aik al-hadits
DESCRIPTION
pandangan Al-Qur'an tentang alam semestaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebiasaan Rosululullah sallahu’alihiwassalam ketika duduk bersama para Sahabat baik
dari golongan Anshor maupun Muhajirin membaca ayat-ayat al-Quran dan hadis serta
membahas berbagai persoalan - persoalan keagamanaan maupun keduniawian yang berkaiatan
dengan aqidah, hukum, fikih maupun mu’amalah. Al-quran dan Hadis dijadikan sebagai dasar
kajian pada masa Rosulullah dan khulafairosyidin.Hadits bukanlah teks suci sebagaimana Al-
qur’an. Namun, hadits selalu menjadi rujukan kedua setelah Al-qur’an dan menempati posisi
penting dalam kajian keislaman. Mengingat penulisan hadis yang dilakukan ratusan tahun setelah
Nabi Muhammad SAW wafat, maka banyak terjadi silang pendapat terhadap keabsahan sebuah
hadis. Sehingga hal tersebut memuncul kan sebagian kelompok meragukan dan mengingkari
akan kebenaran hadits ebagai sumber hukum.
Manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi ini sebagai pemelihara kelangsungan
mahluk hidup dan dunia seisinya. Dilihat dan diteliti tentang konsep keistimewaan dan kelebihan
manusia dibanding makhluk lain ialah terletak pada akal pemikiran. Dengan adanya akal,
manusia dapat mencari ilmu serta memandu mereka ke arah yang baik dan menilai mana yang
benar dengan yang salah. Kesesatan dan kemusnahan manusia juga bisa disebabkan oleh
orang-orang yang tidak menggunakan akal untuk tujuan yang baik. Lantaran itu, akal
yang bersifat positif jika diarahkan untuk kebaikan, menjadikan seseorang menjadi mulia,
akan tetapi apabila diarahkan untuk tujuan kemaksiatan dan kejahatan, menyebabkan
manusia itu binasa dan hina.1
Maka dari itu kami akan mencoba menjelaskan bagaimana kedudukan dan fungsi akal
dalam memahami hadis-nabi sallahu’alaihiwassalam.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan akal ?
b. Bagaimana kedudukan hadits?
1 Khafidi tesis.peranan akal dan qalb dalam pendidikan akhlaq.pdf.semarang.2013.hlm.3
1
c. Bagaimana pemahaman hadits ?
d. Bagaimana kedudukan dan fungsi akal dalam memahami hadits ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi akal menurut filosof muslim
b. Mengetahui tentang kedudukan hadits
c. Mengetahui mengenai pemahaman tentang hadits
d. Mengetahui kedudukan dan fungsi akal dalam memahami hadits.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akal
A. Definisi Akal menurut filosof muslim
Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (العـقـل), yang
dalam bentuk kata benda.Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (عـقـلوه)
dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون) 24 ayat, na’qil (نعـقـل) 1 ayat, ya’qiluha (يعـقـلها) 1 ayat dan
ya’qiluun (يعـقـلون) 22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat
diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang
salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.
Dalam pemahaman Prof.Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti
kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut
kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang berakal, menurut
pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah.
Bagaimanapun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan berfikir.Sedangkan
Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan
oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.
1. Al-Kindi
Menurut pandangan Al-Kindi akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal pertama ini
berada di luar jiwa manusia, diperole secara Ilahi, dan selamanya dalam aktualitas. Karena selalu
berada dalam aktualitas, akal inilah yang membuat akal yang bersifat potensi dalam jiwa
manusia menjadi aktual
Akal yang bersifat potensial, yakni akal murni yang ada dalam diri manusia yang masih
merupakan potensi dan belum menerima bentuk-bentuk indrawi dan yang akali. Akal yang
bersifat perolehan. Ini adalah akal yang telah keluar dari potensialitas ke dalam aktualitas, dan
mulai memperlihatkan pemikiran abstraksinya. Akan perolehan ini dapat dicontohkan dengan
kemampuan positif yang diperoleh orang dengan belajar, misalnya tentang bagaimana cara
menulis. Penamaan perolehan, agaknya dimaksudkan oleh Al-Kindi untuk menunjukkan bahwa
akal dalam bentuk ini diperoleh dari akal yang berada di luar jiwa Manusia, yakni akal pertama
yang membuat akal potensial keluar menjadi akal aktualitas
3
Akal yang berada dalam keadaan aktual nyata, ketika ia aktual, maka ia disebutbakal
“yang kedua”. Akal dalam bentuk ini merupakan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari
aktualitas. Ia dapat diibaratkan dengan proses penulisan kalau seorang sungguh-sungguh
melakukan penulisan.
Menurut Al-Kindi akal sebagai suatu potensi sederhana yang dapat mengetahui hakikat-
hakikat sebenarnya dari benda-benda. Akal, menurutnya, terbagi menjadi tiga macam yaitu2:
a) Akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal pertama ini berada di luar jiwa manusia,
bersifat Ilahi, dan selamanya dalam aktualitas. Karena selalu berada dalam aktualitas,
akal inilah yang membuat akal yang bersifat potensi dalam jiwa manusia menjadi aktual.
Sifat-sifat akal ini ialah sebagai berikut:
1) Ia adalah Akal Pertama.
2) Ia selamanya dalam aktualitas.
3) Ia membuat akal potensial menjadi aktual berpikir.
