kumpulan sop hemodialisa

28
Hemodialisa 1. Definisi Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta, 1992).Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metodepengobatan yang sudah dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001). Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer, 2001). 1. Indikasi hemodialisis

Upload: nova-pertiwi

Post on 18-Feb-2016

1.966 views

Category:

Documents


428 download

DESCRIPTION

e

TRANSCRIPT

Page 1: Kumpulan Sop Hemodialisa

Hemodialisa

1. DefinisiHemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan

dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta,

1992).Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan

memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metodepengobatan yang sudah

dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut

maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001). Hemodialisa merupakan suatu

proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan

terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau

pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi

jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang

semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja

sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal

ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian,

hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer,

2001).

1. Indikasi hemodialisis

Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergencyatau HD segera dan HD

kronik.Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.

A. Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al.,2007)

1) Kegawatan ginjal

a) Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi

b) Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)

c) Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)

d) Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5

mmol/l )

e) Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)

f) Uremia ( BUN >150 mg/dL)

g) Ensefalopati uremikum

h) Neuropati/miopati uremikum

Page 2: Kumpulan Sop Hemodialisa

i) Perikarditis uremikum

j) Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)

k) Hipertermia

2) Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.

B. Indikasi Hemodialisis Kronik

Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur

hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI

dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR

<15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika

dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al.,2007):

a) GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis

b) Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.

c) Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.

d) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

e) Komplikasi metabolik yang refrakter.

2. Prinsip yang Mendasari Hemodialisa

Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari

dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.Ada tiga prinsip yang

mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan

zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara

bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisat

yang konsentrasinya rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam

tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan

menciptakan gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah

dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah

(cairan dialisat). Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan

negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis.Tekanan negatif

diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan

memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air,

kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai

isovolemia(keseimbangan cairan ) (Smeltzer, 2001).

Page 3: Kumpulan Sop Hemodialisa

3. Prinsip dan cara kerja hemodialisis

Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen darah, 2)

kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser). Darah

dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu,

kemudian masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi

proses dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik,

selanjutnya beredar di dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi

dalam dialiser (Daurgirdas et al.,2007). Prinsip kerja hemodialisis adalah

komposisi solute (bahan terlarut) suatu larutan (kompartemen darah) akan

berubah dengan cara memaparkan larutan ini dengan larutan lain

(kompartemen dialisat) melalui membran semipermeabel (dialiser).

Perpindahan solutemelewati membran disebut sebagai osmosis.Perpindahan

ini terjadi melalui mekanisme difusi dan UF. Difusi adalah perpindahan solute

terjadi akibat gerakan molekulnya secara acak, utrafiltrasi adalah perpindahan

molekul terjadi secara konveksi,artinya solute berukuran kecil yang larut

dalam air ikut berpindah secara bebas bersama molekul air melewati porus

membran. Perpindahan ini disebabkan oleh mekanisme hidrostatik, akibat

perbedaan tekanan air (transmembrane pressure) atau mekanisme osmotik

akibat perbedaan konsentrasi larutan (Daurgirdas et al.,2007). Pada

mekanisme UF konveksi merupakan proses yang memerlukan gerakan cairan

disebabkan oleh gradient tekanan transmembran (Daurgirdas et al.,2007).

4. Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa

a. Diet

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan

produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk

dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun. Gejala yang terjadi akibat

penumpukan tersebut secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan akan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk,

lebih berat gejala yang timbul.Diet rendah protein akan mengurangi

penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala.

Page 4: Kumpulan Sop Hemodialisa

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung

kongestif serta edema paru.Dengan demikian pembatasan cairan juga

merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini.Dengan penggunaan

hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun

biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan

protein, natrium, kalium dan cairan.

b. Masalah Cairan

Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena

meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah cairan

yang tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun

hipertensi pada 2-3 orang pasien hemodialisa.Ketidakseimbangan cairan juga

dapat menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri.Beberapa laporan

menyatakan bahwa pembatasancairan pada pasien hemodialisa sangat

dipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya.

