leaching done

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Percobaan Mengetahui pengaruh lama waktu ekstraksi terhadap waktu ekstrak yang didapatan dengan menggunakan proses ekstraksi batch Mengetahui pegaruh suhu ekstraksi terhadap hasil ekstrak yang didapatkan dengan menggunakan proses ekstraksi secara batch 1.2. Tinjauan Pustaka Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi

Upload: achdiatul-mumin

Post on 16-Jan-2016

82 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

leaching

TRANSCRIPT

Page 1: Leaching Done

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan

Mengetahui pengaruh lama waktu ekstraksi terhadap waktu ekstrak yang

didapatan dengan menggunakan proses ekstraksi batch

Mengetahui pegaruh suhu ekstraksi terhadap hasil ekstrak yang

didapatkan dengan menggunakan proses ekstraksi secara batch

1.2. Tinjauan Pustaka

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun

cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat

mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen

terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses

yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke

keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan

padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven

pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya

sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang

larut karena efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman. Principles

and Practice In Organic Chemistry].

Banyak proses biologi, inorganik dan substansi organik terjadi

dalam campuran dengan komponen yang berbeda dalam solid. Tujuannya

adalah untuk memisahkan campuran solute atau menghilangkan komponen

solute yang tidak diinginkan fase solid, solid dikontakkan dengan fase cair.

Dua fase ini dikontakkan dengan intim dan solute dapat mendifusi dari fase

solid ke fase cair yang mana menyebabkan pemisahan original komponen

dalam solid. Proses ini disebut liquid-solid leaching atau leaching

Page 2: Leaching Done

sederhana. Istilah ekstraksi juga digunakan untuk mendeskripsikan unit

operasi, meskipun itu juga mengarah pada liquid-liquid. Dalam leaching

ketika komponen yang tidak diinginkan dihilangkan dari solid dengan

menggunakan air, proses ini disebut washing (pencucian) (Geankoplis,

1997: 723).

Leaching ialah suatu perlakuan istimewa dalam satu atau lebih komponen

padatan yang terdapat pada suatu larutan. Dalam unit operasi, leaching

merupakan salah satu cara tertua dalam industri kimia, yang pemberian

namanya tergantung dari cara yang digunakan. Industri metalurgi ialah

pengguna terbesar operasi leaching ini. Dalam penggunaan campuran

mineral dalam jumlah besar dan tak terhingga, leaching dipakai sebagai

pemisah. Contoh, tembaga yang terkandung dalam biji besi dileaching

dengan asam sulfat atau amoniak, dan emas dipisahkan dengan larutan

sodium sianida. Leaching memainkan peranan penting dalam proses

metalurgi alumunium, cobalt, mangan, nikel dan timah (Tim Dosen Teknik

Kimia, 2009: 45). Ektraksi padat-cair juga digunakan dalam industri dalam

manufaktur dari kopi instan untuk menutup kembali pelarut kopi dari

lingkungan sekitar. Aplikasi lainnya dalam dunia industri termasuk ekstraksi

inyak kacang kedelai menggunakan hexane sebagai pelarut dan discovery

dari uranium dai ores low grade dengan ekstraksi dengan asam sulfur atau

sodium karbonat (Foust dkk, 1980: 15-16). Bila zat padat itu membentuk

massa terbuka yang permeabel atau telus (permeable) selama proses

leaching itu, pelarutnya mungkin berperkolasi (mengalir melalui rongga-

rongga) dalam hamparan zat padat yang tidak teraduk. Dengan zat padat

yang tak permeabel yang tersintrgasi pada waktu proses leaching, zat padat

itu terdispersi (tersebar) ke dalam pelarut, dan dipisah kemudian dari pelarut

itu. Kedua metode itu dapat dilaksanakan dengan sistem tumpak (batch)

maupun kontinu (sinambung) (Mc Cabe dkk, 1994: 80).

Dalam beberapa kasus leaching hamaparan zat padat, pelarutnya

mungkin bersifat mudah menguap, sehingga operasinya memerlukan tangki

tertutup di bawah tekanan. Tekanan diperlukan pula untuk mendorong

Page 3: Leaching Done

pelarut melalui zat padat yang kuran permeabel. Deretan tangki bertekanan,

yang dioperasikan dengan aliran pelarut arus lawan-arah dinamakan baterai

difusi (diffusion battery). Pengurasan dengan hamparan bergerak melalui

pelarut tanpa pengadukan atau dengan sedikit sekali pengadukan. Ekstraktor

Bollman mempunyai elevator yang ditempatkan dalam suatu rumahan.

