materi presbo

25
LANDASAN TEORI SEROTINUS (POST DATE / POST MATUR) 1. A. Definisi Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT. Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi persalinan. B. Etiologi Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan adalah : 1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. 2. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu 3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His 4. Kurangnya air ketuban 5. Insufiensi plasenta C. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu

Upload: siti-maryam-natadisastra

Post on 20-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: materi presbo

LANDASAN TEORI

SEROTINUS (POST DATE / POST MATUR)

1. A. Definisi

Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalah

kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung

dari HPHT. Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan lewat waktu

adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi persalinan.

B. Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan adalah :

1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun

kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap

oksitosin berkurang.

2. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga

tertentu

3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan

kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His

4. Kurangnya air ketuban

5. Insufiensi plasenta

C. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup

memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia

sampai kematian adalam rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah menuju

sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :

1. Pertumbuhan janin makin lambat

2. terjadi perubahan metabolisme janin

3. Air ketuban berkurang dan makin kental

4. Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan

persalinan

Page 2: materi presbo

5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan

setiap saat dapat meninggal di rahim.

6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB

Untuk Pendidikan Bidan, 1998)

D. Tanda Bayi Post Matur

Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :

Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering,

rapuh dan mudah mengelupas.

Stadium II

Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

Stadium III

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)

1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)

2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur

3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

4. Verniks kaseosa di bidan kurang

5. Kuku-kuku panjang

6. Rambut kepala agak tebal

7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

E. Diagnosa

1. Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil,

diagnosis tidak sukar

2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang

lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar

memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur

Page 3: materi presbo

dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan

besarnya janin dapat membantu diagnosis.

3. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula

lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.

4. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan

pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid,

diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.

5. USG : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air

ketuban

6. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan

amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban

akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah

kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh

dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak

akan berwarna jingga. Bila :

Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu

Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu

7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya

karena dikeruhi mekonium.

8. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi

plasenta

9. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan

diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin

kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.

10.  Pemeriksaan kadar estriol dalam urin

11.  Pemeriksaan PH darah kepala janin

12.  Pemeriksaan sitologi vagina

(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

F. Pengaruh terhadap ibu dan janin

Page 4: materi presbo

Terhadap ibu : partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan

postpartum.

Terhadap janin : jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali

lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah

bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi : berat badan

janin dapat bertambah besar, tetp, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan

42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan. Bayi

besar dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion dapat

menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi meninggal.

Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.(Menurut

Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

G. Penatalaksanaan

1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring

janin sebaik-baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan

dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau

sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa

amniotomi.

4. Bila :

5. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim

6. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia

7. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas

8. Pada kehamilan > 40-42 minggu

Maka ibu dirawat di rumah sakit

1. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada

1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

2. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi

gawat janin, atau

Page 5: materi presbo

3. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-

eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan

kesalahan letak janin.

2. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama

akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar;

dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu

dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif

dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi. menurut Rustam Mochtar,

Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

H. Pertimbangan Persalinan Anjuran (induksi)

Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat :

1. Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan berlangsung

2. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir

bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi

dapat berhasil seperti yang ditujukan pada tabel berikut :

Keadaan fisik Nilai Total Nilai

Pembukaan serviks 0 cmPerlunakan 0-

30%

Konsistensi serviks kaku

Arah serviks ke belakang

Kedudukan bagian terendah -3

0

Pembukaan 1-2 cmPerlunakan serviks 40-

50%

Konsistensi serviks sedang

Arah serviks ke tengah

Kedudukan bagian terendah -2

1

Pembukaan 3-4 cmPerlunakan 60-70%

Konsistensi serviks lunak

Kedudukan bagian terendah -1-0

2

Page 6: materi presbo

Pembukaan di atas 5 cmPerlunakan 80%

+

3

I. Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan

metode:

1. Metode Stein

Persalinan anjuran mulai pagi hari.

1. Pukul 6.00     : 30 cc oleum ricini

2. Pukul 7.00     : bisulfas kinine 0,200 gr

3. Pukul 8.00     : bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter

4. Pukul 9.00     : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

5. Pukul 10.00   : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

6. Pukul 11.00   : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

7. Pukul 12.00   : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc

8. Pukul 14.00   : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

9. Pukul 16.00   : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

10. Pukul 18.00   : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc

Sekalipun metode stein sudah ditinggalkan, tetapi untuk pengetahuan bidan

masih perlu diketahui.

Selama metode stein, kehamilan lewat waktu akan mendapatkan :

1. 1,2 gr bisulfas kinine

2. 1,4 cc pituitrin injeksi

Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit berbahaya karena

dapat terjadi :

1. Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam :

1)      Ketuban pecah saat pembukaan kecil

2)      Ruptura uteri membakat

3)      Gawat janin dalam rahim

(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB

Untuk Pendidikan Bidan, 1998)

Page 7: materi presbo

K. Pengelolaan Intrapartum

1. Pasien tidur miring sebelah kiri

2. Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin

3. Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal

4. Perhatikan jalannya persalinan

5. Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap

kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi (Dikutip

dari Buku Maternal dan Neonatal, 2002)

L. Mencegah Aspirasi Mekoneum

Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera

dilakukan resusitasi sebagai berikut :

1. Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum

dada janin lahir

2. Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan

tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi

dan penghisapan yang cukup.

3. Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang

tebal.(Dikutip dari Buku Maternal dan Neonatal, 2002)

A. Persalinan Postterm

1. Pengertian

Persalinan postterm adalah persalinan melampaui umur hamil 42

minggu dan pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007).

Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan adalah

294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari

setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak

menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan

dan maturitas janin ( Varney Helen, 2007).

Page 8: materi presbo

Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42

minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir

menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari

(Prawirohardjo, 2008).

2. Etiologi

Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan,

2008) faktor penyebab kehamilan postterm adalah :

a. Pengaruh Progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya

merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam

memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan

sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga terjadinya

kehamilan dan persalinan postterm adalah karena masih

berlangsungnya pengaruh progesteron.

b. Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan

postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin

secara fisiologis memegang peranan penting dalam

menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari

neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan

lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebabnya.

c. Teori Kortisol/ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan

tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan

mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron

berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya

berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.

Page 9: materi presbo

Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus, hipoplasia

adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin

akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik

sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

d. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser

akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana

tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan

letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi

kesemuanya diduga sebagai penyebabnya.

e. Heriditer

Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang

mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan

untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.

Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan

bahwa bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan

postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar

kemungkinan anak perempuannya mengalami kehamilan

postterm.

3. Diagnosa

Tidak jarang seorang bidan mengalami kesulitan dalam

menentukan diagnosis karena diagnosis ditegakkan berdasarkan umur

kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan. Diagnosis dapat

ditentukan melalui (Prawirohardjo, 2008) :

a. Riwayat Haid

Page 10: materi presbo

Diagnosis tidak sulit untuk ditegakkan apabila hari pertama haid

terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat

dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain,

1) Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya

2) Siklus 28 hari dan teratur

3) Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir

Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung

menurut rumus Naegele. Berdasarkan riwayat haid,

seseorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan

dan persalinan postterm kemungkinan adalah sebagai

berikut:

1) Terjadi kesalahan dalam menetukan tanggal haid

terakhir atau akibat menstruasi abnormal.

2) Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjad

kelambatan ovulasi.

3) Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan

kehamilan memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini

sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga

kehamilan postterm).

b. Riwayat Pemerikasaan Antenatal

1) Tes Kehamilan

Bila pasien melakukan tes imunologik sesudah terlambat

2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang

telah berlangsung 6 minggu.

2) Gerak Janin

Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan

ibu pada umur kehamilan 18-20 minggu. Pada

Page 11: materi presbo

primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18

minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu.

Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah

quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau

ditambah 24 minggu pada multigravida.

3) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dengan stetoskop Laenec DJJ dapat didengar mulai umur

18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat

terdengar pada umur kehamilan 10-12 minggu.

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm

bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan

sebagai berikut:

1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.

2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar

dengan Doppler.

3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan janin

pertama kali.

4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ

pertama kali dengan stetoskop Laennec.

c. Tinggi Fundus Uteri

Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial

dalam sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara

berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat

menentukan umur kehamilan secara kasar.

d. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Page 12: materi presbo

Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama

sejak trimester pertama,hamper dapat dipastikan usia kehamilan.

Pada trimester pertamapemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-

rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari

taksiran persalinan.

e. Pemeriksaan Radiologi

Dapat dilakukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran

epifiisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32

minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36

minggu dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu.

f. Pemeriksaan Laboratorium

1) Kadar lesitin/spinngomielin

Bila lesitin/spinngomielin dalam cairan amniom kadarnya sama,

maka umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar

spingomielin: 28-32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio

menjadi 2:1 . Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan

kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan

apakah janin cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan

dengan mencegah kesalahan dalam tindakan pengakhiran kehamilan.

2) Aktivitas tromboplastin cairan amniom

Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion

mempercepat waktu pembekuan darah. Aktifitas ini meningkat dengan

bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-42 minggu

ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur kehamilan lebih dari 42

minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila didapatkan ATCA

Page 13: materi presbo

antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat

waktu.

2) Sitologi cairan amnion

3) Pengecatan nile bluesulphate dapat melihat sel lemak

dalam cairan amnion. Bila jumlah sel yang mengandung

lemak melebihi 10% maka kehamilan diperkirakan 36

minggu dan apabila 50% atau lebih maka umur kehamilan

39 minggu atau lebih.

4) Sitologi vagina

Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20%)

mempunyai sensitivitas 75 %.

