lp isos

17
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI A. MASALAH UTAMA Isolasi sosial : menarik diri B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

Upload: rida-binti-suwito

Post on 25-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kep. jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: LP ISOS

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. MASALAH UTAMA

Isolasi sosial : menarik diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian

yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan

mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri

atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun

minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara

atau menetap.

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami

atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381).

Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri

merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain,

individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam

berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi

sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

Data subjektif :

a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan

b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

Page 2: LP ISOS

c. Tidak melakukan kontak mata

d. Tampak sedih, afek datar

e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu

f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan

usianya

g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya

h. Kurang aktivitas fisik dan verbal

i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

3. Penyebab

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya

pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham,

sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa

takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345)

Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah.

Gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah Harga diri rendah adalah penilaian

pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189)

harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan

diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan

oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana

individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Menurut Carpenito, L.J (1998:352) & Keliat, B.A (1994:20) perilaku yang

berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

Data subjektif:

a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain

b. Perasaan tidak mampu

c. Rasa bersalah

d. Sikap negatif pada diri sendiri

e. Sikap pesimis pada kehidupan

Page 3: LP ISOS

f. Keluhan sakit fisik

g. Menolak kemampuan diri sendiri

h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

i. Perasaan cemas dan takut

j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif

k. Mengungkapkan kegagalan pribadi

l. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:

a. Produktivitas menurun

b. Perilaku destruktif pada diri sendiri

c. Menarik diri dari hubungan sosial

d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).

4. Akibat

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan

persepsi sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori

halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau

persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan

atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421).

Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang

apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun

yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya

stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,

pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi

pendengaran dan halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998: 303;

Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1988 : 198). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363)

perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau

kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola

atau intepretasi stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi

Page 4: LP ISOS

merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal,

yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap

stimulus yang nyata dan pasien mengganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata

(Kusuma, W, 1997 : 284).

Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) ; Townsend, M.C (1998: 156); dan Stuart,

G.W & Sundeen, S.J (1998: 328-329) perubahan persepsi sensori halusinasi sering

ditandai dengan adanya:

Data subjektif:

a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat

b. Tidak mampu memecahkan masalah

c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat

bayangan)

d. Mengeluh cemas dan khawatir

Data objektif:

a. Apatis dan cenderung menarik diri

b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti

berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatu

c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

e. Gerakan mata yang cepat

f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah

g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang

kompleks.

Page 5: LP ISOS

C. MASALAH DATA YANG PERLU DIKAJI

No Masalah keperawatan Data subjektif Data objektif

1.

2.

3.

Masalah utama:Isolasi sosial:Menarik diri

MK: Penyebabgangguan konsep diri: harga diri rendah

MK: AkibatPerubahan persepsi sensori halusinasi

Klien mengatakan merasa kesepian,Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosialKlien mengatakan tidak berguna

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinyaMengungkapkan tidak ada lagi yang peduliMengungkapkan tidak bisa apa-apaMengungkapkan dirinya tidak bergunaMengkritik diri sendiriPerasaan tidak mampu

Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatuKlien tidak mampu mengenal tempat, waktu, orang

Tidak tahan terhadap kontak yang lamaTidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicaraTidak ada kontak mataEkspresi wajah murung, sedihTampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiriKurang aktivitasTidak komunikatif

Merusak diri sendiriEkspresi maluMenarik diri dari hubungan sosialTidak mau makan dan tidak tidur

Tampak bicara dan tertawa sendiriMulut seperti bicara tetapi tidak keluar suaraBerhenti berbicara seolah melihat atau mendegarkan sesuatuGerakan mata yang cepat

Page 6: LP ISOS

Risiko perubahan persepsi sensori :halusiansi

Masalah utama Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. POHON MASALAH

Gambar : Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko perubahan persepsi sensori halusinasi

2. Isolasi sosial

F. FOKUS INTERVENSI

Diagnosa keperawatan : risiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan

isolasi sosial menarik diri

1. Tujuan Umum

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

2. Tujuan Khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

1). Kriteria evaluasi

Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menujukkan rasa senang,

ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau

Page 7: LP ISOS

menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau

mengutarakan masalah yang dihadapi.

2). Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik:

a). Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun nonverbal

b). Perkenalkan diri dengan sopan

c). Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

d). Jelaskan tujuan pertemuan

e). Jujur dan menepati janji

f). Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g). Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan

interaksi selanjutnya

b. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

1). Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri

sendiri, orang lain atau lingkungan.

2). Intervensi

a). Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya

b). Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau tidak mau bergaul

c). Diskusikan bersama dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda-

tanda serta penyebab yang muncul

d). Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan

penyebab menarik diri

Rasional:

Page 8: LP ISOS

Dengan diketahuinya penyebab menarik diri dapat dihubungan dengan

faktor presipitasi yang dialami oleh klien

c. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

1). Kriteria evaluasi

a). Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

b). Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain

2). Intervensi

a). Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain

b). Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain

c). Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan

orang lain

d). Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

Rasional:

Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina

hubungan yang sehat dengan orang lain

a). Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

b). Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

c). Diskusikan bersama klien tentang kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

d). Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

Rasional:

Page 9: LP ISOS

Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi

untuk berinteraksi

d. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

1). Kriteria evaluasi

Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K – P,

K – P – K, K – P – Keluarga, K – P - Kelompok

2). Intervensi

a). Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain

b). Dorong dan Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui

tahap: K – P, K – P – P lain, K – P – P lain – K lain, K – P –

keluarga/kelompok/masyarakat

c). Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai

d). Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e). Diskusikan jadual harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu

f). Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan diruangan

g). Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan

e. TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain

1). Kriteria evaluasi

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain untuk diri sendiri dan orang lain

2). Intervensi

a). Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

b). Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan

dengan orang lain

c). Beri reinforcement positif atas kemampuan klien dalam

mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

Page 10: LP ISOS

f. TUK VI : Klien dapat memperdayakan system pendukung atau keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

1). Kriteria evaluasi

Keluarga dapat:

a). Menjelaskan perasaaanya

b). Menjelaskan cara merawat klien menarik diri

c). Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri

d). Berpartisipasi dalam oerawatan klien menarik diri

2). Intervensi

a). Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:

- Ucapkan salam dan perkenalkan diri

- Sampaikan tujuan pertemuan

- Buat kontrak waktu

- Eksplorasi perasaan keluarga

b). Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:

- Perilaku menarik diri

- Penyebab perilaku menarik diri

- Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak diatasi

- Cara keluarga mengatasi perilaku menarik diri

c). Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain

d). Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk

klien minimal satu kali seminggu

e). Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Rasional :

Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perbaikan

perilaku klien.

Page 11: LP ISOS

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Edisi 9th,

Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta

DEPKES RI, (1989). Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed I, DEPKES RI, Jakarta

Johnson, B.S, (1995). Psichiatric-Mental Health Nursing Adaptation and Growth, Edisi 2th,

J.B Lippincott Company, Philadelphia

Kusuma, W, (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek, Ed I,

Professional Books, Jakarta

Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta

Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,

Surabaya

Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988). Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Edisi 1th,

The C.V Mosby Company, Toronto

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3,

EGC, Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari

(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Page 12: LP ISOS

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Oleh :

LALU IRWAN DANI MAYADI

010109a069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2013