makalah hepatitis.doc
DESCRIPTION
tugas hepatitisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Hepatitis fulminan merupakan keadaan klinis yang jarang, dengan angka
insidensi diperkirakan 2000 kasus per tahun di Amerika Serikat. Untuk keperluan
klinis, hepatitis fulminan didefinisikan sebagai tampilan ensefalopati hepatik pada
pasien dengan perburukan fungsi liver dan tidak ada riwayat penyakit hati
sebelumnya. Virus, obat-obatan, toksin, dan keadaan-keadaan tertentu seperti
kelainan kardiovaskular dan metabolik yang merupakan penyebab utama hepatitis
fuminan. (fuminant hep). Virus merupakan penyebab utama dari hepatitis
fulminan. Hepatitis A dan B merupakan jenis hepatitis yang sering menjadi
hepatitis fulminan.(775)
Hepatitis viral jarang menjadi penyebab hepatitis fulminan pada negara-
negara Barat dan negara maju lainya, penyebab terbanyaknya adalah obat-obatan
dan toksinnya terutama asetaminofen. Pada negara berkembang, hepatitis viral
merupakan penyebab terbanyak.
Ensefalopati, asidosis metabolik, hiperlaktemia,peningkatan kadar
bilirubin dan amoniadan rendahnya faktor pembekuan II, V dan VII memiliki
keterkaitan dengan rendahnya angka ketahanan hidup pada hepatitis fulminan.
(824).
1
Sirosis hati adalah penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati
yang mengalami regenerasi. Angka kejadian sirosis hepatis tinggi pada anak
dengan hepatitis kronis, terutama karena autoimun. (1946/science direct).Penyakit
hati kronis dan sirosis menghasilkan 35.000 kematian setiap tahun di Amerika
Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian ke-9 penyebab kematian di
Amerika Serikatdan mengakibatkan 1,2% dari semua kematian di Amerika
Serikat. Banyak pasien meninggal pada dekase kelima atau keenam kehidupan.
(medscape)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan akut
apabila inflamasi akibat infeksi virus hepatitis berlangsung selama kurang dari 6
bulan, dan kronis apabila hepatitis tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan.
Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar dirumuskan karena perjalanan
penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B”
(HBV), suatu anggota famili Hepadnavirus yang menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis
hati atau kanker hati.
Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka tubuh akan
memberikan tanggapan kekebalan (immune response). Ada 3 kemungkinan
tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca
periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat
maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan
kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ke
tiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka
penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.
3
Pada kemungkinan pertama, tubuh mampu memberikan tanggapan
adekuat terhadap virus hepatitis B (HBV), akan terjadi 4 stadium siklus HBV,
yaitu fase replikasi (stadium 1 dan 2) dan fase integratif (stadium 3 dan 4). Pada
fase replikasi, kadar HBsAg (hepatitis B surface antigen), HBV DNA, HBeAg
(hepatitis B antigen), AST (aspartate aminotransferase) dan ALT (alanine
aminotransferase) serum akan meningkat, sedangkan kadar anti-HBs dan anti
HBe masih negatif. Pada fase integratif (khususnya stadium 4) keadaan sebaliknya
terjadi, HBsAg, HBV DNA, HBeAg dan ALT/AST menjadi negatif/normal,
sedangkan antibodi terhadap antigen yaitu: anti HBs dan anti HBe menjadi positif
(serokonversi). Keadaan demikian banyak ditemukan pada penderita hepatitis B
yang terinfeksi pada usia dewasa di mana sekitar 95-97% infeksi hepatitis B akut
akan sembuh karena imunitas tubuh dapat memberikan tanggapan adekuat
Sebaliknya 3-5% penderita dewasa dan 95% neonatus dengan sistem
imunitas imatur serta 30% anak usia kurang dari 6 tahun masuk ke kemungkinan
dua dan tiga; akan gagal memberikan tanggapan imun yang adekuat sehingga
terjadi infeksi hepatitis B persisten, dapat bersifat carrier inaktif atau menjadi
hepatitis B kronis
Etiologi
Infeksi virus hepatitis B (HBV) sebelumnya dinamai “hepatitis serum”
disebabkan oleh virus kelompok hepadnavirus. Virus tersebut mengandung DNA.
4
Epidemiologi
Hepatitis B adalah penyakit infeksi virus hati yang menurut
perkembangannya apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi
sirosis hati, karsinoma hepatoseluler bahkan tidak jarang menyebabkan kematian.
