makalah aik (hadits)

21
Makalah AIK HADITS (Sejarah Hadits, Fungsi Hadits, dan Macam-Macam Hadits) Disusun Oleh : 1. Abdul Wahed 2. Ardy Kurniawan 3. Arlis Ikhla Afrina 4. Rina Widiyanti Saputri Teknik Informatika / A1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl. Raya Gelam 250 Candi Sidoarjo, Kampus II Tahun Ajaran 2013-2014

Upload: arlis-ikhla-afrina

Post on 02-Jul-2015

2.344 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah aik (hadits)

Makalah AIK

HADITS

(Sejarah Hadits, Fungsi Hadits, dan Macam-Macam Hadits)

Disusun Oleh :

1. Abdul Wahed

2. Ardy Kurniawan

3. Arlis Ikhla Afrina

4. Rina Widiyanti Saputri

Teknik Informatika / A1

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Jl. Raya Gelam 250 Candi – Sidoarjo, Kampus II

Tahun Ajaran 2013-2014

Page 2: Makalah aik (hadits)

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dari kelompok 6 berhasil

menyusun sebuah makalah ini. Kami membuat dan menyusun makalah ini memiliki

tujuan yang jelas, selain sebagai tugas mata kuliah AIK, di sini kami juga ingin

menjelaskan apa itu hadits yang mungkin kebanyakan orang sudah familiar tapi

belum mengerti apa sebenarnya hadits itu, bagaimana sejarahnya, apa fungsinya serta

apa saja macam macam hadits itu.

Berangkat dari permasalahan inilah kami akan mencoba menjelaskannya lewat

makalah ini dan juga dalam bentuk soft copy yang dapat kami sajikan kepada rekan

rekan mahasiswa yang lain dengan tujuan agar kita sebagai umat muslim tidak salah

lagi memahami hadits. Disini kami akan berusaha mengupas tentang hadits yang

mungkin belum bnyak diketahui oleh orang lain. Masalah yang coba kami angkat

adalah bagaimana sejarah hadits dan macam macam hadits yang lebih mendetail.

Kami sadar kalau makalah ataupun soft copy kami memiliki banyak kekurangan

dalam segi structural maupun isinya. Hal ini tidak terlepas dari ilmu kami yang masih

terbatas. Sebagaimana penyusun hanya manusia biasa. Untuk itu penyusun mohon

kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya pengetahuan kita tentang

Hadits. Semoga dengan makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita

tentang hadits.

Sidoarjo, Oktober 2013

Penyusun

Page 3: Makalah aik (hadits)

Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB 1 (Pendahuluan)

A. Latar Belakang ................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

BAB 2 (Pembahasan)

A. Pengertian Hadits ............................................................................................ 6

B. Sejarah Hadits ................................................................................................. 7

C. Fungsi Hadits .................................................................................................. 9

D. Struktur Hadits ................................................................................................ 14

E. Klasifikasi Hadits ........................................................................................... 16

BAB 3 (Penutup)

Kesimpulan ............................................................................................................ 20

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 21

Page 4: Makalah aik (hadits)

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini sebagai pemelihara

kelangsungan mahluk hidup dan dunia seisinya. Dalam rangka itulah Allah membuat

sebuah undang-undang yang nantinya manusia bisa menjalankan tugasnya dengan baik,

manakala ia bias mematuhi perundang-undangan yang telah dituangkan-Nya dalam kitab

suci Al-Qur‟an.

Pada kitab suci orang muslim ini, telah dicakup semua aspek kehidupan, hanya

saja, berwujud teks yang sangat global sekali, sehingga dibutuhkan penjelas sekaligus

penyempurnaan eksistensinya. Maka, Allah mengutus seorang nabi untuk

menyampaikannya, sekaligus menyampaikan risalah yang ia emban. Dari sang Nabi

inilah yang selanjutnya lahir yang namanya hadits, yang mana kedudukan dan fungsinya

amat sangat lahurgen sekali.

Terkadang, banyak yang memahami agama setengah setengah, dengan dalih

kembali pada ajaran islam yang murni, yang hanya berpegang teguh pada sunnatulloh

atau Al-Qur‟an, lebih-lebih mengesampingkan peranan al Hadits, sehingga banyak yang

terjerumus pada jalan yang sesat, dan yang lebih parah lagi, mereka tidak hanya sesat

melainkan juga menyesatkan yang lain.

