kumpulan sop hemodialisa
DESCRIPTION
eTRANSCRIPT
Hemodialisa
1. DefinisiHemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan
dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta,
1992).Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metodepengobatan yang sudah
dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut
maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001). Hemodialisa merupakan suatu
proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan
terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau
pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi
jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang
semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja
sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal
ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian,
hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer,
2001).
1. Indikasi hemodialisis
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergencyatau HD segera dan HD
kronik.Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.
A. Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al.,2007)
1) Kegawatan ginjal
a) Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b) Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
c) Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
d) Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5
mmol/l )
e) Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
f) Uremia ( BUN >150 mg/dL)
g) Ensefalopati uremikum
h) Neuropati/miopati uremikum
i) Perikarditis uremikum
j) Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k) Hipertermia
2) Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
B. Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur
hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI
dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR
<15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika
dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al.,2007):
a) GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b) Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c) Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e) Komplikasi metabolik yang refrakter.
2. Prinsip yang Mendasari Hemodialisa
Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.Ada tiga prinsip yang
mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan
zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisat
yang konsentrasinya rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah
dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah
(cairan dialisat). Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan
negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis.Tekanan negatif
diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan
memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air,
kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai
isovolemia(keseimbangan cairan ) (Smeltzer, 2001).
3. Prinsip dan cara kerja hemodialisis
Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen darah, 2)
kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser). Darah
dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu,
kemudian masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi
proses dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik,
selanjutnya beredar di dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi
dalam dialiser (Daurgirdas et al.,2007). Prinsip kerja hemodialisis adalah
komposisi solute (bahan terlarut) suatu larutan (kompartemen darah) akan
berubah dengan cara memaparkan larutan ini dengan larutan lain
(kompartemen dialisat) melalui membran semipermeabel (dialiser).
Perpindahan solutemelewati membran disebut sebagai osmosis.Perpindahan
ini terjadi melalui mekanisme difusi dan UF. Difusi adalah perpindahan solute
terjadi akibat gerakan molekulnya secara acak, utrafiltrasi adalah perpindahan
molekul terjadi secara konveksi,artinya solute berukuran kecil yang larut
dalam air ikut berpindah secara bebas bersama molekul air melewati porus
membran. Perpindahan ini disebabkan oleh mekanisme hidrostatik, akibat
perbedaan tekanan air (transmembrane pressure) atau mekanisme osmotik
akibat perbedaan konsentrasi larutan (Daurgirdas et al.,2007). Pada
mekanisme UF konveksi merupakan proses yang memerlukan gerakan cairan
disebabkan oleh gradient tekanan transmembran (Daurgirdas et al.,2007).
4. Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa
a. Diet
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan
produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk
dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun. Gejala yang terjadi akibat
penumpukan tersebut secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan akan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk,
lebih berat gejala yang timbul.Diet rendah protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala.
Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung
kongestif serta edema paru.Dengan demikian pembatasan cairan juga
merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini.Dengan penggunaan
hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun
biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan
protein, natrium, kalium dan cairan.
b. Masalah Cairan
Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena
meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah cairan
yang tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun
hipertensi pada 2-3 orang pasien hemodialisa.Ketidakseimbangan cairan juga
dapat menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri.Beberapa laporan
menyatakan bahwa pembatasancairan pada pasien hemodialisa sangat
dipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya.
Jumlah asupan cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun
yang dikandung oleh makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur
kenaikan berat badan antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG)
(Welch, 2006)
c. Pertimbangan medikasi
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui
ginjal.Apabila seseorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan
dosisnya harus dievaluasi dengan cermat.Terapi antihipertensi yang sering
merupakan bagian dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh
dimana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang
berbeda.
5. Komplikasi
Komplikasi terapi dialisisi sendiri dapat mencakup hal-hal berikut;
a) Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan
b) Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi
jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.
c) Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.
d) Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit
e) Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan
serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini
kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.
f) Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
g) meninggalkan ruang ekstrasel.
h) Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi
6. Pendidikan Pasien
Tujuan untuk mempersiapkan pemulangan pasien dialisis dari rumah sakit
sering menjadi tantangan yang menarik. Penyakit tersebut dan terapi yang
dilakukannya akan mempengaruhi setiap aspek dalam kehidupan klien.