Jumlah asupan cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun

yang dikandung oleh makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur

kenaikan berat badan antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG)

(Welch, 2006)

c. Pertimbangan medikasi

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui

ginjal.Apabila seseorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan

dosisnya harus dievaluasi dengan cermat.Terapi antihipertensi yang sering

merupakan bagian dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh

dimana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang

berbeda.

5. Komplikasi

Komplikasi terapi dialisisi sendiri dapat mencakup hal-hal berikut;

a) Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan

b) Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi

jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

Page 5: Kumpulan Sop Hemodialisa

c) Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan

terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

d) Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit

e) Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan

serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini

kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

f) Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

g) meninggalkan ruang ekstrasel.

h) Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi

6. Pendidikan Pasien

Tujuan untuk mempersiapkan pemulangan pasien dialisis dari rumah sakit

sering menjadi tantangan yang menarik. Penyakit tersebut dan terapi yang

dilakukannya akan mempengaruhi setiap aspek dalam kehidupan klien.

Biasanya pasien tidak memahami sepenuhnya dampak dialisis dan kebutuhan

untuk mempelajarinya mungkin baru disadari lama sesudah pasien

dipulangkan dari rumah sakit. Pasien hemodialisa yang akan memulai terapi

memerlukan pengajaran tentang topik-topik berikut: Rasional dan tujuan

terapi dialisis, hubungan antara obat-obat yang diresepkan dengan dialisis,

efek samping obat dan pedoman kapan diberikan, perawatan akses vaskuler;

pencegahan, pendeteksian dan penatalaksanaan komplikasi yang berkaitan

dengan akses vaskuler, dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan;

konsekuensi akibat kegagalan dalam mematuhi pembatasan ini, pedoman

pencegahan dan pendeteksian kelebihan cairan, strategi untuk pendeteksian,

penatalaksanaan dan pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-gejala

lainnya, penatalaksanaan komplikasi dialisis yang lain dan efek samping

terapi, strategi untuk menangani dan mengurangi kecemasan serta

ketergantungan pasien sendiri dan anggota keluarga mereka, pilihan lain yang

tersedia buat pasien, pengaturan finansial untuk dialisis, strategi untuk

mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan anggota keluarga.

Page 6: Kumpulan Sop Hemodialisa

PSIK

UNIVERSITAS

JEMBER

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN PRE HEMODIALISA

PROSEDUR TETAP

NO DOKUMEN

NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT

DITETAPKAN OLEH

1 PENGERTIAN Perawatan pre hemodialisa dilakukan sebelum pasien menjalani hemodialisa.

2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan

3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. 

5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien 2. Kaji kondisi klien (lakukan anamnesis)3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau

keluarganya tindakan yg dilakukan4. Jaga privacy klien

6 PERSIAPAN ALAT 1. Dialyser/ ginjal buatan 2. AV blood line3. AV fistula/abocath4. Infuse set5. Spuit : 50 cc. 5 cc, dll ; insulin6. Heparin inj7. Xylocain (anestesi local)8. NaCl 0,9%9. Kain kasa steril10. Duk steril11. Sarung tangan steril12. Bak kecil steril13. Mangkuk kecil steril14. Klem15. Plester16. Desinfektan (alcohol + bethadine)17. Gelas ukur 18. Timbangan BB19. Formulir hemodialisa20. Sirkulasi darah

Page 7: Kumpulan Sop Hemodialisa

7 CARA BEKERJA 1. Cuci tangan2. Letakkan dialyser pada holder, dengan posisi

merah diatas3. Hubungkan ujung putih pada ABL dengan

dialyser ujung merah4. Hubungkan ujung putih VBL dengan dialyser

ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan dengan alat penampung

5. Letakkan posisi dialyser terbalik, yaitu tanda merah berada di bawah dan biru diatas

6. Gantungkan NaCl 0,9% (2-3 kolf)7. Pasang infus set pada kolf NaCl8. Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah

ABL atau tempat khusus9. Tutup semua klem yang ada pada selang ABL

dan VBL (untuk hubungan tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan)

10.Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set11.Jalankan Qb dengan kecepatan 100 ml/m12.Udara yang ada dalam dialyser harus hilang

( sampai bebas udara) dengan cara menekan nekan VBL

13.Air trap/ bubble tap diisi 2/3 – ¾ bagian14. Setiap kolf NaCl sesudah atau akan mengganti

koolf baru Qb dimatikan15.Setelah udara dalam dialyser habis, hubungkan

ujung ABL dengan ujung VBL, klem tetap dilepas

16.Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U

17.Ganti kolf NaCl yang baru berisi heparin 500 U dan klem infus dibuka

18. Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan dialyser) selama 10-15 menit sebelum dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien)

8 HASIL 1. Evaluasi respon klien2. Berikan reinforcement positif3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya4. Mengakhiri kegiatan dengan baik

9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan

2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan

3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Page 8: Kumpulan Sop Hemodialisa

PSIK

UNIVERSITAS

JEMBER

TEKNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISA(PemasanganPunksidanKanulasi)

PROSEDUR TETAP

NO DOKUMEN

NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT

DITETAPKAN OLEH

1 PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan jarum AV Fistula ke dalam pembuluh darah untuk sarana hubungan sirkulasi yang akan digunakan selama proses hemodialisis.

2 TUJUAN Agar proses hemodialisis dapat berjalan lancar sesuai denga nhasil yang diharapkan

3 INDIKASI - 4 KONTRA INDIKASI -5 PERSIAPAN

PASIEN1. Timbang berat badan2. Observasi tanda-tanda vital dan anamnesis3. Raba desiran pada cimino apakah lancar4. Tentukan daerah tusukan untuk keluarnya

darah dari tubuh ke mesin5. Tentukan pembuluh darah vena lain untuk

masuknya darah dari mesin ke tubuh pasien6. Beritahu pasien bahwa tindakan akan

dimulai7. Letakkan perlak di bawah tangan pasien8. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan

6 PERSIAPAN ALAT 1. 1 buahbakinstrumenbesar, yang terdiridari :a. 3 buah mangkok kecil

1) 1 untuk tempat NaCL2) 1 untuktempatBetadine3) 1 untukAlkohol 20%

b. Arteriklem2. 1 spuit 20 cc3. 1 spuit 10 cc4. 1 spuit 1 cc5. Kassa 5 lembar (secukupnya)6. IPS sarungtangan

Page 9: Kumpulan Sop Hemodialisa

7. Lidocain 0,5 cc (bilaperlu)8. Plester9. Masker10. 1 buahgelasukur / math can11. 2 buah AV Fistula12. Duksteril13. Perlakuntuk alas tangan14. Plastikuntukkotoran

7 PERSIAPAN PERAWAT

1. Perawat mencuci tangan2. Perawat memakai masker3. Buka bak instrumen steril4. Mengisi masing-masing mangkok steril

dengan: Alcohol, NaCl 0,9%, dan Betadine5. Buka spuit 20 cc dan 10 cc, taruh di bak

instrumen6. Perawat memakai sarung tangan7. Ambil spuit 1 cc, hisap lidocain 1% untuk

anestesi lokal (bila digunakan)8. Ambil spuit 10 cc diisi NaCl dan Heparin

1500u untuk mengisi AV Fistula8 CARA BEKERJA 1. MemulaiDesinfektan

a. Jepit kassa betadine dengan arteri klem, oleskan betadine pada daerah cimino dan vena lain dengan cara memutar dari arah dalam ke luar, lalu masukkan kassa bekas ke kantong plastik

