ruston nawawi fah

Upload: aaltonen

Post on 10-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

niagabjh

TRANSCRIPT

  • Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad

    Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

    Oleh Ruston Nawawi

    NIM: 106024000948

    JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1431 H/2010 M

  • PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

    memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

    saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

    bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Jakarta, Desember 2010

    Ruston Nawawi

    NIM. 106024000948

  • Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan Irsyadul

    Ibad Ila Sabilirrasyad

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

    Oleh

    Ruston Nawawi NIM:106024000948

    Pembimbing

    Drs. H. A. Syatibi, M. Ag NIP : 195507031986031002

    JURUSAN TARJAMAH

    FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 H/2010 M

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN

  • Skripsi berjudul Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap

    Terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad telah diujikan dalam sidang

    munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

    1 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

    gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

    Jakarta, Desember 2010

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

    Drs. Ikhwan Azizi, MA. Ahmad Saekhuddin, M.Ag. NIP: 150 268 589 NIP: 150 303 001

    Pembimbing Penguji Drs. H. A. Syatibi, M. Ag Ali Hasan Al-Bahar,Lc,Ma NIP : 195507031986031002 NIP: 197606152003121002

  • PRAKATA

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

    senantiasa melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan-Nya kepada

    penulis, sehingga karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca.

    Salawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta,

    kanjeng Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, dan para sahabat. Semoga

    kita mendapatkan curahan syafaatnya di hari akhir nanti.

    Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas

    akademika UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr.

    Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul

    Chaer, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA.,

    Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah, Ahmad Saekhuddin,

    M.Ag.

    Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Drs. H. A. Syatibi, M.Ag

    yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan

    referensi serta memotivasi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga

    Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan Bapak dan diberikan umur yang

    panjang oleh Allah SWT.

    Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Ibu Karlina Helmanita, M.Ag, Bpk.

    Syarif Hidayatullah, M.Hum, Bpk. Dr. Syukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abubakar,

    MA, dan lainnya. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu yang penulis

    dapatkan menjadi manfaat di kemudian hari. Amin.

    i

  • Penghormatan serta salam cinta penulis haturkan kepada Kedua Orang Tua

    penulis, Ayahanda Mursin (alm) dan Ibunda Nanih dan kakakku tercinta

    Nisan Supriyadi beserta istri dan anak-anaknya dan juga keluarga yang telah

    mendukung penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah, kemudian

    isteriku tercinta Siti Aliyah yang selalu menemani penulisan skripsi ini dengan

    penuh sabar dan kasih sayang dan untuk semua saudara-saudaraku yang sama-

    sama mendoakan penulis untuk menjalankan penelitian ini serta memberikan

    bantuan dan motivasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.

    Kepada seluruh staf-staf yang ada di beberapa universitas, seperti

    Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Adab UIN

    Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, serta

    Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, yang telah membantu penulis dalam

    mencari rujukan atau bahan referensi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

    Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada kawan seperjuangan

    di Jurusan Tarjamah Angkatan 2006, kepada fuad, cocom, nurkholis dan firdaus,

    yang selalu setia menemani, memberikan hiburan, dan berbagai candaan di

    basecamp/kosan Tarjamah dan yang senantiasa selalu memberikan dukungan

    kepada penulis.

    Selain itu, terima kasih pada teman-teman seperjuangan musyarofah,

    yatmi, suti, wulan, mely, elyda, khairunnisa, hamidah, aini, rina, dan yuli yang

    telah menemani penulis di masa-masa kuliah serta teman-teman BEM-J Tarjamah

    dan terima kasih juga kepada seluruh kakak kelas dan adik kelas sehingga penulis

    bangga menjadi salah satu mahasiswa Tarjamah. Penulis menghaturkan ribuan

    ii

  • terima kasih kepada seluruh teman-teman atas pinjaman referensinya yang begitu

    berharga, yang telah mencerahkan dan memberikan paradigma baru kepada

    penulis.

    Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi

    semuanya. Saran serta kritik konstruktif sangat penulis butuhkan untuk

    interpretasi yang lebih baik lagi.

    Jakarta, Desember 2010

    Penulis

    iii

  • DAFTAR ISI

    PRAKATA ....................................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... x

    BAB I: PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1

    B. Identifikasi Penelitian ............................................................ 6

    C. Pembatasan Penelitian ............................................................ 7

    D. Perumusan Penelitian ............................................................ 7

    E. Tujuan Penelitian ................................................................... 8

    F. Metode Penelitian ................................................................. 8

    G. Sistematika Penelitian .......................................................... 9

    BAB II: DASAR TEORI PENERJEMAHAN DAN KALIMAT EFEKTIF

    1. Terjemahan dan Penerjemah

    A. Definisi Tarjamah ............................................................ 11

    B. Asumsi Penerjemahan ..................................................... 17

    C. Petunjuk Penerjemahan ................................................... 18

    D. Syarat Penerjemah ........................................................... 19

    E. Metode Penerjemahan ..................................................... 20

    F. Proses dan Tahap Penerjemahan ..................................... 25

    G. Prosedur Penerjemahan ................................................... 27

    iv

  • H. Penilaian Penerjemahan ................................................ 31

    2. Kalimat Efektif

    A. Definisi Kalimat ............................................................. 32

    B. Jenis-jenis Kalimat ......................................................... 34

    C. Definisi Kalimat Efektif .................................................. 39

    D. Ciri-ciri Kalimat Efektif .................................................. 40

    E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat ......................... 45

    F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat ................................. 46

    BAB III : BIOGRAFI SINGKAT IMAM SYEKH ZAINUDDIN

    BIN ABDUL AZIZ DAN GAMBARAN UMUM KITAB

    IRSYADUL IBAD ILA SABILI RISYAD

    A. Biografi Singkat Imam Sekh Zainuddin Bin

    Abdul Aziz .................................................................... 47

    B. Karya-karya Imam Sekh Zainuddin Bin Abdul

    Aziz ............................................................................... 48

    C. Gambaran Umum Kitab Irsyadul Ibad ila Sabili

    Risyad ............................................................................ 49

    Bab IV : ANALISA DATA ........................................................................ 51

    Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 69

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71

    v

  • PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke

    dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin

    dalam Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah CeQDA UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    1. Padanan Aksara

    Huruf Arab

    Huruf Latin

    Huruf Arab

    Huruf Latin

    A T

    B Z

    T

    Ts Gh

    J F

    H Q

    Kh K

    D L

    Dz M

    R N

    Z W

    S H

    Sy `

    S Y

    D

    vi

  • 2. Vokal

    Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

    vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

    A. Vokal Tunggal

    Tanda Vokal Arab

    Tanda Vokal Latin

    Keterangan

    a Fathah

    i Kasrah

    u Dammah

    B. Vokal Rangkap

    Tanda Vokal Arab

    Tanda Vokal Latin

    Keterangan

    ai a dan i

    au a dan u

    vii

  • C. Vokal Panjang

    Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

    dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

    Tanda Vokal Arab

    Tanda Vokal Latin

    Keterangan

    a dengan topi di atas

    i dengan topi di atas

    u dengan topi di atas

    3. Kata Sandang

    Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

    huruf, yaitu , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah

    maupun huruf qamariyyah.

    4. Syaddah (Tasydd)

    Syaddah atau Tasydd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

    dengan sebuah tanda dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

    dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Akan tetapi, hal ini tidak

    berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

    yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

    viii

  • 5. Ta Marbtah

    Jika huruf Ta Marbtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

    huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). Hal yang sama

    juga berlaku, jika Ta Marbtah tersebut diikuti oleh (naat) atau kata sifat (contoh

    no.2). Namun, jika huruf Ta Marbtah tersebut diikuti kata benda (isim), maka

    huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3).

    No. Kata Arab Alih Aksara

    1 Tarqah

    2 al-jmiah al-islmiyah

    3 wihdat al-wujd

    6. Huruf Kapital

    Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama

    tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf al) untuk

    huruf a di awal nama tersebut tidak boleh kapital.

    ix

  • Abstrak

    Ruston Nawawi

    Berjudul Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan

    Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad. Di bawah bimbingan Drs. H. A. Syatibi, M. Ag.

    Penerjemahan merupakan kegiatan mereproduksi pesan bahasa sumber

    dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik

    dilihat dari segi arti, makna maupun gaya bahasanya.

    Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, jelas dan dapat

    menyampaikan informasi dengan tepat. Jelas, yaitu mudah dipahami oleh

    pendengar atau pembaca. Singkat, yaitu hemat dalam pemakaian atau pemilihan

    kata dan tepat, yaitu sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Ciri-ciri kalimat

    efektif antara lain: adanya keutuhan, kesatuan, kelogisan, kesepadanan makna dan

    struktur kalimat, kesejajaran bentuk kalimat dan struktur kata secara gramatikal,

    kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami, kehematan penggunaan unsur

    kalimat, kecermatan dan kesantunan serta kevariasian kata dan struktur sehingga

    menghasilkan kesegaran bahasa.

    Berdasarkan hal di atas, penulis menganggap perlu meneliti salah satu

    karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu

    terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karya Imam Syaikh Zainuddin

    Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari yang diterjemahkan ke dalam

    Bahasa Indonesia oleh Salim Bahreisy

    x

  • xi

    Oleh karena itu, dengan bentuk kalimat efektif dalam kitab Irsyadul Ibad

    Ila Sabilirrasyad yang tertera dalam penelitian ini menjadi bermanfaat bagi

    penerjemah pemula yang ingin mempelajarinya.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang penting bagi manusia di era

    globalisasi ini, kegiatan penerjemahan bukan saja dilakukan oleh penerjemah

    melainkan telah memberikan daya tarik bagi para ilmuan lainnya seperti guru

    maupun para peminat atau ahli bahasa yang menyadari kekuatan bahasa sebagai

    salah satu media yang dapat memantapkan kepesatan perkembangan IPTEK.

