidak sempurna. Contoh lainnya adalah hernia hiatal esophagus, yaitu hernia yang terjadi
melalui celah masuknya esophagus yang masuk dari rongga dada, serta banyak lagi jenis
lainnya.
* Hernia eksternal. Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpai adalah hernia
inguinalis yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah pusar.
Bayi umumnya mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara kasat mata karena
terlihat secara langsung.
Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit
kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya
tidak diketahui penyebabnya. Secara umum bayi laki – laki sering mengalami hernia
dibandingkan perempuan karena proses penurunan testis / buah pelir yang merupakan
organ reproduksinya berlangsung lebih kompleks. Hernia pun lebih sering terjadi pada
bayi premature, sebab pada saat kelahirannya proses penurunan testis dan pembentukan
ligament belum sempurna.
Hernia Inguinalis
* Pada bayi laki-laki terjadi karena kegagalan proses penutupan kantung yang menutupi
testis. Ketika di dalam kandungan, testis turun dari bagian perut ke bawah dan berhenti
sesampainya di skrotum (kantung pelir). Proses penurunan ini dimulai waktu bayi masih
berada dalam kandungan. Ketika turun, testis akan membawa selaput dari perut ke bawah
sehingga membentuk kantung. Ketika lahir cukup bulan, umumnya proses perpindahan
testis ini sudah selesai. Namun pada beberapa bayi, proses penutupan hingga menjadi
ligamentum (jaringan ikat) tidak berjalan sempurna yang akhirnya menyisakan lubang.
Nah, lubang inilah yang nantinya bisa menimbulkan herniasi. Bila hanya berisi cairan
saja disebut hidrocele. "Pada hernia inguinalis, paling sering ditemukan di sebelah kanan,
sekitar 67 persen, sisanya sebelah kiri," jelas Cosmas.
* Pada bayi perempuan hernia terjadi melalui proses seperti ini: seperti halnya bayi laki-
laki, bayi perempuan pun mengalami proses pembentukan organ tubuh bagian bawah
yang hampir sama. Namun, bila laki-laki mengalami proses penurunan testis, maka
perempuan tidak.
Hernia Umbilikus
Pada bayi laki-laki dan perempuan hernia umbilikus terjadi bila penutupan
umbilikus (bekas tali pusar) tidak sempurna. Seharusnya, bila penutupan membuat
umbilikalis tetap terbuka. Bila hal ini terjadi, tentu akan menyisakan lubang sehingga
usus bisa keluar masuk ke daerah tersebut.
Cara Mendeteksi
Merasakan Tonjolan
Yang perlu diketahui, awam hanya dapat mendeteksi hernia eksternal,
karena hernia internal terjadi dalam tubuh dan sulit dideteksi. Mendeteksi
keberadaan hernia pada orang dewasa juga jelas lebih mudah ketimbang pada
bayi. Ketika buang air misalnya, orang dewasa bisa merasakan adanya tonjolan di
bagian perut yang umumnya lebih terasa. Namun pada bayi, meskipun terasa ada
yang tidak nyaman pada tubuhnya, ia tidak bisa mengungkapkannya dengan jelas.
Itulah mengapa hernia pada bayi lebih sulit dideteksi sehingga
memerlukan ketelitian orang tua. Walaupun sulit, lihat dan rabalah bagian lipat
paha atau pusar si bayi. Hernia eksternal umumnya akan diketahui dari
munculnya benjolan di bagian tersebut.
Mengamati Gejala
Gejala klinis yang biasa muncul tak berbeda jauh dari penyakit-penyakit
pada umumnya, seperti mual muntah, susah makan, dan tubuh demam. Lantaran
itulah, Cosmas mengimbau orang tua agar segera membawa bayinya ke dokter
saat melihat gejala-gejala tadi, agar diagnosa penyakit si kecil dapat segera
ditegakkan.
2. Penyebab
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir,
contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir
tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula
hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah
menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada manusia umur lanjut
jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderta
hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga
dapat melemahkan dinding perut (Oswari.2000 : 217 ).
B. Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau
ruang luas pada ugamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra
abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan.
Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera
traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari factor ini ada bersama dengan kelemahan
otot, individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada
wankita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar
dan sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen diarea kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum
pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi congenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.
Hernia umbilikalis, pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara
(Ester, 2002 : 53 ).
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup
(Nettina,2001 :253).
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi
usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi.
Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi
gangren karena kekurangan supali darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek
di dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan
perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal
indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan
membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 :
246).
C. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
1. Manifestasi Klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan persaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual.
c. Bila terjadi hernia ingunialis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
diatasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping
benjolan di bawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
(Oswari,2000 : 218).
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus / obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi konservatif/non bedah meliputi :
Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset
pada hernia ventralis.Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaseata
yang tidak menunjukkan gejala.sistemik.
2. Terapi umum adalah terapi operatif.
3. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi herniografi efektif.
4. Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah
5 mennit di evaluasi kembali.
5. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya digunakan marleks untuk
menguatkan dinding perut setempat.
6. Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan pasien berbaring dalam
posisi trendelernberg 40 OC.
7. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri,misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi,dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
8. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB,
hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-
gejala.
9. Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.
E. PATHWAY HERNIA
Adanya tekanan Aktivitas berat
Hernia
Hernia Hernia para Hiatus hernia Hernia Hernia inguinalis
Konginetal umbilikalis insisional
umbilikalis
konginetal
Kantung hernia Kantung Hernia Kantung Kantung hernia Kantung hernia memasuki
Keluar melalui melewati dinding hernia memasuki celah celah inguinal
Umbilikalis abdomen memasuki bekas insisi
Rongga thorak Terdorong lewat dinding
Posterior canalis inguinal
Yang lemah
Benjolan pada regio inguinal
Diatas ligamentum inguinal
Mengecil bila berbaring
Pembedahan
Insisi bedah
Resti perdarahan asupan gizi kurang Mual
Resti infeksi peristaltik usus menurun
Terputusnya jaringan saraf G eliminasi nafsu makan menurun
Nyeri intake makanan inadekuat
G rasa nyaman Nutrisi kurang dari kebut.tubuh
F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu
lama
Membutuhkan papan / matras yang keras saat tidur.
Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.
2. Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensa / retensi urine.
3. Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
4. Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme
otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri.
5. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong,
bahu / lengan, kaku pada leher. ( Doenges, 1999 : 320-321 )
6. Post Operasi
a. Status Pernafasan
- Frekuensi, irama dan kedalaman.
- Bunyi napas
- Efektifitas upaya batuk
b. Status Nutrisi
- Status bising usus, mual, muntah
c. Status Eliminasi
- Distensi abdomen pola BAK / BAB
d. Kenyamanan
- Tempat pembedahan, jalur invasive, nyeri, flatus
e. Kondisi Luka
- Keadaan / kebersihan balutan
- Tanda – tanda peradangan
- Drainage
f. Aktifitas
- Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri ( khusunya dengan mengedan ) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan – makanan.
4.Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus menurun.
H.PERENCANAAN
1. Nyeri ( khususnya dengan mengedan ) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
Tujuan Intervensi Rasional
setelah dilkukan perawatan
selama 3x24 jam nyeri ps
berkurang dg criteria hasil :
Menggunakan skala
nyeri untuk
mengidentifikasi tingkat
nyeri
Ps menyatakan nyeri
berkurang
Ps mampu
istirahan/tidur
Menggunakan tekhnik
non farmakologi
1). Selidiki keluhan nyeri,
perhatikan lokasi, intensitas
(skala 0 – 10) dan faktor
pemberat/penghilang
2). Anjurkan pasien untuk
melaporkan nyeri segera saat
mulai.
3). Pantau tanda-tanda vital
4). Kaji insisi bedah,
perhatikan edema ;
perubahan konter luka
(pembentukan hematoma)
atau inflamasi mengeringnya
tepi luka.
5). Berikan tindakan
kenyamanan, misal gosokan
punggung, pembebatan insisi
selama perubahan posisi dan
latihan batuk/bernapas,
lingkungan tenang.
6). Berikan analgesik sesuai
terapi
a. Nyeri insisi bermakna pada
pasca operasi awal, diperberat
oleh pergerakan, batuk, distensi
abdomen, mual.
b. Intervensi diri pada kontrol
nyeri memudahkan pemulihan
otot/jaringan dengan
menurunkan tegangan otot dan
memperbaiki sirkulasi
c. Respon autonemik meliputi
perubahan pada TD, nadi dan
pernapasan yang berhubungan
dengan keluhan/penghilang
nyeri. Abnormalitas tanda vital
terus menerus memerlukan
evaluasi lanjut.
d. Perdarahan pada jaringan,
bengkak, inflamasi lokal atau
terjadinya infeksi dapat
menyebabkan peningkatan
nyeri insisi.
e. Memberikan dukungan
relaksasi, memfokuskan ulang
perhatian, meningkatkan rasa
kontrol dan kemampuan
koping.
