aik al-hadits

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan Rosululullah sallahu’alihiwassalam ketika duduk bersama para Sahabat baik dari golongan Anshor maupun Muhajirin membaca ayat-ayat al-Quran dan hadis serta membahas berbagai persoalan - persoalan keagamanaan maupun keduniawian yang berkaiatan dengan aqidah, hukum, fikih maupun mu’amalah. Al-quran dan Hadis dijadikan sebagai dasar kajian pada masa Rosulullah dan khulafairosyidin.Hadits bukanlah teks suci sebagaimana Al- qur’an. Namun, hadits selalu menjadi rujukan kedua setelah Al- qur’an dan menempati posisi penting dalam kajian keislaman. Mengingat penulisan hadis yang dilakukan ratusan tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka banyak terjadi silang pendapat terhadap keabsahan sebuah hadis. Sehingga hal tersebut memuncul kan sebagian kelompok meragukan dan mengingkari akan kebenaran hadits ebagai sumber hukum. Manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi ini sebagai pemelihara kelangsungan mahluk hidup dan dunia seisinya. Dilihat dan diteliti tentang konsep keistimewaan dan kelebihan manusia dibanding makhluk lain ialah terletak pada akal pemikiran. Dengan adanya akal, manusia dapat mencari ilmu serta memandu mereka ke arah yang baik dan menilai mana yang benar dengan yang salah. Kesesatan dan kemusnahan manusia juga bisa disebabkan oleh orang-orang yang tidak menggunakan akal untuk tujuan 1

Upload: tati

Post on 04-Dec-2015

259 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

pandangan Al-Qur'an tentang alam semesta

TRANSCRIPT

Page 1: AIK AL-Hadits

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan Rosululullah sallahu’alihiwassalam  ketika duduk bersama para Sahabat baik

dari golongan Anshor maupun Muhajirin  membaca ayat-ayat al-Quran dan hadis serta 

membahas berbagai persoalan - persoalan keagamanaan maupun keduniawian yang berkaiatan

dengan aqidah, hukum, fikih maupun mu’amalah. Al-quran dan Hadis dijadikan sebagai dasar

kajian pada masa Rosulullah dan khulafairosyidin.Hadits bukanlah teks suci sebagaimana Al-

qur’an. Namun, hadits selalu menjadi rujukan kedua setelah Al-qur’an dan menempati posisi

penting dalam kajian keislaman. Mengingat penulisan hadis yang dilakukan ratusan tahun setelah

Nabi Muhammad SAW wafat, maka banyak terjadi silang pendapat terhadap keabsahan sebuah

hadis. Sehingga hal tersebut memuncul kan sebagian kelompok meragukan dan mengingkari

akan kebenaran hadits ebagai sumber hukum.

Manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi ini sebagai pemelihara kelangsungan

mahluk hidup dan dunia seisinya. Dilihat dan diteliti tentang konsep keistimewaan dan kelebihan

manusia dibanding makhluk lain ialah terletak pada akal pemikiran. Dengan adanya akal,

manusia dapat mencari ilmu serta memandu mereka ke arah yang baik dan menilai mana yang

benar dengan yang salah. Kesesatan dan kemusnahan manusia juga bisa disebabkan oleh

orang-orang yang tidak menggunakan akal untuk tujuan yang baik. Lantaran itu, akal

yang bersifat positif jika diarahkan untuk kebaikan, menjadikan seseorang menjadi mulia,

akan tetapi apabila diarahkan untuk tujuan kemaksiatan dan kejahatan, menyebabkan

manusia itu binasa dan hina.1

Maka dari itu kami akan mencoba menjelaskan bagaimana kedudukan dan fungsi akal

dalam memahami hadis-nabi sallahu’alaihiwassalam.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan akal ?

b. Bagaimana kedudukan hadits?

1 Khafidi tesis.peranan akal dan qalb dalam pendidikan akhlaq.pdf.semarang.2013.hlm.3

1

Page 2: AIK AL-Hadits

c. Bagaimana pemahaman hadits ?

d. Bagaimana kedudukan dan fungsi akal dalam memahami hadits ?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui definisi akal menurut filosof muslim

b. Mengetahui tentang kedudukan hadits

c. Mengetahui mengenai pemahaman tentang hadits

d. Mengetahui kedudukan dan fungsi akal dalam memahami hadits.

2

Page 3: AIK AL-Hadits

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akal

A. Definisi Akal menurut filosof muslim

Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (العـقـل), yang

dalam bentuk kata benda.Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (عـقـلوه)

dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون) 24 ayat, na’qil (نعـقـل) 1 ayat, ya’qiluha (يعـقـلها) 1 ayat dan

ya’qiluun (يعـقـلون) 22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat

diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang

salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.

Dalam pemahaman Prof.Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti

kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut

kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang berakal, menurut

pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah.

Bagaimanapun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan berfikir.Sedangkan

Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan

oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.

1.    Al-Kindi

Menurut pandangan Al-Kindi akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal pertama ini

berada di luar jiwa manusia, diperole secara Ilahi, dan selamanya dalam aktualitas. Karena selalu

berada dalam aktualitas, akal inilah yang membuat akal yang bersifat potensi dalam jiwa

manusia menjadi aktual

Akal yang bersifat potensial, yakni akal murni yang ada dalam diri manusia yang masih

merupakan potensi dan belum menerima bentuk-bentuk indrawi dan yang akali. Akal yang

bersifat perolehan. Ini adalah akal yang telah keluar dari potensialitas ke dalam aktualitas, dan

mulai memperlihatkan pemikiran abstraksinya. Akan perolehan ini dapat dicontohkan dengan

kemampuan positif yang diperoleh orang dengan belajar, misalnya tentang bagaimana cara

menulis. Penamaan perolehan, agaknya dimaksudkan oleh Al-Kindi untuk menunjukkan bahwa

akal dalam bentuk ini diperoleh dari akal yang berada di luar jiwa Manusia, yakni akal pertama

yang membuat akal potensial keluar menjadi akal aktualitas

3

Page 4: AIK AL-Hadits

Akal yang berada dalam keadaan aktual nyata, ketika ia aktual, maka ia disebutbakal

“yang kedua”. Akal dalam bentuk ini merupakan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari

aktualitas. Ia dapat diibaratkan dengan proses penulisan kalau seorang sungguh-sungguh

melakukan penulisan.