Biasanya pasien tidak memahami sepenuhnya dampak dialisis dan kebutuhan
untuk mempelajarinya mungkin baru disadari lama sesudah pasien
dipulangkan dari rumah sakit. Pasien hemodialisa yang akan memulai terapi
memerlukan pengajaran tentang topik-topik berikut: Rasional dan tujuan
terapi dialisis, hubungan antara obat-obat yang diresepkan dengan dialisis,
efek samping obat dan pedoman kapan diberikan, perawatan akses vaskuler;
pencegahan, pendeteksian dan penatalaksanaan komplikasi yang berkaitan
dengan akses vaskuler, dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan;
konsekuensi akibat kegagalan dalam mematuhi pembatasan ini, pedoman
pencegahan dan pendeteksian kelebihan cairan, strategi untuk pendeteksian,
penatalaksanaan dan pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-gejala
lainnya, penatalaksanaan komplikasi dialisis yang lain dan efek samping
terapi, strategi untuk menangani dan mengurangi kecemasan serta
ketergantungan pasien sendiri dan anggota keluarga mereka, pilihan lain yang
tersedia buat pasien, pengaturan finansial untuk dialisis, strategi untuk
mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan anggota keluarga.
PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN PRE HEMODIALISA
PROSEDUR TETAP
NO DOKUMEN
NO REVISI HALAMAN
TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
1 PENGERTIAN Perawatan pre hemodialisa dilakukan sebelum pasien menjalani hemodialisa.
2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan
3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.
4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik.
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien 2. Kaji kondisi klien (lakukan anamnesis)3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau
keluarganya tindakan yg dilakukan4. Jaga privacy klien
6 PERSIAPAN ALAT 1. Dialyser/ ginjal buatan 2. AV blood line3. AV fistula/abocath4. Infuse set5. Spuit : 50 cc. 5 cc, dll ; insulin6. Heparin inj7. Xylocain (anestesi local)8. NaCl 0,9%9. Kain kasa steril10. Duk steril11. Sarung tangan steril12. Bak kecil steril13. Mangkuk kecil steril14. Klem15. Plester16. Desinfektan (alcohol + bethadine)17. Gelas ukur 18. Timbangan BB19. Formulir hemodialisa20. Sirkulasi darah
7 CARA BEKERJA 1. Cuci tangan2. Letakkan dialyser pada holder, dengan posisi
merah diatas3. Hubungkan ujung putih pada ABL dengan
dialyser ujung merah4. Hubungkan ujung putih VBL dengan dialyser
ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan dengan alat penampung
5. Letakkan posisi dialyser terbalik, yaitu tanda merah berada di bawah dan biru diatas
6. Gantungkan NaCl 0,9% (2-3 kolf)7. Pasang infus set pada kolf NaCl8. Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah
ABL atau tempat khusus9. Tutup semua klem yang ada pada selang ABL
dan VBL (untuk hubungan tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan)
10.Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set11.Jalankan Qb dengan kecepatan 100 ml/m12.Udara yang ada dalam dialyser harus hilang
( sampai bebas udara) dengan cara menekan nekan VBL
13.Air trap/ bubble tap diisi 2/3 – ¾ bagian14. Setiap kolf NaCl sesudah atau akan mengganti
koolf baru Qb dimatikan15.Setelah udara dalam dialyser habis, hubungkan
ujung ABL dengan ujung VBL, klem tetap dilepas
16.Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U
17.Ganti kolf NaCl yang baru berisi heparin 500 U dan klem infus dibuka
18. Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan dialyser) selama 10-15 menit sebelum dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien)
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien2. Berikan reinforcement positif3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISA(PemasanganPunksidanKanulasi)
PROSEDUR TETAP
NO DOKUMEN
NO REVISI HALAMAN
TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
1 PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan jarum AV Fistula ke dalam pembuluh darah untuk sarana hubungan sirkulasi yang akan digunakan selama proses hemodialisis.
