makalah hadits print

9
Wujud Makna Keimanan Mencintai Sesama Muslim, Menghoramati Tetangga Dan Memuliakan Tamu. A. Pendahuluan Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT sebagai syahidan, mubasysyiran, dan nadziron bagi segenap manusia. Ajaran Islam ad-Din al-Haq yang dibawanya kesemua dasarnya adalah wahyu Allah SWT dalam Al-Qur’an . Sebagai seorang uswat al-Hasanah beliau SAW adalah penyampai, penafsir, dan penjelas firman- firman Allah dalam Al-Qur’an lewat qoul beliau, fi’liyah beliau, dan taqrir beliau SAW. Islam adalah Rahmat li al-‘Alamin, di dalam ajaran- ajarannya terkandung nilai-nilai cinta kasih yang telah nyata dicontohkan oleh baginda Muhammad SAW lewat akhlak mulia beliau. Berikut ini adalah sedikit pembahasan berkaitan dengan realisasi iman dalam kehidupan sosial berdasarkan uswah Rasulullah SAW dalam sunah beliau SAW. B. Cinta sesama muslim adalah sebagian dari kesempurnaan Iman Cinta adalah sesuatu yang niscaya ada dalam peri kehidupan makhluk berakal seperti manusia baik berbangsa, bernegara, maupun dalam kehidupan beragama. Rasulullah SAW sebagai suri tauladan agung bagi manusia telah menjelaskan tentang betapa pentingnya cinta dan kasih sayang terhadap sesama insan dalam hadits berikut ini:

Upload: dedy-irawan

Post on 30-Jul-2015

44 views

Category:

Spiritual


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah hadits print

Wujud Makna Keimanan Mencintai Sesama Muslim, Menghoramati

Tetangga Dan Memuliakan Tamu.

A. Pendahuluan

Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT sebagai syahidan, mubasysyiran, dan nadziron

bagi segenap manusia. Ajaran Islam ad-Din al-Haq yang dibawanya kesemua dasarnya

adalah wahyu Allah SWT dalam Al-Qur’an . Sebagai seorang uswat al-Hasanah beliau SAW

adalah penyampai, penafsir, dan penjelas firman-firman Allah dalam Al-Qur’an lewat qoul

beliau, fi’liyah beliau, dan taqrir beliau SAW.

Islam adalah Rahmat li al-‘Alamin, di dalam ajaran-ajarannya terkandung nilai-nilai

cinta kasih yang telah nyata dicontohkan oleh baginda Muhammad SAW lewat akhlak mulia

beliau. Berikut ini adalah sedikit pembahasan berkaitan dengan realisasi iman dalam

kehidupan sosial berdasarkan uswah Rasulullah SAW dalam sunah beliau SAW.

B. Cinta sesama muslim adalah sebagian dari kesempurnaan Iman

Cinta adalah sesuatu yang niscaya ada dalam peri kehidupan makhluk berakal seperti

manusia baik berbangsa, bernegara, maupun dalam kehidupan beragama. Rasulullah SAW

sebagai suri tauladan agung bagi manusia telah menjelaskan tentang betapa pentingnya cinta

dan kasih sayang terhadap sesama insan dalam hadits berikut ini:

د�ث�ن�ا د�د� ح� ال� م�س� د�ث�ن�ا ق� ي�ى ح� ع�ب�ة� ع�ن� ي�ح� ت�اد�ة� ع�ن� ش� ن�س� ع�ن� ق�ي� أ� ض! الل�ه� ر�

ل�ى الن�ب!ي) ع�ن� ع�ن�ه� ل�م� ع�ل�ي�ه! الل�ه� ص� ي�ن� و�ع�ن� و�س� ع�ل)م! ح�س� ال� ال�م� د�ث�ن�ا ق� ت�اد�ة� ح� ق�

ن�س� ع�ن�ل�ى الن�ب!ي) ع�ن� أ� ل�م� ع�ل�ي�ه! الل�ه� ص� ال� و�س� � ق� ن� ال د�ك�م� ي�ؤ�م! ح�

ت�ى أ� ب� ح� ي�ح!

يه! ا أل�!خ! ب4 م� ه ي�ح! س! .والنسائى( وأحمد ومسلم البخاري رواه) ل!ن�ف�

Artinya: “Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Yahya telah

menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a berkata bahwa Nabi saw.

telah bersabda : “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kamu sehingga mencintai

saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan

Nasa’i).