Oleh karena itu, mau tidak mau peranan penting hadits terhadap Al-Qur‟an dalam

melahirkan hokum Syariat Islam tidak bisa di kesampingkan lagi, karena tidak mungkin

umat Islam memahami ajaran Islam dengan benar jika hanya merujuk pada Al-Qur‟an

saja, melainkan harus diimbangi dengan Hadits, lebih-lebih dapat disempurnakan lagi

dengan adanya sumber hukum Islam yang mayoritas ulama‟ mengakui akan

kehujahannya, yakni ijma‟ dan qiyas. Sehingga, seluruh halayak Islam secara umum

dapat menerima ajaran Islam secara utuh dan mempunyai aqidah yang benar, serta dapat

dipertangung jawabkan semua praktik peribadatannya kelak.

Di sisi lain Imam Syafi‟I telah “menanamkan fondasi efistemologis yang sangat

menghujam ketika mengeluarkan kaidah fiqhiyah yang berbunyi: izaasaha al-

haditsfahuwamazhabi, bahwa ketika “sebuah hadits telah teruji kesahihannya, itulah

Page 5: Makalah aik (hadits)

mazhabku” Berawal dari konteks ini ternyata perkembangan agama (hukum) Islam tidak

terlepas dari konteks kajian hadits.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Hadits ?

2. Bagaimana sejarah Hadits itu ada hingga sekarang ?

3. Apa fungsi Hadits sebagai bayan (penjelas) dalam Al-Qur‟an ?

4. Bagaimana klasifikasi Hadits yang ada ?

Page 6: Makalah aik (hadits)

BAB 2

Pembahasan

A. Pengertian Hadits

Hadits adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi

Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum

Islam selain al-Qur'an yang mana kedudukannya hadits merupakan sumber hukum kedua

setelah al-Qur'an. Kedudukannya yang lebih lengkap adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur'an,

2. Hadits,

3. Ijtihad:

Ijma (kesepakatan para ulama),

Qiyas (menetapkan suatu hukum atas perkara baru yang belum ada pada masa Nabi

Muhammad hidup).

Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam

terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan

tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW.

Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi

Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya, sifat jasmani atau sifat

akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi dan terkadang juga sebelumnya,

sehingga arti hadits di sini semakna dengan sunnah.

Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan

sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan

maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun

hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata

benda.

Page 7: Makalah aik (hadits)

B. Sejarah Hadits

Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi

Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat bergaul

dengan Nabi. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak

mengetahui berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada

murid-murid berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku hadits. Itulah pembentukan

hadits.

1. Masa pembentukan hadits

Masa pembentukan hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri,

ialah lebih kurang 23 tahun. Pada masa ini hadits belum ditulis, dan hanya berada

dalam benak atau hafalan para sahabat saja. perode ini disebut al wahyu wa at takwin.

Pada saat ini Nabi Muhammad sempat melarang penulisan hadits agar tidak tercampur

dengan periwayatan Al Qur'an, namun setelah beberapa waktu, beliau Shalallahu alaihi

wassallam membolehkan penulisan hadits dari beberapa orang sahabat yang mulia,

seperti Abdullah bin Mas'ud, Abu Bakar, Umar, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, dllnya.

Periode ini dimulai sejak muhammad diangkat sebagai nabi dan rosul hingga wafatnya

(610M-632 M)

2. Masa Penggalian

Masa ini adalah masa pada sahabat besar dan tabi'in, dimulai sejak wafatnya Nabi

Muhammad pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini hadits belum ditulis ataupun

dibukukan, kecuali yang dilakukan oleh beberapa sahabat seperti Abu Hurairah, Abu

Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, dllnya. Seiring dengan perkembangan

dakwah, mulailah bermunculan persoalan baru umat Islam yang mendorong para

sahabat saling bertukar hadits dan menggali dari sumber-sumber utamanya.

3. Masa penghimpunan

Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak

menerima hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan

yang bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya hadits palsu. Para

sahabat dan tabi'in ini sangat mengenal betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan

Page 8: Makalah aik (hadits)

yang terlibat dalam permusuhan tersebut, sehingga jika ada hadits baru yang belum

pernah dimiliki sebelumnya diteliti secermat-cermatnya siapa-siapa yang menjadi

sumber dan pembawa hadits itu. Maka pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin

'Abdul 'Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan penghimpunan

hadits. Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan hadits yang terhimpun belum dipisahkan

mana yang merupakan hadits marfu' dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu'.

4. Masa pendiwanan dan penyusunan

Abad 3 H merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan hadits.

