long case glaukoma nisa done 26 nov 19.58
TRANSCRIPT
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Pal Batu no. 34, Menteng dalam
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
No RM : 904898
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 20 November 2013, jam 12.35
WIB di Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih.
Keluhan utama : penglihatan mata kanan dan kiri menurun sejak 1 tahun lalu.
Keluhan tambahan : mata kanan sering terasa pegal, terkadang dirasakan pusing.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata Budhi Asih dengan keluhan penglihatan kedua
mata menurun sejak 1 tahun yang lalu. Bila melihat seperti ada kabut. Keluhan mata
buram ini dirasakan terjadi perlahan-lahan. Penglihatan mata kanan dirasakan lebih
buram dibandingkan mata kiri. Sejak enam bulan lalu mata kanan juga lebih sering terasa
pegal. Sejak saat itu pasien juga sering merasakan pusing berulang. Pasien mengaku tidak
1
pernah melihat lingkaran pelangi jika melihat lampu Pasien tidak pernah berobat kemana
pun untuk mengobati keluhannya. Pasien mengatakan tidak ada rasa mual maupun
muntah. Riwayat trauma, operasi mata dan kebiasaan mengucek mata disangkal oleh
pasien.
Pasien juga mengatakan silau jika melihat di siang hari atau melihat cahaya
lampu pada kedua mata.
Untuk membantu penglihatannya saat membaca sehari-hari pasien menggunakan
kacamata baca +2.25. Namun sejak matanya mengalami gangguan, pasien merasakan
kacamatanya tidak lagi dapat membantu penglihatannya.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat adanya sakit
mata yang terdahulu juga disangkal. Pasien menggunakan kacamata baca +2.25. Riwayat
tekanan darah tinggi, batuk-batuk lama, kencing manis, sakit sendi, asma dan alergi
terhadap obat-obatan disangkal. Riwayat operasi pada mata disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88x/ menit
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20x/ menit
2
B. Status Oftalmologis
Oculi Dekstra (OD) Oculi Sinistra (OS)
1/300, persepsi arah
lambaian tangan baik
Visus 6/9
Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia
Sulit dinilai Pergerakan bola mata Pergerakan baik ke segala
arah, nyeri gerak (-)
Oedema (-), hiperemis (-),
entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-)
Palpebra superior Oedema (-), hiperemis (-),
entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-)
Oedema (-), hiperemis (-),
entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-)
Palpebra inferior Oedema (-), hiperemis (-),
entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-)
Hiperemis (-), folikel (-),
papil (-), litiasis (-)
Konjungtiva Tarsalis
Superior
Hiperemis (-), folikel (-),
papil (-), litiasis (-)
Hiperemis (-), folikel (-),
papil (-), litiasis (-),
sekret (-)
Konjungtiva Tarsalis
Inferior
Hiperemis (-), folikel (-),
papil (-), litiasis (-),
sekret (-)
Injeksi silier (-), injeksi
konjungtiva (-), perdarahan
subkonjungtiva (-),
pinguekula (-), pterigium (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (-), injeksi
konjungtiva (-), perdarahan
subkonjungtiva (-),
pinguekula (-), pterigium (-)
Jernih(+), Oedem (-), Arcus Kornea Jernih(+), Oedem (-), Arcus 3
senilis(-) senilis (-)
Dangkal COA Dalam
Warna coklat, kripti baik Iris Warna coklat, kripti baik
bulat, tepi regular, RCL
(+) , RCTL (+)
Pupil Bulat, tepi regular,
RCL (+), RCTL (+)
Keruh, shadow test (+) Lensa Keruh, shadow test (+)
Jernih Vitreous humor Jernih
Refleks fundus (+), papil
bulat, batas tegas, CD ratio
0,9- 1,0 ; ratio A/ V = 2 : 3,
refleks makula (+) menurun
Funduskopi Refleks fundus (+), papil
bulat, batas tegas, CD ratio
< 0.3, ratio A/V 2 : 3,
refleks makula (+)
Palpasi : N + 3
Tonometri : 56,6
Schiotz : 69,1 mmHg
TIO Palapasi : N + 1
Tonometri : 28 mmHg
Schiotz : 21 mmHg
Sulit dinilai Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa
GAMBAR MATA PASIENNNNNN!!!!!
