lapsus
TRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas
1. Nama : Ny. Y
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 69 tahun
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : IRT
6. Alamat : RT 16 Kelurahan Wijaya Pura Kecamatan
Jambi Selatan Kota Jambi
7. Tanggal periksa : 8 Oktober 2013
II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga :
a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi rumah :
Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 9 X 8 meter, lantai
terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari bata dan semen dan sebagian
terbuat dari kayu, dan beratap seng. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur. Mempunyai 1 kamar
mandi. Sumber air dari ledeng yang cukup bersih, jernih dan tidak berbau.
Kamar mandi menggunakan wc jongkok.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama anak yang paling bungsu, dan 1 orang
cucunya. Anak yang lainnya tidak tinggal dengan pasien lagi. Suami anak
pasien yang paling bungsu bekerja di luar daerah. Pasien tidak bekerja
sehingga untuk kebutuhan belanja sehari-hari pasien dikasih uang oleh
anak-anaknya.
1
III. Aspek psikologis di keluarga :
Secara psikologis pasien tidak bermasalah. Pasien dikenal sebagai
seorang ibu yang berhatian dan penyayang dengan anak dan cucunya.
IV. Anamnesa :
a. Keluhan utama :
Nyeri pada saat buang air kecil (BAK) ± 4 hari sebelum datang ke
Puskesmas.
b. Keluhan penyerta :
Badan terasa panas
c. Riwayat perjalanan penyakit:
Sejak lebih kurang 4 hari sebelum berobat ke Puskesmas, pasien
mengeluh nyeri pada saat BAK, nyeri dirasakan selama BAK
berlangsung, pasien mengaku buang air kecil sedikit-sedikit dan sering.
BAK berwarna kuning muda, tidak bercampur darah dan nanah. Nyeri
pinggang (-), menggigil (-), pasien juga menyangkal BAK mengeluarkan
pasir atau batu.
Pasien juga mengeluhkan badanya panas. Pasien sudah pernah
pernah berobat ke bidan, dikasih obat pil, tetapi pasien tidak tau nama pil
yang dikasih, setelah berobat panas hilang tetapi nyeri pada saat BAK
tidak berkurang.
Menurut pengakuan pasien hal seperti sudah pernah dialaminya
sekitar 1 tahun yang lalu, berobat ke dokter, dokter mengatakan bahwa
pasien mengalami sakit saluran kencing, diberi obat pil oleh dokter,
setelah beberapa hari setelah itu, keluhan BAK berangsur-angsur sembuh.
Pasien juga mengaku tidak pernah menahan kecing, minum air kira-kira 8
gelas sehari. Karena keluhan nyeri BAK tidak berkurang, sehingga pasien
memutuskan untuk berobat ke puskesmas.
2
V. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga :
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat penyakit kelamin disangkal
Riwayat sakit ginjal disangkal
Riwayat konsumsi obat dalam jangka waktu yang lama disangkal
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 35 kg
TD : 130/80 mmhg
Nadi : 86x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36.5 C⁰
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (+/+).
THT : Dalam batas normal.
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
3
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi : datar, venektasi (-), jaringan parut (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+), Ballontment (-),
heparlien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri CVA (-)
Ektremitas: Reflek fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-, Edema (-),
akral hangat.
VII. Laboratorium
- Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
- Usulan pemeriksaan :
Urin rutin
Ureum kreatinin
Rontgen Urogenital
USG Urogenital
VIII. Diagnosa
Suspek sistitis
IX. Diagnosa Banding
- Sistitis
- Sindrome uretra akut
- Pielonefritis
X. Manajemen
4
a. Promotif :
Selalu menjaga kebersihan daerah genital agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat dan
mengganti pakaian dalam setelah mandi, dan membersihkan daerah
genital dari depan ke belakang agar kuman dari anus tidak masuk ke
dalam vagina
b. Preventif :
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin dan
banyak minum air putih.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat dan menjaga kebersihan daerah genital
Banyak minum air putih
Menjalani pengobatan sampai dengan tuntas
Farmakologi
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab/hari
Cotrimoxazole 480 mg 2 x 2 tab/hari
Vitamin B Complek 500 mg 3 x 1 tab/hari
Tradisonal
Bahan-bahan :
Akar pandan
Gula batang
Air
Cara membuat :
Rebus akar pandan secukupnya dicampur gula batang secukupnya,
tambhakan air.