Ember-ember itu berlubang-lubang dasarnya.

Ada beberapa jenis metode operasi leaching, yaitu :

1. Operasi dengan sistem bertahap tunggal dalaam metode ini pengontakan

antara padatan dan pelarut dilakukan sekaligus dan kemudian disusul

dengan pemisahan larutan dari padatan sisa. Cara ini jarang ditemui

dalam operasi industri, karena perolehan solute yang rendah

2. Operasi kontinu dengan sistem bertahap banyak dengan aliran

berlawanan (countercurrent) dalam sistem ini aliran bawah dan atas

mengalir secara berlawanan. Operasi ini dimulai pada tahap pertama

dengan mengontakkan larutan pekat, yang merupakan aliran atas tahap

kedua, dan padatan baru, operasi berakhir pada tahap ke n (tahap

terakhir), dimana terjadi pencampuran antara pelarut baru dan padatan

yang berasal dari tahap ke-n (n-1). Sistem ini memungkinkan didapatnya

perolehan solute yang tinggi, sehingga banyak digunakan di dalam

industri (Treyball, 1985: 719).

Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi:

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil

ukuran partikel maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan

memungkinkan terjadi kontak secara tepat. Semakin besar partikel, maka

cairan yang akan mendifusi akan memerlukan waktu yang relative lama

2. Faktor pengaduk

Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin terdistribusi

dalam permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Semakin lama

waktu pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama

pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar dapat optimum agar

Page 4: Leaching Done

konsumsi energi tak terlalu besar. Pengaruh faktor pengadukan ini hanya

ada bila laju pelarutan memungkinkan.

3. Temperatur

Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi akan meningkat

dengan temperatur dan akan menambah kecepatan ekstraksi.

4. Pelarut

Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskositas

yang cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni

akan digunakan meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari solute

akan meningkat dan kecepatan reaksi akan melambat, karena gradien

konsentrasi akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada umumnya

(Coulson, 1955: 721). Dalam biologi dan proses pembuatan makanan,

banyak produk yang dipisahkan dari struktur alaminya menggunakan

ekstraksi cair-padat. Proses terpenting dalam pembuatan gula, leaching

dari umbi-umbian dengan produksi minyak tumbuhan, pelarut organic

seperti hexane, acetone, dan lainnya digunakan untuk mengekstrak

minyak dari kacang kedelai, biji bunga tumbuhan dan lain-lain. Dalam

industri farmasi, banyak produk obat-obatan diperoleh dari leaching akar

tanaman, daun dan batang. Untuk produksi kopi instan, kopi yang sudah

dipanggang di leaching dengan air segar. Teh dapat larut diproduksi

dengan menggunakan pelarut air dan daun teh (Geankoplis, 1997: 724-

725).

Karena alasan ekonomi dan pelestarian lingkungan, seringkali sisa

pelarut yang tertinggal dalam rafinat dipisahkan (misalnya dengan

pemanasan langsung menggunakan kukus) dan diambil kembali pada akhir

proses ekstraksi.Untuk mencapai unjuk keda ekstraksi atau kecepatan

ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, syarat-syarat berikut harus

dipenuhi:

Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa

padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan

Page 5: Leaching Done

yang seluas mungkin. Ini dapat dicapai dengan rnemperkecil ukuran

bahan ekstraksi. Dalam hal itu lintasan-lintasan kapiler,yang harus

dilewati dengan cara difusi, menjadi lebih pendek sehingga mengurangi

tahanannya. Pada ekstrak terkurung dalarn sel-sel seringkali perlu

dibentuk kontak langsung dengan pelarut melalui dinding sel yang

dipecahkan. Pemecahan dapat dilakukan misalnya dengan menekan atau

menggerus bahan ekstraksi.Untuk alat-alat ekstraksi tertentu harus dijaga

agar pada pengecilan bahan ekstraksi, ukuran partikel yang diperoleh

tidak menjadi terlalu kecil. Bila hal itu terjadi, tidak dapat dipastikan

bahwa bahan ekstraksi cukup permeabel untuk pelarut.