4
C. Resume
Pasien seorang laki-laki berusia 54 tahun datang dengan keluhatan penglihatan
kedua mata buram secara perlahan sejak 1 tahun lalu. Bila melihat seperti ada kabut.
Namun buram pada mata kanan dirasakan lebih berat. Sejak 6 bulan lalu, mata kanan juga
dirasakan lebih sering terasa pegal. Pasien sering mengalami pusing berulang.
Pasien juga mengatakan silau jika melihat di siang hari atau melihat cahaya lampu
pada kedua mata.
Untuk membantu penglihatannya saat membaca sehari-hari pasien menggunakan
kacamata baca +2.25. Namun sejak matanya mengalami gangguan, pasien merasakan
kacamatanya tidak lagi dapat membantu penglihatannya.
Pada status oftalmologi didapatkan :
Mata Kanan :
Visus : 1/300 , dengan persepsi arah lambaian tangan baik
Pergerakan bola mata : sulit dinilai
COA : Dangkal
Lensa : Keruh, shadow test (+)
Funduskopi : Refleks fundus (+), papil bulat, batas tegas, CD ratio 0,9-
1,0 ; ratio A/ V = 2 : 3, refleks makula (+) menurun
TIO : Palpasi : N + 3
Tonometri : 56,6
Schiotz : 69,1 mmHg
Tes Konfrontasi : sulit dinilai
5
Mata Kiri:
Visus : 6/9
Lensa : Keruh, shadow test (+)
Funduskopi : Refleks fundus (+), papil bulat, batas tegas, CD ratio
< 0.3, ratio A/V 2 : 3, refleks makula (+)
TIO : Palapasi : N + 1
Tonometri : 28 mmHg
Schiotz : 21 mmHg
Tes Konfrontasi : sama dengan pemeriksa
GAMBAR MATA PASIENNNNNN!!!
6
D. Diagnosis Kerja
OD : Glaukoma Sekunder et causa Katarak Imatur Oculi DextraOS : Katarak Imatur Oculi Sinistra, Hipertensi Oculi Sinistra
E. Diagnosis BandingGlaukoma Primer ODS
F. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Glaucon tablet diberikan 3 x 1 hari, selama 10 hari
KCl tablet diberikan 2 x 1 hari selama 10 hari
Cendo Timol 0,5 % diberikan 2 x 1 hari ODS
Cendo Carpin 2 % diberikan 3 x 1 hari ODS
Pembedahan
Tekanan bola mata kanan sudah stabil Operasi Katarak Imatur Oculi Dextra
( Phacoemulsifikasi +IOL )
Non medikamentosa
Edukasi :
Meminum obat dan memakai obat tetes secara teratur.
Kontrol kembali 1 minggu ke depan atau jika ada keluhan yang semakin buruk
seperti munculnya gejala glaucoma akut ( mual muntah, sakit kepala hebat, sakit
pada bola mata )
G. Pemeriksaan Anjuran
Untuk persiapan operasi katarak mata kanan ( bila TIO sudah normal)
Laboratorium darah lengkap, Radiografi thorax, EKG.
Gonioskopi lebar sempitnya sudut bilik mata depan
Tes Lapang pandang Perimetri
H. Prognosis
7
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
IV. ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat ditegakkan diagnosis pada pasien, yaitu Glaukoma sekunder et causa Katarak Imatur Oculi Dextra dan Katarak Imatur Oculi Sinistra, Hipertensi Oculi Sinistra.
