makalah takhrij hadits

26
MAKALAH ILMU HADITS Takhrij Hadits Disusun oleh: AWALUDDIN ASWAR ANSHAR FIRDAUS AMRULLAH KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Upload: awalrahmad

Post on 10-Nov-2015

101 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

takhrij hadist

TRANSCRIPT

MAKALAH ILMU HADITSTakhrij Hadits

Disusun oleh: AWALUDDIN ASWAR ANSHAR FIRDAUS AMRULLAH

KIMIAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR2014KATA PENGANTARSegala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang senangtiasa memberikan rahmad dan hidayah Nya kepada hambah-hambahnya, shalawat dan salam atas nabi Muhammad saw., keluarga dan sahabat beliau. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah tentang Takhrij Hadits. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij dan untuk mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut. kami menyadari bahwa makalah yang telah kami susun tidak lepas dari berbagai kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, Kritikan dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini di penulisan mendatang. Atas perhatian dan kritikan pembaca, kami mengucapkan terima kasih.

Samata, 26 September 2014

Penulis KELOMPOK 10

DAFTAR ISI

Halaman Sampul iKata Pengantar iiDaftar Isi iiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah1C. Tujuan Penulisan .1D. Manfaat Penulisan1

BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar Dan Atsar ...................................2B. Struktur Hadits, Sanad, Matan Dan Mukharrij .....................................10

BAB III PENUTUPKesimpulan16DAFTAR PUSTAKA17

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangIlmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadist itu berasal. Di samping itu, di dalamnya di temukan banyak kegunaan dan hasil yang di peroleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadist.Takhrij hadist bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.1.2. Perumusan MasalahDidalam makalah ini akan dibahas meliputi :a. Apa pengertian takhrij hadits ?b. Bagaimana sejarah Ilmu Takhrij ?c. Apa metode takhrij hadits ?d. Apa tujuan dan Faedah takhrij hadits ?1.3.Tujuan Tujuan dari penulisan ini yaitu selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Hadits, penulis berharap dengan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita terutama pengetahuan tentang Ulumul Hadits.