4) Ia tidak sama dengan akal potensial, tetapi lain daripadanya.
b) Akal yang bersifat potensial, yakni akal murni yang ada dalam diri manusia yang masih
merupakan potensi dan belum menerima bentuk-bentuk indrawi dan yang akali.
c) Akal yang bersifat perolehan. Ini adalah akal yang telah keluar dari potensialitas ke
dalam aktualitas, dan mulai memperlihatkan pemikiran abstraksinya. Akan perolehan ini
dapat dicontohkan dengan kemampuan positif yang diperoleh orang dengan belajar,
misalnya tentang bagaimana cara menulis. Penamaan perolehan, agaknya dimaksudkan
oleh Al-Kindi untuk menunjukkan bahwa akal dalam bentuk ini diperoleh dari akal yang
berada di luar jiwa Manusia, yakni akal pertama yang membuat akal potensial keluar
menjadi akal aktualitas
d) Akal yang berada dalam keadaan aktual nyata, ketika ia aktual, maka ia disebutbakal
“yang kedua”. Akal dalam bentuk ini merupakan akal yang telah mencapai tingkat kedua
dari aktualitas. Ia dapat diibaratkan dengan proses penulisan kalau seorang sungguh-
sungguh melakukan penulisan.
Al-Kindi memang tidak melakukan pembahasan mendalam tentang akal ini. Kendati
demikian, apa yang dilakukan ini telah merupakan peretas jalan bagi pembahasan oleh kaum
filusof muslim selanjutnya.
2Sirajudin Zar, filsafat Islam Filosof dan filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 61-61
4
2. Ibnu Sina
Menurut Ibnu Sina Jiwa manusia, yang disebut juga ( الناطقة mempunyai dua ,(القوة
daya: praktis (العاملة) dan teoretis (العالمة). Daya praktis hubungannya dengan hal-hal yang
abstrak. Daya teoretis ini mempunyai tingkatan sebagai berikut:
a) Akal Materiil ( الهيوالنى yang semata-mata mempunyai potensi untuk berpikir dan (العقل
belumdilatih walaupun sedikit.
b) Akal Al-malakat ( الملكة yang telah mulai dilatih untuk berpikir tentang hal-hal (العقل
abstrak.
c) Akal Aktual ( بالفعل .yang telah dapat berpikir tentang hal-hal abstrak (العقل
d) Akal Mustafad ( المستفاد yaitu akal yang telah sanggup berpikir tentang hal-hal ,(العقل
abstrak tanpa perlu daya upaya. akal seperti inilah yang dapat berhubungan dan
menerima limpahan ilmu pengetahuan dari akal aktif3.
Ibnu Sina merumuskan bahwa akal merupakan suatu kekuatan yang terdapat dalam
jiwa. Menurut Ibnu Sina ada dua macam akal yaitu akal manusia dan akal aktif. Semua
pemikiran yang muncul dari manusia sendiri untuk mencari kebenaran disebut akal manusia.
Sedangkan akal aktif adalah di luar daya kekuatan manusia, yaitu semua pemikiran manusia
yang mendatang kedalam akal manusia dari limpahan ilham ke-Tuhanan.
Ibnu Sina selain dari teori akal tersebut diatas, juga terkenal dengan rumusannya
sebagai berikut: akal (pemikiran) membawa alam semesta ini kedalam bentuk-bentuk. Serta
semesta itu serta merta berada sebelum benda-benda , didalam benda-benda itu sendiri dan
sesuda benda-benda itu tercipta. Sebelum benda-benda adalah di dalam pikiran Tuhan.
Umpamanya tuhan hendak menciptakan kucing, sudah tentu dalam pikiran Tuhan sudah ada
bentuk kucing yang akan diciptakan-Nya. Di dalam benda, jika kucing telah tercipta, maka pada
tiap-tiap kucing itu akan didapati sifat-sifat kucing. Sesudah benda serba semesta itu tetap masi
ada yaitu dalam pikiran kita. Jika kita telah melihat banyak kucing, maka tampak persamaan
antaranya dan dengan demikian sampailah kita kepada bentuk kucing pada umumnya
3. Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd wujud jiwa paling nyata tampak dalam akal yang dipunyai
manusia.Akal manusia itu adalah satu dan universal. Lebih dalam "akal yang aktif" yang
3Hasyim Syah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hal. 73.
5
dimaksud bukan saja akal yang esa dan universal, melainkan juga menyangkut "akal
kemungkinan" (reseptif).
Akal kemungkinan lah yang membuat manusia sungguh menjadi individu ketika ia
berhubungan dengan tubuh masing-masing manusia. Melihat sifat akal yang ada dalam individu
tersebut sifatnya reseptif, resikonya bahwa ketika manusia meninggal, maka akal kemungkinan
pun akan lenyap. Akal yang dimiliki seseorang sifatnya tidak abadi, yang abadi adalah akal yang
esa dan universal, sesuatu yang menjadi sumber dan tempat kembalinya akal masing-masing
manusia.Pengakuan Ibn Rusyd tentang akal yang bersatu dimaksudkan sebagai pengakuannya
atas roh (jiwa) manusia yang bersatu, sebab akal adalah mahkota terpenting dari wujud roh
(jiwa) manusia. Dengan kata lain, akal itu di sini hanyalah sebagai wujud rohani yang
membedakan jiwa (roh) manusia atau mengutamakannya lebih dari jiwa (roh) hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Itulah yang dimaksud dengan monopsikisme (bahan yang menjadikan segala
jiwa). Maksud Ibn Rusyd roh universal itu adalah satu dan abadi (kekal)."
Akal itu bersifat teoritis dan praktis. Akal praktis lazim dimiliki oleh semua orang.
Unsur itu merupakan asal daya cipta manusia, yang diperlukan dan bermanfaat bagi
kemaujudannya. Hal-hal yang dapat diakali secara praktis dihasilkan lewat pengalaman yang
didasarkan pada perasaan dan imajinasi.konsekwansinya, akal praktis dapat rusak karena
kemaujudan.hal-hal yang sering kali bergantung kepada perasaan dan imajinasi. Maka mereka
berkembang bila persepsi dan gambaran berkembang, dan rusak bila hal-hal itu rusak.