    Banyak buku-buku dan artikel-artikel terjemah ditulis para ahli dalam suatu

    cabang ilmu tertentu dengan pendekatan yang beraneka ragam sesuai dengan

    disiplin ilmunya masing-masing.

    Usaha menerjemahkan pada hakikatnya mereproduksi amanat atau pesan

    di dalam bahasa sumber dengan padanan bahasa yang wajar.1 Dalam proses

    menerjemahkan seseorang berusaha untuk mengalihkan pesan yang terdapat

    dalam bahasa sumber tanpa merubah maksud dan pesan tersebut, begitu pula

    dalam membentuk kalimat ke dalam bahasa sasaran haruslah jelas. Selain itu,

    menerjemahkan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam mempelajari

    struktur gramatikal, situasi komunikasi, konteks bahasa sumber, menganalisa teks

    bahasa sumber untuk menemukan maknanya, dan mengungkapkan kembali

    makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang

    1 Anton M. Muliono, Lembaran Bahasa (Jakarta: Gramedia , 1989), h. 195

  • 2

    sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.2 Kegiatan penerjemahan

    bertujuan untuk menciptakan relasi yang sepadan dan intent antara teks sumber

    dan teks sasaran agar diperoleh jaminan bahwa kedua teks tersebut

    mengkomunikasikan pesan yang sama.

    Dalam penerjemahan seorang penerjemah harus memiliki pengetahuan

    tentang tahapan-tahapan dalam melakukan penerjemahan, syarat-syarat

    penerjemahan dan ragam penerjemahan guna menyoroti naskah yang diminati

    untuk dijadikan sasaran dan mengetahui pendekatan apa yang harus diambil.

    Secara umum ragam terjemahan terdiri dari terjemahan kata demi kata,

    terjemahan harfiah dan terjemahan bebas.3 Setelah penerjemah mengenal lebih

    jauh ragam penerjemah yang digunakan, maka penerjemah akan lebih selektif

    dalam memilih dan menggunakan ragam penerjemah yang sesuai dengan tatanan

    bahasa.

    Seorang penerjemah adalah seorang penulis dan bukan pengarang dari

    buku yang ia terjemahkan, sehingga gagasan yang ada dalam terjemahan tetap

    merupakan gagasan pengarang, bukan gagasan penerjemah. Dalam hal ini

    penerjemah hanya merekontruksi gagasan-gagasan yang dikemukakan pengarang

    dari suatu buku atau kitab dari yang diterjemahkannya ke dalam suatu tatanan

    bahasa yang efektif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya. Akan

    tetapi, ada beberapa terjemahan yang terdapat tatanan bahasa atau kalimat yang

    kurang efektif sehingga tatanan bahasa dalam penerjemahan tersebut terkesan

    rancu yang pada akhirnya kurang dapat dipahami oleh para pembacanya. Oleh

    2 Abdulmunifkhamim. wordpress.com 3 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000 cetakan ke-1), h. 5

  • 3

    karena itu, tidak semua hasil karya terjemahan diterima apa adanya melainkan

    perlu dianalisadan dikritisi dengan beberapa acuan standar penerjemahan yang

    menopang diakuinya mutu karya terjemahan tersebut.

    Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, jelas dan dapat

    menyampaikan informasi dengan tepat. Jelas, yaitu mudah dipahami oleh

    pendengar atau pembaca. Singkat, yaitu hemat dalam pemakaian atau pemilihan

    kata dan tepat, yaitu sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.4 Ciri-ciri kalimat

    efektif antara lain: adanya keutuhan, kesatuan, kelogisan, kesepadanan makna dan

    struktur kalimat, kesejajaran bentuk kalimat dan struktur kata secara gramatikal,

    kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami, kehematan penggunaan unsur

    kalimat, kecermatan dan kesantunan serta kevariasian kata dan struktur sehingga

    menghasilkan kesegaran bahasa.5

    Berdasarkan hal di atas, penulis menganggap perlu meneliti salah satu

    karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu

    terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karya Imam Syaikh Zainuddin

    Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari yang diterjemahkan ke dalam

    Bahasa Indonesia oleh Salim Bahreisy yang diterbitkan oleh Darussaggaf press.

    Berikut ini merupakan contoh asli terjemahan dari kitab Irsyadul Ibad Ila

    Sabilirrasyad.

    R[ke @ k 1s u

    1 U 8 G% 4 http://suherlicentre.blogspot.com/2009/02/kalimat-efektif-dalam-naskah-pidato.html 5 ibid

  • 4

    Artinya: Hai semua manusia sembahlah Tuhanmu, yang menjadikan

    kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa (21).

    Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap dan

    menurunkan dari langit air, kemudian mengeluarkan dengan air itu berbagai buah

    (makanan) sebagai rizqi untukmu. Karena itu maka kamu jangan

    mempersekutukan Allah denga apapun, padahal kamu mengetahui.6 (Q.S. Al-

    Baqoroh: 21-22)

    Pada terjemahan kalimat di atas terdapat kalimat:

    1. Yang menjadikan kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelum kamu,

    agar kamu bertaqwa

    6 Salim Bahreisy, Petunjuk ke Jalan Lurus (terjemahan kitab fiqih Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari), (Surabaya: Darrusaggaf, 1977). h. 3

  • 5

    2. Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap

    dan menurunkan dari langit air, kemudian mengeluarkan dengan air itu

    berbagai buah (makanan) sebagai rizqi untukmu

    3. Karena itu maka kamu jangan mempersekutukan Allah dengan apapun,

    padahal kamu mengetahui

    Ketiga kalimat di atas tidak efektif. Pada kalimat pertama terdapat

    pemborosan kata dalam penggunaan kata kerja menjadikan yang dirangkai pada

    kata penghubung dan, serta terdapat penggunaan kata dalam struktur yang tidak

    baku, yaitu bertaqwa. Pada kalimat pertama tatanan kalimat efektif nya adalah:

    Yang menjadikan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu

    bertakwa

    Pada kalimat kedua dikatakan tidak efektif karena ketidaktepatan pada

    penggunaan tanda koma serta kata penghubung dan sebelum akhir perincian dari

    suatu kalimat.Pada kalimat kedua juga terdapat kata yang tidak baku yaitu, rizqi

    sedangkan kata yang baku adalah rizki. Selain itu, pada kalimat kedua juga

    terdapat kalimat berikut:

    Menurunkan dari langit air

    P K O

    Kalimat di atas dikatakan tidak efektif karena susunan kalimatnya tidak

    lengkap dan tidak jelas, yaitu tidak terdapat subjek dan penempatan obyek yang

    tidak tepat penggunaannya karena didahului oleh keterangan tempat. Kalimat di

    atas dapat diperbaiki menjadi:

    Dia (Allah) menurunkan air dari langit

  • 6

    S P O K

    Pada kalimat kedua tatanan kalimat efektifnya adalah:

    Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai

    atap serta menurunkan air dari langit, kemudian mengeluarkan dengan air

    itu berbagai buah (makanan) sebagai rizki untukmu.

    Pada kalimat ketiga dikatakan tidak efektif karena menggunakan kata

    penghubung yang bertentangan, yaitu karena itu dan maka. Sedangkan men urut

    Asih Anggraini dalam bukunya yang berjudul Mengasah Keterampilan Karya

    Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi syarat kalimat efektif adalah tidak menggunakan

    kata penghubung yang bertentangan. Kalimat ketiga diperbaiki menjadi:

    Karena itu hendaklah kamu jangan mempersekutukan Allah dengan

    apapun, padahal kamu mengetahui

    Maka atas dasar itulah penulis tertarik untuk menganalisa dan mengkritisi

    sejauh manakah kekurangefektifan kalimat yang dilakukan penerjemah dalam

    Bahasa Indonesia terhadap Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam

    Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari. Dalam hal

    ini penulis akan menganalisa dan mengkritisi kitab tersebut melalui sebuah

    penelitian skripsi dengan judul Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia

    Terhadap Terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad.

    B. Identifikasi Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

    dapat diidentifikasi adanya beberapa permasalahan berikut:

  • 7

    1. Bagaimana pengolahan kalimat dan ragam penerjemahan yang dilakukan

    penerjemah?

    2. Apakah kalimat yang dibentuk dalam penerjemahan sudah menjadi

    kalimat efektif atau belum?

    3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan

    suatu kitab atau buku yang diterjemahkannya?

    C. Pembatasan Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ini peneliti menyadari bahwa, peneliti

    memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik secara tenaga, biaya dan

    waktu. Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka peneliti membatasi

    permasalahan pada analisa kalimat efektif Bahasa Indonesia terjemahan Irsyadul

    Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin

    Zainuddin Bin Al Mulyabari pada bab iman dan ilmu.

    D. Rumusan Penelitian

    Berdasarkan i dentifikasi dan latar belakang yang telah diuraikan, maka

    masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah

    terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad yang dilakukan oleh Salim

    Bahreisy telah menggunakan kalimat efektif atau belum.

  • 8

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini antara lain:

    1. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang kaidah penerjemahan

    maupun tentang kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad baik bagi peminat

    bahasa, mahasiswi, dosen, maupun masyarakat umum.

