lp gastroentritis

41
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS A. Pengertian 1. Gastroenteritis adalah suatu kondisi oleh muntah, diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi, intoleransi terhadap bahan makanan tertentu/ taksin yang masuk ke dalam lambung. (Susan Martin Tucker, 1992) 2. Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan saluran pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (berulang-ulang) disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari feses menjadi lembek atau cair (Bambang Subagyo, 1997). 3. Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari, juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair). (Brunner and Suddart, 2000) 4. Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya disebabkan oleh penyebab mikrobiologi. (Cristin Hancock, 1999) 5. Gastroenteritis adalah frekuensi buang besar lebih dari 4x sehari pada bayi dan lebih dari 3x sehari pada anak dengan konsistensi feces cair/encer berwarna hijau/ dapat pula bercampur lender dan darah atau lender saja. (Ngastiyah, 1997) Klasifikasi Klasifikasi gastroenteritis menurut Kapita Selekta edisi 3, 1999: a. Gastroenteritis koleriform Disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan intoksikosi makanan. b. Gastroenteritis degentriforin Disebabkan oleh sigella , salmonella, entamoeba histolitica Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja merupakan akibat dari iritasi usus oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik dan peningatan motilitas usus. Ini menyebabkan banyak air dan mineral terbuang karena

Upload: samuel-vcrabz

Post on 08-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

samuel

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Gastroentritis

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS

A.    Pengertian

1.      Gastroenteritis adalah suatu kondisi oleh muntah, diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi,

intoleransi terhadap bahan makanan tertentu/ taksin yang masuk ke dalam lambung. (Susan Martin

Tucker, 1992)

2.      Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan saluran pencernaan (usus) yang ditandai dengan

bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (berulang-ulang) disertai adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari feses menjadi lembek atau cair (Bambang Subagyo, 1997).

3.      Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali

sehari, juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair). (Brunner and Suddart, 2000)

4.      Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah

makan, biasanya disebabkan oleh penyebab mikrobiologi. (Cristin Hancock, 1999)

5.      Gastroenteritis adalah frekuensi buang besar lebih dari 4x sehari pada bayi dan lebih dari 3x sehari

pada anak dengan konsistensi feces cair/encer berwarna hijau/ dapat pula bercampur lender dan

darah atau lender saja. (Ngastiyah, 1997)

Klasifikasi

Klasifikasi gastroenteritis menurut Kapita Selekta edisi 3, 1999:

a.       Gastroenteritis koleriform

Disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan intoksikosi makanan.

b.      Gastroenteritis degentriforin

Disebabkan oleh sigella , salmonella, entamoeba histolitica

Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja merupakan akibat dari iritasi usus

oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk

sekretorik dan peningatan motilitas usus. Ini menyebabkan banyak air dan mineral terbuang karena

waktu penyerapan berkurang sehingga penderita gastroenteritis dapat mengalami dehidrasi.

Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Soeparman, 1997):

a.       Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan

Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh dalam keadaan

preshock.

b.      Dehidrasi sedang

Page 2: Lp Gastroentritis

Kehilangan cairan 5-10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh,

preshock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.

c.       Dehidrasi berat

Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan

Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock atau  shock nadi cepat, nafas cepat

dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.

Gejala dehidrasi (Sagung Seto, 2005)

Gejala Hepatonik Isotonik Hipertonik

Rasa haus - - -

BB Menurut sekali Menurun Menurun

Turgor kulit Menurun sekali Menutup Tidak jelas

Kulit, Selaput lendir Basah Kering Kering sekali

Gejala SSP Apatis Jelek Relatif masih baik

Nadi Sangat lemah Cepat dan

lemah

Cepat dan keras

Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah

Banyak kasus 10-30% 70% 10-20%

Perhitungan balance

Jumlah cairan yang masuk:

1)      Air (makanan, minuman)

2)      Cairan infus

3)      Air metabolisme

4)      Injeksi

Jumlah cairan yang keluar

1)      Urine

2)      IWL

3)      Feses

4)      Muntah, perdarahan, cairan drain, NGT

Catatan:

1)      Urine normal > 0,5 – 1 cc / kg BB/jam

2)      Feses 100 cc/hari

3)      WIL:        Dewasa  15 cc / kg BB/hari

Anak (30 – usia) cc/kg BB/hari

Kenaikan suhu IWL + 200 (suhu badan – 36,8oC

4)      Air metabolisme balita: 8 cc/kg BB/hari

B.     Penyebab

Page 3: Lp Gastroentritis

1.      Faktor Infeksi

a.       Infeksi enteral : infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama diare pada anak.

1)      Infeksi bakteri patogen : salmonella, shigella, eschercia colli, vibris colerae

2)      Infeksi bakteri non patogen : staphilococus albus, streptococus, proteus klebaella, pseudomonas.

3)      Infeksi virus enterovirus (polio, cock sack, ECHO) adenovirus, arbovirus.

4)      Infeksi parasit : cacing ascaris, trichiuris, strongloides.

