lp hiperparatiroid

29
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERPARATIROID DI IRD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA OLEH : I DEWA GEDE DWIJA YASA 1202105066 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: dewadwija

Post on 30-Dec-2015

403 views

Category:

Documents


38 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Hiperparatiroid

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HIPERPARATIROID

DI IRD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA

OLEH :

I DEWA GEDE DWIJA YASA

1202105066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

Page 2: Lp Hiperparatiroid

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi / pengertian

Hiperparatiroid adalah karakter penyakit yang disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon

paratiroid. Hormon paratiroid mengawal konsentrasi kalsium dan fosfat didalam badan

seseorang. Efek utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan

kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang,

meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal.

Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi

hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur

secara langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid

adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan

kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal,

dan meningkatkan produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia,

jika kekurangan cairan fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer,

sekunder dan tersier. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 2).

Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid

memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan

hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat

kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu

dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium

dalam darah normal atau meningkat.

2. Epidemiologi / insiden kasus

Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit ini tiap tahun.

Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun

keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme.

Di Indonesia sendiri kira-kira sekitar 1000 orang diketahui terkena hiperparatiroidisme

tiap tahun. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2

kali dari pria.

Page 3: Lp Hiperparatiroid

3. Penyebab / faktor predisposisi

Menurut Lawrence Kim, MD. 2005, penyebab hiperparatiroid yaitu:

1. Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.

2. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau

hyperplasia). Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan

endokrin lainnya.

3. Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma.

Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui.

Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin

neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan.

Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism

juga termasuk kedalam kategori ini.

4. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar

yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien semua

kelenjar hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia.

4. Patofisiologi

Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh hiperplasia atau

neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal

ginjal kronis.

Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma paratiroid jinak;

18% kasus diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar paratiroid: dan 2% kasus disebabkan

oleh karsinoma paratiroid (damjanov,1996). Normalnya terdapat empat kelenjar

paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai oleh pembesaran satu kelenjar,

dengan kelenjar lainnya tetap normal. Pada hiperplasia paratiroid, keempat kelenja

membesar. Karena diagnosa adenoma atau hiperplasia tidak dapat ditegakan preoperatif,

jadi penting bagi ahli bedah untuk meneliti keempat kelenjar tersebut. Jika teridentifikasi

salah satu kelenjar tersebut mengalami pembesaran adenomatosa, biasanya kelenjar

tersebut diangkat dan laninnya dibiarkan utuh. Jika ternyata keempat kelenjar tersebut

mengalami pembesaran ahli bedah akan mengangkat ketiga kelelanjar dan meninggalkan

satu kelenjar saja yang seharusnya mencukupi untuk mempertahankan homeostasis

kalsium-fosfat.

Page 4: Lp Hiperparatiroid

Hiperplasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer, karena

keempat kelenjar membesar secara simetris. Pembesaran kelanjar paratiroid dan

hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi format dan

hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang

disebabkan oleh hipovitaminosis D, seperti pada riketsia, dapat mengakibatkan dampak

yang sama.

Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH terutama bekerja

pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan resorpsi kalsium dari limen

tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga

meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkan

ambilan kalsium dari makanan dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofosatmia

kompensatori adalah abnormlitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah.

Konsentrasi PTH serum juga meningkat. ( Rumahorbor, Hotma,1999)

Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering terjadi adalah

osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena peningkatan

kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada pasien, tapi

tidak muncul secara langsung. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5)

Kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hiperkalsemia yang langsung bisa

menimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus intestinal, dan ginjal. Secara fisiologis

sekresi PTH dihambat dengan tingginya ion kalsium serum. Mekanisme ini tidak aktif

pada keadaan adenoma, atau hiperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung

bersamaan dengan hiperkalsemia. Reabsorpsi kalsium dari tulang dan peningkatan

absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari peningkatan PTH.

Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi kalsium

secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat meningkatkan

insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan penurunan kreanini klearens dan

gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat mengendap pada jaringan

halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul pada kulit, jaringan subkutis,

tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago (khondrokalsinosis). Vitamin D memainkan

Page 5: Lp Hiperparatiroid

peranan penting dalam metabolisme kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja

di target organ.

5. Klasifikasi

1. Hiperparatiroid Primer

Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai konsentrasi

serum hormon paratiroid yang tinggi. Kebanyakan juga mempunyai konsentrasi serum

kalsium yang tinggi, dan bahkan juga konsentrasi serum ion kalsium yang juga tinggi.

Tes diagnostik yang paling penting untuk kelainan ini adalah menghitung serum hormon

paratiroid dan ion kalsium. Penderita hiperparatiroid primer mengalami peningkatan

resiko terjangkit batu ginjal sejak 10 tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid

mereduksi resiko batu ginjal hingga 8.3%, dan bahkan setelah 10 tahun sejak

pengangkatan, resiko menjadi hilang.

2. Hiperparatiroid Sekunder

Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan

karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini berkitan

dengan gagal ginjal akut. Penyebab umum lainnya karena kekurangan vitamin D.

(Lawrence Kim, MD, 2005, section 5) Hipersekresi hormon paratiroid pada

hiperparatiroidisme sekunder sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium

terionisasi didalam serum. (Clivge R. Taylor, 2005, 780)

Hiperparatiroidisme sekunder adalah hiperplasia kompensatorik keempat kelenjar yang

bertujuan untuk mengoreksi penurunan kadar kalsium serum. Pada sebagian besar kasus,

kadar kalsium serum dikoreksi ke nilai normal, tetapi tidak mengalami peningkatan.

Kadang-kadang, terjadi

overkoreksi dan kadar kalsium serum melebihi normal; pasien kemudian dapat

mengalami gejala hiperkalsemia.

6. Gejala klinis

A. Hiperparatiroidisme Primer

Ditandai dengan peningkatan kadar hormon hiperparatiroid serum, peningkatan kalsium

serum dan penurunan fosfat serum.

Pada tahap awal, pasien asimtomatik, derajat peningkatan kadar kalsium serum biasanya

tidak besar, yaitu antara 11-12 mg/dl (normal, 9-11 mg/dl).

Page 6: Lp Hiperparatiroid

Pada beberapa pasien kalsium serum berada didalam kisaran normal tinggal. Namun,

bila kadar kalsium serum dan PTH diperhatikan bersamaan, kadar PTH tampaknya

meningkat secara kurang proporsial. Pada beberapa pasien karsinoma paratiroid, kadar

kalsium serum bisa sangat tinggi (15-20mg/dl). Salah satu kelemahan diagnostik adalah

terjadinya penurunan bersihan fragmen akhir karboksil PTH pada pasien gagal ginjal,

menyebabkan peningkatan palsu kadar PTH serum total. Penetuan PTH amino akhir

atau PTH utuh direkomendasikan untuk menilai fungsi paratiroid pasien gagal ginjal

Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam

darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat menyebabkan

tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya hiperparatiroidisme yang menaikkan

kadar kalsium karena terlalu banyak hormon paratiroid.

Tes darah mempermudah diagnosis hiperparatiroidisme karena menunjukkan penilaian

yang akurat berapa jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis didirikan, tes yang lain

sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi. Karena tingginya kadar hormon

paratiroid dapat menyebabkan kerapuhan tulang karena kekurangan kalsium, dan

pengukuran kepadatan tulang sebaiknya dilakukan untuk memastikan keadaan tulang dan

resiko fraktura. Penggambaran dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan

adanya batu ginjal dan jumlah urin selama 24 jam dapat menyediakan informasi

kerusakan ginjal dan resiko batu ginjal.

B. Hiperparatiroidisme Sekunder

Biasanya disertai dengan penurunan kadar kalsium serum yang normal atau sedikit

menurun dengan kadar PTH tinggi dan fosfat serum rendah. Perubahan tulang

disebabkan oleh konsentrasi PTH yang tinggi sama dengan pada hiperparatiroidisme

primer.B eberapa pasien menunjukkan kadar kalsium serum tinggi dan dapat mengalami

semua komplikasi ginjal, vaskular, neurologik yang disebabkan oleh hiperkalsemia.

