bab ii (done)

49
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum 2.1.1.Pengertian Sirup Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat atau pembawa yang wangi harum. Sirup bukan obat dimaksudkan sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat (1). 2.1.2. Keuntungan dan Kerugian Sirup 3

Upload: nugrahangraini

Post on 01-Dec-2015

1.879 views

Category:

Documents


77 download

DESCRIPTION

Farmasetika Dasar

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum

2.1.1. Pengertian Sirup

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti

gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.

Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak

mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat atau

pembawa yang wangi harum. Sirup bukan obat dimaksudkan

sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang

ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan resep secara

mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk sirup obat,

yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat (1).

2.1.2. Keuntungan dan Kerugian Sirup

Sirup merupakan sediaan yang menyenangkan untuk

pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak

enak. Sirup-sirup terutama efektif dalam pemberian obat untuk

anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan

keengganan pada sebagian anak-anak untuk meminum obat.

Kenyataan bahwa sirup-sirup mengandung sedikit alkohol atau

tidak, menambah kesenangan diantara orang tua. Selain itu sirup

bersifat stabil dan resisten terhadap mikroorganisme. Adapun

3

4

kandungan gula yang cukup tinggi pada sirup dapat mencegah

pertumbuhan bakteri.

Sedangkan kerugian dari sirup yaitu apabila sirup ditelan,

hanya sebagian obat yang larut benar-benar kontak dengan ujung

pengecap. Di samping itu, apabila sirup disimpan dalam keadaan

yang dingin, maka sebagian sukrosa dapat mengkristal dari

larutan (1).

2.1.3. Komponen Sirup

Sebagian besar sirup mengandung komponen-komponen

berikut disamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada

seperti gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan

untuk memberi rasa manis dan kental, pengawet antimikroba,

pembau, dan pewarna. Juga banyak sirup yang mengandung

pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan

stabilisator.

1. Gula

Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam

sirup, walaupun dalam keadaan khusus dapat diganti

seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti

dektrose atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin, dan propilen

glikol.

5

2. Pengawet Antimikroba

Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup

terhadap pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan

banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan, sifat dan

aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai beberapa bahan

formulasi dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri.

Pengawet-pengawet yang umum digunakan sebagai pengawet

sirup adalah asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat (0,1-

0,2 %) dan berbagai campuran metil, propil dan butil paraben

(total ± 0,1 %).

3. Pemberi Rasa

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa

buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti

minyak-minyak menguap (contoh minyak jeruk), vanili dan

lain-lainnya. Untuk membuat sirup yang sedap rasanya karena

sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai

kelarutan dalam air yang cukup.

4. Pemberi warna

Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan

zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang

digunakan (misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk

rasa coklat dan sebagainya).

6

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak

bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warnanya stabil

pada kisaran pH tertentu (1).

2.1.4. Pembuatan sirup

Sirup paling sering dibuat dengan satu dari empat cara umum,

tergantung pada sifat kimia dan fisika bahan-bahan. Dinyatakan

secara luas, cara-cara ini yaitu pembuatan larutan dari bahan-bahan

dengan bantuan panas, pembuatan larutan dari bahan-bahan dengan

pengadukan tanpa penggunaan panas, penambahan sukrosa pada

cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa, dan

dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa.

Pada keadaan tertentu sirup dapat berhasil dibuat dengan lebih dari

satu cara diatas (1).

2.1.5. Teknologi pembuatan

1. Sirup sederhana

Untuk membuat sirup, sakarosa dilarutkan dalam air,

dalam sari jamu atau dalam sari buah, atau bahan obat atau

sediaan obat dilarutkan atau dicampurkan di dalam sirup

sederhana. Sakarosa umumnya dilarutkan di dalam cairan

panas sambil diaduk. Dengan demikian akan terjadi pelarutan

gula secara cepat dan sebagaian besar mikroorganisme

dibasmi. Selanjutnya dilakukan penjernihan cairan melalui

koagulasi komponen koloidal. Larutan dipertahankan tetap

7

mendidih selama 120 detik lalu dibebaskan dari busa dan

disempurnakan dengan air mendidih sampai jumlah massa

yang diinginkan. Pembatasan waktu pendidihan selama 120

detik dibutuhkan, oleh karena pada jangka waktu pendidihan

yang lebih panjang banyak diantaranya yang berubah menjadi

gula invert. Invertasi gula pada saat pemanasan terjadi

khususnya pada harga pH < 7. Sirup yang masih panas

akhirnya diisikan ke dalam wadah yang kapasitasnya sesuai

kebutuhan, steril, kering.

