hemodialisa lp

27
HEMODIALISA A. PENGERTIAN Hemodialisa merupakan proses eleminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein) dan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara kompartemen darah dan dialisat melalui selaput membran semipermiabel yang berperan sebagai ginjal buatan (Sukandar, 2006). B. ALASAN HEMODIALISA Dialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan : Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik ) Perikarditis ( peradangan kantong jantung ) Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya. Gagal jantung Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ). C. FUNGSI HEMODIALISA Fungsi hemodialisa menurut Hudak & Gallo adalah : 1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat. 1

Upload: setiyo-adi-nugroho

Post on 15-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan hd

TRANSCRIPT

Page 1: Hemodialisa Lp

HEMODIALISA

A. PENGERTIAN

Hemodialisa merupakan proses eleminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein)

dan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara kompartemen

darah dan dialisat melalui selaput membran semipermiabel yang berperan

sebagai ginjal buatan (Sukandar, 2006).

B. ALASAN HEMODIALISA

Dialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :

Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )

Perikarditis ( peradangan kantong jantung )

Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon

terhadap pengobatan lainnya.

Gagal jantung

Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).

C. FUNGSI HEMODIALISA

Fungsi hemodialisa menurut Hudak & Gallo adalah :

1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam

urat.

2. Membuang kelebihan air yang mempengaruhi tekanan banding antara darah

dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan

tekanan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses

ultrafiltrasi).

3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.

4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

1

Page 2: Hemodialisa Lp

D. FREKUENSI HEMODIALISA

Frekuensis, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi

sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program

dialisa dikatakan berhasil jika :

1 ) Penderita kembali menjalani hidup normal.

2 ) Penderita kembali menjalani diet yang normal.

3 ) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.

4 ) Tekanan darah normal.

5 ) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif

Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal

kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani

pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama

beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

E. PROSES HEMODILISIS

Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :

a. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di

dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam

darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.

b. Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena

perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.

c. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu

perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta ).

F. PERALATAN & PELAKSANAAN HEMODIALISA

Peralatan:

a) Dialiser atau Ginjal Buatan

Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan kompartemen

darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur fisik dan tipe

membran yang digunakan untuk membentuk kompartemen darah. Semua

factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang mengacu pada

2

Page 3: Hemodialisa Lp

kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan produk-produk sisa

(klirens).

b) Dialisat atau Cairan dialysis

Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari

serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air keran dan

bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang steril, karena bakteri

terlalu besar untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada

pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan

reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeable yang besar, air untuk

dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya

disediakan oleh pabrik komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit

kronis, namun dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien

tertentu.

c) Sistem Pemberian Dialisat

Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien: system

pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada

kedua system, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur serta

pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.

d) Asesori Peralatan

Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi

pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk

pendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan, konsentrasi dialisat,

perubahan tekanan, udara, dan kebocoran darah.

e) Komponen manusia

2. Pelaksanan

Persiapan pasien:

- Timbang berat bada pasien (bila memungkinkan)

- Tidur terlentang dan berikan posisi yang nyaman.

- Ukur tekanan darah atau, nadi, suhu, pernafasan.

- Observasi kesadaran dan keluhan pasien dan berikan perawatan mental.

3

Page 4: Hemodialisa Lp

- Terangkan secara gratis besar prosedur yang akan di lakukan.

Menyiapkan sarana hubungan sirkulasi:

Perlengkapan

1. Jarum punksi :

- jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inch.

- Jarum dengan katheter (IV Catheter G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inchi.

2. NaCL (untuk pengenceran)

3. Heparin injeksi

4. Anestesi local (lidocain, procain)

5. Spuit 1 cc,5 cc, 20 cc, 30 cc.

6. Kassa

7. Desinfektan (alcohol bethadin)

8. Klem arteri (mosquito) 2 buah.

9. Klem desimfektam

10. Bak kecil + mangkuk kecil

11. Duk (biasa,split, bolong)

12. Sarung tangan

13. Plester

14. pengalas karet atau plastik

15. Wadah pengukur cairan

16. botol pemeriksa darah

Persiapan:

1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shut atau katheter di

pasang dan di buka balutan.