7. Pemeriksaan fisik

Breath (B1) :

Gejala: nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa sputum kental

dan banyak.

Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekensi/kedalaman (pernafasan Kussmaul)

Page 7: Lp Hiperparatiroid

Blood (B2)

Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi,

Tanda: hipertensi (nadi kuat, edema jaringan, pitting pada kaki, telapak tangan), disritmia

jantung, pucat, kecenderungan perdarahan.

Brain (B3)

Gejala: penurunan daya ingat, depresi, gangguan tidur, koma.,

Tanda: gangguan status mental, penurunan tingkat kesadaran, ketidak mampuan

konsentrasi, emosional tidak stabil

Bladder (B4)

Gejala: penurunan frekuensi urine, obstruksi traktus urinarius, gagal fungsi ginjal (gagal

tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi.

Tanda: perubahan warna urine, oliguria, hiperkalsemia, Batu ginjal biasanya terdiri dari

kalsium oksalat atau kalsium fosfat

Bowel (B5)

Gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.

Tanda: distensi abdomen, perubahan turgor kulit, kelainan lambung dan pankreas(tahap

akhir), Ulkus peptikum

Bone(B6)

Gejala: kelelahan ekstremitaas, kelemahan, malaise.

Tanda: penurunan rentang gerak, kehilangan tonus otot, kelemahan otot,atrofi otot

Integritas ego

Gejala: faktor stress (finansial, hubungan)

Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian.

8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang

Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam

darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat menyebabkan

tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya hiperparatiroidisme yang menaikkan

kadar kalsium karena terlalu banyak hormon paratiroid. Pemeriksaan radioimmunoassay

Page 8: Lp Hiperparatiroid

untuk parathormon sangat sensitif dan dapat membedakan hiperparatiroidisme primer

dengan penyebab hiperkalasemia lainnya pada lebih dari 90 % pasien yang mengalami

kenaikan kadar kalsium serum.

Kenaikkan kadar kalsium serum saja merupakan gambaran yang nonspesifik karena

kadar dalam serum ini dapat berubah akibat diet, obat-obatan dan perubahan pada ginjal

serta tulang. Perubahan tulang dapat dideteksi dengan pemeriksaan sinar-x atau pemindai

tulang pada kasus-kasus penyakit yang sudah lanjut. Penggambaran dengan sinar X pada

abdomen bisa mengungkapkan adanya batu ginjal dan jumlah urin selama 24 jam dapat

menyediakan informasi kerusakan ginjal dan resiko batu ginjal. Pemeriksaan antibodi

ganda hormon paratiroid digunakan untuk membedakan hiperparatiroidisme primer

dengan keganasan, yang dapat menyebabkan hiperkalsemia. Pemeriksaan USG, MRI,

Pemindai thallium serta biopsi jarum halus telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi

paratiroid dan untuk menentukan lokasi kista, adenoma serta hiperplasia pada kelenjar

paratiroid.

Tes darah mempermudah diagnosis hiperparatiroidisme karena menunjukkan penilaian

yang akurat berapa jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis didirikan, tes yang lain

sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi. Karena tingginya kadar hormon

paratiroid dapat menyebabkan kerapuhan tulang karena kekurangan kalsium, dan

pengukuran kepadatan tulang sebaiknya dilakukan untuk memastikan keadaan tulang dan

resiko fraktura.