Wadah-wadah yang penuh terisi segera ditutup dan

setelah didinginkan, dikocok. Seluruh tindakan ini diperlukan,

untuk menghindari serangan sekunder mikroorganisme. Oleh

karena selama pendinginan akan terjadi tetesan air kondensasi

pada bagian teratas dari wadah, yang akan mengencerkan

lapisan teratas dari sirup sehingga memberi peluang

pertumbuhan mikroorganisme, maka pengocokan setelah

pendinginan merupakan suatu tindakan penting dalam rangka

meningkatkan stabilitasnya.

Sejauh sirup tidak merupakan suspensi, haruslah tampak

jernih. Jika setelah pembuatannya tidak dihasilkan sirup yang

jernih, maka cairan yang masih panas diperas melalui kain lena

atau flannel, akan tetapi jika perlu disaring. Pada penyaringan

dinilai telah memadai jika menggunakan kertas saring spesial

8

(untuk penyaringan sirup) dan untuk mencegah koyaknya

ujung saringan diletakkan sebuah kerucut saringan perselen ke

dalam corong. Pada dasarnya penyaringan dimaksudkan untuk

menghindari kristalisasi gula sehingga dilakukan dengan

corong air panas. Sirup sebaiknya disimpan dalam kondisi

dingin. Penyimpanan yang lebih lama, lambat laun

menyebabkan inverse sakarosa.

Pada sirup non ofisinel daya tahannya sering kali

ditinggikan melalui penambahan alcohol atau bahan pengawet

(umumnya ester parahidroksiasam benzoate). Sirup diperboleh

kan menunjukkan warna kuning lemah yang disebabkan oleh

panas. Sirup yang diperoleh dengan cara dingin menggunakan

alat pencampur, tidak berwarna, demikian juga yang diperoleh

melalui perkolasi.

Dengan cara pembuatan seperti yang diuraikan di atas

dihasilkan sirup sederhana, sirupus simplex. Sirup ini dapat

digunakan sebagai korigensia rasa dan sekaligus basis sirup

untuk sirup lainnya (9).

2. Sirup dengan sari simplisia

Sirup dengan sari simplisia dibuat melalui cara yang

berbeda-beda. Sari simplisia diperoleh melalui maserasi atau

perkolasi dengan menggunakan air, anggur atau campuran

alcohol-air. Ke dalam sari tersebut sejumlah gula yang

9

diperlukan tadi dilarutkan. Dengan memasaknya akan terjadi

penjernihan lebih lanjut, oleh karena koloid yang berasal dari

material tumbuhan akan terflokulasi (sirup althaea, sirup adas).

Pada beberapa sediaan, tindakan ini ternyata menyebabkan

kehilangan bahan aktif, oleh karena itu akan lebih memuaskan

bila pembuatannya dilakukan dengan cara dingin dimana sari

simplisia yang dibuat secara dingin (tinktur, ekstrak cair)

dicampurkan dengan sirupus simplex (9).

3. Sirup dengan sari buah

Pada pembuatan sirup dengan sari buah, prinsip kerja

yang diuraikan tadi, tidak dapat diikuti. Dari buah-buahan

segar misalnya buah kersen, buah prambors, buah kismis, buah

elder, mula-mula dibuat sari perasannya.

Buah molekulnya dan tingkat pengesterannya. Pectin ini

sangat menyulitkan pengolahan lanjut dari bubur buah yang

diperoleh. Pectin dan asam pectan juga menjadi penyebab

pembentukan jel dari sari buah, berikatan dengan ion alkali

tanah atau gula dan asam tumbuhan yang terdapat. Gelasi yang

terjadi dapat menyulitkan atau menghambat pemisahan air dari

daging buahnya melalui jalan penyaringan. Pemasakannya

dengan sirup, atas dasar alasan yang disebutkan tadi,

menyebabkan gelasi yang terjadi bahkan semakin kuat. Oleh

karena itu, sari tersebut dibiarkan jernih dengan sendirinya.

10

Dalam hal ini ikatan metilester dalam pectin diputuskan

oleh pektinesterase yang terdapat dalam buah-buahan, asam

bebasnya dengan ion kalsium berubah menjadi kalsium pektat

yang akan memisah akibat sifat ketidaklarutannya dalam air.

