done meningitis bakterialis.docx
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
1/27
1
BAB 1
INTRODUKSI
Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya gejala
perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, disertai peningkatan jumlah
leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai
radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam
derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis bagian superfisial.1
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai
dengan jumlah sel dan protein yang meningkat disertai warna cairan serebrospinal yang
jernih.2,4
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus.
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus.
Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.
Di luar periode neonatal, yang 3 organisme yang paling umum yang menyebabkan
meningitis bakteri akut adalah Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,
danHaemophilus influenzae tipe b (Hib).3,4 Karena penggunaan rutin vaksinHaemophilus
influenzae tipe B (HIB), pneumokokus konjugasi, dan konjugat vaksin meningokokus di
Amerika Serikat, kejadian meningitis telah menurun secara drastis.Umumnya penderita
berusia di bawah 5 tahun dan pada 70% kasus terjadi pada anak-anak usia 2 tahun.
Saluran nafas merupakan port dentree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri ini
ditularkan melalui udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara
hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan jaringan otak. Faktor
predisposisi mencakup infeksi pernapasan, otitis media , mastoiditis , trauma kepala,
hemoglobinopati, human immunodeficiency virus (HIV), dan lainnya menyatakan defisiensi
imun.3,4 Meningitis bakterialis merupakan penyakit yang mengancam jiwa disebabkan oleh
infeksi lapisan meningen oleh bakteri.Perhatian perawatan yang tepat, pemantauan pasien
untuk terapi antibiotik, pemberian cairan yang memadai dan dukungan sangat diperlukan.
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5whttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5w -
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
2/27
2
BAB 2
ISI
DEFINISI
Meningitis bakterialis adalah suatu peradangan selaput jaringan otak dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh bakteri patogen.1,2 Peradangan tersebut mengenai araknoid,
piamater dan cairan serebrospinalis. Peradangan ini dapat meluas melalui ruang subaraknoid
sekitar otak, medulla spinalis dan ventrikel. Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang
cukup tinggi(5-10%). Hampir 40% di antara pasien meningitis mengalami gejala sisa berupa
gangguan peradangan pendengaran dan defisit neurologis. Meningitis harus ditangani sebagai
keadaan emergensi. Kecurigaan klinis meningtis sangat dibutuhkan untuk diagnosis karena
bila tidak terdeteksi dan tidak diobati dapat mengakibatkan kematian.
1
Peradangan meningen yang disertai adanya bukti terdapat bakteri dalam likuor
serebrospinal (LSS). Meningitis purulenta atau dikenali juga sebagai meningitis bakterialis
adalah peradangan meningen yang ditandai dengan LSS yang keruh dengan jumlah leukosit
>1.000mm3 dengan predominasi PMN meningitis purulenta hampir selalu disebabkan oleh
bakteri.2 Meningitis bakterialis bentuk atipik adalah meningits bakterialis dengan kelainan
pada LSS yang minimal sehingga sulit dibedakan dari meningitis aseptik, bentuk ini dapat
ditemukan pada meningtis bakterialis yang timbul pada saat anak sedang mendapat terapi
antibiotik (meningitis during antibiotic therapy/meningitis bacterialis partial treatment),
stadium awal meningitis bakterialis atau karena adanya proteksi partial dari imunisasi
Haemophilus influenzae type B.2
Meningitis bakterialis rekrudesens adalah munculnya kembali tanda atau gejala klinis
meningitis bakterialis dalam masa pengobatan yang sebelumnya memberikan respons yang
baik. Meningitis bakterialis relaps adalah munculnya kembali tanda dan gejala meningtitis
bakterialis dalam waktu 3 minggu setelah penghentian pengobatan.2 Kedua bentuk meningitis
ini pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang sama dengan meningitis bakterialis
sebelumnya, biasanya disebabkan adanya bakteri yang persisten di dalam LSS. Meningitis
bakterialis rekurens/berulang adalah episode baru dari meningitis bakterialis yang terjadi
setelah melewati masa penyembuhan dari suatu meningitis bakterialis sebelumnya, pada
keadaan ini bakteri penyebab bisa sama atau berbeda dari bakteri penyebab meningitis
bakterialis sebelumnya. Pada umumnya meningitis bakterialis rekurens lebih sering
disebabkan oleh adanya reinfeksi dibanding dengan adanya infeksi yang persisten.2
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
3/27
3
EPIDEMIOLOGI
Sebelum ditemukannya antimikroba, mortalitas akibat meningitis bakterial cukup
tinggi. Dengan adanya terapi antimikroba, mortalitas menurun tetapi masih tetap
dikhawatirkan tinggi. 19-26% mortalitas diakibatkan karena meningitis oleh Sterptococcus
pneumoniae, 3-6% olehHaemophilus influenzae, 3-13% oleh Neisseria meningitidis. Rata-
rata mortalitas paling tinggi pada tahun pertama kehidupan, menurun pada usia muda, dan
kembali meninggi pada usia tua.
Munculnya vaksin telah mengubah kejadian meningitis bakteri anak. Sebelum
penggunaan rutin vaksin pneumococcal conjugate, kejadian meningitis bakteri di Amerika
Serikat adalah sekitar 6000 kasus per tahun, kira-kira setengah daripada mereka pada pasien
anak ( 18 tahun). N meningitidis menyebabkan sekitar 4 kasus per 100.000 anak (usia 1-23
bulan). Tingkat S pneumoniae meningitis adalah 6,5 kasus per 100.000 anak (usia 1-23
bulan). Saat ini, penyakit yang disebabkan olehH influenzae, S pneumoniae, dan N
meningitidis jauh kurang umum.3
Munculnya vaksinasi Hib universal dalam negara maju telah menyebabkan
penghapusan lebih dari 99% dari penyakit invasif. Perlindungan berlanjut bahkan ketika Hib
yang dipakai bersamaan dengan vaksin lainnya. Sama pentingnya, vaksin terus memberikan
kekebalan ke anak nanti.3
Efek yang sama terjadi dengan vaksin pneumokokus. Diberikan pada usia 2, 4, dan 6
bulan, vaksin ini telah mengurangi penyakit invasif oleh lebih dari 90%. Kelompok usia yang
paling terkena dampak adalah mereka yang lebih muda dari 2 tahun dan mereka yang berusia
2-5 tahun. Hal ini terbukti dalam sebuah penelitiansurveilans di Louisville, Kentucky. Hampir
setengah dari kasus penyakit pneumokokus disebabkan oleh serotipe non vaksin. 3
Vaksin untukNeisseria, bagaimanapun, belum manjur dalam anak-anak muda. Hal ini
disebabkan respon imunogenik yang rendah. Saat ini rekomendasi sasaran imunisasi untuk
anak-anak dari umur 2 tahun. Di seluruh dunia, penggunaan jenisH influenzae B dan vaksin
pneumokokus meningkat pada tingkat yang lebih cepat daripada yang diamati dengan
penggunaan vaksin hepatitis B.3
.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
4/27
4
FAKTOR RESIKO
Raso Insidensi rata-rata lebih tinggi pada populasi kulit hitam,Afro-Amerika dan Indian
dibandingkan pada populasi Kaukasia dan Hispanik.3
Jenis kelamino Bayi laki-laki memiliki insidensi lebih tinggi terkena meningitis oleh gram negatif
dibanding bayi perempuan.3
o Bayi perempuan lebih rentan terhadap meningitis olehListeria monocytogenes.o Sedangkan insidensi meningitis oleh Streptococcus pneumoniae adalah sama untuk
bayi perempuan maupun laki-laki.
