lp hepatitis.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS
Disusun Oleh :
Desi Afyati
P17420213047
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATANPURWOKERTO
2014
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
A. DEFINISI
1. Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia (Sujono, 1999).
2. Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
B. ETIOLOGI
1. Virus type A, B, C, D, dan E
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode transmisi
Fekal-oral
melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang
seksual, orang ke orang,
perinatal
Parenteral perinatal,
memerlukan koinfeksi
dengan type B
Fekal-oral
Keparah-an
Tak ikterik dan
asimto- matik
Parah Menyebar luas, dapat
berkem-bang
sampai kronis
Peningkatan insiden kronis
dan gagal hepar akut
Sama dengan
D
Sumber virus
Darah, feces, saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah Darah, feces, saliva
2. Alkohol: Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan: Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis
toksik dan hepatitis akut.
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
- Selera makan hilang
- Rasa tidak enak di perut
- Mual sampai muntah
- Demam tidak tinggi
- Kadang-kadang disertai nyeri sendi
- Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
- Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
- Kulit seluruh tubuh tampak kuning
- Air seni berwarna coklat seperti air teh
Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan hanya
sebagian kecil (5 – 10%) yang akan menetap/ menahun.
Pada kasus yang menahun :
- manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan
1. Masa tunas
a. Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
b. Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
c. Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39ºC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu
hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya
masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
namun lemas dan lekas capai.
D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar
karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan
kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam
hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
E. PATHWAYS HEPATITIS
Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin
Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan kapsula hati
Hepatomegali
Perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas
Gangguan suplay darah normal pada sel-sel hepar
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktulii empedu intrahepatik
Gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan protein
Gglikogenesis menurun
Glukoneogenesis menurun
Glikogen dalam hepar berkurang
Glikogenolisis menurun
Glukosa dalam darah berkurang
Cepat lelah Keletihan
Nyeri Anoreksia
Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan
Perubahan kenyamanan
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli empedu intrahepatik
Obstruksi Kerusakan konjugasi
Kerusakan sel eksresi Gangguan eksresi empedu
Retensi bilirubin
Regurgitasi pada duktuli empedu intra hepatik
Bilirubin direk meningkat
Ikterus Larut dalam airPeningkatan garam empedu dalam darah
Pruritus Perubaha kenyamanan
Eksresi ke dalam kemih
Billirubinuria dan kemih berwarna gelap
Bilirubin tidak sempura dikeluarkan melalui duktus hepatikus
Bilirubin direk meningkat
Ikterus
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan: merupakan batasan
nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non-virus.
2. AST (SGOT/ALT (SGPT): awalnya meningkat. dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
3. Darah lengkap: SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
4. Leukopenia: trombositopenia, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
5. Alkali phosphatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
6. Feses: warna tanah liat, steatore (penurunan fungsi hati).
7. Albumin serum: menurun.
8. Gula darah: hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti-HAV IgM: positif pada tipe A.
10. HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A). catatan: merupakan diagnostik
sebelum terjadi gejala klinik.
11. Masa protrombin: mungkin memanjang (disfungsi hati).
12. Bilirubin serum: di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml, prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
13. Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
14. Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
15. Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
16. Urinalisa: peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Komplikasi akut : Kern Ikterik pada bayi dan anak, coma hepatikum.
2. Komplikasi yang menahun : Serosis Hepatis, Hepatoma, Hematemesis
Melena.
3. Ensefalopati hepatic
Terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
H. PENATALAKSANAAN
Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada
permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi
karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-
obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan.
Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral. Hepatitis kronik tidak
dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan kebugaran jasmani
(physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada aturan diet tertentu
tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu dilakukan biopsi hati, adanya
hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa terapi harus segera diberikan.
kasus dengan tingkat penularan tinggi harus dibedakan dari kasus pada stadium
integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe
dan DNA VHB. Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi
metabolik dapat diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat.
Terapi-terapi lainnya hanya bersifat suportif.
I. CONTOH ASKEP HEPATITIS
Pengkajian pada pasien hepatitis menurut Doenges, Moorhouse dan Gessler
(1999:534) adalah
Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
a. Pernahkan menerima tranfusi darah, infus dan suntikan
b. Bagaimana kebiasaan makan sehari-hari. Makan-makanan tertentu (misalnya
kerang mentah dari air yang terpolusi)
c. Apakah pasien pernah mengalami infeksi pada saluran pernafasan atas
d. Apakah ada anggota keluarga atau lingkungan yang menderita hepatitis.
e. Kontak dengan individu yang diketahui menderita hepatitis
f. Praktik sanitasi yang meragukan (misalnya minum air yang tidak murni)
g. Mengkonsumsi obat hepatotoksik (misal: salisilat, sulfanamid, agens
antineoplastik, asetamonifen, antikonvulsan)
h. Observasi adanya manifestasi hepatitis
Pemeriksaan fisik
Data tergantung pada penyebab dari beratnya kerusakan atau gangguan hati.
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : terjadi kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b. Sirkulasi
Tanda : terjadi bradikardi (hiperbilirubinemia berat, ikterik pada sklera, kulit
dan membran mukosa.
c. Eliminasi
Gejala : adanya gejala diare atau konstipasi, feses warna tanah liat, urine
gelap, adanya atau berulangnya hemodialisa.
d. Makanan atau cairan
Gejala : anoreksia (nafsu makan hilang), penurunan berat badan atau
meningkat (oedema), mual, muntah.
Tanda : asites
e. Neurosensori
Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, miargia,
atralgia, sakit kepala, gatal (pruritis).