Menurut WHO, sedikitnya 350 juta penderita carrier hepatitis B terdapat di
seluruh dunia, 75%-nya berada di Asia Pasifik. Diperkirakan setiap tahunnya
terdapat 2 juta pasien meninggal karena hepatitis B. Hepatitis B mencakup 1/3
kasus pada anak. Indonesia termasuk negara endemik hepatitis B dengan jumlah
yang terjangkit antara 2,5% hingga 36,17% dari total jumlah penduduk.
Masa inkubasi
Pada umumnya infeksi virus hepatitis B terjadi lebih lambat dibandingkan
dengan infeksi virus hepatitis A. Hepatitis B cenderung relatif lebih ringan pada
bayi dan anak-anak serta mungkin tidak diketahui. Beberapa penderita infeksi
terutama neonatus akan menjadi karier kronis. Masa inkubasi hepatitis B dimulai
sejak pemaparan hingga awitan ikterus selama 2-5 bulan. Pada penyakit ini tidak
terdapat prevalensi yang berhubungan dengan musim
Penularan
Kontak dengan penderita melalui parenteral yang berasal dari produk-
produk darah secara intravena, kontak seksual, dan perinatal secara vertikel (dari
ibu ke janin). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus hepatitis B ini
menular yaitu secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal, cara penularan
5
vertikal terjadi dari ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada bayi yang
dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan manakala
secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar,
tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi
secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemui dan
didukung oleh pemeriksaan laboratorium. Riwayat ikterus pada para kontak
keluarga, kawan-kawan sekolah, pusat perawatan bayi, teman-teman atau
perjalanan ke daerah endemi dapat memberikan petunjuk tentang diagnosis.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai
dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA
dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif
diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan
hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi,
petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi pemeriksaan yang
dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah: HBsAg,
HBeAg, anti HBe dan HBV DNA.
6
Adanya HBsAg dalam serum merupakan petanda serologis infeksi
hepatitis B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan
infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs)
menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi. Adanya HBeAg
dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif virus di dalam hepatosit.
Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV DNA. Namun tidak adanya HBeAg
(negatif) bukan berarti tidak adanya replikasi virus, keadaan ini dapat dijumpai
pada penderita terinfeksi HBV yang mengalami mutasi (precore atau core
mutant). Penelitian menunjukkan bahwa pada seseorang HBeAg negatif ternyata
memiliki HBV DNA >105 copies/ml. Pasien hepatitis kronis B dengan HBeAg
negatif yang banyak terjadi di Asia dan Mediteranea umumnya mempunyai kadar
HBV DNA lebih rendah (berkisar 104-108copies/ml) dibandingkan dengan tipe
HBeAg positif. Pada jenis ini meskipun HBeAg negatif, remisi dan prognosis
relatif jelek, sehingga perlu diterapi.
Secara serologi infeksi hepatitis persisten dibagi menjadi hepatitis B
kronis dan keadaan carrier HBsAg inaktif. Yang membedakan keduanya adalah
titer HBV DNA, derajat nekroinflamasi dan adanya serokonversi HBeAg.
Sedangkan hepatitis B kronis sendiri dibedakan berdasarkan HBeAg, yaitu
hepatitis B kronis dengan HBeAg positif dan hepatitis B kronis dengan HBeAg
negatif.
Pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Ada beberapa
persoalan berkaitan dengan pemeriksaan kadar HBV DNA. Pertama, metode yang
7
digunakan untuk mengukur kadar HBV DNA. Saat ini ada beberapa jenis
pemeriksaan HBV DNA, yaitu: branched DNA, hybrid capture, liquid
hybridization dan PCR. Dalam penelitian, umumnya titer HBV DNA diukur
menggunakan amplifikasi, seperti misalnya PCR, karena dapat mengukur sampai
100-1000 copies/ml. Ke dua, beberapa pasien dengan hepatitis B kronis memiliki
kadar HBV DNA fluktuatif. Ke tiga, penentuan ambang batas kadar HBV DNA
yang mencerminkan tingkat progresifitas penyakit hati. Salah satu kepentingan
lain penentuan kadar HBV DNA adalah untuk membedakan antara carrier
hepatitis inaktif dengan hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif: kadar
<105copies/ml lebih menunjukkan carrier hepatitis inaktif. Saat ini telah
disepakati bahwa kadar HBV DNA>105copies/ml merupakan batas penentuan
untuk hepatitis B kronis.