Usiao Kebanyakan penderita adalah anak dengan usia kurang dari 5 tahun.o 70% kasus terjadi pada anak dengan usia kurang dari 2 tahun.o Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak karena imun tubuh
yang belum terbentuk sempurna.
oMeningitis bakteri anak paling sering terjadi pada anak-anak muda dari 4 tahun,dengan puncak insidensi pada mereka 3-8 bulan usia.3
Lingkungano Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi rendah.o Lingkungan kumuho Lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah hajio
Lingkungan tidak mendapat imunisasio Lingkungsn dimana terjadi kontak atau hidup serumah dengan penderita ISPA.o Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang
dibandingkan pada negara maju.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
5/27
5
ETIOLOGI
Penyebab meningitis bakterialis pada periode neonatus (0-28 hari) umumnya berbeda dengan
yang pada bayi dan anak-anak.
o Bakteria penyebab meningitis pada bayi baru lahir mencerminkan floragastrointestinal dan genitourinary ibu dan lingkungan yang telah terdedah kepada bayi
tersebut. Patogen yang sering adalah streptococci grup B dan D (enterococcus), gram
negative enteric basil (E. coli, Klebsiella), danListeria monocytogenes. 1,4
o Streptococcus grup B dan E. coli, adalah 2 penyebab utama meningitis neonatal.Streptococci Grup B & D dan Listeria tetap sebagai patogen sistem saraf pusat yang
penting sehingga bulan ke-3.
o Dalam rentang waktu sama, infeksi sistem saraf pusat yang disebabkan olehStreptococcus Pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Haemophilus influenza tipe B
semakin meningkat.4
Penyebab tersering meningitis bakterialis pada anak usia 2 bulan hingga 12 tahun.
o Penyebab paling sering di USA adalahNeisseria meningitidis.o Meningitis bakterialis yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae dan
Haemophilus influenza tipe B semakin berkurang di negara-negara maju sejak
diperkenalkan proses immunisasi universalterhadap patogen-patogen ini mulai usia 2
bulan.1,4
o Infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae atau Haemophilus influenzatipe Bperlu diperkirakan pada individu dengan riwayat imunisasi tidak lengkap dan di
negara-negara berkembang. Individu dengan kelainan immunologi (infeksi HIV,
defisiensi subclass igG), atau anatomi (disfungsi limpa, defek cochlear atau implan)
juga mungkin berisiko tinggi terkena infeksi oleh bakteria-bakteria ini.4
Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh disebakan defek anatomi atau defisit imun juga
meningkatkan risiko terinfeksi dengan meningitis dari bakteri yang kurang patogen seperti :-4
o Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci,Salmonella spp.dan Listeria monocytogenes.
PATOFISIOLOGI
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
6/27
6
Eksudat purulen meningeal dengan berbagai ketebalan bisa didistribusi ke pembuluh
vena otak, sinus venosus, konveksitas otak, dan cerebellum dan di dalam sulkus, sylvian
fissures, basal cisterns, dan saraf pusat. Ventrikulitis dengan bakteria dan sel inflamasi di
dalam cairan ventrikular mungkin ada (lebih sering pada neonatus), begitu juga dengan effusi
subdural , dan empiema (jarang). Infiltrat inflamasi perivaskular juga mungkin ditemui, dan
membran ependymal mungkin terganggu. 4
Perubahan pembuluh darah dan parenkim otak ditandai dengan infiltrat
polimorfonuklear meluas ke bagian subintimal dari arteri dan vena kecil, vaskulitis, trombosis
vena kortikal kecil, oklusi sinus vena major, necrotizing arteritis menyebabkan pendarahan
subarachnoid, dan kadang dapat ditemukan nekrosis korteks serebral tanpa ditemukan
trombosis pada otopsi. Infark cerebral, akibat dari oklusi pembuluh darah disebabkan
inflamasi, vasospasme, dan trombosis adalah kondisi yang sering terjadi. Saiz infark bisa dari
mikroskopik hingga melibatkan keseluruhan hemisfera.
Inflamasi saraf spinal dan saraf pusat menimbulkan tanda rangsang meningeal, dan
inflamasi saraf kranial menimbulkan kelainan neuropati cranial pada saraf optik,
okulomotorius, wajah, dan saraf pendengaran. Peningkatan tekanan intrakranial turut
mengakibatkan kelumpuhan saraf okulomotorius karena adanya kompresi lobus temporal dari
saraf selama herniasi tentorial. Kelumpuhan saraf abducens mungkin menjadi tanda
peningkatan tekanan intrakranial..4
Peningkatan tekanan intrakranial disebabkan kematian sel (edema cerebral sitotoksik),
peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah diinduksi sitokin (edema cerebral
vasogenik), dan mungkin, peningkatan tekanan hidrostatik (edema cerebral interstisial) akibat
reabsorpsi cairan cerebrospinal di dalam villus arachnoid terhalang atau obstruksi pengaliran
cairan dari ventrikel. Tekanan intrakranialdapat melebihi 300 mm H2O, perfusi serebral akan
dapat lebih terkontrol jika tekanan perfusi serebral (min tekanan arteri minus tekanan
intrakranial) adalah
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
7/27
7
dan ada sedikit perpindahan struktur. Selain itu, jika fontanel masih paten, peningkatan TIK
selalunya tidak hilang.
Hidrocephalus dapat terjadi sebagai komplikasi akut meningitis bakteri.
Communicating hydrocephalus adalah bentuk tersering akibat dari penebalan adhesi dari vili
arakhnoid sekitar basal cisterns dari otak. Jadi, ada gangguan dengan resorpsi normal dari
LSS. Kadang dapat terjadi hidrosefalus obstruktif yang berkembang setelah fibrosis dan
gliosis dari aqueduct of Sylvius atau foramen Magendie dan Luschka.