Hadis di atas menegaskan bahwa di antara ciri kesempurnaan iman seseorang adalah

bahwa ia mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Kecintaan yang

dimaksudkan di sini termasuk di dalam rasa bahagia jika melihat sesamanya muslim

mendapatkan kebaikan yang ia senangi, dan tidak senang jika sesamanya muslim mendapat

Page 2: Makalah hadits print

kesulitan dan musibah yang ia sendiri membencinya. Ketiadaan sifat seperti itu menurut

hadis di atas menunjukkan kurang atau lemahnya tingkat keimanan seseorang.

Hadis di atas tidaklah berarti bahwa seorang mu’min yang tidak mencintai saudaranya

seperti mencintai dirinya berarti tidak beriman sama sekali. Pernyataan ح�دكم�� ال يؤ�من� أ pada

hadis di atas mengandung makna “tidak sempurna keimanan seseorang” jika tidak mencintai

saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, harf nafi pada hadis tersebut bermakna ال

ketidaksempurnaan buka ketidakberimanan.

Prinsip tersebut mengantar kita untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara

sesama muslim yang dalam hadis lain diibaratkan sebagai satu bangunan.

C. Ciri-ciri Seorang Muslim yang Tidak Mengganggu Orang Lain

Seorang muslim yang baik keislamannya adalah orang yang tidak mengganggu orang

lain. Artinya setiap gerak dan tingkah lakunya adalah tidak menghalangi hak-hak orang lain,

lebih-lebih sampai mendzaliminya. Rasulullah menjelaskan dalam hadisnya sebagai berikut:

د�ث�ن�ا ب!ي ب�ن� آد�م� ح�ال� إ!ي�اس� أ� د�ث�ن�ا ق� ع�ب�ة� ح� ب!ي ب�ن! الل�ه! ع�ب�د! ع�ن� ش�

ر! أ� ف� يل� الس� اع! م� إ!س� ب�ن! و�ب!يال!د� أ� ع�ب!ي) ع�ن� خ� ر�و ب�ن! الل�ه! ع�ب�د! ع�ن� الش� ي� ع�م� ض! ا الل�ه� ر� م� ل�ى الن�ب!ي) ع�ن� ع�ن�ه� الل�ه� ص�

ل�م� ع�ل�ي�ه! ال� و�س� ل!م� ق� ن� ال�م�س� ل!م� م� ل!م�ون� س� ن� ال�م�س� ان!ه! م! ي�د!ه! ل!س� ر� و� اج! ه� ال�م� ن� و� ر� م� ا ه�ج� م�.ئى( وأبوداودوالنسا البخاري رواه ) .ع�ن�ه الل�ه� ن�ه�ى

Artinya : “Adam bin Abi Isa telah mengabarkan kepada kami, ia berkata bahwa

Syu’bah telah mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullah bin Abi al-Saffar dan Isma’il bin

Abi Khalid dari al-Sya’biy dari ‘Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Nabi SAW. telah

bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang orang-orang Islam (yang lain) selamat dari

lisan dan tangannya dan orang yang berhijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang telah

dilarang Allah SWT. (H.R. Bukhori , Muslim dan Ahmad).

Pesan pertama yang tekandung dalam hadis di atas adalah memberi motivasi agar umat

Islam senantiasa berlaku baik terhadap sesamanya muslim dan tidak menyakitinya, baik

secara fisik maupun hati. Mengingat pentingnya hubungan baik dengan sesama muslim,

maka Rasulullah saw. menggambarkannya sebagai ciri tingkat keislaman seseorang. Orang

yang tidak memberikan rasa tenang dan nyaman terhadap sesamanya muslim dikategorikan

orang muslim sejati. Inilah ciri-ciri muslim yang tidak mengganggu orang lain.

Oleh sebab itu, seorang muslim yang sejati harus mampu menjaga dirinya sehingga

orang lain selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan mulutnya. Dengan kata

Page 3: Makalah hadits print

lain, ia harus berusaha agar saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti oleh tangannya,

baik fisik seperti dengan memukulnya, merusak harta bendanya, dan lain-lain ataupun dengan

lisannya.

Pesan Kedua , secara tekstual hadis di atas menyebutkan bahwa hijrah yang

sesungguhnya adalah meninggalkan apa yang dimurkai Allah swt. Pengertian itu pulalah

yang terkandung dalam hijrah Rasulullah saw., yaitu meninggalkan tanah tumpah darahnya

karena mencari daerah aman yang dapat menjamin terlaksananya ketaatan kepada Allah swt.