Jiwa Berfikir (an-Nafs an-Nathiqah) Jiwa ini adalah daya yang mengetahui makna-
makna yang abstrak, terlepas dari kaitan materi yang terdapat dalam manusia. Jiwa berpikir ini
terbagi dua, yaitu akal teoritis dan akal praktis. Akal teoritis merupakan daya potensial yang
untuk menjadi actual, ia memerlukan bantuan atau pengaruh akal lain yang senantiasa actual,
yaitu akal aktif (‘aql fa’al) yang memberikan pengaruh pada akal hayulani (akal material) untuk
jadi akal naluri (‘akl bi’l-malakah). Akal aktif menurut Ibn Rushy akan kekal sedangkan akal
praktis akan hancur disebabkan kematian. Akal praktis dan akal teoritis terdapapada semua orang
dengan tingkat yang berbeda.Jiwa Kecendrungan (an-Nafs an-Nuzu’iyyah) Jiwa ini adalah daya
yang membuat hewan cenderung kepada yang disenangi dan menjauhkan diri dari yang
menyakiti. Jiwa ini terdapat pada hewan dan manusia yang melekat pada jiwa khayal dan perasa.
B. Kedudukan Akal4
4Akal dan wahyu.pdf
6
Akal tidak dapat diterjemahkan atau disamakan dengan otak. Otak adalah bentuk material
yang memiliki fungsi untuk menyimpan dan mengolan data atau informasi yang dikumpulkan
oleh panca indera. Data dan informasi yang bersumber dari panca indera manusia itulah yang
kemudian menjadi kerja akal yang harus menimbang dalam dua hal yaitu antara intelek (budi)
dan intuisi (hati).
Dapat pula disebutkan bahwa kerja akal adalah berusaha menyeimbangkan antar pikiran
dan emosi manusia. Dengan demikian maka Intelek adalah merupakan alat yang digunakan
untuk memperoleh pengetahuan yang bersumber dari alam sekitar yang bersifat konkrit atau
nyata. Sementara Intuisi merupakan alat untuk mengolah data dan informasi yang bersifat
abstrak atau tak nyata. Intuisi memiliki kecenderungan di mana seseorang dapat dengan tiba-tiba
memeiliki pengetahuan atau kebijaksanaan tertentu tanpa perlu melewati beberapa tahapan
proses seperti proses yang dilewati aspek intelektual.
Dari perbedaan antara intelek dan intuisi itu yang menyebabkan terjadinya perbedaan cara
memperoleh pengetahuan atau kebenaran. Jika Intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat
yang dihidupkan dihidupkan melalui pengayaan batin, baik dari sisi keyakinan, kebudayaan, dan
lain-lain, maka Intelek hanya dapat mengubah seseorang sedikit demi sedikit melalui tahapan
atau proses secara berkesinambunya yang pada akhirnya akan bermuara pada produk
pengetahuan dan kebenaran yang lebih untuh dan menyeluruh.
C. Fungsi Akal5
Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan, antara lain:
1. Sebagai tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang.
3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin
penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia
yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Dan Akal
adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal
iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber
keyakinan pada tuhan.
5Akal dan wahyu.pdf
7
D. Kekuatan Akal6
Tidak seperti wahyu, kekuatan akal lebih terlihat jelas dan mudah dimengerti, seperti
contoh:
1. Mengetahui Tuhan dan sifat-sifatnya.
2. Mengetahui adanya hidup akhirat.
3. Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan
dan berbuat baik, sedang kesengsaraan tergantung pada tidak mengenal tuhan dan
pada perbuatan jahat.
4. Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
5. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia menjauhi perbuatan
jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6. Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.
E. Pentingnya Akal
a. Membedakan manusia dengan makhluk yang lain.
b. Akal adalah tonggak kehidupan manusia.
c. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman yang sejati, dan akal menjadi sumber
keyakinan pada tuhan.
2.2 Kududukan Hadits7
Para ulama sepakat bahwa hadits Nabi adalah sumber hukum Islam yang ke dua setelah
Al-Qur’an, dan umat Islam wajib melaksanakan isinya.
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa hadits/sunnah Nabi itu
merupakan salah satu sumber hukum islam. Banyak ayat yang mewajibkan umat islam untuk
mengikuti Rasulullah SAW dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi
menjauhi segala larangannya.Allah berfirman dalam Surat Ali Imron ayat 132.
Artinya :“Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu dirahmati”
Bahkan Allah mengancam orang-orang yang menyalahi Rasul, seperti dalam firman-Nya:
6Akal dan wahyu.pdf7http://rouhdotul.kedudukan dan fungsi hadits.posting 17 mei 2008.
8
Artinya :“Hendaklah berhati-hati mereka yang menyalahi Rasul (tidak menuruti
ketetapannya), bahwa mereka akan ditimpa fitnah(cobaan yang berat), atau akan ditimpa azab
yang pedih.” (An-Nuur : 63)
Serkali-kali Tuhan tidak membenarkan para umat menyalahi Rasulullah SAW, menyalahi
hukumnya dan suruhannya. Allah berfirman :
Artinya:“tidaklah patut bagi orang yang beriman laki-laki dan perempuan bila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara untuk memilih urusannya sendiri dan barang siapa
menentang Allah dan Rasul-Nya, sungguh-sungguh ia telah tersesat jauh”. (Q.S Al-Ahzab : 36)
Dari ayat-ayat di atas jelas bahwa orang yang beriman tidak hanya harus berpedoman dan
mengikuti ajaran-ajaran Al-Qur’an, tetapi ia juga harus berpedoman dan mengikuti apa yang
diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Dan menjauhi apa yang dilarang olehnya.
2.3 Fungsi Hadist
A. Bayan At taqrir
Bayan at taqrir atau disebut juga bayan at ta’kid dan bayan al itsbat yaitu menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al quran. Fungsi hadits dalam hal ini hanya
memperkokoh kandungan Al quran8. contohnya seperti hadits dibawah ini;
( مسلم ( رواه فأفطروا رأيتموه وإذا فصوموا الهالل رأيتم فأذا
“Apabila kalian melihat (ru’yah)bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru’yah) itu maka
berbukalah”. (HR Muslim)
Hadits ini mentaqrir ayat Al quran dibawah ini;
البقرة ( فليصمه الشهر منكم شهد )185: 2فمن
“Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa...(QS Al
Baqarah)
B. Bayan At tafsir
8Munzier Suparta, Ilmu Hadits, hal : 57
9
Yaitu bahwa hadits berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat
Al quran yang masih bersifat global (mujmal), memberikan persyaratan atau batasan (taqyid)
ayat-ayat yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhsish) terhadap ayat-ayat yang masih
bersifat umum.