Kecepatan alir pelarut, sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju

alir bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera diangkut

keluar dari permukaan bahan padat. Tergantung pada jenis ekstraktor

yang digunakan, hal tersebut dapat dicapai baik dengan pengadukan

secara turbulen, atau dengan pemberian laju alir pelarut yang tinggi Suhu

yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih

besar) pada umumnya menguntungkan untuk kerja ekstraksi.

Ekstraksi padat-cair tak kontinu

1. Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur

beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk.

Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara

penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuag alat

yang dihubungkan dengan ekstraktor).Proses ini tidak begitu ekonomis,

digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau

bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus, sehingga

karena bahaya penyumbatan,ekstraktor lain tidak mungkin digunakan.

2. Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang

dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan diatas

pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan

dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang

Page 6: Leaching Done

dapat dinaikturunkan, pencampuran seringkali dapat disempurnakan, atau

rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi.

Ekstraktor semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel

yang tidak terlalu halus.

Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor yang

dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut.

Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi campuran

yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada setiap ekstraktor

yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan

dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran

yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit.Dengan operasi ini

pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak

lebih tinggi.

Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari pelat

ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di situ,

menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera mengalirkannya

kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi. Dalam ketel

destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus menerus meningkat. Dengan

metode ini jumlah total pelarut yang diperlukan relatif kecil. Meskipun

demikian, selalu terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal

antara bahan ekstraksi dan pelarut.Kerugiannya, adalah pemakaian banyak

energi karena pelarut harus diuapkan secara terus menerus.

Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak

penampung sebagai pengganti ketel destilasi. Dari bak tersebut larutan

ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum (misalnya alat penguap pipa

atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian dikondensasikan,pelarut

didinginkan dan dialirkan kem bali ke dalam ekstraktor dalam keadaan

dingin. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-

proses/pelaksanaan-proses-ekstraksi/

Page 7: Leaching Done

BAB II

PERCOBAAN

2.1. Variabel Percobaan

A. Variabel tetap :

- Jumlah bahan (bayam merah) : 70 gram

- Volume pelarut (air) : 2 L

B. Variabel berubah :

- Waktu ekstraksi : 10,20,30,40,50 menit

- Suhu pelarut : 50 oC dan 70 oC

2.2. Alat dan Bahan

A. Alat-alat yang digunakan:

- Kolom ekstraktor

- Tangku penampung (pemanas)

- Pompa

- beakerglass

- neraca digital

- piknometer

- thermometer

- stopwatch

- corong

- spektrofotometer

B. Bahan-bahan yang digunakan:

- bayam merah

- aquadest (H2O)

2.3. Prosedur Percobaan

A. Persiapan Bahan

Page 8: Leaching Done

- Menyiapkan bayam merah dipotong kasar sebanyak 70 gram

- Memasukkan pelarut air sebanyak 2L ke dalam tangki pemanas

B. Preparasi larutan

- Buat larutan besi sulfat 2-10 ppm sebanyak 100 mL

C. Menentukan Panjang Gelombang Maksimum

- Pipet larutan besi sulfat 2 ppm sebanyak 50 mL

- Mengukur nilai %T dan A dari larutan 2 ppm dengan spektrofotometer

sinar tampak pada panjang gelombang 0 nm sampai 520 nm

- Menggunakan larutan blangko untuk mengenolkan harga %T sebelum

pengukuran serapan larutan standart pada setiap penggantian panjang

gelombang.

- Membuat kurva hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi

(%T) dan menentukan panjang gelombang maksimum.

D. Pembuatan kurva kalibrasi

- Ambil larutan besi sulfat 2-10 ppm

- Ukur besarnya transmitan pada panajang gelombang maksimum

- Buat kurva kalibrasi antara panjang gelombang dan konsentrasi

E. Pengukuran sampel larutan

- Ambil sampel produk ekstraksi pada berbagai waktu 10,20,30,40 dan 50

- Ukur besarnya transmitan pada panjang gelombang maksimum

- Tentukan konsentrasi larutan dari kurva kalibrasi

F. Prosedur proses ekstraksi warna

- Memasukkan air sebagai pelarut pada tangki pemanas sebanyak 2L dan

memanaskan sampai suhu mencapai 50 oC.

- Memasukkan bahan ke dalam kolom ekstraktor sebanyak 70 gram.