Endapan ini sulit dipisahkan melalui cara penyaringan. Akan

tetapi pektinesterase tidak menyerang ikatan 1,4 dalam

molekul pectin. Untuk memutuskan ikatan glikosidik ini secara

hidrolitik. Digunakan pektinglikosidase, yang tidak terdapat

dalam buah-buahan. Enzim ini akan mengkatalisa perusakan

pectin dan asam pektat menjadi komponen-komponennya,

yakni ester metil asam galakturonat dan asam galkturonat.

Dengan demikian viskositas sari buah sangat menurun

sehingga memudahkan penyaringannya. Preparat enzim misal

nya pektinase, bisa mengandung pektinesterase maupun pektin

glikosidase. Menurut metode pembuatan dalam beberapa

farmakope perusakannya terjadi melalui pektinase atau melalui

penambahan ragi atau gula. Kompleks enzim dari ragi juga

bekerja merusak pectin melalui proses fermentasi, menghasil

kan senyawa larut air dan sekaligus mencegah pembiakan

mikroorganisme yang tidak dikehendaki, khususnya bakteri

asam cuka.

11

Sebagai bilangan identifikasi fisika untuk sirup digunakan

indeks bias. Selanjutnya diuji terhadap gula invert dan

berkurangnya pengotoran (9).

2.1.6. Spiritus obat

Spiritus obat dalam waktu lampau khususnya yang beridentitas

“spiritus aromatis” mempunyai peran yang menonjol. Spiritus obat

adalah larutan alkoholik (air alkoholik) dari minyak atsiri atau juga

sediaan, yang diperoleh melalui penyulingan serpihan bagian

tumbuhan atau jamu (spiritus jenever, spiritus lavendel, spiritus

balsam, spiritus kompositum, spiritus angelika kompositum).

Identitas spiritus obat ternyata luas cakupannya dan tidak hanya

terbatas pada sediaan yang mengandung minyak atsiri. Dibawah

pengertian spiritus obat termasuk juga campuran dari air, eter, dan

etanol (spiritus eter) atau larutan air-etanolik dari kamfer (spiritus

kamfer). Pada penggunaan campuran etanol dan air, akan

menguntungkan jika mula mula bahan obat yang larut lebih mudah

dalam bagian etanol atau yang larut lebih baik dalam air, kemudian

baru dicampurkan (9).

2.1.7. Minyak obat

Minyak obat adalah larutan yang mengandung sejumlah besar

minyak lemak atau cairan yang sejenis, sari atau suspensi bahan

obat. Minyak obat bisa digunakan untuk pemakaian dalam maupun

luar. Sebagai contoh untuk minyak obat dengan bahan obat

12

tersuspensi adalah minyak seng oksida, untuk bahan obat terlarut

minyak kamfer dan untuk bahan obat yang diperoleh melalui sari

adalah minyak hyoscyami. Sebagai bahan pembawa obat menurut

aturannya adalah minyak lemak, malam cair atau paraffin cair (9).

2.1.8. Air aromatis

Air aromatis adalah larutan larutan minyak atsiri di dalam air.

Sejak abad pertengahan air aromatis menjadi bagian dari kumpulan

peraturan dan farmakope. Pada hakekatnya air aromatis digunakan

sebagai korigensia rasa, akan tetapi juga untuk kerja ajuvan

penolong yang lemah. Air aromatic dari permen, kamomila, yarraw

dan thimi digunakan sebagai bahan pembersih luka, dan dalam

bentuk kompres untuk infekasi penyakit kulit melalui kerja

antibakterialnya dan sebagai deodorant.

Pembuatannya berlangsung melalui penyulingan uap air dari

bagian tumbuhan segar atau simplisia kering, yang disirami dengan

air dan dipanaskan sampai mendidih atau dialirkan uap air melalui

atau menembus material tumbuhan.

Air aromatis setelah dibuat harus menunjukkan bau dan rasa

minyak yang jelas, harus tidak berwarna dan setelah pembuatannya

harus jernih. Selama penyimpanannya air aromatis dapat

mengalami proses penuaan (kekeruhan). Kekeruhan yang terjadi

tidak boleh lebih kuat dari contoh pembanding yang digunakan.