2. Alas dengan pengalas karet / plastik.

3. Atur posisi

4. Kumpulkan peralatan dan dekatkan ke pasien

5. Siapkan heparin injeksi

4

Page 5: Hemodialisa Lp

Prosedur:

Punksi Fistula (Cimino)

1. Pakai sarung tangan

2. Desinfeksi daerah daerah yang akan di punksi dengan bethadin dan

alcohol

3. Letakan duk sebagai pengalas dan penutup

4. Punksi outlet (vena), yaitu jalan masuknya darah ke dalam tubuh K/P

lakukan anesteshi local

5. Ambil darah untuk pemeriksaan lab (bila diperlukan)

6. Bolus heparin injeksi yang sudah diencerkan dengan NaCL (dosis

awal)

7. Fiksasi dan tempat punksi di tutup kasa.

Shunt (Scribner)

1. Desinfeksi kanula, konektor dan daerah dimana shunt terpasang.

2. Letakan duk sebagai pengalas dan penutup

3. Klem kedua kanula (arteri dan vena),sebelumnya di alas dengan kassa

4. Lepaskan /buka konektor

5. Cek kedua kanula apakan alirannya lancar

6. Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium (bila di perlukan).

7. Bolus Heparin injeksi yang sudah di encerkan dengan NaCL (dosis

awal).

8. Fiksasi dan tutup daeah exit site.

9. Konektor di bersihkan dengan NaCL dan di simpan dalam bak.

Punksi femoral

1. Desinfeksi daerah lipatan paha dan daerah outle akan di puksi.

2. Letakan duk sebagai pengalas dan penutup.

3. Punksi outlet (vena) yaitu jalan masuknya darah ke dalam tubuh, k/p

lakukan anesteshi local.

4. Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium (bila di perlukan)

5. Bolus heparin injeksi yang sudah di encerkan dengan NaCL (dosis

5

Page 6: Hemodialisa Lp

awal).

6. Fiksasi dan tempat punksi di tutup dengan kassa

7. Punksi inlet (vena femoralis), yaitu tempat jalan kelurnya darah dari

tubuh, dengan cara lakukan anesteshi infiltrasi sambil mencari vena

femoralis.

8. Vena femoralis di punksi secara perkutaneous dengan jarum punksi

(AV Fistula).

9. Fiksasi.

Mengalirkan darah kedalam sirkulasi ekstrakorporeal

1) Hubungkan ABL dengan inlet (Punksi Inlet atau canula arteri). Ujung

ABL disuci hamakan terlebih dahulu.

2) Tempat ujung VBL didalam wadah pengukur. Perhatikan jangan sampai

terkontaminasi.

3) Buka klem AVBL, canula arteri, klem slang infus ditutup, klem canula

vena tetap tertutup.

4) Darah dialirkan kedalam sirkulasi dengan menggunakan pompa darah

(QB + 100 cc / menit) dan cairan priming terdorong keluar.

5) Cairan priming ditampung diwadah pengukur.

6) Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai cairan buble trap VBL

berwarna merah mudah.

7) Pompa darah dimatikan, VBL di klem.

8) Ujung VBL disuci hamakan, kemudian dihubungkan dengan canula vena

(perhatikan : Harus bebas udara) . Klem VBL dan canula vena dibuka.

9) Pompa darah dihidupkan kembali dengan QB + 150 cc/menit .

10) Fiksasi canula arteri dan vena, AVBL tidak mengganggu pergeraan.

11) Hisupkan pompa heparin ( dosis maintenance.)

12) Buka klem Slang monitor tekanan (AVP)

13) Hidupkan detector udara, kebocoran (Air dan Blood Leak detector)

14) Ukur tekanan darah, Nadi dan pernapasan.

15) Observasi Kesadaran dan keluhan pasien

6

Page 7: Hemodialisa Lp

16) Cek mesin dan sirkulasi dialisa.

17) Programkan HD.

18) Lakukan pencatatan (Isi formulir HD)

19) Rapikan peralatan.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi pada tindakan hemodialisis Hudak & Gallo, adalah :

1. Ketidakseimbangan cairan

Keseimbangan cairan sangat penting dilakukang sebelum hemodialisa

sehingga tindakan korektif dapat dilakukan pada awal prosedur. Parameter

seperti tekanan darah, nadi, berat badan, masukan dan haluaran, turgor

jaringan, dan gejala-gejala lain akan membantu memperkirakan kelebihan

dan kekurangan cairan.