b. Jepit kassa Alcohol dengan arteri klem, bersihkan daerah Cimino dan vena lain dengan cara seperti no.1

c. Lakukan sampai bersih dan dikeringkan dengan kassa steril kering, masukkan kassa bekas ke kantong plastik dan arteri klem diletakkan di gelas ukur

d. Pasang duk belah di bawah tangan pasien, dan separuh duk ditutupkan di tangan

2. MemulaiPunksiCiminoa. Memberikan anestesi lokal pada cimino

(tempat yang akan dipunksi) dengan spuit insulin 1 cc yang diisi dengan lidocain.

b. Tusuk tempat cimino dengan jarak 8 – 10 cm dari anastomose

c. Tusuk secara intrakutan dengan diameter 0,5 cm

d. Memberikan anestesi lokal pada tusukan

Page 10: Kumpulan Sop Hemodialisa

vena laine. Bekastusukandipijatdengankassasteril

3. MemasukkanJarumAV Fistulaa. Masukkan jarum AV Fistula (Outlet)

pada tusukan yang telah dibuat pada saat pemberian anestesi lokal

b. Setelah darah keluar aspirasi dengan spuit 10 cc dan dorong dengan NaCl 0,9% yang berisi heparin, AV Fistula diklem, spuit dilepaskan, dan ujung AV Fistula ditutup, tempat tusukan difiksasi dengan plester dan pada atas sayap fistula diberi kassa steril dan diplester

c. Masukkan jarum AV Fistula (inlet) pada vena lain, jarak penusukan inlet dan outlet usahakan lebih dari 3 cm

d. Jalankan blood pump perlahan-lahan sampai 20 ml/mnt kemudian pasang sensor monitor

e. Program mesin hemodialisis sesuai kebutuhan pasien

f. Bila aliran kuran dari 100 ml/mnt karena ada penyulit, lakukan penusukan pada daerah femoral

g. Alat kotor masukkan ke dalam plastik, sedangkan alat-alat yang dapat dipakai kembali di bawa ke ruang disposal

h. Pensukan selesai, perawat mencuci tangan

4. MemulaiPunksi Femorala. Obeservasi daerah femoral (lipatan),

yang aka digunakan penusukanb. Letakkan posisi tidur pasien terlentang

dan posisi kaki yang akan ditusuk fleksic. Lakukan perabaan arteri untuk mencari

vena femoral dengan cara menaruh 3 jari di atas pembuluh darah arteri, jari tengah di atas arteri

d. Dengan jari tengah 1 cm ke arah medial untuk penusukan jarum AV Fistula

5. MelakukanKanulasi Double Lumen

Page 11: Kumpulan Sop Hemodialisa

a. Observasi tanda-tanda vitalb. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan

dilakukanc. Berikan posisi tidur pasien yang nyamand. Dekatkan alat-alat ke pasiene. Perawat mencuci tangan f. Buka kassa penutup catheter dan

lepaskan pelan-pelan g. Perhatikan posisi catheter double lumen

1) Apakah tertekuk?2) Apakah posisi catheter berubah?3) Apakah ada tanda-tanda meradang /

nanah? Jika ada laporkan pada dokter

h. Memulai desinfektan1) Desinfektan kulit daerah kateter

dengan kassa betadine, mulai dari pangkal tusukan kateter sampai ke arah sekitar kateter dengan cara memutar kassa dari dalam ke arah luar

2) Bersihkan permukaan kulit dan kateter dengan kassa alkohol

3) Pasang duk steril di bawah kateter double lumen

4) Buka kedua tutup kateter, aspirasi dengan spuit 10 cc / 20 cc yang sudah diberi NaCl 0,9% yang terisi heparin.

