lp presbo & sungsang inc
DESCRIPTION
fdTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN LETAK SUNGSANG1.1 DEFINISI
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,1998:157).Bentuk Persalinan. Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:(Manuaba,1998:157)a.Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatanibusendiri.b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang (membujur) dalam rahim dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Sarwono P, 1992 : 606).Persalinan letak sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya. Angka kejadian Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm.2,3 Sebagai contoh, 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang. Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada presentasi bokong masih cukup tinggi. Angka kematian neonatal dini berkisar 9-25%, lebih tinggi dibandingkan pada presentasi kepala yang hanya 2,6%, atau tiga sampai lima kali dibandingkan janin presentasi kepala cukup bulan. Dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, baik pada ibu maupun bayi dengan kehamilan presentasi bokong, maka diupayakan beberapa usaha untuk menghindari terjadinya persalinan dengan bayi presentasi bokong, salah satu diantaranya adalah dengan cara knee-chest position. Insidens presentasi bokong meningkat pada kehamilan ganda; 25% pada gemelli janin pertama, dan 50% pada janin kedua. Kehamilan muda juga berhubungan dengan meningkatnya kasus ini, 35% pada kehamilan kurang dari 28 minggu, 25% pada kehamilan 28-32 minggu, 20% pada kehamilan 32-34 minggu, 8% pada kehamilan 34-35 minggu, dan 2-3% setelah kehamilan 36 minggu. Adanya kehamilan presentasi bokong sering dihubungkan dengan meningkatnya kejadian beberapa komplikasi sebagai berikut: kesulitan yang meningkat dalam persalinan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal; mengakibatkan persalinan prematur, sehingga kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) meningkat; pertumbuhan janin terhambat (PJT); tali pusat menumbung; plasenta previa; anomali janin (hidrosefalus, anensefalus); anomali uterus ataupun tumor uterus (mioma uteri); kehamilan ganda; panggul sempit (contracted pelvis); multiparitas; hidramnion atau oligohidramnion; presentasi bokong sebelumnya.1.2 KLASIFIKASI DAN FREKUENSI1.2.1 Letak Bokong (Frank Breech)
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong. Frekuensi 50-70%.1.2.2 Letak sungsang Sempurna (complete breech)
Yaitu letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong (letak bokong kaki sempurna atau lopat kejang), frekuensinya 75%.1.2.3 Letak Sungsang Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki. Selain bokong bagian terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :- Kedua kaki : Letak kaki sempurna- Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna, frekuensi 24 %.- Ke dua lutut : Letak lutut sempurna- Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna, frekuensi 1%.
Posisi bokong ditentukan oleh Sacrum, ada 4 posisi yaitu : - Sacrum kiri depan (Left Sacrum Anterior) - Sacrum Kanan Depan (Right Sacrum Anterior)- Sacrum Kiri Belakang (Left Sacrum Posrerior)- Sacrum Kanan Belakang (Right Sacrum Posterior)1.3 PATOFISIOLOGI DAN ETIOLOGI1.3.1 Faktor penyebab Letak Sungsang
a. Gerakan Janin yang bebas
Hal ini terjadi karena adanya hidramion, premature, gravida /
multi gravida. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses
adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan
sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan
terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Sedangkan pada hidramion dan drande multi
ruangan yang ditempati janin menjadi lebih luas sehingga
mekanisme di atas juga terjadi dan timbulah letak sungsang.
b. Gangguan akomodasi
Gangguan akomodasi dapat terjadi pada kelainan bentuk uterus.
Adanya tumor rahim, gemuk, placenta pada corno dan adanya ekstensi
tungkai janin.
c. Gangguan Fiksasi
Gangguan fiksasi kepala pintu atas panggul dapat terjadi karena adanya
placenta privea, tumor panggul, kesempitan panggul, anencephalus dan
hydrocephalus (Hanifa-Wiknyo-Sastro,1994;611).
1.3.2 Panggul sempit
Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain
umur kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan
multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan
uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta
mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
1.4 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. ( Magnetic Resonance Imaging ).
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong.1.4.1 Anamnesa
Dari anamnesa data yang diperoleh berdasarkan keluhan ibu antara lain klien merasakan perut terasa lebih keras dibagian ulu hati, gerakan janin lebih banyak dirasakan dibawah , keluhan ibu kadang sesak nafas, ulu
hati terasa sakit, perut terasa penuh, nafsu makan berkurang dan kadang muntah (Sarwono, 1993 : 609).
1.4.2 Pemeriksaan fisik dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Palpasi menurut Leopold
Leopold I : Kepala di fundus uteri
Leopold II : teraba punggung disatu sisi , bagian kecil di bagian lain.
Leopold III : Bokong terasa di bagian bawah rahim
(Sumarto.R.1999:59)
2. Auskultasi : Dari auskultasi bunyi janting janin biasanya terdengan
paling keras pada daerah punggung. Anak sedikit di atas pusat
(Sarwono.P. 1998 : 609).
