takhrij hadis arbain nawawi

Upload: akrom-pexal

Post on 01-Mar-2016

155 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Takhrij Hadis Arbain Nawawi

TRANSCRIPT

TAKHRIJ HADIS ARBAIN NAWAWINOMOR SEMBILAN BELASOleh :Muhammad Akrom Adabi

I. PendahuluanHadis dan kajiannya selalu menjadi pembahasan yang menarik dari waktu ke waktu, sebagai sumber ke dua dalam hukum Islam tentu hadis memiliki perhatian besar dari para sarjana muslim. Penelitian dan pembahasan seputar hadis terus dilakukan hingga memunculkan beberapa ilmu yang bermuara pada 2 pembahasan, Ilmu kritik sanad dan ilmu kritik matan. Dalam literatur hadis sendiri kita lebih mengenalnya dengan istilah ilmu dirayah dan ilmu riwayah. Dalam dua tema ini, pembahasan menjadi mengekor panjang dan tiada habisnya untuk dibahas, para ulama dari periode klasik hingga kontemporer ini, terus melakukan kajian mendalam dan telah menghasilkan banyak sekali karangan yang dapat kita jadikan rujukan dan pelajaran.Dalam mempelajari hadis, kita biasanya akan diajak untuk mengenal pembahasan tentang hadis secara dirayah (Musalah). Di sini kita akan mengetahui lebih detail tentang diterima atau ditolaknya sebuah hadis, minimal kita tahu bagaimana kemudian sebuah hadis bisa diterima, dengan melihat syarat dan ketentuan yang telah menjadi konsensus para ulama.Dalam hal ini, kaitannya dengan kritik sanad hadis, penulis ingin mencoba meneliti kualitas dari sebuah hadis. Pembahasan model seperti ini sebenarnya telah banyak dilakukan oleh ulama, dan hampir dari kebanyakan hadis kita sudah pasti menemukan komentar mereka tentang hadis itu, entah ditolak atau diterima, atau bahkan, sangat diterima Tetapi dalam rangka mengkaji ulang dan menghidupkan kembali ilmu agama, maka penulis kira, hal seperti ini patut untuk dilangsungkan kembali agar sedikit banyak kita mengetahui mengenai atmosfir yang terjadi dalam dunia hadis, paling tidak kita sudah pernah mencoba untuk meneliti kualitas dari suatu hadis.II. Hadis dan rawi-rawinya

[footnoteRef:2] [2: Penulis hanya mengambil satu sanad dan satu jalur dari riwayat Imam Tirmidzi guna mempermudah dalam pentakhrijan hadis ini, sanad yang asli, yang tertulis dalam sunan al-Tirmidhi adalah sebagai berikut ]

[footnoteRef:3] [3: Muhammad bin s al-Tirmidh, Sunan Tirmidh. (Maktabah Syamilah), 9:56.]

Dari Abdullh bin Abbs raiya Allhu anhum , beliau berkata: pada suatu hari saya berada dibelakang Nabi alla Allah alayhi wa sallam, maka beliau bersabda: Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa hal : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, kita akan menemui Allah berada padamu, ketika kita hendak meminta, maka mintalah kepada Allah ubhnahu wa tal dan ketika kita hendak memohon pertolongan maka memohonlah kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika segolongan umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.

Rawi-rawi dari hadis di atas adalah sebagai berikut :1. Ibnu AbbsNama lengkap beliau adalah Abdullah bin Abbs bin Abd al-Muallib bin Hshim bin Abd Manf. Beliau merupakan anak dari paman Rasulullah alla Allah alayhi wa sallam, Abbas. Lahir pada 3 tahun sebelum Hijriah. Beliau menemani Nabi selama kurang lebih 2.5 tahun atau sebagaimana yang dijelaskan al-ahaby, 30 bulan. Dan wafat pada tahun 68 H. [footnoteRef:4] [4: usayn al-Dhahab, Siyar Alm al-Nubal, (Maktabah Syamilah), 5:330.]

Beliau ini merupakan sahabat yang banyak didoakan oleh Nabi alla Allah alayhi wa sallam, sebagaimana penuturan Ikrimah bahwa Nabi pernah mengusap kepala Ibnu Abbs dan kemudian mendoakannya dengan hikmah. Atau seperti doa Nabi kepada Ibnu Abbs yang sangat terkenal Ya Allah berikanlah ia kefahaman dalam masalah agama dan alim-kanlah ia mengenai tawl.[footnoteRef:5] [5: Ibid, 5:332.]

