studi kohort done

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan penelitian dalam bidang keperawatan dan kesehatan pada beberapa tahun terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi pada bidang kesehatan. Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang dipublikasikan terutama dalam hal metodologi penelitian dan biostatistika sangat diperlukan bagian klinisi dan pengelola layanan kesehatan agar dapat melakukan penelitian atau menelaah hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi. Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori, yakni epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik terdiri dari penelitian eksperimental dan penelitian observasional. Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu. Studi observasional peneliti tidak sengaja memberikan intervensi,

Upload: kikialwayz

Post on 29-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kohort Done

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan penelitian dalam bidang keperawatan dan kesehatan pada

beberapa tahun terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan

teknologi pada bidang kesehatan.

Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena masih

terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang

dipublikasikan terutama dalam hal metodologi penelitian dan biostatistika

sangat diperlukan bagian klinisi dan pengelola layanan kesehatan agar dapat

melakukan penelitian atau menelaah hasil penelitian yang telah

dipublikasikan.

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit

pada populasi. Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori,

yakni epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Epidemiologi

analitik terdiri dari penelitian eksperimental dan penelitian observasional.

Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan

berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek

dari berbagai level intervensi itu. Studi observasional peneliti tidak sengaja

memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat,

mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan) perubahan

pada variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional

mencakup studi kohort, studi kasus kontrol, dan studi potong-lintang.

Penelitian kohort merupakan salah satu penelitian observasional yang

mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah depan berdasarkan urutan

waktu. Penelitian kohort juga merupakan penelitian intervensional, namun

dalam hal ini intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, tetapi dilakukan oleh

alam atau orang yang bersangkutan.

Page 2: Studi Kohort Done

B. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort

2. Mengetahui manfaat penelitian kohort

3. Mengetahui macam-macam penelitian kohort

4. Mengetahui karakteristik studi kohort

5. Mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort

6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan studi peneltian kohort

Page 3: Studi Kohort Done

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort

Penelitian cohort atua sering disebut penelitian perpektif adalah

penelitian noneksperimen yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara

faktor resiko dengan efek. Seperti telah diuraikan sebelumnya penelitian

cohort adalah suatu penelitan yang digunakan untuk mempelajari dinamika

kolerasi antara faktor resiko dan efek melaui pendekatan longitudinal

kedepan. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu,

kemudian diikuti kedepan secara prospektif timbulnya efek

Studi penelitian kohort adalah rancangan epidemiologi analitik secara

prospektif dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya

hubungan sebab akibat dengan membandingkan insidens penyakit pada

kelompok studi yang terpajan oleh faktor resiko dengan insidens penyakit

pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko sebagai kontrol.

Namun, dalam hal tertentu dapat bersifat deskriptif, misalnya mencari

insidens penyakit tertentu di suatu daerah (Budiarto,2003).

Konsep dasar penelitian kohort, terdapat dua kelompok kohort, yaitu

kelompok yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok yang tidak terpajan

oleh faktor risiko sebagai kontrol. Alokasi kedua kelompok tidak dilakukan

secara acak, tetapi ditentukan berdasarkan kriteria subjek studi. Selanjutnya

kedua kelompok tersebut diikuti secara bersamaan dalam suatu periode waktu

tertentu dan efek (insidens) pada kedua kelompok di catat kemudian

dibandingkan. Secara skematis struktur rancangan penelitian prospektif dapat

digambarkan sebagai berikut:

Keadaan awal Pengamatan Efek

Kelompok Studi/Terpapar (E)

sakit (D)

sakit (D)

Kelompok Kontrol/Tidak terpapar (E)

tidak sakit (D)

tidak sakit (D)

Page 4: Studi Kohort Done

Dari skema di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian kohort terdapat

tiga faktor yang disebut sebagai struktur anatomi penelitian kohort, yaitu:

1. Keadaan awal

2. Intervensi (pajanan oleh faktor resiko)

3. Pengamatan dan pencatatan insidens (Budiarto,2003).

B. Manfaat Penelitian Kohort

Manfaat penelitian prospektif (kohort) antara lain:

1. Mengetahui pertumbuhan normal yang terjadi seiring dengan berjalannya

waktu atau yang disebut ontogenetik dan dalam hal ini yang bertindak

sebagai “intervensi” adalah “waktu”. Misalnya, mempelajari tumbuh

kembang anak selama 5 tahun sejak dilahirkan.