1.5 PROGNOSIS1.5.1 Maternal / ibu
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih
besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan sungsang yang sulit terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan robekan perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi uterus yang nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya diikuti oleh perdarahan postpartum dari tempat implantasi plasenta. Meskipun demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan dengan ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada tindakan seksio sesarea.
1.5.2 Bagi janin
Prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering dijumpai bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi bayi.1.6 PENANGANAN PERSALINAN SUNGSANGPersalinan pervaginamBerdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:1. Persalinan spontan (spontaneous breech).
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
a. Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery).
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian
lagi dengan tenaga penolong.
b. Ekstraksi sungsang (total breech extraction).
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.2. Persalinan per abdominam ( seksio sesarea)
Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan.
Tahapan
1. Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat
(skapula depan ).disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk
melahirkan bokong, yaitu bagian yang tidak begitu berbahaya.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya
mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk
pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena
itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan
yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih
rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk
menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya ruptur tentorium
serebelli).
Teknik1. Sebelum melakukan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini adalah untuk merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak sangat tegang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.5. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi Kristeller ini adalah:
a. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat segera
diselesaikan.
b. Menjaga agar posisi kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dengan kepala
janin sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.6. Dengan melakukan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir tali pusat, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera menghisap lendir dan bersamaan dengan itu penolong memotong tali pusat.8. Keuntungan
a. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga mengurangi
bahaya infeksi.
b. Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.9. Kerugian
a. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga tidak semua
persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.
b. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam keadaan
panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada primigravida,
adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
LANDASAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU DENGAN LETAK SUNGSANG
I Pengkajian
A.Data Subyektif
1.1 Biodata
Untuk mengetahui identitas ibu dan suami serta mempermudah dalam pemberian asuhan .Penekanannya yaitu pada :
Umur :Untuk mengetahui umur ibu
1.2 Alasan Datang ke Pelayanan Kesehatan /Keluhan Utama
Pada umumnya ibu mengeluh sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan dan keluar lendir dari kemaluannya
1.3 Riwayat persalinan ini
ibu mengatakan sakit perut yang dirasakan sejak kapan, apakah ada pengeluaran lendir campur darah atau adakah keluar air dari kemaluannya, dan apakah gerakan janin masih dirasakan oleh ibu
1.4 Riwayat Kehamilan,Persalinan,Nifas,Laktasi,dan Pemakaian Metode Kontrasepsi
Untuk mengetahui riwayat obstetrik dan komplikasi yang dialami ibu
1.5 Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui HPHT, riwayat bedah besar, gerakan janin dan pemeriksaan kehamilan sebelumnya
1.6 Riwayat Kesehatan
Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, dan keluarga seperti DM, penyakit jantung,asma, hipertensi, PMS, dll.
1.7 Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar, dismenorea, dan HPHT Tujuan : untuk mengetahui teratur atau tidaknya menstruasi dari klien, keadaan atau masalah yang dihadapi klien dan dapat mendetaksi secara dini apabila terjadi suatu keadaan yang tidak normal1.8 Keadaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1.8.1 Biologis
a. Pola makan dan minum
Untuk mengetahui jenis makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi ibu, serta pantangan makanan
b. Istirahat dan Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat dan tidur
c. Aktifitas sehari-hari
Untuk mengetahui kegiatan ibu sehari-hari
1.8.2. Psikologis
Respon ibu dan keluarga terhadap keluhan yang dirasakan.
1.8.3 Sosial
Untuk mengetahui status perkawinan, lamanya menikah, dan jumlah anak dari perkawinan sekarang. Hubungan ibu dengan keluarganya, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga. Persiapan persalinan yang sudah disiapkan oleh ibu.
1.8.4 Spiritual
Kepercayaan yang dianut ibu dan keluarga yang berhubungan dengan kesehatan1.9 Pengetahuan
Kaji pengetahuan ibu tentang proses persalinan, tehnik pengurangan rasa nyeri, mobilisasi dan posisi persalinan, tehnik meneran, tehnik IMD dan peran pendamping.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Tujuan : untuk mengetahui keadaan klien secara umum
b. BB/TB
Tujuan :BB untuk mengetahui status gizi ibu. TB untuk mengetahui proporsi tubuh apakah pendek atau tinggi .
c. TTV : TD, suhu, respirasi, dan nadi.
Tujuan :
TD
: untuk mengetahui normal atau tidaknya tekanan darah ( hasil
curah jantung dan tahanan pembuluh darah tepi atau sistole dan
diastole)
Suhu : untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi
Nadi : untuk mengetahui apakah nadi normal atau tidak (cepat/ lambat
yang mengindikasikan perubahan jumlah darah yang dipompakan)
Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernafasan apakah dalam batas
normal atau tidak sebagai upaya tubuh untuk memasukan O2 dan
mengeluarkan karbodioksida (sistem metabolisme tubuh)
2. Pemeriksaan fisik
Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dan hasil pemeriksaan dengan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan sistematis ini meliputi:
a. Pemeriksaan Kepala dan Wajah
Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
Tujuan: untuk mengetahui apakah keadaan ibu dalam batas normalb. Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe, tiroid atau pelebaran pembuluh vena.
c. Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Periksa bentuk payudara, putting susu (menonjol, datar, masuk),pengeluaran, retraksi, apakah ada benjolan atau tidak.