Menurut Al-Kindi akal sebagai suatu potensi sederhana yang dapat mengetahui hakikat-

hakikat sebenarnya dari benda-benda. Akal, menurutnya, terbagi menjadi tiga macam yaitu2:

a)    Akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal pertama ini berada di luar jiwa manusia,

bersifat Ilahi, dan selamanya dalam aktualitas. Karena selalu berada dalam aktualitas,

akal inilah yang membuat akal yang bersifat potensi dalam jiwa manusia menjadi aktual.

Sifat-sifat akal ini ialah sebagai berikut:

1)    Ia adalah Akal Pertama.

2)    Ia selamanya dalam aktualitas.

3)    Ia membuat akal potensial menjadi aktual berpikir.

4)    Ia tidak sama dengan akal potensial, tetapi lain daripadanya.

b)    Akal yang bersifat potensial, yakni akal murni yang ada dalam diri manusia yang masih

merupakan potensi dan belum menerima bentuk-bentuk indrawi dan yang akali.

c)   Akal yang bersifat perolehan. Ini adalah akal yang telah keluar dari potensialitas ke

dalam aktualitas, dan mulai memperlihatkan pemikiran abstraksinya. Akan perolehan ini

dapat dicontohkan dengan kemampuan positif yang diperoleh orang dengan belajar,

misalnya tentang bagaimana cara menulis. Penamaan perolehan, agaknya dimaksudkan

oleh Al-Kindi untuk menunjukkan bahwa akal dalam bentuk ini diperoleh dari akal yang

berada di luar jiwa Manusia, yakni akal pertama yang membuat akal potensial keluar

menjadi akal aktualitas

d)   Akal yang berada dalam keadaan aktual nyata, ketika ia aktual, maka ia disebutbakal

“yang kedua”. Akal dalam bentuk ini merupakan akal yang telah mencapai tingkat kedua

dari aktualitas. Ia dapat diibaratkan dengan proses penulisan kalau seorang sungguh-

sungguh melakukan penulisan.

Al-Kindi memang tidak melakukan pembahasan mendalam tentang akal ini. Kendati

demikian, apa yang dilakukan ini telah merupakan peretas jalan bagi pembahasan oleh kaum

filusof muslim selanjutnya.

2Sirajudin Zar, filsafat Islam Filosof dan filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 61-61

4

Page 5: AIK AL-Hadits

2. Ibnu Sina

Menurut Ibnu Sina Jiwa manusia, yang disebut juga ( الناطقة mempunyai dua ,(القوة

daya: praktis (العاملة) dan teoretis (العالمة). Daya praktis hubungannya dengan hal-hal yang

abstrak. Daya teoretis ini mempunyai tingkatan sebagai berikut:

a) Akal Materiil ( الهيوالنى yang semata-mata mempunyai potensi untuk berpikir dan (العقل

belumdilatih walaupun sedikit.

b) Akal Al-malakat ( الملكة yang telah mulai dilatih untuk berpikir tentang hal-hal (العقل

abstrak.

c) Akal Aktual ( بالفعل .yang telah dapat berpikir tentang hal-hal abstrak (العقل

d) Akal Mustafad ( المستفاد yaitu akal yang telah sanggup berpikir tentang hal-hal ,(العقل

abstrak tanpa perlu daya upaya. akal seperti inilah yang dapat berhubungan dan

menerima limpahan ilmu pengetahuan dari akal aktif3.

Ibnu Sina merumuskan bahwa akal merupakan suatu kekuatan yang terdapat dalam

jiwa. Menurut Ibnu Sina ada dua macam akal yaitu akal manusia dan akal aktif. Semua

pemikiran yang muncul dari manusia sendiri untuk mencari kebenaran disebut akal manusia.

Sedangkan akal aktif adalah di luar daya kekuatan manusia, yaitu semua pemikiran manusia

yang mendatang kedalam akal manusia dari limpahan ilham ke-Tuhanan.

Ibnu Sina selain dari teori akal tersebut diatas, juga terkenal dengan rumusannya

sebagai berikut: akal (pemikiran) membawa alam semesta ini kedalam bentuk-bentuk. Serta

semesta itu serta merta berada sebelum benda-benda , didalam benda-benda itu sendiri dan

sesuda benda-benda itu tercipta. Sebelum benda-benda adalah di dalam pikiran Tuhan.

Umpamanya tuhan hendak menciptakan kucing, sudah tentu dalam pikiran Tuhan sudah ada

bentuk kucing yang akan diciptakan-Nya. Di dalam benda, jika kucing telah tercipta, maka pada

tiap-tiap kucing itu akan didapati sifat-sifat kucing. Sesudah benda serba semesta itu tetap masi

ada yaitu dalam pikiran kita. Jika kita telah melihat banyak kucing, maka tampak persamaan

antaranya dan dengan demikian sampailah kita kepada bentuk kucing pada umumnya

3.    Ibnu Rusyd

Menurut Ibnu Rusyd wujud jiwa paling nyata tampak dalam akal yang dipunyai

manusia.Akal manusia itu adalah satu dan universal. Lebih dalam "akal yang aktif" yang

3Hasyim Syah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hal. 73.

5

Page 6: AIK AL-Hadits

dimaksud bukan saja akal yang esa dan universal, melainkan juga menyangkut "akal

kemungkinan" (reseptif).

Akal kemungkinan lah yang membuat manusia sungguh menjadi individu ketika ia

berhubungan dengan tubuh masing-masing manusia. Melihat sifat akal yang ada dalam individu

tersebut sifatnya reseptif, resikonya bahwa ketika manusia meninggal, maka akal kemungkinan

pun akan lenyap. Akal yang dimiliki seseorang sifatnya tidak abadi, yang abadi adalah akal yang

esa dan universal, sesuatu yang menjadi sumber dan tempat kembalinya akal masing-masing

manusia.Pengakuan Ibn Rusyd tentang akal yang bersatu dimaksudkan sebagai pengakuannya

atas roh (jiwa) manusia yang bersatu, sebab akal adalah mahkota terpenting dari wujud roh

(jiwa) manusia. Dengan kata lain, akal itu di sini hanyalah sebagai wujud rohani yang

membedakan jiwa (roh) manusia atau mengutamakannya lebih dari jiwa (roh) hewan dan

tumbuh-tumbuhan. Itulah yang dimaksud dengan monopsikisme (bahan yang menjadikan segala

jiwa). Maksud Ibn Rusyd roh universal itu adalah satu dan abadi (kekal)."