2. Penelitian kohort bermanfaat untuk mengetahui perjalanan penyakit

alamiah (patogenetik) dimana “intervensi” dilakukan oleh orang

bersangkutan secara sengaja (perokok, peminum alkohol) atau tidak

disengaja, misalnya termakan atau terminumnya makanan atau minuman

yang tercemar oleh bakteri patogen. Misalnya, mempelajari timbulnya

(insidens) penyakit jantung koroner pada perokok. Dalam hal ini

penelitian kohort dimaksudkan utuk mengetahui hubungan antara faktor

risiko dengan penyakit yang ditiimbulkan.

3. Mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif) yaitu sembuh,

menjadi semakin parah atau meninggal, misalnya:

a. Mempelajari perkembangna penyakit karsinoma payudara dari sejak

terdiagnosa sampai meninggal,

b. Penyakit varicella sejak timbul gejala sampai sembuh,

c. Penyakit bronkitis akut, yang menjadi semakin berat.

4. Manfaat lain penelitian kohort adalah untuk menentukan ada atau tidak

adanya hubungan sebab akibat antara terpajan oleh faktor risiko dengan

insiden penyakit yang ditimbulkan (Budiarto, 2003).

Page 5: Studi Kohort Done

C. Macam-Macam Penelitian Kohort

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, penelitiaan kohor dibagi menjadi

dua, yaitu penelitian dengan satu kohor dan penelitian dengan dua kohor.

Sedangkan ditinjau dari waktu pengumpulan subjek studi penelitian kohort

dibagi menjadi current cohort dan hystorical cohort.

1. Penelitian dengan satu kohort

Penelitian dengan satu kohort merupakan penelitian prospektif yang

bertujuan untuk mencari insidens suatu penyakit di masyarakat sebagai

bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana program pelayanan

kesehatan atau untuk memberikan informasi kepada masyarakat atau

mengadakan evaluasi penggunaan obat baru. Penelitian ini hanya

menggunakan satu kohort dan bersifat deskriptif.

Misalnya, penelitian untuk menentukan efektivitas obat baru setelah

dilakukan uji klinis dengan hasil yang memuaskan kemudian obat tersebut

dipasarkan secara luas. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadpa hasil

pengobatan dengan mengikuti penderita yang telah mendapatkan

pengobatan tersebut untuk mengetahui hasilnya.

Penelitian ini, walaupun intervensi dilakukan oleh peneliti, akan tetapi

tidak dimasukkan ke dalam eksperimen karena tidak menggunakan

kelompok kontrol dan intervensi. Penelitian ini dinamakan posttherapeutic

survey atau pengalaman klinis dalam pengobatan suatu penyakit dengan

menggunakan obat baru.

2. Penelitian dengan dua kohort

Penelitian dengan dua kohort merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mencari hubungan sebab akibat, dibutuhkan dua kohort dimana satu

kelompok sebagai kelompok terpajan dan satu kelompok sebagai

kelompok lagi yang tidak terpajan.

