ibenk katarak.docx

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Dengan proses penuaan populasi umum, prevalensi keseluruhan kehilangan penglihatan sebagai akibat dari kekeruhan lensa meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi 17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia dan angka ini diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020. 1 Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara. 2 Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di Indonesia. Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan 1

Upload: indra-fakhreza

Post on 15-Apr-2016

30 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: IBENK KATARAK.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan

penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Dengan proses

penuaan populasi umum, prevalensi keseluruhan kehilangan penglihatan sebagai

akibat dari kekeruhan lensa meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002, WHO

memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi

17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia dan angka ini

diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020.1

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir

setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari

daerah Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan

terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang

mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara.2

Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di

Indonesia. Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat

disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.2 Katarak

umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, namun dapat juga merupakan

kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-

macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, , ablasi,

uveitis, dan retinitis pigmentosa. Selain itu, katarak dapat berhubungan dengan

proses penyakit intraokular lainnya.3

Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi krisis katarak dimana jumlah

kebutaan akibat katarak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena

semakin tingginya usia harapan hidup sehingga diperkirakan untuk mengeliminasi

kebutaan akibat katarak dibutuhkan lebih dari 30 juta operasi katarak hingga tahun

2020.4

1

Page 2: IBENK KATARAK.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Katarak berasal dari bahasa yunani “Katarrhakies”, dari bahasa inggris

“Cataract”, dan bahasa latin “cataracta” yang berarti air terjun. Katarak adalah

setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa dan dapat terjadi akibat

kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif

ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak

umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat

kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun. Bermacam-macam

penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasio retina,

uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses

penyakit intraokuler lainnya.3

2.2 Etiologi

Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti

dan diduga multifaktorial. Beberapa faktor penyebab katarak diantaranya adalah:3

Faktor biologi yaitu karena usia tua dan genetik

Faktor fungsional yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga

mempunyai efek buruk terhadap serabut-serabut lensa.

Gangguan metabolisme

Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, efek

radiasi cahaya matahari.

2.2 Klasifikasi

Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam :3

1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1

tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang sudah terlihat pada usia di atas 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak usia di atas 50 tahun.

2

Page 3: IBENK KATARAK.docx

Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa atau

nukleus embrional, bergantung pada waktu stimulus kataraktogenik. Katarak

juvenil adalah katarak yang terdapat pada usia muda yang mulai terbentuk pada

usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya

merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan

penyulit penyakit sistemik ataupun metaolik dan penyakit lainnya seperti katarak

metabolik, katarak akibat kelainan otot pada distrofi miotonik, katarak traumatik,

dan katarak komplikata.3,4

Katarak senil adalah kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras

akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien,

intumesen, imatur, matur dan hipermatur yang dijelaskan dalam tabel 1.5,6

INSIPIEN IMMATUR MATUR HIPERMATUR

Kekeruhan Ringan Sebagian Penuh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Termulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopods

Penyulit- Glaucoma -

Uveitis dan glaukoma

Tabel 1.Stadium klinis katarak senilis

a. Katarak Insipien

Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi

dengan dasar diperifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak

di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak

bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia oleh karena

indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.3,6

3

Page 4: IBENK KATARAK.docx

b. Katarak Imatur

Terjadi kekeruhan sebagian lensa atau belum mengenai seluruh lapis lensa.

Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya

tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif . pada keadaan ensa mencembung

akan dapat menimbulkan hambatan pada pupil, sehingga terjadi glaukoma

sekunder.3

c. Katarak Matur

Kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi

akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan

maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.

Seingga terjadi kekeruan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan

kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali, tidak terdapat

bayangan iris pada lensa yang keruh.3

d. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau lembek dan

mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa

menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik

mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga

hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut

disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk

sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks

lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.3

2.3 Diagnosis

Diagnosis katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang

semakin kabur. Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh

penglihatan jauh yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik,

sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata (“second sight”).

