bab 16 done

13
DETERMINAN PERMINTAAN AGREGAT DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA Permintaan agregat adalah keseluruhan barang dan jasa yang diminta oleh segenap rumah tangga dan perusahaan dari seluruh dunia. Permintaan agregat terhadap output suatu perekonomian terbuka merupakan imbalan penjumalahan dari permintaan konsumsi, permintaan investasi, permintaan pemerintah, dan permintaan ekspor bersih atau saldo transaksi berjalan. Selanjutnya akan ditelaah faktor-faktor yag menentukan tngkat permintaan konsumsi dan transaksi berjalan. DETERMINAN PERMINTAAN KONSUMSI Tingkat konsumsi yang hendak dicapai suatu negara dapat dinyatakan sebagai fungsi dari pendapatan bersih: C = C( ) Pada tingkat agregat, konsumsi akan meningkat bila pendapatan bersih mengalami kenaikan. Jadi, permintaan konsumsi berbanding lurus dengan pendapatan bersih. DETERMINAN TRANSAKSI BERJALAN Neraca berjalan bisa dipandang sebagai permintaan ekspor dikurangi permintaan impor. Ada dua faktor utamanya, yaitu kurs riil mata uang domestik terhadap mata uang asing dan pendapatan bersih domestik. Perubahan kurs riil dapat mempengaruhi transaksi berjalan karenaperubahan tersebut mencerminkan harga barang dan jasa domestik relatif terhadap barang dan jasa luar negeri. Pendapatan bersih mempengaruhi transaksi berjalan melalui pengaruhnya terhadap total pembelanjaan konsumen domestik. Transaksi berjalan dapat dinyatakna dengan ekspor dan impor sebagai berikut: CA = EX – IM PENGARUH PERUBAHAN KURS RIIL TERHADAP TRANSAKSI BERJALAN Membaik atau memburuknya transaksi berjalan tergantung pada dampak perubahan kurs riil mana yang lebih dominan, dampaknya terhadap volume pembelanjaan konsumen yang menggeser kuantitas ekspor dan impor, ataukah dampaknya terhadap nilai-nya yang mengubah bobot relatif output domestik terhadap sejumlah impor dari luar negeri. PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN BERSIH TERHADAP TRANSAKSI BERJALAN Kenaikan pendapatan bersih akan meningkatkan pembelanjaan atas semua barang, termasuk barang impor dari luar negeri, sehingga memperburuk kondisi transaksi berjalan, dan sebaliknya, penurunan pendapatan bersih akan memperbaiki kondisi transaksi berjalan.

Upload: batari-saraswati

Post on 24-Jul-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 16 done

DETERMINAN PERMINTAAN AGREGAT DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA

Permintaan agregat adalah keseluruhan barang dan jasa yang diminta oleh segenap rumah tangga dan perusahaan dari seluruh dunia. Permintaan agregat terhadap output suatu perekonomian terbuka merupakan imbalan penjumalahan dari permintaan konsumsi, permintaan investasi, permintaan pemerintah, dan permintaan ekspor bersih atau saldo transaksi berjalan. Selanjutnya akan ditelaah faktor-faktor yag menentukan tngkat permintaan konsumsi dan transaksi berjalan.

DETERMINAN PERMINTAAN KONSUMSITingkat konsumsi yang hendak dicapai suatu negara dapat dinyatakan sebagai fungsi dari pendapatan bersih:

C = C( )

Pada tingkat agregat, konsumsi akan meningkat bila pendapatan bersih mengalami kenaikan. Jadi, permintaan konsumsi berbanding lurus dengan pendapatan bersih.

DETERMINAN TRANSAKSI BERJALANNeraca berjalan bisa dipandang sebagai permintaan ekspor dikurangi permintaan impor. Ada dua faktor utamanya, yaitu kurs riil mata uang domestik terhadap mata uang asing dan pendapatan bersih domestik.Perubahan kurs riil dapat mempengaruhi transaksi berjalan karenaperubahan tersebut mencerminkan harga barang dan jasa domestik relatif terhadap barang dan jasa luar negeri. Pendapatan bersih mempengaruhi transaksi berjalan melalui pengaruhnya terhadap total pembelanjaan konsumen domestik. Transaksi berjalan dapat dinyatakna dengan ekspor dan impor sebagai berikut:

CA = EX – IM

PENGARUH PERUBAHAN KURS RIIL TERHADAP TRANSAKSI BERJALANMembaik atau memburuknya transaksi berjalan tergantung pada dampak perubahan kurs riil mana yang lebih dominan, dampaknya terhadap volume pembelanjaan konsumen yang menggeser kuantitas ekspor dan impor, ataukah dampaknya terhadap nilai-nya yang mengubah bobot relatif output domestik terhadap sejumlah impor dari luar negeri.

PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN BERSIH TERHADAP TRANSAKSI BERJALANKenaikan pendapatan bersih akan meningkatkan pembelanjaan atas semua barang, termasuk barang impor dari luar negeri, sehingga memperburuk kondisi transaksi berjalan, dan sebaliknya, penurunan pendapatan bersih akan memperbaiki kondisi transaksi berjalan.

PERSAMAAN PERMINTAAN AGREGAT

Keempat komponen permintaan agregat yang digabungkan mermuskan total permintaan agregat yang dilambangkan dengan:

D = C(Y-T)+I+G+CA(EP*/P,Y-T)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa permintaan agregat atas output domestik bisa dinyatakan sebagai fungsi dari kurs riil, pendapatan bersih, permintaan investasi dan belanja pemerintah:

D = D (EP*/P,Y-T,I,G)

Page 2: BAB 16 done

KURS RIIL DAN PERMINTAAN AGREGAT

Depresiasi riil mata uang domestik akan meningkatkan permintaan agregat atas output domestik; sedangkan apresiasi riil akan menurunkan permintaan-permintaan agregat tersebut.

PENDAPATAN RIIL DAN DETERMINAN AGREGAT

Kenaikan pendapatan riil akan meningkatkan permintaan agregat atas output domestik, sedangkan penurunan pendapatan riil domestik mengurangi permintaan agregat atas output domestik

Gambar dibawah menunjukkan hubungan antara permintaan agregat dengan pendapatan riil, dimana kurs riil, pajak, permintaan investasi dan belanja pemerintah tidak berubah

Permintaan agregat, D

Fungsi permintaan agregat, D = D (EP*/P,Y-T,I,G)

= C(Y-T)+I+G+CA(EP*/P,Y-T)

45º

Output, Y

TERBENTUKNYA OUTPUT DALAM JANGKA PENDEK

Terbentuknya output dalam jangka pendek ditunjukkan oleh gambar di bawah:

Permintaan Agregat, D

D (EP*/P,Y-T,I,G)

1 3

2

45 º

Output, Y

KESEIMBANGAN DALAM JANGKA PENDEK: SKEDUL DD

Untuk memahami mengenai terbentuknya output dan kurs secara bersamaan dalam jangka pendek, diperlukan dua elemen. Elemen pertama yaitu hubungan antara kurs dan output (skedul DD) yang selalu hadir pada saat pasar output dalam kondisi keseimbangan, dan yang kedua yaitu hubungan kurs dengan output yang tercipta pada saat pasar domestik dan pasar valuta asing dalam kondisi seimbang.

Page 3: BAB 16 done

OUTPUT, KURS DAN KESEIMBANGAN PASAR OUTPUT

Gambar di bawah menunjukkan kondisi dimana kurs dan output yang hadir pada saat pasar output mengalami kondisi keseimbangan.

Permintaan agregat, D

D ( P*/P,Y-T,I,G)

2

D ( P*/P,Y-T,I,G)

1

45 º

Output, Y

Setiap kenaikan kurs riil akan menggeser fungsi permintaan agregat ke atas dan memperbesar tingkat output (dengan catatan semua kondisi diabaikan). Demikian sebaliknya, Setiap penurunan kurs riil menyebabkan tingkat output berkurang dan berkontraksi (dengan catatan semua kondisi diabaikan).

Gambar diatas memaparkan pembentukan skedul DD yang mengaitkan E dan Y dalam kondisi P dan P* tidak berubah

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGGESER SKEDUL DD

Gambar dibawah digunakan untuk lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran skedul DD:

Permintaan agregat, D

D ( P*/P,Y-T,I,G)

D ( P*/P,Y-T,I,G)

45 º Output, Y

1 2

Page 4: BAB 16 done

Fakor-faktor yang mempengaruhi pergeseran skedul DD:

1. Perubahan G. Setiap kenaikan G menyebabkan DD bergeser ke kanan, dan sebaliknya, penurunan G menyebabkan DD bergeser ke kiri, seperti yang ditunjukkan pada halaman sebelumnya.