Salah satu kelemahan diagnostik adalah terjadinya penurunan bersihan fragmen akhir

karboksil PTH pada pasien gagal ginjal, menyebabkan peningkatan palsu kadar PTH

serum total. Penetuan PTH amino akhir atau PTH utuh direkomendasikan untuk menilai

fungsi paratiroid pasien gagal ginjal. (Clivge R. Taylor, 2005, 783)

Laboratorium:

1) Kalsium serum meninggi

2) Fosfat serum rendah

3) Fosfatase alkali meninggi

4) Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah

Page 9: Lp Hiperparatiroid

5) Foto Rontgen:

o Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi

o Cystic-cystic dalam tulang

o Trabeculae di tulang

9. Diagnosis/kriteria diagnosis

Total kalsium serum pada individu dewasa adalah 4,5- 5,5 mEq/L, gambaran

laboratorium penyakit hiperparatiroid yaitu kalsium serum >5,5 mEq/L. Hiperparatiroid

dapat menimbulkan “krisis paratiroid“ apabila peningkatan konsentrasi kalsium dalam

darah melampaui 12mg/dl. Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan

tingginya level kalsium dalam darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid.

Penyakit lain dapat menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya

hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium karena terlalu banyak hormon

paratiroid. Tes darah mempermudah diagnosis hiperparatiroidisme karena menunjukkan

penilaian yang akurat berapa jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis didirikan, tes

yang lain sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi.(Manuaba,2007)

10. Theraphy/tindakan penanganan

A. Hiperparatiroid Primer

Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalah penyembuhan utama

untuk 95% penderita hiperparatiroidisme. Apabila operasi tidak memungkinkan atau

tidak diperlukan, berikut ini tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar

kalsium:

a. Memaksakan cairan

b. Pembatasan memakan kalsium

c. Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan

larutan garam normal, pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.

d. Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau bifosfonat.

e. Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau mithramycin)

f. Operasi paratiroidektomi

g. Obati penyakit ginjal yang mendasarinya

Page 10: Lp Hiperparatiroid

B. Hiperparatiroid Sekunder

Tidak seperti hiperparatiroidisme primer, manajemen medis adalah hal yang utama untuk

perawatan hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium

dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan

fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting.Pasien yang mengalami predialysis

renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan

sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah

hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroidisme sekunder.Pasien yang mengalami

dialysis-dependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat

bebas aluminium, dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan

fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormone paratiroid.Pasien yang

mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan

dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroidisme

juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon paratiroid

lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan

tebukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya

dipertimbangkan.

11. Komplikasi

1) peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor

2) Dehidrasi

3) batu ginjal

4) hiperkalsemia

5) Osteoklastik

6) osteitis fibrosa cystica

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Pengkajian

(1) Identitas Pasien

- Nama :

- Umur :

- Alamat :

Page 11: Lp Hiperparatiroid

- Pekerjaan :

- No. Reg :

- Tgl. MRS :

- Tgl. Pengkajian :

- Dx Medis :

(2) Identitas Penanggung Jawab

- Nama :

- Umur :

- Pendidikan :

- Pekerjaan :

- Hub. dgn pasien :

(3) Riwayat Kesehatan

- Keluhan utama :

- Riwayat penyakit sekarang :

- Riwayat kehamilan dan kelahiran:

- Riwayat kesehatan keluarga

(4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Pola nutrisi dan metabolic

- Pola cairan dan metabolic

- Pola istirahat dan tidur

- Pola aktivitas dan latihan

- Pola eliminasi

- Pola persepsi dan kognitif

- Pola reproduksi dan seksual

- Pola persepsi dan konsep diri

- Pola mekanisme koping

- Pola nilai dan kepercayaan

(5) Pengkajian Fisik

Page 12: Lp Hiperparatiroid

- Keadaan umum pasien

- Kesadaran

- Pemeriksaan TTV

(6) Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan radiologic

Analisa (pengelompokan data)

DS :

Data subyektif berikut diperoleh dari pasien :

Adanya ketidaknyamanan ( nyeri tulang ), lemah atau parestesia.

Pola eliminasi ( konstipasi, poliuria )

Penggunaan obat

Riwayat diet

Pengetahuan mengenai kondisi

DO :

Data obyektif meliputi hal- hal berikut :

Status mental ( tanda- tanda perubahan perilaku )

Asupan dan keluaran setiap 8 jam

Berat badan tiap hari

Kelemahan otot –otot

Keadaan kulit, rambut, dan kuku

Page 13: Lp Hiperparatiroid

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan ketidakmampuan memakan

makanan

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan

menyatakan merasa lemah

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomic ditandai

dengan retensi

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Terlampir

4. Evaluasi

No No DxEvaluasi

1. 1.