5)      Infeksi jamur : cahaida (monilla)

b.      Infeksi purenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan

Contoh : otitis medis akut, tonsila faringitis, bronkitis, ensefalitis

2.      Faktor Malabsorpsi

a.       Malabsorbsi karbohidrat

b.      Malabsorbsi lemak

c.       Malabsorbsi protein

3.      Faktor Makanan

Misal : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4.      Faktor Psikologis

Misal : rasa takut, cemas dan stres.

C.     Patofisiologi/ Pathway

Menurut Brunner dan Suddarth (2002) mekanisme yang menyebabkan diare adalah sebagai

berikut:

1.      Diare sekresi biasanya diare dengan volume banyak disebabkan oleh peningkatan produksi dan

sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus.

2.      Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang tidak

dapat diabsorbsi, sehingga reabsorbsi air menjadi lambat.

3.      Diare campuran disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik dari usus (biasanya karena penyakit

usus inflamasi) dan kombinasi peningkatan skresi atau penurunan absorbsi dalam usus.

Menurut Cristin Hancock (1999), secara patofisiologi bakteri dan virus dapat menyebabkan

gastroenteritis dengan 3 cara :

1.      Keracunan oleh enterotoxin eschersia colli

Dapat menyebabkan peradangan usus sehingga terjadi diare.

2.      Invasi patogen

Shigella dan E. colli melalui penetrasinya dapat memperbesar usus, merusak sel dan potensial

ulserasi sehingga feses mengandung leukosit dan eritrosit.

Page 4: Lp Gastroentritis

3.      Virus patogen

Menyerang mukos epitel dan merusak villi usus sehingga menyebabkan malabsorbsi elektrolit yang

dikeluarkan. Dengan cara ini dapat menyebabkan peningkatan peristaltik usus, peningkatan sekresi

air dan elektrolit.

a.       Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga

timbul diare dan sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri berkembang

pesat dan timbulkan diare.

b.      Gangguan air dan elektrolit mengakibatkan  gangguan keseimbangan asam-basa, gizi dan sirkulasi

darah akibatnya terdapat makanan/ zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik

dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga

timbul diare.

D.    PATHWAY

Pathway dapat dilihat disini.

E.     Manifestasi  Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

1.      Manifestasi Klinis (Ngastiyah, 1997)

a.           Diare (BAB, lember, cair)

1)      Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic,

ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran

cairan dan Iodium ke rongga usus.

2)      Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder ait dan elektrolit. Peningkatan ini disebabkan

sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang mukosa usus.

3)      Perubahan mobiliti

Hiperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.

b.          Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)

Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga akan

berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.

c.           Nyeri perut dan kram abdomen

Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan efek yang

timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.

d.          Peristaltik meningkat (> 35x/menit)

Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha mengeluarkan

ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.

e.           Penurunan berat badan

Page 5: Lp Gastroentritis

Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung unsur-unsur penting untuk

pertumbuhan dan perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.

f.           Nafsu makan turun

Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan rasa

tidak enak.

g.          Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering

Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.

h.          Mata cowong

Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan beberapa

jaringan kekurangan cairan dan oksigen.

i.            Gelisah dan rewel

Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak

merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.

j.            Kesadaran menurun

Gejala klinis 10,11,12 terjadi karena penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja jantung

ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi

cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan

tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah eksresi Na

sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak

kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu.

2.      Pemeriksaan Penunjang

Menurut Brunner dan Suddarth (2002), pemeriksaan diagnostik yang harus dilakukan untuk

mengetahui penyebab diare adalah:

a.       Hitung darah lengkap

b.      Sifat kimia

c.       Urin analisis

d.      Pemeriksaan feses rutin serta pemeriksaan feses untuk organisme infeksius atau parasit

e.       Proktosigmoidoskopi dan enema berium.

Uji laboratorium (Betz, Cecily L. Edisi 3, 2002)

a.       Hematoseses untuk memeriksa darah (lebih umum pada bakterial)

b.      Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus

c.       Hitung darah lengkap dengan deferensial

d.      Uji antigen imonoesei enzim untuk memastikan rota virus

Page 6: Lp Gastroentritis

e.       Kultur feses (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan) untuk

menemukan patogen

f.       Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit

g.      Aspirasi duodenum (jika diduga G. Lamblia)

h.      Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dihidrasi, organisme, shigella keluar melalui urine)

F.      Diagnosa Keperawatan

1.      Diare

2.      Kekurangan volume cairan

3.      Nyeri akut

4.      Kurang pengetahuan orang tua

5.      Hipertermi

G.    Fokus Intervensi

1.      Diare

Yang berhubungan malabsorbsi atau inflamasi sekunder terhadap gastritis, divertikulitis, usus yang

sensitif.