13

Air aromatis disimpan terlindung dari cahaya. Penyimpanannya

dalam botol kecil dan terisi penuh akan sangat mengurangi proses

oksidasi dan pendamaran dalam air aromatis, yang menyebabkan

terjadinya perubahan rasa dan bau yang kuat (9).

2.1.9. Pengertian Eliksir

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis

dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa

untuk menambah kelezatan. Eliksir terbagi dua, yaitu eliksir obat

dan eliksir bukan obat. Eliksir obat digunakan untuk keuntungan

pengobatan dari zat obat yang ada. Sedangkan eliksir bukan obat

digunakan dalam pembuatan resep yang dibuat segar, yang meliputi

penambah zat-zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak,

dan pengencer eliksir obat yang ada (1).

2.1.10. Keuntungan dan Kerugian Eliksir

Karena merupakan larutan hidroalkohol, eliksir lebih mampu

mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam

air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena

stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya,

karena dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari sirup.

Sedangkan apabila dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya

kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula

yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup

dalam menutupi rasa senyawa obat (1).

14

2.1.11. Pembuatan Eliksir

Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan

pengadukan dan atau dengan pencampuran dua atau lebih bahan-

bahan cair. Komponen yang larut dalam alkohol dan dalam air

umumnya dilarutkan terpisah dalam alkohol dan air yang

dimurnikan berturut-turut. Kemudian larutan air ditambahkan ke

larutan alkohol, dan sebaliknya untuk mempertahankan kekuatan

alkohol yang setinggi mungkin sehingga pemisahan yang minimal

dari komponen yang larut dalam alkohol terjadi.

Bila dua larutan selesai dicampur, campuran dibuat sesuai

dengan volume pelarut atau pembawa tertentu. Adapun adanya

gliserin, sirup, sorbitol dan propilen glikol dalam eliksir umumnya

memberi andil pada efek pelarut dari pembawa hidroalkohol,

membantu kelarutan zat terlarut, dan meningkatkan kestabilan

sediaan. Akan tetapi, adanya bahan-bahan ini menambah

kekentalan eliksir dan memperlambat kecapatan penyaringan (1).

15

2.2. Uraian Bahan

a) Sirup

OBH (Sumber : Formularium Nasional edisi kedua, hal 25)

Komposisi OBH :

- Glycirrhizae Succus 10 gr

- Ammonii Chloridum 6 gr

- Ammoniae Anisi Spiritus 6 gr

- Aqua Destilata hingga 300 mL

- Glycirrhizae Succus (Sumber : FI edisi III, hal 276)

Nama resmi : Glycirrhizae Succus

Nama lain : Extrak akar manis, Glycyrhiza, glabra,

succus liquiritae

Rumus molekul : -

Berat molekul : -

Rumus struktur : -

Pemerian : Batang berbentuk silinder atau bongkah

besar, licin, agak mengkilap, hitam

coklat tua atau serbuk berwarna coklat:

bau lemah khas, rasa manis khas

Kelarutan : Zat larut dalam etanol tidak kurang dari

75 % mL air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Sebagai zat tambahan

16

Kegunaan : Untuk meredakan batuk dan gejala flu

seperti demam, sakit kepala, hidung

tersumbat dan bersin-bersin

- Ammonii Chloridum (Sumber : FI edisi IV, hal 94)

Nama resmi : Ammonii Cloridum

Nama lain : Amonium klorida

Rumus molekul : NH4Cl

Berat molekul : 53,49

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk

hablur halus atau kasar, berwarna putih;

rasa asin dan dingin; higroskopik

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam

gliserin dan lebih mudah larut dalam air

mendidih; sedikit larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Ekspektoran

Kegunaan : Mencegah batuk dan pilek

17

- Ammoniae Anisi Spiritus (Sumber : Formularium Nasional

hal 325)

Nama resmi : Amoniae annisi spritus

Nama lain : Spritus ammonia adasmaniss

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas,

menusuk kuat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ditempat

sejuk

Khasiat : Ekspetoran

Kegunaan : Mencegah batuk dan pilek dan sebagai

zat tambahan

Komposisi Ammoniae Anisi Spiritus (Sumber : Formularium

Nasional, hal 325)

Oleum annisi 4 gram

Aetahnolum 90 % 70 gram

Ammoniac liquidum 21 gram

Oleum annisi (Sumber : FI Edisi III, hal 451)

Nama resmi : Oleum anisi

Nama lain : Minyak adas manis

Pemerian : Tidak berwarna atau warna kuning

pucat, bau menyerupai buahnya , rasa

manis dan aromatic, menghablur jika

didinginkan

18

Kelarutan : Larut dalam etanol dalam 2 bagian

etanol 95 % P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi

penuh, terlindung dari cahaya

Kegunaan : Zat tambahan

Aethanolum 90 % (Sumber : FI edisi III, hal 65)

Nama resmi : Ethanolum

Nama lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alkohol

Rumus molekul : C2H6O

Berat molekul : 46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak ; bau

khas rasa panas, mudah terbakar dan

memberikan nyala biru yang tidak

berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam Eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar

dari cahaya, ditempat sejuk jauh dari

nyala api

19

Khasiat : Sebagai zat bakterisid dan fungisid

Kegunaan : Sebagai zat pelarut dan tambahan,

juga dapat membunuh kuman serta

dapat mematikan dan menghambat

pertumbuhan jamur

Amoniae liquidum (Sumber : FI Edisi III, hal 86)

Nama resmi : Amoniae liquidia

Nama lain : Amonia encer

Rumus molekul : NH3

Berat molekul : 18

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau

khas

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat

sejuk

Khasiat : Sebagai pelarut

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

Aqua Destilata (Sumber : FI edisi III, hal 96)

Nama resmi : Aqua Destilata

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

20

Berat molekul : 18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna , tidak

mempunyai rasa

Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena

secara umumnya air merupakan pelarut

dan pembanding suatu larutan

Stabilitas : Stabil di udara

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Sebagai pelarut

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

DMP (Sumber : FI edisi III, hal 206 )

Nama lain : Dextramitorphani Hydrobromidium

Rumus molekul : Dekstrometorfan Hidrobromida

Berat molekul : C18H25NU.HBr.H2O

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa

pahit

21

Kelarutan : Larut dalam 60 bagian air dan dalam 10

bagian etanol 95 % P disertai pemisahan

air, praktis tdak larut dalam air, praktis

tidak larut dalam eter P

Inkompabilitas : Obat-obat inhibitor MAO

Obat-obat selektif re-uptake serotonin

Obat-obat depresan SSP, psikotropika

Alkohol

Stabilitas : Pada suhu lebih dari 4000C akan lebih

mudah terdegradasi, lebih mudah terurai

dengan adanya udara dari luar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Sebagai antitusif

Kegunaan : Sebagai obat batuk tidak berdahak atau

yang menimbulkan rasa sakit

b) Eliksir

Acetaminophen (Sumber : FI Edisi III, hal 37)

Nama resmi : Acetaminophenum

Nama lain : Acetaminophen, Paracetamol,

Paracetamolum, Hydroxyacetanilida

Rumus molekul : C8H9NO2

Berat molekul : 151,16

OH

NHCOCH3

22

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak

berbau; rasa pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7

bagian etanol (95 %) P; dalam 13 bagian

aseton P, dalam 40 bagian glycerol P,

dan dalam 9 bagian propilenglikol P;

larut dalam larutan alkali hidroksida

Stabilitas : Pada suhu lebih dari 4000C akan lebih

mudah terdegradasi, lebih mudah terurai

dengan adanya udara dari luar dan

adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH

optimum akan menyebabkan zat

terdegradasi karena terjadi hidrolisis

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung

dari cahaya

Khasiat : Analgetik dan antipiretik

Kegunaan : Menghilangkan rasa sakit dan

mengembalikan suhu tubuh

23

Glycerolum (Sumber : FI Edisi III hal 271, Martindale hal 283)

Nama resmi : Glycerolum

Nama lain : Gliserol, Gliserin, Optim, Glycerol

Rumus molekul : C3H8O3

Berat molekul : 92.09

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan seperti sirup jernih; tidak

berwarna; tidak berbau; manis diikuti

rasa hangat. Higroskopik jika disimpan

beberapa lama pada suhu rendah

membentuk masa hablur tidak melebur

hingga suhu mencapai kurang 200C

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan

etanol (95 %) P; praktis tidak larut

dalam kloroform P, dalam eter P dalam

minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Sebagai zat tambahan

Kegunaan : Pelarut, pengawet

24

Propilenglikol (Sumber : FI edisi III, hal 567 )