Guna menghindari salah pengertian bagi umat Islam dalam memahami hadits sebagai

prilaku Nabi Muhammad, maka para ulama mulai mengelompokkan hadits dan

memisahkan kumpulan hadits yang termasuk marfu' (yang berisi perilaku Nabi

Muhammad), mana yang mauquf (berisi prilaku sahabat) dan mana yang maqthu'

(berisi prilaku tabi'in). Usaha pembukuan hadits pada masa ini selain telah

dikelompokkan (sebagaimana dimaksud di atas) juga dilakukan penelitian Sanad dan

Rawi-rawi pembawa beritanya sebagai wujud tash-hih (koreksi/verifikasi) atas hadits

yang ada maupun yang dihafal. Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan hadits

terus dilanjutkan hingga dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan

pembinaan maghligai hadits. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa

memperbaiki susunan kitab hadits seperti menghimpun yang terserakan atau

menghimpun untuk memudahkan mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab

hadits abad ke-4 Hijriyah.

Page 9: Makalah aik (hadits)

C. Fungsi Hadits

Fungsi Hadits sebagai penjelas (bayan) terhadap al-qur‟an ada 4 macam, yaitu:

a. Bayan Al-Taqrir

Bayan at-taqrir di sebut juga dengan bayan al-ta‟qid dan bayan al-isbat yaitu

menetapkan dan memperkuat apa yang telah di terangkan dalam al-qur‟an. Fungsi

hadits ini hanya memperkokoh isi kandungan al-qur‟an sekalipun dengan redaksi yang

berbeda namun ditinjau dari substansinya mempunyai makna yang sama. Untuk lebih

jelasnya, perhatikan contoh hadits yang di riwayatkan Muslim dari Ibnu Umar yang

berbunyi :

لم) س (رواه م

“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat

(ru’yah) itu maka berbukalah. (HR. Muslim)”

Hadits ini mentaqrir (menetapkan) ayat al-Quran Surah. Al-Baqoroh : 185 yang

berbunyi :

ا

“Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia

berpuasa...”

Karena ayat al-quran dan hadist diatas mempunyai makna yang sama maka hadist

tersebut berfungsi sebagai bayan taqrir, mempertegas apa yang telah disebut dalam al-

quran.

Page 10: Makalah aik (hadits)

b. Bayan Al-Tafsir

Bayan al-tafsir adalah fungsi hadits yang memberikan rincian dan tafsiran

terhadap ayat-ayat al-qur‟an yang masih bersifat global (mujmal), memberikan

persyaratan atau batasan (taqyid) ayat-ayat al-qur‟an yang bersifat mutlak, dan

mengkhususkan (takhshish) ayat al-qur‟an yang masih bersifat umum.

Diantara contoh tentang ayat-ayat al-qur‟an yang masih mujmal adalah perintah

mengerjakan sholat. Banyak sekali ayat-ayat terkait perintah kewajiban sholat dalam al-

Quran. Salah satunya sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Baqoroh ayat : 43

“dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku.”

Ayat tersebut menjelaskan tentang kewajiban sholat tetapi tidak dirinci atau

dijelaskan bagaimana operasionalnya, berapa rokaatnya, serta apa yang harus dibaca

dalam setiap gerakan sholat. Kemudian Rasulullah memperagakan bagaimana

mendirikan sholat yang baik dan benar. Hingga beliau bersabda,

بخارى) (رواه ال

“Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR.Bukhori.)”

Sedangkan contoh hadits yang membatasi (taqyid) ayat-ayat al-qur‟an yang bersifat

mutlak adalah seperti sabda rasullullah,

لم س يه و ل هلل ع لي ا ص

“Rasullullah didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong

tangan pencuri dari pergelangan tangan.”

Page 11: Makalah aik (hadits)

Hadits ini men-taqyid QS.Almaidah : 38 yang berbunyi :

و

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya

(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan, dan sebagai siksaan dari Allah

sesungguhnya Allah maha Mulia dan Maha Bijaksana.”

Dalam ayat diatas belum ditentukan batasan untuk memotong tangannya. Bisa jadi

dipotong sampai pergelangan tangan saja, atau sampai siku-siku, atau bahkan dipotong

hingga pangkal lengan karena semuanya itu termasuk dalam kategori tangan. Akan

tetapi, dari hadist nabi tersebut, kita dapat mengetahui ketetapan hukumnya secara pasti

yaitu memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.