Proses infeksi : disentri, cholera, shgelosis

Tujuan :   - Klien dapat mencapai keseimbangan cairan

                - Klien dapat melakukana eliminasi dengan baik

Kriteria :

-          Keseimbangan input dan output cairan

-          Berat badan stabil

-          Tidak terlihatnya mata cekung

-          Tidak terasa haus, tidak ada nyeri tekan di perut

-          Kulit lembab

-          BAB lunak tidak cair

-          Frekuensi defekasia kembali normal

Ket.penilaian :

1 : tidak pernah sesuai

2 : jarang sesuai

3 : kadang sesuai

4 :sering sesuai

5 : selalu sesuai

Page 7: Lp Gastroentritis

Intervensi :

a.       Observasi dan catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses dan faktor  presipitasi.

b.      Kaji faktor-faktor penyebab/ yang mempengaruhi makan perselang, makan sembarangan, makanan

diperjalanan.

c.       Kurangi diare

Hentikan makanan padat :

-          Minum cairan bening (jus, buah, gatorade, air daging)

-          Lanjutkan menyusui, hentikan ASI formula pada bayi

-          Hindari produk susu, lemak tepung beras, buah segar dan sayuran

-          Penyebaran infeksi (cuci tangan, penyimpanan makanan yang tepat, memasak dan mengolah

makanan)

-          Secara bertahap bahkan makanan semi padat dan padat (krakers, yogurt, nasi, pisang, jus apel)

-          Tingkatkan masukan oral untuk mempertahankan berat jenis normal urine

-          Perbanyak cairan tinggi kalium dan natrium (jus jeruk, buah anggur, air daging)

-          Jelaskan pada pasien dan orang terdekat tentang intervensi yang diperlukan untuk pencegahan.

-          Laksanakan terapi kolaboratif : antikolinergik, antasid, antibiotik

2.      Kekurangan volume cairan

Yang berhubungan dengan dampak diare, mual dan muntah.

Tujuan : cairan seimbang

Kriteria :

a.       Mempertahankan masukan cairan dan elektrolit yang ditujukan oleh :

-          Turgor kulit baik

-          Jumlah minuman

-          Mampu melaksanakan penggantian setiap ada cairan yang hilang (diare)

b.      Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal

c.       Mempertahankan berat badan

d.      Tanda-tanda vital normal

e.       Tidak terlihat mata cekung

f.       Kulit lembab

g.      Tidak terasa haus

h.      Membran mukosa lembab

i.        Serum elektrolit, hematokrit (dalam batas normal)

Ket.penilaian :

1 : tidak pernah sesuai

2 : jarang sesuai

Page 8: Lp Gastroentritis

3 : kadang sesuai

4 :sering sesuai

5 : selalu sesuai

Intervensi :

a.       Kaji faktor penyebab

b.      Kaji dan berikan cairan yang disukai dalam batas diit

c.       Kaji pengertian pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan dehidrasi yang adekuata

dan metode pencapaiannya.

d.      Hilangkan faktor penyebab

e.       Rencanakan masukan cairan tiap shift

f.       Menimbang berat badan dan cairan tiap hari dan monitor gejala

g.      Monitor status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah normal)

h.      Monitor hasil laborat yang tepat (BUN ↑, ↓ HCl, kepekatan urine)

i.        Monitor tanda-tanda vital

j.        Ajarkana bahwa kopi, teh, jus buah anggur menyebabkan diuresis dan menambah kehilangan cairan.

k.      Kolaborasi : hentikan cairan intravena sesuai skema rencana medik (dalam melaksanakan asuhan

sebutkan total dan jenis cairan sesuai advis dokter).

3.      Nyeri akut

Yang berhubungan dengan hiperistaltik, diare yang berkepanjangan, iritasi kulit dan jaringan,

perlecetan perinatal, fisura.

Tujuan : nyeri dapat dikontrol

Kriteria :

-          Klien mengontrol nyeri

-          Klien menggunakan tindakan pencegahan munculnya nyeri

-          Klien menggunakan tindakan non analgetik

-          Klien menggunakan tindakan analgetik

-          Melaporkan gejala nyeri

Ket.penilaian :

1 : tidak pernah sesuai

2 : jarang sesuai

3 : kadang sesuai

4 :sering sesuai

5 : selalu sesuai

Intervensi :

Page 9: Lp Gastroentritis

a.       Dorong pasien untuk mengutarakan dan menggambarkan nyerinya

b.      Kaji keluhan nyeri perut, tempat, lama, intensitas

c.       Kaji dan laporkan perubahan karakteristik nyeri

d.      Perhatikan petunjuk non verbal misal : tidak bisa diam, enggan bergerak, selalau menjaga perut,

menarik diri, gelisah.

e.       Kaji faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkana nyeri.

f.       Berikan tindakan yang meningkatkan rasa nyaman.

g.      Bersihkan area rektal dengan sabun rektal dengan air, usapkan tiap BAB dan lakaukan perawatan

diri/ kulit.

h.      Kolaborasi : berikan analgetik sesuai advis dokter

i.        Menurunkan/ mengurangi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan pengalaman

nyeri (misalnya takut, lelah, bosan, kurang pengetahuan).

j.        Memfasilitasi istirahat dan tidur yang adekuat untuk mengatasi nyeri.

4.      Kurang pengetahuan tentang keadaan sakit, kebutuhan pengobatan dan pencegahan diare yang

berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

Tujuan : klien mampu menjelaskan penyebab diare, tanda-tanda, cara untuk mencegah dan cara

mengatasinya.