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: Arah pembesaran perut, bekas luka operasi,
Palpasi : adalah memeriksa penderita dengan meraba TFU.
Leopold I : menentukan TFU dan teraba bagian keras dan melenting.
Leopold II : menentukan punggung janin.
Leopold III / Knebel : menentukan bagian bawah perut ibu dan tidak melenting.
Leopold IV : bokong sudah masuk pintu atas panggul atau belum
e. Tangan dan kakiUntuk pemeriksaan adanya oedema pada tangan dan kaki, warna kuku jari tangan dan kaki, apakah ada varises pada kaki
f. Genetalia
Untuk memeriksa pengeluaran, oedema, varises, sikatrik, haemoroid, dan tanda infeksi
VT: memeriksa skibala, sistokele, rektokele, konsistensi portio, pembukaan, penipisan, selaput ketuban, presentasi, moulage, penurunan ( Hodge), bagian kecil, tali pusat.
3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Ultrasonografi ( USG )
II Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan,baik data subyektif dan data obyektif untuk selanjutnya dirumuskan diagnosa ,masalah dan kebutuhan.
Untuk diagnosa Letak Sungsang dapat ditegakkan sendiri oleh bidan, maka dapat dirumuskan diagnosa kebidanan, masalah,dan kebutuhan sebagai berikut:
1.Diagnosa Aktual
Contoh: Asuhan Kebidanan pada ibu AY dengan G2P1001 UK 38-39 minggu LetSu W Tunggal Hidup Intra Uteri PK I
Dasar: - ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang ke dua, ibu tidak pernah mengalami abortus ataupun melahirkan prematur sebelumnya
- HPHT
- Dari hasil palpasi ditemukan bahwa bokong berada pada bagian bawah perut ibu
2.Masalah : gangguan psikologis ( contohnya: cemas, takut)
Dasar: ibu cemas dan takut kalau nanti tidak bisa melahirkan dengan normal.
III Masalah Potensial
Tidak ada
IV Kebutuhan Tindakan Segera,Kolaborasi dan Rujukan.
Tidak ada
V Perencanaan
1 Jelaskan tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan ibu tahu tentang keadaan dirinya dan janinnya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG
R/ Dengan menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG, kita dapat mengetahui lebih jelas keadaan janin di dalam kandungan
3. Anjurkan ibu untuk memilih tindakan SC untuk melahirkan janinnya
R/ Dengan menganjurkan ibu untuk memilih tindakan SC, janin dapat ditolong dengan selamat dan dapat mencegah kemungkinan yang mungkin terjadi selama persalinan.
4. Berikan dukungan mental dan emosional kepada ibu dan anjurkan keluarga/orang terdekat tetap mendampingi ibu
R/ Dengan memberikan dukungan mental dan emosional maka psikologis ibu akan lebih tenang dan dapat menerima kenyataan tentang posisi bayinya .Dukungan keluarga juga sangat diperlukan untuk mengurangi beban mental ibu.
5. Inform consent pada ibu untuk dilakukan tindakan SC
R/ Dengan memberikan inform consent pada ibu dan keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan,ibu tahu dan mengerti tindakan yang akan dilakukan pada dirinya.
6. Persiapan preoperasi
R/ Dengan melakukan persiapan operasi secara matang mulai dari persiapan ibu, serta persipan di rumah sakit diharapkan operasi dapat berjalan dengan lancar
VI Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat oleh bidan sesuai dengan kewenangannya.
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG
3. Menganjurkan ibu untuk memilih tindakan SC untuk melahirkan bayinya
4. Memberikan dukungan mental dan emosional kepada ibu dan anjurkan keluarga/orang terdekat tetap mendampingi ibu
5. Melakukan Inform consent pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan bahwa untuk mengatasi persalinannya sekarang ibu harus dilakukan operasi serta meminta persetujuan ibu
6. Melakukan persiapan pre-operasi yaitu persiapan untuk ibu sendiri serta persiapan dari rumah sakit agar operasi berjalan dengan lancar.
VII Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan tindakan yang telah dilakukan bidan dalam menangani kasus pada ibu dengan Letak Sungsang
1. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan dari bidan,ibu tampak cemas karena takut kalau nanti tidak dapat melahirkan dengan normal
2. Ibu tampak mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan akan mengikuti saran untuk melakukan pemeriksaan USG
3. Ibu tampak mengerti dengan kondisinya sekarang dan setuju untuk memilih tindakan operasi untuk melahirkan bayinnya
4. Ibu tampak lebih tenang karena keluarga mau mendampingi ibu dan memberikan dukungan psikologis pada ibu
5. Ibu setuju untuk dilakukan operasi untuk melahirkan bayinya
6. Persiapan operasi telah dilakukan
17