Salah satu pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan
keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan
adanya aktifitas nekroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan
sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang meningkat
menunjukkan proses nekroinflamasi lebih berat dibandingkan pada ALT yang
normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang
baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal
dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi
menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen
8
anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran
panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini
atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah
dengan Histologic Activity Index score.
Pada setiap pasien dengan infeksi HBV perlu dilakukan evaluasi awal.
Pada pasien dengan HBeAg positif dan HBV DNA > 105copies/ml dan kadar
ALT normal yang belum mendapatkan terapi antiviral perlu dilakukan
pemeriksaan ALT berkala dan skrining terhadap risiko KHS, jika perlu dilakukan
biopsi hati. Sedangkan bagi pasien dengan keadaan carrier HBsAg inaktif perlu
dilakukan pemantauan kadar ALT dan HBV DNA
Gambaran klinis
Sebelum timbulnya ikterus biasanya didahului oleh suatu masa prodormal
seperti malaise, anoreksia, dan sering gejala gastrointestinalis, disertai nyeri perut
atas. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hiperbilirubinemia, kenaikan kadar
transaminase serum. Pada tes serologis didapatkan HBsAg (+), Ig M Anti HBc
(+). Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis
B dibagi 2 yaitu :
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus
hepatitis B dari tubuh.
Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :
a. Hepatitis B akut yang khas
9
b. Hepatitis Fulminan
c. Hepatitis Subklinik
2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme untuk
menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB.
Pengobatan Hepatitis B Kronis
Tujuan terapi hepatitis B kronis adalah untuk mengeliminasi secara
bermakna replikasi VHB dan mencegah progresi penyakit hati menjadi sirosis
yang berpotensial menuju gagal hati, dan mencegah karsinoma hepatoselular.
Sasaran pengobatan adalah menurunkan kadar HBV DNA serendah mungkin,
serokonversi HBeAg dan normalisasi kadar ALT.
Hepatitis Fulminan/Fulminant Heart Failure
Kegagalan hati fulminan (FHF) adalah suatu sindrom klinis yang langka
dengan kejadian diperkirakan 2000 kasus per tahun di Amerika Serikat [1].Untuk
tujuan praktis, itu didefinisikan sebagai penampilan ensefalopati hepatik pada
pasien dengan akut penurunan fungsi hati dan tidak memiliki riwayat penyakit
hati.Virus, obat-obatan, racun, dan lain-lain kondisi seperti jantung dan
metabolisme gangguan adalah penyebab utama FHF.
Transplantasi hati orthopatik (OLT) semakin digunakan untuk
menyelamatkan pasien dengan FHF. Meskipun manajemen medis dari FHF telah
membaik, prediksi awal pasien yang membutuhkan transplantasi hati untuk
10
bertahan hidup masih merupakan tugas yang paling bagi dokter. Antara 10% dan
30% dari pasien pada daftar tunggu untuk OLT dapat pulih spontan.Sebaliknya,
sekitar 25% dari pasien di Amerika Serikat meninggal sambil menunggu organ.
Fakta ini telah mendorong pencarian prognostik yang lebih akurat, kriteria dan
alternatif untuk OLT, termasuk bioartificial. Perangkat pembantu liver,
transplantasi hati tambahan, dan transplantasi hepatosit
Klasifikasi dan Definisi
Definisi awal FHF dimulai oleh Trey dan Davidson 30 tahun yang lalu,
beberapa klasifikasi telah diusulkan. Namun, tidak satupun dari sistem ini telah
diterima secara universal, dan Ensefalopati hati adalah ciri khas FHF di semua
klasifikasi dan jelas menandai transisi dari kondisi parah penyakit yang
mematikan. Pada anak gejala bisa berbeda dengan orang dewasa, pada anak gejala
ensefalopati bisa tidak ada, terjadi lambat, atau tidak teramati.(medscape)
Etiologi
Hepatitis virus adalah penyebab paling umum didapatkan dari FHF di seluruh
dunia, tetapi kontribusi masing-masing etiologi untuk jumlah total kasus FHF
bervariasi menurut geografis wilayah. Virus hepatitis B (HBV) merupakan
penyebab umum dari FHF di wilayah Barat, dan hepatitis Virus (HEV) relevan di
India.
Virus hepatitis A (HAV) dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terjadi
FHF jika infeksi diperoleh di masa dewasa yang lebih tua. Dengan demikian,
vaksinasi dianjurkan untuk orang dewasa yang bepergian dari negara maju ke
daerah endemik. Selain virus hepatitis, virus yang dianggap dapat menyebabkan
11
terjadinya FHF diantaranya Epstein-Barr virus (EBV), sitomegalovirus (CMV),
paramyxovirus, varicella zoster virus, herpesvirus tipe 1,2 dan 6, parvovirus dan
adenovirus.