1. Tafsil al mujmal
Hadits memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat yang masih bersifat global,
baik menyangkut masalah ibadah maupun hukum, sebagian ulama menyebutnya bayan tafshil
atau bayan tafsir9.
( البخارى ( رواه أصلي رأيتموني كما صلوا
“Shalatlah sebagaimana engkau melihatku shalat” (HR Al bukhari)
Hadits ini menjelaskan bagaimana sholat harus didirikan, sedangkan dalam Al quran perintah
sholat tidak dijelaskan secara rinci, seperti pada ayat berikut;
البقرة ( الراكعين مع واركعوا الزكاة وأتوا الصالة )43 : 2 وأقيموا
“Dan kerjakanlah sholat, tunaikan zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ “ (QS Al
baqarah 43)
2. Takhsish al ‘amm
Yaitu bahwa hadits mengkhususkan ayat-ayat Al quran yang umum10, seperti pada contoh ayat
berikut;
النساء ( األنشيين حظ للذكرمثل أوالدكم فى الله )11: 4 يوصيكم
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu; bahagian
anak laki-laki sama dengan bahagian anak perempuan.” (QS An Nisa 11)
Ayat diatas masih umum, sedangkan hadits yang mentakhsish ayat tersebut yaitu;
ماتركناه نورث ال معاشراألنبياء نحن9Abdul Majid khon, Ulumul Hadits, hal : 17
10Ibid, hal : 17
10
“kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan”
Selain hadits tersebut ayat diatas juga di takhsish oleh hadits;
القاتل يرث Pembunuh tidak dapat mewarisi (harta pusaka)” (HR At Tirmidzi)“ال
3. Taqyid al muthlaq
Hadits membatasi kemutlakan ayat-ayat Al quran. Artinya Al quran keterangannya secara mutlaq
kemudian di taqyid dengan hadits tertentu11, misalnya pada ayat dibawah ini;
المائدة ( أيديهما فاقطعوا والسارقة )38 : 5 والسارق
“Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan, maka potonglah tangan-tangan mereka” (QS Al
Maidah 38)
Dalam ayat tersebut tidak ada batasan tentang tangan yang harus di potong oleh karenanya
ditaqyid dengan hadits berikut ini;
الكف مفصل من يده فقطع بسارق وسلم عليه الله صلى الله رسول أتي
“Rasulullah SAW didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan
pencuri dari pergelangan tangan”
C. Bayan At tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran
yang tidak didapati Al quran, atau dalam Al quran hanya terdapat pokok-pokoknya (ashl) saja12.
Para ulama berbeda pendapat tentang fungsi sunnah sebagai dalil pada suatu hal yang tidak
disebutkan dalam Al quran. mayoritas mereka bahwa sunnah berdiri sendiri sebagai dalil hukum
dan yang lain berpendapat bahwa sunnah menetapkan dalil yang terkandung atau tersirat secara
implisit dalam teks Al quran13.
11Ibid, hal : 18
12Munzier Suparta, Ilmu Hadits, hal : 63
13Abdul Majid khon, Ulumul Hadits, hal : 19
11
Didalam sunnah terdapat ketentuan agama yang tidak diatur dalam Al quran. Artinya,
Nabi diberikan legitimasi oleh Allah untuk mengambil kebijakan, ada yang berupa penjelasan
terhadap kandungan Al quran dan dalam hal-hal tertentu Nabi membuat ketetapan khusus
sebagai wujud penjelasan hal yang tidak tertuang eksplisit dalam Al quran14. Surat Al A’raf ayat
157 menunjukkan demikian. Disana disebutkan;
) ... األعرف الخبائث عليهمم ويحرم الطيبات لهم )157 ويحل
“…Dan Nabi menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk” (QS Al a’raf 157)
Contoh hukum yang tidak terdapat dalam Al quran tetapi hanya terdapat dalam hadits yaitu;
larangan menikahi seorang wanita bersama bibinya dalam waktu yang sama15.
.. وخالتها المرأة بين وال وعمتها المرأة بين يجمع ال
“Tidak boleh dikumpulkan seorang perempuan dengan saudara ayahnya atau dengan saudara
ibunya”
Selain itu juga larangan memakan daging “himar jinak” dan hewan yang mempunyai
taring dan berkuku tajam. Aturan yang hanya terkandung dalam sunnah ini mengikat semua
orang islam sebagaimana Al quran mengikat mereka.
D. Bayan Al nasakh
Hadits menghapus (nasakh) hukum yang diterangkan dalam Al quran. misalnya
kewajiban wasiat yang diterangkan dalam surat Al baqarah ayat 180;
على حقا بالمعروف واألقربين للوالدين لوصية خيراا ترك إن الموت حضرأحدكم إذا عليكم كتب
البقراة ( )180 : 2 المتقين
“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf,
(ini adalah kewajiban) atas orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al baqarah 180)
14Abdul Majid khon dkk, Ulumul Hadits, hal : 205
15Ibid, hal : 205
12
Ayat diatas dinasakh dengan hadits Nabi;
لوارث وصية وال حقه حق ذي كل اعطى قد الله إن
“Sesungguhnya Allah member hak kepada setiap orang yang mempunyai hak dan tak ada wasiat
itu wajib bagi waris.” (HR An nasa’i)
Namun demikian perlu diketahui bahwa mengenai fungsi hadits yang ke-4 ini masih
terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama, ada yang membolehkan adanya naskh namun
ada juga yang menolak naskh. Diantara kelompok yang membolehkan naskh yaitu; golongan
mu’tazilah, hanafiyah, dan madzhab ibn hazm al dhahiri. Sedangkan ulama yang menolak naskh
diantaranya yaitu imam syafi’I dan sebagian besar pengikutnya, pengikut madzhab zhahiriyah
dan kelompok khawarij16. Terlepas dari itu tentunya mereka mempunyai alasan tersendiri
wallahua’lam.