BAB IIPEMBAHASAN2.1. Pengertian Takhrij Haditsa. Secara EtimologiIstilah takhrij ( ) berasal dari kata (kharraja) dalam bahasa arab merupakan isim masdar dari kata , ,, (kharraja-yukharriju-takhrijan) yang semakna dengan artinya mengeluarkan.108 Dalam kamus Lisan al-Arab menyebutkan bahwa makna mengeluarkan ( ), dan menjelaskan dengan sesuatu ( ).109 sedangkan menurut Ibrahim anis adalah kata (kharraja) berarti menampakkan, mengeluarkan dan memecahkan sesuatu.110 kata adalah bentuk fiil madhi sulasi mazid dari kata yang terdiri dari tiga huruf, kha, ra, dan jim, dengan makna dasarnya ada dua yakni penebusan sesuatu dan perbedaan dua warna.111 sedangkan karim al-Bustamy, menyebutkan dalam kamusnya al-munjid fi al-lugah wa al-Alam, bahwa kata memiliki makna, menjelaskan () menyatukan, (( , mengambil sebagian ( ) dan mengeluarkan sesuatu (),112b. Secara terminologiAdapun secara terminologi, takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan (Al- Tahhan, 1978: 9).Ada beberapa pendapat ahli hadits, mengenai pengertian takhrij, di antaranya:1) Mengemukakan hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan peristiwanya dengan sanad lengkap serta dengan menyebutkan metode yang mereka tempuh, inilah yang dilakukan para penghimpun dan penyusun kitab hadits, seperti al-Bukhari yang menghimpun kitab hadits Sakhih al-Bukhari 2) Mengemukakan berbagai hadits yang telah dikemukakan oleh para guru hadits atau berbagai kitab yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri atau para gurunya atau temannya atau orang lain dengan menerangkan siapa periwayatannya dari para penyusun kitab ataupun karya yang dijadikan sumber acuan, kegiatan ini, seperti yang dilakukan oleh Imam Bukhori yang banyak mengambil hadits dari kitab al-Sunan karya Abu al-Hasan al-Basri al-Safar, lalu al-Baihaqi mengemukakan sanadnya sendiri. 3) Menunjukan asal usul hadits dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadits yang disusun Mukhorrijnya langsung, kegiatan takhrij seperti ini sebagaimana yang dilakukan oleh para penghimpun hadits dari kitab-kitab hadits, misalnya Ibnu Hajar al-Asqalani yang menyusun kitab Bulug al-Maram.4) Mengemukakan hadits berdasarkan kitab tertentu dengan disertakan metode periwayatannya dan sanadnya serta penjelasan keadaan para periwayatnya serta kualitas haditsnya, pengertian al-takhrij seperti ini dilakukan oleh Zain al-Din Abd al-Rahman ibn al-Husai al-Iraqi yang melakukan takhrij terhadap hadits-hadits yang dimuat dalam kitab Ihya Ulumuddin karya al-Gazali dengan judul bukunya Ikhbar al-Ihya bi Akhbar al-Ikhya5) Menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya, didalamnya dikemukakkan hadits itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukanPengertian takhrij hadis secara terminology dari referensi yang berbeda;Ada beberapa pendapat ahli hadits, mengenai pengertian takhrij, di antaranya:1) Takhrij sinonim dengan ikhraj yang berarti menampakkan hadits kepada orang lain dengan menyebut tempat pengambilannya. Artinya para tokoh-tokoh isnadnya yang mentakhrij hadits itu disebutkan. Aktivitas ini se[erti yang dilakukan oleh al-Bukhari dan Muslim, sering mendengar mereka disebut mukharijj. Oleh sebab itu, sangat sering mendengar pernyataajahan akhrajahu al-Bukhri atau kharjahu al-Bukhari.1132) Takhrij