Akal itu bersifat teoritis dan praktis. Akal praktis lazim dimiliki oleh semua orang.

Unsur itu merupakan asal daya cipta manusia, yang diperlukan dan bermanfaat bagi

kemaujudannya. Hal-hal yang dapat diakali secara praktis dihasilkan lewat pengalaman yang

didasarkan pada perasaan dan imajinasi.konsekwansinya, akal praktis dapat rusak karena

kemaujudan.hal-hal yang sering kali bergantung kepada perasaan dan imajinasi. Maka mereka

berkembang bila persepsi dan gambaran berkembang, dan rusak bila hal-hal itu rusak.

Jiwa Berfikir (an-Nafs an-Nathiqah) Jiwa ini adalah daya yang mengetahui makna-

makna yang abstrak, terlepas dari kaitan materi yang terdapat dalam manusia. Jiwa berpikir ini

terbagi dua, yaitu akal teoritis dan akal praktis. Akal teoritis merupakan daya potensial yang

untuk menjadi actual, ia memerlukan bantuan atau pengaruh akal lain yang senantiasa actual,

yaitu akal aktif (‘aql fa’al) yang memberikan pengaruh pada akal hayulani (akal material) untuk

jadi akal naluri (‘akl bi’l-malakah). Akal aktif menurut Ibn Rushy akan kekal sedangkan akal

praktis akan hancur disebabkan kematian. Akal praktis dan akal teoritis terdapapada semua orang

dengan tingkat yang berbeda.Jiwa Kecendrungan (an-Nafs an-Nuzu’iyyah) Jiwa ini adalah daya

yang membuat hewan cenderung kepada yang disenangi dan menjauhkan diri dari yang

menyakiti. Jiwa ini terdapat pada hewan dan manusia yang melekat pada jiwa khayal dan perasa.

B. Kedudukan Akal4

4Akal dan wahyu.pdf

6

Page 7: AIK AL-Hadits

Akal tidak dapat diterjemahkan atau disamakan dengan otak. Otak adalah bentuk material

yang memiliki fungsi untuk menyimpan dan mengolan data atau informasi yang dikumpulkan

oleh panca indera. Data dan informasi yang bersumber dari panca indera manusia itulah yang

kemudian menjadi kerja akal yang harus menimbang dalam dua hal yaitu antara intelek (budi)

dan intuisi (hati).

Dapat pula disebutkan bahwa kerja akal adalah berusaha menyeimbangkan antar pikiran

dan emosi manusia. Dengan demikian maka Intelek adalah merupakan alat yang digunakan

untuk memperoleh pengetahuan yang bersumber dari alam sekitar yang bersifat konkrit atau

nyata. Sementara Intuisi merupakan alat untuk mengolah data dan informasi yang bersifat

abstrak atau tak nyata. Intuisi memiliki kecenderungan di mana seseorang dapat dengan tiba-tiba

memeiliki pengetahuan atau kebijaksanaan tertentu tanpa perlu melewati beberapa tahapan

proses seperti proses yang dilewati aspek intelektual.

Dari perbedaan antara intelek dan intuisi itu yang menyebabkan terjadinya perbedaan cara

memperoleh pengetahuan atau kebenaran. Jika Intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat

yang dihidupkan dihidupkan melalui pengayaan batin, baik dari sisi keyakinan, kebudayaan, dan

lain-lain, maka Intelek hanya dapat mengubah seseorang sedikit demi sedikit melalui tahapan

atau proses secara berkesinambunya yang pada akhirnya akan bermuara pada produk

pengetahuan dan kebenaran yang lebih untuh dan menyeluruh.

C. Fungsi Akal5

Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan, antara lain:

1. Sebagai tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.

2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang.

3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.

Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin

penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia

yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Dan  Akal

adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal

iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber

keyakinan pada tuhan.

5Akal dan wahyu.pdf

7

Page 8: AIK AL-Hadits

D. Kekuatan Akal6

Tidak seperti wahyu, kekuatan akal lebih terlihat jelas dan mudah dimengerti, seperti

contoh:

1. Mengetahui Tuhan dan sifat-sifatnya.

2. Mengetahui adanya hidup akhirat.

3. Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan

dan berbuat baik, sedang kesengsaraan tergantung pada tidak mengenal tuhan dan

pada perbuatan jahat.

4. Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.

5. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia menjauhi perbuatan

jahat untuk kebahagiannya di akhirat.

6. Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.

E. Pentingnya Akal

a. Membedakan manusia dengan makhluk yang lain.

b. Akal adalah tonggak kehidupan manusia.

c. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman yang sejati, dan akal menjadi sumber

keyakinan pada tuhan.

2.2 Kududukan Hadits7

Para ulama sepakat bahwa hadits Nabi adalah sumber hukum Islam yang ke dua setelah

Al-Qur’an, dan umat Islam wajib melaksanakan isinya.

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa hadits/sunnah Nabi itu

merupakan salah satu sumber hukum islam. Banyak ayat yang mewajibkan umat islam untuk

mengikuti Rasulullah SAW dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi

menjauhi segala larangannya.Allah berfirman dalam Surat Ali Imron ayat 132.

Artinya :“Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu dirahmati”

Bahkan Allah mengancam orang-orang yang menyalahi Rasul, seperti dalam firman-Nya:

6Akal dan wahyu.pdf7http://rouhdotul.kedudukan dan fungsi hadits.posting 17 mei 2008.

8

Page 9: AIK AL-Hadits

Artinya :“Hendaklah berhati-hati mereka yang menyalahi Rasul (tidak menuruti

ketetapannya), bahwa mereka akan ditimpa fitnah(cobaan yang berat), atau akan ditimpa azab

yang pedih.” (An-Nuur : 63)

Serkali-kali Tuhan tidak membenarkan para umat menyalahi Rasulullah SAW, menyalahi

hukumnya dan suruhannya. Allah berfirman :

Artinya:“tidaklah patut bagi orang yang beriman laki-laki dan perempuan bila Allah dan

Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara untuk memilih urusannya sendiri dan barang siapa

menentang Allah dan Rasul-Nya, sungguh-sungguh ia telah tersesat jauh”. (Q.S Al-Ahzab : 36)

Dari ayat-ayat di atas jelas bahwa orang yang beriman tidak hanya harus berpedoman dan

mengikuti ajaran-ajaran Al-Qur’an, tetapi ia juga harus berpedoman dan mengikuti apa yang

diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Dan menjauhi apa yang dilarang olehnya.