2.4 Akal dalam memahami hadist
Dalam hadist ada suatu kajian mengenai Hadist disebut “ Mum al- Hadist. Ilmu Hadist itu
sendiri terbagi atas dua bagian , yakni ilmu hadist riwayah dan ilmu hadist diroyah17.
1. Ilmu hadist Riwayah adalah ilmu hadist yang mempelajari cara-cara penukilan, pemeliharaan
dan penulisan hadist. Tujuanya untuk memahami hadist-hadist Nabi Muhammad Saw, sebagai
penjelasa al-Quran dan menjadikan hadist ( perkataan , perbuatan dan taqrir Nabi Muhammad
Saw ) sebagai teladan.
2. Sementara ilmu hadist Diroyah adalah bagian ilmu hadist yang mempelajari kaidah-kaidah
untuk mengetahui hal ikhwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadist, sifat-
sifat rawi dan lain-lain. Definisi ini sesuai dengan makna kata diroyah yang secara bahasa berarti
pengetahuan dan pengenalan. Kegunaan ilmu ini tidak lain untuk mengetahui dan menetapkan
diterima dan ditolakny suatu hadist. Ilmu hadist diroyah memiliki beberapa cabang yang
berkaitan dengan sanad , rawi, dan matan hadist.
16Munzier Suparta, Ilmu Hadits, hal : 6617http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist.posting Cirebon, 15.november 2013.
13
Para peneliti biasanya dalam mendapatkan data kebenaran dengan menggunakan dua
metode ; eksperimen atau sumber/pustaka terpercaya. Sebagai contoh sederhananya, “di awal-
awal semester, biasanya mahasiswa ingin mengetahui jadwal kuliah barunya. Untuk
mendapatkannya, mahasiswa tersebut bisa langsung ke kampus melihat papan pengumuman
yang berisi jadwal kuliah. Namun, terkadang cara ini tidak mungkin bisa dilakukan. Misalnya,
mahasiswa tersebut masih berhalangan/sakit keras/masih mudik dan sebagainya. Maka, hal yang
hanya dapat dilakukan adalah mahasiswa tersebut menanyakan kepada teman-temannya yang
terpercaya tentang jadwal tersebut. Bisa saja teman-temannya tidak melihat langsung jadwal
kuliahnya, tapi mereka mengetahui informasi dari temannya lagi. Namun, sebanyak apapun
rantai informasinya, jika setiap pengabar adalah orang yang terpecaya, maka kabar tersebut dapat
dijadikan sumber informasi yang terpercaya”. Demikian pula cara-cara ini juga dapat digunakan
untuk membuktikan agama-agama mana yang paling benar. Dengan metode penelitian ilmiah
ini, dapat dibuktikan bahwa Islam merupakan agama yang paling benar, baik dari pembuktian
melalui eksperimen-eksperimen yang sederhana hingga canggih maupun dengan melihat rantai
informasi sumber ajarannya (biasa disebut dengan istilah sanad) sehingga dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya18.
Karena dengan inilah, apabila ada seseorang yang ingin mengkritik Islam dari sisi
keabsahan al Quran maupun hadits, dia tidak akan bisa, karena dia harus berhadapan dengan
kaidah-kaidah periwayatan yang diwariskan oleh para ulama kita. Dengan begitu jika ada
seseorang yang ingin mengkritik suatu hadits misalnya, dan mengaatakan bahwa hadits ini bukan
berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia harus memperhatikan dari sisi para
perawinya. Demikianlah Allah menjaga dan umat Islam ini dengan sanad. Jadi, sebenarnya kita
tidak perlu mengecek lagi kebenaran pada setiap hadits-hadits yang sanadnya shohih, karena
setiap hadits shohih datangnya dari rasulullah dan setiap perintah yang datang dari Rasulullah
hendaknya langsung ditaati tanpa banyak bertanya-tanya, “apakah ini masuk akal?” atau
semisalnya bagi seorang mukmin, sebagaimana firman Allah :
RمRُه TَكV Tِئ ولR وTأ Tا طTعXن
T وTأ Tا مVعXن Tس Rوا TقRول ي XنT أ XمRهT Xن Tي ب TمR TحXك Vي ل VهV ول Rس TرTو VهY الل VلTى إ دRعRوا VذTا إ TينV XمRْؤXمVن ال TلXوTق TانT ك YمTا Vن إ
TونRحV XمRفXل ال
18 Hhtp://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting 15.november 2013.
14
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya
agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami
patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S An-Nuur: 51)
Sudah sepantasnya kita berusaha menjadi golongan mukminin dengan mengamalkan ayat
ini, yakni mengamalkan perintah-perintah nabi tanpa harus dicek apakah ajaran tersebut sesuai
dengan akal atau tidak, sesuai hasil penelitian yang mutakhir ataukah tidak, dan sebagainya,
karena akal yang sehat pasti bersesuaian dengan petunjuk nabi, dan akal yang tidak sehat tidak
bersesuaian dengan petunjuk nabi. Kalaupun ada kabar-kabar yang berasal dari nabi tidak dapat
dibuktikan dengan hasil penelitian teknologi masa kini yang semakin canggih, bahkan mungkin
bertentangan, sebagai orang mukmin kita harus menempatkan akal kita di bawah dalil-dalil naqli
yang shahih. Kita harus menganggap bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah lah yang benar dan
menganggap penelitian-penilitian yang bertentangan dengan dalil adalah penelitian yang batil.