sinonim dengan istikhra yang berarti mengemukakan hadits yang telah oleh guru atau kitab yang telah terlebih dahulu ada, sedangkan sanad yang digunakan adalah miliknya sendiri, tetapi kemudian antara sanad pengarang pertama sanadnya yang dikemukakan bertemu pada periwayatan diatasnya baik pada gurunya atau diatasnya lagi.3) Takhrij juga dipakai dalam arti mengeluarkan hadis-hadis dari kitab-kitab yang mengutipnya tanpa menyebut periwayatannya, kemudian menjelaskan sumber-sumbernya dengan mengembalikan hadis-hadis itu kepada pengarang-pengarang kitab hadis yang meriwayatkannya pada kitab mereka. aktivitas ini seperti yang dilakukan oleh al- Hafidh al-Iraqy (w.725-806 H) yang mengeluarkan hadis-hadis ihya ulum al-Din yang pengarangnya, al-Ghazali, tidak menyebut periwayatan dan asal-usulnya. Dalamnya kitabnya ,al-Mughi, an Haml, al-Asfar fi al-Asfar fi Takhrij Ma fi al-Ihya min al-Akhbar, al-Hafidh menjelaskan hadis-hadis itu dan mengembalikan kepada periwayatannya.1154) Takhrij juga berarti menjelaskan asal-usul hadi-hadis yang popular dalam masyarakat tetapi belum jelas siapa periwayatannya, dari mana asalya dan apakah shahi atau dhaif, atau bahkan maudlu seperti yang dilakukan oleh al-Shakawi (w.920H) yang menyusun kitab : al-Magashid al-Hasanah fi al-Bayan al-Katsir min al-Ahadis al-Husytahirah ala al-sinah.1165) Menunjukkan asal-usul hadits dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun mukharrijnya langsung. Kegiatan takhrij semacam ini seperti yang dilakukan oleh para penghimpun hadis dari kitab-kitab hadis, ibnu hajar al-Agalany yang menyusun bulugh al-Haram.1176) Takhirij juga berarti menunjukkan atau merujuk sumber-sumber asli hadis dengan menyebut pengarang yang meriwayatkannya.Hahmud at-Tahhan di kalangan muhadditsin, terutama pada masa-masa mutakhir.2.2. Sejarah Ilmu TakhrijUlama-ulama dahulu tidak mementingkan pada kaidah ilmu takhrij karena pengetahuan mereka pada hadis sangat luas dan hubungan mereka sumber asli sangat akrab dan kuat. Apabila mereka mau membuktikan kesahihan suatu hadis dengan spontan mereka bisa mencari dalam Kutub as-sittah bahkan di jilid beberapa terdapat hadis tersebut sehingga mudahlah bagi mereka mengetahui hadis yang didengar sumber aslinya.Era di mana para ulama-ulama menguasai sumber asli hanya beberapa abad. Para ulama selanjutnya mulai menemui kesulitan untuk mengetahui sumber suatu hadis yang terdapat dalam Kitab Fiqih Tafsir dan Tarikh maka muncullah segolongan ulama yang mulai melakukan Takhrij hadis terhadap karya-karya ilmu tersebut dan menjelaskan kedudukan hadis itu apakah statusnya shohih. Hasan atau dhaif.Di antara kitab-kitab takhrij yang pertama muncul adalah: Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Al-Ghoroib, Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Qosim al-Mahrowam dan kitab Takhrij Ahadits al-Muhazzab oleh Abu Ishak As Syirozi. Kemudian pada masa selanjutnya, karya-karya dalam bidang ilmu takhrij hadis semakin meluas hingga mencapai puluhan. Sumbangan karya-karya tersebut tidak dapat dipungkiri sangat signifikan terhadap perkembangan ilmu-ilmu keIslaman lainnya.Mahmud at-Tahhan menyebutkan bahwa tidak diragukan lagi cabang ilmu takhrij ini sangat penting sekali bagi setiap ilmuan yang bergelut dibidang ilmu syariah khususnya bagi yang bergelut dibidang ilmu hadis dengan ilmu ini seseorang bisa memeriksa hadis ke sumber asalnya. Ismail Abd Wahid Makhluf dan Taufiq Ahmad Saliman menyebutkan tujuan ilmu takhrij sangatlah banyak, namun yang terpenting di antaranya:a) Mengetahui sumber hadis dimana hadis tersebut didapati.b) Untuk mengetahui status kualitas, apakah hadis itu shohih atau Hasan atau dhaif.M. Syuhudi Ismail menyebutkan sebab-sebab perlunya kegiatan takhrij hadis sebagai berikut:1. Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang diteliti2. Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan di teliti.3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya Shahib dan Mutabi. Pada sanad yang diteliti.Abd. Muhdi Abdul Qodir menyebutkan tujuan takhrij adalah mengetahui sumber asal hadis dan kualitas hadis tersebut apakah bisa diterima atau tidak. Sedangkan manfaat takhrij hadis banyak sekali diantaranya :2.3.Metode TakhrijTakhrij suatu metode untuk menentukan kehujjahan hadits serta unsur-unsurnya. Yang terbagi menjadi tiga, yaitu :1) Takhrij Naql.Takhrij dalam bentuk ini kegiatannya berupa penelusuran, penukilan dan pengambilan hadits dari beberapa kitab/ diwan hadits ( mashadir al-asliyah ), sehingga dapat diidentifikasi hadits-hadits tertentu yang dikehendaki lengkap dengan rawi dan sanadnya masing-masing. Pentakhrijan dalam arti naql telah banyak diperkenalkan oleh para ahli hadits, diantaranya yang dikemukakan oleh Dr. Mahmud al-Thahhan yang menyebutkan lima teknik dalam menggunakan metode takhrij Naql diantaranya :1. Mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis;2. Mangetahui lafal pertama dari matan hadis;3. Mengetahui lafal yang jaraang digunakan dari suatu bagian matan hadis;4. Menegetahui pokok bahasan hadis;5. Meneliti keadaan sanad dan matan hadis;Setiap metode yang dikemukakan oleh ulama hadis beragam (memiliki karakteristik) misalnya Abu Muhammad Abdul Hadi bin Abdul al-Hadi, menyebutkan lima macam metode :1. Takhrij dengan mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadits2. Takhrij dengan mengetahui lafadz asal matan hadits3. Takhrij dengan mengetahui lafadz matan hadits yang kurang dikenal4. Takhrij dengan mengetahui tema atau pokok bahasan hadits5. Takhrij dengan mengetahui matan dan sanad haditsDalam hal ini kami meringkas metode tersebut menjadi empat, karena metode yang dikemukakan oleh Dr. Mahmud al-Thahhan, dari lima metode tersebut salah satu metodenya telah dibahas oleh metode sebelumnya.a) Takhrij dengan mengetahui sahabat yang meriwayatkan haditsMetode ini hanya digunakan bilamana nama sahabat itu tercantum pada hadits yang akan ditakhrij apabila nama sahabat tersebut tidak tercantum dalam hadits itu dan tidak dapat diusahakan untuk mengetahuinya , maka sudah barang tentu metode ini tidak dapat dipakai. Apabila nama sahabat itu tercantum dalam hadits tersebut atau tidak tercantum. Masih dapat diketahui dengan cara tertentu , maka dapat digunakan tiga macam kitab, yaitu : kitab-kitab musnad, mujam dan athraf.b) Takhrij dengan mengetahui lafadz asal matan haditsMetode ini hanya menggunakan satu kitab penunjuk saja, yaitu : Al-Mujam al-Mufarhas li alfazh al-Hadits al-Nabawi. Kitab ini merupakan susunan orang orientalis barat yang bernama Dr.A.J. Wensink, Dr. Muhamad Fuad Abd al-Baqi. Kitab-kiatb