2. ansh al-annyNama aslinya adalah ansh bin Abdullah bin Amr bin andhalah bin Nahd bin Qinn bin Thalabah bin Abdullah bin Thmir. Dahulu beliau hidup bersama Khalifah Aly di Kufah akan tetapi belakangan setelah meninggalnya Khalifah Aly beliau pergi ke Mesir, selanjutnya ikut berjihad ke daerah Maroko dan meninggal pada tahun 100 H di Ifriqiya.[footnoteRef:6] [6: Ab al-asan Al al-Druqun, Al-Mutalif wa al-Mukhtalif. (Maktabah Syamilah), 3:56.]

Dalam bukunya, Abu al-asan al-Druquni memaparkan beberapa guru dan murid ansh al-anny. Menurutnya, beliau banyak meriwayatkan hadis dari para sahabat diantaranya Abdullah bin Abbs dan Faalah bin Ubayd. Dan beberapa murid beliau adalah al-rith bin Yazd, Abu Marzq dan Qays bin ajjaj.[footnoteRef:7] [7: Ibid.]

3. Qays bin ajjjNama lengkap beliau adalah Qays bin ajjj bin Khly bin Mad al-Kala al-Sulaf al-ana al-Mishry[footnoteRef:8]. Meninggal pada tahun 129 H. [8: Yusuf bin Zak Abdurrahmn al-Muzz, Tahdhb al-Kaml. (Beirut: Muassasat al-Rislah, 1980 M), 24:20.]

Banyak yang meriwayatkan dari beliau, dalam kitab Tahdhib al- Tahdhib, Ibnu ajar menyebutkan beberapa guru beliau diantaranya ansh al-anny, Abdurrahman al-ubl dan lain-lain. Selanjutnya beliau juga menyebutkan murid-murid Qays bin ujaj, diantaranya saudaranya sendiri, Abd al-Al, Ibnu Luhayah, Layth bin Sad dan lain-lain.[footnoteRef:9] [9: Ibnu ajar al-Asqalan, Tahdhb al-Tahdhb. (Maktabah Syamilah), 8:348.]

4. Layth bin SadNama lengkapnya adalah Layth bin Sad bin Abdurrahman al-Fahmy al-Mihry, memiliki nama kunyah Ab al-rith. Beliau lahir pada tahun 94 H, ada yang mengatakan 93 H namun pendapat pertama adalah yang lebih unggul, karena, sebagaimana yang diungkapkan oleh al-ahaby, bahwasanya Yaya mendengar Layth berkata :saya dilahirkan pada bulan Syaban tahun 4 (maksutnya 94). beliau dilahirkan di desa Qarqashandah, nama salah satu desa di Mesir. Dan meninggal 81 tahun setelahnya. Tepatnya pada tahun 175 H.[footnoteRef:10] [10: usayn al-Dhahab, Siyar Alm al-Nubal, 15:137.]

Abdul Malik bin Yay bin Bakr mendengar ayahnya berkata : saya tidak melihat seorang pun yang lebih sempurna daripada Layth bin Sad, Cerdas jiwanya cerdas, fasih lisannya, bagus bacaannya, ia menjaga syariat dan hadis, bagus dalam berdiskusi serta tidak henti-hentinya melakukan kebaikan[footnoteRef:11] [11: Badruddn al-Ayn. Maghn al-Akhyr, (Maktabah Syamilah),4:80. ]

Al-Muzzy dalam bukunya, Tahb al-Kaml banyak sekali menyebutkan guru-guru dan murid-murid Layth, diantara guru beliau adalah Qays bin ajjj, Isq bin Abdullah, Ayyub bin Ms, Bakr bin Saudah, Jafar bin Rabah. Sedangkan diantara murid beliau adalah Abdullah bin Mubrak, ajjj bin Muhammad, Dwud al-Nasi.[footnoteRef:12] [12: Yusuf bin Zak Abdurrahmn al-Muzz, Tahdhb al-Kaml, 24:257.]