    2. Sebagai batu loncatan dalam memperbaiki sistem penerjemahan dengan

    menggunakan bahasa dan kalimat efektif sehingga mudah dipahami oleh

    para pembaca.

    3. Sebagai bahan acuan bagi para pembaca hasil terjemahan kitab ataupun

    buku agar lebih mengkritisi kitab atau buku hasil terjemahan

    4. Sebagai bahan acuan dalam melaksanakan penelitian yang serupa pada

    analisa kitab atau buku hasil terjemahan yang lainnya.

    F. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang dilakukan adalah analisa deskriptif, yaitu metode

    penelitian yang menganalisis data-data dalam bentuk deskripsi dari gejala-gejala

    yang diamati kemudian mendeskripsikannya ke dalam hasil penelitian.7 Penulisan

    skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang

    disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Press.

    7 M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, ( Jakarta, Pustaka Setia, 2002), h. 17

  • 9

    G. Sistematika Penulisan Penelitian

    Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas:

    Bab I : Pendahuluan

    A. Latar belakang Penelitian

    B. Identifikasi Penelitian

    C. Pembatasan Penelitian

    D. Perumusan Penelitian

    E. Tujuan Penelitian

    F. Metode Penelitian

    G. Sistematika Penulisan Penelitian

    Bab II : Dasar Teori

    1. Terjemahan dan Penerjemah

    A. Definisi Tarjamah

    B. Asumsi Penerjemahan

    C. Petunjuk Penerjemahan

    D. Syarat Penerjemah

    E. Metode penerjemahan

    F. Proses dan Tahap Penerjemahan

    G. Prosedur Penerjemahan

    H. Penilaian Penerjemahan

    2. Kalimat Efektif

    A. Definisi Kalimat

    B. Jenis-jenis Kalimat

  • 10

    C. Definisi Kalimat Efektif

    D. Ciri-ciri Kalimat Efektif

    E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

    F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat

    Bab III: Biografi Singkat Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz dan

    Gambaran Umum Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad

    A. Biografi Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz

    B. Karya-karya Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz

    C. Gambaran umum kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Rysyad

    Bab IV : Analisa Data

    Bab V : Kesimpulan dan Saran

    Daftar Pustaka

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    1. TERJEMAHAN DAN PENERJEMAH

    A. DEFINISI TARJAMAH

    Definisi tarjamah memiliki dua pengertian, yaitu pengertian secara

    etimologi (bahasa) dan pengertian secara terminologi (istilah).

    1. Secara Etimologi (bahasa)

    Kata tarjamah berasal dari bahasa Arab (tarjamah) kata tersebut

    berbentuk masdar, yaitu dari Fil Mdhi Rub I al-Mujarrad yang

    bentuknya menjadi sebagai berikut:

    .

    Lafadz tarjamah di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-Alm,

    menunjukan salah satu dari empat makna berikut:

    1. Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa lain.

    2. Memindahkan suatu kalam (pembicraan) kepada bahasa yang mudah.

    3.Menceritakan biografi seseorang.

    4. Pendahuluan dari sebuah kitab8

    Muhammad bin Salih al-Asimaini di dalam kitab Uul fi al-Tafsir,

    mengatakan bahwa kata tarjamah secara bahasa ialah:

    8http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/tarjamah

  • 12

    :

    Tarjamah secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu

    memberikan keterangan yang jelas.

    Menurut Az-zarqani, mengemukakan bahwa secara etimologi tarjamah

    memiliki empat makna, antara lain:

    1. menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan

    2. menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama misalnya bahasa Arab

    dijelaskan dengan bahasa Arab, bahasa Indonesi dijelaskan dengan

    bahasa Indonesia.

    3. menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa

    Arab dijelaskan dengan bahasa Indonesia

    4. memindahkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain seperti

    mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, oleh karena itu

    penerjemah disebut juga pengalih bahasa.9

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijumpai arti tarjamah, yaitu

    menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa kedalam bahasa lain atau mengalih

    bahasakan.

    Berdasarkan penjelasan etimologi tarjamah diatas dapat dipahami bahwa

    substansi dari terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran

    (dalam hal ini dari bahasa Arab kepada bahasa Indonesia).10

    9 Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia. (Bandung, Humaniora, 2005), h. 8 10 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia., (Jakarta, Balai Pustaka, 1988), h. 938

  • 13

    2. Secara Terminologi (istilah)

    Secara terminologi, kata terjemah dalam bahasa arab disebut

    mengandung pengertian sebagai berikut:

    Muhammad bin Salih al-Asimaini di dalam kitab Usul fi al-Tafsif, mengatakan:

    :

    Terjemah secara istilah yaitu, menerangkan suatu kalam (pembicaraan) dengan

    menggunakan bahasa yang lain.

    Menurut Abu al-Yaqzan Atiyyah al-Jaburi di dalam kitab Dirasat fi al-

    Tafsir wa Rijalihi:

    Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari satu bahasa kedalam bahasa yang

    lain dengan tidak menerangkan mana asal dari kalam yang diterjemahkan.

    Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dan juga menerangkan mana kalam

    tersebut di dalam bahasa yang lain.

    Menurut Muhammad Abdul Azim al-Zarqani di dalam kitab

    Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, tarjamah mengandung pengertian:

    Menyampaikan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa orang

    yang belum pernah menerimanya.

  • 14

    Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa kalam itu

    sendiri.

    Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa selain bahasa

    kalam itu.

    Mengalihkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang

    lain.

    Dari keempat pendapat tentang pengertian terjamah yang telah

    disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa kata dalam tuturan bahasa

    Arab meliputi berbagai makna, bahkan pengertian kata ini sering

    dikaitkan pada situasi dimana kata itu diucapkan. Namun secara urf (umum)

    dapatlah kiranya diketahui bahwa terjamah, yaitu memindahkan suatu kalam

    (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain dan mengungkapkan

    suatu pengertian dengan suatu kalam yang lain dalam bahasa yang lain.11 Selain

    itu, secara terminologi menerjemahkan didefinisikan sebagai mengungkapkan

    makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh

    makna dan maksud tuturan itu.

    11 http//open-university.co.cc/download/bing/bing3115-m3.pdf

  • 15

    Takrif di atas mengandung beberapa kata kunci yang perlu dijelaskan lebih

    lanjut. Kata mengungkapkan merupakan padanan untuk at-tabir yang asal katanya

    abara, yaitu melewati atau melintas misalnya abaras sabil berarti melintas jalan.

    Karena itu air mata yang melintas di pipi disebut abarah. Nasihat yang diperoleh

    dari peristiwa disebut ibrah.12

    Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian yang

    dikemukakan oleh para ahli bahasa tentang pengertian tarjamah secara

    terminologi (istilah). Yaitu:

    1. Eugene A. Nida dan Charles R. Taber

    Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory

    and Practice of Translation, memberikan definisi tarjamah sebagai berikut:

    Translating consist in reproducing in the receptor language the closest

    natural equivalent of the source language messege, first in term of meaning and

    secondly in term of style.

    Yang berarti: Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan

    kembali di dalam bahasa penerima barang secara dekat, sewajarnya, sepadan

    dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama menyangkut makna dan kedua

    menyangkut gayanya.13

    Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didifinisikan sebagai

    memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima

    12 Syihabuddin, op cit, h. 9 13 A. Widyamartaya, op.cit, h.11

  • 16

    (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua

    mengungkapkan gaya bahasanya.

    2. J.C. Catford

    Sedangkan menurut J.C Catford dalam bukunya yang berjudul a linguistic

    theory of translation mengartikan terjemah sebagai the replacement the textual

    in one language by equivalent textual as follow. Yang artinya, terjemahan

    merupakan penggantian naskah berbahasa sumber dengan berbahasa sasaran

    secara sesuai.14

    3. P. Nemark

    Definisi tarjamah menurut P. Nemark hampir sama dengan apa yang

    diungkapkan oleh J.C. Catford. Menurut Nemark dalam artikelnya yang berjudul

    Further preposition on translation mendefinisikan tarjamahan sebagai berikut:

    Translation is an exercise which consist in the attempt to replace a

    written message in one language. Artinya, tarjemah merupakan latihan dalam

    upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang sama

    dengan bahasa lainnya.15

    14 J.C. Catford, A Linguistic Theory of Translation, ( London, Oxford University Press, 1965), h. 20 15 Rochayah Machali. Op.cit. h. 5

  • 17

    4. Jacobson ( dalam Gentzler, 1993: 1)

    Menurut Jacobson, pengertian translasi mencakup tiga kelompok, yaitu

    intralingual translation, interlingual translation, intersemiotic translation. Istilah

    pertama menunjuk pada usaha untuk menyatakan suatu ide atau pikiran dalam

    bahasa yang sama. Istilah kedua istilah yangs sering dipahami sebagai

    menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan yang ketiga usaha

    menerjemahkan sebuah pikiran dari bahasa verbal ke bahasa nonverbal. 16

    Berdasarkan beberapa pengertian tarjamah menurut para ahli bahasa di

    atas, dapat disimpulkan bahwa tarjamah adalah interpretasi makna suatu teks

    dalam suatu bahasa ("teks sumber") dan penghasilan teks yang merupakan

    padanan dalam bahasa lain ("teks sasaran" atau "terjemahan") yang

    mengkomunikasikan pesan serupa. Tarjmah harus mempertimbangkan beberapa

    batasan, termasuk konteks, aturan tata bahasa, konvensi penulisan, idiom, serta hal

    lain antar kedua bahasa. Orang yang melakukan terjemahan disebut sebagai

    penerjemah.17

    B. ASUMSI DALAM PENERJEMAHAN

    Dalam bidang ilmu dikenal asumsi-asumsi yang dijadikan pedoman dan

    arah oleh orang-orang yang melakukan aneka kegiatan ilmiah pada bidang

    tersebut. Dalam bidang penerjemahanpun dikenal asumsi yang merupakan cara

    kerja, pengalaman, keyakinan dan pendekatan yang dianut oleh para peneliti,

    16 Muh Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris, (Yogyakarta, Hanggar Kreatif, 2006), h. 9 17 http//www.wikipedi.co.id

  • 18

    praktisi dan pengajar dalam melakukan berbagai kegiatannya. Diantara asumsi

    yang berlaku dalam penerjemahan antara lain: 18

    1. Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya bidang ini

    menuntut keahlian penerjemah yang bersifat multidisipliner, yaitu

    kemampuan dalam bidang teori menerjemah, penerimaan bahasa sumber dari

    bahasa penerima berikut kebudayaannya secara sempurna.