Oleh sebab itu, orang yang meninggalkan kampung halaman dan berpindah ke daerah yang

tidak ada jaminan bagi terlaksananya ketaatan kepada Allah tidak termasuk dalam pengertian

hijrah dalam pengertian syariat, meskipun secara bahasa mengandung pengertian tersebut.

D. Realisasi Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata

Seperti telah disebutkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib K.w. : “Iman itu ucapan

dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota”.

Konsekuensi bagi orang yang mengaku dirinya telah beriman Kepada Allah SWT, adalah

keharusan untuk membuktikan keimanannya kepada Allah SWT. Rasulullah menyinggung

hal ini dalam hadis berikut:

د�ث�ن�ا ت�ي�ب�ة� ح� ع!يد� ب�ن� ق� د�ث�ن�ا س� و�ص! أ�ب�و ح� ح�ب!ي ع�ن� األ�

ين� أ� ب!ي ع�ن� ح�ص!ال!ح� أ� ص�

ب!ي ع�ن�ة� أ� ي�ر� ر� ال� ه� ال� ق� ول� ق� س� ل�ى الل�ه! ر� ل�م� ع�ل�ي�ه! الل�ه� ص� ن� و�س� ن� ك�ان� م� ي�ؤ�م!

ال�ي�و�م! ب!الل�ه! ر! و� � اآلخ! ال ذ! ف� ه� ي�ؤ� ار� ن� ج� ن� ك�ان� و�م� ال�ي�و�م! ب!الل�ه! ي�ؤ�م! ر! و� ل�ي�ك�ر!م� اآلخ! ف�

ه� ي�ف� ن� ض� ن� ك�ان� و�م� ال�ي�و�م! ب!الل�ه! ي�ؤ�م! ر! و� ل� اآلخ! ل�ي�ق� ا ف� Sي�ر و� خ�� م�ت� أ رواه) ل!ي�ص�

.البخارى(

Artinya : Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah

menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah r.a, ia

berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari

akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari

akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada

Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas menyebutkan tiga di antara sekian banyak ciri dan sekaligus konsekuensi

dari pengakuan keimanan seseorang kepada Allah swt. dan hari akhirat. Ciri – cirri orang

beriman yang disebutkan dalam hadis di atas, adakalanya terkait dengan hak-hak Allah swt.,

yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan, seperti diam

Page 4: Makalah hadits print

atau berkata baik, dan adakalanya terkait dengan hak-hak hamba-Nya, seperti tidak menyakiti

tetangga dan memuliakan tamu.

Memuliakan Tamu

Yang dimaksud dengan memuliakan tamu adalah memperbaiki pelayanan terhadap

mereka sebaik mungkin. Pelayanan yang baik tentu saja dilakukan berdasarkan kemampuan

dan tidak memaksakan di luar dari kemampuan. Dalam sejumlah hadis dijelaskan bahwa

batas kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam. Pelayanan lebih dari tiga hari

tersebut termasuk sedekah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah saw.:

د�ث�ن�ا ت�ي�ب�ة� ح� ع!يد� ب�ن� ق� د�ث�ن�ا س� ع!يد! ع�ن� ل�ي�ث� ح� ب!ي ب�ن! س�ع!يد� أ� ب!ي ع�ن� س�

ي�ح� أ� ر� ش�

ن�ه� ال�ع�د�و!ي)� ال� أ ع�ت� ق� م! ذ�ن�اي� س�

� ت� أ ر� ب�ص�� أ ين� ع�ي�ن�اي� و� ول� ت�ك�ل�م� ح! س� ل�ى الل�ه! ر� ص�

ل�م� ع�ل�ي�ه! الل�ه� ال� و�س� ق� ن� ف� ن� ك�ان� م� ال�ي�و�م! ب!الل�ه! ي�ؤ�م! ر! و� ل�ي�ك�ر!م� اآلخ! ه� ف� ي�ف� ض�

ت�ه� ائ!ز� ال�وا ج� ا ق� ت�ه� و�م� ائ!ز� ول� ي�ا ج� س� ال� الل�ه! ر� ه� ق� ل�ي�ل�ت�ه� ي�و�م� ة� و� ي�اف� ي�ام� ث�ال�ث�ة� و�الض)� أ

ا م� اء� ك�ان� ف� ر� و� ذ�ل!ك� و� ه� ة� ف� د�ق� .عـليه( متفق ) ع�ل�ي�ه ص�

Artinya : “Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Laits telah

menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin Abi Sa’id, dari Abi Syuraih al-’Adawiy, berkata,

Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah

dan hari kemudian, ia harus menghormati tamunya dalam batas kewajibannya. Sahabat

bertanya, “yang manakah yang masuk batas kewajiban itu ya Rasulullah? Nabi menjawab,

batas kewajiban memuliakan tamu itu tiga hari tiga malam, sedangkan selebihnya adalah

shadaqah.” (Mutafaq Alaih).