Sedangkan contoh hadits yang berfungsi untuk mentakhshish keumuman ayat-ayat al-

Quran, adalah :

لم س يو ه و ال ل هلل ع لى ا ص بي ن ال ال ق

“Nabi SAW bersabda : “tidaklah seorang muslim mewarisi dari orang kafir , begitu

juga kafir tidak mewarisi dari orang muslim.”

Hadits tersebut mentakhshish keumuman ayat :

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:

bahagian anak laki-laki sama dengan bahagian anak perempuan. (QS. An- Nisa : 11)”

Page 12: Makalah aik (hadits)

c. Bayan At-Tasyri’

Bayan at-Tasyri‟ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak

didapati dalam al-Quran , atau dalam al-quran hanya terdapat pokok-pokoknya saja.

Seperti contoh berikut:

لم س يه و ل هلل ع لي ا ص ل سول هال ر أن ال

لم ) س م (رواه ال

“Bahwasahnya Rasulullah telah mewajibkan zakat fitroh kepada umat islam pada

bulan ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik

merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuam muslim. (HR. Muslim).”

Hadits Rasulullah yang termasuk bayan al-tasyri‟ ini, wajib diamalkan,

sebagaimana mengamalkan hadits-hadits lainnya.

Namun demikian, sebagian ulama membantah bahwa sunnah dapat membentuk hukum

baru yang tidak disebutkan dalam al-Quran. Karena menurut mereka, sunnah tidak

dapat berdiri sendiri dalam menetapkan hukum baru

d. Bayan Al-Nasakh

Nasakh menurut bahasa berarti (membatalkan dan menghilangkan), oleh para ahli

Ushul Fiqih diartikan dengan: “Penghapusan hukum Syar'i dengan suatu dalil syar'i

yang datang kemudian”.

Dalam menasakh al-Qur‟an dengan sunah/hadist ini terdapat dua macam pendapat di

antara para ahli Ushul tentang boleh tidaknya. Pendapat pertama menyatakan,

menasakh Alquran dengan Sunah diperkenankan, asalkan dengan Sunah Mutawatir

atau Sunah Masyhur, bukan sunah Ahad. Sedang pendapat kedua menyatakan,

menasakh Alquran dengan Sunah tidak dibolehkan, karena derajat al-quran lebih tinggi

Page 13: Makalah aik (hadits)

dari pada Sunah. Padahal syarat nasikh itu adalah yang lebih tinggi derajatnya atau

sepadan.

Contoh hadist yang berfungsi sebagai bayan al-naskh :

“Tidak ada wasiat bagi ahli waris.”

Hadist ini menaskh firman Allah :

قرة : 180) ب ( ا ل

“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda)

maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapa dan karib

kerabatnya secara ma’ruf (ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa. (QS.

Al-Baqoroh : 180).”

Page 14: Makalah aik (hadits)

D. Struktur Hadits

Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai

penutur) dan matan (redaksi).

1. Sanad

Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh

penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits)

hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.

Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi

bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah.

Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan

derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.

Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :

Keutuhan sanadnya

Jumlahnya

Perawi akhirnya

Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam.Hal ini

diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan

tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.

2. Matan

Matan dari segi bahasa artinya membelah, mengeluarkan, mengikat. Sedangkan

menurut istilah ahli hadis, matan yaitu: perkataan yang disebut pada akhir sanad,

yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya .

Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami

hadits ialah:

Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad

atau bukan,

Page 15: Makalah aik (hadits)

Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat

sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya

dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).

Contoh :

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari yang berbunyi :

“Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari

Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna

iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia

cinta untuk dirinya sendiri" (hadits riwayat Bukhari)

Dari hadits di atas maka sanad hadits tersebut adalah :

Al-Bukhari --> Musaddad --> Yahya --> Syu’bah --> Qatadah --> Anas --> Nabi

Muhammad SAW

Sedangkan matan dari hadits tersebut adalah :

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk

saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"

Page 16: Makalah aik (hadits)

E. Klasifikasi Hadits

Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung

sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (periwayat) serta tingkat keaslian hadits

(dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan)

1. Berdasarkan penyandaran hadits

Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 4 golongan yakni qudsi, marfu

(terangkat), mauquf (terhenti) dan maqtu:

a. Hadits Qudsi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Nabi shallallahu „alaihi wa

sallam dari Rabbnya (Allah).

b. Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi

Muhammad SAW (contoh: hadits sebelumnya)

c. Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa

ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan

derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris)

menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan:

"Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan

sahabat seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa...

jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf

melainkan setara dengan marfu'.

d. Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus).

Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya

bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka

berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu".

Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor

lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap

sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah

SAW dari ucapan para sahabat maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam

area perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of Hadits).

Page 17: Makalah aik (hadits)

2. Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad

Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni

Musnad, Munqati', Mu'allaq, Mu'dal dan Mursal. Keutuhan rantai sanad maksudnya

ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk

mendengar dari penutur di atasnya.

Ilustrasi sanad:

Pencatat Hadits > perawi 4> perawi 3 > perawi 2 (tabi'in) > perawi 1(Para sahabat)

> Rasulullah SAW

a. Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang

dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur

memungkinkan terjadinya transfer hadits berdasarkan waktu dan kondisi.

b. Hadits Mursal, bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in

menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (perawi2)

mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang

menuturkan kepadanya).

c. Hadits Munqati', bila sanad putus pada salah satu perawi yakni perawi 4 atau 3

d. Hadits Mu'dal, bila sanad terputus pada dua generasi perawi berturut-turut.

e. Hadits Mu'allaq, bila sanad terputus pada penutur 4 hingga perawi 1 (Contoh:

"Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah

mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah).

3. Berdasarkan jumlah perawi/periwayat

Jumlah perawi yang dimaksud adalah jumlah perawi dalam tiap tingkatan dari

sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut.

Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits mutawatir dan hadits ahad.

a. Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari

beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat

untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa

sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama

berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian

Page 18: Makalah aik (hadits)

menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadits mutawatir sendiri

dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional sama pada

tiap riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna

sama pada tiap riwayat)

b. Hadits ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak

mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis

antara lain :

Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat

hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur)

Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan)

Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada

salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.

4. Berdasarkan tingkat keaslian hadits

Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan

merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits

tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih,

hasan, da'if dan maudu'

a. Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits

shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Sanadnya bersambung;

Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak

baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.

Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada

sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits.

b. Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh

rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta

cacat.

c. Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa

mursal, mu‟allaq, mudallas, munqati‟ atau mu‟dal)dan diriwayatkan oleh orang

yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.

Page 19: Makalah aik (hadits)

d. Hadits Maudu, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai

sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.

Adapun beberapa jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas

antara lain:

Hadits matruk, yang berarti hadits yang ditinggalkan yaitu hadits yang hanya

diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.

Hadits mungkar, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang

lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang

tepercaya/jujur.

Hadits mu'allal, artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang

didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani

bahwa hadits Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki

ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati)

dan disebut hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat)

Hadits mudlthorib, artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh

seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidaksama dan

kontradiksi dengan yang dikompromikan

Hadits maqlub, yakni hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh

perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau

sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi)

Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya

berubah

Hadits mudraj, yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya

Hadits syadz, hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi orang

yang tepercaya yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari

perawi-perawi yang lain.

Hadits mudallas, disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena

diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada

cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi,

hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.

Page 20: Makalah aik (hadits)

BAB 3

Penutup

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Hadits merupakan segala perkataan (sabda), perbuatan dan

ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun

hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-

Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum

kedua setelah Al-Qur'an. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan

perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.

Hadits berkaitan erat dengan Al-Qur‟an, karena hadits menjadi penjelas dari hukum-

hukum yang ada di Al-Qur‟an. Biasanya di dalam Al-Qur‟an hanya dijelaskan dengan kata-

kata yang tidak semua orang dapat mengerti dan memahaminya. Hadits berfungsi untuk

memperjelas atau memperinci yang ada di dalam Al-Qur‟an.

Hadits terdiri dari dua komponen yaitu sanad dan matan. Berdasarkan ujung sanad

hadits dapat digologkan menjadi 3, yaitu hadits qudsi, marfu, mauquf, dan maqtu’.

Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad dapat digolongkan menjadi, hadits musnad, hadits

mursal, hadits munqathi’, hadits mu’dal, dan hadits mu’allaq. Berdasarkan jumlah penutur

dapat digolongkan menjadi 2 yaitu, hadits mutawatir dan hadits ahad. Berdasarkan tingkat

keaslian hadits dapat digolonhka menjadi, hadits shahih, hadits hasan ,hadits dhaif (lemah),

danhadits maudu.

Page 21: Makalah aik (hadits)

Daftar Pustaka

Hassan,A. (2006). Tarjamah Bulughul Maram, Bandung : CV Penerbit Diponegoro.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits

http://sri-wiji-lestari.blogspot.com/2013/05/fungsi-hadits-dalam-ajaran-islam.html

http://ajaranislamyanghaq.wordpress.com/2013/11/08/