2.3 Fungsi Hadist

A. Bayan At taqrir

Bayan at taqrir atau disebut juga bayan at ta’kid dan bayan al itsbat yaitu menetapkan dan

memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al quran. Fungsi hadits dalam hal ini hanya

memperkokoh kandungan Al quran8. contohnya seperti hadits dibawah ini;

( مسلم ( رواه فأفطروا رأيتموه وإذا فصوموا الهالل رأيتم فأذا

“Apabila kalian melihat (ru’yah)bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru’yah) itu maka

berbukalah”. (HR Muslim)

Hadits ini mentaqrir ayat Al quran dibawah ini;

البقرة ( فليصمه الشهر منكم شهد )185: 2فمن

“Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa...(QS Al

Baqarah)

B. Bayan At tafsir

8Munzier Suparta, Ilmu Hadits, hal : 57

9

Page 10: AIK AL-Hadits

Yaitu bahwa hadits berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat

Al quran yang masih bersifat global (mujmal), memberikan persyaratan atau batasan (taqyid)

ayat-ayat yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhsish) terhadap ayat-ayat yang masih

bersifat umum.

1. Tafsil al mujmal

Hadits memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat yang masih bersifat global,

baik menyangkut masalah ibadah maupun hukum, sebagian ulama menyebutnya bayan tafshil

atau bayan tafsir9.

( البخارى ( رواه أصلي رأيتموني كما صلوا

“Shalatlah sebagaimana engkau melihatku shalat” (HR Al bukhari)

Hadits ini menjelaskan bagaimana sholat harus didirikan, sedangkan dalam Al quran perintah

sholat tidak dijelaskan secara rinci, seperti pada ayat berikut;

البقرة ( الراكعين مع واركعوا الزكاة وأتوا الصالة )43 : 2 وأقيموا

“Dan kerjakanlah sholat, tunaikan zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ “ (QS Al

baqarah 43)

2. Takhsish al ‘amm

Yaitu bahwa hadits mengkhususkan ayat-ayat Al quran yang umum10, seperti pada contoh ayat

berikut;

النساء ( األنشيين حظ للذكرمثل أوالدكم فى الله )11: 4 يوصيكم

“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu; bahagian

anak laki-laki sama dengan bahagian anak perempuan.” (QS An Nisa 11)

Ayat diatas masih umum, sedangkan hadits yang mentakhsish ayat tersebut yaitu;

ماتركناه نورث ال معاشراألنبياء نحن9Abdul Majid khon, Ulumul Hadits, hal : 17

10Ibid, hal : 17

10

Page 11: AIK AL-Hadits

“kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan”

Selain hadits tersebut ayat diatas juga di takhsish oleh hadits;

القاتل يرث Pembunuh tidak dapat mewarisi (harta pusaka)” (HR At Tirmidzi)“ال

3. Taqyid al muthlaq

Hadits membatasi kemutlakan ayat-ayat Al quran. Artinya Al quran keterangannya secara mutlaq

kemudian di taqyid dengan hadits tertentu11, misalnya pada ayat dibawah ini;

المائدة ( أيديهما فاقطعوا والسارقة )38 : 5 والسارق

“Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan, maka potonglah tangan-tangan mereka” (QS Al

Maidah 38)

Dalam ayat tersebut tidak ada batasan tentang tangan yang harus di potong oleh karenanya

ditaqyid dengan hadits berikut ini;

الكف مفصل من يده فقطع بسارق وسلم عليه الله صلى الله رسول أتي

“Rasulullah SAW didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan

pencuri dari pergelangan tangan”

C. Bayan At tasyri’

Yang dimaksud dengan bayan tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran

yang tidak didapati Al quran, atau dalam Al quran hanya terdapat pokok-pokoknya (ashl) saja12.

Para ulama berbeda pendapat tentang fungsi sunnah sebagai dalil pada suatu hal yang tidak

disebutkan dalam Al quran. mayoritas mereka bahwa sunnah berdiri sendiri sebagai dalil hukum

dan yang lain berpendapat bahwa sunnah menetapkan dalil yang terkandung atau tersirat secara

implisit dalam teks Al quran13.

11Ibid, hal : 18

12Munzier Suparta, Ilmu Hadits, hal : 63

13Abdul Majid khon, Ulumul Hadits, hal : 19

11

Page 12: AIK AL-Hadits

Didalam sunnah terdapat ketentuan agama yang tidak diatur dalam Al quran. Artinya,

Nabi diberikan legitimasi oleh Allah untuk mengambil kebijakan, ada yang berupa penjelasan

terhadap kandungan Al quran dan dalam hal-hal tertentu Nabi membuat ketetapan khusus

sebagai wujud penjelasan hal yang tidak tertuang eksplisit dalam Al quran14. Surat Al A’raf ayat

157 menunjukkan demikian. Disana disebutkan;

) ... األعرف الخبائث عليهمم ويحرم الطيبات لهم )157 ويحل

“…Dan Nabi menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka

segala yang buruk” (QS Al a’raf 157)

Contoh hukum yang tidak terdapat dalam Al quran tetapi hanya terdapat dalam hadits yaitu;

larangan menikahi seorang wanita bersama bibinya dalam waktu yang sama15.

.. وخالتها المرأة بين وال وعمتها المرأة بين يجمع ال

“Tidak boleh dikumpulkan seorang perempuan dengan saudara ayahnya atau dengan saudara

ibunya”

Selain itu juga larangan memakan daging “himar jinak” dan hewan yang mempunyai

taring dan berkuku tajam. Aturan yang hanya terkandung dalam sunnah ini mengikat semua

orang islam sebagaimana Al quran mengikat mereka.