- Membuka valve (globe valve) dari tangki pemanas ke dalam kolom

ekstraktor setelah pelarut (air) mencapai suhu 50 oC.

- Menghidupkan pompa dan motor ekstraktor, mengalirkan pelarut ke dalam

kolom ekstraktor dengan menggunakan spray dan membiarkan bahan di

dalam kolom ekstraktor selama 5 menit.

Page 9: Leaching Done

- Mengeluarkan larutan warna yang telah terbentuk dari kolom ekstraktor

dengan membuka valve dari tangki ekstraktor ke dalam tangki penampung.

- Kemudian mengulangi prosedur diatas dengan waktu : 10,20,30,40,50

menit.

- Dan mengulangi kembali pada waktu yang sama dengan suhu 70 oC.

G. Menghitung densitas larutan warna

- Menimbang piknometer kosong dan mencatat berat serta volume

piknometer kosong.

- Mengambil beberapa mL larutan warna dan memasukkannya ke dalam

piknometer sampai penuh.

- Menimbang piknometer yang telah terisi dengan larutan warna dan

mencatatnya.

- Menghitung massa jenisnya dengan menggunakan rumus:

H. Menghitung %yield produk

- Menghitung %yield dengan rumus sebagai berikut:

2.4. Gambar Peralatan

Keterangan gambar:

1. Thermo Controler

2. Tombol pompa

3. Tombol Heater

4. Tombol motor penggerak

5. Box control

6. Gate valve

7. Baut penyambung

8. Sprayer

Page 10: Leaching Done

9. Kolom ekstraktor

10. Keranjang (tempat bahan)

11. Globe valve

12. Pompa

13. Check valve

14. Tangki pemanas

15. Heater

16. Flowmeter

Keterangan gambar:

1. Tombol turn on-off

2. Insert blank (larutan blanko)

3. Insert Unknown (larutan limbah)

4. Set tempat sampel

5. Skala pembacaan panjang gelombang (λ)

6. Set panjang gelombang

7. Kabel listrik

8. Set zero

9. Skala pembacaan (%T )

10. Set mode

11. Set function

Page 11: Leaching Done

2.5. Data Pengamatan

Tabel 2.5.1. Data kalibrasi spektrofotometer

No Konsentrasi Fe(ppm) Absorbansi

1 2 0.0565

2 4 0.06398

3 6 0.0721

4 8 0.0773

5 10 0.0857

Tabel 2.5.2.Data hasil pengamatan densitas larutan warna suhu 50 oC

No t (menit) Piknometer

kosong

Piknometer isi ρ (gr/ml) ρ rata-rata

1 10 19.06 43.98 0.9968 1.03488

19.1 44.01 0.9964

2 20 19.02 43.96 0.9976 1.0006

19.1 43.93 0.9932

3 30 19.04 43.92 0.9952 0.9974

19.02 44.01 0.9996

4 40 19.06 44.11 1.0020 0.9962

19.02 44.04 1.0008

5 50 19.06 44.78 1.0288 0.9966

19.1 45.12 1.0408

Page 12: Leaching Done

Tabel 2.5.3.Data hasil pengamatan densitas larutan warna suhu 70 oC

No t (menit) Piknometer

kosong

Piknometer isi ρ (gr/ml) ρ rata-rata

1 10 19.03 44.02 0.99960 0.9944

19.9 43.82 0.98920

2 20 19.04 43.89 0.99400 0.9950

19.02 43.92 0.99600

3 30 19.06 43.96 0.99600 0.9968

19.07 44.01 0.99760

4 40 19.03 44.04 1.00040 0.9986

19.01 43.93 0.99680

5 50 19.07 44.04 0.99880 0.9986

19.05 44.01 0.99840

Tabel 2.5.4.Data hasil pengamatan absorbansi larutan warna suhu 50 oC

No t (menit) %T Absorbansi A rata-rata

1 10 77.3 0.1118 0.1110

77.6 0.1101

2 20 66.3 0.1785 01736

67.8 0.1688

3 30 51.2 0.2907 02832

53 0.2757

4 40 43.4 0.3625 0.3542

45.1 0.3458

5 50 33.2 0.4789 0.4776

33.4 0.4763

Page 13: Leaching Done

Tabel 2.5.5.Data hasil pengamatan absorbansi larutan warna suhu 70 oC

No t (menit) %T Absorbansi A rata-rata

1 10 56.4 0.2487 0.2483

56.5 0.2480

2 20 39.9 0.3990 0.3996

39.8 0.4001

3 30 25.4 0.5952 0.5969

25.2 0.5986

4 40 18.3 0.7375 0.7387

18.2 0.7399

5 50 12.2 0.9136 0.9119

12.3 0.9101

2.6. Hasil Perhitungan

Tabel 2.6.1.Hasil perhitungan densitas larutan warna(g/mL) untuk waktu ekstraksi

10,20,30,40,50 menit pada suhu 50 oC

No t (menit) Piknometer

kosong

Piknometer isi Volume

piknometer

(mL)