yang jadi rujukan dari kitab ini adalah kitab yang Sembilan, diantaranya : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan at-Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan an-NasaI, SSunan ibn Majah , Muwatha Malik, Musnad Ahmad dan Sunan ad-Darimi. Yang mana masing masing mempunyai kode tersendiri.c) Takhrij dengan mengetahui tema atau pokok bahasan haditsMetode ini akan mudah digunakan oleh orang yang sudah terbiasa dan ahli dalam hadits. Orang yang awam akan hadits akan sulit menggunakan metode ini, karena yang dituntut dari metode ini adalah kemampuan menentukan tema dari suatu hadits yang akan ditakhrijkan. Baru kita membuka kitab yang mengandung tema tersebut. Adapun kitab-kitab yang akan digunakann dalam metode ini adalah kitab-kitab yang disusun secara tematis.d) Takhrij dengan mengetahui matan dan sanad haditsYang dimaksud dengan metode takhrij ini adalah memperhatikan keadaan dan sifat hadits baik yang ada pada matan maupun sanadnya. Pertama yang harus diperhatikan adalah keadaan sifat yang ada pada matan kemudian yang ada pada sanad lalu kemudian yang ada pada keduanya.a. Dari segi matan : apabila pada hadits itu tampak ada tanda-tanda kemaudhuan, maka cara yang paling mudah untuk mengetahui asal hadits itu adalah mencari dalam kitab-kitab yang mengumpulkan hadits maudhu. Dalam kitab ini ada yang disususn dalam alfabetis antara lain kitab al-mashnu al-hadits al-maudhuli al syaikh al qori al syariah. Dan ada yang secara matematis antara lain kitab tanzih al-syariah al- marfuah al-ahadits al-syafiah al-maudhu li al kanani.b. Dari segi sanad : apabila dalam sanad suatu hadits ada ciri tertentu, misalnya isnad hadits itu mursal, maka hadits itu dapat dicari dalm kitab-kitab yang mengumpulkan hadits-hadits mursal atau ada seorang perawi yang lemah sanadnya, maka dapat dicari dalam kitab mizan al-Itidal li al- dzahahi.Dari segi matan dan sanad : ada beberapa sifat dan keadaan yang kadang-kadang terdapat pada matan dan kadang-kadang pada sanad, maka untuk mencari hadits semacam itu dapat di cari dalam kitab : ilal al hadits li ibn abi hakim al-razi dan Al- Mustafad min Mubhamat al- matn wa al- isnad li abi Zarah Ahmad Ibn al- Rahim al- Iraqi.Sedangkan M.Syuhudi Ismail dalam buku Metodeologi Penelitian Hadis Nabi Saw. Menyebutkan secara sederhana yang berbeda dengan pandangan ulama lain dia membagi dua jenis metode takhrij, yakni;1. Takhrij bin lafdzi adalah takhrij yang dilakukan untuk menulusuri atau mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal yang terdapat pada hadis, baik menggunakan lafal pertama maupun lafal lain yang ada pada hadis terdebut.2. Takhrij bi al-Mawdu adalah penelusuran terhadap hadis berdasarkan tema atau topik masalah yang menjadi objek utama pada hadis tersebut.Dalam kegiatan takhrij hadis penulis menggunakan metode Takhrij al-Hadis bi al- Lafdzi dan metode Takhrij al-hadih bi al-maudhi. Dalam penelusuran kamus yang penulisan dilakukan jika ditempu metode takrij bi alafdzi maka ada beberapa hal yang perlu di telusuri untuk mendapatkan hadis-hadis yang dibutuhkan dalam penelitian ini, di antaranya lafal dicari pada kata sedangkan apabila dalam takhrij yang menggunakan metode mawdui (tematik ), maka riwayat atau hadis yang diteliti dapat ditemukan pada topic (tema).