    2. Budaya suatu n bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, maka bahasa suatu

    bangsa berbeda dengan bahasa bangsa lain, karena itu pencarian ekuivalensi

    antara keduanya merupakan kegiatan utama yang dilakukan seorang

    penerjemah.

    3. Penerjemah komunitator antara pengarang dan pembaca.

    4. Terjemahan bersifat otonom. Artinya, terjemahan hendaknya dapat

    menggantikan nas sumber atau nas terjemahan itu memberikan pengaruh

    yang sama pada pembaca seperti pengaruh yang ditimbulkan nas sumber.

    5. Pengajaran menerjemah dituntut untuk mengikuti landasan teoritis

    penerjemahan dan kritik terjemah.

    C. PETUNJUK PENERJEMAHAN

    Dalam buku H.G de Maar, English Passages for Translation, jilid II

    halaman 176, dapat ditemukan petunjuk penerjemahan, antara lain:19

    1. Berlakulah setia pada aslinya dan berikan kebenaran. Tidak boleh ada ide

    penting muncul dalam terjemahan kalau ide itu tidak ada dalam karangan

    18 Syihabuddin, op. cit, h. 16-17 19 A. Widyamartaya, loc.cit, h. 12-13

  • 19

    aslinya. Tidak boleh ada hal kecil tetapi penting dihilangkan dari terjemahan

    kalau hal itu terdapat dalam karangan aslinya.

    2. Perhatikanlah secara seksama dalam semangat atau suasana apa karangan

    asli ditulis. Kalau gayanya ramah, ramahlah dalam terjemahan yang

    dilakukan penerjemah, kalau luhur berikanlah pada penerjemahan suatu

    nada yang luhur pula.

    3. Sebuah terjemahan harus tidak terbaca sebagai suatu terjemahan.

    Terjemahan harus tidak mengingatkan pada karangan aslinya, tetapi harus

    terbaca wajar seolah-olah muncul langsung dari pikiran si pelajar. Harus

    terbaca seperti sebuah karangan asli, terjemahan harus mengungkapkan

    segenap arti dari karangan aslinya, tetapi tanpa mengorbankan tuntutan akan

    ungkapan yang baik dan idiomatis.

    D. SYARAT-SYARAT PENERJEMAH

    Hasil terjemahan akan dianggap baik atau buruk, jelas atau tidak sangat

    bergantung pada siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu

    adalah sebagai pencipta, tetapi ia tidak mempunyai kebebasan seluas kebebasan

    yang dimiliki penulis aslinya, karena seorang penerjemah pada dasarnya hanya

    mengungkapkan apa yang dikarang oleh penulis aslinya.

    Untuk menjadi seorang penerjemah yang baik serta menghasilkan

    terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat

    sebagai berikut:

  • 20

    1. Seorang penrjemah harus menguasai dua bahasa, bahasa sumber dan bahasa

    sasaran

    2. Seorang penerjemaha harus memahami secara benar gaya dan karakteristik

    bahasa-bahasa yang diterjemahkan

    3. Penerjemahan harus memiliki ciri khas bahasa sumber dan bahasa sasaran

    4. Seorang penerjemah harus menguasai kosa kata pada kedua bahasa tersebut20

    E. METODE PENERJEMAHAN

    Terjemahan yang ideal harus memenuhi paling tidak tiga komponen

    utama. Pertama adalah bahwa seorang penerjemah harus mampu menghasilkan

    makna dalam bahasa sumber (BSU) seakurat mungkin ke dalam bahasa asli

    (BSA). Kedua, bahasa yang digunakan dalam produk terjemahan haruslah sealami

    mungkin dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam BSA. Dan ketiga

    bahwa produk terjemahan tersebut haruslah komunikatif dalam artian semua

    aspek makna dalam BSU harus diungkapkan sedemikian rupa sehingga dapat

    dipahami dengan mudah oleh pembaca. 21

    Istilah metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam

    Macquire Dictionary (1982), a method is a way of doing something, especially in

    accordance with a definite plan yaitu, cara melakukan sesuatu, terutama yang

    berkenaan dengan rencana tertentu.22 Dari definisi tersebut kita dapat menarik 2

    hal penting. Pertama, metode adalah cara melakukan sesuatu yaitu cara dalam

    20 Solihin Bunyamin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Quran metode Granada Sistem Delapan Jam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003), h. 26 21 http//open-university.co.cc/download/bing/bing3115-m3.pdf 22 Rochayah, Mochali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000, h. 48

  • 21

    melakukan penerjemahan. Kedua, metode berkenaan dengan rencana tertentu,

    yaitu rencana dalam pelaksanaan penerjemahan.

    Sedangkan menurut Machali metode penerjemahan adalah cara melakukan

    penerjemahan dan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. 23 Adapun

    mengenai fungsi mtode dan prosedur penerjemahan, Newmark mengemukakan

    bahwa teori terjemahan memiliki fungsi sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah-masalah penerjemahan,

    tidak ada masalah berarti tidak ada teori dan terjemah.

    2. Menunjukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

    memecahkan masalah penerjemahan.

    3. Menyelaraskan prosedur-prosedur penerjemahan yang dapat digunakan.

    4. Menyarankan pemakaian beberapa prosedur penerjemahan yang sesuai

    untuk memecahkan masalah penerjemahan.24

    Metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Nemark mencakup metode

    penerjemahan yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber dan metode

    yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran. Dalam metode jenis yang

    pertama, penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya

    makna kontekstual Tsu, meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantis pada

    Tsa yaitu hambatan bentuk dan makna. Dalam metode kedua, penerjemah

    berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh

    penulis asli terhadap pembaca versi BSu. Perbedaan mendasar pada kedua metode

    23 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2005), h. 68 24 Loc. cit

  • 22

    tersebut terletak pada penekanannya saja, dan di luar itu keduanya saling berbagi

    permasalahan.

    Berikut metode penerjemahan yang berorientasi pada bahas sumber:

    1. Penerjemahan Kata Demi Kata

    Dalam metode ini biasanya Tsa langsung diletakan di bawah versi Tsu.

    Kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks dan kata-kata yang bersifat

    kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini digunakan sebagai

    tahapan penerjemahan pada terjemahan teks yang sangat sukar atau untuk

    memahami mekanisme BSu.

    2. Penerjemahan Harfiah

    Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi konstruksi gramatikal

    bahasa sumber ke dalam konstruksi bahasa penerima yang paling dekat. Namun

    kata-kata tetap diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks

    pemakainya.

    3. Penerjemahan Setia

    Metode ini untuk mereproduksi makna kontekstual bahasa sumber ke

    dalam struktur bahasa penerima secar tepat. Karena itu, kosa kata kebudayaan

    ditransfer dan urutan gramatikalnya dipertahankan dalam penerjemahan. Metode

    ini berupaya setia sepenuhnya pada tujuan penulis.

    4. Penerjemahan Semantis

    Dalam metode semantis, nilai estetika dan nas bahasa sumber

    dipertimbangkan, makna diselaraskan guna meraih asonasi dan dilakukan pula

    permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat fleksibel dan memberi

  • 23

    keluwesan kepada penerjemah untuk berkreatifitas dan untuk menggunakan

    intuisinya.25

    Adapun cara penerjemahan yang menekankan bahasa sasaran melahirkan

    jenis-jenis metode sebagai berikut:

    1. Adaptasi

    Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling

    dekat dengan BSa. Istilah saduran dapat dimasukan di sini asalkan penyadurnya

    tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu, misalnya tema, karakter atau

    alur. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi.

    2. Penerjemahan Bebas

    Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan

    mengorbankan bentuks teks BSu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang

    dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya.

    3. Penerjemahan Idiomatik

    Metode ini bertujuan untuk mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi

    sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak

    didapati pada versi aslinya. Dengan demikian banyak terjadi distorsi

    makna.