ρ (gr/ml) ρ rata-rata

10 50 19.06 43.98 25 0.9968 1.0006

19.1 44.01 0.9964

20 50 19.02 43.96 25 0.9976 0.9974

19.1 43.93 0.9932

30 50 19.04 43.92 25 0.9952 0.9962

19.02 44.01 0.9996

40 50 19.06 44.11 25 1.0020 0.9966

Page 14: Leaching Done

19.02 44.04 1.0008

50 50 19.06 44.78 25 1.0288 1.0006

19.1 45.12 1.0408

Tabel 2.6.2.Hasil perhitungan densitas larutan warna(g/mL) untuk waktu ekstraksi

10,20,30,40,50 menit pada suhu 70 oC

No t (menit) Piknometer

kosong

Piknometer isi Volume

piknometer

(mL)

ρ (gr/ml) ρ rata-rata

10 70 19.03 44.02 25 0.99960 0.9944

19.9 43.82 0.98920

20 70 19.04 43.89 25 0.99400 0.9950

19.02 43.92 0.99600

30 70 19.06 43.96 25 0.99600 0.9968

19.07 44.01 0.99760

40 70 19.03 44.04 25 1.00040 0.9986

19.01 43.93 0.99680

50 70 19.07 44.04 25 0.99880 0.9986

19.05 44.01 0.99840

Tabel 2.6.3.Hasil perhitungan konsentrasi Fe(ppm) pada larutan warna untuk waktu

ekstraksi 10,20,30,40,dan 50 menit pada suhu 50 oC

No t (menit) %T Absorbansi A rata-rata Konsentrasi

Fe (ppm)

1 10 77.3 0.1118 0.1110 17.0498

77.6 0.1101

2 20 66.3 0.1785 01736 34.4523

67.8 0.1688

3 30 51.2 0.2907 02832 64.8964

53 0.2757

4 40 43.4 0.3625 0.3542 84.6019

45.1 0.3458

Page 15: Leaching Done

5 50 33.2 0.4789 0.4776 118.8771

33.4 0.4763

Tabel 2.6.4.Hasil perhitungan konsentrasi Fe(ppm) pada larutan warna untuk waktu

ekstraksi 10,20,30,40,dan 50 menit pada suhu 70 oC

No t (menit) %T Absorbansi A rata-rata Konsentrasi

Fe (ppm)

1 10 56.4 0.2487 0.2483 55.2045

56.5 0.2480

2 20 39.9 0.3990 0.3996 97.2144

39.8 0.4001

3 30 25.4 0.5952 0.5969 152.0230

25.2 0.5986

4 40 18.3 0.7375 0.7387 191.4274

18.2 0.7399

5 50 12.2 0.9136 0.9119 239.5188

12.3 0.9101

Tabel 2.6.5.Hasil perhitungan %yield pada larutan warna untuk waktu ekstraksi

10,20,30,40,dan 50 menit pada suhu 50 oC

Waktu

(menit)Suhu(oC)

Konsentrasi

Fe (ppm)

Massa

produk(g)%yield

%yield rata-

rata

10 50 17.0498 25.72 96.31% 99.9807%

26.02 96.27%

20 50 34.4523 25.09 96.39% 96.6763%

24.94 95.96%

30 50 64.8964 24.88 96.15% 96.3671%

24.99 96.58%

40 50 84.6019 24.9 96.81% 96.2512%

Page 16: Leaching Done

24.91 96.70%

50 50 118.8771 24.92 99.40% 96.2899%

24.91 100.56%

Tabel 2.6.6.Hasil perhitungan %yield pada larutan warna untuk waktu ekstraksi

10,20,30,40,dan 50 menit pada suhu 70 oC

Waktu

(menit)Suhu(oC)