Diagnosis Glaukoma sekunder et causa Katarak Imatur Oculi Dextra dan Katarak Imatur Oculi Sinistra, Hipertensi Oculi Sinistra ditegakkan atas dasar:
Anamnesis
1. Penglihatan menurun pada kedua mata secara perlahan dan seperti melihat
kabut
Terjadi akibat katarak imatur pada kedua lensa mata pasien sehingga fungsi lensa
sebagai salah satu media refraksi terganggu, yang seharusnya lensa mata bersifat
jernih akibat adanya katarak menjadi keruh sehingga membuat terganggunya
penerusan berkas cahaya ke retina. Oleh sebab itu pasien jika melihat seperti
berkabut.
2. Penglihatan mata kanan dirasakan lebih buram, sering terasa pegal
Terjadi akibat tekanan bola mata kanan jauh lebih tinggi dibanding mata kiri,
sehingga dapat mengurangi aliran darah ke saraf optic dan retina, menyebabkan
fungsi retina terganggu sehingga penglihatan terganggu. Selain itu tekanan bola mata
yang tinggi juga dapat menyebabkan penekanan langsung pada papil saraf optik
sehingga menggangu fungsinya, sehingga penglihatan pun ikut terganggu.
3. Silau bila melihat cahaya lampu pada kedua mata
Terjadi akibat pada katarak terjadi kekeruhan lensa sehingga ketika cahaya masuk ke
lensa ada yang diteruskan ke retina ada juga yang dipantulkan. Penyebab lain juga,
pada katarak terjadi gangguan fungsi lensa yaitu selain untuk meneruskan sinar yang
masuk ke mata, lensa juga berfungsi untuk memfiltrasi dan mengabsorbsi spectrum
8
elektromagnetik (Ultraviolet – UV, radiasi) dalam usaha melindungi kerusakan
retina. Kedua hal inilah yang menyebabkan silau pada penderita katarak.
4. Kacamata sudah tidak dapat membantu penglihatan
Terjadi akibat penurunan tajam penglihatan pada pasien bukan diakibatkan kelainan
refraksi namun akibat kelainan organik yaitu katarak untuk mata kanan dan kiri, serta
glaukoma untuk mata kanan.
Keluhan pasien yang mengarah kepada glaucoma baru terjadi setelah keluhan yang
mengarah pada katarak oleh sebab itu disimpulkan glaucoma pada mata kanan pasien
merupakan glaucoma sekunder akibat katarak imatur pada mata kanannya.
Pemeriksaan oftalmologi:
1. Visus menurun
Visus mata kanan 1/300 , dengan persepsi arah lambaian tangan baik, visus mata kiri
6/9 terjadi akibat proses katarak pada kedua mata dan penglihatan mata kanan
diperberat dengan adanya proses glaukoma.
2. COA mata kanan Dangkal
Terjadi akibat tekanan bola mata kanan yang sangat tinggi mendorong iris kedepan
mendekati kornea, sehingga tmapak COA dangkal.
3. Lensa keruh, shadow test + pada mata kanan dan kiri
Terjadi akibat proses degenerative pada lensa mata(seiring bertambahnya usia sejalan
dengan meningkatnya persentase protein tidak larut pada lensa). Shadow test positif
pada katarak imatur akibat kekeruhan pada lensa belum total sehingga masih dapat
terlihat bayangan iris pada lensa yang keruh.
4.Funduskopi OD didapatkan Refleks fundus (+), papil bulat, batas tegas, CD
ratio 0,9- 1,0 ; ratio A/ V = 2 : 3, refleks makula (+) menurun
Terjadi akibat tekanan intraokuli yang tinggi mengakibatkan rasio cup ( tempat
keluar arteri dan vena retina) dan disk/diskus (batas tepi papil nervus optikus)
9
melebar. Dan didapatkan juga refleks makula mata kanan menurun akibat produksi
reflex cahaya dari suatu cekungan fovea di makula berkurang akibat tekanan
intraokuler yang tinggi mengakibatkan gangguan pada macula.
5. TIO mata kanan dan kiri meningkat
Terjadi akibat pada kedua mata terdapat katarak imatur, dimana lensa akan
mencembung (intumesen) akibat meningkatkan tekanan osmotic bahan lensa yang
degenerative dan hidrasi kortek iris terdorong kedepan bilik mata depan
dangkal sudut bilik mata sempit gangguan aliran Akueus humor timbunan
akueus humor pada mata menyebabkan tekanan intraokuler meningkat.