Penyebab terbanyak kedua adalah obat-obatan hepatotoksik, 25% dari
kasus FHF disebabkan oleh obat-obatan. Obat-obatan yang termasuk hepatotoksik
mencakup asetaminofen, hidrokarbon klorinasi, salisilat, metanol, isoniazid,
tetrasiklin intravena, dan natrium valproat.
Kelainan metabolik merupakan penyebab FHF selanjutnya. Pada neonatus,
inborn error of metabolism, mencakup tirosinemia, intoleransi fruktosa herediter,
galaktosemia, dan hemokromatosis neonatal, sebagai penyebab metabolik utama
pada FHF. Pada anak yang lebih tua, penyakit Wilson dapat dipertimbangkan
sebagai penyebab.
Kelainan sirkulasi merupakan penyebab FHF yang jarang. Kelainan
sirkulasi mencakup gagal jantung kongestif, kardiomiopati, sepsis, syok, penyakit
jantung sianotik, lesi obstruksi pada aorta, oklusi vaskular, miokarditis, dan
asfiksia berat.
Gejala dan Tanda
Riwayat pasien
FHF mengenai anak yang sebelumnya sehat dan tidak mempunyai faktor resiko
terhadap penyakit hati. Anak biasanya asimptomatik seperti yang terjadi pada
penyakit Wilson.
12
Ikterik adalah gejala yang paling banyak didapatkan pada anak dengan
FHF. Gejala prodromal seperti flu like syndome dapat mendahului sebelum terjadi
ikterik. Demam, anoreksia, muntah, nyeri perut, dan fetor hepaticus merupakan
gejala klinis yang mungkin ditemukan. Pada bayi bisa terjadi susah makan,
iritabilitas, dan gangguan irama tidur.
Perubahan level kesadaran juga merupakan tanda dari FHF. Perubahan
mental dapat terjadi dala 2 minggu setelah onset ikterik pada kebanyakan pasien.
Pasien mungkin menjadi somnolen atau apatis, dan merespon lambat terhadap
rangsang nyeri.
Anak dengan FHF biasanya sakit berat, gejala dan level kesadaran dapat
memburuk dengan cepat. Dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, kondisi
bisa berlanjut menjadi koma, dengan asites, edema serebral, postur tubuh
dekortikasi dan desebrasi.
Bisa didapatkan perdarahan saluran cerna yang terjadi karena koagulopati
berat. Ukuran hati bisa normal,mengecil, atau membesar dan hati bisa mengecil
disertai dengan perburukan keadaan umum pasien. Edema serebral bisa terjadi
dengan tanda peningkatan tonus otot, hipertensi arterial, kejang, agitasi, respon
yang lambat dari pupil terhadap cahaya.
Manajemen
13
Rujukan yang dini ke pusat transplantasi merupakan hal yag penting. Pasien
degan sedikit perubahan status mental dapat memburuk dengan cepat. Pasien
harus dirawat d ICU secara ketat.
Pencegahan dan terapi komplikasi
Nutrisi dan metabolisme
Glikemia harus terkontrol tiap 1-2 jam pada pasien dengan ensefalopati. Infus
menetap glukosa 10%-20% dipilih untuk menjaga kondisi euglikemia. FHF
merupakan kondisi katabolic, dan malnutrisi energi-protein timbul dengan cepat.
Sehingga pemberian nutrisi harus diberikan segera dan mempertahankan intake
kalori yang adekuat. Nutrisi enteral melalui nasogastric tube atau nasojejunal tube
lebih dipilih daripada nutrisi parenteral. Hipomagnesemia, hipokalemia, atau
hipofosfatemia harus dikoreksi. Antagonis reseptor H2, proton-pump inhibitor,
atau sukralfat digunakan untuk mengurangi ulcus gaster.
Koagulasi
Perubahan koagulasi merupakan cara untuk menilai kerusakan fungsi hati.
Pemberian FFP tidak memberikan efek signifikan bahkan menyebabkan overload.
Karena itu, perbaikan koagulopati tidak diindikasikan kecuali terjadi perdarahan
atau dilakukan prosedur infasif. 2-4 unit FFP diberikan tiap 6-12 jam tergantung
tingkat keparahan koagulopati dan dapat diberikan transfuse trombosit jika jumlah
trombosit dibawah 50x109/L.