S : Klien mengatakan sudah ada nafsu makanO : Klien tampak mampu makan 3 x sehari dan secara teratur,

dan tidak ada mualA : Tujuan tercapaiP : Pertahankan kondisi klien

2. 2.

S : Klien mengatakan sudah tidak lemas lagi dan sudah bisa beraktifitas

O : Klien tampak mampu berpindah dan berjalanA : Tujuan tercapaiP : Pertahankan kondisi klien

3 3

S : Klien mengatakan sudah mampu mengontrol pengeluaran urine

O : Klien tampak mampu berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter.

A : Tujuan tercapaiP : Pertahankan kondisi klien

Page 14: Lp Hiperparatiroid

Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama …x 24 jam

kebutuhan nutrisi pasien

terpenuhi dengan criteria hasil :

NOC Label : Nutritional Status

1. Pemasukan nutrisi yang

adekuat

2. Jumlah cairan dan makanan

yang diterima sesuai dengan

kebutuhan tubuh pasien

3. Nilai laboratorium dalam

rentang normal, protein total

6-8 gr%, albumin 3,5-5 gr%,

globulin 1,5-3 gr%, HB tidak

kurang dari 10 gr%

4. Membran mukosa dan

konjungtiva tidak pucat

NIC Label : Nutrition Therapy

1. Lakukan pengkajian lengkap

mengenai nutrisi klien.

2. Monitor intake

makanan/cairan dan hitung

intake kalori harian

3. Mengatur lingkungan menjadi

menyenangkan dan rileks.

4. Pilih supplement nutrisi jika

diperlukan

5. Anjurkan pasien untuk

memilih makanan yang lunak,

tidak berbumbu, dan tidak

asam.

6. Monitor hasil pemeriksaan

laboratorium, jika diperlukan.

1. Dapat mengetahui status nutrisi

klien sehingga dapat

melakukan intervensi yang

tepat.

2. Mengetahui intake kalori

apabila terjadi kekurangan

3. Memberikan lingkungan yang

nyaman pada klien untuk

makan

4. Untuk meningkatkan asupan

nutrisi klien

5. Mencegah terjadinya

pendarahan pada esophagus

6. Mengetahui status nutrisi klien

sehingga dapat diberikan diet

yang tepat

Page 15: Lp Hiperparatiroid

Intoleran aktivitas Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama …x 24 jam

intoleran aktivitas dapat teratasi

dengan criteria hasil :

NOC Label : Activity

tolerance :

1. Klien mampu

mengidentifikasi aktifitas dan

situasi yang menimbulkan

kecemasan yang

berkonstribusi pada

intoleransi aktifitas.

2. Klien mampu berpartisipasi

dalam aktifitas fisik tanpa

disertai peningkatan TD, N,

RR dan perubahan ECG

3. Klien mampu berpartisipasi

dalam perawatan diri tanpa

bantuan atau dengan bantuan

minimal tanpa menunjukkan

kelelahan

NIC :

• Energy management :

1. Tentukan penyebab

keletihan: :nyeri, aktifitas,

perawatan , pengobatan

2. Evaluasi motivasi dan

keinginan klien untuk

meningkatkan aktifitas.

3. Monitor asupan nutrisi

• Activity therapy:

4. Bantu klien melakukan

ambulasi yang dapat

ditoleransi.

5. Rencanakan jadwal antara

aktifitas dan istirahat.

6. Bantu dengan aktifitas fisik

teratur : misal: ambulasi,

berubah posisi, perawatan

personal, sesuai kebutuhan.