    4. Penerjemahan Komunikatif

    Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian

    rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat

    25 Syihabuddin, op. cit, h, 71-72

  • 24

    dimengerti oleh pembaca. Sesuai dengan namanya metode ini memperhatikan

    prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khlayak pembaca dan tujuan penerjemahan.26

    Dalam penerjemahan Bahasa Arab, metode penerjemahan berarti cara

    penerjemahan yang digunakan oleh penerjemaha dalam mengungkapjkan makna

    nas sumber secara keseluruhan di dalam bahasa penerima. Dalam khazanah

    penerjemahan Arab tersebut, metode terjemahan terbagi 2 jenis, antara lain:

    1. Metode Harfiah

    Yakni cara menerjemahkan yang memperhatikan peniruan terhadap

    susunan dan urutan nas sumber. Cara penerjemahan yang juga disebut dengan

    metode laf-zhiyah . metode ini dipraktekan dengan pertama-tama seorang

    penerjemah memahami nas, lalu menggantinya dengan bahasa lain pada posisi

    dan tempat bahasa sumber. Metode ini memiliki kelemahan karena 2 alasan,

    pertama, tidak seluruh kosa kata Arab berpaduan dengan bahasa lain sehingga

    banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua, struktur dan hubungan antar unit

    linguistik dalam suatu bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain.

    2. Metode Tafsiriah

    Yakni suatu cara penerjemahan yang tidak memperhatikan peniruan dan

    urutan nas sumber. Yang dipentingkan dalam metode ini adalah penggambaran

    makna dan maksud bahasa sumber yang baik dan utuh.

    Sementara itu Ahmad Hasan AZ-Zayat tokoh penerjemah modern,

    menegaskan bahwa metode penerjemahan yang diikutinya ialah yang memadukan

    kebaikan metode harfian dan tafsiriah. Langkah yang dilaluinya sebagai berikut.

    26 Rochayah, Machali, op. cit, h. 53-54

  • 25

    Pertama, menerjemahkan nas sumbe secar harfiah dengan mengikuti struktur dan

    urutan nas sumber. Kedua, mengalihkan terjemahan harfiah ke dalam struktur

    bahas penerima yang pokok. Disini terjadi proses transposisi tanpa menambah

    atau mengurangi. Ketiga, mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami

    perasaan dan spirit penulis melalui penggunaan metafora yang relevan. 27

    F. PROSES DAN TAHAP-TAHAP PENERJEMAHAN

    Tahap penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk

    menuangkan proses pikir yang dilakukan manusia pada saat melakukan

    penerjemahan. Larson (1989:3) mengemukakan tahap-tahap penerjemahan

    sebagai berikut : (1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi

    komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; (2) menganalisa teks

    bahasa sumberuntuk menemukan maknanya; dan (3) mengungkapkan kembali

    makna yang sama itu dengan mengunakan leksikon yang sesuai dengan bahasa

    sasaran dan konteks budayanya.

    Jika dilihat dari prosesnya, penerjemahan yang baik harus mengikuti

    suatu proses yang bertahap, seperti yang dikemukakan oleh Nida dan Taber (1969

    : 33), yaitu melalui tiga tahap, antara lain: 28

    1. Tahap Analisa

    Dalam tahap ini struktur lahir atau kalimat yang ada dianalisa menurut

    hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual

    dan makna kontekstual. Pada tahap ini penerjemah mempelajari teks bahasa 27 Syihabuddin, op. cit. h. 70 28 Frans, Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2008), h. 20

  • 26

    sumber baik dari bentuk maupun isinya. Penerjemahan harus pula melihat

    bangunan makna antar kata dan gabungan kata. Tujuan analisa adalah agar

    penerjemah memahami benar-benar pesan yang terkandung dalam teks bahasa

    sumber serta cara pengungkapannya secara kebahasaan.

    2. Tahap Transfer

    Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisa dan dipahami maknanya tadi

    diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari BSU ke dalam BSA.

    Pada tahap ini, mulailah penerjemahan melakukan alih bahasa setelah melakukan

    analisa lengkap yang mencakup aspek gramatikal dan simantis. Proses ini masih

    terjadi dalam pikiran penerjemah.

    3. Tahap Restrukturisasi (penyerasaian)

    Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan

    struktur kalimat yang tepat dalam BSA sehingga isi, makna dan pesan yang ada

    dalam teks BSU tadi disampaikan sepenuhnya ke dalam BSA. Dalam tahap ini,

    penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang sesuai dengan gaya

    bahasa yang wajar dalam bahasa target. Yang penting untuk diingat oleh seorang

    penerjemah adalah bahwa pada tahap penyerasian ini penerjemah ini sudah tidak

    lagi kembali ke tahap sebelumnya (analisa dan pengalihan). Tahap penyerasian

    adalah tahap akhir, dan ini berarti bahwa tahap sebelumnya sudah diselesaikan

    dengan baik (Machali, 2000:38).

    Dapat disimpulkan bahwa, dalam proses penerjemahan yang perlu

    diperhatikan adalah analisa teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli

  • 27

    yang diungkapkan kembali ke dalam BSA dalam bentuk kata-kata atau kalimat

    yang diterima.

    G. PROSEDUR PENERJEMAHAN

    Istilah prosedur dibedakan dari metode. Konsep yang pertama merujuk

    pada proses penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang lebih kecil,

    sedangkan konsep kedua, seperti telah dikemukakan di atas, mengacu pada proses

    penerjemahan nas secara keseluruhan.

    Perbedaan anatra metode dan prosedur terletak pada objeknya. Objek

    metode adalah nas secara keseluruhan, sedangkan objek prosedur berupa kalimat

    sebagai unit penerjemahan terkecil, dan kalimat ini merupakan bagian dari nas.

    Persamaan antara metode dan prosedur ialah bahwa keduanya merupakan cara

    yang digunakan oleh penerjemah dalam memecahkan masalah penerjemahan.

    Selanjutnya, secara konseptual metode digunakan sebagi prinsip umum atau

    pendekatan dalam menangani sebuah teks, sedangkan prosedur memperlihatkan

    adanya tahapan penanganan masalah.

    Menurut The Macquarie Dictionary, a procedure is the act or manner of

    proceeding in any action or process prosedur adalah perbuatan atau cara kerja

    dalam segala tindakan atau proses. 29

    Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan penerapannya.

    Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks, sedangakan prosedur

    29 Syihabuddin, op. cit. h. 73

  • 28

    penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil

    seperti klausa, frase, kata, dan lain sebagainya.

    Di antara prosedur penerjemahan yang pokok ialah yang dikemukakan

    oleh Newmark (1988:81-93) berikut ini.30

    1. Prosedur Literatur

    Prosedur ini tidak dapat dihindari pemakaiannya selama dapat menjamin

    ekuivalensi pragmatis dan referensial dengan bahasa sumber. Maksudnya,

    prosedur ini digunakan jika makna bahasa sumber berkorespondensi dengan

    makna bahasa penerima atau mendekatinya, dan kata itu hanya mengacu pada

    benda yang sama, bahkan memiliki asosiasi yang sama pula.

    Objek prosedur ini merentang mulai dari penerjemahan kata demi kata,

    frase demi frase, kolokasi demi kolokasi, hingga kalimat demi kalimat. Namun

    semakin panjang unit terjemahan, semakin sulit prosedur literal diterapkan.

    Prosedur penerjemahan literal tampak pada contoh berikut ini.

    .

    30 Ibid

  • 29

    Artinya: Sebagaimana kulit terbawah itu tampak manfaatnya dengan dikaitkan

    kepada kulit teratas, maka ia menjaga isi dan memeliharanya dari

    kerusakan ketika disimpan. Apabila dipisahkan, niscaya mungkin

    dimanfaatkan untuk kayu api. Akan tetapi, turun kadarnya dengan

    dikaitkan kepada isi. Begitu juga, semata-mata I;tiqad, tanpa tersingkat

    banyaknya manfaat, dengan dikaitkan kepada semata-mata penuturan

    lisan itu kureang kadarnya, dengan dikaitkan kepada tersingkap dan

    penyaksian yang berhasil dengan terbukanya dada dan kelapangannya,

    serta tersinarnya nur kebenaran.

    2. Prosedur Transfer dan Naturalisasi

    Transfer dipahami sebagai prosedur penglihan suatu unit linguistik dari

    bahasa sumber ke dalam nas bahasa penerima dengan menyalin huruf atau

    melakukan transliterasi. Hal-hal yang biasa ditransfer ialah nama orang, nama

    geografis dan tofografis, judul jurnal, buku, majalah, surat kabar, karya sastra,

    drama, nama institusi pemerintah, swasta, masyarakat, dan nama jalan serta

    alamat.

    Berikut ini adalah contoh penggunaan prosedur transfer

    ,

  • 30

    Artinya: Annemarie Schimmel, salah seorang orientalis Jerman kontemporer yang

    kondang mulai belajar pada usia lima belas tahun, lalu mendalami

    beberapa bahasa umat Islam seperti Turki, Persia dan Urdu.

    Pada contoh di atas tampaklah bahwa penerjemah menyesuaikan kata yang

    ditransfer dengan system pelapalan dan morfologi bahasa penerima, sehingga kata

    itu selaras dengan bahasa penerima.

    3. Prosedur Ekuivalensi Budaya

    Dalam prosedur ini kata budaya bahasa sumber diterjemahakan dengan

    kata budaya bahasa penerima yang ekuivalen. Prosedur ini digunakan secara

    terbatas, karena tidak ada dua budaya yang persis sama, misalnya dalam nas yang

    bersifat umum, publikasi atau propaganda, dan dalam penjelasan singkat kepda

    pembaca yang kurang mengetahui budaya bahasa sumber. Berikut ini adalah

    beberapa contoh pemakaian prosedur ekuivalensi budaya.

    Artinya: Abdul Mumin membangun lima ikat pinggang pengaman di sekitar

    tempat militernya.