2 TUJUAN Agar proses hemodialisis dapat berjalan lancar sesuai denga nhasil yang diharapkan
3 INDIKASI - 4 KONTRA INDIKASI -5 PERSIAPAN
PASIEN1. Timbang berat badan2. Observasi tanda-tanda vital dan anamnesis3. Raba desiran pada cimino apakah lancar4. Tentukan daerah tusukan untuk keluarnya
darah dari tubuh ke mesin5. Tentukan pembuluh darah vena lain untuk
masuknya darah dari mesin ke tubuh pasien6. Beritahu pasien bahwa tindakan akan
dimulai7. Letakkan perlak di bawah tangan pasien8. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan
6 PERSIAPAN ALAT 1. 1 buahbakinstrumenbesar, yang terdiridari :a. 3 buah mangkok kecil
1) 1 untuk tempat NaCL2) 1 untuktempatBetadine3) 1 untukAlkohol 20%
b. Arteriklem2. 1 spuit 20 cc3. 1 spuit 10 cc4. 1 spuit 1 cc5. Kassa 5 lembar (secukupnya)6. IPS sarungtangan
7. Lidocain 0,5 cc (bilaperlu)8. Plester9. Masker10. 1 buahgelasukur / math can11. 2 buah AV Fistula12. Duksteril13. Perlakuntuk alas tangan14. Plastikuntukkotoran
7 PERSIAPAN PERAWAT
1. Perawat mencuci tangan2. Perawat memakai masker3. Buka bak instrumen steril4. Mengisi masing-masing mangkok steril
dengan: Alcohol, NaCl 0,9%, dan Betadine5. Buka spuit 20 cc dan 10 cc, taruh di bak
instrumen6. Perawat memakai sarung tangan7. Ambil spuit 1 cc, hisap lidocain 1% untuk
anestesi lokal (bila digunakan)8. Ambil spuit 10 cc diisi NaCl dan Heparin
1500u untuk mengisi AV Fistula8 CARA BEKERJA 1. MemulaiDesinfektan
a. Jepit kassa betadine dengan arteri klem, oleskan betadine pada daerah cimino dan vena lain dengan cara memutar dari arah dalam ke luar, lalu masukkan kassa bekas ke kantong plastik
b. Jepit kassa Alcohol dengan arteri klem, bersihkan daerah Cimino dan vena lain dengan cara seperti no.1
c. Lakukan sampai bersih dan dikeringkan dengan kassa steril kering, masukkan kassa bekas ke kantong plastik dan arteri klem diletakkan di gelas ukur
d. Pasang duk belah di bawah tangan pasien, dan separuh duk ditutupkan di tangan
2. MemulaiPunksiCiminoa. Memberikan anestesi lokal pada cimino
(tempat yang akan dipunksi) dengan spuit insulin 1 cc yang diisi dengan lidocain.
b. Tusuk tempat cimino dengan jarak 8 – 10 cm dari anastomose
c. Tusuk secara intrakutan dengan diameter 0,5 cm
d. Memberikan anestesi lokal pada tusukan
vena laine. Bekastusukandipijatdengankassasteril
3. MemasukkanJarumAV Fistulaa. Masukkan jarum AV Fistula (Outlet)
pada tusukan yang telah dibuat pada saat pemberian anestesi lokal
b. Setelah darah keluar aspirasi dengan spuit 10 cc dan dorong dengan NaCl 0,9% yang berisi heparin, AV Fistula diklem, spuit dilepaskan, dan ujung AV Fistula ditutup, tempat tusukan difiksasi dengan plester dan pada atas sayap fistula diberi kassa steril dan diplester
c. Masukkan jarum AV Fistula (inlet) pada vena lain, jarak penusukan inlet dan outlet usahakan lebih dari 3 cm
d. Jalankan blood pump perlahan-lahan sampai 20 ml/mnt kemudian pasang sensor monitor
e. Program mesin hemodialisis sesuai kebutuhan pasien
f. Bila aliran kuran dari 100 ml/mnt karena ada penyulit, lakukan penusukan pada daerah femoral
g. Alat kotor masukkan ke dalam plastik, sedangkan alat-alat yang dapat dipakai kembali di bawa ke ruang disposal
h. Pensukan selesai, perawat mencuci tangan
4. MemulaiPunksi Femorala. Obeservasi daerah femoral (lipatan),
yang aka digunakan penusukanb. Letakkan posisi tidur pasien terlentang
dan posisi kaki yang akan ditusuk fleksic. Lakukan perabaan arteri untuk mencari
vena femoral dengan cara menaruh 3 jari di atas pembuluh darah arteri, jari tengah di atas arteri
d. Dengan jari tengah 1 cm ke arah medial untuk penusukan jarum AV Fistula
5. MelakukanKanulasi Double Lumen
a. Observasi tanda-tanda vitalb. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan
dilakukanc. Berikan posisi tidur pasien yang nyamand. Dekatkan alat-alat ke pasiene. Perawat mencuci tangan f. Buka kassa penutup catheter dan
lepaskan pelan-pelan g. Perhatikan posisi catheter double lumen
1) Apakah tertekuk?2) Apakah posisi catheter berubah?3) Apakah ada tanda-tanda meradang /
nanah? Jika ada laporkan pada dokter
h. Memulai desinfektan1) Desinfektan kulit daerah kateter
dengan kassa betadine, mulai dari pangkal tusukan kateter sampai ke arah sekitar kateter dengan cara memutar kassa dari dalam ke arah luar
2) Bersihkan permukaan kulit dan kateter dengan kassa alkohol
3) Pasang duk steril di bawah kateter double lumen
4) Buka kedua tutup kateter, aspirasi dengan spuit 10 cc / 20 cc yang sudah diberi NaCl 0,9% yang terisi heparin.
i. Tentukan posisi kateter dengan tepat dan benar
j. Pangkal kateter diberi Betadine dan ditutup dengan kassa steril
k. Kateter difiksasi kencangl. Kateter double lumen siap
disambungkan dengan arteri blood line dan venus line
m. Alat-alat dirapikan, pisahkan dengan alat-alat yang terkontaminasi
n. Bersihkan alat-alato. Perawat cuci tangan
8 HASIL 5. Evaluasiresponklien6. Berikan reinforcement positif7. Lakukankontrakuntukkegiatanselanjutnya8. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 4. Catattindakan yang telahdilakukan,
tanggaldan jam pelaksanaan5. Catathasiltindakan
(responsubjektifdanobjektif) di dalamcatatan6. Dokumentasikantindakandalambentuk
SOAP
PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN INTRA HEMODIALISA
PROSEDUR TETAP
NO DOKUMEN
NO REVISI HALAMAN
TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
1 PENGERTIAN Perawatan intra hemodialisa dilakukan saat pasien menjalani hemodialisa. Perawatan ini meliputi pemantauan kondisi pasien, mesin HD, dan lain – lain selama prosedur.
2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan
3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.
4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik.
5 PERSIAPAN PASIEN Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino
1. Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tanganTeknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
2. Anestesi local (lidocain inj, procain inj)3. Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no
G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa steril.
4. Berikan bolus heparin inj (dosis awal)5. Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan
kassa steril Dengan eksternal A-V shunt (Schibner)
1. Desinfektan2. Klem kanula arteri & vena3. Bolus heparin inj (dosis awal)
Tanpa 1 & 2 (femora dll)1. Desinfektan2. Anestesi local3. Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang
besar, biasanya di lengan).4. Bolus heparin inj (dosis awal)
5. Fiksasi, tutup kassa steril6. Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)7. Raba arteri femoralis8. Tekan arteri femoralis 0,5 – 1 cm ke arah
medialVena femoralis Anestesi lokal (infiltrasi anetesi)
9. Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5 menit
10. Fiksasi11. Tutup dengan kassa steril
6 PERSIAPAN ALAT 1. Dialyser/ ginjal buatan 2. AV blood line3. AV fistula/abocath4. Infuse set5. Spuit : 50 cc. 5 cc, dll ; insulin6. Heparin inj7. Xylocain (anestesi local)8. NaCl 0,9%9. Kain kasa steril10.Duk steril11.Sarung tangan steril12.Bak kecil steril13.Mangkuk kecil steril14.Klem15.Plester16.Desinfektan (alcohol + bethadine)17.Gelas ukur 18.Formulir hemodialisa19.Sirkulasi darah20.Tensimeter21.Jam tangan
7 CARA BEKERJA 1. Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet2. Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet3. Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100
ml/m, sampai sirkulasi darah terisi darah semua.4.
4. Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb 5. Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung
dari VBL dengan punksi outlet)6. Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit
untuk bergerak)7. cairan priming ditampung di gelas ukur dan
jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai kebutuhan).
8. Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai 300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien.
9. Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/ blood leak detector.
10. Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan NaCl
11. Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur TD, N, lebih sering.
12. Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming yang masuk, makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Cairan pendorong/pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan, kalau perlu di dorong dengan udara (harus hati-hati)
2. Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir
4. Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5. Memakai teknik aseptik dan antiseptik8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN POST HEMODIALISA
PROSEDUR TETAP
NO DOKUMEN
NO REVISI HALAMAN
TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
1 PENGERTIAN Perawatan post hemodialisa dilakukan setelah pasien menjalani hemodialisa.
2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.
3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.
4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik.
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien 2. Kaji kondisi klien (lakukan anamnesis)3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya
serangkaian tindakan yg dilakukan4. Jaga privacy klien
6 PERSIAPAN ALAT 1. Kain kasa/ gaas steril2. Plester3. Verband gulung4. Alkohol/ bethadin5. Antibiotik powder (nebacetin/ cicatrin)6. Bantal pasir (1-1/2 keram) : pada punksi femoral
7 CARA BEKERJA 1. 1.5 menit sebelum hemodialisis berakhirQb diturunkan sekitar 100cc/m
UFR = 02. Ukur TD, nadi3. Blood pump stop4. Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut , bekas
punksi inlet ditekan dengan kassa steril yang diberi betadine.
5. Hubungkan ujung ABL dengan infus set 6. Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do
dorong dengan NaCl sambil qb dijalankan 100 ml/m (masukkan NaCl : 20-100cc)
7. Setelah darah masuk ke tubuh blood pump stop. Ujung VBL diklem.
8. Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril yang diberi bethadine
9. Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet & outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang verband.
10. Ukur TTV : TD. N, S, P11. Timbang BB (kalau memungkinkan)12. Isi formulir hemodialisis
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Cairan pendorong/pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan, kalau perlu di dorong dengan udara (harus hati-hati)
2. Tekan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah
perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir
4. Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5. Memakai teknik aseptik dan antiseptikPENDIDIKAN PASIEN
1. Rasional dan tujuan terapi dialisis2. Hubungan antara obat-obat yang diresepkan dan
dialisis3. Efek samping obat dan pedoman kapan harus
memberitahukan dokter mengenai efek samping tersebut
4. Perawatan akses vaskuler: pencegahan, pendeteksian dan penatalaksanaan komplikasi yang berkaitan dengan akses vaskuler
5. Dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan: konsekuensi akibat kegagalan dalam mematuhi pembatasan ini
6. Pedoman pencegahan dan pendeteksian kelebihan muatan cairan
7. Strategi untuk pendeteksian, penatalaksanaan dan pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-gejala lainnya.
8. Penatalaksanaan komplikasi dialisis yang lain dan efek samping terapi (dialisis, diet yang membatasi,
obat-obatan)9. Strategi untuk mengangani atau mengurangi
kecemasan serta ketergantungan pasien sendiri dan anggota keluarga mereka.
10. Pilihan lain yang tersedia bagi pasien11. Pengaturan finansial untuk dialisis: strategi untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan sumber-sumber.
12. Strategi untuk mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan anggota keluarga.
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien2. Berikan reinforcement positif3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC.
Kozier, B (dkk). (1995). Fundamental of Nursing: Conceps process and Practise. Redwood City: Addison Wesley
Lumenta, Nico, A, dkk. (1992). Penyakit Ginjal. Penerbit PT. BPK Gunung Mulia.
Potter AA & Perry, AG (1993). Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice. Third Edition. St. Louis: Mosby Year Book
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth. EGC. Jakarta
Sudoyo, Aru W, dkk, (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I – III, Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.