2) Takhrij TashhihCara ini sebagai lanjutan dari cara yang pertama diatas. Tashhih dalam arti menganalisis keshahihan hadits dengan mengkaji rawi, sanad dan matan berdasarkan kaidah. Kegiatan tashhih dengan menggunakan kitab Ulum al-Hadits yang berkaitan dengan Rijal, Jarh wa al-Tadil, maan al-Hadits Gharib al- Hadits. Kegiatan ini dilakukan oleh Mudawin (kolektor) sejak Nabi Muhammad saw. Sampai abad 3 H. Dan dilakukan oleh para Syarih (komentator ) sejak abad 4 H. sampai sekarang.3) Takhrij ItibarCara ini sebagai lanjutan dari cara yang kedua di atas. Itibar berarti mendapatkan informasi dan petunjuk dari literature, baik kitab yang asli, kitab syarah dan kitab fan yang memuat dalil-dalil hadits. Secara teknis, proses pembahasan yang perlu ditempuh dalam studi dan penelitian hadits sebagai berikut :1) Dilihat, apakah hadits tersebut benar-benar sebagai hadits.2) Memperhatikan unsur hadits seperti : sanad, matan dan perawi.3) Termasuk jenis hadits apa hadits tersebut, dari segi rawi, matan dan sanadnya.4) Bagaimana kualitas hadits tersebut.5) Bila hadits itu maqbul, bagaimana taamulnya , apakah mamul bih (dapat diamalkan) atau ghoir maul bih.6) Teks hadits harus dipahami ungkapannya, maka perlu diterjemahkan.7) Memahami asbab wurud hadits.8) Apa isi kandungan hadits tersebut.9) Menganalisis problematika.Berdasarkan kedua prima soerces (sumber informasi) tersebut, hadis-hadis tentang tasamuh dapat diperoleh pada kitab hadis di bawah ini:1. Kitab jami al-shahih oleh imam Bukhary2. Kitab jami al-shahih oleh imam Muslim 3. Kitab sunan al-Tirmiziy oleh imam Tirmiziy4. Kitab sunan Abu Dawud oleh Abu Dawud 5. Kitab sunan Ibnu Majah oleh Imam Ibnu Majah6. Kitab Musnad Ahmad oleh Imam Ahmad Bin Hanbal7. Kitab al-Muwatta Malik oleh imam malik 8. Kitab sunan ad-Darami oleh imam ad-Darami9. Kitab shahi ibnu Hibban oleh Muhammad bin Hibban bin Ahamad abu hatim At-tamimiy al-bastiyyu10. Kitab musnad al-humaidi oleh Abdullah bin zubair Abu bakar Bakar al-humaidi11. Kitab musnad at-Tayalisioleh sulaiman bin Daud Abu Daud al-farisy AL-Basyri at-Tayalisi12. Sunan ad-daraqunni oleh Ali bin Umru abu Husain ad-Daraqunni al-Bagdadi13. Musnad Abi Yali oleh ahmad bin ali al-muani abu yali al-mawsaly at-Tamimiy2.4. Tujuan dan Faedah Takhrij HaditsIlmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadist itu berasal. Di samping itu, di dalamnya di temukan banyak kegunaan dan hasil yang di peroleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadist.Takhrij hadist bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.Ismail Abd Wahid Makhluf dan Taufiq Ahmad Saliman menyebutkan tujuan ilmu takhrij sangatlah banyak, namun yang terpenting di antaranya:1) Mengetahui sumber hadis dimana hadis tersebut didapati.2) Untuk mengetahui status kualitas, apakah hadis itu shohih atau Hasan atauAdapun faedah takhrij hadis antara lain :a) Dapat di ketahui banyak sedikitnya jalur periwayatan suatu hadist yang sedang menjadi topic kajian.b) Dapat di ketahui kuat tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat. Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan periwayatan tidak bertambah.c) Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadist adalah benar benar berasal dari Rasulullah SAW. Yang harus di ikuti karena adanya bukti bukti yang kuat tentang kebenaran hadist tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.d) Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui bahwa hadist tersebut adalah makbul (dapat di terima). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadist tersebut tidak dapat diterima (mardud).e) Dapat di temukan status hadist shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga akan dapat di ketahui istilah hadist mutawatir, masyhur, aziz, dan gharibnya.f) Dengan takhrij kekaburan periwayatan dapat diperjelas dari periwayatan jalur isnad yang lain. Baik dari segi rawi , isnad amupun matan hadis.g) Dengan takhrij akan dapat mengetahui persamaan dan perbedaan atau wawasan yang lebih luas tentang berbagai periwayatan dan beberapa hadis yang terkait.Sedangkan menurut Abd. Muhdi Abdul Qodir manfaat takhrij hadis banyak sekali diantaranya :a) Memperkenalkan Sumber-sumber hadisb) Menambah perbendaharaan sanat hadis melalui kitab-kitab yang ditunjukkan.c) Memperjelas keadaan-keadaan sanat sehingga dapat diketahui apakah hadis tersebut manqothi, mudhol atau lainnya.

BAB IIIPENUTUP3.1. KesimpulanIstilah takhrij ( ) berasal dari kata (kharraja) dalam bahasa arab merupakan isim masdar dari kata , ,, (kharraja-yukharriju-takhrijan) yang semakna dengan artinya mengeluarkan. Adapun secara terminologi, takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukanMetode takhrij terbagi menjadi tiga, yaitu :a) T akhrij Naql.b) Takhrij Tashhihc) Takhrij ItibarTakhrij hadist bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.3.2. SaranKami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan masukan atau saran dari teman-teman demi perbaikan karya tulis kami di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKADarwis Baharuddin. 2009. Metodologi Takhrij Hadis. Jakarta: Alauddin University Press.Sabir Muhammad. 2009. Wawasan Hadis Tentang Tasamuh. Jakarta: Alauddin University Press.Ismail Syuhudi. 2007. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang.Alwi Zulfahmi. 2010. Studi Hadis Dalam Tafsir Al-Marasbiy Analisis Kualitas Hadis Dalam Surah Ali Imran. Jakarta: Alauddin University Press.