    Pada contoh (1) penerjemah berupaya mendeskripsikan ungkapan

    kebudayaan ahzimah amniyyah dengan ikat pinggang pengaman . namun,

    prosedur ini menghilangkan nuansa budaya dari kata yang diterjemahkan, karena

    deskripsi itu tidak lazim dalam bahasa penerima. Dalam tuturan orang Indonesia

  • 31

    dikenal ungkapan sabuk keselamatan untuk menggambarkan sesuatu yang

    berbentuk tali, jalur, atau benteng, yang berfungsi menjaga keamanan. Dengan

    demikian, ahzamah amniyyah diterjemahkan denagn sabuk keselamatan

    Menurut Collins English dictionary, a technique is a practical method,

    skill, or art applied to a particular task (teknik adalah suatu metode, keahlian atau

    seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas.

    Dalam definisi ini terdapat dua hal penting: (1) teknik adalah hal yang

    bersifat prakts; (2) teknik diberlakukan tergadap tugas tertentu (dalam hal ini

    tugas penerjemahan). Dari dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik

    berbeda dengan metode dan prosedur yang sifatnya kurang lebih normative .

    sesuai dengan sifatnya ynag praktis, teknik secara langsung berkaitan dengan

    permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya dari pada dengan norma

    pedoman penerjemahan.

    H. PENILAIAN PENERJEMAHAN

    Kajian teoritis tentang penerjemahan dimaksudkan agar terjemahan yang

    dihasilkan oleh seseorang berkualitas, yaitu tepat dan mudah dipahami. Kualitas

    terjemahan berkaitan dengan keterpahaman terjemahan, kualitas ini dapat bersifat

    intrinsik, yaitu bertalian dengan ketepatan, kejelasan dan kewajaran nas. Namun

    dapat pula bersifat ekstrinsik, yaitu berkenaan dengan tanggapan pembaca dan

    pemahamannya terhadap terjemahan. 31

    31 Syihabuddin, op. cit. h. 194-195

  • 32

    Dalam telaah tentang nas, kualitas intinsik diistilahkan dengan

    keterbacaan, keterpahaman dan ketegasan. Sakri (1995: 165-166) menggunakan

    istilah tersebut secara bergantian dan mendefinisikannya sebagai derajat

    kemudahan sebuah nas untuk dipahami maksudnya.

    Adapun kualitas ekstrinsik berkaitan dengan berbagai pandangan pembaca

    terhadap nas terjemahan. Yang dimaksud pembaca di sini adalah lapisan

    masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan, usia dan pengalamannya. Pandangan

    yang dijadikan perhatian dalam telaah kualitas ekstrinsik ialah hal-hal yang

    bertalian dengan kualitas intrinsik sebagaimana yang telah disebutkan.

    Menurut Savory , prinsip-prinsip penerjemahan yang baik antara lain:32

    1. penerjemahan harus mengekspresikan kata-kata dari teks aslinya

    2. penerjemahan harus mengungkapkan gagasan dari teks aslinya

    3. terjemahan hendaknya terbaca seperti karya aslinya

    4. terjemahan hendaknya terbaca sebagai terjemahan

    5. penerjemahan hendaknya mencerminkan gaya dari teks aslinya

    6. penerjemahan hendaknya memiliki gaya penulisan yang dipakai oleh

    penerjemah.

    2. KALIMAT EFEKTIF

    A. Definisi Kalimat

    Kalimat ialah suatu bagian rentetan kata yang selesai dan menunjukkan

    pikiran yang lengkap. Yang dimaksud pikiran lengkap adalah informasi yang

    32 Frans, Sayogie, op. cit, h. 148

  • 33

    didukung oleh pikiran yang utuh. Dalam ragam bahasa resmi unsur minimal

    kalimat, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek atau pokok kalimat

    dan predikat atau sebutan. Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,

    pernyataan itu bukan kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat disebut

    sebagai frase.33

    Menurut Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Lingistik Umum,

    kalimat merupakan susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang

    lengkap.34 Dalam konteks Bahasa Arab kalimat adalah lafal yang tersusun dari

    dua buah kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa

    Arab. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukanlah banyaknya kata

    yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi

    oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan,

    1996). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras,

    lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh

    kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses

    fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital

    dan diakhiri dengan tanda titik, tanda Tanya, atau tanda seru.

    Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan,

    yang mengungkapkan pikiran yang utuh dan merupakan satuan dasar wacana.

    Artinya, wacana akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya

    berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Dengan demikian setiap tuturan

    33 Arifin,E Zaenal, Cermat Berbahasa Indonesa untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Mediyatama

    Sarana Perkasa, 1998), h. 80 34 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.240

  • 34

    berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan diatas pada

    suatu wacana atau teks, berstatus kalimat.35

    Dalam kamus besar bahasa Indonesia. kalimat merupakan kesatuan ujar

    yang mengungkapkan konsep pikiran dan perasaan, perkataan, satuan bahasa

    yang secara efektif berdiri sendiri maupun pola intonasi final dan secara aktul

    yang terdiri atas klausa.36

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, bahasa kalimat

    merupakan bagian dari bahasa secara keseluruhan yang terdiri atas susunan kata-

    kata yang minimal mengandung subjek dan predikat sehingga memiliki maksud

    dan tujuan dalam kelengkapan kata-katanya.

    B. Jenis-jenis Kalimat

    Berdasarkan fungsinya kalimat terdiri atas:37

    1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)

    Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan

    lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan

    berbahasanya.

    Misalnya:

    Presiden Suharto mengadakan kunjungan keluar negri

    Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang

    35 Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 311 36 Depdikbud, op .cit h. 702 37 Arifin,E Zaenal dan S. Amran Tasai,Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,

    (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006), h. 97-107

  • 35

    2. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

    Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau

    reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda

    baca tanda Tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata Tanya seperti

    bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.

    Misalnya:

    Kapan Saudara berangkat ke Singapura?

    Mengapa dia gagal dalam ujian?

    3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

    Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang

    orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau

    tanda seru).

    Misalnya:

    Antarkan buku ini ke pak Ridwan!

    4. Kalimat Seruan

    Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan

    yang kuat atau yang mendadak. (Biasanya, intonasi meningkat; tanda titik

    atau tanda seru)

    Misalnya:

    Bukan main, cantiknya.

    Nah, ini dia yang kita tunggu.

    Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat

    tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat

  • 36

    setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-

    subordinatif).38 Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal yang

    bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk

    1. Kalimat Tunggal

    Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu

    konstituen SP. Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Pola-

    pola kalimat tunggal sebagai berikut:

    a. Mahasiswa berdiskusi

    S:KB + P:KK

    b. Dosen itu ramah

    S:KB + P:KS

    c. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah

    S:KB + KbiI

    d. Mereka menonton film

    S:KB + P:KK + O:KB

    e. Paman mencarikan saya pekerjaan

    S:KB + P:KK + O:KB PeI XB

    f. Rustam peneliti

    S:KB + P:KB

    2. Kalimat Majemuk

    Kalimat majemuk adalah kalimat yang tediri atas dua klausa atau lebih

    Contoh:

    38 Ida Bagus, Analisi Kalimat (fungsi, kategori dan pendekatan), (Singaraja: Rafika Aditama,

    2007), h. 55 - 59

  • 37

    Tabrakan itu terjadi di jalan Tamrin dan dua orang meninggal

    Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara

    (KMS), kalimat majemuk rapatan (KMR), dan kalimat majemuk bertingkat

    (KMB).

    1. Kalimat Majemuk Setara

    Kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal

    yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan, bahwa

    antara unsur-unsur kaliamt tunggal yang digabungkan kedudukannya setara. KMS

    diberi nama sesuai dengan jenis hubungannya yang ada diantara kalimat-kalimat

    yang digabungkan. Secara garis besar, KMS bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

    (a) KMS Sejalan, (b) KMS Berlawanan, dan (c) KMS Penunjukan. KMS Sejalan

    adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya

    sejalan. KMS Berlawanan adalah kalimat-kaliamt yang digabungkan itu

    mengandung makna pertetangan, dan KMS Penunjukan adalah bagian kalimat

    satu menunjuk kembali pada bagian kalimat lain

    Contoh KMS: Sejalan

    -K1: Matahari terbit di ufuk timur.

    -K2: Margasatwa mulai mencari mangsanya.

    -K3: Petani-petani bernagkat ke ladang

    KMS: Matahari terbit di ufuk timur, margasatwa mulai mencari mangsanya, dan

    petani-petani berangkat ke lading

  • 38

    1. Kalimat Majemuk Rapatan

    Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang terjadi dari pengabungan

    beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan

    sekali saja

    Kaliamat majemuk rapatan terdiri atas empat macam, yaitu (i) KMR

    sama Subjek, (ii) KMR sama P, (iii) KMR sama O, dan (iv) KMR sama K.

    Pemberian nama ini sesuai dengan unsur kalimat yang dirapatkan.

    Contoh:

    KMR sama S, artinya subjek-subjek dirapatkan

    Benteng itu ditembaki, dibom bertubi-tubi, dan diratakan dengan tanah

    S P1 P2 P3

    2. Kalimat Majemuk Bertingkat

    Jika sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk

    menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa

    kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat. Dengan

    ketentuan:

    (a) sisa kalimat sumber disebut induk kalimat

    (b) kalimat bentukan disebut anak kalimat

    (c) anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang

    digantinya.