Nama resmi : Propilenglicolum

Nama lain : Propilenglikol, Metal Etylene Glycol,

Propylene Glycol

Rumus molekul : C3H8O2

Berat molekul : 76,09

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,

rasa khas, praktis tdak berbau, menyerap

air pada udara lembab

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan aseton

dengan kloroform; larut dalam eter dan

dalam beberapa minyak esensial; tetapi

tidak dapat bercampur dengan minyak

lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Sebagai pelarut

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

25

Aethanolum 90% (Sumber : FI edisi III, hal 65)

Nama resmi : Ethanolum

Nama lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alkohol

Rumus molekul : C2H6O

Berat molekul : 46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih , mudah

menguap dan mudah bergerak ; bau khas

rasa panas, mudah terbakar dan

memberikan nyala biru yang tidak

berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam Eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar

dari cahaya, di tempat sejuk jauh dari

nyala api

Khasiat : Sebagai bakterisid dan fungisid

Kegunaan : Sebagai zat pelarut dan zat tambahan.

juga dapat membunuh kuman zat

sebagai zat kimia yang dapat mematikan

dan menghambat pertumbuhan jamur

26

Sirup simplex (Sumber : FI Edisi III, hal 574)

Nama resmi : Sirupus Simplex

Nama lain : Sirup gula, sirup simpleks, larutan gula

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat

sejuk

Kegunaan : Sebagai zat tambahan (pemanis)

Komposisi sirup simplex (Sumber : FI Edisi III, hal 574)

- Sukrosa 65 gram

- Metil paraben 0,25 gram

- Aqua destilata 35 mL

- Sukrosa (Sumber : FI edisi VI, hal 762)

Nama resmi : Sucrosum

Nama lain : Sakarosa, Gula tebu, Cane Sugar,

saccharum

Rumus molekul : C12H22O12

Berat molekul : 342,30

Rumus struktur :

27

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, masa

hablur atau berbentuk kubus atau serbuk

hablur putih. Tidak berbau rasa manis,

larutannya netral pada lakmus

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih

mudah larut dalam air mendidih, sukar

larut dalam etanol, tidak larut dalam

kloroform dan eter

Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya

udara dari luar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Sebagai zat tambahan

Kegunaan : Sebagai zat tambahan (pemanis)

- Metil paraben (Sumber : FI edisi III, hal 376)

Nama resmi : Methylis Parabenum

Nama lain : Metil paraben nipagin M

Rumus molekul : C3H8O3

Berat molekul : 153,15

Rumus struktur :

28

Pemerian : Serbuk hablur, halus, putih, hampir

tidak berbau, tida mempunyai ras, agak

membakar, diikuti rasa tebal

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air dalam 20

bagian air mendidih, dalam 3.5 bagian

etanol 95 % P dan dalam 3 bagian

aseton P, mudah larut dalam eter P. Dan

dalam bagian larutan alkali hidroksida,

larut dalam 60 bagian gliserol, panas

dan dalam 40 bagian minyak lemak

nabati panas, jika di dinginkan larutan

tetap jernih

Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya

udara dari luar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Sebagai zat tambahan

Kegunaan : Sebagai zat pengawat

- Aqua destilata (Sumber : FI edisi III, hal 96)

Nama resmi : Aqua Destilata

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

29

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak

mempunyai rasa

Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena

secara umum air merupakan pelarut dan

pembanding suatu larutan

Stabilitas : Stabil di udara

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai zat tambahan (pelarut)

Orange oil ( Sumber : FI III, hal 455 )

Nama resmi : Oleum citri

Nama lain : Minyak jeruk

Rumus molekul : C10H16O

Berat molekul : 152

Rumus struktur :

30

Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning

kehijauan, bau khas, rasa pedas dan agak

pahit

Kelarutan : Larut dalam 12 bagian volume etanol

90 % P, larutan agak berpolalesensi

dapat bercampur dengan etanol mutlak P

Penyimpanan : Dalam wadah terisi penuh dan tertutup

rapat, terlindung dari cahaya, di tempat

sejuk

Khasiat : Antisikitis

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

2.3. Perhitungan Dosis

2.3.1. Sirup

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III hal 966, untuk anak-

anak yang berusia 12 tahun, dosis lazim dextromethorphani

hidrobromidum (DMP) untuk pemakaian sehari 15-30 mg.