Jika ketentuan-ketentuan seperti disebutkan di atas dilaksanakan oleh segenap umat

Islam, maka dengan sendirinya terjalin keharmonisan di kalangan umat Islam. Keharmonisan

di antara umat Islam merupakan modal utama dalam menciptakan masyarakat yang aman dan

damai.

Memuliakan Tetangga

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi SAW. menggambarkan

pentingnya memuliakan tetangga sebagai berikut:

د�ث�ن�ا يل� ح� اع! م� ب!ي ب�ن� إ!س�ي�س� أ� و�

ال� أ� د�ث�ن!ي ق� ال!ك� ح� ي�ى ع�ن� م� ع!يد� ب�ن! ي�ح� س�

ال� ن!ي ق� ب�ر� خ�د� ب�ن� ب�ك�ر! أ�ب�و أ� م� ح� ة� ع�ن� م� ر� ة� ع�ن� ع�م� ي� ع�ائ!ش� ض! ا الل�ه� ر� ع�ن� ع�ن�ه�

Page 5: Makalah hadits print

ل�ى الن�ب!ي) ل�م� ع�ل�ي�ه! الل�ه� ص� ال� و�س� ا ق� ال� م� ين!ي ز� ب�ر!يل� ي�وص! ار! ج! ت�ى ب!ال�ج� ظ�ن�ن�ت� ح�

ن�ه�� ث�ه أ ي�و�ر) .س�

Artinya : Isma’il bin Abi Uways telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa

Malik telah menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Sa’id, ia berkata Abu Bakr bin

Muhammad telah mengabarkan kepadaku dari ‘Amrah, dari ‘A’isyah r.a. bahwa Nabi saw.

bersabda: “Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk memuliakan) tetangga

sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberi keada tetangga hak waris”.

(H.R.Bukhori)

Berbicara Baik atau Diam

Orang yang menahan banyak berbicara kecuali dalam hal-hal baik, lebih banyak

terhindar dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak berbicara tanpa membedakan

hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas dibicarakan. Sehubungan dengan hal ini

Rasulullah SAW. bersabda:

ن�س� و�ع�ن�ال� عنه الله رضي أ� ال�: ق� ول� ق� س� �لل�ه! ر� )وسلم عليه الله صلى ا

م�ت� ة� ا�لص� ك�م� ل!يل� ح! ل�ه� و�ق� اع! ه� ( ف� ج� ر� خ�ي4 أ� ق! �ل�ب�ي�ه� ع�ب! ف!ي ا ن�د� ا�لش4 ع!يف� ب!س� ض�

ح� ح� ن�ه� و�ص�� و�ق�وف� أ ن� م� و�ل! م! ان� ق� م� ك!يم! ل�ق� �ل�ح� ا

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam

bersabda: Diam itu bijaksana namun sedikit orang yang melakukannya. Riwayat Baihaqi

dalam kitab Syu’ab dengan sanad lemah dan ia menilainya mauquf pada ucapan Luqman

Hakim.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka

hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari

akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada

Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.

E. Kesimpulan

Sebagai sosok tauladan umatnya, Rasulullah SAW membuktikan kesempurnaan

keimanannya dengan selalu berbuat sesuai dengan apa yang Allah SWT wahyukan pada

beliau SAW. Maka tirulah beliau dengan menjalankan sunnahnya, agar sempurna keimanan

Page 6: Makalah hadits print

kita. Dalam sebuah hadist Rasulullah berdo’a : “Ya Allah sebagaimana Engkau telah

memperindah kejadianku maka perindahlah perangaiku.”

DAFTAR PUSTAKA

Terjemah Hadits Arba’in An-Nawawiyah “, Di terjemahkan oleh : Aminah Abd. Dahlan,

PT.Al-Ma’arif , Bandung.

Terjemah Hadits Shahh Muslim Jilid 1”, Diterjemahkan oleh : Ma’mur Daud, Widjaya,

Jakarta,1986.

Bulughul Maram min Adilatil Ahkam”, Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Pustaka

Hidayah,2008