    Contoh:

    Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin

    Kalau kalimat tunggal diatas kita uraikan menurut jabatannya, akan terjadi:

  • 39

    - kedatangannya = subjek

    - disambut = predikat

    - oleh rakyat = objek

    kemarin = keterangan waktu

    C. Definisi Kalimat Efektif

    Menurut Mahmudah Fitriah dalam bukunya yang berjudul Pembinaan

    Bahasa Indonesia, kalimat efektif merupakan kalimat yang secara tepat dapat

    mewakili ide pembicara/penulis dan sanggup menimbulkan ide yang sama

    tepatnya dengan pikiran pendengar/pembaca. Sebuah kalimat efektif, akan

    mampu mewakili ide yang ada dalam benak pembicara/penulis dan

    pendengar/pembaca, tanpa menimbulkan salah paham.39

    Berdasarkan pengertian di atas, menurut penulis kalimat efektif

    merupakan kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali

    gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada

    dalam pikiran pembicara atau penulis, klimat efektif juga lebih mengutamakan

    keefektifan kalimat sehingga kejelasan kalimat dapat terjamin dan pembaca atau

    pendengan dapat memahami apa yang didengar atau dibacanya.

    39 Mahmudah Fitriah, Pembinaan Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.106

  • 40

    D. Ciri-ciri Kalimat Efektif

    Sebuah kalimat yang efektif memiliki ciri-ciri yang khas meliputi

    kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan

    dan kelogisan.40

    1. Kesepadanan

    Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran

    (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai, kesepadanan kalimat inj

    diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang

    baik.

    Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, antara lain:

    a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

    Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat, tentu sajaembuat

    kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat

    dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,

    dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek

    Contoh:

    Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini hanya membayar uang

    kuliah. (salah)

    Semua mahasaiswa perguruan tinggi in harus membayar unag kuliah.

    (benar)

    40 Arifin,E Zaenal, op. cit, h. 108-109

  • 41

    b. Tidak terdapat subjek yang ganda.

    Contoh:

    Penyususnan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.

    Soal itu saya kurang jelas

    Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara:

    Dalam menyusun laporan itu, sya dibantu oleh para dosen

    Soal itu bagi saya kurang jelas

    c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

    Contoh:

    Kami datang agak terlambat, Sehingga kami tidak dapat mengikuti

    acara pertama.

    Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli

    sepeda motor Suzuki

    Perbaikan kalimt-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,

    dengan menjadikan kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua mengganti

    ungkapan penghubung intra kalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,

    sebagai berikut.

    Kami datang agak terlmbat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara

    pertama

    Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli

    sepeda motor Suzuki

  • 42

    d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang

    Contoh:

    Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu

    Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting

    Perbaikannya adalah sebagai berikut.

    Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu

    Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting

    2. Keparalelan

    Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan unsur-unsur yang

    digunakan secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang digunakan, unsur

    yang lain juga harus verba. Demikian pula, jika nomina yng digunakan, unsur

    yang lain juga harus nomina. Jika aktif yang digunakan, yang lain juga harus

    aktif. Demikian pula sebaliknya.

    Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang

    digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan

    nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau

    bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

    Contoh:

    a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

    b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pegecetan

    tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan

    pengaturan tata ruang.

  • 43

    Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang

    mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda yaitu dibekukan dan kenaikan.

    Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan

    3. Ketegasan

    Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan

    penonjolan pad aide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ad aide yang perlu

    ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.

    Ada berbagai cara untuk membentuk dalam kalimat.

    a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat (di awal kalimat)

    Contoh:

    Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan

    kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

    b. Membuat urutan kata yang bertahap

    Contoh:

    Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah

    disumbangkan kepada anak-anak terlantar

    Seharusnya:

    Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah

    disumbangkan kepada anak-anak terlantar

    c. Melakukan penggulangan kata

    Contoh:

    Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan

    mereka.

  • 44

    d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

    Contoh:

    Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

    e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

    Contoh:

    Saudaralah yang bertanggung jawab.

    4. Kehematan

    Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat

    mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.

    Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah

    kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap

    kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

    5. Kecermatan

    Yang dimaksud cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran

    ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:

    a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah

    b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan

    Kalimat a memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa

    atau perguruan tinggi. Pada kalimat b memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah

    uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

    6. Kepaduan

    Kepaduan adalah kesatuan pernyataan dalam kalimat itu sehingga

    informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah, kalimat yang padu tidak

  • 45

    bertele-tele dan tidak menceriminkan cara berpikir yang tidak sistematis, selain

    itu kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata

    kerja dan objek penderita. Contoh:

    Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat

    Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat

    Kalimat yang efektif pada contoh di atas adalah:

    Mereka membicarakan kehendak rakyat

    Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat

    7. Kelogisan

    Sebuah kalimat dikatakan logis jika ide kalimat dapat diterima oleh akal

    dan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat berikut ini:

    Waktu dan tempat kami persilakan

    Kalimat di atas tidak logis karena waktu dan tempat merupakan kata yang

    tidak dapat bergerak sehingga kalimat tersebut tidak masuk akal. kalimat yang

    logis seperti:

    Bapak Menteri kami persilakan

    E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

    Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara,

    secara garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu penggunaan bahasa

    Indonesia yang baik dan benar, penggunaan bahasa Indonesia baku dan

    penggunaan ejaan yang disempurnakan

  • 46

    F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat

    Ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-

    faktor tersebut diantaranya meliputi kontaminasi atau kerancuan, ambiguitas,

    ketidakjelasan subjek, kemubaziran preposisi, kesalahan logika, ketidaktepatan

    bentuk kata dan ketidaktepatan makna kata

  • BAB III

    Biografi Singkat Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz dan Gambaran

    Umum Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad

    A. Biografi Singkat Imam syekh Zainuddin bin Abdul Aziz

    Syekh Zainuddin Al-Malibari, tak banyak riwayat yang menjelaskan

    ketokohan dari Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin Al-Malibari,

    ulama asal Malabar, India selatan ini. Kalau ada, itu hanya sebatas

    mengungkapkan keterangannya dalam berbagai karya yang ditulisnya. Tak

    banyak diketahui secara percis, kapan Syekh Zainuddin Al-Malibari lahir.

    Bahkan, wafatnya pun muncul berbagai pendapat. Ia diperkirakan meninggal

    dunia sekitar tahun 970-990 H dan di makamkan di pinggiran Koro Ponani, India.

    Beliau adalah cucu dari Syeh Zeinuddin bin Ali pengarang kitab Irsyadul

    Qoshidin ringkasan kitab munhajul Abidin, sejak kecil, Syeh Zaenuddin al

    malibari telah terdidik oleh keluarga agamis, selain sekolah di al Madrasy yang

    didirikan oleh kakek beliau, beluau juga berguru kepada beberapa Ulama' Arab,

    termasuknya adalah Ibnu Hajar al Haitami dan Ibnu Ziad. Syekh Zainuddin Al-

    Malibari.

    Syekh Zainuddin Al-Malibari merupakan keturunan bangsa Arab. Ia

    dikenal pula dengan nama Makhdum Thangal. Julukan ini dikaitkan dengan

    daerah tempat dirinya tinggal. Ada yang menyebutnya dengan nama Zainuddin

    Makhdum, atau Zainuddin Thangal atau Makhdum Thangal. Julukan ini

  • 48

    mencerminkan keutamaan dan penghormatan masyarakat setempat kepada

    dirinya.

    Masjid Agung Ponani atau Funani, adalah masjid Agung yang pertama

    kali dibangun oleh Makhdum Thangal. Ia termasuk seorang ulama yang mengikuti

    madzhab Syafi. tidak seperti masjid masa kini, masjid agung Ponani ini

    menggabungkan arsitektur lokal dengan arsitektur Hindu. Hal ini dikarenakan,

    Islam masuk ke India yang dibawa oleh pedagang Arab yang datang melalui laut

    dan diterima oleh raja-raja Hindu setempat. Makam Syekh Zainuddin Al-Malibari

    terletak di samping masjid. Tak hanya arsitektur masjid, masyarakat Muslim di

    India ini juga mengadopsi gaya bangunan, pakaian dan makanan dengan

    menyesuaikan pada kondisi yang ada. Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syekh

    Zainuddin Al-Malibari juga dikenal sebagai ulama yang sangat tegas, kritis,

    konsisten, dan memiliki pendirian yang teguh. Ia pernah menjadi seorang hakim

    dan penasehat kerajaan, dan diplomat.

    B. Karya-Karya Imam Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz

    Syekh Zainuddin Al-Malibari, selain dikenal sebagai ulama fiqih, ia juga

    dikenal ahli tasawuf, sejarah dan sastra. Karya-karyanya:

    a. Fath al-Muin (pintu pertolongan), adalah syarah (komentar) atas kitab

    Qurrat al-Ayan Hidayat al-Azkiyat ila Thariq

    b. Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad

    c. Tuhfat al-Mujahidin

  • 49

    C. Gambaran Umum Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad

    Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad (penuntun manusia kejalan

    baik), adalah sebuah kutipan dari kitab Azzawajir dan Mursyiduththullab

    karangan guru besar, pelita agama Ahmad bin Hajar Alhaitami dan nenek kami

    Zainuddin bin Ali Almabari, kemudian kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad

    ditambahkan didalamnya hadist-hadist dan soal-soal dalam ilmu fiqih serta

    hikayat dan nasehat-nasehat.

    Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad terdiri dari 2 jilid, jilid pertama

    mencakup bab Iman, Murtad, Ilmu, Wudhu, Mandi, Fadhilah sembayang fardhu,

    Sembahyang Sunnat, Sembahyang Jamaah, Sembahyang Jumat, Niyanah

    (merintih-rintih karena kematian), Zakat, Puasa, Haji, Fadhilah Al-Quran, Dzikir

    untuk pagi dan sore, Bacaan ketika akan tidur dan bangun tidur. Sedangkan jilid

    kedua mencakup bab Fadhilah membaca selawat Nabi s.a.w, Syirik yang kecil

    (samar) yaitu Riyaa, Ujub dan sombong, Marah, Fadhilah memaafkan dan

    menahan marah, Ghibah (menyebut kejelekan orang), Naminah

    (memfitnah/mengadu domba), Dusta, Amar maruf dan nahi mungkar, Kasab,

    Mencela pegawai bea cukai, Dzalim (aniaya), Wasiat, Nikah, Boikot-memboikot,

    Durhaka terhadap bapa dan ibu, Pembunuhan, Jihad, Perdukunan, tebak-tebakan,

    sihir (tenun) ilmu nujum dan mencari nasib dengan burung, Zina, Liwath (pelacur

    laki dengan laki) Minum khamar (minum yang memabukan, Sumpah palsu, Saksi

    palsu, Tobat. kemudian aku (H Salim Bahreisy) kitab tersebut dengan nama Irsyad

    Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad (penuntun manusia kejalan baik). Sambil mengharap

    ridho dari Allah SWT yang maha perkasa semoga memimpin kami dan semua

  • 50

    manusia kejalan yang diridhoinya dengan bahagia dan kekal, sungguh Ia maha

    pemurah lagi maha pengasih.

  • BAB IV

    ANALISA DATA

    Pada bab II penulis telah memaparkan segala hal yang berkaitan dengan

    kalimat efektif. Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian tentang

    analisa kalimat efektif dalam terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad dalam

    bab iman dan ilmu yang dijadikan sampel dalam penelitian. Berikut hasil

    penelitian tersebut:

    1.

    :

    , 41

    Artinya: Imam syafiI (Muhammad bin Idris) berkata : saya telah

    melihat seorang uskup keristen thawaf di Kabah, maka saya

    tanya padanya.

    Analisa:

    Pada terjemahan di atas banyak terdapat struktur kalimat yang tidak

    efektif, serta tidak menggunakan kaidah penulisan tanda baca yang sesuai dengan

    EYD antara lain, pada kata Keristen merupakan kata yang tidak baku, agar efektif

    kata tersebut diperbaiki menjadi Kristen, pada kata tanya kata yang tepat untuk

    menjadikan kalimat menjadi efektif adalah dengan membubuhkan awalan ber

    sehingga kata tersebut diperbaiki menjadi bertanya, imbuhan ber pada kata

    41 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, Irsyadul Ibad ila Sabili Risyad (Indonesia), h. 4

  • 53

    tersebut mengandung makna melakukan atau memberikan (dalam hal ini

    memberikan pertanyaan).

    Agar menjadi kalimat efektif sebaiknya kalimat tersebut di perbaiki

    menjadi: Imam SyafiI (muhammad bin Idris) berkata: Saya telah melihat seorang

    uskup Kristen thawaf di kabah, maka saya bertanya padanya.

    2.

    ,

    ,

    42

    Artinya: Ketika saya dikapal ditengah laut, tiba-tiba kapal itu pecah, dan

    saya dapat selamat diatas papan, yang dibawa arus gelombang

    kesana kemari hingga terdampar disuatu pulau, yang banyak

    pohon.

    Analisa:

    Pengunaan kata depan pada paragraf di atas tidak efektif karena tidak

    sesuai dengan EYD, yaitu pada kata dikapal, ditengah, diatas, disitu, kedarat,

    kesana, ditanya, didaerah, disini, kelaut. Penggunaan kata depan tersebut tidak

    efektif karena penulisan kata depan tersebut disambung sehingga terkesan sebagai

    kata sambung, penulisan kata depan yang efektif adalah dipisah dengan kata yang

    mengikutinya, sehingga penulisan kata-kata tersebut diperbaiki menjadi di kapal,

    di tengah, di atas, di situ, di sini, ke darat, di tanya, di daerah dan ke sana. Selain

    42 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit

  • 54

    itu, pemilihan kata dibawa yang diikuti oleh kata arus gelombang menunjukan

    makna disengaja, kata yang tepat adalah terbawa dan menghilangkan partikel

    yang. Imbuhan ter dalam hal ini mengandung makna ketidaksengajaan. Adapun

    pada kata pulau sebaiknya tidak diikuti oleh tanda koma karena masih merupakan

    satu kesatuan kalimat, bukan kalimat majemuk yang terdiri dari anak kalimat dan

    induk kalimat.

    Agar menjadi kalimat efektif sebaiknya diperbaiki menjadi: Ketika saya

    di kapal, di tengah laut, tiba-tiba kapal itu pecah tetapi saya dapat selamat di atas

    papan, terbawa arus gelombang hingga terdampar di suatu pulau yang banyak

    pohon.

    3.

    , , 43

    Artinya: Dan buah yang lunak lezat lebih manis dari madu dan lebih

    lunak dari mentega, dan disitu ada sungai dengan air yang

    segar

    Analisa:

    Pada kalimat dan buah yang lunak lezat lebih manis dari madu

    sebaiknya diberi tanda koma karena menunjukan rincian dari suatu hal yakni

    dalam hal ini sifat dari buah tersebut,

    Sehingga kalimat tersebut diperbaiki menjadi dan buah yang lunak, lezat

    dan lebih manis dari madu.

    43 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit

  • 55

    4.

    , ,

    ,

    44

    Artinya: Lalu saya mengucap : Alhamdu lillah atas nimat itu, saya

    dapat makan minum sampai Allah mendatangkan kelapangan

    bagiku, dan ketika waktu malam, saya merasa sangat kuatir

    atas diriku dari binatang-binatang buas

    Analisa:

    Pemilihan kata mengucap tidak baku dan diperbaiki menjadi berkata.

    Selain itu, pada kalimat Alhamdulillah atas nimat itu, saya dapat makan minum

    sampai Allah mendatngkan kelapangan bagiku, dan ketika waktu malam saya

    merasa sangat kuatir. Pada kalimat tersebut penulisan kata nimat tidak efektif

    karena tidak sesuai dengan EYD, adapun penulisan kata yang baku adalah nikmat

    dan pada kata makan minum sebaiknya diberi kata penghubung dan, kata

    penghubung dan menunjukkan makna gabungan dari dua buah kata. Agar menjadi

    efektif sebaiknya kalimat tersebut diperbaiki menjadi: Alhamdulillah atas nikmat

    itu, saya dapat makan dan minum sampai Allah mendatangkan kelapangan

    bagiku. Dan ketika waktu malam, saya merasa sangat kuatir atas diriku dari

    binatang-binatang buas.

    44 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit

  • 56

    5.

    . ,

    45

    Artinya: Tiba-tiba ia berkepala burung kasuari, dan muka manusia, dan

    kaki onta, dan ekor ikan

    Analisa:

    Pada kalimat tiba-tiba ia berkepala burung kasuari, dan bermuka

    manusia, dan kaki onta, dan ekor ikan. Pada kata kaki onta dan ekor ikan

    sebaiknya diberi awalan ber karena menyetarakan dengan kata yang digunakan

    sebelumnya yaitu berkepala dan bermuka. Dalam hal ini imbuhan ber

    mempunyai makna memiliki kepala, memiliki muka, memiliki ekor dan memiliki

    kaki. Agar menjadi efektif sebaiknya kalimat tersebut diperbaiki menjadi: tiba-

    tiba ia berkepala burung kasuari, dan bermuka manusia, dan kaki onta, dan ekor

    ikan.

    6.

    , 46

    Artinya: Aku sangat takut kepadanya sehingga aku segera turun dan lari

    sehingga ia menoleh kepadaku.

    45 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit 46 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit

  • 57

    Analisa:

    Kalimat di atas dikatakan tidak hemat karena terlalu banyak

    menggunakan kata maka, dan penggunaan kata dari padanya kurang tepat dan

    sebaiknya diubah menjadi kepadanya. Agar kalimat tersebut menjadi efektif di

    perbaiki menjadi, aku sangat takut kepadanya maka aku segera turun dan lari

    sehingga ia menoleh kepadaku.

    7.

    47

    Artinya: Kemudian tanya padaku, kamu akan tinggal disini atau pulang

    kerumah keluargamu ? Jawabku: akan kembali kekeluargaku,

    maka ia berkata: Tinggallah disini hingga tiba kapal.

    Analisa:

    Kalimat dikatakan tidak efektif karena tidak memiliki subjek, pada

    kalimat tersebut hanya terdapat konjungsi, predikat dan objek, agar menjadi

    efektif kalimat tersebut diperbaiki menjadi kemudian dia bertanya padaku.

    8.

    48

    Artinya: Maka saya tinggal disitu.

    47 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit 48 Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit

  • 58

    Analisa:

    Pada kalimat maka saya tinggal disitu terdapat kata tidak baku yaitu kata

    disitu, sebaiknya diperbaiki menjadi di sana.

    9.

    49

    Artinya: Ketika saya ceriterakan pada mereka kisahku, tiba-tiba mereka

    masuk Islam semuanya.

    Analisa:

    Pada kalimat ketika saya ceriterakan pada mereka kisahku, terdapat

    penulisan kata yang salah, yaitu kata ceritera penulisan kata tersebut sebaiknya

    diperbaiki menjadi cerita.

    10.

    ) (

    50

    Artinya: Abdullah Alyafii menyebut dalam kitab Raudhurrayahin, bahwa

    dizaman dahulu ada seorang raja kafir yang sangat menentang

    Tuhan.

    Analisa