Tanda : otot tegang, gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : tidak minat atau enggan merokok pada perokok
h. Keamanan
Gejala : adanya tranfusi darah atau produk darah
Tanda : demam, urtikaria, lesi mekulopapular, eritema tak beraturan,
eksasebasi jerawat, angioma jaring-jaring, eritema pasmar, ginekomastia,
splenomegali, dan pembesaran nodus servikal posterior.
Pemeriksaan Penunjang
a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati.
b. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim
hati) atau mengakibatkan perdarahan.
c. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
e. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
f. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
g. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis
oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
h. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
i. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau
berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
j. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
k. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya
gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
l. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
m. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
n. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi.
Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan
bilirubinuria.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005. 2006.
Definisi dan Klasifikasi) :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (melalui
muntah dan diare)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan malabsorpsi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (hepatomegali)
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya virus hepatitis ( pertahanan
primer tidak adekuat)
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
K. INTERVENSI
Dx 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(melalui muntah dan diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
NOC : Fluid balance, dengan indikator :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan
BB, BJ urine normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC : Fluid Management, Aktivitas keperawatan
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : agar tidak terjadi dehidrasi
2. Monitor vital sign dan status hidrasi
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien
3. Monitor status nutrisi dan dorong masukan oral, berikan minum
dengan frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan
normal, pantau haluaran dan turgor kulit.
Rasional : untuk mengetahui haluaran dan asupan nutrisi
4. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan
malabsorpsi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien dapat
adekuat
NOC : Status gizi : Asupan makanan, cairan dan zat gizi
1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
2. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
3. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
NIC : Pengelolaan Nutrisi, aktivitas keperawatan :
1. Kaji kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Rasional : mengetahui kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat
Rasional : untuk mengetahui berat badan pasien
3. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering dan disajikan selagi
hangat.
Rasional : agar kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai untuk
pasien.
Rasional : agar pasien mendapat diet yang tepat
Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (hepatomegali)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri dapat berkurang
atau hilang.
NOC : status nyeri, dengan indikator :
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
3. Kegelisahan atau ketegangan otot
NIC : Penatalaksanaan nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif
Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri, daerah nyeri, skala nyeri
2. Ajarkan teknik nafas dalam
Rasional : untuk mengurangi nyeri
3. Anjurkan pasien untuk istirahat
Rasional : untuk mengurangi nyeri
4. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic
Rasional : untuk mengurangi nyeri
Dx 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya virus hepatitis
( pertahanan primer tidak adekuat)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
terhadap pasien maupun orang lain.
NOC : Pengendalian risiko, dengan indikator :
1. Terbebas dari gejala dan tanda-tanda infeksi
2. Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan
3. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi risiko
4. Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
NIC : Pengendalian infeksi, aktivitas keperawatan :
1. Lakukan tindakan kewaspadaan umum untuk mencegah penyebaran infeksi,
lakukan tehnik isolasi dan batasi/awasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi
2. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat untuk mencegah kemungkinan
penyebaran infeksi
Rasional : untuk mencegah kemungkinan terjadi infeksi
3. Ajarkan klien dan keluarga tindakan pengendalian infeksi.
Rasional : untuk mencegah terjadinya penularan
4. Kolaborasi medis dalam pemberian obat sesuai indikasi
Dx 5 : kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan Pasien
meningkat
] NOC : disease process, dengan indikator :
1. Medeskripsikan proses penyakit
2. Medeskripsikan faktor penyebab
3. Medeskripsikan faktor resiko
NIC : pendidikan kesehatan : penyakit
1. Berikan penilaian tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit
Rasional : mengukur tingkat pengetahuan pasien
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat
Rasional : agar pasien mengetahui proses terjadinya penyakit
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasional : agar pasien mengenali tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit
4. Identifikasi kemungkinan penyebab
Rasional : agar pasien mengetahui penyebab penyakit dan keluarga yang sehat
mampu mencegah penyakit setelah memahami penyebabnya
L. EVALUASI
Kriteria Skala
awal keterangan
Dx 1
1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia
dan BB, BJ urine normal,
HT normal
2. Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas, turgor
kulit, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
3
3
3
4
4
4
1 : berat
2 : substansial
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada ganguan
Dx 2
1. Mempertahankan berat
badan dalam batas normal
2. Melaporkan keadekuatan
tingkat energi
3. Toleransi terhadap diet yang
dianjurkan
3
3
3
4
4
4
1 : tidak adekuat
2 : ringan
3 : sedang
4 : kuat
5 : adekuat total
Dx 3
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Ekspresi nyeri lisan atau
pada wajah
3. Kegelisahan atau
ketegangan otot
3
3
3
4
4
4
1 : ekstrim
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
akhir
Dx 4
1. Terbebas dari gejala tanda-
tanda infeksi
2. Menghindari pajanan
terhadap ancaman kesehatan
3. Mengubah gaya hidup untuk
mengurangi risiko
4. Menggambarkan factor yang
menunjang penularan infeksi
2
2
2
2
5
5
5
5
1 : tidak pernah
2 : jarang
3 : kadang-kadang
4 : sering
5 : selalu
Dx 5
1. Medeskripsikan proses
penyakit
2. Medeskripsikan faktor
penyebab
3. Medeskripsikan faktor
resiko
2
2
2
3
3
3
1 : tidak ada
2 : sedikit
3 : sedang
4 : berat
5 : penuh
DAFTAR PUSTAKA
Akbar,N. 2000. Hepatitis 100 kali lebih menularkan dibanding HIV/ AIDS. Terdapat
pada "http://suarakarya-online.com.Diakses" Diakses Pada tanggal 8 Desember 2014
Betz, Cecily L. 2002. Buku saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth.J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 Volume 2
Jakarta : EGC.
Mulyono,D. 2004. Bahaya Hepatitis. Terdapat pada "http://www.rumahsakitmitra
keluargagroup.htm.diakses" pada tanggal 8 Desember 2014