i. Tentukan posisi kateter dengan tepat dan benar

j. Pangkal kateter diberi Betadine dan ditutup dengan kassa steril

k. Kateter difiksasi kencangl. Kateter double lumen siap

disambungkan dengan arteri blood line dan venus line

m. Alat-alat dirapikan, pisahkan dengan alat-alat yang terkontaminasi

n. Bersihkan alat-alato. Perawat cuci tangan

8 HASIL 5. Evaluasiresponklien6. Berikan reinforcement positif7. Lakukankontrakuntukkegiatanselanjutnya8. Mengakhiri kegiatan dengan baik

9 DOKUMENTASI 4. Catattindakan yang telahdilakukan,

Page 12: Kumpulan Sop Hemodialisa

tanggaldan jam pelaksanaan5. Catathasiltindakan

(responsubjektifdanobjektif) di dalamcatatan6. Dokumentasikantindakandalambentuk

SOAP

Page 13: Kumpulan Sop Hemodialisa

PSIK

UNIVERSITAS

JEMBER

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN INTRA HEMODIALISA

PROSEDUR TETAP

NO DOKUMEN

NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT

DITETAPKAN OLEH

1 PENGERTIAN Perawatan intra hemodialisa dilakukan saat pasien menjalani hemodialisa. Perawatan ini meliputi pemantauan kondisi pasien, mesin HD, dan lain – lain selama prosedur.

2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan

3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. 

5 PERSIAPAN PASIEN Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino

1. Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tanganTeknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol

2. Anestesi local (lidocain inj, procain inj)3. Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no

G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa steril.

4. Berikan bolus heparin inj (dosis awal)5. Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan

kassa steril Dengan eksternal A-V shunt (Schibner)

1. Desinfektan2. Klem kanula arteri & vena3. Bolus heparin inj (dosis awal)

Tanpa 1 & 2 (femora dll)1. Desinfektan2. Anestesi local3. Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang

besar, biasanya di lengan).4. Bolus heparin inj (dosis awal)

Page 14: Kumpulan Sop Hemodialisa

5. Fiksasi, tutup kassa steril6. Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)7. Raba arteri femoralis8. Tekan arteri femoralis 0,5 – 1 cm ke arah

medialVena femoralis Anestesi lokal (infiltrasi anetesi)

9. Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5 menit

10. Fiksasi11. Tutup dengan kassa steril

6 PERSIAPAN ALAT 1. Dialyser/ ginjal buatan 2. AV blood line3. AV fistula/abocath4. Infuse set5. Spuit : 50 cc. 5 cc, dll ; insulin6. Heparin inj7. Xylocain (anestesi local)8. NaCl 0,9%9. Kain kasa steril10.Duk steril11.Sarung tangan steril12.Bak kecil steril13.Mangkuk kecil steril14.Klem15.Plester16.Desinfektan (alcohol + bethadine)17.Gelas ukur 18.Formulir hemodialisa19.Sirkulasi darah20.Tensimeter21.Jam tangan

7 CARA BEKERJA 1. Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet2. Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet3. Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100

ml/m, sampai sirkulasi darah terisi darah semua.4.

4. Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb 5. Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung

dari VBL dengan punksi outlet)6. Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit

untuk bergerak)7. cairan priming ditampung di gelas ukur dan

jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai kebutuhan).

8. Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai 300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien.

9. Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/ blood leak detector.

Page 15: Kumpulan Sop Hemodialisa

10. Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan NaCl

11. Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur TD, N, lebih sering.

12. Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming yang masuk, makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Cairan pendorong/pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan, kalau perlu di dorong dengan udara (harus hati-hati)

2. Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit

3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir

4. Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama

5. Memakai teknik aseptik dan antiseptik8 HASIL 1. Evaluasi respon klien

2. Berikan reinforcement positif3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya4. Mengakhiri kegiatan dengan baik

9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan

2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan

3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Page 16: Kumpulan Sop Hemodialisa