Misalnya, hubungan antara perbedaan gaya hidup dengan timbunya

berbagai karsinoma. Penelitian ini dilakukan di Jepang dengan

mengadakan pengamatan selama 16 tahun terhadap kelompok penduduk

dengan kebiasaan makan sehari-hari terdiri dari sayur, tidak makan daging

sapi setiap hari, tidak merokok, dan tiak minum alkohol dibandngkan

Page 6: Studi Kohort Done

dengan kelompok penduduk yang kabiasaan amakan sehari-harinya terdiri

dari daging, tidak makan sayur, merokok, dan minum alkohol. Hasil

penelitian menunjukan bahwa orang-orang dengan pola hidup seperti

kelompok kedua mempunyai resiko lebih besar timbulnya karsinoma

mulut, faring, esofagus, lambung, hati, dan paru-paru dibandingkan

dengan gaya hidup sepert kelompok satu (Hirayama, 1985).

3. Current cohort

Penelitian kohort pada umumnya berupa current cohort yang berarti

kelompok kohor yang akan diamati dikumpulkan pada saat akan dilakukan

penelitian dan diikuti perkembangannya. Ini berarti bahwa akibat

intervensi belum terjadi, misalnya hubungan antara pemakaian alat

kontrasepsi IUD dengan kehamilan di luar rahim.

Subjek studi dan kelompok pasangan usia subur pemakai IUD sebagai

kelompok studi dan kelompok pasangan usia subur yang tidak

menggunakan IUD, tetapi mempunyai potensi untuk menggunakan IUD

sebagai kelompok kontrol. Selanjutnya, kedua kelompok tersebut diikuti

untuk menemukan insidens kehamilan di luar rahim dan insidens pada

kedua kelompok tersebut dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat

hubbungan antara pemakaian IUD dengan kehamilan di luar rahim.

4. Hystorical cohort

Penelitian kohor juga dapat dilakukan terhadap kelompok kohor yang

akibat pajanannya telah terjadi sebelum penelitian dilakukan. Ini berarti

pada keadaan awal, intervensi serta akibatnya telah terjadi, namun

prosesnya diikuti ke depan (prospektif) yaitu dari sebab ke akibat.

Penelitian kohort yang demikian disebut kohor historis atau kohor

retrospektif. Secara teoritis, hasil penelitian dengan hystorical cohort akan

sama dengan current cohort, tetapi dalam kenyataanya tidak demikian

karena pada umumnya data yang diperoleh rekam medis tidak lengkap dan

variabilitas pemeriksa tidak diketahui.

Page 7: Studi Kohort Done

D. Karakteristik Studi Penelitian Kohort

1. Bersifat observasional

2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat

3. Disebut sebagai studi insidens

4. Terdapat kelompok kontrol

5. Terdapat hipotesis spesifik

6. Merupakan penelitian prospektif

7. Intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan

Tabel 1. Perbandingan tiga desain studi observasional

Kriteria Studi potong-

lintang

Studi kasus-

kontrol

Studi kohor

Desain pemilihan

sampel (sampling

design)

Sampel random,

bisa juga sampel

terpisah, yaitu

fixed disease

sampling, atau

fixed exposure

sampling

Sampel terpisah

untuk kasus dan

kontrol (fixed-

disease sampling)

Sampel terpisah

untuk terpapar dan

tak terpapar

(fixed-exposure

sampling)

Arah pengusutan Non-directional,

satu titik waktu

Retrospektif Prospektif /

follow-up selama

periode waktu

tertentu

Kronologi

pengumpulan data

Data historis

maupun data

sewaktu

Data historis

maupun data

sewaktu

Data historis mau-

pun data sewaktu

Kualitas bukti

kausasi

Hanya hubungan

antara penyakit

dan faktor risiko

Kausalitas awal Kausalitas dengan

bukti sekuensi

temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P)

sebagai pengganti

risiko

Odds sebagai

pengganti risiko

Insidensi (R,

Risiko), Incidence

Rate (IR)

Page 8: Studi Kohort Done

Perbandingan

risiko

Prevalence Ratio

(PR), Prevalence

Odds Ratio (POR)

sebagai pengganti

Rasio Risiko

Odds Ratio (OR)

sebagai pengganti

Rasio Risiko

Rasio Risiko (RR),

Icidence Rate

Ratio (IRR), Odds

Ratio (OR)

(Murti, 2011).