Infeksi
14
Demam dan leukositosis tidak terjadi pada 30% pasien dengan infeksi. Infeksi
harus dicurigai pada kondisi klinis dan biokimia. Kultur kuman harus dilakukan
dari beberapa tempat berbeda, dan antibiotic spectrum luas harus diberikan.
System kardiovaskular
Aritmia muncul lebih sering jika gangguan elektrolit tidak dikoreksi. Sirkulasi
hiperdinamis merupakan karakteristik FHF, dengan vasodilatasi a. splanchnic
mengakibatkan meningkatnya cardiac output dan penurunan tekanan arteri.
Koreksi kondisi ini sulit, terutama pada pasien dengan hipertensi intracranial.
Keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari atau mengoreksi arterial
hipotensi, namun tekanan darah yang normal jarang dicapai. Control tekanan vena
sentral memberikan informasi berapa banyak cairan yang harus diberikan.
Paru-paru
Intubasi dan ventilasi mekanik diperlukan pada pasien dengan agitasi atau
ensefalopati yang dalam untuk menghindari perburukan tekanan intracranial atau
aspirasi pulmonal. Sedasi harus dijaga serendah mungkin.
Ginjal
Control kadar serum kreatinin, output urin, dan konsentrasi Na urin diperlukan.
Karena risiko infeksi, kateter urin harus digunakan untuk pasien dengan oliguria
dan dihindarkan pada pasien anuria.
N-asetilsistein digunakan di Eropa untuk mengobati FHF oleh sebab apapun.
Keuntungan N-asetilsistein pada edem otak, hemodinamik, hantaran oksigen, dan
konsumsi oksigen ditemukan pada pasien dengan FHF.
Terapi terhadap kegagalan liver
15
Jika telah terjadi gagal iver, manajemen yang bisa dilakukan adalah trasnplantasi
hati, terapi medikal seperti pemberian N-acetylcystein, penggunaan alat bantu hati
buatan, auxilliary liver transplantaion.
Sirosis Hepatis
Klasifikasi
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
1. Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada stadium kompensata ini
belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat
pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala
sudah jelas, misalnya; ascites, edema dan ikterus.
Gejala Klinis
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal
yang tersebut di bawah ini :
1. Kegagalan Prekim hati
2. Hipertensi portal
16
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
Keluhan dari sirosis hati dapat berupa :
a. Merasa kemampuan jasmani menurun
b. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
d. Pembesaran perut dan kaki bengkak
e. Perdarahan saluran cerna bagian atas
f. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic
Enchephalopathy
g. Perasaan gatal yang hebat
1. Kegagalan sirosis hati
a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
i. rambut pubis rontok
j. eritema palmaris
k. atropi testis
17
l. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdaarahan)
2. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sum-sum tulang
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
g. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)
Klasifikasi Sirosis hati menurut kriteria Child-pugh :
Komplikasi
1. Perdarahan gastrointestinal
Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus, dimana suatu saat akan pecah
sehingga timbul perdarahan yang masif.
2. Koma Hepatikum.
18
3. Ulkus Peptikum
4. Karsinoma hepatosellural
Kemungkinan timbul karena adanya hiperplasia noduler yang akan
berubah menjadi adenomata multiple dan akhirnya menjadi karsinoma yang
multiple.
5. Infeksi
Misalnya: peritonitis, pneumonia, bronchopneumonia, TB paru,
glomerulonephritis kronis, pielonephritis, sistitis, peritonitis, endokarditis,
erisipelas, septikema
6. Penyebab kematian
Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa:
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon.
Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan
hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a)
19
kombinasi IFN dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap
hari
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x seminggu
dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg untuk berat
badan kurang dari 75kg) yang diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih
tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta
unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-
RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
20
BAB III
PENUTUP
Hepatitis fulminan dan sirosis hepatis merupakan komplikasi dari hepatitis
yang umum terjadi. Hepatitis fulminan terjadi dalam waktu yang cepat, sedangkan
sirosis hepatis merupakan proses kronis yang terjadi setelah bertahun-tahun. Pada
negara maju, penyebab terbanyak adalah dari pemakaian obat-obatan, terbanyak
pada penggunaan asetaminofen. Untuk negara berkembang, penyebab terbanyak
adalah virus, terutama dalam bentuk hepatitis A dan B. Untuk hepatitis C jarang
menyebabkan hepatitis fulminan tapi lebih sering menyebabkan sirosis hepatis.
21