Cara memakai :
Diminum sekali 1 hari
d. Disability Limitation
5
-
e. Rehabilitatif
Menjalankan pengobatan secara teratur
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan
yang bergizi dan selalu menjaga kebersihan tubuh, terutama daerah
genital
8. Resep
Resep puskesmas
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Pakuan Baru
Jln. Jendral Sudirman no. 75
Dokter : Tomi Atmadirja
SIP :
STR :
Tanggal : 8 Oktober 2013
R/ Paracetamol tab mg 500 no. X
S 3 d d tab I pc prn
R/ Cotrimoxazole tab mg 480 no. X
S 2 d d tab 2 pc
R/ Vitamin B comp tab mg 500 no. X
S 3 d d tab I pc
Pro : Ny. Y
Umur : 69 tahun
Alamat : RT 16 Kel. Wijaya Pura
Resep tidak boleh diganti/ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Resep berdasarkan teori
6
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Pakuan Baru
Jln. Jendral Sudirman no. 75
Dokter : Tomi Atmadirja
SIP :
STR :
Tanggal : 8 Oktober 2013
R/ Paracetamol tab mg 500 no. X
S 3 d d tab I pc prn
R/ Cotrimoxazole tab mg 480 no. XXVIII
S 2 d d tab 2 pc
Pro : Ny. Y
Umur : 69 tahun
Alamat : RT 16 Kel. Wijaya Pura
Resep tidak boleh diganti/ditukar tanpa sepengetahuan dokter
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme
(MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bakteriuria): Bakteriuria
bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105
colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin
tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert
bakteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK
dinamakn bakteriuria simptomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan
presentasi klinis ISK tanpa bakteriuri bermakna. Banyak faktor yang
menyebabkan negatif palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK.
a. Pasien telah mendapat terapi antimikroba
b. Terapi diuretika
c. Minum banyak
d. Waktu pengambilan sampel tidak tepat
e. Peranan bakteriofag
2.2 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
sering ditemukan di praktik umum, walaupun pelbagai antibiotika sudah tersedia
luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35%
semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK seumur hidupnya.
2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian
diikuti oleh Proteus sp., Klebsiella sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas
sp.,Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain
dapat dilihat pada tabel berikut:
8
Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK
No. Mikroorganisme Persentase biakan (%)
1. Escherichia coli 50-90
2. Klebsiela sp. atau Enterobacter
sp.
10-40
3. Proteus sp. 5-10
4. Pseudomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci sp. 2-10
7. Candida albicans 1-2
8. Staphylococcus aureus 1-2
Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat
menyebabkan sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK
melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacteriu
tuberculosa . Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK
terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien dengan
penyakit imunnocompromised, dan pasien yang mendapat pengobatan antibiotik
berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida
albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran
kemih secara hematogen .
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :
1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :
Anomali kongenital
Batu saluran kemih
Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
9
Neurogenic bladder
Striktura uretra
5.Hygienitas
6. Instrumentasi
Kateter
Dilatasi uretra
Sitoskopi
2.4 Klasifikasi
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih atas
1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis
kronik yang spesifik.
b. Infeksi saluran kemih bawah
1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria
bermakna.
2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril)
2.5 Patogenesis
Patogenesis bakteriuria asimtomatik menjadi simtomatik dengan
presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien
sendiri(host)
10
Peranan Patogenisitas Bakteri
Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga berkait
dengan etiologi ISK. Penelitian melaporkan lebih daripada 170 serotipe O
(antigen) E.coli yang patogen. Patogenisitas E.coli terkait dengan bagian
permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotipe dari 170
srotipeO/E.coli yang terhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain
E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus. Penelitian intensif berhasil
menentukan faktor virulensi E.coli dikenal sebagai virulence determinalis. Bakteri
patogen dari urin dapat menyebabkan presentasi klinis ISK tergantung juga dari
faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan
variasi fase faktor virulensi.
Peranan bakterial attachment of mukosa
Penelitian membuktikan bahwa fimbriae (proteinaceous hair-like
projection from the bacterial surface), merupakan salah satu pelengkap
patogenesitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan
mukosa saluran kemih. Pada umumnya P.fimbriae terikat pada P blood group
antigen yang terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah Fimbriae dari
strain E.coli ini dapat diisolasi hanya dari urin segar.
Peranan Faktor Virulensi Lain
Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal
beberapa toksin seperti –haemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1), dan
iron uptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -haemolisin terikat
pada kromosom dan berhubungan dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya
5% terikat pada gen plasmio.
Faktor Virulensi Variasi Fase
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami
perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini
menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi antara individu dan
11
lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam
kandungan kemih dan ginjal
Peranan faktor Tuan Rumah (host)
Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis peranan status saluran
kemih merupakan faktor resiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status
saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada
saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh bila sudah terdapat
kelainan struktural anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis
ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses
clearance normal dan sangat peka terhadap infeksi. Zat makanan dari bakteri akan
meningkat dari normal , diikuti refluks MO dari kandung kemih ke ginjal.
Endotoksin dapat menghambat peristaltik ureter. Refleks vesikoureter ini sifatnya
sementara dan hilang sendiri bila dapat terapi antibiotika
Status Imunologi Pasien (host response)
Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status
seketor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevalensi ISK juga
meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe
fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis. Kepekaan terhadap
ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih normal (ISK tipe
sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah non-sekretorik dibandingkan
kelompok sekretorik .
2.6 Patofisiologi
Pada individu normal, urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan
frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme
nonpathogenis fastidious gram-positif dan gram negatif. Hampir semua ISK
disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke kandung kemih. Pada
beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini
dipermudah refleks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat
12
jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjutan dari bakteriemia. Ginjal
diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemia atau
endokarditis akibat stafilokokus aureus. Kelainan ginjal terkait dengan
endokarditis dikenal dengan Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan
pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi
sistemik gram negatif.
2.7 Gejala Klinis
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
3. Hematuria
4. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah
Presentasi klinis ISK bawah:
a) Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna. Presentasi klinis sistitis adalah seperti sakit suprapubik,
polakisuria, nokturia, disuria, dan stranguria.
b) SUA - Sindroma uretra akut adalah presentasi klinis sisititis tanpa ditemukan
mikroorganisme(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini
SUA disebabkan MO anaerobik. Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria,
sering kencing, leukosituria.
13
Presentasi klinis ISK atas:
a) PNA - Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri. Presentasi klinisnya adalah seperti panas tinggi
(39.5-40.5), disertai menggigil dan sakit pinggang. Sering didahului sistitis.
b) PNK - Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
vesikoureter refleks dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
2.8 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis
2.8.1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
2.8.1.1. Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui
urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak
laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara
pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi
dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia
eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi
suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain
karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine
dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda
bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu
saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
b. Piuria
14
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm,
bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus
atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di
sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit
sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
infeksi tuberkulosis;
urin terkontaminasi dengan antiseptik;
urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;
nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);
nefrolitiasis;
tumor uroepitelial
c. Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit
ginjal, antara lain:
silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau
vaskulitis ginjal;
silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis;
silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut;
silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila
ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik
dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
2.8.1.2. Bakteriologis
15
a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar
tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila
dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan specimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak
sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per
ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al.menyatakan
bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu
per ml urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari
luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum
diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
2.8.1.3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya
bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess
nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci
mereduksi nitrat.
2.8.1.4. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan
plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan
padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau
dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam
16
tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC
selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian
gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga
10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah
dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya
tidak dapat diketahui.
2.8.2. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.
Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena,
demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan
CT Scan
2.9 Penatalaksanaan
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian
terapi, namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan
antibiotika. Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan tes
kepekaan antibiotika.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi
tinggi ke dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan
untuk mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran
kemih. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:
pengobatan dosis tunggal
pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
pengobatan profilaksis dosis rendah
pengobatan supresif
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :
1. eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai, dan
17
2. mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi
risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karena itu, pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,
serta faktor-faktor penyerta lainnya
Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh bentuk resistensi lokal suatu
daerah. Amoksisilin secara tradisional merupakan antibiotik lini pertama untuk
ISK pada anak-anak. Namun, peningkatan angka resistensi E.coli terhadap
antibiotik ini menjadikan angka kegagalan kesembuhan ISK yang diterapi dengan
antibiotik ini menjadi tinggi3. Uji sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama
dalam penentuan antibiotik yang dipergunakan. Antibiotik yang sering
dipergunakan untuk terapi ISK, yaitu:
1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab
ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada
ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
2. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4, sedangkan
untuk bayi premature adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi
4.
3. Cotrimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2
dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan
cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar
pada pengobatan dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
4. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal
atau dosis terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah
(sistitis) sehari. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole,
namun lebih mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu
bakteri normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.)
pada anak perempuan.
18
Obat-obatan seperti Asam nalidiksat atau Nitrofurantoin tidak digunakan
pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
Selain itu nitrofurantoin juga lebih mahal dari Cotrimoxazole dan memiliki efek
samping seperti mual dan muntah. Fluoroquinolon yang sering dipergunakan pada
pasien dewasa tidak pernah dipergunakan pada anak-anak karena mengganggu
perkembangan pada sistem muskuloskeletal dan sendi .
Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi
kontroversi. Pada pasien dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah
menunjukkan perbaikan berarti, namun dari berbagai penelitian, lamanya
antibiotik diberikan pada anak adalah sebaiknya 7-14 hari.
Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin
harus kembali diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan
umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur
sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi
sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.
Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK.