2. Perubahan T atau pajak. Pajak dapat mempengaruhi permintaan agregat dengan mengubah jumlah pendapatan bersih, berapapun Y-nya. Kenaikan pajak pasti menggeser DD ke kiri, dan begitu juga sebaliknya

3. Perubahan I atau investasi. Perubahan permintaan investasi menimbulkan dampak yang sama dengan yang ditimbulkan oleh perubahan G

4. Perubahan P. Bila E dan P* diabaikan, kenaikan P membuat permintaan agregat turun, dan menggeser skedul DD ke kiri

5. Perubahan P*. Jika E dan P diabaikan, kenaikan P* membuat skedul DD bergeser ke kanan.6. Perubahan fungsi konsumsi. Apabila peningkatan pembelanjaan konsumsi tidak sepenuhnya

terarah ke impor, maka permintaan agregat terhadap output domestik akan meningkat dan skedul permintaan agregat segera bergeser ke atas, dan menggeser skedul DD ke kanan

7. Pergeseran permintaan antara produk domestik dan luar negeri. Pergeseran permintaan dunia dari produk domestik ke produk luar negeri akan mengakibatkan skedul DD bergerak ke kiri.

KESEIMBANGAN PASAR ASET DALAM JANGKA PENDEK

Elemen kedua yang digunakan untuk menyempurnakan pembahasan mengenai keseimbangan jangka pendek yaitu skedul yang melambangkan nilai kurs dan tingkat output yang konsisten dengan keseimbangan pasar uang domestik dan valuta asing atau skedul AA.

OUTPUT, KURS DAN KESEIMBANGAN ASET

Pada suatu tingkat perkiraan kurs dimasa mendatang atau , kondisi paritas suku bunga yang

mewakili keseimbangan pasar valuta asing adalah:

R =R* + ( -E) / E

R adalah suku bunga simpanan mata uang domestik, sedangkan R* merupakan suku bunga simpanan valuta asing.

PEMBENTUKAN SKEDUL AA

Berikut adalah gambar skedul AA:

Kurs, E A

1

Page 5: BAB 16 done

2

A

Output, Y

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGGESER SKEDUL AA

1. Perubahan . Kenaikan menyebabkan AA bergeser ke atas, dan demikian juga

sebaliknya2. Perubahan P. Kenaikan P menurunkan permintaan uang riil dan mendorong suku bunga naik,

kenaikan ini mennggeser AA ke bawah dan demikian juga sebaliknya.3. Perubahan . Kenaikan ( dengan asumsi output tetap) menggeser skedul AA ke atas dan

juga sebaliknya.4. Perubahan R*. Kenaikan R* menyebabkan AA bergerak ke atas, dan demikian pula

sebaliknya.5. Perubahan permintaan uang riil. Penurunan permintaan uang menimbulkan dampak yang

sama dengan dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan penawaran uang, yakni mendorong AA ke atas.

KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK UNTUK PEREKONOMIAN TERBUKA: GABUNGAN SKEDUL DD DAN AA

Gambar di bawah menggabungkan skedul AA dan DD untuk mengetahui titik keseimbangan jangka pendek tersebut. Perpotongan antara DD adan AA pada titik 1 merupakan satu-satunya perpaduan antara kurs dan output yang menjamin kesamaan antara permintaan dan penawaran agregat.

Kurs, E

A D

1

A

D Output, Y

Pada titik 1, perekonomian menjadi mantap, karena hanya di titik itulah pasar output dan pasar aset sama-sama berada dalam kondisi keseimbangan

Page 6: BAB 16 done

PERUBAHAN-PERUBAHAN TEMPORER DALAM KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL

Pada bagian ini akan dipelajari telaah kebijakan-kebijakan pemerintah yang diterapkan untuk mempertahankan kondisi full employment dari suatu perekonomian terbuka, yang dipusatkan pada dua jenis kebijakan pemerintah, yakni kebijakan moneter yang berfungsi melalui perubahan-perubahan tingkat penawaran uang, dan kebijakan fiskal yang berfungsi melalui perubahan-perubahan dalam tingkat pembelanjaan dan penerimaan pajak pemerintah.

Disini akan ditelaah pergeseran kebijakan temporer (bersifat sementara) yang oleh masyarakat diharapkan dapat bergerak dalam waktu singkat.