1. Menetukan penyebab

keletihan untuk memberikan

intervensi yang sesuai

2. Mengetahi apakah klien

mengalamipenurunan

motivasi yang nantinya dapat

disesuaikan dengan intervensi

yang diberikan

3. Asupan nutrisi yang tidak

adekuat dapat menurunkan

energi untuk melakukan

aktivitas

4. Latihan ambulasi yang

semakin sering akan

meningkatkan toleransi klien

terhadap aktivitas

5. Untuk menyeimbangkann

aktivitas dan istirahat

6. Bantu latihan dasar telebih

dahulu agar klien terbiasa

Page 16: Lp Hiperparatiroid

7. Minimalkan anxietas dan

stress, dan berikan istirahat

yang adekuat

7. Anxietas, stress dan krang

istirahat dapat meningkatkan

kelemahan

Gangguan eliminasi

urine

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama …x 24

jam gangguan eliminasi urine

dapat teratasi dengan kriteria

hasil :

NOC Label: Urinary

Elemination

1. Eliminasi klien teratur

2. Jumlah urin dalam rentang

normal : Jumlah urine ; 0.5

ml / kg BB/jam (30-50

ml/jam)

3. Nyeri berkurang saat

berkemih

4. Nokturia berkurang

NIC Label: Urinary

elimination management

1. Monitor eleminasi urin

termasuk frequensi,

konsistensi, odor/bau,

volume, dan warna jika

diperlukan

2. Identifikasi factor kontribusi

yang menyebabkan episode

peningkatan berkemih

3. Catat waktu kehilangan

eleminasi urin jika

diperlukan

4. Instruksikan klien dan

keluarga mencatat urinary

output jika diperlukan

5. Catat waktu berkemih

1. Untuk mengetahui apakah ada

keabnormalan pada urin

2. Mengetahui penyebab dari

peningkatan berkemih

3. Untuk mengetahui pola

berkemih pasien normal atau

tidak

4. Untuk mengetahui seberapa

banyak cairan yang keluar

5. Untuk mengetahui waktu

pengosongan bledder

Page 17: Lp Hiperparatiroid

Fluid Management

6. Pantau input dan output yang

sesuai

7. Pantau status hidrasi klien

8. Pantau tanda-tanda vital

9. Pantau makanan / cairan yang

masuk dan menghitung

asupan kalori harian yang

sesuai.

6. Untuk mengetahui

keseimbangan cairan klien

7. Untuk mencegah kelebihan

cairan lebih lanjut

8. Untuk mengetahui keadaan

umum klien

9. Untuk menjaga keseimbangan

cairan

Page 18: Lp Hiperparatiroid

PATHWAY

Primer

Stimulasi kelenjar paratiroid

Absorpsi fosfat

absorpsi fosfat dan kalsium

Adenoma/Karsinoma

sekunder Peningkatan Hormon Paratiroid dalam sirkulasi

Sekresi hormon

paratiroid (PTH)

Produksi hormon paratiroid (PTH)

Hiperfungsi kelenjar paratiroid

Membentuk Vit. D3 Aktif

Pengambilan kalsium dari makanan dalam usus

Anoreksia dan mual

MK : Perubahan Nutrisi Kurang dari Keb. Tubuh

HIPERPARATIROID

Peningkatan sekresi hormon PTH

Ostitis fibrosa cystica

Sekresi hormon PTH

Reabsorpsi Kalsium

Pertumbuhan osteoklast

Reabsorpsi tulang

Mk : intoleransi

Aktivitas

Gagal ginjal

Sekresi PTH

Reabsorpsi kalsium dan

fosfat

MK : Gangguan

Eliminasi Urine

Sekresi kalsium dari makanan dalam usus

Page 19: Lp Hiperparatiroid

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :

EGC

2. Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014. Jakarta: EGC

3. Joanne, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Amerika:

Mosby

4. Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.

Amerika: Mosby

5. Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik, E/4, Vol. 2. Jakarta: EGC

6. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth. Vol. 1. E/8. Jakarta : EGC

7. http://abdulaziz-fkp10.web.unair.ac.id/artikel_detail-81952-askep%20endokrin-askep%20hipertiroidisme.html diakses tanggal 9 Februari 2014