Kriteria :

-          Klien menjelaskan penyebab diare

-          Klien menjelaskan tanda gejala diare

-          Klien menjelaskan cara pencegahannya

-          Klien menjelaskana cara mengatasianya

Ket.penilaian :

1 : tidak pernah sesuai

2 : jarang sesuai

3 : kadang sesuai

4 :sering sesuai

5 : selalu sesuai

Intervensi :

a.       Kaji presepsi pasien dan keluarga tentang proses penyakit

b.      Bahas dengan pasien dan keluarga tentang proses penyakit, penyebab, faktor presipitasi, dan

mengidentifikasi cara untuk mengurangi faktor pendorong timbulnya sakit.

c.       Beri kesempatan kepada pasien/ keluarga untuk mengajukan pertanyaan

d.      Bahas pengobatan, tujuan dosis dan efek sampingnya.

e.       Tekana pentingnya merawat kulit : teknik cuci tangan yang baik dan perawatan perional.

Page 10: Lp Gastroentritis

5.      Hipertermi

Yang berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulator tubuh.

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria

-          Suhu tubuh dalam batas normal (36-370C)

-          Tubuh tak teraba panas

Ket.penilaian :

1 : tidak pernah sesuai

2 : jarang sesuai

3 : kadang sesuai

4 :sering sesuai

5 : selalu sesuai

Intervensi

a.       Observasi tanda-tanda vital

b.      Berikan kompres air hangat

c.       Anjurkan klien untuk minum yang banyak

d.      Anjurkan anak untuk membatasi mobilitas untuk kurangi metabolisme

e.       Laksanakan program terapi dokter untuk pemberian antipiretik

Read more: http://perawatmasadepanku.blogspot.com/2012/09/laporan-pendahuluan-gastroenteritis-ii.html#ixzz2VPT2qEMV

Page 11: Lp Gastroentritis

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates)

Diare adalah buang air besar yang tida nomral dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari

biasanya (Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI, 1988).

B. Etiologi

Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)

1. Infeksi

a. Infeksi enteral :

Ø Bakteri : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela

Ø Virus : enterovorus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus

Ø Parasit : cacing, protozoa, jamur

b. Infeksi parenteral

Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)

2. Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)

b. Malabsorbsi protein

c. Malabsorbsi lemak

3. Faktor makanan

4. Faktor psikologis

Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)

1. Kehilangan berat badan

a. 2,5 % tidak ada dehidrasi

b. 2,5-5% Dehidrasi ringan

c. 5-10 % dehidrasi sedang

Page 12: Lp Gastroentritis

d. > 10% dehidrasi berat

1. Skor Maurice King

Bagian Tubuh N I L A I

Yang Diperiksa 0 1 2

Keadaan Umum

Turgor

Mata

UUB

Mulut

Denyut Nadi

Sehat

Normal

Nomral

Normal

Normal

Kuat

< 120

Gelisah cengeng,

apatis, ngantuk

Sedikit, kurang

Sedikit cekung

Sedikit cekung

Kering

Sedang

(120-140)

Mengigau,

koma/syok

Sangat kurang

Sangat cekung

Sangat cekung

Kering, sianosis

Lemah

> 140

KETERANGAN :

Ø Skor :

- 0-2 dehidrasi ringan

- 3-6 dehidrasi sedang

- 7-12 Dehidrasi berat

Ø Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup

Ø Untu k kekenyalan kulit :

- 1 detik : dehidrasi ringan

- 1-2 detik : dehidrasi sedang

- > 2 detik : dehidrasi berat

I. PENGKAJIAN

A. Identitas

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4

kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan,

Page 13: Lp Gastroentritis

kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku

kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat

berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang) ( Lab. FKUI, 1988).

B. Keluhan utama

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang

tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA, 1984)

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat

disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.

Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan

atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa

lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .

Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.

Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.

Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor lain,

lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab

IKA FKUA, 1984)

D. Riwayat Penyakit sebelumnya

Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan faktor

predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984)

E. Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal

1. Prenatal

Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama

kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan

dan perkembangan janin di dalam rahim.

2. Natal

Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi fungsi dan maturitas

organ vital .

3. Post Natal

Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan

panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.

Page 14: Lp Gastroentritis

Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan

yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.

F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap

individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian

fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo,

1995)

G. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Penyakit

Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan

distribusi penularan.

2. Lingkungan rumah dan komunitas

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuma

penyebab diare.

3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang higienis

dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.

4. Persepsi keluarga

Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau

lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota

keluarga (orang tua).

H. Pola Fungsi kesehatan

1. Pola Nutrisi

Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare,

sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia.

Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <

1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan

rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan

cair.

2. Pola eliminasi

Page 15: Lp Gastroentritis

BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara

makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk

output terhadap kehilangan cairan lewat urine.

3. Pola istirahat

Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang

berlebihan, sehingga menjadi rewel.

4. Pola aktivitas

Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari.

I. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995).

1. Sistem Neurologi,

Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.

Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan

sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaran diamati

komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.