KEBIJAKAN MONETER

Dalam jangka pendek yang ditimbulkan oleh suatu kenaikan temporer ditunjukkan seperti gambar di

bawah. Kenaikan penawaran mata uang menggeser ke atas namun tidak mempengaruhi

posisi DD

Kurs, E D

2

1

D

Output, Y

Penawaran mata uang menyebabkan apresiasi mata uang domestik, memperbesar output, sehingga meningkatkan employment (pengerahan sumber daya, termasuk sumber daya manusia dan tenaga kerja ).

KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal ekspansioner dapat terwujud berupa kenaikan permintaan pemerintah, pemotongan tingkat pajak, atau kombinasi diantara keduanya yang pada akhirnya meningkatkan permintaan agregat. Maka dari itu, kebijakan fiskal ekspansioner menggeser skedul DD ke arah kanan, namun tidak menggerakkan AA sama sekali.

Kurs, E

A

Page 7: BAB 16 done

A

Output, Y

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN FULL EMPLOYMENT

Kebijakan moneter ekspansif dan fiskal temporer selain dapat meningkatkan output dan juga employment, keduanya juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan temporer yang dapat menyebabkan resesi. Sedangkan untuk mengatasi masalah yang mengundang overemployment dapat diselesaikan dengan kebijakan makroekonomi kontraksioner.

Gambar dibawah akan menjelaskan kebijakan untuk mengatasi masalah penurunan permintaan. Dimana keseimbangan awal adalah di titik 1, output full employment Y1. Namum karena adanya penurunan permintaan agregat akan produk domestik disebabkan perubahan selera sehingga D1

bergeser ke kiri D2. Pada titik keseimbangan baru yaitu titik 2,mata uang domestik mengalami depresiasi menjadi E2 dan output turun menjadi Y2 dibawah full employment. Karena masalah tersebut hanya bersifat temporer maka tidak mempengaruhi Ee sehingga kurva A1 tidak berubah. Kebijakan yang dapat digunakan adalah baik fiskal temporer maupun moneter temporer. Kebijakan fiskal temporer ekspansif dapat menggeser kurva D2 kembali ke D1 sehingga kondisi kembali full employment dan kurs kembali E1. Kebijakan moneter temporer nerupa penambahan jumlah uang beredar. Kebijakan ini dpat menggeser kurve keseimbangan pasar uang ke A2 dan perekonomian pada titik 3 sehingga kondisi kembali full employment, tapi mata uang akan mengalami depresiasi.

BEBERAPA MASALAH DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN

Masalah-masalah yang dihadapi dalam merumuskan kebijakan antara lain :

1. Sulit menentukan sumber gangguan apakah dari pasar barang atau pasar uang. Untuk menjaga dampak kebijakannya terhadap kurs, policy maker harus mengetahui sumber gangguan .

Page 8: BAB 16 done

2. Perumusan kebijakan berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu atau kepentingan sekelompok orang. Kebijakan moneter biasanya langsung dilakukan oleh Bank Sentral, sedangkan kebijakan fiskal, yang sebetulnya lebih layak, perlu waktu lebih lama karena adanya perdebatan dalam penentuannya.

3. Dampak dari dilakasanakannya kebijakan. Misalnya kebijakan fiskal dengan pemotongan pajak atau meningkatkan belanja pemerintah mungkin akan menimbulkan defisit yang harus dilakukan dengan langkah fiskal yang sebaliknya, yaitu meningkatkan pajak atau mengurangi belanja pemerintah.

4. Rumitnya pelaksanaan kebijakan. Pada kenyatannya diperlukan evaluasi seberapa besar gangguan yang ada sehingga kebijakannya dapat sesuai.

PERGESERAN-PERGESERAN PERMANEN DALAM KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

KENAIKAN PERMANEN DALAM PENAWARAN UANG

Dengan asumsi bahwa keseimbangan adalah pada kondisi jangka panjang, dan ceteris paribus, suku bunga domestik sama dengan tingkat suku bunga luar negeri R=R* dan tidak adanya perubahan kurs. Apabila jumlah uang beredar MS mengalami kenaikan permanen sehingga meningkatkan perkiraan kurs di masa datang menjadi Ee. Pada titik 2 menunjukkan besarnya nilai Y dan R lebih tinggi karena kenaikan MS permanen, dibandingkan titik 3 besarnya nilai kenaikan Y dan R yang dikarenakan kenaikan MS temporer.

