lapsus
DESCRIPTION
kqqkqTRANSCRIPT
LAPSUSPINGECUELA DAN KONJUNGTIVITIS
VIRAL
Identitas Pasien Nama: Rizki Wardani Jenis kelamin : Laki-laki Usia: 14 tahun Alamat : Gegelang Lingar, Lombok Barat Suku : Sasak Agama : Islam Pekerjaan: Pelajar Masuk RS : 16 juni 2015
Keluhan Utama: Merah pada mata kanan dan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Rumah Sakit Kota Mataram dengan keluhan mata merah pada mata kanan dan kiri disertai benjolan pada selaput pada mata kiri sejak satu tahun yang lalu. Pasien mengaku benjolan padda selaput mata kanan dan kiri tersebut muncul bersamaan dengan mata kemerahan sejak satu tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan mata kadang-kadang terasa kabur diserti mata berair pada saat melihat.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit mata Pasien menyangkal pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya dan menyangkal riwayat trauma pada mata. Riwayat penyakit sistemik Pasien menyagkal riwayat hipertensi maupun diabetes. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan
pasien. Riwayat Alergi Pasien menyangkal riwayat alergi obat. Riwayat Pengobatan Pasien sebelumnya pernah berobat ke dukun diberikan ramuan
daun-daunan
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
1. Visus naturalis 20/20 20/20
2. Posisi Bola Mata Ortoforia
3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah
Gerakan lancar, jangkauan penuh,
nyeri (-)
Baik ke segala arah
Gerakan lancar, jangkauan penuh,
nyeri (-)
4. Palpebra Superior
Edema (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
5. Palpebra Inferior
Edema (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
6 Konjungtiva Palpebra Superior
Hiperemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
7 Konjungtiva Palpebra Inferior
Hiperemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva
(+) (+)
Injeksi Siliar (-) (-)
Massa Terdapat tonjolan selaput berwarna putih kekuningan
yang berbentuk bulat dan berukuran sekitar
2mm x 2mm di samping limbus pada
bagian nasal.
Edema (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Kesan licin Kesan licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
11. Bilik Mata Depan
Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Hifema (-) (-)
12. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular
13. Pupil Bentuk Bulat Bulat
RCL (+) (+)
RCTL (+) (+)
Iris Shadow (-) (-)
Diagnosis ODS : Konjungtivitis Viral + Pingecuelitis Penatalaksanaan Planning diagnosis : ODS slitlamp, Pemeriksaan
sitologik dengan pewarnaan gram dan giemsa pada cairan konjungtiva
Planning terapi : Prognosis Prognosis pada pasien ini, meliputi : Prognosis pengelihatan (ad functionam) Prognosis pengelihatan pasien ad bonam. Prognosis nyawa (ad vitam) Prognosis nyawa pasien ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA Konjungtivitis viral adalalah suatu penyakit
umum yang disebabka oleh berbagai jenis virus
Berbagai jenis virus diketahui dapat menjadi agen penyebab konjungtivitis. Adenoviral merupakan etiologi tersering dari konjungtivitis virus
Penyebab lain yang lebih jarang antara lain infeksi virus varicella-zoster (VZV), pikornavirus (enterovirus 70, coxsakie A24), poxvirus (molluskum kontagiosum, vaccinia), serta Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Gejala dan Tanda Klinis
Hiperemia Kemerahan paling jelas di forniks dan makin berkurang kearah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.
Mata berair (epifora).Sekresi air mata diakibatkan oleh adaya sensasi benda asing, sensasi terbakar, atau tergores, atau oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut.
Folikel Folikel merupakan suatu hipeplasia limfoid lokal di dalam lapisan limoid konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Pada pemeriksan Slitlamp tampak pembuluh-pembuuh kecil yang muncul pada batas folikel dan mengitarinya.
Kemosis konjungtiva sangat mengarah pada konjungtiva alergika, tetapi dapat timbul pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut terutama pada konjungtivitis adenoviral.
