lapsus coxitis tb.doc

29
L A P O R A N K A S U S C O X I T I S T U B E R C U L O S I S Disusun oleh : MAYANG PADMASARI S, S.Ked 07700085 Dokter Pembimbing : Dr. TRIYUNI A. Sp. A Dr. PUTU YUPINDRA SMF ILMU KEDESEHATAN ANAK

Upload: syamsul-arifin

Post on 01-Jan-2016

393 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: lapsus coxitis tb.doc

L A P O R A N K A S U S

C O X I T I S T U B E R C U L O S I S

Disusun oleh :

MAYANG PADMASARI S, S.Ked

07700085

Dokter Pembimbing :

Dr. TRIYUNI A. Sp. A

Dr. PUTU YUPINDRA

SMF ILMU KEDESEHATAN ANAK

RSUD BANGIL

JAWA TIMUR

2012

Page 2: lapsus coxitis tb.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiratan Tuhan YME, yang telah

memberikan rahmat serta karuniaNya kepada saya sehingga saya bisa

menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Coxitis Tuberculosa” dengan baik.

Makalah ini berisiskan mengenai contoh kasus, pengertian dan penjelasaan

lebih terperinci mengenai coxitis TB. Diharapkan makalah ini bisa memberikan

informasi kepada kita semua tentang apa itu coxitis TB.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya

harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan berperan serta dalam penyususnan makalah ini dari awal sampai

akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa memberkati segala usaha kita, Amin.

Bangil, 1 November 2012

Penyusun

i

Page 3: lapsus coxitis tb.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I Laporan kasus Coxitis TB...................................................................1

BAB II Pendahuluan .....................................................................................6

BAB III Tinjauan Pustaka..............................................................................7

BAB IV Kesimpulan......................................................................................15

Daftar Pustaka ...............................................................................................16

ii

Page 4: lapsus coxitis tb.doc

BAB I

COXITIS TUBERCULOSIS

Identitas Pasien

Nama : An. Mashudi

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 2 th

Berat badan : 9,5 kg

Alamat : Jl. Klampis selatan 13/04 Klampisrejo Kraton Pasuruan

Agama : Islam

MRS : 27 Oktober 2012

Tanggal Pemeriksaan : 30 Oktober 2012

Anamnesa (Heteroanamnesa dari Ibu kandung pasien)

Keluhan Utama : Tidak bisa jalan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Bangil dengan keluhan tidak bisa jalan ± sejak 2 minggu

sebelum MRS. Pasien tiba-tiba tidak bisa berjalan, kedua kaki lemas saat di buat

berdiri namun masih bisa di gerakkan. Trauma (-), Panas (+) ± sejak 2 minggu

sebelum MRS , batuk (+) ,Ibu pasien juga mengatakan perut anaknya sempat

kembung 2 hari, muntah (-), flatus (+), BAB/BAK (+) biasa, makan /minum (+)

Tetangga pasien ada yang sakit TBC dan sedang dalam masa pengobatan selama 2

bulan. Selama sakit BB pasien sempat turun.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang sakit seperti pasien

1

Page 5: lapsus coxitis tb.doc

Riwayat Persalinan

Bayi lahir spontan di bidan, Apgar score 7-8, G1P0000Ab000, BB = 3600 gr,

jenis kelamin ♂

Riwayat Imunisasi

BCG (+)

Hepatitis B (+)

Polio (+)

DPT (+)

Campak (+)

Pemeriksaan Fisik

Vital sign

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 37,2 oC

Respiratory rate : 52 x/menit

bentuk badan : tidak ada deformitas

Status gizi : cukup

Keadaan umum

Kepala : a/i/c/d -/-/-/-, mata cowong (-), edema palpebral (-)

Leher : PKGB (-), JPV (-)

Thorax : Bentuk dada simetris (+), gerak pernapasan simetris (+)

Cor : S1S2 tunggal, m (-), g (-)

Pulmo : ves/ves, RH (-), Wh (-)

Abdomen : Supel, BU (+) normal, hepatomegaly (-), met (-)

Genetalia : Anus (+)

Ekstremitas : akral hangat, edema (-),

2

Page 6: lapsus coxitis tb.doc

Pemeriksaan Laboratorium

DL => 27 Oktober 2012 ( 05:22:19 AM )

WBC 19.2 (3.6-11.0)