D. Bayan Al nasakh

Hadits menghapus (nasakh) hukum yang diterangkan dalam Al quran. misalnya

kewajiban wasiat yang diterangkan dalam surat Al baqarah ayat 180;

على حقا بالمعروف واألقربين للوالدين لوصية خيراا ترك إن الموت حضرأحدكم إذا عليكم كتب

البقراة ( )180 : 2 المتقين

“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia

meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf,

(ini adalah kewajiban) atas orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al baqarah 180)

14Abdul Majid khon dkk, Ulumul Hadits, hal : 205

15Ibid, hal : 205

12

Page 13: AIK AL-Hadits

Ayat diatas dinasakh dengan hadits Nabi;

لوارث وصية وال حقه حق ذي كل اعطى قد الله إن

“Sesungguhnya Allah member hak kepada setiap orang yang mempunyai hak dan tak ada wasiat

itu wajib bagi waris.” (HR An nasa’i)

Namun demikian perlu diketahui bahwa mengenai fungsi hadits yang ke-4 ini masih

terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama, ada yang membolehkan adanya naskh namun

ada juga yang menolak naskh. Diantara kelompok yang membolehkan naskh yaitu; golongan

mu’tazilah, hanafiyah, dan madzhab ibn hazm al dhahiri. Sedangkan ulama yang menolak naskh

diantaranya yaitu imam syafi’I dan sebagian besar pengikutnya, pengikut madzhab zhahiriyah

dan kelompok khawarij16. Terlepas dari itu tentunya mereka mempunyai alasan tersendiri

wallahua’lam.

2.4 Akal dalam memahami hadist

Dalam hadist ada suatu kajian mengenai Hadist disebut “ Mum al- Hadist. Ilmu Hadist itu

sendiri terbagi atas dua bagian , yakni ilmu hadist riwayah dan ilmu hadist diroyah17.

1. Ilmu hadist Riwayah adalah ilmu hadist yang mempelajari cara-cara penukilan, pemeliharaan

dan penulisan hadist. Tujuanya untuk memahami hadist-hadist Nabi Muhammad Saw, sebagai

penjelasa al-Quran dan menjadikan hadist ( perkataan , perbuatan dan taqrir Nabi Muhammad

Saw ) sebagai teladan.

2. Sementara ilmu hadist Diroyah adalah bagian ilmu hadist yang mempelajari kaidah-kaidah

untuk mengetahui hal ikhwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadist, sifat-

sifat rawi dan lain-lain. Definisi ini sesuai dengan makna kata diroyah yang secara bahasa berarti

pengetahuan dan pengenalan. Kegunaan ilmu ini tidak lain untuk mengetahui dan menetapkan

diterima dan ditolakny suatu hadist. Ilmu hadist diroyah memiliki beberapa cabang yang

berkaitan dengan sanad , rawi, dan matan hadist.

16Munzier Suparta, Ilmu Hadits, hal : 6617http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist.posting Cirebon, 15.november 2013.

13

Page 14: AIK AL-Hadits

Para peneliti biasanya dalam mendapatkan data kebenaran dengan menggunakan dua

metode ; eksperimen atau sumber/pustaka terpercaya. Sebagai contoh sederhananya, “di awal-

awal semester, biasanya mahasiswa ingin mengetahui jadwal kuliah barunya. Untuk

mendapatkannya, mahasiswa tersebut bisa langsung ke kampus melihat papan pengumuman

yang berisi jadwal kuliah. Namun, terkadang cara ini tidak mungkin bisa dilakukan. Misalnya,

mahasiswa tersebut masih berhalangan/sakit keras/masih mudik dan sebagainya. Maka, hal yang

hanya dapat dilakukan adalah mahasiswa tersebut menanyakan kepada teman-temannya yang

terpercaya tentang jadwal tersebut. Bisa saja teman-temannya tidak melihat langsung jadwal

kuliahnya, tapi mereka mengetahui informasi dari temannya lagi. Namun, sebanyak apapun

rantai informasinya, jika setiap pengabar adalah orang yang terpecaya, maka kabar tersebut dapat

dijadikan sumber informasi yang terpercaya”. Demikian pula cara-cara ini juga dapat digunakan

untuk membuktikan agama-agama mana yang paling benar. Dengan metode penelitian ilmiah

ini, dapat dibuktikan bahwa Islam merupakan agama yang paling benar, baik dari pembuktian

melalui eksperimen-eksperimen yang sederhana hingga canggih maupun dengan melihat rantai

informasi sumber ajarannya (biasa disebut dengan istilah sanad) sehingga dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya18.

Karena dengan inilah, apabila ada seseorang yang ingin mengkritik Islam dari sisi

keabsahan al Quran maupun hadits, dia tidak akan bisa, karena dia harus berhadapan dengan

kaidah-kaidah periwayatan yang diwariskan oleh para ulama kita. Dengan begitu jika ada

seseorang yang ingin mengkritik suatu hadits misalnya, dan mengaatakan bahwa hadits ini bukan

berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia harus memperhatikan dari sisi para

perawinya. Demikianlah Allah menjaga dan umat Islam ini dengan sanad. Jadi, sebenarnya kita

tidak perlu mengecek lagi kebenaran pada setiap hadits-hadits yang sanadnya shohih, karena

setiap hadits shohih datangnya dari rasulullah dan setiap perintah yang datang dari Rasulullah

hendaknya langsung ditaati tanpa banyak bertanya-tanya, “apakah ini masuk akal?” atau

semisalnya bagi seorang mukmin, sebagaimana firman Allah :

RمRُه TَكV Tِئ ولR وTأ Tا طTعXن

T وTأ Tا مVعXن Tس Rوا TقRول ي XنT أ XمRهT Xن Tي ب TمR TحXك Vي ل VهV ول Rس TرTو VهY الل VلTى إ دRعRوا VذTا إ TينV XمRْؤXمVن ال TلXوTق TانT ك YمTا Vن إ

TونRحV XمRفXل ال

18 Hhtp://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting 15.november 2013.

14

Page 15: AIK AL-Hadits

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya

agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami

patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S An-Nuur: 51)

Sudah sepantasnya kita berusaha menjadi golongan mukminin dengan mengamalkan ayat

ini, yakni mengamalkan perintah-perintah nabi tanpa harus dicek apakah ajaran tersebut sesuai

dengan akal atau tidak, sesuai hasil penelitian yang mutakhir ataukah tidak, dan sebagainya,

karena akal yang sehat pasti bersesuaian dengan petunjuk nabi, dan akal yang tidak sehat tidak

bersesuaian dengan petunjuk nabi. Kalaupun ada kabar-kabar yang berasal dari nabi tidak dapat

dibuktikan dengan hasil penelitian teknologi masa kini yang semakin canggih, bahkan mungkin

bertentangan, sebagai orang mukmin kita harus menempatkan akal kita di bawah dalil-dalil naqli

yang shahih. Kita harus menganggap bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah lah yang benar dan

menganggap penelitian-penilitian yang bertentangan dengan dalil adalah penelitian yang batil.