2. Hipervolemia

Gejala-gejala berikut dapat mengissyaratkan adanya kelebihan cairan :

tekanan darah naik, peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan, peningkatan

tekanan vena sentral, dispnea, batuk, edema, peningkatan berat badan yang

berlebihan dan riwayat atau catatan kelebihan masukan cairan dalam

keadaan tidak terdapat kehilangan yang adekuat.

3. Ultrafiltrasi

Kelebihan air dibuang dari kompartemen vaskular melalui proses

ultrafiltrasi, hal ini dapat tercapai dengan memberikan tekanan negatif pada

dialisat.

4. Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi)

Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah hipertensi,

gagal jantung kongestif, edema paru, dan komplikasi lain yang berhubungan

dengan kelebihan cairan seringkali dibatasi oleh toleransi pasien untuk

memanipulasi volume intravaskular.

7

Page 8: Hemodialisa Lp

5. Hipovolemia

Pengkajian hipovolemia didasarkan pada evaluasi kecenderungan dalam

tanda-tanda vital dan gejala-gejala, meliputi : penurunan tekanan darah,

peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering

dan penurunan haluaran urine.

6. Hipotensi

Hipotensi selama dialisis dapat disebabkan oleh hipovolemia, ultrafiltrasi

berlebihan, kehilangan darah dalam dialiser, inkompatibilitas mambran

pendialisa dan terapi obat antihipertensi. Hipotensi pada awal dialisis dapat

terjadi pada pasien dengan volume darah sedikit, seperti pada anak-anak dan

orang dewasa yang kecil.

7. Hipertensi

Penyebab hipertensi yang paling sering selama dialisis adalah berlebihan

cairan, sindrom disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi dan

ansietas.

8. Sindrom Disequilibrium dialisis

Sindrom Disequilibrium dialisis dimanifestasikan oleh sekelompok gejala-

gejala yang diduga disfungsi serebral. Rentang beratnya gejala-gejala dari

mual ringan, muntah, sakit kepala dan hipertensi sampai agitasi, kekacauan

mental dan kejang.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah:

1) Sindrom uremia

2) Mual, muntah, perdarahan GI

3) Pusing, nafas kusmaul, koma

4) Perikarditis, cardiar aritmia

5) Edema, gagal jantung, edema paru

8

Page 9: Hemodialisa Lp

6) Hipertensi

Manifestasi klinik:

a. Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau

gatal-gatal

b. Kuku ; kuku tipis dan rapuh

c. Rambut : kering dan rapuh

d. Oral ; halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi

e. Lambung ; mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration

f. Pulmonary ; uremic “lung” atau pneumonia

g. Asam basa ; asidosis metabolic

h. Neurologic ; letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal

i. Hematologi : perdarahan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan

melemah

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis

atau ekonomi.

c. PK : Perdarahan

d. PK : Hiperkalemia

e. PK : Hipoglikemia

f. PK : Asidosis

g. PK : Anemia

3. Intervensi Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan

melemah

9

Page 10: Hemodialisa Lp

NOC :

a. Electrolit and acid base balance

b. Fluid balance

c. Hydration

NIC :

Fluid management

a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

b. Pasang urin kateter jika diperlukan

c. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,

osmolalitas urin )

d. Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan

PCWP

e. Monitor vital sign

f. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema,

distensi vena leher, asites)

g. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

h. Monitor status nutrisi

i. Berikan diuretik sesuai interuksi

j. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan

serum Na < 130 mEq/l

k. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring

a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi

b. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan

(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,

disfungsi hati, dll )

c. Monitor berat badan

d. Monitor serum dan elektrolit urine

e. Monitor serum dan osmilalitas urine

10

Page 11: Hemodialisa Lp

f. Monitor BP, HR, dan RR

g. Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung

h. Monitor parameter hemodinamik infasif

i. Catat secara akutar intake dan output

j.Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan

BB

k. Monitor tanda dan gejala dari odema

l. Beri obat yang dapat meningkatkan output urin

Hemodialysis therapy

a. Ukur berat badan sebelum hemodialisa

b. Monitor vital sign setiap jam atau bila diperlukan

c. Lakukan program ultrafiltration goal sesuai kenaikan berat badan

d. Monitor komplikasi yang mungkin terjadi selama hemodialisa

e. Monitor tanda dan gejala kelebihan cairan

f. Monitor tanda dan gejala kekurangan cairan

g. Ukur berat badan setelah hemodialisa

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi b.d faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