PSIK

UNIVERSITAS

JEMBER

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN POST HEMODIALISA

PROSEDUR TETAP

NO DOKUMEN

NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT

DITETAPKAN OLEH

1 PENGERTIAN Perawatan post hemodialisa dilakukan setelah pasien menjalani hemodialisa.

2 TUJUAN Hemodialisa dilakukan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.

3 INDIKASI Pasien dengan gagal ginjal baik akut maupun kronik dengan tanda kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

4 KONTRA INDIKASI Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. 

5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien 2. Kaji kondisi klien (lakukan anamnesis)3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya

serangkaian tindakan yg dilakukan4. Jaga privacy klien

6 PERSIAPAN ALAT 1. Kain kasa/ gaas steril2. Plester3. Verband gulung4. Alkohol/ bethadin5. Antibiotik powder (nebacetin/ cicatrin)6. Bantal pasir (1-1/2 keram) : pada punksi femoral

7 CARA BEKERJA 1. 1.5 menit sebelum hemodialisis berakhirQb diturunkan sekitar 100cc/m

Page 17: Kumpulan Sop Hemodialisa

UFR = 02. Ukur TD, nadi3. Blood pump stop4. Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut , bekas

punksi inlet ditekan dengan kassa steril yang diberi betadine.

5. Hubungkan ujung ABL dengan infus set 6. Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do

dorong dengan NaCl sambil qb dijalankan 100 ml/m (masukkan NaCl : 20-100cc)

7. Setelah darah masuk ke tubuh blood pump stop. Ujung VBL diklem.

8. Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril yang diberi bethadine

9. Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet & outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang verband.

10. Ukur TTV : TD. N, S, P11. Timbang BB (kalau memungkinkan)12. Isi formulir hemodialisis

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Cairan pendorong/pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan, kalau perlu di dorong dengan udara (harus hati-hati)

2. Tekan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah

perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir

4. Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama

5. Memakai teknik aseptik dan antiseptikPENDIDIKAN PASIEN

1. Rasional dan tujuan terapi dialisis2. Hubungan antara obat-obat yang diresepkan dan

dialisis3. Efek samping obat dan pedoman kapan harus

memberitahukan dokter mengenai efek samping tersebut

4. Perawatan akses vaskuler: pencegahan, pendeteksian dan penatalaksanaan komplikasi yang berkaitan dengan akses vaskuler

5. Dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan: konsekuensi akibat kegagalan dalam mematuhi pembatasan ini

6. Pedoman pencegahan dan pendeteksian kelebihan muatan cairan

7. Strategi untuk pendeteksian, penatalaksanaan dan pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-gejala lainnya.

8. Penatalaksanaan komplikasi dialisis yang lain dan efek samping terapi (dialisis, diet yang membatasi,

Page 18: Kumpulan Sop Hemodialisa

obat-obatan)9. Strategi untuk mengangani atau mengurangi

kecemasan serta ketergantungan pasien sendiri dan anggota keluarga mereka.

10. Pilihan lain yang tersedia bagi pasien11. Pengaturan finansial untuk dialisis: strategi untuk

mengidentifikasi dan mendapatkan sumber-sumber.

12. Strategi untuk mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan anggota keluarga. 

8 HASIL 1. Evaluasi respon klien2. Berikan reinforcement positif3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya4. Mengakhiri kegiatan dengan baik

9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan

2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan

3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Page 19: Kumpulan Sop Hemodialisa

DAFTAR PUSTAKA

Brunner  and  Suddart. 2001.Buku  Ajar Keperawatan Medikal  Bedah.  Edisi  8. Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC.

Kozier, B (dkk). (1995). Fundamental of Nursing: Conceps process and Practise. Redwood City: Addison Wesley

Lumenta, Nico, A, dkk. (1992). Penyakit Ginjal. Penerbit PT. BPK Gunung Mulia.

Potter AA & Perry, AG (1993). Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice. Third Edition. St. Louis: Mosby Year Book

Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth. EGC. Jakarta

Sudoyo, Aru W, dkk, (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I – III, Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.