f. Mengontrol/mengurangi
nyeri untuk meningkatkan
istirahat dan meningkatkan
kerjasama dengan aturan
terapeutik
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
Tujuan Intervensi Rasional
setelah diberikan perawatan
selama 3x24 jam tidak
terjadi infeksi sekunder dg
kriteria hasil :
Bebas dari tanda-tanda
infeksi
Angka leukosit normal
Ps mengatakan tahu
tentang tanda-tanda
infeksi
a. Pantau tnda-tanda vital,
perhatikan peningkatan suhu.
b. Observasi penyatuan luka,
karakter drainase, adanya
inflamasi
c. Observasi terhadap
tanda/gejala peritonitas, misal :
demam, peningkatan nyeri,
distensi abdomen
d. Pertahankan perawatan luka
aseptik, pertahankan balutan
kering
e. Berikan obat-obatan sesuai
indikasi :
Antibiotik, misal : cefazdine
(Ancel)
a. Suhu malam hari memuncak
yang kembali ke normal pada
pagi hari adalah karakteristik
infeksi.
b. Perkembangan infeksi dapat
memperlambat pemulihan
c. Meskipun persiapan usus
dilakukan sebelum pembedahan
elektif, peritonitas dapat terjadi
bila susu terganggu. Misal :
ruptur pra operasi, kebocoran
anastromosis (pasca operasi)
atau bila pembedahan adalah
darurat/akibat dari luka
kecelakaan
d. Melindungi pasien dari
kontaminasi silang selama
penggantian balutan. Balutan
basah sebagai sumbu retrogad,
menyerap kontaminasi
eksternal.
e. Diberikan secara profilaktik
dan untuk mengatasi infeksi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan – makanan.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam klien dapat terpenuhi
kebutuhan nutrisinya.
Kriteria Hasil:
- BB normal berdasarkan
TB&umur
- Mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
- mengkonsumsi nutrisi yang
cukup
- Bebas dari tanda-tanda
malnutrisi
a. Tinjau faktor-faktor
individual yang
mempengaruhi
kemampuan untuk
mencerna/makan
makanan, misal : status
puasa, mual,
ikusperistaltik setelah
selang dilepaskan
b. Aukultasi bising usus
palpasi abdomen. Catat
pasaseflatus.
c. Identifikasi
kesukaan/ketidaksukaa
n diet dari pasien.
Anjurkan pilihan
makanan tinggi protein
dan vitamin
d. Berikan cairan IU,
a. Mempengaruhi pilihan
intervensi
b. Menentukan
kembalinya peristaltik
(biasanya dalam 2 – 4
hari)
c. Meningkatkan
kerjasama pasien
dengan aturan diet,
protein/vitamin C
adalah kontributor
utama untuk
pemeliharaan jaringan
dan perbaikan.
Malnutrisi adalah faktor
dalam menurunkan
pertahanan terhadap
infeksi
d. Memperbaiki
keseimbangan cairan
dan elektrolit. Inflamasi
usus, erosi mukosa,
misal : albumin. Lipid,
elektrolit
e. Konsultasikan dengan
ahli gizi untuk
menetapkan kebutuhan
kalori harian dan jenis
makanan yang sesuai
bagi klien
infeksi.
e. Dengan konsultasi, kita
dapat menentukan
metode diet yang
memenuhi asupan kalori
dan nutrisi yang optimal
4. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus menurun.
Tujuan Intervensi Rasional
setelah dilakukan perawatan
selama 2x24 jam pasien
tidak mengalami
konstipasi,peristaltic usus
normal,
criteria hasil :
*B.A.B lembek
*Ps menyatakan B.A.B
lembek dan mampu
mengontrol B.A.B
*Mempertahankan pola
eliminasi usus tanpa ilius
- Monitor tanda dan gejala
konstipasi
- Monitor pergerakan usus,
frekuensi, konsistensi
- Identifikasi diet penyebab
konstipasi
- Anjurkan pada pasien untuk
makan buah-buahan dan
serat tinggi
- Mobilisasi bertahab
- evaluasi intake makanan dan
minuman
Kolaborasi medis kalau perlu
- Memastikan tingkat
keparahan konstipasi
- Peristaltik turun
mengidentifikasi ilius
paralitik
- Mencegah konstipasi tidak
tambah berat
- Agar produksi tinja lembek
dan mempermudah B.A.B
- Membantu mobilisasi usus
- Memonitor jenis-jenis
makanan penyebab
konstipasi
Pemberian obat pencahar