NOC :

a. Nutritional Status : food and Fluid Intake

b. Nutritional Status : nutrient Intake

c. Weight control

NIC :

Nutrition Management

a. Kaji adanya alergi makanan

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

11

Page 12: Hemodialisa Lp

d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

e. Berikan substansi gula

f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition Monitoring

a. BB pasien dalam batas normal

b. Monitor adanya penurunan berat badan

c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

d. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

e. Monitor lingkungan selama makan

f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

h. Monitor turgor kulit

i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

j. Monitor mual dan muntah

k. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

l. Monitor makanan kesukaan

m. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

o. Monitor kalori dan intake nuntrisi

p. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.

q. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

12

Page 13: Hemodialisa Lp

3. PK : Peradarahan Perawat dapat menangani dan meminimalkan

terjadinya perdarahan.

NIC :

Kontrol perdarahan

a. Kaji keadaan luka insisi penusukan jarum AV Fistula hemoidalisa

b. Jaga posisi jarum tetap aman dan paten.

c. Monitor vital sign

d. Jelaskan tentang tanda dan gejala perdarahan

e. Monitor tanda dan gejala perdarahan

f. Monitor laboratorium darah rutin ( hemoglobin) post hemodialisa

bila perlu

g. Berikan dosis antikoagulan waktu hemodialisa sesai dosis.

4. PK : Hiperkalemia Perawat dapat menanganai dan meminimalkan

terjadinya hiperkalemia.

Management elektrolit

a. Monitor ketidakseimbangan serum elektrolit, jika ada/tersedia

b. Monitor dampak-dampak dari ketidakadekuatan/ ketidak

seimbangan elektrolit

c. Pertahankan patensi jalan masuk intra vena

d. Berikan cairan, jika diperlukan

e. Pertahankan keakuratan data intake dan out put

f. Pertahankan cairan intraa vena berisi elektrolit dalam aliran tetap,

jika perlu

g. Berikan tambahan elektrolit (secara oral, NGT, dan IV) sesuai

resep, jika diperlukan

h. Konsultasikan dengahn dokter dalam pemberian pengoabtan,

hemat elektrolit (ex; spironolakton), jika perlu

i. Berikan ikatan elektrolit atau penguat (ex: kogeoxalat), sesuai

instruksi, jika perlu

13

Page 14: Hemodialisa Lp

j. Dapatkan spesimen untuk analisis laborat dari level elektrolit

(AGD, urin, serum)

k. Monior kehilangan elektrolit kaya cairan (NGT, section,

plesbotomi drainase, diare, drainage luka, dan diaporosis)

l. Adakan pengukuran untuk mengontrol kehilangan lektrolit

berlebihan/banyak sekali (ex : dengan istirahat usus, perubahan

tipe elektrolit, pemberian antiopirektik) jika, perlukan.

m. Minimalkan jumlah oral intake yang dikonsumsi oleh pasien

dengan saluran gastrik yang dihubungkan dengan suction

n. Berikan diet yang tepat untuk pasien , terutama keseimbangan

elektrolit (kaya, potasiium, rendah sodium, rendah karbohidrat)

o. Instruksikan pasien atau famili dalam modifikasi diit secara

spesifik

p. Berikan pengamanan lingkungan untuk pasien dengan gangguan

neurologi dan neuromuscular, akibat ketidakseimbangan elektrolit

q. Peningkatan orientasi

r. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab dan perawatan

ketidakseimbangan elektrolit

s. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala dari

ketidakseimbanga elektrolit bertahan lama atau memburuk

t. Monitor respon pasien untuk terapy elektrolit sesuai instruksi

u. Monitor efek samping pemberian elektrolit tambahan (ex:

Gastrointestinal irigasi)

v. Monitor secara pasti level serum potasium pada pasien yang

mendapat digitalis dan diuretika

w. Berikan/pasang monitor jantung, jika perlu

x. Obati/rawat aritmia jhantung, sesuai kebijakan

y. Siapkan pasien untuk dialisis (ex: bantu dengan pemasangan

kateter untuk dialisis).