PENYESUAIAN TERHADAP KENAIKAN PERMANEN DALAM PENAWARAN UANG

Pada gambar, titik 2 menunjukkan keseimbangan jangka pendek dimana output-output yang digunakan semuanya diatas full employment yaitu sumber daya yang digunakan bekerja lembur, sehingga pekerja menuntut kenaikan upahnya. Produsen terpaksa meningkatkan harga untuk menutup naiknya biaya produksinya. Kenaikan penawaran uang terus menerus/permanen menyebabkan

Page 9: BAB 16 done

tekanan inflasioner yang mendorong tingkat harga menuju nilai jangka panjangnya yang baru sehingga perekonomian kembali mencapai kondisi full employment. Kenaikan harga P membuat harga barang domestik menjadi relatif lebih mahal sehingga akan menekan ekspor dan meningkatkan impor. Kenaikan P menggeser kurva D1 bergeser ke kiri, adanya barang impor akan mengakibatkan penurunan permintaan uang riil sehingga kurva A2 bergeser ke kiri. Kuva D dan A baru berhenti bergeser bila keduanya saling memotong di tingkat full employment Yf, tingkat harga akan terus berubah selama output belum mecapai keseimbangan. Kenaikan permanen dalam permintaan uang dapat disesuaikan dengan peningkatan permanen penawaran uang yang nilainya sama besar, sehingga kondisi full employment dapat terjaga.

PENGARUH KEBIJAKAN-KEBIJAKAN MAKROEKONOMI TERHADAP TRANSAKSI BERJALAN

Jika Y meningkat di sepanjang D maka peningkatan permintaan domestik terhadap output domestik lebih kecil daripada besarnya peningkatan output itu sendiri, karena sebagiannya digunakan untuk belanja produk impor. Karena di sepanjang kurva DD total permintaan agregat harus sama dengan penawarannya maka E harus meningkat lebih cepat daripada peningkatan impor atau neraca transaksi berjalan harus meningkat cukup besar di sepanjang kurva DD. Jadi dampak dari kebijakan moneter terhadap transaksi berjalan yaitu dengan adanya kenaikan penawaran uang dapat menggeser perekonomian ke posisi titik 2, selain itu dapat meningkatkan output, dan juga timbulnya depresiasi

Page 10: BAB 16 done

mata uang. Dalam jangka pendek, kondisi neraca berjalan dapat ditingkatkan melalui ekspansi moneter.

PENYESUAIAN ARUS PERDAGANGAN SECARA BERTAHAP DAN DINAMIKA NERACA TRANSAKSI BERJALAN

Asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa depresiasi riil mata uang domestik dengan seketika dapat memperbaiki neraca transaksi berjalan, dan depresiasi riil juga memperburuk transaksi berjalan.

KURVA – J

Kurva J menggambarkan bagaimana neraca transaksi berjalan suatu negara langsung memburuk ketika terjadi depresiasi riil mata uangnya dan beberapa bulan baru membaik. Setelah adanya depresiasi mata uang riilnya neraca transaksi berjalan akan menurun, dari titik 1 ke titik 2 yang disebabkan sebagian besar kontrak impor ekspor bersifat berjangka, atau baru terlaksana beberapa bulan setelahnya. Karena terjadi depresiasi maka kontrak produk impor meningkat diukur dalam produk domestiknya. Karena meningkatnya barang impor maka neraca transaksi berjalan merosot.

Pada negara industri sebagian besarnya keberlangsungan proses kurva J dari 6 bulan tapi kurang dari setahun. Titik 3 baru tercapai dalam waktu setahun setelah depresiasi riil dan neraca transaksi berjalan membaik. Dampak kebijakan moneter ekspansif adalah kurs mengalami overshoot yang besar atau gejolak kurs makin besar.

EFEK BEACHHEAD

Efek Beachhead adalah kecenderungan bagi seseorang atau perusahaan untuk tidak meningglakan pasar yang sudah ada demi membuka pasar baru, karena adanya biaya pengorbanan /sunk cost. Baiaya pengorbanan yang dikeluarkan oleh pengusaha itu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produknya, misalnya biaya kampanye. Efek Beachhead bisa membuat perubahan kurs tidak berpengaruh sama sekali terhadap kepututsan-keputusan perusahaan. Implikasi umum dari adanya biaya penyesuaian ini yaitu lebih kuatnya pengaruh perubahan kurs secara permanen daripada temporer, terhadap neraca transaksi berjalan.