Peningkatan protein CSS disebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dari
barier darah otak dan hilangnya cairan kaya albumin dari kapiler dan vena melintasi ruang
subdural. Transudasi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efusi subdural, biasa
ditemukan pada fase akhir meningitis bakteri akut. Hypoglycorrhachia (pengurangan kadar
glukosa CSS) adalah karena transportasi glukosa oleh jaringan otak yang berkurang.4
Kerusakan pada korteks serebral mungkin karena efek fokal atau efek difus dari oklusi
vascular (infark, nekrosis, asidosis laktat), hipoksia, invasi bakteri (cerebritis), ensefalopati
toksik (toksin bakteri), peningkatan TIK, ventriculitis, dan transudasi (efusi subdural). Semua
faktor patologis ini akan menyebabkan manifestasi klinis seperti gangguan kesadaran, kejang,
defisit saraf kranial, defisit motorik dan sensorik, dan akhirnya retardasi psikomotor.
PATOGENESIS
Meningitis bakterialis sering terjadi akibat disseminasi hematogen mikroorganisma
yang jauh dari lokasi infeksi; bakteremia biasa terjadi sebelum meningitis atau terjadi
bersamaan dengannya. Kolonisasi bakteria di nasofaring oleh mikroorganisma potensial
patogen adalah sumber tersering bakteremia. Mungkin juga akan terjadi pembawaan
berkepanjangan dari organisme kolonial tanpa menyebabkan penyakit atau lebih sering
terjadi invasi dengan cepat setelah kolonisasi baru. Infeksi virus pada saluran pernafasan atas
sebelumnya atau yang sedang terjadi akan meningkatkan patogenisitas bakteria penyebab
meningitis.4
N. meningitidis dan H. influenza type B melekat pada reseptor mukosal sel epitel
dengan pili. Setelah perlekatan pada sel epitel, bakteria menembusi mukosa dan memasuki
sirkulasi. N. meningitidis mungkin ditransportasi melintasi permukaan mukosa di dalam
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
8/27
8
vakuol fagositik setelah dikonsumsi oleh sel epitel. Kelangsungan hidup bakteria di dalam
aliran darah ditingkatkan oleh kapsul bakteria yang besar yang mengganggu fagositosis
opsonik dan berhubungan dengan peningkatan virulensi. Defek perkembangan terkait host di
dalam fagositosis opsonik bakterial juga berkontribusi terhadap bakteremia. Pada host yang
muda, tidak imun, defek tersebut mungkin disebabkan ketiadaan antikapsular antibodi lgM
dan lgG yang terbentuk dari awal, sedangkan pada pasien imunodefisiensi, kekurangan
berbagai komponen komplemen atau sistem properdin dapat mengganggu efektifitas
fagositosis opsonic. Disfungsi limpa juga akan mengurangi fagositosis opsonik lewat system
retikuloendothelial.
Bakteria dapat masuk ke cairan serebrospinal melalui pleksus koroideus dari ventrikel
lateral dan meninges dan kemudian beredar ke cairan serebrospinal ekstraserebral dan ruang
subarachnoid. Bakteria akan berkembang dengan cepat disebabkan konsentrasi komplemen
dan antibodi cairan serebrospinal tidak cukup untuk menghalang proliferasi bakterial. Faktor
kemotaktik kemudian merangsang respons inflamasi lokal dikarakterisasi oleh infiltrasi sel
polimorfonuklear. Keberadaan lipopolisaccharida dinding sel bakteria (endotoxin) dari
bakteria gram negative (H. influenza type B, N. meningitidis) dan komponen dinding sel
pneumococcal (asid teichoic,peptidoglycan) menstimulasi respons inflamasi yang ditanda,
bersama dengan produksi local tumor necrosis factor, interleukin 1, prostaglandin E, danmediator inflamasi lain. Respons inflamasi selanjutnya ditandai dengan infiltrasi neutrofilik,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, alterasi sawar darah otak, dan trombosis vaskular.
Cedera otak terkait meningitis tidak sewenangnya disebabkan oleh bakteria yang tersedia
tetapi terjadi akibat reaksi host terhadap inflamasi diinisiasi oleh komponen-komponen
bakteria.4
Meningitis berkemungkinan terjadi setelah invasi bakteria dari titik fokus infeksi yang
berdekatan seperti sinusitis paranasal, otitis media, mastoiditis, sellulitis orbital, atau kranial
atau osteomyelitis vertebral atau mungkin juga terjadi setelah bakteria masuk lewat trauma
kranial yang menembus, saluran dermal sinus,atau meningomyelocele.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
9/27
9
MANIFESTASI KLINIS
Onset meningitis akut mempunyai dua pola predominan.
o Pola yang lebih parah dan untungnya kurang sering adalah onset mendadak denganmanifestasi syok dengan progres yang cepat, purpura, koagulasi intravascular
disseminata, dan penurunan kesedaran yang seringkali berakibat koma atau kematian
dalam tempoh 24 jam.4
o Lebih sering, meningitis didahului oleh demam beberapa hari beserta simptom-simptom saluran pernafasan atas atau gastrointestinal, diikuti dengan tanda-tanda
tidak spesifik infeksi sistem saraf pusat seperti lethargi yang meningkat dan
iritabilitas.
Tanda-tanda dan gejala meningitis terkait dengan temuan nonspesifik berkaitan dengan
infeksi sistemik dan manifestasi dari iritasi meningeal.
o Temuan nonspesifik termasuk demam, anoreksia, dan penurunan nafsu makan, sakitkepala, gejala infeksi saluran pernapasan atas, mialgia, artralgia, takikardia, hipotensi,
dan tanda-tanda pada kulit yang bervariasi, seperti petechiae, purpura, dan atau ruam
makula eritematosa.4
o Manifestasi dari iritasi meningeal adalah kaku kuduk, nyeri punggung, tanda Kernig(fleksi pinggul 90 dengan tambahan nyeri dengan ekstensi kaki), dan tanda
Brudzinski (fleksi involunter dari lutut dan pinggul setelah fleksi pasif leher dalam
posisi terlentang) . Pada beberapa anak, terutama pada usia lebih muda dari 12-18
bulan, tanda-tanda Kernig dan Brudzinski tidak semestinya ada.
Peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan sakit kepala, muntah, fontanel menonjol
atau diastasis (pelebaran) dari sutura, kelumpuhan saraf oculomotor (anisocoria, ptosis) atau
saraf abducens, hipertensi dengan bradikardia, apnea atau hiperventilasi, postur dekortikasi
atau deserebrasi, stupor, koma, atau tanda-tanda herniasi. Papil edema jarang didapat pada
meningitis tanpa komplikasi dan menandakan proses lebih kronis seperti adanya abses
intrakranial, empyema subdural, atau oklusi dari sinus venosus duralis.