E. Langkah-langkah Kegiatan pada Penelitian Kohort

Tujuan dari studi kohort adalah untuk membuktikan apakah faktor

tertentu adalah penyebab dari masalah atau penyakit. Dalam penelitian kohort

seorang peneliti harus melakukan persiapan disertai dengan tahapan-tahapan

kegiatan yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan penelitian

sehingga tujuan dari penelitiannya tercapai.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kohort menurut Setiadi (2007)

adalah :

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis

2. Identifikasi faktor resiko dan efek

3. Menetapkan subyek penelitian (populasi dan sampel)

4. Pemilihan subyek dengan faktor resiko positif dari subyek dengan efek

negatif

5. Memilih subyek yangh akan dijadikan anggota kelampok kontrol

6. Mengobservasi perkembangan subyek sampai batas waktu yang

ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada

kedua kelompok.

7. Menganalisis dan membandingkan proporsi subyek yang mendapat efek

positif dengan subyek yang mendapat efek negatif baik elompok resiko

positif maupun kelompok kontrol.

Contoh sederhana tentang penelitian yang ingin membuktikan adanya

hubungan antara kanker paru (efek) dengan perokok (resiko) dengan

menggunakan pendekatan porspektif.

Page 9: Studi Kohort Done

Tahap pertama, adalah mengidentifikasi faktor efek (variabel

dependent) dan resiko (variabel independent) serta variabel pengendali

(variabel kontrol)

Variabel dependent : kanker paru

Variabel independent : merokok

Variabel pengendali : umur, pekerjaan, lama merokok, dan

sebagainya

Pada penelitian ini faktor resiko dapat bersifat internal, yang

menyebabkan predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit, juga

bisa bersifat eksternal yaitu faktor lingkungan dan sebagainya. Variabel

perancu sedapat mungkin dihilangkan dari penelitian ini.

Tahap kedua, dengan menetapkan subyek penelitian, yaitu populasi

dan sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria

di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengan umur antara 40 – 50 tahun,

baik perokok maupun tidak.

Tahap tiga, adalah menidentifikasi subyek yang merokok (resiko

positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subyek yang tidak

merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan

kelompok perokok.

Usaha untuk mengidentifikasi subyek yang belum menderita

memerlukan kecermatan. Peneliti harus yakin bahwa subyek yang dipilih

benar bebas dari efek yang diselidiki sehingga pada akhir pengamatan

subyek tersebut terpajan efek atau menjadi sakit maka hal ini dianggap

sebagai akibat terpajan dengan faktor resiko yang dipelajari.

Perangkat diagnostik yang kurang akurat mengakibatkan efek negatif

yang palsu pada awal penelitian. Kadang tidak mudah menentukan

terdapatnya efek. Berbagai cara dilakukan untuk menyingkirkan adanya

efek, termasuk anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada umumnya

prosedur untuk menetapkan apakah seseorang dapat dimasukkan ke dalam

cohort disatu sisi harus bersifat mudah, aman dan murah di sisi lain juga

harus mempunyai keandalan dan kesahihan yang baik.

Page 10: Studi Kohort Done

Tahap keempat, mulai melakukan observasi perkembangan efek pada

kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan orang yang tidak

merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misalnya lama 10 tahun ke

depan untuk mengetahui perkembangan atau terjadinya kanker paru.

Tahap kelima, dengan melakukan pengolahan dan menganalisis data.

Analisis dapat dilakukan dengan membandingkan proporsi orang yang

menderita kanker paru dengan orang yang tidak menderita kanker paru,

diantara kelompok perokok dan kelompok tidak perokok.