LYM 8.91 (1.0-4.4)

NEU 7.76 (0.0-1.5)

MONO 2.00 (1.8-7.7)

EOS 330 (25.0-40.0)

BASO 199 (0.0-14.0)

(50.0-70.0)

RBC 4.45 (3.80-5.20)

HGB 10.5 (11.7-15.5)

HCT 33.7 (35.0-47.0)

MCV 75.8 (84.0-96.0)

MCH 23.6 (28.0-34.0)

MCHC 31.2 (32.0-36.0)

RDW 15.0 (11.5-14.5)

PLT 538 (150-440)

MPV 5.02 (0.0-9.0)

3

Page 7: lapsus coxitis tb.doc

Foto Rontgen :

4

Page 8: lapsus coxitis tb.doc

Diagnosis Kerja : Koksistis TB

Planning

1. Diagnosa :

a. Pemeriksaan radiologis :

Foto thorax PA dan lateral

Foto polos pelvis AP

b. Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA

(mikroskopik) dan kultur sputum

c. Tuberkulin tes

2. Terapi :

1. Inf. D5 ¼ NS 10 tpm makro

2. Inj. Viccilin 4 x 250 mg

3. Inj. Piracetam 3 x 100 mg

4. Inj. Vit K 1 mg

PO:

o 2 bulan pertama : Isoniazid 100 mg / Rifampicin 150 mg /

Pirazinamid 200 mg

o Meloxicam 3 x 5 mg

3. Monitoring : Vital sign, keluhan

4. Edukasi : Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit,

prognosa dan pengobatan

Prognosis : dubia at bonam

5

Page 9: lapsus coxitis tb.doc

BAB II

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi

yang begitu pesat sehingga berpengaruh terhadap lingkungan dan gaya

hidup manusia yang tidak teratur. Perubahan ini juga dapat berpengaruh

pada kesehatan seseorang. Banyak masyarakat yang masih belum tahu

akan pentingnya kesehatan serta pentingnya menjaga kebersihan

lingkungan sehingga banyak sekali penyakit yang dapat ditimbulkan

akibat hal yang demikian. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh

lingkungan yang tidak sehat adalah tuberculosis tulang.

TB tulang merupakan penyakit infeksi akut atau kronik yang

disebabkan oleh Microbakterium tuberkulosis. Yang menjadi masalah

utama baik di Indonesia maupun di dunia pada TB tulang adalah bahwa

penyakit infeksi ini menyerang tulang dan dapat menyebar hampir

kesetiap bagian tubuh termasuk ginjal, tulang dan nodus limfe. Menurut

WHO prevalensi tuberkulosis yang menular di Indonesia adalah 715.000

kasus/tahun. Jumlah penderita TB tulang dari tahun ke tahun terus

meningkat, kenyataan menangani TB Paru begitu mengkhawatirkan

sehingga kita harus waspada sejak dini agar tidak terjadi komplikasi –

komplikasi yang dapat timbul akibat TB tulang.

.

6

Page 10: lapsus coxitis tb.doc

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau

Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium

tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,

dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi 

primer.

Tuberkulosis sistem skeletal merupakan suatu bentuk penyakit TB

ekstrapulmonal yang mengenai tulang dan / atau sendi. Umumnya TB

sistem skeletal mengenai satu tulang atau sendi. Tuberkulosis pada tulang

belakang dikenal sebagai spondilitis TB, TB pada panggul disebut koksitis

TB, sedangkan pada sendi lutut disebut gonitis TB.

B. Insiden

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena

kuman Mikobacterium tuberkulosia telah menginfeksi sepertiga penduduk

dunia. Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun

1995 melalui strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse

chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan

global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta

bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak

terkendali, hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil

disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif).

Di Indonesia pada tahun 1995, hasil survey kesehatan rumah tangga

(SKRT) menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab

kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran

pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan

penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi 583.000 kasus

baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar

7

Page 11: lapsus coxitis tb.doc

diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru

tuberkulosis dengan BTA positif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

melaporkan juga terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan

100.000 di antaranya meninggal dunia. Di Indonesia, TB merupakan

masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia

merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah

pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada

tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000

orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.

Insidens TB sendi berkisar 1-7% dari seluruh TB, yang mana TB

sendi tulang belakang merupakan kejadian tertinggi, di ikuti dengan TB

sendi panggul dan sendi lutut.

C. Etiologi  Dan Penularan

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan Micobacterium bovis (sangat jarang

disebabkan oleh Micobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis

ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat

hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi

dalam cairan mati pada suhu 60°C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil

tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan lemaknya

menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya

fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil Mycobacterium

tuberculosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin).

Penularan Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara

hingga sebagian besar fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain

melalui udara penularan dapat peroral misalnya minum susu yang

mengandung basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga

terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit.

Tuberculosis kongenital sangat jarang dijumpai. Selain Mycobacterium

tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium lain yang dapat

8

Page 12: lapsus coxitis tb.doc

menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis. Golongan ini disebut

Mycobacterium atipic atau disebut juga unclassified Mycobacterium.

D. Faktor Resiko

Resiko Infeksi TBC

Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif,

daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta

lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius.

Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih

tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif,

terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak

dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang

kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak

jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya,

karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman

TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat

batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan

jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam

konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .

Resiko Penyakit TBC

Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi

infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum

berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan

berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun

yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada

anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15%

dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi

mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang

tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi,

keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan

9

Page 13: lapsus coxitis tb.doc

silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang

kurang,kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah2.

E. Patofisiologi

Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan

penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil

tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi

dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan

mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis

(susceptible). Setelah menghirup basil tuberkulosis hidup di dalam paru-

paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus

primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut

organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah bening

menuju kelenjar regional sehingga terbentuk kompleks primer dan

mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2 sampai 10 minggu (6-8

minggu) pasca infeksi.  

Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun

terutama di perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan

bawah paru dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran

kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan

penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi radang

dimana leukosit polimorfonukleat tampak pada alveoli dan memfagosit

bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan

sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap

organisme TBC dan membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau

mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat

sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal,

atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang

biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang

dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang

dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan

10

Page 14: lapsus coxitis tb.doc

gambaran yang relatif padat pada tubuh, yang disebut nekrosis kasiosa.

Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak :

penyebaran Hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbulkan

gejala atau tanpa gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus

dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyebaran

hematogen berulang.  

Penyebaran hematogen yang paling sering terjadí adalah dalam

bentuk penyebaran hematogeník tersamar (occult hematogellíc spread).

Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi

sedikit sehingga tídak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudían

akan rnencapaí berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju

adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang,

ginjal, dan paru sendirí, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Di

berbagaí lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni

kuman sebelum terbentuk ímunitas seluler yang akan membatasi

pertumbuhannya.

Beberapa penderita tuberkulosis Osteoarticular merupakan hasil

penyebaran secara hematogen dari suatu infeksi primer fokus jauh. Fokus

primer mungkin terjadi di paru-paru atau di lymphonode mediastinum,

mesentry, daerah cervical dan ginjal. Infeksi menjangkau sistem tulang

melalui saluran vaskuler, yang biasanya arteri sebagai hasil bacillemia atau

kadang-kadang di dalam tulang belakang (axial skeleton) melalui vena

plexus batson’s . Tuberculosis tulang & sendi dikatakan akan berkembang 2

sampai 3 tahun setelah fokus primer.

Basil Tuberkulosis biasanya menyangkut dalam spongiosa tulang.

Pada tempat infeksi timbul osteitis, kaseasi dan likuifaksi dengan

pembentukan pus yang kemudian dapat mengalami kalsifikasi. Berbeda

dengan osteomielitis piogenik, maka pembentukan tulang baru pada

tuberkulosis tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Disamping itu

periostitis dan sekwester hampir tidak ada. Pada tuberkulosis tulang ada

kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi atau discus

intervertebra.

11

Page 15: lapsus coxitis tb.doc

F. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang ditimbulkan bersifat lambat dan tidak khas,

sehingga umumnya didiagnosis sudah dalam keadaan lanjut. Selain

dijumpai gejala umum TB pada anak, dapat pula dijumpai gejala spesifik

berupa bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri pada pergerakan.

Tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak  dapat

disebutkan sebagai berikut :

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan

dengan penanganan gizi

2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara

adekuat (failure to thrive)

3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria,

atau infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam

4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya

multipel

5. Batuk lama lebih dari 30 hari

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB

tulang dan sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan

gejala iritabel, kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata

(konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid), dll. Oleh karena gejala TB

pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan

melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai

the great immitator. Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika

dibandingkan dengan anak sebayanya.

Kelenjar limfe superfisialis sering dijumpai, kelenjar yang sering

terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior atau posterior, juga dapat terjadi

aksila, inguinal, submandibula dan supra klavikula. Secara klinis kelenjar

yang terkena biasanya multipel, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak panas

pada perabaan dan dapat saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini terjadi

akibat adanya inflamasi pada kapsul kelenjar limfe. TBC

12

Page 16: lapsus coxitis tb.doc

kulit/skrofuloderma. TBC tulang dan sendi : Gejala umum yang sering

ditemukan adalah adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan

gangguan atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh

epifisis tulang merupakan daerah dengan vaskularisasi tinggi yang disukai

oleh kuman TBC. Tulang punggung (spondilitis) : gibbus, tulang panggul

(koksitis) : pincang, pembengkakan di pinggul, tulang lutut: pincang

dan/atau bengkak, tulang kaki dan tangan. TBC otak dan saraf: Meningitis

TBC, Merupakan penyakit yang berat dengan mortalitas dan kecacatan yang

tinggi, terjadi akibat penyebaran langsung kuman TBC ke jaringan selaput

saraf (meningens). Dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan

kesadaran menurun. TBC mata: Conjunctivitis phlyctenularis. Tuberkel

koroid (hanya terlihat dengan funduskopi) dan Lain-lain.

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Radiologis. TB tulang pada anak secara umum

dilakukan pemeriksaan radiologis pada lokasi yang dicurigai seperti

tulang belakang, sendi panggul, dan sendi lutut. Pada tahap awal

biasanya terdapat gambaran osteoporosis regional periartikuler dan

pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi, sedangkan pada tahap

lanjut terdapat penyempitan celah sendi, destruksi tulang rawan

sendi, dan lesi osteolitik, pada daerah epifisis. Untuk infeksi TB

sendi, gambaran yang khas adalah osteoporosis periartikuler,

destruksi tulang rawan sekitar sendi, dan penyempitan celah.

2. Aspirasi cairan sendi. Gambaran yang terlihat berupa peningkatan

sel, penurunan glukosa, dan peningkatan protein atau bahkan dapat

ditemukan BTA positif.

3. Kultur / biakan kuman. Pada pemeriksaan histopatologis dapat

dijumpai gambaran perkijuan (granuloma TB)

H. Penatalaksanaan Terapeutik

Pengobatan terdiri atas :

Terapi konservatif berupa :

13

Page 17: lapsus coxitis tb.doc

1. Tirah baring

2. memperbaiki keadaan umum penderita

3. pemberian obat anti tuberkulosa

Obat – obatan yang diberikan terdiri atas :

1. Isoniazid ( INH ) dengan dosis oral 10 mg / kg BB.

2. Etambutol. Dosis oral 15- 25 mg /kg BB per hari

3. Rifampisin. Dosis oral 10 mg / kg BB

Pada TBC berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan

kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah Etambutol dan Streptomisin),

dilanjutkan dengan INH dan Rifampicin selama 4-10 bulan sesuai

perkembangan klinis.

14

Page 18: lapsus coxitis tb.doc

BAB IV

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. TB tulang merupakan penyakit infeksi akut atau kronik yang disebabkan

oleh Microbakterium tuberkulosis.

2. TBC pada anak masih merupakan penyakit mayor yang menyebabkan

kesakitan.

3. TBC tulang dan sendi menimbulkan gejala nyeri, bengkak disendi yang

terkena dan gangguan atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang

sedang tumbuh epifisis tulang merupakan daerah dengan vaskularisasi

tinggi yang disukai oleh kuman TBC

4. Diagnosis TBC tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis, pemeriksaan

fisik atau pemeriksaan penunjang tunggal. Selain alur diagnostik, terdapat

pedoman diagnosis dengan menggunakan sistem skoring.

5. Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm

pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.

6. Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan

lingkungan sekitarnya

7. Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line) rifampisin,

INH, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin.

15

Page 19: lapsus coxitis tb.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe, Nastiti N., dkk, Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK

Pulmonologi PP IDAI, Juni, 2005.

2. Setiawati dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan

Anak. 2008. Surabaya

16