Tanda neurologi fokal biasanya karena sumbatan pembuluh darah. Neuropati kranial dari
saraf okular, oculomotor, abducens, wajah, dan saraf pendengaran mungkin juga akibat
inflamasi fokal. Secara keseluruhan, sekitar 10-20% dari anak-anak dengan meningitis bakterimemiliki tanda-tanda neurologis fokal.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
10/27
10
Kejang (fokal atau umum) karena cerebritis, infark, atau gangguan elektrolit terjadi pada
20-30% dari pasien dengan meningitis. Kejang yang terjadi pada presentasi atau dalam 4 hari
pertama dari onset biasanya tidak ada makna prognostik. Kejang yang bertahan sehingga lebih
dari 4 hari sakit dan individu yang sulit untuk diobati dapat dikaitkan dengan prognosis
buruk.4
Perubahan status mental sering terjadi di antara pasien dengan meningitis dan mungkin
karena peningkatan tekanan intrakranial, cerebritis, atau hipotensi; manifestasi meliputi
iritabilitas, letargi, stupor, obtundation, dan koma. Pasien koma memiliki prognosis buruk.
Manifestasi tambahan meningitis termasuk fotofobia dan tache crbrale, yang ditimbulkan
dengan menggores kulit dengan benda tumpul dan mengobservasi garis merah yang timbul
jelas dalam waktu 30-60 detik.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti pemeriksaan suhu
tubuh untuk mengukur derajat demam, dilakukan juga pemeriksaan fisik generalis untuk
melihat ada atau tidaknya ubun-ubun menonjol, serta dilakukan pemeriksaan rangsang
meningeal samada positif ataupun tidak.
Tanda rangsang meningeal
Terdapatnya rangsang meningeal dapat diperiksa dengan beberapa perasat, antara lainpemeriksaan kaku kuduk, tanda Brudzinki I, Brudzinki II dan Kernig. Jangan
dikacaukan perasat-perasat tersebut dengan refleks patologis yang menunjukkan
terdapatnya lesi upper motor neuron.
Kaku kuduk (nuchal rigidity)
Pasien dalam posisi telentang, bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan,sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada, maka dikatakan kaku kuduk positif.
Tahanan juga dapat terasa bila leher dibuat hiperekstensi, diputar, atau digerakkan ke
samping. Kadang-kadang kaku kuduk disertai hiperekstensi tulang belakang yang juga
disebut opistotonus. Disamping menunjukkan adanya rangsang meningeal
(meningitis), kaku kuduk juga terdapat pada tetanus, abses retrofaring, abses
peritonsilar, ensefalitis, virus, keracunan timbal dan artritis reumatoid.5
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
11/27
11
Gambar 1. Kaku Kuduk
Perasat Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien yang telentang, dan tanganlain diletakkan di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak terangkat, kemudian
kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif (jangan dipaksa). Bila terdapat rangsang
meningeal maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.5
Gambar 2. Perasat Brudzinki I
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
12/27
12
Perasat Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)
Pada pasien yang telentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggung akan diikutioleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut. Hasil lebih jelas bila
waktu fleksi ke panggul sendi lutut dalam keadaan ekstensi.5
Perasat Kerning
Pemeriksaan Kerning ini ada bermacam-macam cara, yang biasa dipergunakan ialahpasien dalam posisi telentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian
dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam keadaan normal tungkai
bawah dapat membentuk sudut lebih dari 1350 terhadap tungkai atas. Pada iritasi
meningeal ekstensi lutut secara pasif tersebut akan menyebabkan rasa sakit dan
terdapat hambatan. Pemeriksaan ini sukar dilakukan pada bayi di bawah umur 6
bulan.5
Gambar 3. Perasat Kernig
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
13/27
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Darah perifer lengkap dan kultur darah. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit jika ada indikasi.
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi:o Didapatkan cairan keruh atau opalesence dengan Nonne (-)/(+) dan Pandy
(+)/(++)
o Jumlah sel 100-10.000/mm3 dengan hitung jenis predominan polimorfonuklear,protein 200-500 mg/dl, pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi. Pada
stadium dini, jumlah sel dapat normal dengan predominan limfosit.1,2,4
o Apabila telah mendapat antibiotik sebelumnya, gambaran LCS dapat tidakspesifik.
Pungsi lumbal pada sela antara vertebra lumbal 3-4 atau vertebra lumbal 4-5.4,6 Pada kasus berat, pungsi lumbal sebaiknya ditunda dan tetap dimulai pemberian
antibiotik empirik (penundaan 2-3 hari tidak mengubah nilai diagnostik kecuali untuk
identifikasi kuman, itu pun jika antibiotiknya sensitif).1,6
Jika memang kuat dugaan ke arah meningitis, meskipun terdapat tanda-tandapeningkatan tekanan intrakranial, pungsi lumbal masih dapat dilakukan asalkan
berhati-hati. Pemakaian jarum spinal dapat meminimalkan komplikasi terjadinya
herniasi.1
Kontraindikasi pungsi lumbal adalah infeksi pada daerah kulit tempat suntikan dantekanan intrakranial meningkat seperti pupil yang tidak isokor, tubuh kaku atau
paralisis salah satu ekstremitas atau napas yang tidak teratur.
4,6
Kontraindikasi mutlak pungsi lumbal hanya jika ditemukan tanda dan gejala
peningkatan tekanan intrakranial oleh karena lesi desak ruang.1
Pungsi lumbal ulang tidak diindikasikan secara rutin untuk menilai keberhasilanterapi, tetapi dilakukan pada:2
o Neonatuso Respon obat terhadap pengobatan dalam 24jam pertama buruko Penyebab infeksi tidak diketahuio Masih ada kecurigaan bakteri spesifik sebagai penyebab meningitis
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
14/27
14
Gambar 4. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan computed tomography (CT Scan) dengan kontras atau magneticresonance imaging (MRI) kepala dilakukan pada kasus berat atau ketika curiga ada
komplikasi seperti empiema subdural, hidrosefalus dan abses otak.1,2,4
Padea pemeriksaan elektroensefalografi dapat ditemukan perlambatan umum.
DIAGNOSIS
Diagnosis meningitis bakterialis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis yang mendalam,
gejala kliniks yang ditemukan, pemeriksaan fisik yang didapatkan, rangsang meningeal yang
positif, manakala diagnosis pasti ditegakkan apabila dilakukan pungsi lumbal dengan analisis
cairan serebrospinal yang menemukan bakteri, peningkatan leukosit, peningkatan protein dan
penurunan glukosa.