Sedangkan langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort adalah

sebagai berikut dalam Iswandi (2009) adalah:

1. Merumuskan pertanyaan penelitian

Langkah awal dari suatu studi kohor adalah merumuskan masalah

atau pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti

merumuskan hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi

hipotesis tersebut, akan tercermin berbagai variabel yang menjadi

variabel penelitian, baik yang bersifat variabel bebas, variabel terikat

(dependent) maupun variabel-variabel lainnya yang harus menjadi

perhatian peneliti, antara lain variabel kendali (kontrol), variabel

pengganggu serta variabel lainnya yang harus dipertimbangkan.

2. Penetapan populasi kohort

Dalam memilih populasi kohor harus diperhatikan beberapa hal

tertentu seperti berikut:

a. Populasi kohor sedapat mungkin agak stabil

b. Populasi kohor dapat bekerja sama selama penelitian

c. Populasi kohor mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up

selama penelitian;

d. Populasi kohor memiliki derajat keterpaparan yang cukup

e. Anggota kohor tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.

Dalam penelitian kohort peneliti harus yakin bahwa kelompok

kohort dan kelompok kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau

dicurigai sedang menderita (suspect case) efek yang akan diteliti. Subjek

yang terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria pemilihan meliputi

Page 11: Studi Kohort Done

kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria inklusif adalah karakteristik

umum subjek penelitian pada populasi target dan populasi kontrol. Sering

terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai dengan masalah

penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat

dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini

harus dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut

yang merupakan jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi yang

dihadapi.

Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian

subjek yang telah memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan

dari pengamatan karena beberapa hal antara lain:

a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat

mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian,

umpamanya bila terdapat predisposisi atau faktor genetis yang dapat

mempengaruhi hasil pengamatan.

b. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi,

umpamanya mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap

sehingga sulit diamati.

c. Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun

masyarakat untuk dapat berpartisipasi.

d. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.

3. Besarnya sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian kohort  dimulai  dengan 

melihat adanya pajanan atau tidak dan memperoleh sampel subyek

terpajan perlu memeriksa sampel subyek, yang banyaknya tergantung

proporsi pajanan di populasi.

4. Sumber keterangan keterpaparan

Sumber keterangan tentang adanya dan besarnya derajat

keterpaparan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya

kebenarannya antara lain sebagai berikut:

Page 12: Studi Kohort Done

a. Status/kartu pemeriksaan kesehatan berkala dengan berbagai sifat

tertentu seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.

b. Kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu

pengobatan radiologis dan lain lain.

c. Wawancara langsung dengan anggota kohor, terutama tentang

kebiasaan sehari hari seperti merokok, pola makanan, kebiasaan olah

raga dan lain lain.

d. Keterangan hasil pemeriksaan Lingkungan (fisik, biologis dan

sosial) termasuk lingkungan kerja, tempat tinggal, dan lain lain.

5. Identifikasi Subjek

Subjek pada pengamatan kohor dapat dengan efek negatif maupun

dengan efek positif. Pada studi kohor prospektif umpamanya, kedua

kondisi ini dapat terjadi pada akhir pengamatan di mana efek positif dan

negatif dapat dijumpai baik pada kelompok terpapar (kelompok target)

maupun pada kelompok yang tidak terpapar (kelompok kontrol). Pada

pengamatan kohor prospektif dengan kontrol internal, kelompok kontrol

terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohor yang tidak

terpapar dengan faktor resiko yang diamati.

Pada bentuk kohor dengan pembanding internal seperti ini,

mempunyai keuntungan tersendiri karena: pertama, kedua kelompok

(target dan kontrol) berasal dari populasi yang sama, dan kedua, terhadap

kedua kelompok tersebut dapat dilakukan follow-up dengan tata cara dan

waktu yang sama.

Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada

kelompok target dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa

taktor risiko internal (seperti rentannya kelompok target terhadap

gangguan kesehatan atau penyakit tertentu), dapat pula sebagai faktor

risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan atau perilaku

maupun kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah

seseorang terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di

samping itu, pada kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor risiko

antara dua kelompok yang diamati dapat pula hanya berbeda pada

Page 13: Studi Kohort Done

intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan, umpamanva perokok aktif

dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut.

Pada penelitian kohor, pemilihan anggota kelompok kontrol

biasanya tidak diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota

kelompok target, terutama bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup

besar, atau bila proporsi subjek dengan faktor risiko (kelompok target)

jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok kontrol. Namun dalam

beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu dipertimbangkan,

misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh

pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel

terbatas, atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil

bila disbanding dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila

variabel luar cukup banyak ragamnya, teknik matching akan sulit

dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan, akan mengakibatkan jumlah

subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil kesimpulan yang

definitif.

Untuk penelitan kohor, perlu mendapatkan perhatian utama dalam

menentukan hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif

(menderita atau tidak menderita penyakit yang diteliti). Pada penelitian

ini kemungkinan timbulnya negatif palsu cukup besar bila tidak

dilakukan standar penentuan diagnosis.

6. Memilih kelompok kontrol (pembanding)

Kelompok kontrol dalam penelitian kohor adalah kumpulan subjek

yang tidak mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan

kelompok target. Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok

kontrol dapat dalam beberapa bentuk yaitu:

a. Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target

dengan variabel taktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol

tanpa variabel tersebut pada populasi vang sama.

b. Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel

lingkungan, di mana kelompok target berada/hidup pada lingkungan

Page 14: Studi Kohort Done

tersebut sedangkan kelompok kontrol bebas dari pengaruh

lingkungan bersangkutan.

c. Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol

dipilih dari mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit

(intensitas, kualitas, kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih

rendah) dibanding kelompok target.

Pemilihan kelompok kontrol pada rancangan kohor biasanya tidak

disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik matching

biasanya dilakukan pada pemilihan kelompok kontrol seperti berikut:

a. Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.

b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok

yang terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan

kelompok tanpa risiko (kontrol).

Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada

pemilihan kelompok kontrol adalah pada kondisi berikut:

a. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko

secara teliti dan mendalam.

b. Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.

c. Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.

7. Pengamatan hasil luaran (timbulnya kejadian)

Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol)

dilakukan secara bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya

waktu pengamatan prospektif kohor tergantung pada karakteristik

penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul, dan hal ini sangat

dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan penyakit/masalah

kesehatan yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya

timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya

HBs-Ag positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat

sampai puluhan tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok

pasif (asap rokok sebagai faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi

(BBLR) dari satu proses kehamilan dibutuhkan masa pengamatan hanya

9 bulan untuk setiap subjek.

Page 15: Studi Kohort Done

Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan

hanya pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek

sebagai hasil akhir, tetapi dapat pula dengan pengamatan berkala,

caranya setiap subjek diamati secara periodik menurut interval waktu

tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Di samping itu,

dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara kelompok target dan

kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu sebagai unit

analisis sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan skala

rasio.

Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat

harus dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal

penelitian. Untuk mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan

dengan sistem "blind" di mana penilai tidak mengetahui apakah yang

dinilainya adalah kelompok target atau kelompok kontrol, walaupun hal

demikian agak sulit diterapkan.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk

kohor adalah hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up),

terutama pada pengamatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Oleh sebab itu bila sejak awal diketahui bahwa ada subjek yang akan

berpindah tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan pada penelitian. Bila

subjek dipilih dengan teknik matching, maka setiap subjek yang hilang

dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari pengamatan.

Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar

pengamatan harus dihentikan. Untuk mengantisipasi adanya mereka yang

hilang dari pengamatan, dapat dilakukan perhitungan person years pada

akhir pengamatan.

8. Perhitungan hasil penelitian (insinden dan risiko)

Hasil penelitian kohor biasanya dianalisis berdasarkan besarnya

insiden kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang

terpapar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam analisis

demikian ini, selain mereka yang tidak terpapar sebagai kelompok

Page 16: Studi Kohort Done

kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat keterpaparan yang

berbeda antara kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil

perhitungan adalah dengan menentukan besarnya pengaruh keterpaparan

atau hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran (efek).

Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor

keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif(RR).

Tabel 2. Analisis Tingkat Resiko

Menderita Tidak

Menderita

Jumlah

Terpapar a B a + b

Tidak

terpapar

c D c + d

jumlah a + c b + d N= a + b +c

+d

Keterangan:

a = jumlah yang terpapar dan menderita

b = jumlah yang terpapar dan tidak menderita

c = jumlah yang tidak terpapar dan menderita

d = jumlah yang tidak terpapar dan tidak menderita

a + c = jumlah seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatan

b + d = juinlah mereka yang tidak menderita pada akhir pengamatan

a + b = jumlah mereka yang terpapar pada awal pengamatan

c + d = jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang

diamati

N = jumlah populasi

Risiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif

(Cumulatif Incidence Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa

kali (lebih besar atau lebih kecil) risiko secara relatif untuk mengalami

kejadian (penyakit atau kematian) pada populasi terpapar bila

dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar.

Page 17: Studi Kohort Done

Rate insiden (IR) umum adalah Jumlah penderita/jumlah yang

diamati

IR = a + b

N

Rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari

kelompok terpapar/ jumlah semua anggota kohor yang terpapar

IRT = a

a+b

Rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah pen-derita dari

kelompok yang tidak terpapar/jumlah anggota kohor yang tidak terpapar

IRtt = c

c+d

Besarnya risiko relatif (RR) : rate insiden yang terpapar/rate

insiden yang tidak terpapar.

RR =

aa+b

cc+d

Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk

menderita bagi mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang

tidak terpapar atau memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan

terhadap timbulnya penyakit. Risiko relatif merupakan nilai

perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate

insiden kelompok yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan. Bila nilai

RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan kejadian

penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positil di mana faktor

keterpaparan mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang

diamati. Makin besar nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh

tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1, artinya keterpaparan bukan

merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi mempunyai efek pencegahan

terjadinya penyakit.

Selain nilai risiko relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai

perbedaan rate insiden dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini

Page 18: Studi Kohort Done

disebut risiko atribut (Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA)

adalah selisih antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden

kelompok yang tidak terpapar.

Resiko Artrtibut = a

a+b -

cc+d

atau RA = IR t – IR tt

Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor

keterpaparan dihilangkan atau untuk melihat besarnya kemungkinan

dalam usaha pencegahan penyakit. Kedua nilai tersebut di atas

mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif menunjukkan berapa

besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian penyakit

maupun kematian, sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan

dalam kesehatan masyarakat di mana frekuensi kejadian dapat diperki-

rakan pada suatu populasi tertentu.

Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohor, harus

dianalisis apakah setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan,

memenuhi syarat serta betul-betul sesuai dengan ketentuan penelitian. Di

samping itu, nilai yang dicapai harus memberikan gambaran hubungan

penyebab (causality associated) dengan memperhatikan syarat-syarat

yang telah dikemukakan terdahulu.

F. Kelebihan dan Kelemahan Studi Penelitian Kohort

Penelitian kohort dengan rancangan prospektif mempunyai beberapa

kelebihan dan kelemahan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

sebelum melakukan penelitian.

1. Kelebihan

a. Penelitian prospektif dapat digunakan untuk menguji hipotesis

tentang hubungan faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebab

timbulnya suatu penyakit.

b. Dapat digunakan untuk menghitung insiden rate secara langsung.

c. Dapat digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang

terjadi dengan perjalannya waktu atau perjalanan penyakit alamiah.

Page 19: Studi Kohort Done

d. Dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko kelompok

terpajan dan kelompok tidak terpajan hingga dapat dihitung risiko

atribut dan risiko relatif atau population atributable risk (PAR) secara

langsung.

e. Dapat bersifat deskriptif, misalnya pengalaman pengobatan dengan

obat baru yang dicatat kemudian dianalisis.

f. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari berbagai efek

terhadap suatu pajanan hingga dapat diperoleh informasi yang lebih

mendalam.

2. Kelemahan

Disamping beberapa keuntungan yang ada, penelitian kohort juga

mempunyai kelemahan sebagai berikut:

a. Pada umumnya, penelitian prospektif membutuhkan waktu yang

sangat lama, misalnya penelitian tentang hubungan antara gaya hidup

dengan timbulnya berbagai macam karsinoma di Jepang

membutuhkan waktu 16 tahun atau penelitian tetang hubungan antara

alkohol dengan hemorage stroke yang membutuhkan waktu 12 tahun.

b. Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar. Sebagai akibat dari

besarnya sampel yang dibutuhkan dan lamanya penelitian,

dibutuhkan biaya yang besar dan untuk mengadakna pengamatan

dibutuhkan lebih banyak tenaga.

c. Tidak efisien untuk penyakit yang jarang terjadi atau penyakit dengan

fase laten yang panjang.

d. Sering kali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam

penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan

mebutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan

(Budiarto, 2003).

Menurut Setiadi, 2007 :

Keunggulan penelitian cohort :

Page 20: Studi Kohort Done

a. Merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insident perjalanan

penyakit atau efek yang idteliti.

b. Paling baik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor

resiko dengan efek secara temporal.

c. Merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan

progresif.

d. Karena dilakukan secara kontinyu dan longitudinal, studi ini memiliki

kekuatan yang andal untuk meneliti masalah kesehatan yang masih

meningkat.

e. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal

penelitian (subyek dan kontrol).

f. Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu

waktu ke waktu yang lain.

g. Ada keseragaman observasi baik terhadap faktor resiko maupun efek.

Keterbatasan penelitian cohort :

a. Memerlukan waktu yang cukup lama.

b. Memerlukan biaya yang mahal dan rumit.

c. Kurang efektif bila kasus jarang terjadi.

d. Memerlukan sarana pengelolahan yang rumit.

e. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out dan

mengganggu analisis hasil.

f. Karena faktor resiko yang ada pada subyek akan diamati sampai

terjadinya efek maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

Page 21: Studi Kohort Done

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Studi penelitian kohort adalah rancangan epidemiologi analitik secara

prospektif dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya

hubungan sebab akibat dengan membandingkan insidens penyakit pada

kelompok studi yang terpajan oleh faktor resiko dengan insidens penyakit

pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko sebagai kontrol.

2. Karakteristik Studi Penelitian Kohort yaitu bersifat observasional,

pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat, studi insidens, terdapat

kelompok kontrol, terdapat hipotesis spesifik, merupakan penelitian

prospektif dan intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang

bersangkutan

3. Jenis-jenis penelitian studi kohort yaitu penelitian dengan satu kohort,

penelitian dengan dua kohort, current kohort, dan hystorical kohort.

4. Langkah-langkah kegiatan pada penelitian kohort yaitu merumuskan

pertanyaan penelitian, penetapan populasi kohort, menentukan besarnya

sampel. Sumber keterangan keterpaparan, identifikasi subjek, memilih

kelompok pembanding, pengamatan hasil luaran, dan perhitungan hasil

penelitian

Page 22: Studi Kohort Done

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Iswandi.2009. Penelitian Kohort. Program Pasca Sarjana Departemen Biostatistik

dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Murti,Bhisma. 2011. Desain Studi. Institute of Health Economic and Policy

Studies (IHEPS), Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Takeshi, Hirayama. 1985. Life Style Carrying Highest and Lowest Cancer Risk.

National cancer Research center Institute of Tokyo, japan, JAMA SEA Ed.

Vol.1. No.1, p14.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Ed 1. Yogyakarta :

Graha Ilmu.