Palpasi, adakah parese, anestesia,

Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.

2. Sistem Penginderaan

Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,

Inspeksi :

Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut

serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.

Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil

terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok

hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.

Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga

kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak

adanya pernafasan cuping hidung.

Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi parenteal yang

pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)

Page 16: Lp Gastroentritis

Palpasi,

Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun

besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata,tekanan bola mata dapat menurun,

Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.

3. Sistem Integumen

Subyektif, kulit kering

Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan,

1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).

4. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin

Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah pembesaran

jantung, suhu tubuh meningkat.

Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena

casodilatasi pemuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji

frekuensi, irama dan kekuatan nadi.

Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare akut masih

dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis

midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.

Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1,

S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.

5. Sistem Pernafasan

Subyektif, sesak atau tidak

Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan

tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau

ekspirasi.

Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-).

Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan

durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho

pnemonia atau infeksi lainnya.

Page 17: Lp Gastroentritis

6. Sistem Pencernaan

Subyektif, Kelaparan, haus

Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam sehari, adakah

bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan

abdomen.

Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat

(gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.

Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara

tymphani.

Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.

7. Sistem Perkemihan

Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya

Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minor,

pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing

spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.

Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

8. Sistem Muskuloskletal

Subyektif, lemah

Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun

Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran

berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.

J. Pemeriksaan Penunjang

1. ÿÿÿÿÿÿ80ÿÿÿÿÿÿÿÿlpÿÿÿÿaÿÿÿLaboratorium (Lab IKA FKUI, 1988)

a. Faeces lengkap

Ø Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)

Ø PH dan kadar gula

Ø Biakan dan uji resistensi

b. Pemeriksaan Asam Basa

Page 18: Lp Gastroentritis

Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis

respiratorik.

c. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin

Untuk mengetahui faali ginjal

d. Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)

Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna

kesadaran dan kejang.

e. Pemeriksaan intubasi duedenum

Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif.

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti

bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

K. Penatalaksanaan (Lab IKA FKUI, 1988 dan FKUA, 1984)

1. Rehidrasi

a. Jenis cairan

- cara rehidrasi oral :

· Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.

· Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin

- cairan parenteral :

· usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm) D10%.

· Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS

· Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS

· Usia > 3 tahun D51/2NS

· HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.

b. Jalan pemberian

- Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik)

Page 19: Lp Gastroentritis

- Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran

menurun).

- IV line bila dehidrasi berat

c. Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :

- Defisit (derajat dehidrasi)

- Kehilangan sesaat (concurent loss)

- Rumatan (maintenance)

d. Jadual/kecepatan

Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi dan umur. Untuk

defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance.

2. Obat-obatan

a. Obat anti sekresi

- Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg

- Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr

b. Obat antispasmotilitik

Papaverin, opium. loperamid

c. Antibiotik

- Penyebab jelas

- Ada penyakit penyerta

3. Dietetik

a. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg

- Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah

- Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat

b. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg

Makanan padat/ maknan cair/susu

Page 20: Lp Gastroentritis

c. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat diberikan elemental/semi

elemental formula.

4. Supportif

a. Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun

b. Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun

c. Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun

d. Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun

e. Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun

f. Vitamin B kompleks, vit C

Rencana Asuhan Keperawatan

I. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

sekunder terhadap diare.

Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal.

Kriteria :

§ Tanda-tanda vital dalam batas normal

§ Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine terkontrol,

mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.

§ Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari

§ Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.

§ BGA dalam batas normal

Intervensi :

1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)

R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine.

Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

2. Pantau intake dan out put

R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi

kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak

adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.

Page 21: Lp Gastroentritis

3. Timbang BB setiap hari.

R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.

4. Penatalaksanaan rehidrasi :

a. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg

BB/mencret.

R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai

ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi

distensi.

b. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta).

R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau

dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah

hilang.

5. Kolaborasi :

a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)

R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk mengetahui

faali ginjal (kompensasi).

b. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)

R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya.

Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum

luas untuk menghambat endoktoksin.

II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adekuatnya intake dan diare

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :

§ Nafsu makan baik

§ BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

§ Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)

Intervensi :

Page 22: Lp Gastroentritis

1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan

air panas atau dingin)

R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

2. Timbang BB setiap hari

R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein

dan vitamin.

3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan

kebutuhan.

R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.

4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan

peningkatan daya tahan tubuh.

R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan katabolisme

serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima

dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.

5. Kolaborasi :

a. Dietetik

- anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan

setengah padat/makanan padat.

R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga intoleransi laktose.

- Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat

R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.

b. Rehidrasi parenteral (IV line)

R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau

dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah

hilang.

c. Supporatif (pemberian vitamin A)

R/ Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi

untuk proses pertumbuhan.

I. Risiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare

Page 23: Lp Gastroentritis

Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi

Kriteria :

§ Integritas kulit utuh

§ Iritasi tidak terjadi

§ Kulittidak hiperemia,atau iscemia

§ Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih

§ Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan

benar

Intervensi :

1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur .

R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat melalui metode diskusi dapat

memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam

peningkatan kesehatan.

2. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing

dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya.

R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan pencegahan untuk mencegah

terjadinya disintegrasi kulit yang tidak diharapkan.

3. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah.

R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus timbulnya iritasi. Untuk itu

pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi masalah tersebut.

4. Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion.

R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan menjaga kebersihan dan

pemberian lotion dari iritasi.

5. Atur posisi klien selang 2-3 jam.

R/ Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan mengurangi

penekanan yang lama, sehingga mencegah ischemia dan iritasi.

Page 24: Lp Gastroentritis

APORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS

A.       KONSEP DASAR PENYAKIT1.      Definisi

Gastroenteritis adalah imflamasi pada lapisan membran gastrointestinal disebabkan oleh berbagai varian entero pathogen yang luas yaitu bacteria, virus dan parasit. Manifestasi klinis utama yautu diare dan muntah yang menentukan jenis terapi.Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Smeltzer,2001:1093)Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut  dapat/tanpa disretai lender dan darah.(Sudoyo,2007:408)                       

2.      EPIDEMIOLOGIPada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS Persahabatan dari 1 Novenber 1993 sampai dengan 30 April 1994 Hendarwanto, Setiawan B dkk. Mendapatkan etiologi infeksi.World Gastroenterology Organisation global guldelines 2005 membuat daftar epidemiologi penyebab yang berhubungan dengan vehicle dan gejala klinik.(Sudoyo,2007:408)

3.      ETIOLOGI1.      Enteral      Bakteri : shigela sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entero colytica,

campylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG.,staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, aeromonas, Preteus dll.

o Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)

Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri ynag termasuk golongan ini adalah V. Cholera, Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. Aureus, dan Vibriononglutinabel.

o Bakteri enteroinvansif

Page 25: Lp Gastroentritis

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B. S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringens  tipe C.

      Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwolk like virus, cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV.Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut adalah Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.Norwalk virus  : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water borne  transmisi, dan dapat juga terjadi penularanperson to person. Astrovirus, didapati pada anak dan dewasaAdenovirus (type 40, 41) Small bowel structured virus Cytomegalovirus

      Parasit : - Protozoa: Entamoeba hitolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur,status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan gembung. Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang fulminant.Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Microsporidium spp, Isospora belli, Cyclospora cayatanensis

      Worm: A. lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S. stercoralis, cestodiasis dll.Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva, menimbulkan diare. Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan usus. Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri abdomen.

Page 26: Lp Gastroentritis

      Fungus: Kandida/ moniliasis.

Gambar 1:Penyebab diare

2.      Parenteral: otitis media akut (OMA),pneumonia. Traveler’s diarrhea: E. coli, Giardia    lamblia, singella, Entamoeba histolytica dll

      Intoksikasi makanan: makanan beracunan atau mengandung logam berat, amakanan yang mengandung bakteri/toksin :clostridium perfringens, B. cereus, S. aureus, Streptocuccus anhaemo lyticus dll.

      Alergi: susu sapi, makanan tertentu.Penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa (Wong, 2008 : 1002).

      Malabsorpsi/maldigensi: karbohidrat: monosakarida (Glukosa, laktosa, galaktosa), disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asam amino tertentu, celiacspure gluten malabsorption, protein intolerance,cows milk, vitamin dan mineral.(Sudoyo,2007:408)

4.      GEJALA KLINISGejala klinis dari diare, yaitu :

a.       Hausb.      Lidah keringc.       Turgor kulit menurund.      Suara serake.       Nadi meningkatf.        Keringat dinging.       Muka pucath.       Mual, muntahi.         Demamj.        Nyeri perut/kejang perutk.      Mata cowong

Page 27: Lp Gastroentritis

        Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami mual, muntah, nyeri perut sampai kejang perut demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemic harus di hindari. kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun, mata cowong, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam ( pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur,pasien gelisah, muka pucat ujung-ujung extremitas dingin dan kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehinga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tidak segera di atasi dapat penyulit berupa mikrisis tubular akut. Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama koleriform, dengan diare yang terutama atas cairan saja. Kedua, disentriform, pada diare didapatkan lendir kenal dan kadang-kadang darah.(Mansjoer,2001:502)

        Menurut Wong (2008 :1002) pengkajian fisik meliputi semua parameter. Untuk pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya haluaran urine menurunnya berat badan, membran mukosa kering, turgor kulit menurun, ubun-ubun yang cekung, kulit yang pucat. Pada dehidrasi yang lebih berat, gejala meningkatnya frekuensi nadi dan respirasi, menurunnya tekanan darah, dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (> 2 detik) yang dapat menunjukan syok yang mengancam.

5.      PATOFISIOLOGIDiare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masuknya minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisis orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktifitas seksual. Faktor penentu terjadinyan diare akut adalah faktor penyebab (agen) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyeban yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.

1.      Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri ynag termasuk golongan ini adalah V. Cholera, Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. Aureus, dan Vibriononglutinabel.

2.      Bakteri enteroinvansifiDiare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk

Page 28: Lp Gastroentritis

dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B. S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringens  tipe C.