Anamnesis
Ditanyakan apakah ada infeksi saluran napas atas seperti batuk, pilek. Ditanyakan apakah ada infeksi saluran cerna seperti diare atau muntah.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
15/27
15
Ditanyakan tentang gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, meningismus, bisadengan atau tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise, kejang; merupakan hal yang
sangat sugestif pada meningitis tetapi tidak ada satu gejala pun yang khas.1
Pada anak umur kurang 3 tahun, jarang ditanyakan apakah nyeri kepala. Pada bayi, sering ditanyakan apakah demam, iritabel, letargi, malas minum atau high
pitched-cry.
Gejala kliniks
Bervariasi tergantung dari usia, lama sakit sebelum berobat dan daya tahan penderita. Pada neonatus, gejala mungkin minimal, menyerupai sepsis dapat berupa malas
minum, letargi, distress pernafasan, ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (pada
40% kasus), ubun-ubun besar menonjol (pada 33.3% kasus).2
Pada anak yang lebih besar, dapat timbul secara akut atau secara insidious, dapatberupa demam, kejang, mual-muntah, sakit kepala, fotofobia, ubun-ubun membesar,
tanda gangguan status mental seperti gelisah, letargi dan penurunan kesadaran.2,4,6
Pemeriksaan fisik
Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabilitas. Ubun-ubun besar yang menonjol, kaku kuduk, atau tanda rangsang meningeal lain
seperti Bruzinski dan Kerning, kejang dan defisit neurologis fokal. Tanda rangsang
meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak berusia kurang dari 1 tahun.1
Manifetasi kliniks lain bisa berupa edema otak, syok septik atau septik artritis.2 Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti pusing, mual, muntah, gangguan
penglihatan.1,6
Tanda-tanda infeksi di tempat lain seperti infeksi THT, sepsis atau pneumonia.Pemeriksaan penunjang
Diagnosis meningitis bakterialis terutama ditegakkan atas dasar analisis LSS yangwarnanya keruh, manakala pada bentuk atipik didapatkan ground glass appearence.2
Terjadi pleositosis, dimana jumlah sel leukosit >1.000/mm3 dan pada hitung jenispredominansi polimorfonuklear. Pada bentuk atipik, pleositosis biasanya 1, hal ini sangat mendukung kemungkinan meningitis bakterialis.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
16/27
16
Terjadi hipoglikorazania, kadar gula LSS rendah, dengan rasio kadar gula LSS dengangula darah < 0,40 memberi nilai sensitivitas 80% dan spesifisitas 90% di dalam
menapis kasus meningitis bakterialis.
Terjadi peningkatan kadar protein > 200mg/mm3. Pada preparat langsung pewarnaan Gram, bila dilakukan dengan baik, hasil
pemeriksaan konsisten dengan hasil biakan LSS pada meningitis bakterialis.
Biakan LSS harus dibiak pada media agar, agar darah, agar coklat, media Fildes ataumedia Leventhal untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Rapid Diagnostic test bisa dilakukan untuk menilai adanya infeksi bakteri secaracepat, contohnya dengan cara counter current immunoelectrophoresis (CIE), uji
aglutinasi lateks atau ELISA, tetapi hal ini sering dilakukan di negara maju.2
PENATALAKSANAAN
Pendekatan terapi untuk pasien suspek meningitis bakteri tergantung pada sifat dari
manifestasi awal dari penyakit. Seorang anak dengan perkembangan penyakit cepat kurang
dari 24 jam, tanpa peningkatan tekanan intrakranial, harus mendapat antibiotik sesegera
mungkin setelah pungsi lumbal dilakukan. Jika ada tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial atau tanda neurologis fokal, antibiotik harus diberikan tanpa melakukan pungsi
lumbal dan sebelum memjalani CT scan. 4
Peningkatan tekanan intrakranial harus ditangani secara berterusan. Pengobatan segera
dari suspek kegagalan sistem organ multiple, syok, dan sindrom distres pernapasan akut juga
diindikasikan.
Pasien dengan keadaan subakut berkepanjangan dan menjadi sakit selama 4-7 hari
juga harus dievaluasi untuk tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial dan defisit
neurologis fokal. Sakit kepala unilateral, papilledema, dan tanda-tanda lain dari peningkatan
tekanan intrakranial menandakan lesi fokal seperti abses otak atau epidural, atau empiema
subdural. Dalam keadaan ini, terapi antibiotik harus dimulai sebelum pungsi lumbal dan CT
scan. Jika tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang jelas, pungsi lumbal
harus dilakukan.4
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
17/27
17
Terapi Antibiotik Awal
Pilihan terapi awal (empiris) untuk meningitis pada bayi dan anak-anak
imunokompeten terutama dipengaruhi oleh kerentanan antibiotik (Tabel 1) dari S.
pneumoniae. Antibiotik yang dipilih harus mencapai tingkat bakterisida dalam CSS.
Meskipun ada perbedaan geografis substansial dalam frekuensi resistensi S. pneumoniae
terhadap antibiotik, persentasenya meningkat di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, 25-50%
dari strain S. pneumoniae saat ini resisten terhadap penisilin, resistensi relatif (MIC = 0,1-1,0
mg / mL) lebih sering daripada resistensi tingkat tinggi (MIC = 2,0 mg / mL).4
Resistensi terhadap cefotaxime dan ceftriaxone juga terlihat pada sampai dengan 25%
dari isolat. Sebaliknya, sebagian besar strain N. meningitidis sensitif terhadap penisilin dan
sefalosporin, meskipun ada isolat langka resisten dilaporkan. Sekitar 30-40% dari isolat H.
influenzae tipe bmemproduksi -laktamase dan, karena itu, resisten terhadap ampisilin. Strain
penghasil--laktamase ini sensitif terhadap sefalosporin spektrum-luas.
Berdasarkan tingkat resistensi substansial S. pneumoniae terhadap obat -laktam,
vankomisin (60 mg/kg/24 jam, diberikan setiap 6 jam) direkomendasikan sebagai bagian dari
terapi empiris awal. Karena kemanjuran generasi ke-3 cephalosporin dalam terapi meningitis
yang disebabkan oleh S. pneumoniae sensitif, N. meningitidis, dan H. influenzae tipe b,
cefotaxime (200 mg/kg/24 jam, diberikan setiap 6 jam) atau ceftriaxone (100 mg/kg/24 jam
diberikan sekali per hari atau 50 mg / kg / dosis, diberikan setiap 12 jam) juga harus
digunakan dalam terapi empiris awal.4
Pasien alergi terhadap -laktam antibiotik dan usia > 1 bulan dapat diobati dengan
kloramfenikol, 100 mg/kg/24 jam, diberikan setiap jam 6. Bagaimanapun, pasien bisa hilang
kesensitifan terhadap antibiotik.