Konsentrasi

Fe (ppm)

Massa

produk(g)%yield

%yield rata-

rata

10 70 55.2045 24.99 96.5797% 96.0773%

24.73 95.5749%

20 70 97.2144 24.85 96.0386% 96.1353%

24.9 96.2319%

30 70 152.0230 24.9 96.2319% 96.3092%

24.94 96.3865%

40 70 191.4274 25.01 96.6570% 94.4831%

24.92 96.3092%

50 70 239.5188 24.92 96.5024% 966.4831%

24.96 96.4638%

Tabel 2.6.7.Hasil perhitungan regresi pada kalibrasi untuk larutan standart dengan

menggunakan Spektrofotometer

No Konsentrasi Fe (ppm)

(x)

Absorbansi (y) x2 Xy

1 2 0.0565 4 0.113

2 4 0.06398 16 0.25592

3 6 0.0721 36 0.4326

4 8 0.0773 64 0.6184

5 10 0.0857 100 0.857

Page 17: Leaching Done

Σ 30 0.35558 220 2.27692

Page 18: Leaching Done

2.7. Grafik

Grafik 2.7.1. Hubungan antara panjang gelombang (λ) dan absorbansi (A) dalam

penentuan panjang gelombang maksimum

Grafik 2.7.2. Hubungan antara konsentrasi larutan (x) dan absorbansi (y) dalam

penentuan persamaan mencari konsentrasi Fe didalam larutan.

Page 19: Leaching Done

Grafik 2.7.3. Hubungan antara densitas (ρ) dan % yield pada suhu operasi 50 dan 70 oC

Grafik 2.7.4. Hubungan antara waktu (t) dan % yield pada suhu operasi 50 oC

Page 20: Leaching Done

Grafik 2.7.5. Hubungan antara waktu (t) dan % yield pada suhu operasi 70 oC

Page 21: Leaching Done

BAB III

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara panjang gelombang (λ) dan absorbansi (A) dalam

penentuan panjang gelombang maksimum.

Berdasarkan teori maka dicari titik absorbansi maksimal pada panjang gelombang

tertentu untuk digunakan dalam proses kalibrasi.

Berdasarkan hasil percobaan, pada grafik 2.7.1. didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori maka didapat panjang gelombang maksimumnya.

2. Hubungan antara konsentrasi larutan (x) dan absorbansi (y) dalam penentuan

persamaan mencari konsentrasi Fe didalam larutan.

Berdasarkan teori yang ada maka di dapatkan persamaan linier dengan metode

interpolasi.

Hal ini sesuai dengan persamaan :

y = ax+b

Berdasarkan hasil percobaan, pada grafik 2.7.2. didapatkan grafik yang sesuai

dengan teori. Sehingga didapat persamaan linier yang tersaji didalam grafik

untuk menentukan berapa konsentrasi Fe didalam larutan ekstrak.

3. Hubungan antara densitas (ρ) dan % yield pada suhu operasi 50 dan 70 oC.

Berdasarkan teori Hubungan antara densitas (ρ) dan % yield pada suhu operasi 50

dan 70 oC adalah berbanding lurus. Dimana suhu berpengaruh terhadap

Page 22: Leaching Done

besarnya densitas, semakin kecil suhu maka semakin besar pula densitas yang

diperoleh hal ini berkaitan dengan densitas yang berbanding lurus dengan

perhitungan yield.

Hal ini sesuai dengan persamaan :

Dimana untuk berat produk digunakan perhitungan menggunakan densitas:

Berdasarkan hasil percobaan, pada grafik 2.7.3. dan grafik 2.7.5. didapatkan

hasil yang sesuai dengan teori dimana semakin besar densitas maka semakin

besar pula %yield yang di dapat karena %yield sendiri untuk perhitungannya

berbanding lurus dengan densitas larutan.

4. Hubungan antara waktu (t) dan % yield pada suhu operasi 50 dan 70 oC.

Berdasarkan teori hubungan waktu operasi dan %yield yang diperoleh.

Dimana semakin lama waktu operasi maka laju pertambahan jumlah yield

yang didapat semakin besar.