Walaupun kita juga harus menggunakan akal dalam memahami agama, janganlah menempatkan

akal secara berlebih-lebihan. Itulah manusia. Kadang ia masih terlalu angkuh untuk menyadari

kelemahannya. Seakan dengan teknologi, manusia bisa melakukan segalanya. Padahal masih

banyak hal yang belum bisa dicapai hakekatnya dengan teknologi. Contoh mudahnya adalah ruh.

Ia bahkan ada dalam diri-diri kita. Kita juga bisa merasakan keberadaanya. Namun belum ada

teknologi yang bisa menungkap eksistensi dan substansinya19.

Sebagai muslim, semestinya kita mengedepankan keimanan. Bukan dengan logika

manusia yang dangkal kita justru hendak mementahkan sebuah berita ghaib yang datang dari

Allah dan Rasul-Nya.seperti dalam firman Allah Swt:

VبX XَغTي Vال ب TونR RْؤXمVن ي TينVذY ال

(Orang-orang bertaqwa yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib (Q.S Al-Baqarah: 3).

Dari uraian diatas untuk melakukan kajian hadis dibutuhkan kekuatan akal didalam

penelitian dan pengetahuannya sehingga tidak terjebak pada asal-asalan didalam menerangkan

asal-usul dan kevalidan dari pada hadist tersebut. Peran akal sangat strategis dan mumpuni

didalam mengungkap dan menelaah secara kritis tentang kedudukan hadist, apakah hadist

tersebut shaheh atau dhoif . Maka pendekatan akal lah untuk meneliti sejauhmana keshahehan

19 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting Cirebon,15.november 2013.

15

Page 16: AIK AL-Hadits

dari pada hadist tersebut. Disamping untuk meneliti, akal juga bisa mengungkap ( menjelaskan )

maksud dan tujuan dari hadist.

A. Peran akal menurut para ulama

akan kami bahas tentang bagaimana pandangan ahli ilmu (ulama) din, yang berkaitan

dengan peran akal didalam memahi hadis nabi.Penggunaan akal secara bebas dalam menafsirkan

dimungkinkan sepanjang tidak membawa kemudharatan dan sesuai dengan ruh syariat. Bahkan

beliau mengatakan bahwa akal mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari pada hidayah

sebelumnya. Hidayah inilah yang membedakan manusia dengan binatang, manusia dapat hidup

bermasyarakat, dinamis dan berbudaya berkat daya budi akal yang dimilikinya, dan dapat

mengetahui serta membedakan mana yang baik dan yang buruk. Pendapat diatas didasarkan pada

sabda nabi Muhammad SAW sebagai do’a kapada ibnu abbas ; ‘ Allahumma faqqihi fiddin wa

‘alimhu at-ta’wil  ‘ Ya Allahberikanlah pemahaman kepadanya dan berilah ilmu ta’wil20.

Seandainya tafsir dengan akal tidak dibolehkan, maka banyak ayat –ayat hukum yang

tidak diamalkan. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak sempat menerangkan secara rinci

makna setiap ayat . Dalam hal ini, setiap mujtahid yang melakukan istinbat diberikan pahala,

meskipun hasil ijtihadnya salah.

Itulah yang mendasari para ulama dibolehkanya menafsirkan dengan pendekatan ra’yu

atau akal. Sementara ulama yang  menolak tafsir bil-al-ra’yi adalah Ibnu Taimiyyah yang

menyatakan bahwa dengan menggunakan akal semata adalah termasuk tafsir yang harus dijauhi .

Ibnu kasir menyatakan bahwa tafsir bil-al- ra’yi  yang difahami oleh ulama salaf adalah suatu

metode penafsiran yang musykil, sebab yang dimaksud adalah penafsiran wahyu tanpa berdasar

ilmu pengetahuan yang kuat. Ulama yang menentang pendekatan rasional didasarkan pada

beberapa hadist diantaranya 21;

Dari Ali bin Abi Thalib r.a., dia berkata :“Andaikata agama itu cukup dengan ra’yu

(akal), maka bagian bawah khuf (alas kaki) lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya.

Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengusap bagian atas khuf-

nya.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang baik. Dalam Al-Talkhishul Habir, 1/160 Al-Hafidh

Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata hadits ini shahih, dan juga telah disepakati Syaikh Muhammad

Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahihul Abu Daud, 1/33)

20 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting Cirebon 15.november 2013.21 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist.posting Cirebon, 15.november 2013.

16

Page 17: AIK AL-Hadits

Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata :“Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi

wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian mencegah istri-istrimu (untuk mendatangi) masjid-masjid

jika mereka meminta izin kepada kalian.” Salim bin Abdullah berkata, “Lalu Bilal bin Abdullah

berkata, ‘Demi Allah, kami akan mencegah mereka’.” Salim berkata, “Lalu Ibnu Umar

menghampiri Abdullah dan mengolok-oloknya dengan olok-olokan yang amat buruk, yang tidak

pernah kudengar sebelumnya seperti itu. Dia berkata, “Aku mengabarkan kepadamu dari

Rasulullah, lalu engkau berkata,’Demi Allah, aku benar-benar akan mencegahnya ?’.”(HR.