Walaupun kita juga harus menggunakan akal dalam memahami agama, janganlah menempatkan
akal secara berlebih-lebihan. Itulah manusia. Kadang ia masih terlalu angkuh untuk menyadari
kelemahannya. Seakan dengan teknologi, manusia bisa melakukan segalanya. Padahal masih
banyak hal yang belum bisa dicapai hakekatnya dengan teknologi. Contoh mudahnya adalah ruh.
Ia bahkan ada dalam diri-diri kita. Kita juga bisa merasakan keberadaanya. Namun belum ada
teknologi yang bisa menungkap eksistensi dan substansinya19.
Sebagai muslim, semestinya kita mengedepankan keimanan. Bukan dengan logika
manusia yang dangkal kita justru hendak mementahkan sebuah berita ghaib yang datang dari
Allah dan Rasul-Nya.seperti dalam firman Allah Swt:
VبX XَغTي Vال ب TونR RْؤXمVن ي TينVذY ال
(Orang-orang bertaqwa yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib (Q.S Al-Baqarah: 3).
Dari uraian diatas untuk melakukan kajian hadis dibutuhkan kekuatan akal didalam
penelitian dan pengetahuannya sehingga tidak terjebak pada asal-asalan didalam menerangkan
asal-usul dan kevalidan dari pada hadist tersebut. Peran akal sangat strategis dan mumpuni
didalam mengungkap dan menelaah secara kritis tentang kedudukan hadist, apakah hadist
tersebut shaheh atau dhoif . Maka pendekatan akal lah untuk meneliti sejauhmana keshahehan
19 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting Cirebon,15.november 2013.
15
dari pada hadist tersebut. Disamping untuk meneliti, akal juga bisa mengungkap ( menjelaskan )
maksud dan tujuan dari hadist.
A. Peran akal menurut para ulama
akan kami bahas tentang bagaimana pandangan ahli ilmu (ulama) din, yang berkaitan
dengan peran akal didalam memahi hadis nabi.Penggunaan akal secara bebas dalam menafsirkan
dimungkinkan sepanjang tidak membawa kemudharatan dan sesuai dengan ruh syariat. Bahkan
beliau mengatakan bahwa akal mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari pada hidayah
sebelumnya. Hidayah inilah yang membedakan manusia dengan binatang, manusia dapat hidup
bermasyarakat, dinamis dan berbudaya berkat daya budi akal yang dimilikinya, dan dapat
mengetahui serta membedakan mana yang baik dan yang buruk. Pendapat diatas didasarkan pada
sabda nabi Muhammad SAW sebagai do’a kapada ibnu abbas ; ‘ Allahumma faqqihi fiddin wa
‘alimhu at-ta’wil ‘ Ya Allahberikanlah pemahaman kepadanya dan berilah ilmu ta’wil20.
Seandainya tafsir dengan akal tidak dibolehkan, maka banyak ayat –ayat hukum yang
tidak diamalkan. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak sempat menerangkan secara rinci
makna setiap ayat . Dalam hal ini, setiap mujtahid yang melakukan istinbat diberikan pahala,
meskipun hasil ijtihadnya salah.
Itulah yang mendasari para ulama dibolehkanya menafsirkan dengan pendekatan ra’yu
atau akal. Sementara ulama yang menolak tafsir bil-al-ra’yi adalah Ibnu Taimiyyah yang
menyatakan bahwa dengan menggunakan akal semata adalah termasuk tafsir yang harus dijauhi .
Ibnu kasir menyatakan bahwa tafsir bil-al- ra’yi yang difahami oleh ulama salaf adalah suatu
metode penafsiran yang musykil, sebab yang dimaksud adalah penafsiran wahyu tanpa berdasar
ilmu pengetahuan yang kuat. Ulama yang menentang pendekatan rasional didasarkan pada
beberapa hadist diantaranya 21;
Dari Ali bin Abi Thalib r.a., dia berkata :“Andaikata agama itu cukup dengan ra’yu
(akal), maka bagian bawah khuf (alas kaki) lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya.
Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengusap bagian atas khuf-
nya.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang baik. Dalam Al-Talkhishul Habir, 1/160 Al-Hafidh
Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata hadits ini shahih, dan juga telah disepakati Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahihul Abu Daud, 1/33)
20 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting Cirebon 15.november 2013.21 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist.posting Cirebon, 15.november 2013.
16
Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata :“Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian mencegah istri-istrimu (untuk mendatangi) masjid-masjid
jika mereka meminta izin kepada kalian.” Salim bin Abdullah berkata, “Lalu Bilal bin Abdullah
berkata, ‘Demi Allah, kami akan mencegah mereka’.” Salim berkata, “Lalu Ibnu Umar
menghampiri Abdullah dan mengolok-oloknya dengan olok-olokan yang amat buruk, yang tidak
pernah kudengar sebelumnya seperti itu. Dia berkata, “Aku mengabarkan kepadamu dari
Rasulullah, lalu engkau berkata,’Demi Allah, aku benar-benar akan mencegahnya ?’.”(HR.
Muslim)
Dari Urwah bin Az-Zubair, bahwa dia berkata kepada Ibnu Abbas r.a.:“Engkau telah
menyesatkan manusia.”“Apa itu wahai Urayyah ?”, tanya Ibnu Abbas.Urwah menjawab,
“Engkau memerintahkan umrah pada sepuluh hari itu, padahal hari-hari itu tidak ada
umrah.”Ibnu Abbas bertanya, “Apakah engkau tidak bertanya mengenai masalah ini kepada
ibumu ?”Urwah menjawab, “Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak pernah melakukan hal
itu.”Ibnu Abbas berkata, “Inilah yang membuat kalian rusak. Demi Allah, aku tidak melihat
melainkan hal ini akan membuat kalian tersiksa. Sesungguhnya aku beritahukan kepada kalian
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun kalian menjawab dengan diri Abu Bakar dan
Umar.”(HR Imam Ahmad dan Al-Khathib serta lainnya dengan sanad yang shahih)
“ Barang siapa yang berkata terhadap al-quran berdasarkan pendapatnya, maka hendaklah dia
menyiapkan tempatnya di neraka ( HR At-Turmudzi dari Ibnu Abbas )
Kemudian pada riwayat lain
“Barang siapa yang berkata terhadap al-quran berdasarkan pendapatnya lalu ia benar, maka
dia dianggap telah bersalah( H.R at-turmudzi dari Jundub ).