6.      KLASIFIKASIDiare dapat diklasifikasikan berdasarkan:

a.       Lama waktu diare:      Akut : Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.sedangkan

menurut World Gastroenterologi Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/ lemak dengan lebih banyak dari normal,berlangsung kurang dari 14 hari. (Sudoyo,2007:408)

      Kronik : Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kreteria mengenai batasankronik pada khasus diare tersebut,ada yang 15 hari, 3 minggu 1 bulan dan 3 bulan,tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat.(Sudoyo,2007:408)

b.      Mekanisme patofisilogik:      Osmotik : diindikasikan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi

karbohidrat, lemak, atau protein, dan tersering adalah malabsopsi lemak. (Mansjoer,2001:502)

      Sekretorik : terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. (Mansjoer,2001:502)

 Gambar 2:Gangguan penyerapan pada usus

Page 29: Lp Gastroentritis

c.       Berat ringan diare: kecil atau besar,d.      Penyebab infeksi atau tidak:      Infektif dan non Infektif :  Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare

non infektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyabab pada khasus tersebut. (Sudoyo,2007:408)

e.       Penyebab organic atau fungsional : Diare organic adalah bila di temukan penyabab anatomic, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat di temukan penyabab organik. (Sudoyo,2007:408)

7.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN  PENUNJANGPemeriksaan fisik

1. Inspeksi :a.       muka pucatb.      lidah keringc.       nafas cepatd.      mata cowonge.       sianosis pada ujung extremitas

2. Palpasi :a.       turgor kulit menurunb.      denyut nadi meningkatc.       keringat dingind.      demam

3. Auskultasi :a.       suara bising usus meningkatb.      tekanan darah menurunc.       suara serakd.      gerakan peristaltik meningkat

4. Perkusi :a.     suara perut timpani

8. Pemeriksaan diagnostik1.      pemeriksaan darah tepi lengkap2.      pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma3.      pemeriksaan urine lengkap4.      pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur5.      pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik6.      pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat dianjurkan7.      duodenal intubation  untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif

tentang pada diare kronik.8.      Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit (Na, K,

Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)

Page 30: Lp Gastroentritis

Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :a. Kehilangan BB

1.      Tidak ada dehidrasi      : menurun BB < 2 %2.      Dehidrasi ringan            : menurun BB 2 - 5%3.      Dehidrasi sedang          : menurun BB 5 - 10%4.      Dehidrasi berat             : menurun BB 10%b. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama 30-60

detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :1.      1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)2.      1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)3.      2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut a.l pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa..(Sudoyo,2007:408)

8.      KOMPLIKASI        Disritmia jantung akibat deplesi elektrolit yang berlebih. (Smetlzer, 2001 : 1094).        Syok akibat terjadinya dehidrasi yang berlanjut hingga gangguan serius pada status

serkulasi. (Wong, 2008 : 999).9.      PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan Kegawat DaruratanMenurut John (2004:234)

a.    Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10- 20mlb.   Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah.c.    Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.d.   Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.e.    Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibioticf.     Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi

Terapi/tindakan penanganan1.              Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,   yaitu:

Page 31: Lp Gastroentritis

a. Jenis cairan yang hendak digunakanCairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang rendah bila dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul nabik 7,5% 50 ml pada setiap 1 It NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

Upaya Rehidrasi Oral (URO)URO berdasarkan prinsip bahwa absorpsi natrium usus (dan juga elektrolit lain dan air) dilakukan oleh absorpsi aktif molekul makanan tertentu seperti glukosa (yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa ) atau L asam amino (yang dihasilkan daripemecahan protein dan peptida). Bila diberikan cairan isotonik yang seimbang antara glukosa dan garamnya, absorpsi ikatan glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan diikuti dengan absorpsi air dan elektrolit yang lain. Proses ini akan mengoreksikehilangan air dan elektrolit pada diare. Campuran garam dan glukosa ini sinamakan Oral Rehydration Salt (ORS) atau di Indonesia dikenal sebagai cairan rehidrasi oral (Oralit).

2.  memberikan cairan dan elektrolit3.  pemberian obat antidiare untuk menormalkan sekresi sehingga dapat mengembalikan

keseimbangan cairan4.  memberikan obat-obatan, sebagai berikut :a.       Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)b.      Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)c.       Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

B.       KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1.      Pengkajian

Data Primer   Data Subjektif

Keluhan utama : buang air besar lebih dari 3 hariRiwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri perut.

Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.