Muslim)

Dari Urwah bin Az-Zubair, bahwa dia berkata kepada Ibnu Abbas r.a.:“Engkau telah

menyesatkan manusia.”“Apa itu wahai Urayyah ?”, tanya Ibnu Abbas.Urwah menjawab,

“Engkau memerintahkan umrah pada sepuluh hari itu, padahal hari-hari itu tidak ada

umrah.”Ibnu Abbas bertanya, “Apakah engkau tidak bertanya mengenai masalah ini kepada

ibumu ?”Urwah menjawab, “Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak pernah melakukan hal

itu.”Ibnu Abbas berkata, “Inilah yang membuat kalian rusak. Demi Allah, aku tidak melihat

melainkan hal ini akan membuat kalian tersiksa. Sesungguhnya aku beritahukan kepada kalian

dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun kalian menjawab dengan diri Abu Bakar dan

Umar.”(HR Imam Ahmad dan Al-Khathib serta lainnya dengan sanad yang shahih)

“ Barang siapa yang berkata terhadap al-quran berdasarkan pendapatnya, maka hendaklah dia

menyiapkan tempatnya di neraka ( HR At-Turmudzi dari Ibnu Abbas )

Kemudian pada riwayat lain

“Barang siapa yang berkata terhadap al-quran berdasarkan pendapatnya lalu ia benar, maka

dia dianggap telah bersalah( H.R  at-turmudzi dari Jundub ).

Uraian diatas menggambarkan dua arus pemikiran yang berbeda satu sisi menafsirkan wahyu

( hadsit ) dengan pendekatan rasional sangat dibolehkan dengan beberapa argumen dan alasanya,

tetapi disisi lain ulama menentangnya, juga dengan alasan dan argumen yang berdasarkan dalil /

hujjah.

Ajaran Islam memang mengajak kepada umat manusia supaya berfikir dan menggunakan

akalnya sebagaiamana yang dijelaskan sebelumnya dalam al-quran maupun hadist yang

mangarah ke sana, akan tetapi yang dikehendaki bukanlah pemikiran “bebas”  secara tidak

terkendali. Semua yang dimaksudkan oleh ajaran Islam agar di lakukan dalam batasan tertentu

yang memang sudah menjadi bagianya (akal). Maka ajaran Islam menganjurkan untuk berfikir

17

Page 18: AIK AL-Hadits

tentang hal-hal yang berkaitan dengan ciptaan Allah seperti yang ada dilangit dan bumi . Hal ini

sesuai dengan semangat sabda Nabu Muhammad Saw “, Berfikirlah kamu semua tentang mahluk

Allah ( ciptaan allah ) dan janganlah kamu sekalian berfikir mengenai zat Allah, sesungguhnya

kamu semua sudah tentu tidak dapat mencapinya,”.

Begitu pula,  kita akan menemukan di beberapa ayat al-quran yang berekait dengan

perintah untuk berfikir / bertafakur tentang fenomena alam semesta yang Allah ciptakan begitu

luas, salah satunya dalam firman Allah ;

Vة TرVاآلخTو Tا Xي الد[ن TفVي ون RرY TفTك Tت ت XمR Yك TعTل ل VاتT اآلي RمR Tك ل RهY الل Rي̂نT Rب ي TَكV TذTل ك

“Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya kepada kamu semua, agar kamu dapat berfikir

tentang dunia dan akhirat’..  ( QS. Al-baqoroh : 219-220).

Pada ayat yang lain Allah berfiram ;

VِضXاألرTو VاتTاوTم Yالس فVي مTاذTا وا RرRُظX ان VلRق

Katakanlah : Periksalah / lihatlah olehmu semua apa - apa yang ada dilangit dan bumi ...     (QS

Yunus :101)

Oleh karena itu kebenaran adalah segala sesuatu yang sesuai dengan realitas, dan realitas

adalah sama bagi setiap manusia, maka kesesuaian ini bersifat mutlak, tidak relatif. Dengan

demikian berbagai ide dan gagasan pemikiran yang menyatakan keberadaan suatu realitas atau

menerangkan keadaan realitas itu, dapat dipastikan keshahihanya bila realitas membuktikan

kesalahanya.Maka kebenaran merupakan suatu perkara yang mutlak yang disadari oleh setiap

manusia. Kesadaran ini tertanam kuat dalam diri manusia. Jika seseorang sudah memahami

kebenaran, maka ia harus bersikap konsisten denganya, karena berfikir adalah karakteristik

paling istimewa yang dimiliki manusia. Dengan kemampuan berfikir  manusia dapat mengetahui

dan memahami yang ada disekelilingnya dan mampu membangun konsep yang membentuk

kepribadian dan pandanganya.Manusia secara alamiah menjalani kehidupanya sesuai dengan

keyakinan melalui proses berfikir. Walaupun aktifitas berfikir yang dilakukan manusia

merupakan keistimewaan, akan tetapi bukan berarti untuk menunjukan keegoanya dalam

berdebat untuk sekedar kesenangan belaka dan menghiraukan aspek nilai-nilai ilahiayah yang

berorientasi untuk mencari kebenaran. Orang-orang yang selalu memperdebatkan suatu perkara

yang jelas-jelas keliru diingatkan oleh Nabi Muhammad lewat sabdanya 22:

22 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist.posting Cirebon, 15.november 2013.

18

Page 19: AIK AL-Hadits

‘ Aku memberikan jaminansebuah rumah disurga bagi orang yang meninggalkan miraah,

sekalipun bila dia benar.”

Kata miraah dalam hadist diatas merupakan hujjah yang tidak berartiatau argumenyang berasal

dari sikap keras kepala yang diungkapkan bukan untuk mencari kebenaran atau untuk dipahami.

Proses pengambilan suatu pendapat atau pemikiran tidak boleh didasarkan hanya karena alasan

ketertarikan, baik tertarik kepada pendapat atau pemikiran itu sendiri atau tertarik kepada orang

yang mengemban pendapat atau pemikiran tersebut. Apalagi atas dasar pertimbangan perasaan ,

reaksi dan meniru-niru. Maka yang harus menjadi kriteria didalam berpendapat atau berargumen

adalah dengan dalil atau hujjah, apalagi yang berkaitan dengan persoalan aqidah ( keyakinan ) ,

maka yang harus dijadikan rujukan dan kriteria  satu-satunya adalah dalili atau hujjah yang

menjadi ketentuan dalam mengukur suatu kebenaran.

Menurut Mohammad Abdurahman ( 2011: 38 )  urusan dunia yang dimaksud dalam

hadist itu adalah perkara-perkara ilmiah yang tidak dijelaskan dalam Quran dan Hadist.

Demikian pula imam muslim meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda :

“ Aku adalah manusia biasa seperti kalian, akan tetapi aku menerima wahyu. Bila aku

memerintahkan kapada kalian suatu perkara yang berhubungan dengan Din ini, maka

terimalah, akan tetapi bila aku memerintahkan kepada kalian suatu perkara yang berhubungan

dengan urusan dunia kalian, maka kalian lebih tahu tentang perkara ini ”.