Uraian diatas menggambarkan dua arus pemikiran yang berbeda satu sisi menafsirkan wahyu
( hadsit ) dengan pendekatan rasional sangat dibolehkan dengan beberapa argumen dan alasanya,
tetapi disisi lain ulama menentangnya, juga dengan alasan dan argumen yang berdasarkan dalil /
hujjah.
Ajaran Islam memang mengajak kepada umat manusia supaya berfikir dan menggunakan
akalnya sebagaiamana yang dijelaskan sebelumnya dalam al-quran maupun hadist yang
mangarah ke sana, akan tetapi yang dikehendaki bukanlah pemikiran “bebas” secara tidak
terkendali. Semua yang dimaksudkan oleh ajaran Islam agar di lakukan dalam batasan tertentu
yang memang sudah menjadi bagianya (akal). Maka ajaran Islam menganjurkan untuk berfikir
17
tentang hal-hal yang berkaitan dengan ciptaan Allah seperti yang ada dilangit dan bumi . Hal ini
sesuai dengan semangat sabda Nabu Muhammad Saw “, Berfikirlah kamu semua tentang mahluk
Allah ( ciptaan allah ) dan janganlah kamu sekalian berfikir mengenai zat Allah, sesungguhnya
kamu semua sudah tentu tidak dapat mencapinya,”.
Begitu pula, kita akan menemukan di beberapa ayat al-quran yang berekait dengan
perintah untuk berfikir / bertafakur tentang fenomena alam semesta yang Allah ciptakan begitu
luas, salah satunya dalam firman Allah ;
Vة TرVاآلخTو Tا Xي الد[ن TفVي ون RرY TفTك Tت ت XمR Yك TعTل ل VاتT اآلي RمR Tك ل RهY الل Rي̂نT Rب ي TَكV TذTل ك
“Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya kepada kamu semua, agar kamu dapat berfikir
tentang dunia dan akhirat’.. ( QS. Al-baqoroh : 219-220).
Pada ayat yang lain Allah berfiram ;
VِضXاألرTو VاتTاوTم Yالس فVي مTاذTا وا RرRُظX ان VلRق
Katakanlah : Periksalah / lihatlah olehmu semua apa - apa yang ada dilangit dan bumi ... (QS
Yunus :101)
Oleh karena itu kebenaran adalah segala sesuatu yang sesuai dengan realitas, dan realitas
adalah sama bagi setiap manusia, maka kesesuaian ini bersifat mutlak, tidak relatif. Dengan
demikian berbagai ide dan gagasan pemikiran yang menyatakan keberadaan suatu realitas atau
menerangkan keadaan realitas itu, dapat dipastikan keshahihanya bila realitas membuktikan
kesalahanya.Maka kebenaran merupakan suatu perkara yang mutlak yang disadari oleh setiap
manusia. Kesadaran ini tertanam kuat dalam diri manusia. Jika seseorang sudah memahami
kebenaran, maka ia harus bersikap konsisten denganya, karena berfikir adalah karakteristik
paling istimewa yang dimiliki manusia. Dengan kemampuan berfikir manusia dapat mengetahui
dan memahami yang ada disekelilingnya dan mampu membangun konsep yang membentuk
kepribadian dan pandanganya.Manusia secara alamiah menjalani kehidupanya sesuai dengan
keyakinan melalui proses berfikir. Walaupun aktifitas berfikir yang dilakukan manusia
merupakan keistimewaan, akan tetapi bukan berarti untuk menunjukan keegoanya dalam
berdebat untuk sekedar kesenangan belaka dan menghiraukan aspek nilai-nilai ilahiayah yang
berorientasi untuk mencari kebenaran. Orang-orang yang selalu memperdebatkan suatu perkara
yang jelas-jelas keliru diingatkan oleh Nabi Muhammad lewat sabdanya 22:
22 http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist.posting Cirebon, 15.november 2013.
18
‘ Aku memberikan jaminansebuah rumah disurga bagi orang yang meninggalkan miraah,
sekalipun bila dia benar.”
Kata miraah dalam hadist diatas merupakan hujjah yang tidak berartiatau argumenyang berasal
dari sikap keras kepala yang diungkapkan bukan untuk mencari kebenaran atau untuk dipahami.
Proses pengambilan suatu pendapat atau pemikiran tidak boleh didasarkan hanya karena alasan
ketertarikan, baik tertarik kepada pendapat atau pemikiran itu sendiri atau tertarik kepada orang
yang mengemban pendapat atau pemikiran tersebut. Apalagi atas dasar pertimbangan perasaan ,
reaksi dan meniru-niru. Maka yang harus menjadi kriteria didalam berpendapat atau berargumen
adalah dengan dalil atau hujjah, apalagi yang berkaitan dengan persoalan aqidah ( keyakinan ) ,
maka yang harus dijadikan rujukan dan kriteria satu-satunya adalah dalili atau hujjah yang
menjadi ketentuan dalam mengukur suatu kebenaran.
Menurut Mohammad Abdurahman ( 2011: 38 ) urusan dunia yang dimaksud dalam
hadist itu adalah perkara-perkara ilmiah yang tidak dijelaskan dalam Quran dan Hadist.
Demikian pula imam muslim meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda :
“ Aku adalah manusia biasa seperti kalian, akan tetapi aku menerima wahyu. Bila aku
memerintahkan kapada kalian suatu perkara yang berhubungan dengan Din ini, maka
terimalah, akan tetapi bila aku memerintahkan kepada kalian suatu perkara yang berhubungan
dengan urusan dunia kalian, maka kalian lebih tahu tentang perkara ini ”.