Pseudomembran dan membran adalah hasil dari proes eksudatif dan hanya berbeda derajatnya. Pseudomembran adalah suatu pengentalan ( koagulum) di atas permukaan epitel, yang bila diangkat epitelnya tetap utuh. Membran aalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel, yang bila diangkat meninggalkan pemukaan yang kasar dan berdarah.
KONJUNGTIVITIS FOLIKULAR VIRUS AKUT
1. Demam faringokonjungtivalDemam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3 - 400C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata. Folikel sering mencolok pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa faring. Penyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateralVirus penyebab demam faringokonjungtiva ini dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan di identifikasi dengan uji netralisasi
2. Keratokonjungtivitis epidemika: Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus subgroup D tipe 8, 19, 29, dan 37
Gejala awal berupa nyeri sedang dan berair mata dalam 5-14 hari kemudian dengan fotofobia, keratitis epitel
Dalam 24 jam sering muncul folikel dan perdarahan konjungtiva. Kadang-kadang dapat terbentuk pseudomembran ataupun membran sejati yang dapat meninggalkan parut
Virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan dapat diidentifikasi dengan uji netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuklear primer. Bila terbentuk pseudomembran, juga tampak neutrofil yang banyak
3. Konjungtivitis virus herpes simpleks (HSV)
Konjungtivitis dapat muncul sebagai infeksi primer HSV atau pada episode kambuh herpes mata
ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, disertai sekret mukoid, dan fotofobia
Pada konjungtivitis Varisella-Zooster, diagnosis biasanya ditegakkan dengan ditemukan sel raksasa pada pewarnaan giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear.
4. Konjungtivitis hemoragika akut Konjungtivitis hemoragika akut
disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan kadang-kadang oleh virus coxsakie tpe A24. Yang khas pada konjungtivitis tipe ini adalah masa inkubasi yang pendek (sekitar 8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). Gejala dan tandanya adalah rasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata, edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva
KONJUNGTIVITIS VIRAL KRONIK
1. Blefarokonjungtivitis Mulloskum Kontagiosum
Molluscum kontagiosum ditandai dengan adanya reaksi radang dengan infiltrasi mononuclear dengan lesi berbentuk bulat, berombak, berwarna putih-mutiara Nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata apat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma
Bioposi menunjukkan inklusi sitoplasma iosinofilik yang memenuhi sitoplasma sel yang rusak, mendesak inti ke satu sisi.
2. Blefarokonjungtivitis varicella-zoster
Blefarokonjungtivitis varicella-zoster ditandai dengan hiperemia dan konjungtivitis infiltratif yang disertai erupsi vesikuler sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmikaKonjungtivitis yang terjadi umumnya bersifat papiler, namun dapat pula membentuk folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang kemudian berulserasi
Pada zooster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebranya mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear, kerokan dari konjungtiva pada varicella dan dari vesikel konjungtiva pada zooster dapat mengandung sel raksasa dan monosit
3. Pada tahap awal konjungtiva nampak seperti kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semilunar (tanda Meyer). Beberapa hari sebelum erupsi kulit timbul konjungtivitis eksudatif dengan sekret mukopurulen.
Kerokan konjungtiva menunjukkan rekasi sel mononuclear, kecuali jika ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sediaan terpulas giemsa menampilkan sel-sel raksasa
PINGECUELA Pinguecula sangat sering pada orang
dewasa. Keadaan ini tampak sebagai nodul kuning pada kedua sisi kornea (lebih banyak di sisi nasal) di daerah aperture palpebrae. Nodul terdiri dari jaingan hiali dan jaringan elastic kuning, jarang bertumbuh besar, tetapi sering meradang
Etiologi Kelainan ini berhubungan dengan
terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas
DAFTAR PUSTAKA Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata,
Edisi ketiga. Jakarta : FKUI James.B. 2009. Lecture notes
Oftalmologi.,edisi ke Sembilan.Penerbit Erlangga.
Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum. Jakarta; EGC.
Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata.Abadi Tegal, Jakarta: 2010