Jika infeksi L. monocytogenes dicurigai, seperti pada bayi muda atau orang-orang
dengan kekurangan T -limfosit, ampisilin (200 mg/kg/24 jam, diberikan setiap jam 6) juga
juga harus diberikan karena sefalosporin tidak aktif terhadap L. monocytogenes. Intravena
trimetoprim-sulfametoksazol adalah pengobatan alternatif untuk monocytogenes L..
Jika seorang pasien immunocompromised dan dicurigai meningitis bakteri gram
negatif, terapi awal mungkin termasuk ceftazidime dan aminoglikosida.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
18/27
18
TABEL 1 Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan Meningitis bakteri [*][*]
neonatus
OBAT 07 Hari 828 Hari BAYI & ANAK-ANAK
Amikacin 15-20 dibagi q12h 20-30 dibagi q8h 20-30 dibagi q8h
Ampicillin 200-300 dibagi q8h 300 dibagi q4h atau q6h 300 dibagi q4-6h
Cefotaxime 100 dibagi q12h 150-200 dibagi q8h atau
q6h
200-300 dibagi q8h atau q6h
Ceftriaxone - - 100 dibagi q12h atau q24h
Ceftazidime 150 dibagi q12h 150 dibagi q8h 150 dibagi q8h
Gentamicin 5 dibagi q12h 7,5 dibagi q8h 7,5 dibagi q8h
Meropenem - - 120 dibagi q8h
Nafcillin 100-150 dibagi q8h atau
q12h
150-200 dibagi q8h atau
q6h
150-200 dibagi q4h atau q6h
Penicillin G 250,000-450,000 dibagi q8h 450.000 dibagi q6h 450.000 dibagi q4h atau q6h
Rifampin - - 20 dibagi q12h
Tobramycin 5 dibagi q12h 7,5 dibagi q8h 7,5 dibagi q8h
Vancomycin 30 dibagi q12h 30-45 dibagi q8h 60 dibagi q6h
Dimodifikasi dari Klein JO: pengobatan antimikroba dan pencegahan meningitis. Pediatr
Ann 1994, 23:76, dan dari RM Kliegman, Greenbaum LA, Lye PS: Strategi Praktis di
Pediatric Diagnosis dan Terapi, ed 2. Philadelphia, Elsevier, 2004, p 963.
* Dosis dalam mg / kg (U / kg untuk penisilin G) per hari.
Dosis yang lebih kecil dan interval dosis lebih lama, terutama untuk aminoglikosida dan
vankomisin. untuk neonatus berat lahir sangat rendah, mungkin disarankan.
Pemantauan kadar serum dianjurkan untuk memastikan nilai-nilai aman dan terapi
Penggunaan pada neonatus tidak dianjurkan karena kurang pengalaman dalam meningitis
neonatal.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
19/27
19
Durasi Terapi Antibiotika
Terapi untuk S.pneumoniae meningitis tidak rumit penisilin-sensitif harus dilengkapi
dalam 10 sampai 14 hari dengan generasi ke-3 penisilin sefalosporin atau intravena (400.000
U/kg/24 jam, diberikan setiap 4-6 jam). Jika mengisolasi tahan terhadap penisilin dan
sefalosporin generasi ke-3, terapi harus dilengkapi dengan vankomisin. Intravenous penisilin
(400.000 U/kg/24 jam) selama 5-7 hari adalah pengobatan pilihan untuk N.meningitidis
meningitis tanpa komplikasi.
Meningitis H. influenzae tipe b tanpa komplikasi harus dirawat selama 7-10 hari.
Pasien yang menerima antibiotik intravena atau oral sebelum LP dan yang tidak memiliki
patogen diidentifikasi tetapi memiliki bukti infeksi bakteri akut berdasarkan profil CSS
mereka harus terus menerima terapi dengan ceftriaxone atau cefotaxime selama 7-10 hari.
Jika tanda-tanda fokal hadir atau anak tidak menanggapi pengobatan, fokus parameningeal
mungkin hadir dan CT scan atau MRI harus dilakukan.4
Pungsi lumbal ulang rutin tidak diindikasikan pada pasien dengan meningitis tanpa
komplikasi antibiotik-sensitif S. pneumoniae, N. meningitidis, atau H. influenzae tipe b.
Mengulangi pemeriksaan CSS diindikasikan dalam beberapa neonatus, pada pasien dengan
meningitis basilaris gram negatif, atau infeksi yang disebabkan oleh S. pneumoniae tahan--
laktam. CSS harus steril dalam waktu 24-48 jam dari inisiasi terapi antibiotik yang tepat.
Meningitis akibat bakteri Escherichia coli atau P. aeruginosa memerlukan terapi
dengan generasi ke-3 sefalosporin aktif terhadap isolat in vitro. Sebagian besar isolat E. coli
sensitif terhadap cefotaxim atau ceftriaxone, dan sebagian besar isolat P. aeruginosa sensitif
terhadap ceftazidime. Meningitis basilaris gram-negatif harus dirawat selama 3 minggu atau
minimal 2 minggu setelah sterilisasi CSS, yang mungkin terjadi setelah 2-10 hari pengobatan.
Efek samping dari terapi antibiotik meningitis termasuk flebitis, obat demam, ruam,
emesis, kandidiasis oral, dan diare. Ceftriaxone dapat menyebabkan pseudolithiasis kandung
empedu reversibel, terdeteksi oleh ultrasonografi perut. Ini biasanya tanpa gejala tetapi
mungkin berhubungan dengan emesis dan nyeri kuadran kanan atas.4
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
20/27
20
Kortikosteroid
Pembunuhan bakteri secara cepat dalam CSS dengan efektif mensterilkan infeksi
meningeal tetapi merilis produk sel beracun setelah lisis sel (sel dinding endotoksin) yang
mempresipitat kaskade inflamasi sitokin.4 Pembentukan edema resultan dan infiltrasi
neutrophilic dapat menghasilkan cedera neurologis tambahan dengan memburuknya tanda dan
gejala SSP. Oleh karena itu, agen yang membatasi produksi mediator inflamasi dapat
bermanfaat bagi pasien dengan meningitis bakteri.
Data mendukung penggunaan deksametason intravena, 0,15 mg / kg / dosis diberikan
setiap jam 6 selama 2 hari, dalam pengobatan anak-anak yang lebih tua dari 6 minggu dengan
meningitis bakteri akut yang disebabkan oleh H. influenzae tipe b. Di antara anak-anak
dengan meningitis karena H. influenzae tipe b, penerima kortikosteroid memiliki durasi
demam yang lebih singkat, rendah protein CSS dan tingkat laktat, dan penurunan gangguan
pendengaran sensorineural. 4
Data pada anak-anak tentang manfaat, jika ada, kortikosteroid dalam pengobatan
meningitis yang disebabkan oleh bakteri lainnya tidak dapat disimpulkan. Pengobatan dini
orang dewasa dengan meningitis bakteri, terutama mereka dengan meningitis pneumokokus,
bagaimanapun, membawa hasil lebih baik.