14

Page 15: Hemodialisa Lp

5. PK : Hipoglikemia Perawat dapat menangani dan meminimalkan

episode hipoglikemi

Management hipo/hiperglikemi:

a. Pantau kadar gula darah sebelum pemberian obat hipoglikemik

dan atau sebelum makan dan satu jam sebelum tidur

b. Pantau tanda dan gejala hipoglikemi (kadar gula darah kurang dari

70 mg/dl, kulit dingin, lembab dan pucat, takikardi,peka terhadap

rangsang, tidak sadar, tidak terkoordinasi, bingung, mudah

mengantuk)

c. Jika klien dapat menelan, berikans etengah gelas jus jeruk, cola

atau semacam golongan jahe setiap 15 menit sampai kadar

glukosa darahnya meningkat diatas 69 mg/dl

d. Jika klien tidak dapat menelan, berikanglukagon hidroklorida

subkutan 50 ml glukosa 50% dalam air IV sesuai protocol

6. PK : Asidosis Perawat mampu menangani dan meminimalkan episode

asidosis

Asidosis Metabolik

a. Pantau tanda dan gejala asidosis metabolic

1) Pernafasan cepat danlambat

2) Sakit kepala

3) Mual dan muntah

4) Bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah

5) Perubahan tingkah laku, mengantuk

6) Kalsium serum meningkat

7) Klorida serum meningkat

8) Penurunan HCO3

b. Untuk klien klien dengan asidosis metabolic

1) Mulai dengan penggantian cairan IV sesuai program tergantung

dari penyebab dasarnya.

15

Page 16: Hemodialisa Lp

2) Jika etiologinya DM, rujuk pada PK: hipo/hiperglikemia

3) Kaji tanda dangejala hipokalsemia, hipokalemia, dan alkalosis

setelah asidosisnya terkoreksi

4) Lakukan koreksi pada setiap gangguan ketidakseimbangan

elektrolit sesuai dengan program dokter

5) Pantau nilai gas darah arteri dan pH urine.

Asidosis Respiratorik

a. Pantau tanda dan gejala asidosis respiratorik

1) Takikardi

2) Disritmia

3) Berkeringat

4) Mual/muntah

5) Gelisah

6) Dyspneu

7) Peningkatan usaha nafas

8) Penurunan frekuensi pernafasan

9) Peningkatan PCO2

10) Peningkatan kalsium serum

11) Penurunan natrium klorida

b. Untuk klien klien dengan asidosis respiratorik

1) Perbaiki ventilasi melalui pengubahan posisi pada

semifowler, latihan nafas dalam

2) Konsul kemungkinan penggunaan ventilasi mekanis

3) Berikan oksigen setelah klien dapat bernafas dengan baik

4) Tingkatkan pemberian hidrasi yang optimal

16

Page 17: Hemodialisa Lp

7. PK : Anemia Perawat dapat melakukan pencegahan untuk

meminimalkan terjadinya anemia berkelanjutan

Management Anemia

a. Pantau tanda dan gejala anemia

b. Adanya letargi

c. Adanya kelemahan

d. Keletihan

e. Peningkatan pucat

f. Dyspneu saat melakukan aktivitas

g. Monitor kadar Hb

h. Kolaborasi perlunya pemberian transfusi

17

Page 18: Hemodialisa Lp

DAFTAR PUSTAKA

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan

Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan

Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC,

Jakarta.

Ganong, W. F., 1998, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. EGC, Jakarta.

Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi

9. EGC, Jakarta.

Havens, L. & Terra, R. P, 2005, Hemodialysis. Terdapat pada:

http://www.kidneyatlas.org

NKF, 2001, Guidelines for hemodialysis adequacy. Terdapat pada:

http://www.nkf.com.

NKF, 2006, Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.

PERNEFRI, 2003, Konsensus dialisis. Sub Bagian Ginjal dan

Hipertensi–Bagian Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo. Jakarta.

Price, S. A. & Wilson, L. M., 2002, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses

penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Johnson., Mass, 2002, Nursing Outcomes Classification, Availabel on:

www.Minurse.com

McCloskey, Joanne C, Bulecheck, Gloria M., 1996. Nursing Intervention

Classsification (NIC). Mosby, St. Louise

NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002),

Philadelphia.

Wilkinson, Judith, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta.

18