Komplikasi

Kemungkinan komplikasi pada persalinan postterm adalah:

a. Terhadap Ibu

Persalinan postterm dapat menyebabkan distosis karena aksi

uterus tidak terkoordinir, janin besar, moulding kepala kurang. Maka

akan sering dijumpai seperti partus lama, kesalahan letak, inersia

uteri, distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan perdarahan

postpartum. Hal ini akan menaikkan angka mordibitas dan mortalitas

(Prawirohardjo, 2006).

b. Terhadap Janin

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak

sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga

mempunyai risiko asfiksia, hipoksia, hipovolemia, asidosis,

hipoglikemia, hipofungsi adrenal sampai kematian dalam rahim

(Saifuddin, 2002).

Page 14: materi presbo

Tanda Bayi Postmatur

Tanda postmatur dapat di bagi dalam 3 stadium (Prawirohardjo,

2008) :

a. Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa

kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

b. Stadium II

Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.

c. Stadium III

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

Menurut Manuaba 2007, tanda bayi postmatur adalah:

a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram).

b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.

c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.

d. Verniks kaseosa di badan berkurang.

e. Kuku-kuku panjang.

f. Rambut kepala agak tebal.

g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.

Penatalaksanaan

Tindakan yang penting dilakukan (Saifuddin, 2002) adalah:

a. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah

monitoring janin sebaik-baiknya.

b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan

spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.

c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks,

kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau

tanpa amniotomi.

Page 15: materi presbo

d. Bila :

1) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.

2) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.

3) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.

4) Pada kehamilan > 40-42 minggu.

Maka ibu dirawat di rumah sakit :

e. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.

1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.

2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat

janin.

3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-

eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan

kesalahan letak janin.

f. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama

akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar

dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu

dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap

sedatif dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi.

Pertimbangan Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat (Wiknjosastro, 2000):

a. Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan

berlangsung.

b. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan

lahir bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan

induksi dapat berhasil seperti yang ditujukan pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Skor Bishop

Page 16: materi presbo

Keadaan Fisik Nilai Total Nilai

Pembukaan serviks 0 cm perlunakan 0-30%

Konsistensi serviks kaku

Arah serviks ke belakang

Kedudukan bagian terendah -3 0 0

Pembukaan 1-2 cm perlunakan serviks 40-50%

Konsistensi serviks sedang

Arah serviks ke tengah

Kedudukan bagian terendah -2 1 1

Pembukaan 3-4 cm perlunakan 60-70%

Konsistensi serviks lunak

Kedudukan bagian terendah -1-0 2 2

Pembukaan di atas 5 cm perlunakan 80% + 3 3

Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan

metode (Manuaba, 2007):

a. Metode Stein

Metode Steinsche merupakan metode lama, tetapi masih perlu

diketahui, yaitu:

a) Penderita diharapkan tenang pada malam harinya.

b) Pada pagi harinya diberikan enema dengan caster oil atau sabun

panas.

c) Diberikan pil kinine sebesar 0,200 gr, setiap jam sampai mencapai

dosis 1,200 gr.

d) Satu jam setelah pemberian kinine pertama, disuntikkan oksitosin

0,2 unit/jam sampai tercapai his yang adekuat.

Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit berbahaya

karena dapat terjadi :

Page 17: materi presbo

1) Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam : ketuban

pecah saat pembukaan kecil, ruptura uteri membakat, gawat janin

dalam rahim.

2) Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita.

3) Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon).

b. Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5

unit dalam 500 cc glukosa 5%.

Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai

dengan 8 tetes, dengan teknik maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan

tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi

optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah

tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi

persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran

dengan selang waktu 24 sampai 48 jam.

c. Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk

mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4

sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung.

Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi

persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.

d. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin

Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh

prostaglandin. Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan

dapat dalam bentuk infus intravena (Nalador) dan pervaginam

(prostaglandin vagina suppositoria).

Page 18: materi presbo

e. Pompa Payudara atau Stimulasi Putting

Beberapa studi skala besar telah mengevaluasi keamanan dan

keefektifitasaan stimulasi payudara sebagai metede induksi

persalinan. Namun, efek komulatif dari banyak studi yang

menggunakan pompa payudara atau stimulasi putting manual yang di

kombinasi dengan landasan fisiologi perubahan serviks. Penanganan

yang beragam termasuk pompa payudara listrik otomatis yang

menstimulasi masing-masing payudara selama15 menit, diselingi

periode istirahat selama15 menit, stimulasi payudara dengan pijatan

lembut menggunakan kompresan hangat dan lembab salama 1 jam

sebanyak 3 kali sehari, stimulasi payudara selama 45 menit tiga kali

sehari dan pijatan lembut pada kedua payudara secara bergantian

selama waktu 3 jam sehari. Kelemahan penelitian ini meliputi

kurangnya kepatuhan dalam melaksanakan intervensi yang di

anjurkan, jumlah anggoata sedikit dalam kelompok, kontrol minim

terhadap variabel penting, seperti usia gestasi, dan kriteria intervensi

yang tidak dapat di andalkan. Wanita yang mencoba teknik ini

sebaiknya di peringatkan membatasi kontak dengan puting sehingga

tidak terlalu hiperstimulasi uterus.

Page 19: materi presbo

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran :EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

_____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka

Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1.

Jakarta.EGC

Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta:

Institusi DEPKES RI