Hal ini sesuai dengan persamaan :

Page 23: Leaching Done

Dimana untuk berat produk digunakan perhitungan menggunakan densitas

larutan dan berat bahan baku dipengaruhi densitas air:

Berdasarkan hasil percobaan, pada grafik 2.7.4. dan grafik 2.7.6.

didapatkan hasil yang sesuai dengan teori yaitu semakin lama waktu operasi

maka %yield yang didapat juga semakin besar.

Page 24: Leaching Done

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan :

1. Dari grafik untuk menentukan panjang gelombang maksimum pada λ sebesar

360 nm .

2. Dari grafik hubungan antara konsentrasi larutan (x) dan absorbansi (y) dalam

penentuan persamaan mencari konsentrasi Fe didalam larutan didapat

persamaannya adalah y= 0.0036x + 0.0496.

3. Dari grafik untuk Hubungan antara densitas (ρ) pada suhu operasi 50 oC antara

lain: 1,02880; 1,04080; 1,00360; 0,99760; 0,99520; 0,99960; 0,99600;

0,99640; 0,99680; 0,99640 dan variasi % yield yang didapat antara lain:

96,31%; 96,27%; 96,39%; 95,96%; 96,15%; 96,58% ; 96,81% ; 96.70%;

99.40% ; 100.56% dan dari grafik untuk Hubungan antara densitas (ρ) pada suhu

operasi 70 oC antara lain: 0,99960; 0,98920; 0,99400; 0,99600; 0,99600;

0,99760; 1.00040; 0,99680; 0,99880; 0,99840 dan variasi % yield yang didapat

antara lain: 96,5797% ; 95,5749% ; 96,0386% ; 96,2319% ; 96,2319% ;

96,3865% ; 96,6570% ; 96,3092% hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh

suhu mempengaruhi besarnya densitas sehingga %yield untuk suhu yangg

lebih rendah lebih besar dibandingkan dengan suhu yang lebih tinggi.

Page 25: Leaching Done

4. Dari grafik untuk Hubungan antara densitas (ρ) pada suhu operasi 70 oC antara

lain: 0,99960; 0,98920; 0,99400; 0,99600; 0,99600; 0,99760; 1.00040;

0,99680; 0,99880; 0,99840 dan variasi % yield yang didapat antara lain:

96,5797% ; 95,5749% ; 96,0386% ; 96,2319% ; 96,2319% ; 96,3865% ;

96,6570% ; 96,3092% hasil ini membuktikan sesuai dengan teori dimana

semakin besar densitas maka semakin besar pula %yield yang di dapat karena

%yield sendiri untuk perhitungannya berbanding lurus dengan densitas larutan

5. Dari grafik untuk Hubungan antara waktu operasi (t) pada suhu operasi 50 oC

antara lain: 10, 20 30, 40, 50 menit dan variasi % yield yang didapat antara

lain: 96,31%; 96,27%; 96,39%; 95,96%; 96,15%; 96,58% ; 96,81% ; 96.70%;

99.40% ; 100.56% hasil ini membuktikan sesuai dengan teori dimana

semakin lama waktu operasi maka semakin besar pula %yield yang di dapat

karena %yield sendiri untuk perhitungannya berbanding lurus dengan naiknya

densitas karena lamanya waktu operasi.

6. Dari grafik untuk Hubungan antara waktu operasi (t) pada suhu operasi 70 oC

antara lain: 10, 20 30, 40, 50 menit dan variasi % yield yang didapat antara

lain: 96,5797% ; 95,5749% ; 96,0386% ; 96,2319% ; 96,2319% ; 96,3865% ;

96,6570% ; 96,3092% hasil ini membuktikan sesuai dengan teori dimana

semakin lama waktu operasi maka semakin besar pula %yield yang di dapat

karena %yield sendiri untuk perhitungannya berbanding lurus dengan naiknya

densitas karena lamanya waktu operasi.

4.2. Saran

Page 26: Leaching Done

1. Motor pengaduk pada keranjang ekstraktor perlu diperbaiki agar proses

pengadukan dapat berjalan lebih sempurna.

2. Pompa pada alat lebih baik diganti dengan laju alir yang lebih kecil karena

terlalu cepat laju alir masuk dibanding laju alir yang keluar.

DAFTAR PUSTAKA

Cabe, Mc. Operasi Teknik Kimia jilid 1. Erlangga, Jakarta, 1991.

Geankoplis, C. Transport Processes and Unit Operations. University of Minnesota, New Delhi, 1997.

Jobsheet “Pilot Plant”. 2013. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang.