lapsus hermoroid

27
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pendarahan Daerah Anorektal Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidales superior dan inferior. Vena hemoroidales superior mengembalikan darah ke v. mesenterika inferior. Vena hemoroidales superior mengembalikan darah ke v.mesenterika inferior dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut kolumna Morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anastomosis. Bila ini menjadi varises disebut hemoroid interna. Vv. hemoroidales inferior memulai venuler dan pleksus-pleksus kecil di daerah anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua yaitu menjadi vv. hemoroidales media yang menyalurkan darah surut ke v. pudenda interna dan satunya menjadi vv. hemoroidales inferior, berjalan di luar lapisan muskularis dan masuk ke v. hipogastrika. Pleksus inilah yang menjadi varises dan disebut hemoroid eksterna. 1 I.2. Hemoroid I.2.1. Definisi Hemoroid adalah pelebaran vena-vena satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales (Bacon). 1

Upload: rizki-rahmiana-harahap

Post on 21-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

medis

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Hermoroid

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Pendarahan Daerah Anorektal

Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidales

superior dan inferior. Vena hemoroidales superior mengembalikan darah

ke v. mesenterika inferior. Vena hemoroidales superior mengembalikan

darah ke v.mesenterika inferior dan berjalan submukosa dimulai dari

daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut kolumna

Morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan

anastomosis. Bila ini menjadi varises disebut hemoroid interna. Vv.

hemoroidales inferior memulai venuler dan pleksus-pleksus kecil di

daerah anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi

dua yaitu menjadi vv. hemoroidales media yang menyalurkan darah surut

ke v. pudenda interna dan satunya menjadi vv. hemoroidales

inferior, berjalan di luar lapisan muskularis dan masuk ke v.

hipogastrika. Pleksus inilah yang menjadi varises dan disebut hemoroid

eksterna.1

I.2. Hemoroid

I.2.1. Definisi

Hemoroid adalah pelebaran vena-vena satu segmen atau lebih vena-

vena hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-

macam, yaitu thrombosis, rupture, radang, ulserasi, dan nekrosis. 1

Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang

tidak merupakan keadaan patologik.2

I.2.2. Sinonim

Hemoroid memiliki nama lain yaitu wasir atau ambein.2

I.2.3. Klasifikasi

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna.

A. Hemoroid Interna

Hemoroid interna adalah plekus v.hemoroidalis superior di atas

garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.1 Hemoroid interna adalah

1

Page 2: Lapsus Hermoroid

vena dengan mukosa di atas linea dentata.3 Hemoroid interna ini

merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum

sebelah bawah.1 Hemoroid interna berlokasi di anterolateral,

porterolateral, dan lateral kiri.3 Hemoroid interna dibagi menjadi 4

derajat.1,2

Hemoroid Intern

Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

I + - -

II (+) + Spontan

III (+) + Manual

IV (+) Menetap Tidak dapat

Tabel 1. Derajat Hemoroid Intern 2

Gambar1. Derajat Hemoroid Intern ( A. Derajat I, B. Derajat II, C.

Derajat III dan IV)2

Pada hemoroid derajat I terjadi varises atau pelebaran vena tetapi

belum ada benjolan atau prolaps saat defekasi, walaupun defekasi dengan

sekuat tenaga. Derajat I dapat diketahui melalui adanya perdarahan atau

melalui sigmoidoskopi.2

Pada hemoroid derajat II perdarahan dan prolaps jaringan di luar

anus saat mengejan selama defekasi berlangsung. Hemoroid derajat II

dapat kembali secara spontan.2

2

Page 3: Lapsus Hermoroid

Pada hemoroid derajat III sama dengan derajat II, hanya saja

prolapsus tidak dapat kembali secara spontan tetapi harus didorong

(reposisi manual).2

Pada hemoroid derajat IV prolapsus tidak dapat direduksi atau

inkarserasi, benjolan atau prolaps dapat terjepit di luar, dapat mengalami

iritasi, inflamasi, udema, dan ulserasi, sehingga baru timbul rasa sakit. 2

B. Hemoroid Eksterna

Hemoroid eksterna adalah pelebaran dan penonjolan pleksus

hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam

jaringan di bawah epitel anus.1 Hemoroid eksterna adalah kompleks

vaskular di bawah anoderma.3 Hemoroid eksterna terletak di bawah linea

dentata dan ditutupi oleh kulit.2

I.2.4. Faktor Predisposisi dan Faktor Penyebab

Hemoroid memiliki beberapa etiologi. Apabila etilogi tidak

diperhatikan akan menjadi hemorrhoid sirkuler.4

1. Hambatan aliran darah balik dari plexus hemoroidalis, misalnya pada

tumor daerah panggul, pada kehamilan janin akan menekan pelvis, dan

pada gangguan aliran darah dari v. Porta misalnya chirrosis hepatis.

2. Faktor genetik memiliki sifat tonus vena yang tidak begitu kuat sehingga

mudah terjadi varises.

3. Terdapat beberapa keadaan fisiologis yang termasuk etiologi hemoroid

yaitu pada saat defekasi akan ada proses mengejan, pada saat di rectum

ada feses akan menekan vena, dan usia yang menua akan meningkatkan

insiden hemoroid.

4. Adanya gangguan pada saat defekasi. Obstipasi karena sering mengejan

terjadi prolaps tunika sub mukosa. Selain itu adanya kesalahan terkait

kebiasaan saat defekasi, misalnya duduk diatas kloset dalam waktu lama

m. sfingter ani terus terbuka sehingga ada kesempatan plexus

hemoroidalis untuk melebar sehingga dapat timbul hemoroid.

5. Makanan dan diet juga dapat menyebabkan hemoroid. Makan makanan

yang menyebabkan feses jadi keras menyebabkan hemoroid. Agar feses

menjadi lunak intake cairan yang cukup dan selulose yang seimbang jika

3

Page 4: Lapsus Hermoroid

air saja urin akan meningkat, jika cairan dan selulose feses menjadi lunak

karena selulose bersifat hidroskopis sehingga dapat membawa air sampai

ke traktus digestivus distal, jika feses lunak penderita tidak perlu

mengejan pada saat defekasi. Makanan yang bisa menyebabkan

vasodilatasi misalnya makanan pedas tidak baik untuk hemoroid.

I.2.5. Diagnosa

Diagnosa hemoroid ditegakan berdasarkan data yang diperoleh dari

anamnesa dan pemeriksaan.

A. Anamnesa

Pasien sering menderita hemoroid tanpa ada hubungannya dengan

gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang

berhubungan dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid

ekstern yang mengalami thrombosis.2

Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern

akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah

segar dan tidak tercamur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada

feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat

menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari

vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat

asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan

darah di darah di vena tetap merupakan “darah arteri”.2

Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat

timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan

akhirnya dapat menonjol keluar dan menyebabkan prolaps. Pada tahap

awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul

oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih

lanjut hemoroid intern ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar

masuk ke dalam anus. Akhirnnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi

bentuk yang mengalami prolaps dan tidak dapat di dorong masuk lagi.

Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan

ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal

dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini

4

Page 5: Lapsus Hermoroid

disebabkan oleh kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan mucus.

Nyeri hanya timbul apabila terdapat thrombosis yang luas dengan udem

dan radang.2

B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan

epitel penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus

yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada

pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab

tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri.

Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma

rektum.2

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan lainya bisa dengan anoskop untuk melihat hemoroid

intern yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar

untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai

struktur vaskuler yang menonjol ke lumen. Apabila penderita diminta

mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau

prolaps akan lebih nyata.2

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa

keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di

tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik

saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya

darah samar.2

I.2.6. Diagnosa Banding

Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi utama hemoroid

intern juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip,

colitis ulserosa, dan penyekit lain yang tidak begitu sering terdapat di

kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium

kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung pada

keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum harus juga dibedakan dari

prolaps mukosa akibat hemoroid intern.2

5

Page 6: Lapsus Hermoroid

Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak

sulit dibedakan dari hemoroid yang mengalai prolaps. Lipatan kulit luar

yang lunak sebagai akibat thrombosis hemoroid ekstern sebelumnya juga

mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal,

yang disebut umbel kulit, dapat menunjukan adanya fisura anus.2

I.2.7. Komplikasi

Terkadang hemoroid intern yang mengalami prolaps akan menjadi

ireponibel, sehinggga tak dapat terpulihkan oleh karena kongesti yang

mengakibatkan udem dan trombosis. Keadaan yang agak jarang ini dapat

berlanjut menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya.

Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan

abses hati. Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan yang lama.2

Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada

hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami

perdarahan maka darah dapat sangat banyak.2

I.2.8. Penatalaksanaan

Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara

perorangan. Hemoroid adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi

bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk

menghilangkan keluhan.2

Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat

ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang

makan. Makanan sebaiknya terdiri atas mekanan berserat tinggi.

Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga

mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara

berlebihan.2

Supositoria dan salep anus telah diketahui tidak mempunyai efek

yang bermakna kecuali efek anestetik dan astringen.2

Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem

umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan

istirahat baring dan kompres local untuk mengurangi pembengkakan.

Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri.

6

Page 7: Lapsus Hermoroid

Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya, misalnya

penyakit Crohn, terapi medik harus diberikan apabila hemoroid menjadi

simptomatik.2,

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang mernagsang,

misalnya 5% fenol dalam minynak nabati. Penyuntikan diberikan ke

submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid

intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian

menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di

sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui

anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka

tidak nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi , prostatitis akut jika

masuk ke dalam prostat dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang

disuntikkan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan ansehat

tentang makanan yang merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid

intern derajat I dan II.2

Ligasi dengan gelang karet dapat dilakukan pada hemoroid besar

atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet

menurut Baron. Melalui bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang

menonjol dijepit dan ditarik dan dihisap ke dalam tabung ligator khusus.

Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di

sekelilingi mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena

iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas

sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.

Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan

ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu.

Penyulit utama dari ligasi ini ialah timbulnya nyeri karena terkenanya

garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut

ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat

pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu

hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh

hari.2

7

Page 8: Lapsus Hermoroid

Bedah beku bisa juga menjadi penatalaksanaan hemoroid.

Hemoroid dibekukan dengan pendinginan pada suhu rendah sekali.

Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh

karenamukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini

lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang

inoperable.2

Hemoroidektomi dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan

menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah

juga dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia

yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.

Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan

hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang perlu

diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan

pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin

dilakuakan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak

mengganggu sfingter anus.2

Tindak bedah lain seperti dilatasi anus yang dilakukan dalam

anaestesi dimaksudkan untuk memutuskan jaringan ikat yang diduga

menyebabkan obstruksi jalankeluar anus atau spasme yang merupakan

faktor penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi menurut

Lord ini kadang disertai dengan penyulit inkontinensia sehingga tidak

dianjurkan.2

I.2.9. Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat

dibuat menjadi asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya

diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada

umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita makan

diajari untuk menghindari obstipasi dengan makanan serat agar dapat

mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. Penderita penyakit Chorn

harus ditangani hati-hati secara konservatif.2 Setelah sembuh pasien tidak

boleh sering mengejan karena rekuren.4

BAB II

8

Page 9: Lapsus Hermoroid

LAPORAN KASUS

II.1. ANAMNESIS

II.1.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. K

Umur : 68 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kepil 3/4 Kebumen Banyubiru, Semarang.

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Datang ke RS : 13-09-2013

No. RM : 043610-2013

II.1.2. ANAMNESIS

Diperoleh dari penderita dan keluarga

KELUHAN UTAMA

Benjolan di dubur

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit muncul benjolan pada

dubur (anus). Benjolan pertama kali muncul saat BAB pasien mengedan.

Benjolan tersebut tetap muncul walau sedang tidak BAB. Pada feses

tidak terdapat darah atau lendir. Pasien juga mengeluhkan terasa nyeri

dan perih di daerah benjolan. Nyeri dan perih timbul terus-menerus.

Kalau batuk nyeri semakin bertambah namun kalau istirahat nyerinya

berkurang. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Pasien

tidak ada keluhan saat BAK. Pasien sudah berobat ke dokter dikasih obat

dan keluhan tetap sama.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien

memiliki riwayat hipertensi dan riwayat diabetes mellitus, namun riwayat

kolesterol disangkal.

9

Page 10: Lapsus Hermoroid

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Riwayat

hipertensi dan diabetes melitus di keluarga disangkal.

RIWAYAT KEBIASAAN DAN LINGKUNGAN

Sehari-hari pasien makan sayur dan buah. Posisi pasien saat BAB

adalah jongkok.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien sudah menikah. Pasien berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Pasien merupakan pasien kelas III menggunakan JAMKESDA. Kesan

ekonomi kurang.

ANAMNESIS SISTEM

Sistem cerebrospinal : tidak ada keluhan

Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

Sistem respirasi : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : terdapat benjolan di dubur

Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan

Sistem integumentum : tidak ada keluhan

Sistem urogenital : tidak ada keluhan

II.1.3. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalisata

KU / Kesadaran : E4 V5 M6, tampak sakit sedang

TD : 130/70 mm/Hg

Nadi : 70 x/menit

RR : 24 x/menit

T : 36.5oC

2. Kepala

Bentuk : Mesocephal

Rambut : Distribusi merata, warna abu-abu, tidak mudah

dicabut

3. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

4. Hidung : deviasi septum (-), discharge (-/-), nafas cuping

hidung (-)

10

Page 11: Lapsus Hermoroid

5. Telinga : discharge (-/-), kelainan bentuk (-/-)

6. Mulut : bibir (tidak ada sianosis), mukosa (normal),

lidah (normal), tonsil T1/T1

7. Leher :KGB (dalam batas normal)

8. Thorax

a. Jantung

Inspeksi : simetris statis dan dinamis, iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : BJ I/II (normal), regular, murmur (-), gallop (-)

b. Paru – paru

Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi intercostae (-)

Palpasi : fremitus taktil (normal), nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan ronkhi

(-), wheezing (-)

9. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen datar, distensi (-)

Auskultasi : BU + 6x/ menit, hiperperistaltik (-), metallic sound (-)

Perkusi : Supel, NT (-), hepar dan lien (dalam batas normal), ginjal

(n), CVA -/-

Palpasi : Timpani seluruh lapang abdomen kecuali hepar pekak,

hipertimpani (-)

10. Ekstremitas: Simetris kanan dan kiri, Edema (-), capillary refill (<2

detik), akral hangat

11. Status lokalis:

Anus

Inspeksi : Terlihat benjolan di luar anus, hiperemi, tampak sisa

feses

Palpasi : Teraba massa dengan konsistensi keras, terdapat nyeri

tekan, tidak bisa digerakkan, permukaan licin.

11

Page 12: Lapsus Hermoroid

Rectal Touche: Terdapat benjolan dengan konsistensi keras di luar

anus, tampak hiperemi dan sisa feses, tonus otot

sfingter kuat, benjolan teraba sampai dalam anus

dengan permukaan licin dan konsistensi keras di

arah jam 1 dan 3.

II.4. Differensial Diagnosis

1. Hemoroid Interna Grade IV

2. Ca Colon

II.5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hb 12,1 g/dl 12 - 16

Leukosit 16 ribu 4,5 – 10,3

Eritrosit 3,9 juta 4 - 6,2

Hematokrit 37,4 % 37 - 43

Trombosit 210 ribu 150 - 400

MCV 95,6 mikro 80 - 90

MCH 30,8 pg 27 - 34

MCHC 32,3 g/dl 32 - 36

RDW 13,2 % 10 - 16

MPV 6,7 mikro 7 - 11

Limfosit 1,9 x 103 mikro L 1,7 - 3,5

Monosit 0,8 x 103 mikro L 0,2 - 0,6

Granulosit 13,6 x 103 mikro L 2,5 - 7

12

Page 13: Lapsus Hermoroid

Limfosit 11,7 % 25 - 35

Monosit 5,1 % 4 - 6

Granulosit 83,2% 50 - 80

PCT 0,203 % 0,2 - 0,5

PDW 14,9 % 10 - 18

Golongan Darah O A B O

Widal

Salmonella thypi

O

Negatif Negatif

Salmonella thypi

H

Negatif Negatif

Salmonella

parathypi AH

Negatif Negatif

SGOT 26 U/ L 6 - 21

SGPT 32 IU/ L 4 - 20

Tabel 6. Pemeriksaan laboratorium

II.6. Diagnosa Kerja

Hemoroid Interna Grade IV

II.7. Penatalaksanaan

A. Non-farmakologi

Bed rest

Konsul Sp.B untuk dilakukan operasi : hemoroidektomi

13

Page 14: Lapsus Hermoroid

B. Farmakologi

Infuse RL 20 tpm

Cefotaxim 3 x 1 gr

Ketorolac 3 x 30 mg

Ranitidin 3 x 1 gr

Dulcolax tb IV

II.8. Prognosis

Dubia ad bonam

II.9. Edukasi

Pasien perlu diberikan edukasi agar menghindari faktor-faktor resiko

terjadinya hemoroid, antara lain:

Konsumsi makanan yang berserat agar menghindari konstipasi. Apabila

membuat pasien mengedan terlalu keras akan meningkatkan tekanan

vena dan dilatasi vena.

Pasien diedukasikan tidak boleh sering mengejan karena rekuren.

BAB III

PEMBAHASAN

III.1. S (Subjective)

Pasien bernama Ny. K datang ke IGD RSUD Ambarawa pada

tanggal 13 September 2013 dengan keluhan utama terdapat benjolan

dianus. Sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit muncul benjolan pada

dubur (anus). Benjolan pertama kali muncul saat BAB pasien mengedan.

Benjolan tersebut tetap muncul walau sedang tidak BAB. Pada feses

14

Page 15: Lapsus Hermoroid

tidak terdapat darah atau lendir. Pasien juga mengeluhkan terasa nyeri

dan perih di daerah benjolan. Nyeri dan perih timbul terus-menerus.

Kalau batuk nyeri semakin bertambah namun kalau istirahat nyerinya

berkurang. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Pasien

tidak ada keluhan saat BAK. Pasien sudah berobat ke dokter dikasih obat

dan keluhan tetap sama. Anamnesa ini menjelaskan bahwa benjolan

sudah prolaps dan tidak dapat kembali spontan mengarahkan hipotesis

hemoroid.

Pasien juga mengeluhkan nyeri dan perih di daerah benjolan. Nyeri

dan perih di tempat benjolan akibat adanya peradangan di daerah

tersebut. Tidak terdapatnya darah yang menetes menunjukan hemoroid

tidak hemoragik (perdarahan).

Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya, pasien

memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus. Tekanan vena bisa

juga meningkat dari hipertensi.

Pekerjaan pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien sering

makan buah dan sayur. Pasien berposisi jongkok saat BAB. Posisi BAB

jongkok meningkatkan tekanan vena dan pelebaran vena.

III.2. O (Objective)

Berdasarkan hasil pemeriksaan status lokalis pasien pada daerah

anus dari inspeksi, terlihat benjolan di luar anus, hiperemi, tampak sisa

feses. Pada palpasi teraba massa dengan konsistensi keras, terdapat nyeri

tekan, tidak bisa digerakkan. Hal ini menunjukkan hemoroid sudah tidak

bisa direposisi artinya sudah grade iv. Perabaan keras akibat sudah

terjadinya thrombus. Ca Recti bisa dilemahkan karena pada pasien tidak

terdapat perdarahan rectum. Pada ca recti juga bisa terdapat perdarahan

kecil yang tidak terlalu kelihatan tapi bisa menyebabkan anemia,

kelelahan, pernafasan lebih cepat, dan takikardi. Ca recti juga memiliki

gejala obstruksi. Nyeri saat buang air besar dan perasaan bahwa

rektumnya belum sepenuhnya kosong. Selain itu pada kanker juga

terdapat penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Pada saat

15

Page 16: Lapsus Hermoroid

pemeriksaan rectal touche tanda ca recti yaitu tumor berbenjol-benjol

tidak teratur di dinding rectum sedangkan pada pasien permukaannya

licin.

III.3. A (Assessment)

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan diagnosis pada pasien ini

adalah hemoroid interna grade iv.

III.4. P (Planning)

Infuse RL 20 tpm

Ringer laktat merupakan larutan isotonis. Komposisi ringer laktat

adalah Na (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3 mEq), dan laktat (28

mEq/L). Pasien di berikan RL untuk maintenance cairan tubuh.

Cefotaxim 3 x 1 gr

Efotax atau cefotaxim merupakan antibiotik sefalosporin generasi

ketiga. Obat ini sangat aktif terhadap berbagai kuman Gram positif

maupun Gram negatif aerobik. Waktu paruh plasma sekitar 1 jam dan

diberikan tiap 6 samapai 12 jam. Metabolitnya ialah desasetilsefotaksim

yang kurang aktif. Sefotaksim tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik

1,2 dan 10 g. Dosis pada orang dewasa 1-2g/ 12 jam. Dosis pada anak

50-200 mg/kg/h dalam 3-4 dosis.7

Ketorolak 3 x 30 mg

Ketorolak merupakan analgesik poten dengan efek anti-inflamasi

sedang. Ketorolak merupakan satu dari sedikit AINS yang tersedia untuk

pemberian parenteral. Absorpsi oral dan intramuskular berlangsung cepat

mencapai puncak dalam 30-50 menit. Bioavailabilitas oral 80% dan

hampir seluruhnya terikat protein plasma. Ketorolak IM sebagai

analgesik pascabedah memperlihatkan efektivitas sebanding morfin /

meperidin dosis umum; masa kerjanya lebih panjang dan efek

sampingnya lebih ringan. Obat ini juga dapat diberikan peroral. Dosis

intramuscular 30-60 mg; IV 15-30 mg dan oral 5-30 mg. Efek

sampingnya berupa nyeri di tempat suntikan, gangguan saluran cerna,

16

Page 17: Lapsus Hermoroid

kantuk, pusing dan sakit kepala yang dilaporkan terjadi kira-kira 2 kali

plasebo. Karena ketorolak sangat selektif menghambat COX-1, maka

obat ini hanya dianjurkan dipakai tidak lebih dari 5 hari karena

kemungkinan tukak lambung dan iritasi lambung besar sekali.6

Ranitidin 3 x 1 gr

Ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible.

Melalui obat ini sekresi asam lambung akan di hambat. Bioavailabilitas

ranitidine yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada

pasien penyakit hati. Masa paruhnya kira-kira 1,7-3 jam pada orang

dewasa, dan memanjang pada orang tua dan gagal ginjal.6

Dulcolax tb IV

Obat ini mengandung 4,4'-diacetoxy-diphenyl-(pyridyl-2)-methane

(=bisacodil). Indikasi pemberian ini adalah untuk pasien yang menderita

konstipasi. Untuk persipan prosedur diagnostik, terapi sebelum dan

sesudah operasi dalam kondisi untuk mempercepat defeksi. Bisacodyl

adalah laksatif yang bekerja lokal dari kelompok turunan difenil metan.

Sebagai laksatif perangsang (hidragogue antiresorptive laxative), obat ini

merangsang gerakan peristaltis kolon setelah hidrolisis dalam kolon, dan

meningkatkan akumulasi air dan alektrolit dalam lumen kolon.

Operatif

Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis bedah untuk dilakukan

tindakan operatif yang terdiri dari hemoroidektomi.

17

Page 18: Lapsus Hermoroid

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. 2000.

Hemoroid. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Media

Aesculapius.

2. De Jong Wim, Sjamsuhidajat R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.

Jakarta: EGC.

3. Schwartz Seymour, MD. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah

(Principles of Surgery). Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

4. Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro. 2005. Ilmu Bedah 1.

Semarang.

5. Leksana. 2005. Chirurgica. Yogyakarta. Tosca Enterprise.

6. Syarif Amir, Estuningtyas Ari, Setiawati Arini, Muchtar Armen, Arif

Azalia, Bahry Bahroelim dkk. 2009. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5.

Jakarta: Balai penerbit FKUI.

18