Kortikosteroid tampaknya memiliki manfaat maksimal jika diberikan 1-2 jam sebelum
antibiotik dimulai. Mereka juga mungkin efektif jika diberikan bersamaan dengan atau segera
setelah dosis 1 antibiotik. Komplikasi dari kortikosteroid termasuk perdarahan
gastrointestinal, hipertensi, hiperglikemia, leukositosis, dan demam rebound setelah dosis
terakhir.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
21/27
21
Suportif
o Periode kritis pengobatan meningitis bakerialis adalah hari ke-3 dan ke-4. Tanda vitaldan evaluasi neurologis harus dilakukan secara teratur. Untuk mencegah muntah dan
aspirasi, sebaiknya pasien dipuasakan lebih dahulu pada awal sakit.
o Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak dengan ubun-ubun besar yangmasih terbuka.1
o Peningkatan tekanan intrakranial, Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone(SIADH), kejang dan demam harus dikontrol dengan baik. Restriksi cairan atau posisi
kepala lebih tinggi tidak selalu dikerjakan pada setiap anak dengan meningitis
bakterialis.
o Perlu dipantau adanya komplikasi SIADH. Diagnosis SIADH ditegakkan jika terdapatkadar natrium serum yang < 135 mEq/L (135 mmol/L), osmolaritas serum < 270
mOsm/kg, osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum, natrium urin > 30 mEq/L
(30mmol/L) tanpa adanya tanda-tanda dehidrasi atau hipovolemia. Beberapa ahli
merekomendasikan pembatasan jumlah cairan dengan memakai cairan isotoni,
terutama jika atrium serum
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
22/27
22
KOMPLIKASI
Selama pengobatan meningitis, komplikasi Sistem Saraf Pusat akut dapat mencakup
kejang, peningkatan TIK, kelumpuhan saraf kranial, stroke, herniasi otak atau serebelar, dan
trombosis pada dural sinus vena.
Koleksi cairan dalam ruang subdural berkembang dalam 10-30% dari pasien dengan
meningitis dan tidak menunjukkan gejala pada 85-90% pasien. Efusi subdural terutama sering
terjadi pada bayi. Efusi subdural dengan gejala dapat menyebabkan diastasis, ubun-ubun
menonjol dari jahitan, memperbesar lingkar kepala, emesis, kejang, demam, dan hasil
abnormal transiluminasi tengkorak. CT atau MRI scan menegaskan adanya efusi subdural.
Dengan adanya peningkatan TIK atau tingkat kesadaran menurun, efusi subdural simptomatik
harus ditangani dengan aspirasi melalui ubun-ubun terbuka. Demam sendiri bukan merupakan
indikasi untuk aspirasi.4
SIADH terjadi pada beberapa pasien dengan meningitis, menyebabkan hiponatremia
dan osmolalitas serum berkurang. Hal ini dapat memperburuk edema otak atau
mengakibatkan kejang hyponatremic.
Demam yang berhubungan dengan meningitis bakteri biasanya sembuh dalam waktu
5-7 hari dari onset terapi. Demam berkepanjangan (> 10 hari) dicatat pada sekitar 10% pasien.
Demam berkepanjangan biasanya karena infeksi kambuhan virus, infeksi bakteri nosokomial
atau sekunder, tromboflebitis, atau reaksi obat. Demam sekunder mengacu pada luapan dari
suhu tinggi setelah selang afebris. Infeksi nosokomial sangat penting untuk dipertimbangkan
dalam evaluasi pasien. Perikarditis atau arthritis dapat terjadi pada pasien yang sedang dirawat
karena meningitis, terutama yang disebabkan oleh N. meningitidis. Keterlibatan situs-situs
tersebut dapat disebabkan baik dari penyebaran bakteri atau dari deposisi kompleks imun.
Secara umum, perikarditis menular atau arthritis terjadi sebelumnya dalam pengobatan
daripada kekebalan-dimediasi penyakit.4
Trombositosis, eosinofilia, dan anemia dapat berkembang selama terapi untuk
meningitis. Anemia mungkin karena hemolisis atau penekanan sumsum tulang. KID yang
paling sering dikaitkan dengan pola cepat progresif presentasi dan tercatat paling sering pada
pasien dengan syok dan purpura. Kombinasi endotoksemia dan hipotensi berat memulai
kaskade koagulasi, koeksistensi trombosis berkelanjutan dapat menghasilkan gangren perifer
simetris.
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
23/27
23
PROGNOSIS.
Terapi antibiotik yang tepat dan perawatan suportif telah mengurangi angka kematian
dari meningitis bakteri setelah periode neonatal kepada
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
24/27
24
PENCEGAHAN
Vaksinasi dan antibiotik profilaksis untuk orang yang beresiko kontak mewakili dua cara
yang tersedia untuk mengurangi kemungkinan meningitis bakteri.4 Ketersediaan dan
penerapan masing-masing pendekatan tergantung pada bakteri menginfeksi spesifik.
Neisseria meningitidis.
Kemoprofilaksis direkomendasikan untuk semua kontak dekat pasien dengan
meningitis meningokokus tanpa memandang usia atau status imunisasi. Orang yang dekat
harus diobati dengan rifampisin 10 mg / kg / dosis setiap 12 jam (dosis maksimum 600 mg)
selama 2 hari sesegera mungkin setelah mengidentifikasi kasus meningitis meningokokus
yang dicurigai atau sepsis. Kontak dekat termasuk rumah tangga, pusat penitipan anak, dan
kontak sekolah pembibitan dan pekerja perawatan kesehatan yang memiliki kontak langsung
dengan sekresi oral (mulut ke mulut resusitasi, penyedotan, intubasi). Kontak yang telah
terdedah harus segera diobati karena dicurigai infeksi pada indeks pasien, konfirmasi
bakteriologis infeksi tidak perlu ditunggu. Selain itu, semua kontak harus dididik tentang
tanda-tanda awal penyakit meningokokus dan kebutuhan untuk mencari perhatian medis
segera jika tanda-tanda berkembang.