5. Abdullah bin MubrakNama lengkap beliau adalah Abdullah bin Mubrak bin Wi al-andhali al-Tammy. Lahir pada tahun 118 H. dan wafat pada 181 H.[footnoteRef:13] [13: usayn al-Dhahab, Siyar Alm al-Nubal, 15:395.]

Abbs al-Marazy mengatakan, bahwasanya Ibu dari Abdullah bin Mubrak adalah orang Khawarizmy, sedangkan ayahnya adalah orang Turki dan seorang budak dari pedagang, namanya Hamdhn dari bani analah, sehingga Abdullah bin Mubrak selalu merundukan diri sebagai rasa hormat saat berada di depan Hamdhn.[footnoteRef:14] Meskipun begitu, statusnya itu tidak mengurangi rasa haus keilmuaannya, beliau sangat giat dalam mencari ilmu, sampai-sampai Amad bin ambal berkomentar : pada masa itu, saya tidak melihat orang yang lebih giat mencari ilmu dari pada Abdullah bin Mubrak, dia mencari ilmu ke Yaman, Mesir, Shm, Bashrah dan Kfah.[footnoteRef:15] [14: al-Muzz, Tahdhb al-Kaml, 16:14.] [15: Ibid.]

Diantara guru-guru beliau adalah Bshr Ab Isml, Aswad bin Shaybn dan Layth bin Sad. dan diantara murid beliau adalah Abdullah bin Wahb al-Mishr, dan Amad bin Muammad bin Ms.[footnoteRef:16] [16: Ibid, 16:6.]

6. Amad bin Muammad bin Ms al-MarwazyNamanya adalah Ab asan Amad bin Muammad bin Ms al-Marwazy, beliau lebih dikenal dengan nama al-Mardawiyah. Wafat pada tahun 235 H.Diantara guru-guru beliau adalah Abdullah bin Mubrak dan Isq al-Azrq[footnoteRef:17] sedangkan diantara rawi-rawi yang meriwayatkan dari beliau adalah Imam Bukhry, Tirmiy. Nasi, Muammad bin Umar al-Dhuhly.[footnoteRef:18] [17: Ibid, 1:474.] [18: usayn al-Dhahab, Siyar Alm al-Nubal, 6:21.]

III. Status Kualitas HadisBegitu besar perhatian ulama kita terhadap hadis, sampai mereka mengupas sedemikian dalamnya, satu per satu hadis, mulai dari kualitas, kuantitas, dan tidak ketinggalan makna dari hadis itu sendiri. Semua menjadi lahapan kajian mereka dan dapat kita pelajari.Penelitian tentang status kualitas hadis menjadi sebuah bagian yang penting karena ini merupakan kebenaran dari esensi suatu hadis. Percuma kita mengurai makna hadis jika ternyata yang kita kira hadis itu merupakan hadis yang lemah, dalam arti lain tertolak secara ilmiah dalam kajian ilmu hadis ulama kita. Pembahasan seperti ini akan menjadi panjang yang pusatnya terletak pada diterima atau ditolaknya suatu hadis, semua ini bergantung pada lima syarat yang telah dikonsesuskan oleh ulama dalam bidangnya. Satu syarat saja tidak terpenuhi, seketika itu pula sebuah hadis dinilai lemah[footnoteRef:19], begitu ketat. [19: Ulama, dalam pengamalan hadis aif terdapat tiga pendapat. pertama, kelompok keras yang menolak mentah-mentah hadis aif. Kedua, kelompok yang menerima hadis daif apapun itu bentuknya. Ketiga, kelompok yang lebih lentur dan kami anggap lebih proporsional dalam menyikapi hadis daif, yaitu kelompok yang memperbolehkan mengamalkan hadis aif dalam faail al-aml dengan beberapa syarat. Sebagaimana yang disampaikan Ibnu ajar, syarat-syarat ini adalah pertama, hadis dalam ruang lingkup keutamaan amal (bukan halal dan haram atau hukum penting lain, pen). Kedua, tidak terlalu daif seperti hadis yang diriwayatkan oleh orang yang ahli berbohong, jelek hafalannya dan lain-lain. Ketiga, berada dibawah tingkatan hadis yang diamalkan. Keempat. Ketika beramal tidak sangat meyakini akan kebenaran hadis tersebut. Lihat, Muhammad Alaw al- Mlik. Al-Manhal al-Laf. (Malang: Haiah al-afwah, tt), 67. ]