Menurut Formularium Nasional Edisi II komposisi yang

terkandung dalam OBH yaitu :

- Glycirrhizae succus 10 g

- Amoniae choridum 6 g

- Amoniae anisi spiritus 6 g

- Aqua destillata hingga 300 ml

31

Dari uraian diatas, amonii chloridum yang diketahui dosis

lazim dan dosis maksimum yaitu :

Amonii chloridum DL = 0,5 g – 1 g / 2g – 4 g

DM = -- / 10 g

Dalam 200 mL OBH mengandung NH4Cl sebanyak

200 ml300 ml

x 6 g=4 g

Dalam 1 sendok teh = 5 mL mengandung NH4Cl sebanyak

5 ml200 ml

x 4 g=0,1 g Kurang dari dosis lazim sekali

Karena dosis dari perhitungan diatas rendah dan kurang

memenuhi dosis lazim untuk sekali maka untuk aturan

pakainya dapat diubah menjadi 4 kali sehari 2 sendok makan

DMP 100 mg ( DL = 15 mg / 30 mg )

Dalam 200 mL OBH mengandung DMP sebanyak

200 ml300 ml

x 100 mg=66,6mg

Dalam 1 sendok makan=15 mL mengandung DMP sebanyak

15 ml200 ml

x 66,6 mg=4,99 mg

Untuk pemakaian sekali = 4,99 mg x 2 = 9,98 mg

Untuk pemakaian sehari = 9,98 mg x 4 = 39,92 mg

Persentase dosis DMP dalam sekali yaitu

9,98 mg15 mg

x100 %=66,5 %

32

Persentase dosis DMP dalam sehari yaitu

39,92mg30 mg

x100 %=133,1 %

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase

DMP dalam sehari lebih dari dosis lazim maka over dosis.

Karena over dosis, maka aturan pakainya diubah menjadi 3 kali sehari 2

sendok makan. Karena aturan pakainya diubah menjadi 3 kali sehari 2

sendok makan, maka untuk amonium chlorida perhitungan dosisnya

menjadi :

Amoni chloridum DL = 0,5 g – 1 g / 2g – 4 g

DM = -- / 10 g

Dalam 200 ml OBH mengandung NH4Cl sebanyak

200 ml300 ml

x 6 g=4 g

Dalam 1 sendok teh = 5 mL mengandung NH4Cl sebanyak

15 ml

200 mlx 4 g=0,3 g

Untuk pemakaian sekali = 0,3 g x 2 = 0,6 g

Untuk pemakaian sehari = 0,6 g x 3 = 1,8 g

Persentase dosis amonium chlorida dalam sehari yaitu

1,8 g10 g

x100 %=18 %

Jadi,untuk dosis amonium chlorida tidak mengalami over dosis

33

2.3.2. Eliksir

Menurut Farmakope Indonesia edisi III halaman 920, untuk

anak-anak yang berumur 1-5 tahun, dosis lazim Acetaminophen

dalam pemakaian sekali 50 mg / 100 mg dan dalam sehari 200

mg / 400 mg, maka menggunakan rumus Young, yaitu :

nn+12

x DM

Ket : n = Tahun

DM = Dosis maksimal

Acetaminophen 120 mg DL = 50-100/200-400 mg

Pemakaian sekali : n

n+12 x DM =

55+12

x 100 mg = 29,24

mg

Pemakaian sehari : n

n+12 x DM =

55+12

x 400 mg = 117,6

mg

Acetaminophen dalam 1 sendok teh yaitu

Pemakaian sekali : 29,460

x 120 = 58,8 mg

Pemakaian sehari :3 x 117,6

60 x 120 = 705,6 mg

Presentase dari Acetaminophen

Pemakaian sekali :58,8100

x 100% = 58,8%

34

Pemakaian sehari : 705,6400

x 100% = 176,4%

Jadi, dosis pada pemakaian sekali tidak over dosis, sedangkan

pada pemakaian sehari mengalami over dosis. Dengan demikian

Acetaminophen dapat dikurangi menjadi 60 mg

Acetaminophen dalam 1 sendok teh

Pemakaian sekali : 29,460

x 60 = 29,4 mg

Pemakaian sehari :3 x 117,6

60 x 60 = 352,8 mg

Presentase dosis Acetaminophen

Pemakaian sekali :29,4100

x 100% = 29,4%

Pemakaian sehari : 352,6400

x 100% = 88,2%

Dengan demikian, Acetaminophen tidak over dosis.