Terjadinya miopia ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada

stadium insipient.7 Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pemeriksa

awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan

4

Page 5: IBENK KATARAK.docx

kebutaan. Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi

maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp. 8,9

Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya

penyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi,

cardiac anomalies). Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus

untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak

subkapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil.8

Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,

konjungtiva, dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat

normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan

pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak

senilis. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti

biomikroskopi, stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang pandang

dan pengukuran TIO.3,8

2.5 Penatalaksanaan

Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan. Beberapa teknik

operasi yang dapat dilakukan pada operasi katarak adalah sebagai berikut

- Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)

Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) juga merupakan salah satu

metode operasi yang sederhana dan relative aman. Metode ini mengangkat seluruh

lensa beserta kapsulnya. Beberapa indikasi umum dilakukannya ICCE sebagai

pilihan metode operasi adalah :3

1. Saat operasi bertujuan untuk membuang seluruh elemen lensa.

2. Ketidakmampuan untuk dilakukannya prosedur ekstrakapsular.

Indikasi khusus dilakukannya ICCE adalah :3

1. Membuang katarak yang mengalami subluksasi

2. Membuang katarak dengan fakodenesis berat, dimana kemampuan zonular

untuk menunjang bagian posterior intraokuler lensa tidak adekuat.

3. Membuang katarak dengan dislokasi yang sudah prolaps dari pupil ke

bagian anterior.

5

Page 6: IBENK KATARAK.docx

- Ekstracapsular Cataract Extraction (ECCE)

Ekstracapsular Cataract Extraction adalah teknik operasi katarak dengan

membuang nucleus dan kotrteks lensa melalui kapsula anterior. Pada operasi

ECCE, kantong kapsul ditinggal sebagai tempat untuk menempatkan lensa

tanam. Teknik ini tidak boleh digunakan bila kekuatan zonula lemah atau

tidak cukup kuat untuk membuang nucleus dan korteks lensa.3

- Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Small Incision Cataract Surgery ( SICS) yang adalah modifikasi dari

ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang dipakai

dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini lebih

menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih

cepat, astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih

baik.3

- Fakoemulsifikasi

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana

menggunakan getaran ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material

nukleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.9 Teknik ini di tangan

operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi tajam penglihatan yang

lebih cepat, kurang menginduksi astigmatisme, memberikan prediksi refraksi

pasca operasi yang lebih tepat, rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat

komplikasi yang rendah.9

Komplikasi pasca operasi dapat ditemukan :

- Ruptur kapsul posterior

- Glaukoma

- Uveitis

- Endoftalmitis

- Perdarahan suprakoroidal

- Prolap iris

6

Page 7: IBENK KATARAK.docx

2.6 Lensa Intraokuler

Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang ditanamkan ke dalam mata pasien

untuk mengganti lensa mata yang rusak dan sebagai salah satu cara terbaik untuk

rehabilitasi pasien katarak.3

Sebelum ditemukannya Intra Ocular Lens (IOL), rehabilitasi pasien pasca

operasi katarak dilakukan dengan pemasangan kacamata positif tebal maupun

Contact lens (kontak lensa) sehingga seringkali timbul keluhan-keluhan dari

pasien seperti bayangan yang dilihat lebih besar dan tinggi, penafsiran jarak atau

kedalaman yang keliru dan lapang pandang yang terbatas.3

IOL terdapat dalam berbagai ukuran dan variasi sehingga diperlukan

pengukuran yang tepat untuk mendapatkan ketajaman penglihatan pasca operasi

yang maksimal. Prediktabilitas dalam bedah katarak dapat diartikan sebagai

presentase perkiraan target refraksi yang direncanakan dapat tercapai dan hal ini

dipengaruhi oleh ketepatan biometri dan pemilihan formula lensa intraokuler yang

sesuai untuk menentukan kekuatan (power) lensa intraokuler. Faktor-faktor

biometri yang mempengaruhi prediktabilitas lensa intraokuler yang ditanam

antara lain panjang bola mata (Axial Length), kurvatura kornea (nilai keratometri)

dan posisi lensa intraokuler yang dihubungkan dengan kedalaman bilik mata

depan pasca operasi. Prinsip alat pengukuran biometri yang umum digunakan

untuk mendapatkan data biometri yaitu dengan ultrasonografi (USG) atau Partial

Coherence Laser Interferometry (PCI).9

7

Page 8: IBENK KATARAK.docx

RAHASIA

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Ernawati Pekerjaan : IRT

Umur : 57 Tahun Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2015

Alamat : Pandau permai Blok C5 no 7, Pekanbaru

Keluhan Utama :

Mata kiri kabur perlahan sejak 1 tahun SMRS dan tidak merah

Riwayat penyakit sekarang :

Sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan mata kiri makin lama makin kabur

dan tidak merah, mata kiri pasien dirasakan lebih kabur dibandingkan dengan

mata kanannya. Pasien juga mengeluhkan pandangan mata kiri melihat seperti

kabut atau asap. Riwayat trauma sebelumnya (-), nyeri (-), keluar banyak kotoran

(-). Saat ini, mata sebelah kiri pasien hanya bisa merasakan cahaya.

Riwayat penyakit dahulu :

-Riwayat hipertensi (-)

-Riwayat DM (-)

-Riwayat asma atau alergi (-)

Riwayat pengobatan :

Mata kanan sudah dioperasi katarak di RSUD Arifin Achmad 2 tahun yang lalu.

8

Page 9: IBENK KATARAK.docx

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengeluhkan sakit yang sama

PEMERIKSAAN FISIK :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Vital sign : TD : 130/70 mmHg

HR : 88x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,4 C

Pembesaran KGB preauriculer : Tidak ada

STATUS OPTHALMOLOGI

OD OS

20/100 Visus tanpa

koreksi

1/~

20/50 Visus dengan

koreksi

1/~

Orthophoria Posisi bola

mata

Orthophoria

Baik, kesegala arah Gerakan bola

mata

Baik, kesegala arah

Normal

7/5,5

Tekanan bola

mata

Normal

6/5,5

Tenang

Spasme(-), edema(-), massa(-)

Palpebra Tenang

Spasme(-), edema(-), massa(-)

Injeksi konjungtiva(-) Konjungtiva Injeksi konjungtiva(-)

Jernih Kornea Jernih

Tenang Sklera Tenang

Dalam COA Dalam

9

Page 10: IBENK KATARAK.docx

Coklat kehitaman, refleks

cahaya langsung/tidak

langsung (+/+), Bulat ø 3 mm,

Iris/pupil Coklat kehitaman, refleks

cahaya langsung/tidak langsung

(+/+), Bulat ø 3 mm,

IOL jernih Lensa Keruh

Reflek fundus (+), papil batas

tegas, warna kuning, C/D ratio

0,3

Fundus Reflek fundus (+)

Gambar

Diagnosis :

- Katarak senilis matur OS

- Psedofakia OD

Terapi

Ektraksi katarak + IOL OS

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia at bonam

Quo ad kosmetikum : bonam

10

Page 11: IBENK KATARAK.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Titcomb, Lucy C. Understanding Cataract Extraxtion. 2010. Available at

http://www . Pharmaceutical Journal.com [Accessed Dec 08 2014].

2. Manalu R. Mass Cataract Surgery Among Barabai Community At

Damanhuri Hospital, South Kalimantan. IOA The 11th Congress In Jakarta,

2006. 127-131.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. 200-211.

4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta:

Widya Medika, 2000. 175-183.

5. Ocompo VVD. Cataract, Senile. http://www.e-medicine.com [diakses 13

Mei 2015]

6. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata Untuk

Dokter Umum dan Mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit Sagung

Seto, 2002. 154-143.

7. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih

Bahasa: Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed.

Jakarta: Widya Medika; 2000.176-177.

8. W. Ronald et al. Phacoemulsification. www. visitech.org. [diakses 15 Mei

2015]

9. Shidik A, Rahayu T. Predictability of Phacoemulsification in Cipto

Mangunkusumo Hospital 2005; A- Scan Biometry Performed by Resident.

IOA the 11th Congress In Jakarta, 2006.99-106

11