Berdasarkan uraian anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi diatas, maka
diagnosis kerja yang ditegakkan adalah Glaukoma Sekunder et causa Katarak Imatur
Oculi Dextra dan Katarak Imatur Oculi Sinistra serta Hipertensi Oculi Sinistra.
Diagnosis ini masih harus di diagnosis banding dengan glaukoma primer, karena
pada pemeriksaan funduskopi ditemukan cupping (C/D ratio > 0,9), dimana hal
tersebut biasanya terjadi jika kerusakan serabut retina akibat glaukoma sudah
mencapai 40%, yang juga ditandai dengan gangguan lapang pandang, biasanya
setelah proses berjalan kronis, yaitu terjadi pada glaukoma primer. Sedangkan pada
glaukoma sekunder, dimana pada pasien ini baru terjadi sekitar beberapa bulan
belakangan, seharusnya belum menunjukkan tanda-tanda kerusakan tersebut.
Pada penatalaksanaan medikamentosa, diberikan tablet glaucon sebanyak 3
kali sehari selama 10 hari. Glaucon merupakan obat antiglaukoma golongan
Asetazolamide, obat yang menghambat enzim karbonik anhydrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60 %
menurunkan tekanan bola mata. Karena obat ini memiliki efek samping hypokalemia
sementara pada awal pemberian, maka dari itu pemberiannya ditambahkan dengan
10
obat KCl, untuk menghindari kekurangan kalium darah pasien tersebut.KCl
diberikan 2 kali sehari selama 10 hari. Pasien juga diebrikan obat tetes mata Cendo
timol 0,5 % diberikan 2 kali sehari pada mata kanan dan kiri. Cendo Timol
merupakan obat antiglaukoma local golongan beta blocker. Obat yang bekerja
menghambat rangsangan simpatis dan mengakibatkan penurunan tekanan bola mata.
Cendo Carpin 2 % diberikan 3 kali sehari pada mata kanan dan kiri. Cendo Carpin
adalah obat antiglaukoma local golongan pilokarpin, cara kerja dengan meningkatkan
fasilitas pengeluaran cairan mata dengan membuka sudut bilik mata depan dengan
miosis sehingga diharapkan tekanan bola mata akan turun.
Untuk penatalaksanaan non-medikamentosa, ada perlunya kita memberitahu pasien
bahwa penting untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan konsul ke bagian lain yang
terkait untuk mengetahui penyebab penyakit mata yang sekarang dideritanya, karena
uveitis seringkali adalah manifestasi dari penyakit lain yang mendasari. Menjaga
kesehatan dan kebersihan mata juga perlu untuk dilakukan, seperti melindungi mata dari
air dan debu, serta tidak mengucek mata. Pasien juga harus kontrol kembali 1 minggu ke
depan atau jika ada keluhan yang semakin buruk Hal ini penting untuk memantau
kemajuan pengobatan pasien.
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah ad bonam karena fungsi vital pada pasien
ini masih baik. Prognosis ad fungsionam adalah dubia ad malam karena di bagian fundus
sudah ada sikatriks yang bersifat permanen, sedangkan prognosis ad sanationam pada
pasien ini dubia ad bonam karena dengan pengobatan yang benar dan ketaatan pasien
kontrol secara teratur, peradangan ini dapat sembuh.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2008.
2. Wijaya, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Semarang. Universitas Diponegoro.
3. Artini W, Hutauruk J, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI. 2011.
4. Vaughan, Dale. General Ophtalmology (terjemahan), Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000.
5. Janigian, Robert H. Uveitis Evaluation and Treatment [Internet]. Accessed 2013, May 13.
Available from: http://emedicine.medscape.com
6. Iritis and Uveitis [Internet]. Accessed 2013, May 14. Available from:
http://www.patient.co.uk/doctor/Uveitis.htm
.
12