   Data Objektif   Airway :   Jalan nafas paten   Tidak ada obstruksi pada pernafasan   Breathing / Pernafasan

      Nafas spontan      Irama nafas cepat      Pola nafas tidak teratur      Jenis pernafasan; Kusmaul

Page 32: Lp Gastroentritis

      Adanya sesak nafas      Adanya pernafasan cuping hidung      RR > 24x/menit   Circulation

      Nadi > 120x/menit      Tekanan darah menurun      Wajah tampak pucat      Akral hangat      Kadang Ada  sianosis      Suhu > 37,50C      CRT > 2 detik      Mukosa bibir kering      Tidak terjadi perdarahan      Turgor kulit lambat      Riwayat kelebihan cairan akibat diare   Disability

      Pasien tampak lemah

Data sekunder   Eksposure

      Tidak adanya edema ekstremitas      Tidak ada jejas pada kepala   Five intervention

Pemeriksaan Laboratorium:-          Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit),

kadar elektrolit serum,ureum dan kretinin,-          Pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA)

menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.   Give comfort

      Pasien tampak nyeri      Nyeri di sekitar perut   Head to toe

      Kepala dan wajah : mata cowong      Leher : pada pemeriksaan leher tidak ada data yang abnormal      Dada : tidak ada data yang bermasalah pada pemeriksaan dada.      Abdomen dan pinggang :

Inspeksi : distensi abdomenAuskultasi : Bising usus meningkat

                                             Gerakan peristaltic meningkatPerkusi : suara perut timpaniPalpasi : tidak di temukan adanya pembesaran hati.

   Pelvis dan perineum : tidak ada masalah pada pemeriksaan pelvis dan perenium.      Ekstremitas : tidak ada masalah pada pemeriksaan ekstremitas.

Page 33: Lp Gastroentritis

   Inspect the posterior surface

Tidak ada masalah pada pemeriksaan bagian belakang.

2.      DiagnosaDx1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare

berat, muntah).Dx2 : Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama.

Dx3 : Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi.Dx4 : Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.

Dx5: Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorpi nutrien.

Dx6: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan abnormalitas metabolik atau ketidak seimbangan asam basa.

Dx7 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat : diareDx8 : PK Disritmia jantung.

3.      IntervensiDx 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare

berat, muntah).Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan  pasien mampu

mempertahankan volume cairan adekuat dengan kriteria hasil :        Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR

: 12-24x/menit).        Membran mukosa lembab.        Turgor kulit membaik.        Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam konsentrasi/jumlah (0,5-

1cc/kg BB/jam).        CRT < 2 detik.        Mata tidak cowong.

Intervensi :1.      Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).

R/ : hipotensi (termasuk postural), takikardial, demam dapat menunjukan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan.

2.      Awasi masukan haluaran, karakter, dan jumlah feses ; perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat. Ukur berat jenis urine ; observasi oliguria.R/ : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. Fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.

3.      Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.R/ : menunjukan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.Kolaborasi :

Page 34: Lp Gastroentritis

1.      Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.R/ : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan. Catatan : cairan mengandung natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.

2.      Berikan obat sesuai indikasi anti diare.R/ : menurunkan kehilangan cairan dari usus.

3.      Berikan obat antiemetic misalnya trimetobenzamida (tigan) ; hidroksin (pistaril) ; proklorperasin (kompazine).

R/ : digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada heksaserbasi akut.4.      Berikan cairan Elektrolit misalnya tambahan kalium (LCI-IP : K-lyte, slow-K).

R/ : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus yang gundul, area ulkus, dan diare dapat juga menimbulkan asedosis metabolit karena kehilangan bikarbonat (HCO3).(vitamin K mephyton)

Dx 2 : Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi.Tujuan :  Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan suhu tubuh pasien

kembali normal dengan kriteria hasil :        Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR

: 12-24x/menit).        Membran mukosa lembab.        Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.

Intervensi :1.      Control suhu pasien (derajat dan pola) ; perhatikan mengigil/diaporosis.

R/ : suhu 38,9-41,1 C menunjukan proses penyakit impesius akut. Pola demam dapat membantu dalam dianogsis.Kolaborasi :

1.      Berikan antipiretik misalnya ASAL (aspirin), asetaminofen (Tylenol).R/ : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi centralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodekstruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama.Tujuan :  Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit diharapkan nyeri pasien

berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil :      Pasien melaporkan hilang atau terkontrol.      Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat.      Pasien tidak gelisah.

Intervensi :1.    Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.

R/ : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesic.2.    Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10). Selidiki

dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

Page 35: Lp Gastroentritis

R/ : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi, misalya pistula kandung kemih, perporasi, toksik megakolon.

3.    Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki perbedaan penunjuk verbal dan non verbal.R/ : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan visiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas dari beratnya masalah.

4.    Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.R/ : dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

5.      Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman misalnya lutut fleksi.R/ : menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.Kolaborasi :

1.      Berikan obat analgetik sesuai indikasi.R/ : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat ade kuat dan penyembuhan. Catatan : kopiat harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan toksik megakolon.Intervensi antikolinergig.

4.      EvaluasiDx1 : Volume cairan adekuat

        Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit).

        Membran mukosa lembab.        Turgor kulit membaik.        Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam konsentrasi/jumlah (0,5-

1cc/kg BB/jam).        CRT < 2 detik.        Mata tidak cowong

Dx2 : Suhu tubuh stabil.        Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR

: 12-24x/menit).        Membran mukosa lembab.        Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.

Dx3 : Nyeri berkurang/terkontrol.      Pasien melaporkan hilang atau terkontrol.      Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat.      Pasien tidak gelisah.

Page 36: Lp Gastroentritis

DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC Sudoyo. 2007.      Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGCMasjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGCDoengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGCCapernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGCMa, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill Companies