Demikianlah Islam telah membedakan dengan jelas antara perkara-perkara ilmu pengetahuan dan
teknologi yaitu hal-hal yang diteliti dilaboratorium dan benda-benda yang ada dialam semesta –
dengan perkara-perkara ad-din yaitu berbagi urusan kehidupan serta sistem yang mangatur
hubungan dan masalah yang dihadapi manusia.
Dengan demikian , baik golongan yang menolak maupun golongan yang mendukung
pendekatan rasional ( ra’yu ) , pada dasarnya menyetujui keberadaan (penjelasan ) tafsir bi ar-
ra’yi mahmud (terpuji sesuai kaidah ) dan mereka sepakat menolak keberadaan pendeketan
ra’yu yang mazmum (tercela, yang tidak berdasarkan kaidah ).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
Pandangan al-Kindi tentang akal ialah bahwa manusia memiliki akal dan nafsu kehewanian, sehingga manusia dikatakan makhluk berpikir (rational animal). Pemikiran Ibnu Sina mengenai akal ialah bahwa akal yang tertinggi adalah Allah artinya Allah yang menciptakan akal yang kedua sampai akal yang kesepuluh. Pemikiran Ibnu Rusyd mengenai akal tersebut ialah bahwa manusia dapat memperoleh suatu pengetahuan di samping memanfaatkan perasaan dan imajinasinya ialah dengan menggunakan akalnya. Akal merupakan sesuatu yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan akal, manusia mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.Hakikat akal sesuai dengan pandangan al-Kindi adalah akal merupakan wahyu yang berasal dari Tuhan. Pandangan Ibnu Sina ialah bahwa manusia memiliki akal dan dari akal tersebut, manusia mampu membuat barang-barang berharga, mengolah hasil bumi dan lain sebagainya. Pendapat penulis mengenai pandangan Ibnu Rusyd tentang tindakan akal sebagai penyerap gagasan dan konsep secara universal dan hakiki, ialah hakikat akal manusia merupakan sesuatu yang berasal dari akal yang lebih tinggi kedudukannya yaitu Allah. Akal manusia merupakan wujud atau bentuk dari adanya akal Allah.
Kedudukan Akal tidak dapat diterjemahkan atau disamakan dengan otak. Otak adalah bentuk material yang memiliki fungsi untuk menyimpan dan mengolan data atau informasi yang dikumpulkan oleh pancaindera. Data daninformasi yang bersumber dari pancaindera manusia itulah yang kemudian menjadi kerjaakal yang harus menimbang dalam duahal yaitu antara intelek (budi) danintuisi (hati). Dapat pula disebutkan bahwa kerja akal adalah berusaha menyeimbangkan antar pikiran dan emosi manusia.
Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan, antara lain: Sebagai tolak ukur akan
kebenaran dan kebatilan, Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang, dan
Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
Tidak seperti wahyu, kekuatan akal lebih terlihat jelas dan mudah dimengerti, seperti
contoh:Mengetahui Tuhan dan sifat-sifatnya, Mengetahui adanya hidup akhirat, Mengetahui
bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang
kesengsaraan tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat, Mengetahui
wajibnya manusia mengenal tuhan, Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia
menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat, dan Membuat hukum-hukum
mengenai kewajiban-kewajiban itu.
Pentingnya Akal yaitu: Membedakan manusia dengan makhluk yang lain, Akal adalah
tonggak kehidupan manusia, Akal adalah jalan untuk memperoleh iman yang sejati, dan akal
menjadi sumber keyakinan pada tuhan.
Kududukan Hadits Para ulama sepakat bahwa hadits Nabi adalah sumber hukum Islam yang ke dua setelah Al-Qur’an, dan umat Islam wajib melaksanakan isinya. Banyak sekali ayat-
20
ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa hadits/sunnah Nabi itu merupakan salah satu sumber hukum islam. Banyak ayat yang mewajibkan umat islam untuk mengikuti Rasulullah SAW dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi menjauhi segala larangannya. Allah berfirman dalam Surat Ali Imron ayat 132.
Dalam hadist ada suatu kajian mengenai Hadist disebut “ Mum al- Hadist. Ilmu Hadist itu
sendiri terbagi atas dua bagian , yakni ilmu hadist riwayah dan ilmu hadist diroyah. Untuk
melakukan kajian hadis dibutuhkan kekuatan akal didalam penelitian dan pengetahuannya
sehingga tidak terjebak pada asal-asalan didalam menerangkan asal-usul dan kevalidan dari pada
hadist tersebut. Peran akal sangat strategis dan mumpuni didalam mengungkap dan menelaah
secara kritis tentang kedudukan hadist, apakah hadist tersebut shaheh atau dhoif . Maka
pendekatan akal lah untuk meneliti sejauh mana keshahehan dari pada hadist tersebut.
Disamping untuk meneliti, akal juga bisa mengungkap ( menjelaskan ) maksud dan tujuan dari
hadis. Dengan demikian , baik golongan yang menolak maupun golongan yang mendukung
pendekatan rasional ( ra’yu ) , pada dasarnya menyetujui keberadaan (penjelasan ) tafsir bi ar-
ra’yi mahmud (terpuji sesuai kaidah ) dan mereka sepakat menolak keberadaan pendeketan
ra’yu yang mazmum (tercela, yang tidak berdasarkan kaidah ).
DAFTAR PUSTAKA
Khafidi tesis.peranan akal dan qalb dalam pendidikan akhlaq.pdf.semarang.2013
Khon Abdul Majid, Ulumul Hadits, Amzah, Jakarta, 2009
Khon Abdul Majid dkk, Ulumul Hadits, PSW UIN Jakarta, Jakarta, 2005
21
Suparta Munzier, Ilmu Hadits, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Syah Nasution. Hasyim, Filsafat Islam,Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999
Zar.Sirajudin, filsafat Islam Filosof dan filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
http://maedicenter.kedudukan akal dalam memahami hadist posting 15.november 2013.
http://rouhdotul.kedudukan dan fungsi hadits.posting 17 mei 2008.
22