Kaitannya dengan kajian penulis, hadis Arban Nawaw ke sembilan belas, penulis akan coba menerapkan ilmu musthalah pada hadis tersebut. Pembahasan akan terpusat pada kualitas hadis. Bisa jadi ahih, asan, atau bahkan aif. Atau seperti komentar al-Turmudhi hadis ini ahih asan . kita akan segera mengetahuinya.Sambungnya sanadSyarat pertama diterimanya hadis adalah memiliki sanad yang sambung, untuk mengetahui hal ini, kita akan disibukkan dengan kapan perawi itu lahir dan kapan wafatnya, atau cukup hanya dengan sekadar mengetahui kapan wafatnya. Hal ini digunakan untuk mengetahui benarkah antara satu rawi dengan rawi atas atau bawahnya itu memang satu masa.Sebelumnya, penulis sudah menuliskan guru dan murid dari setiap rawi yang menyimpulkan bahwa memang ada pertemuan dan transisi ilmiah diantara para rawi tersebut. Namun, untuk lebih memperjelas dan mempermudah penulis akan coba menampilkan tabel sederhana dari masa kelahiran dan wafatnya rawi.No.RawiLahirWafatRedaksi Pemyampaian

1. Ibnu Abbs-3 H68 H

2. ansh al-anny-100 H

3. Qays bin ajjj-129 H

4. Layth bin Sad93 H175 H

5. Abdullah bin Mubrak118 H181 H

6. Amad bin Muammad -235 H

Dapat dilihat dari dalam tabel diatas bahwa 2 rawi pangkal menggunakan redaksi yang dalam kajian hadis disebut riwayat . Mengenai hal ini kita dapat menemukan penjelasan yang dikemukakan oleh Muhammad Alawy dalam bukunya al-Manhal al-Laf. Bahwasanya ketika ada riwayat maka hadis tetap bisa dikategorikan sambung meskipun tidak menggunakan redaksi langsung. Hal ini bisa terjadi jika memenuhi beberapa syarat. Pertama, antara guru dan murid memang memang satu masa[footnoteRef:20]. Kedua, perawi yang menggunakan redaksi terbebas dari stigma ahli tadlis.[footnoteRef:21] [20: Imam muslim cenderung memandang sudah dicukupkan dengan semasa. Berbeda dengan Imam Bukhri yang lebih ketat dalam menilai arti semasa, menurut beliau, harus ada indikasi bahwa keduanya memang pernah bertemu. Lihat, Muhammad Alaw al- Mlik. Al-Manhal al-Laf. (Malang: Haiah al-afwah, tt), 110.] [21: Ibid.]

Dilihat dari keterangan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa hadis ini sanadnya sambung. Dan sudah memenuhi syarat pertama diterimanya suatu hadis.ThiqahThiqah atau dapat dipercayanya seorang rawi menjadi syarat berikutnya agar sebuah hadis bisa diterima, hal ini guna menjaga kualitas hadis agar tidak serta merta diterima dari sembarangan orang. Dan di sini, penulis akan mencoba memaparkan bagaimana komentar ulama tentang rawi-rawi yang penulis bahas.Ibnu AbbsIbnu Abbs merupakan seorang sahabat Nabi, beliau hidup bersama dengan Nabi kurang lebih 2.5 tahun. Sahabat, sebagaimana kesepakatan Ahlu al-Sunnah wa al-Jamah, mereka semua adalah orang-orang yang adil,[footnoteRef:22] Allah ubhnahu wa tal berfirman : [22: Keadilan sahabat merupakan sebuah kesepakatan pasti dan bersumber baik dari AL-Quran maupun hadis. Penulis hanya memaparkan satu ayat yang juga ditulis oleh Sayyid Muhammad dalam bukunya. Hal ini guna memfokuskan pembahasan pada materi inti.]

[footnoteRef:23] [23: Al-Quran, 2:143.]

Dan demikian (pula) Penulis telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...[footnoteRef:24] [24: Menurut Ibnu Kathir, tafsiran dari kata adalah Adil, Lihat, Al al-Sbn, Tafsr Ayt al-Akm, (Beirut: Dr al-Kutub al-Islamiyah, 1999 M), 1:455.]

Selain sebagai wujud ushnuan kita kepada mereka, keadilan sahabat ini juga terlihat dari bagaimana cara mereka mengamalkan tuntunan Nabi, bagaimana cara mereka mengaktualisasikan Islam, dan keseharian mereka yang terus konsisten menegakkan agama. Keadilan mereka, merupakan sebuah kepastian. Hal ini, bahkan sudah di-nash sendiri oleh Allah ubhnahu wa tal, dan Allah juga telah menyucikan mereka serta memilih mereka sebagai golongan terbaik dari umat terbaik.[footnoteRef:25] [25: Muhammad Alaw al- Mlik. Al-Manhal al-Laf, 172.]

Bahkan, menurut Ab Zarah, apabila ada seseorang yang merendahkan sahabat Nabi, maka dia termasuk orang zindiq, sehingga merendahkan mereka, orang-orang yang merendahkan sahabat, lebih utama karena mereka adalah golongan zindiq.[footnoteRef:26] [26: Shamshuddn al- Shakhaw, Fathul Mughth, (Lebanon: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, 1403 H), 3:109.]

ansh al-annyMenurut Ibn ajar beliau merupakan orang dapat dipercaya[footnoteRef:27], pendapat serupa juga disampakan al-Ajaly dalam bukunya Marifat al-Thiqt.[footnoteRef:28] Kemudian pendapat al-Muzzy, dengan mengutip pendapat Ab Zarah, ansh al-anny adalah orang yang bisa dipercaya. Dan beliau menambahi, dengan menukil pendapat Ab tim, ansh al-anny adalah orang yang sholeh.[footnoteRef:29] [27: Ibnu ajar al-Asqalan. Taqrb al-Tahdhb, (Ttp: Dr al-imah, tt),1:178.] [28: Amad bin Abdullah al-Ajal, Marifat al-Thiqt, (Madinah: Maktabat al-Dr, 1985 M), 1:326.] [29: al-Muzz, Tahdhb al-Kaml, 7:430.]

Qays bin ajjj Menurut Ibn ajar, Qays bin ujaj adalah orang yang jujur[footnoteRef:30]. Begitu juga Ibnu ibbn yang memasukan Qays bin ujaj dalam kategori orang yang bisa dipercaya. Kemudian, masih dalam kutipan Ibnu ajar yang menukil Ab tim, bahwa Qays bin ujaj adalah orang yang saleh.[footnoteRef:31] [30: Ibnu ajar al-Asqalan. Taqrb al-Tahdhb, (Ttp: Dr al-imah, tt),1:803.] [31: Ibnu ajar al-Asqalan, Tahdhb al-Tahdhb. 8:348.]

Layth bin SadMenurut Ibnu Hajar, Beliau ini merupakan orang yang bisa dipercaya. Kemudian, masih menurut Ibnu Hajar, beliau adalah seorang ahli fiqih dan seorang imam, pendapat ini juga didukung dengan pendapat al-ahaby dan al-Ajaly dalam bukunya Marifat al-Thiqt yang mengatakan hal serupa.[footnoteRef:32] Bahkan Imam Ahmad bin Hambal yang ditanyai tentang Layth sempat menjawab : dia adalah orang yang bisa dipercaya dan tsubut ( meyakinkan ) . dan beliau juga pernah berkomentar lagi, bahwa tidak ada hadis di Mesir yang lebih sahih dari pada hadisnya layth.[footnoteRef:33] Pernah pada suatu ketika Ab Zarah ditanyai tentang bagaimana sebenarnya Layth itu, kemudian beliau menjawab : dia adalah orang yang jujur .[footnoteRef:34] [32: Amad bin Abdullah al-Ajal, Marifat al-Thiqt, (Madinah: Maktabat al-Dr, 1985 M), 2:230. ] [33: al-Muzz, Tahdhb al-Kaml, 24:261.] [34: Badruddn al-Ayn. Maghn al-Akhyr, 4:78.]

Abdullah bin MubrakImam Amad berkata, bahwa ia adalah orang yang banyak meriwayatkan ilmu, dan tidak ada orang yang lebih sedikit luput dari pada Abdullah bin Mubrak dan beliau adalah penjaga hadis.[footnoteRef:35] [35: al-Muzz, Tahdhb al-Kaml, 16:16.]

Pada masa Abdullah bin Mubrak ini ada satu nama lagi ulama yang kerap disejajarkan dengannya, yakni Sufyan al-Thaury. Namun kebanyakan ulama dan murid-murid dari keduanya lebih mengunggulkan Abdullah bin Mubrak. Bahkan, sebagaimana yang dikutip al-Muzzy, bahwasanya Sufyan sendiri pernah mengakui hal tersebut dengan mengatakan, ia ingin dari keseluruhan hidupnya ini agar bisa mencapai satu hal, yaitu menandingi Abdullah bin Mubrak, akan tetapi ia tidak mampu.[footnoteRef:36] [36: Ibid, 16:15.]

Saat murid-muridnya ditanyai tentang Abdullah bin Mubrak, mereka menjawab bahwa Abdullah bin Mubrak terus membiasakan hal positif. Ia sangat pakar dalam bidang Fiqh, Sastra, Nahwu, Bahasa, Shair. Dan beliau merupakan orang yag zuhud, wara, senang qiyam al-layl, haji dan kebaikan-kebaikan lain yang banyak dituturkan oleh murid-murid beliau.[footnoteRef:37] [37: Ibid, 16:16.]

Menurut al-Muzzy sendiri, beliau adalah orang yang tsubut dan bisa dipercaya, dia orang yang Alim dan hadisnya sahih.[footnoteRef:38] Dan menurut Badruddin al-Ayny, beliau adalah ufful Islam.[footnoteRef:39] [38: Ibid, 16:18.] [39: Badruddn al-Ayn. Maghn al-Akhyr, 3:47.]

Amad bin Muammad bin Ms al-MarwazyMenurut Ibnu ibban, sebagaimana yang dikutip Ibnu ajar, al-Marwazy termasuk kategori orang yang bisa dipercaya, Ibnu ibban memasukannya dalam kitab al-Thiqt karyanya, dan Ibnu Waah berkata bahwa al-Marwazy adalah orang yang bisa dipercaya dan tsubut.[footnoteRef:40] [40: Ibnu ajar al-Asqalan, Tahdhb al-Tahdhb. 1:66.]

Dhabitnya rawiSetelah membaca biografi dan beberapa komentar ulama terkemuka seperti Ibnu ibban, Ibnu ajar, Ibnu Waah, Badruddin al-Ayny, al-Muzzy dan beberapa ulama lain. Penulis melihat betapa mereka semua memuji seluruh rawi-rawi yang penulis bahas. Dan tidak menemukan jarh yang mereka alamatkan pada rawi-rawi ini, terlebih yang mencela dalam masalah ingatan, hafalan atau yang lainnya. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa rawi-rawi ini secara kecerdasan ingatan adalah diterima hadisnya.Tidak adanya SyaSyarat ke empat yang harus dipenuhi agar suatu hadis diterima adalah tidak dikategorikan hadis tersebut sebagai hadis shadh.[footnoteRef:41] Disini, penulis akan mencoba memaparkan hadis lain yang serupa atau hampir serupa dan kemudian akan menelitinya lebih dalam. Adakah makna hadis tersebut menjadi berbeda dengan perbedaan redaksi beberapa riwayat diatas. Dan adakah perbedaan ini mampu untuk dikompromikan? jika tidak maka kita harus melihat, yang mana yang lebih unggul. Kita akan segera mengetahuinya. [41: Sya adalah bertentangannya hadis yang diriwayatkan oleh orang yang dapat dipercaya dengan orang yang lebih bisa dipercaya tanpa bisa disatukan. Lihat, Muhammad Alaw al- Mlik. Al-Manhal al-Laf, 172. 116.]

Hadis yang saya paparkan ini, menurut Imam Suyi, diriwayatkan oleh Imam Amad (293:1 no. 2669), Imam Turmuy (667:4 no. 2516), Imam kim ( 623:3 no. 6302) dan Abi Yal (430:4 no. 2556).[footnoteRef:42] Penulis menemukan adanya perbedaan redaksi dari beberapa kitab diatas dan ada juga yang sama. Dan untuk lebih mempermudah mari kita lihat lebih lanjut, pertama adalah redaksi yang digunakan Abu Yal : [42: Jall al-Dn al-Suyti, Jmi al-Jawmi. (Maktabah Syamilah), 1:27249.]

: : : [footnoteRef:43] [43: Ab Yal al-Tamm, Musnad Ab Yal. (Damaskus: Dr al-Mamn li al-Turth. 1984 M), 4:430.]

Dan selanjutnya, redaksi yang digunakan Imam Ahmad : [footnoteRef:44] [44: Amad Ibnu Hanbal, Musnad Amad, (Ttp: Muassasah al-Rislah, 1999M), 4:488.]

Untuk lebih jelasnya penulis akan membuatkan tabel perbandingan tiga riwayat yang bisa dilihat dibawah ini :No.AmadTurmuyAbi Yal

1.

2.

3.

4.

5.

Dalam ilmu hadis, saat kita menemukan adanya perbedaan redaksi, terutama dalam kaitan penentuan adanya shdh atau tidak, maka hal yang harus kita lakukan adalah mengkompromikan diantara hadis tersebut apakah bisa disatukan atau tidak. Jika hal ini tidak bisa dilakukan, entah karena maknanya yang berlawanan atau karena sebab lain, maka kita harus memilah antara redaksi-redaksi tersebut hingga memunculkan riwayat dengan sanad yang lebih diunggulkan.Ilmu Mustalah ini jika kita terapkan dalam hadis diatas (arban nawaw nomor 19), maka bisa kita lihat bahwa di sana perbedaan redaksi tidak memunculkan makna yang saling bertentangan. Oleh karenanya, perbedaan redaksi ini masih bisa dikompromikan dan tidak menimbulkan shdh pada hadis tersebut.Tidak adanya illatSyarat yang terakhir agar sebuah hadis bisa diterima adalah tidak adanya illat yang mencacat hadis tersebut. Dalam hadis sendiri, untuk menentukan adanya illat, diperlukan ilmu yang mumpuni dan harus dilakukan oleh ahlinya. Dalam hal ini ketika tidak ada ulama yang mengatakan ada illat dalam hadis maka penulis anggap tidak ada illat di dalamnya. Selanjutnya, dalam hadis yang penulis bahas penulis tidak menemukan illat di dalamnya dan juga tidak menemukan komentar ulama yang mengatakan di dalamnya ada illat sehingga menurut penulis hadis ini selamat dari illat yang mencacat. Terlebih terdapat beberapa ulama juga mensahihkan hadis ini secara langsung, sebagaimana penegasan Imam Turmudhi, hadis ini asan dan ahih.IV. Makna HaditsSabda Rasulullah alla Allah alayhi wa sallam : Jagalah Allah, niscaya kita akan mendapati Dia di hadapanmu, sebagaimana keterangan Sulayman bin Muhammad al-Luhaymid, hendaklah kita selalu mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangannya, maka Allah akan menjaga kehidupannya. Menjaga, harta, keluarga dan agamanya.[footnoteRef:45] Ibnu Daqq al-d dalam menjelaskan makna kalimat ini menceritakan sebuah kisah dimana pernah ada tiga orang yang tertimpa hujan lebat lalu mereka berlindung di dalam gua, kemudian pintu gua tertutup batu. Pada saat itu mereka berkata kepada sesamanya : Ingatlah kebaikan yang pernah kita lakukan, lalu mohonlah kepada Allah dengan kebaikan itu supaya kita diselamatkan. Kemudian masing-masing menyebut kebaikan yang pernah dilakukan, maka batu penutup gua itu kemudian terbuka lalu mereka dapat keluar. Kisah mereka ini popular dan terdapat pada Hadits shahih.[footnoteRef:46] [45: Sulayman bin Muhammad al- Luhaymid, Sharh al-Arban al-Nawawiyah. (Maktabah Syamilah), 49.] [46: Ibnu Daqq al-d, Sharh al-Arban, ( Maktabah Syamilah), 53.]

Sabda Nabi alla Allah alayhi wa sallam : Jika kita minta, mintalah kepada Allah. Jika kita minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah, menggambarkan berapa tawakal sangat perlu untuk dibiasakan oleh seorang hamba, da juga lebih menguatkan kepercayaan bahwa tidak ada tuhan selain Allah.[footnoteRef:47] Sesuai dengan firman Allah ubhnahu wa tal: [47: Ibid.]

Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah maka Allah pasti akan memberinya kecukupan. (QS. Ath Thalaq : 3) Kemudian, masih pendapat Ibnu Daqq al-d, bahwa seberapa besar ketergantungan seseorang kepada selain Allah baik dalam hatinya maupun dalam angan-angannya, maka sebesar itu pula ia telah menjauhkan diri dari Allah untuk bergantung kepada sesuatu yang tidak kuasa memberinya manfaat atau kerugian.[footnoteRef:48] [48: Ibid.]

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi alla Allah alayhi wa sallam pula dalam lanjutan hadis ini, beliau menegaskan : Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kita peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Begitu pula dalam hal kerugian, niscaya tidak akan membahayakan kita kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Inilah yang oleh Ibnu Daqq al-d disebut iman kepada takdir.[footnoteRef:49] [49: Ibid, 54.]

Sabda Nabi alla Allah alayhi wa sallam: Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering, menguatkan keterangan diatas, dan maksudnya bahwa segala yang terjadi adalah sudah digariskan alam takdir kehidupan.V. KesimpulanDalam pentakhrijan yang penulis lakukan pada hadis Arban Nawaw nomor sembilan melalui periwayatan Imam Tirmidh dalam kitab sunannya, penulis berkesimpulan bahaw hadis tersebut adalah ai karena memenuhi lima syarat diterimanya suatu hadis.Secara sambungnya sanad, enam rawi yang penulis bahas memang hidup semasa dan pernah terjadi transisi hadis diantara mereka. Secara thiqah, penulis menemukan pujian dan berbagai pernyataan dari para ulama di bidangnya. Secara ke-dabit-an penulis tidak menemukan komentar ulama yang mengatakan adanya hafalan yang kurang atau jelek dari salah satu rawi diatas. Secara shd, penulis tidak menemukan pertentangan dari beberapa redaksi yang berbeda, dan justru bisa dkompromikan. Secara illat, penulis tidak menemukan illat dan tidak menemukan komenatar ulama tntang adanya illat dari hadis maupun rawi-rawi hadis tersebut. Sehingga hadis ini secara kualitas adalah diterima hadisnya.

DAFTAR PUSTAKAAl bin Isml bin Sayyid al-Murs, Al-Mukam wa al-Mu al-Aom, (Bairut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2000), 2:174.Ajal (al), Amad bin Abdullah. Marifat al-Thiqt. Madinah: Maktabat al-Dr, 1985 M. Asqalan (al), Ibnu ajar. Taqrb al-Tahdhb. Ttp: Dr al-imah, tt. . Tahdhb al-Tahdhb. Maktabah Syamilah.Ayn (al), Badruddn. Maghn al-Akhyr. Maktabah Syamilah.Dhahab (al), usayn. Siyar Alm al-Nubal. Maktabah Syamilah.Druqun (al), Ab al-asan Al. Al-Mutalif wa al-Mukhtalif. Maktabah Syamilah.Ibnu Hanbal, Amad. Musnad Amad. Bairut: Muassasah al-Rislah, 1999M. d (al), Ibnu Daqq, Sharh al-Arban. Maktabah Syamilah.Luhaymid (al), Sulayman bin Muhammad. Sharh al-Arban al-Nawawiyah. Maktabah Syamilah.Mlik (al), Muhammad Alaw. Al-Manhal al-Laf. Malang: Haiah al-afwah, tt.Muzz (al), Yusuf bin Zak Abdurrahmn. Tahdhb al-Kaml. Beirut: Muassasat al-Rislah, 1980 M.Sbn (al), Al. Tafsr Ayt al-Akm. Beirut: Dr al-Kutub al-Islamiyah, 1999 M.Shakhaw (al), Shamshuddn. Fathul Mughth. Lebanon: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, 1403 H.Suyti (al), Jall al-Dn. Jmi al-Jawmi. Maktabah Syamilah.Tamm (al), Ab Yal. Musnad Ab Yal. Damaskus: Dr al-Mamn li al-Turth. 1984 M.Tirmidh (al), Muhammad bin s. Sunan Tirmidh. Maktabah Syamilah.