Sebuah quadrivalent (A, C, Y, W-135), vaksin terkonjugasi (MCV-4; Menactra)
dilisensikan oleh US Food and Drug Administration. Komite Penasehat Praktek Imunisasi
(ACIP) kepada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan
administrasi rutin vaksin ini untuk remaja 11-12 tahun. Vaksin meningokokus juga
direkomendasikan untuk anak berisiko tinggi yang lebih tua dari 2 tahun. Pasien berisiko
tinggi termasuk mereka dengan asplenia anatomi atau fungsional atau kekurangan protein
komplemen terminal. Penggunaan vaksin meningokokus harus dipertimbangkan untuk
mahasiswa baru, terutama mereka yang tinggal di asrama, karena peningkatan risiko infeksi
meningokokus diamati invasif dibandingkan dengan risiko mereka yang tidak mengikuti
kuliah, usia-kontrol cocok. Risiko untuk penyakit meningokokus di kalangan mahasiswa yang
bukan baru masuk adalah serupa dengan populasi umum usia yang sama. Vaksin ini juga
dapat digunakan sebagai tambahan dengan kemoprofilaksis untuk kontak yang terdedah dan
selama wabah penyakit meningokokus.4
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
25/27
25
Haemophilus influenzae tipe B.
Rifampisin profilaksis harus diberikan kepada semua kontak rumah tangga pasien
dengan penyakit invasif yang disebabkan oleh H. influenzae tipe b, jika ada anggota keluarga
dekat yang lebih muda dari 48 bulan yang belum diimunisasi lengkap atau jika orang yang
immunocompromised, dari segala usia, berada dalam rumah tangga . Kontak serumah adalah
mereka yang tinggal di kediaman kasus indeks atau yang telah menghabiskan minimal 4 jam
dengan kasus indeks untuk setidaknya 5 dari 7 hari sebelum rawat inap pasien. Anggota
keluarga harus menerima profilaksis rifampisin segera setelah diagnosis dicurigai dalam kasus
indeks karena> 50% dari kasus sekunder keluarga terjadi dalam 1 minggu setelah pasien
indeks telah dirawat di rumah sakit.4
Dosis rifampisin adalah 20 mg/kg/24 jam (dosis maksimum 600 mg) diberikan sekali
setiap hari selama 4 hari. Rifampisin menyebabkan warna urin dan keringat berubah kepada
merah-oranye, mengotorkan lensa kontak, dan mengurangi konsentrasi serum dari beberapa
obat, termasuk kontrasepsi oral. Rifampisin merupakan kontraindikasi selama kehamilan.
Kemajuan paling mencolok dalam pencegahan meningitis bakteri anak mengikut
pengembangan dan lisensi vaksin konjugasi terhadap H. influenzae tipe b. Empat vaksin
konjugasi dilisensikan di Amerika Serikat. Meskipun tiap vaksin memunculkan profil yang
berbeda dari respon antibodi pada bayi diimunisasi pada usia 2-6 bulan, semua menghasilkan
tingkat antibodi pelindung dengan tingkat efikasi terhadap infeksi invasif berkisar dari 70
sampai 100%. Khasiat ini tidak konsisten dalam populasi Native Amerika, sebuah kelompok
yang memiliki insiden penyakit yang sangat tinggi. Semua anak harus diimunisasi dengan H.
influenzae tipe b konjugat vaksin bermula pada usia 2 bulan.
Streptococcus pneumoniae.
Administrasi rutin vaksin konjugasi heptavalent terhadap S. pneumoniae dianjurkan
untuk anak-anak lebih muda dari usia 2 tahun. Dosis awal diberikan pada usia 2 bulan.
Anak-anak yang beresiko tinggi infeksi pneumokokus invasif, termasuk mereka yang asplenia
fungsional atau anatomis dan orang-orang yang dengan imunodefisiensi (seperti infeksi HIV,
immunodeficiency primer, dan mereka yang menerima terapi imunosupresif) juga harus
menerima vaksin.
4
-
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
26/27
26
BAB 3
PENUTUP
Meningitis bakterialis adalah suatu peradangan selaput jaringan otak dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh bakteri patogen. Peradangan tersebut mengenai araknoid,
piamater dan cairan serebrospinalis. Peradangan ini dapat meluas melalui ruang subaraknoid
sekitar otak, medulla spinalis dan ventrikel. Peradangan meningen yang disertai adanya bukti
terdapat bakteri dalam likuor serebrospinal (LSS). Meningitis purulenta atau dikenali juga
sebagai meningitis bakterialis adalah peradangan meningen yang ditandai dengan LSS yang
keruh dengan jumlah leukosit >1.000mm3 dengan predominasi PMN meningitis purulenta
hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Faktor predisposisi mencakup infeksi
pernapasan, otitis media , mastoiditis , trauma kepala, hemoglobinopati, human
immunodeficiency virus (HIV), dan lainnya menyatakan defisiensi imun. Diagnosis
meningitis bakterialis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis yang mendalam, gejala kliniks
yang ditemukan seperti demam, muntah, penurunan kesadaran, pemeriksaan fisik yang
didapatkan seperti ubun-ubun mencembung, kejang, letargis, rangsang meningeal yang
positif, manakala diagnosis pasti ditegakkan apabila dilakukan pungsi lumbal dengan analisis
cairan serebrospinal yang menemukan bakteri, peningkatan leukosit, peningkatan protein dan
penurunan glukosa. Meningitis bakterialis merupakan penyakit yang mengancam jiwa danharus ditangani sebagai keadaan emergensi. Perhatian perawatan yang tepat, dengan
pemberian antibiotik, kortikosteroid, terapi suportif serta pemantauan tumbuh kembang sangat
penting bagi mengurangi angka kematian dari meningitis bakteri serta mengelakkan
terjadinya komplikasi. Sebagai langkah pencegahan, dapat diberikan vaksinasi dan antibiotik
profilaksis untuk orang yang beresiko kontak agar dapat mengurangi kemungkinan
terjadinyameningitis bakteri.
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5whttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview&usg=ALkJrhjhjTDLotZ-iJdGNFrvBY0PHPKoYwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&ei=_ByzUOOxFMnHrQeDlYHgCA&hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview&usg=ALkJrhjsI5jJYukZ6n9ffFVDTmR1rRaS5w -
7/28/2019 done meningitis bakterialis.docx
27/27
DAFTAR PUSTAKA
1) Antonius HP, Hegar B, Handyastuti S, Salamiah I. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid I.Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2010.
2) Garna.H, Nataprawira .H.M, Meningitis bakterialis. Pedoman Diagnosis dan TerapiIlmu Kesehatan Anak. Edisi 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran RS Dr.Hasan Sadikin. Bandung. 2005. 221-9.
3) Meningitis bakterialis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview. Di unduh pada tanggal 1 Desember 2012.
4) Kliegman, Stanton, Geme ST, Schor, Behrman. Acute Bacterial Meningitis Beyondthe Neonatal Period.Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Elsevier Saunder. USA.
2011. 2515-
5) Matondang.C.S, Wahidiyat.I, Sastroasmoro.S. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. CVSagung Seto. Jakarta. 2003.131-137.
6) WHO. Meningitis. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. DepartemenKesehatan RI. 2008. 175-79.
http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1166190-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1166190-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview