lp katarak.docx

25
Sistem Indra Departemen Keperawatan Dewasa LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK Jackline Bt.Mohd.Idrus, S.Kep NIM : 70500113042 CI Lahan CI Institusi Jackline Bt.Mohd.Idrus NERS UIN Alauddin Makassar Angkatan VI

Upload: jackline-nerz

Post on 27-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP kATARAK.docx

Sistem IndraDepartemen Keperawatan Dewasa

LAPORAN PENDAHULUANKATARAK

Jackline Bt.Mohd.Idrus, S.KepNIM : 70500113042

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDINMAKASSAR

2014

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 2: LP kATARAK.docx

BAB I

KATARAK

A. Definisi

Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan

seperti Kristal, jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun

dapat saja terjadi saat lahir. Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma

tumpul atau penetrasi, penggunaan kortikostiroid jangka panjang, penyakit

sistemik seperti diabetes militus, hipoparatiroidisme, pemajanan terhadap

radiasi, pemajanan terhadap cahaya yang terang atau cahaya matahari yang

lama (cahaya ultraviolet), atau kelainan mata lainnya.             ( Baughman,

2000, hal 319)

Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh

atau berwarna putih abu abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak

terjadi apa bila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan

mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009. Hal 38)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih, biasanya

terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran yang

disebut katarak kongenital dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam

maupun tumpul, penggunaan kortikostiroid jangka panjang dan penyakit

sistemis (Smeltzer, 2002. Hal 1996).

B. Etiologi

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain

(Corwin,2000)

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 3: LP kATARAK.docx

1. Usia lanjut dan proses penuaan

2. Congenital atau bisa diturunkan.

3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti

merokok atau bahan   beracun lainnya.  

4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik

(misalnya diabetes)       dan obat-obat tertentu (misalnya

kortikosteroid).  

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada

mata.

2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:

penyakit/gangguan        metabolisme, proses peradangan pada mata,

atau diabetes melitus.

3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka

panjang, seperti            kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik

(Admin,2009).

C. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,

berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.

Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat

nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 4: LP kATARAK.docx

anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami

perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat

densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul

poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang

memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia

dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan

pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam

lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu

transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran

dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan

bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita

katarak.

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau

sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang

normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi

radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin

antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 5: LP kATARAK.docx

D. Manifestasi Klinik

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau

serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan

penglihatan tadi.

2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam

hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak

akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,

cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam

menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan

menjadi kabur atau redup. Pupil yang normalnya hitam    akan tampak

abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan

pupil        mata seakan akan bertambah putih.

2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-

benar putih.

Gejala umum gangguan katarak meliputi: 

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Gangguan penglihatan bisa berupa:

a) Peka terhadap sinar atau cahaya.

b) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

c) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 6: LP kATARAK.docx

d) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

e) Kesulitan melihat pada malam hari

f) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa

menyilaukan mata

g) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penujang pada klien katarak yang dikemukakan oleh

Doengoes (2000. Hal 412) antara lain ialah sebagai berikut:

1. Tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan; mungkin terganggu

dengan kerusakan kornea, lensa, lensa akueus atau vitreus humor,

kesalahan refrkasasi, atau penyakit saraf atau penyakit sistem sararaf atau

penglihatan keretina atau jalan optik.

2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, masa

tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau

glaucoma.

3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraokuler ( TIO ) (normal 12 – 25

mmHg)

4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

glukoma.

5. Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/ tipe gllukoma bila

TIO normal atau hanya meningkat ringan.

6. Pemeriksaan Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi

lempeng optik, papiledema, perdarahan retina dan mikroaneurisme.

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 7: LP kATARAK.docx

7. Dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu memastikan diagnose katarak.

8. Darah lengkap,laju sendimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik /

infeksi.

9. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk

memastikan aterosklerosis, PAK.

10. Tes toleransi glikosa/FBS : menentukan adanya/control diabetes.

F. Penatalaksanaan

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu

dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang,

atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak

diperlukan tindakan operasi.

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki

lensa mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.

Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan

tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-

hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak

terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah

peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1. Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.

2. Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.

3. Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung

otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 8: LP kATARAK.docx

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang

terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.

Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan

retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh

lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin

terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu

kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu

Penyakit Mata, ed. 3). Indikasi dilakukannya operasi katarak :

1. Indikasi sosial  : Jika pasien mengeluh adanya gangguan

penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan.

2. Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.

3. Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung

jari dari jarak 3m didapatkan hasil visus 3/60.

G. Komplikasi

Komplikasi tersering adalah dislokasi lensa selama pembedahan katarak, yang

sering menyebabkan uveitis berat, glaucoma, dan kondensasi vitreosa. Apa

bila dibiarkan, penglihatan dapat hilang selamanya. Terapi untuk dislokasi

lensa dan fragmen lensa telah semakin baik akibat kemajuan dalam teknik

vitrektomi. Lensa yang lunak sampai agak keras dapat dengan aman diterapi

dengan pemeriksaan vitrektomi. Pemeriksaan mikrofragmentasi, dan fosep

mikrovitrektomi. Bagaimanapun, pengeluaran lensa yang keras tetap

merupakan tindakan yang berbahaya.( Barbara, 2005. hal, 46).

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 9: LP kATARAK.docx

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Asuhan keperawatan pada klien dengan post op katarak dilaksanakan

melalui pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi. (Doengoes, 2000, hal 412)

1. Aktivitas/istirahat :

Gejala : perubahan aktivitas biasanya hoby sehubungan dengan gangguan

penglihatan.

2. Makanan/cairan

Gejala : mual/muntah (glaukoma akut)

3. Neurosensori

Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan

silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan

menfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap

(katarak).Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi

sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer.

Tanda: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil

menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air

mata.

4. Nyeri/kenyamanan

Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair.Nyeri/tiba tiba berat menetap

atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 10: LP kATARAK.docx

5. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler.

Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan

vena), ketidak seimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).

Pertimbangan rencana pemulanngan : menunjukkan rerata lama dirawat

4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan ).

Memerlukan bantuan dengan transportasi, penydiayaan makanan,

perawatan diri, perawatan/pemeliharaan rumah.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO.

3. Resiko injury berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan

intraokuler, peningkatan TIO

4. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan

penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya

ketajaman penglihatan.

C. Intervensi Keperawatan

No.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC NIC

1. Kecemasan berhubungan denganFaktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

DO/DS:

Kecemasan berhubungan denganFaktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

DO/DS:-Insomnia

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)1. Gunakan pendekatan yang

menenangkan R/ Agar dapat mengurangi rasa cemas klien

2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasienR/ Agar klien dapat mengungkapkan apa yang dapat menimbulkan

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 11: LP kATARAK.docx

-Insomnia-Kontak mata kurang-Kurang istirahat-Berfokus pada diri sendiri-Iritabilitas-Takut-Nyeri perut-Penurunan TD dan denyut nadi-Diare, mual, kelelahan-Gangguan tidur-Gemetar-Anoreksia, mulut kering-Peningkatan TD, denyut nadi, RR-Kesulitan bernafas-Bingung-Bloking dalam pembicaraan-Sulit berkonsentrasi

-Kontak mata kurang-Kurang istirahat-Berfokus pada diri sendiri-Iritabilitas-Takut-Nyeri perut-Penurunan TD dan denyut nadi-Diare, mual, kelelahan-Gangguan tidur-Gemetar-Anoreksia, mulut kering-Peningkatan TD, denyut nadi, RR-Kesulitan bernafas-Bingung-Bloking dalam pembicaraan-Sulit berkonsentrasi

cemasnya3. Jelaskan semua prosedur

dan apa yang dirasakan selama prosedurR/ 3Agar klien tidak cemas ketika dilakukan tindakan

4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takutR/ Mengurangi kecemasan yang dirasakan klien

5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis R/ Agar klien dapat memahami penyakitnya

6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klienR/ Adanya kelurga dapat mengurangi cemas klien

7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasiR/ Untuk mengatasi cemas klien

8. Dengarkan dengan penuh perhatianR/ Agar klien mengungkapkan apa yang mencemaskannya

9. Identifikasi tingkat kecemasan R/ Untuk menentukan intervensi

10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasanR/ Agar klien tahu mengatasi rasa cemas pada waktu yang tepat

11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsiR/ Agar perawat mengetahui penyebab tejadinya cemas

12. Kelola pemberian obat anti cemas:........R/ Untuk mengurangi cemas

2. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi,

- Pain Level, - pain control, - comfort level

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 12: LP kATARAK.docx

kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

DS:- Laporan secara verbal DO:- Posisi untuk menahan nyeri - Tingkah laku berhati-hati- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)- Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang- Tanda vital dalam rentang normal- Tidak mengalami gangguan tidur

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiR/ Untuk mengetahui tindakan intervensi yang akan dilakukan

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananR/ Untuk melihat apakah klien mengatakan nyeri sesuai dengan reaksi verbal

3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukunganR/ Agar keluarga dapat mengetahui dukungan untuk mengatasi nyeri

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisinganR/ Untuk mengurangi nyeri klien

5. Kurangi faktor presipitasi nyeriR/ Agar nyeri tidak bertambah

6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensiR/ Untuk menentukan intervensi yang sesuai

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dinginR/ Untuk mengalihkan perhatian klien agar tidak terlalu memikirkan nyerinya

8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ………R/ Untuk mengurangi nyeri

9. Tingkatkan istirahatR/ Agar nyeri dapat berkurang

10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedurR/ Agar klien dapat mengerti fisiologis nyeri

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 13: LP kATARAK.docx

11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kaliR/Merupakan indicator derajat nyeri yang sedang dialami klien

3. Risiko InjuryFaktor-faktor risiko : Eksternal Fisik (contoh :

rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan; mode transpor atau cara perpindahan; Manusia atau penyedia pelayanan)

Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)

Kimia (obat-obatan:agen farmasi, alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet, kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan; racun; polutan)

Internal Psikolgik (orientasi

afektif) Mal nutrisi Bentuk darah

abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia

Perubahan faktor pembekuan,

Trombositopeni Sickle cell Thalassemia, Penurunan Hb, Imun-autoimum tidak

berfungsi. Biokimia, fungsi

regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)

Disfugsi gabungan Disfungsi efektor

Risk KontrolImmune statusSafety BehaviorSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak mengalami injury dengan kriterian hasil: Klien terbebas dari

cedera Klien mampu

menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera

Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal

Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury

Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Mampu mengenali perubahan status kesehatan

Environment Management (Manajemen lingkungan)1. Sediakan lingkungan yang

aman untuk pasienR/ untuk menghindari dedera

2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasienR/ untuk mengetahui dan menentukan rencana intervensi selanjutnya

3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)R/ agar pasien tidak menabrak peralatan dan membahayakan dirinya

4. Memasang side rail tempat tidur R/ agar klien tidak jatuh saat tidur

5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersihR/ untuk memberi rasa nyaman dan tetap menjaga kebersihan

6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasienR/ untuk memudahkan klien

7. Membatasi pengunjungR/ untuk keamanan klien

8. Memberikan penerangan yang cukupR/ menghindari cedera pada klien

9. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.R/ agarkeluarga dapat memperhatikan klien dan terhindar dari bahaya

10. Mengontrol lingkungan

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 14: LP kATARAK.docx

Hipoksia jaringan Perkembangan usia

(fisiologik, psikososial)

Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)

dari kebisinganR/ untuk keamanan klien dan lingkungan

11. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakanR/ untuk menghindari klien dari cedera

12. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.R/ agar kliendan keluarga mengetahui penyakit yang diderita klien dan siap untuk menerimanya

4. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman penglihatan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah presepsi sensori penglihatan teratasi Mengenal gangguan

sensori danber kompensasi terhadap perubahan.

Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

1. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.R/ Kebutuhan tiap individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilanganpenglihatan terjadi lambatdan progresif.

2. Orientasikan klien tehadaplingkungan.R/ Memberikan peningkatankenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasipasca operasi.

3. Observasi tanda-tandadisorientasi.R/ Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalamiketerbatasan penglihatandapat mengakibatkankebingungan terhadap orang tua.

4. Pendekatan dari sisi yangtak dioperasi, bicaradengan menyentuh.R/ Memberikan rangsangsensori tepat terhadapisolasi dan menurunkanbingung.

5. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 15: LP kATARAK.docx

hilang.R/ Perubahan ketajaman dankedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

6. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang sehat.R/ Memungkinkan pasienmelihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan biladiperlukan.

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI

Page 16: LP kATARAK.docx

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta

Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta

Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC :

Jakarta

Wilkinson,Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7.Jakarta :EGC

Jackline Bt.Mohd.IdrusNERS UIN Alauddin MakassarAngkatan VI