Demikianlah Islam telah membedakan dengan jelas antara perkara-perkara ilmu pengetahuan dan

teknologi yaitu hal-hal yang diteliti dilaboratorium dan benda-benda yang ada dialam semesta –

dengan perkara-perkara ad-din  yaitu berbagi urusan kehidupan serta sistem yang mangatur

hubungan dan masalah yang dihadapi manusia.

Dengan demikian , baik golongan yang menolak maupun golongan yang mendukung

pendekatan rasional ( ra’yu ) , pada dasarnya menyetujui keberadaan (penjelasan ) tafsir bi ar-

ra’yi  mahmud (terpuji sesuai kaidah ) dan mereka sepakat menolak keberadaan pendeketan

ra’yu yang mazmum (tercela, yang tidak berdasarkan kaidah ).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

19

Page 20: AIK AL-Hadits

Pandangan al-Kindi tentang akal ialah bahwa manusia memiliki akal dan nafsu kehewanian, sehingga manusia dikatakan makhluk berpikir (rational animal). Pemikiran Ibnu Sina mengenai akal ialah bahwa akal yang tertinggi adalah Allah artinya Allah yang menciptakan akal yang kedua sampai akal yang kesepuluh. Pemikiran Ibnu Rusyd mengenai akal tersebut ialah bahwa manusia dapat memperoleh suatu pengetahuan di samping memanfaatkan perasaan dan imajinasinya ialah dengan menggunakan akalnya. Akal merupakan sesuatu yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan akal, manusia mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.Hakikat akal sesuai dengan pandangan al-Kindi adalah akal merupakan wahyu yang berasal dari Tuhan. Pandangan Ibnu Sina ialah bahwa manusia memiliki akal dan dari akal tersebut, manusia mampu membuat barang-barang berharga, mengolah hasil bumi dan lain sebagainya. Pendapat penulis mengenai pandangan Ibnu Rusyd tentang tindakan akal sebagai penyerap gagasan dan konsep secara universal dan hakiki, ialah hakikat akal manusia merupakan sesuatu yang berasal dari akal yang lebih tinggi kedudukannya yaitu Allah. Akal manusia merupakan wujud atau bentuk dari adanya akal Allah.

Kedudukan Akal tidak dapat diterjemahkan atau disamakan dengan otak. Otak adalah bentuk material yang memiliki fungsi untuk menyimpan dan mengolan data atau informasi yang dikumpulkan oleh pancaindera. Data daninformasi yang bersumber dari pancaindera manusia itulah yang kemudian menjadi kerjaakal yang harus menimbang dalam duahal yaitu antara intelek (budi) danintuisi (hati). Dapat pula disebutkan bahwa kerja akal adalah berusaha menyeimbangkan antar pikiran dan emosi manusia.

Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan, antara lain: Sebagai tolak ukur akan

kebenaran dan kebatilan, Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang, dan

Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.

Tidak seperti wahyu, kekuatan akal lebih terlihat jelas dan mudah dimengerti, seperti

contoh:Mengetahui Tuhan dan sifat-sifatnya, Mengetahui adanya hidup akhirat, Mengetahui

bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang

kesengsaraan tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat, Mengetahui

wajibnya manusia mengenal tuhan, Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia

menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat, dan Membuat hukum-hukum

mengenai kewajiban-kewajiban itu.

Pentingnya Akal yaitu: Membedakan manusia dengan makhluk yang lain, Akal adalah

tonggak kehidupan manusia, Akal adalah jalan untuk memperoleh iman yang sejati, dan akal

menjadi sumber keyakinan pada tuhan.

Kududukan Hadits Para ulama sepakat bahwa hadits Nabi adalah sumber hukum Islam yang ke dua setelah Al-Qur’an, dan umat Islam wajib melaksanakan isinya.  Banyak sekali ayat-

20

Page 21: AIK AL-Hadits

ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa hadits/sunnah Nabi itu merupakan salah satu sumber hukum islam. Banyak ayat yang mewajibkan umat islam untuk mengikuti Rasulullah SAW dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi menjauhi segala larangannya. Allah berfirman dalam Surat Ali Imron ayat 132.

Dalam hadist ada suatu kajian mengenai Hadist disebut “ Mum al- Hadist. Ilmu Hadist itu

sendiri terbagi atas dua bagian , yakni ilmu hadist riwayah dan ilmu hadist diroyah. Untuk

melakukan kajian hadis dibutuhkan kekuatan akal didalam penelitian dan pengetahuannya

sehingga tidak terjebak pada asal-asalan didalam menerangkan asal-usul dan kevalidan dari pada

hadist tersebut. Peran akal sangat strategis dan mumpuni didalam mengungkap dan menelaah

secara kritis tentang kedudukan hadist, apakah hadist tersebut shaheh atau dhoif . Maka

pendekatan akal lah untuk meneliti sejauh mana keshahehan dari pada hadist tersebut.

Disamping untuk meneliti, akal juga bisa mengungkap ( menjelaskan ) maksud dan tujuan dari

hadis. Dengan demikian , baik golongan yang menolak maupun golongan yang mendukung

pendekatan rasional ( ra’yu ) , pada dasarnya menyetujui keberadaan (penjelasan ) tafsir bi ar-

ra’yi  mahmud (terpuji sesuai kaidah ) dan mereka sepakat menolak keberadaan pendeketan

ra’yu yang mazmum (tercela, yang tidak berdasarkan kaidah ).

DAFTAR PUSTAKA

Khafidi tesis.peranan akal dan qalb dalam pendidikan akhlaq.pdf.semarang.2013

Khon Abdul Majid, Ulumul Hadits, Amzah, Jakarta, 2009

Khon Abdul Majid dkk, Ulumul Hadits, PSW UIN Jakarta, Jakarta, 2005

21

Page 22: AIK AL-Hadits

Suparta Munzier, Ilmu Hadits, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002

Syah Nasution. Hasyim, Filsafat Islam,Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999

Zar.Sirajudin, filsafat Islam Filosof dan filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting 15.november 2013.

http://rouhdotul.kedudukan dan fungsi hadits.posting 17 mei 2008.

22