Dalam penelitiannya, Conway et al.menyatakan bahwa pemberian antibiotik
profilaksis berkaitan erat dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan
tidak adanya pengurangan dalam risiko terjadinya ISK berulang maupun renal
scarring. Pada anak penderita refluks vesiko-urinaria, antibiotik profilaksis tidak
memberikan efek berarti dalam pengurangan risiko terjadinya ISK berulang,
sehingga pemberian antibiotik profilaksis tidaklah diperlukan.
2.10 Prognosis
Prognosa Infeksi Saluran Kemih (ISK) menjadi lebih baik dan memberi
pelung yang lebih cerah kepada pasien bila faktor pencetus dan penyebab
terjadinya ISK dapat diatasi
19
BAB II
ANALISA KASUS
Analisis Pasien Secara Holistik
20
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien mengeluh nyeri pada saat BAK lebih kurang sejak 4 hari sebelum
kepuskesmas, nyeri dirasakan selama BAK berlangsung, pasien mengaku buang
air kecil sedikit-sedikit dan sering. BAK berwarna kuning, tidak bercampur darah
dan nanah. Nyeri pinggang (-), menggigil (-), pasien juga menyangkal BAK
mengeluarkan pasir atau batu.
Pasien juga mengeluhkan badanya panas. Pasien sudah pernah pernah
berobat ke bidan, dikasih obat pil, tetapi pasien tidak tau nama pil yang dikasih,
setelah berobat panas hilang tetapi nyeri pada saat BAK tidak berkurang.
Menurut pengakuan pasien hal seperti sudah pernah dialaminya sekitar 1
tahun yang lalu, berobat ke dokter, dokter mengatakan bahwa pasien mengalami
sakit saluran kencing, diberi obat pil oleh dokter, setelah beberapa hari setelah itu,
keluhan BAK berangsur-angsur sembuh. Pasien juga mengaku tidak pernah
menahan kecing, minum air kira-kira 8 gelas sehari. Karena keluhan nyeri BAK
tidak berkurang, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke puskesmas. Dari
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan suprapubik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien diagnosa menderita suspek
sistitis. Diagnosa ditegakkan berdasarkan dari gejala-gejala yang dikeluhankan
pasien yaitu adanya nyeri saat BAK, BAK sedikit-sedikit tetapi sering,
sebelumnya pasien juga demam. Dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan
suprapubik.
Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 9 X 8 meter, lantai
terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari bata dan semen dan sebagian
terbuat dari kayu, dan beratap seng. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur. Mempunyai 1 kamar mandi.
Sumber air dari ledeng yang cukup bersih, jernih dan tidak berbau. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok.
Dari keadaan rumah pasien, tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan
keadaan rumahnya.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
21
Secara psikologis pasien tidak bermasalah. Pasien dikenal sebagai seorang
ibu yang berhatian dan penyayang dengan anak dan cucunya.
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien. Sistitis tidak ada hubungan dengan
aspek psikologis dalam keluarga.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit sistitis adalah
kemungkinan akibat kebiasaan mencuci alat genital yang tidak benar. Dan juga
pada perempuan kerentanan untuk terjadinya sistitis lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :
Kemungkinan akibat kebiasaan mencuci alat genital yang tidak benar
yang dapat membuat kuman yang ada di anus masuk ke dalam vagina. Dan juga
pada perempuan kerentanan untuk terjadinya sistitis lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki karena dari segi anatomis uretra perempuan lebih pendek dari
uretra laki-laki sehingga mempermudah masuknya kuman pathogen ke alat
urogenital.
e. Analisis untuk menghindari factor memperberat dan penularan
penyakit :
Untuk menghindari factor yang memperberat sistitis dengan mengubah
kebiasaan dan kebersihan perseorangan, menggunakan air yang bersih dengan
menggunakan sabun dan mengganti pakaian dalam setiap hari.
RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA
PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa ini adalah penyakit sistitis dan
bagaimana cara penularannya.
22
RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA
KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit sistitis merupakan penyakit
infeksi yang kebanyakan disebabkan oleh bakteri. sistitis sangat erat kaitannya
dengan kebersihan personal seperti menggunakan air yang bersih untuk mencuci
alat genital, cara yang benar dalam mencuci alat genital dengan air yang bersih
dengan menggunakan sabun dan mengganti celana dalam setiap hari. sistitis juga
bisa disebabkan kurang minum yang menyebabkan jumlah urine juga meningkat
sehingga perkembangan untuk bakteri pathogen tidak mudah untuk berkembang
biak.
ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG
DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN
PADA PASIEN
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin dan banyak minum
air putih.
b. Selalu menjaga kebersihan daerah genital agar tetap kering dan tidak lembab
misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat dan mengganti pakaian dalam setelah
mandi, dan membersihkan daerah genital dengan air yang bersih dan
menggunakan sabun
c. Menjalankan pengobatan secara teratur
d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang bergizi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Enday Sukandar, 2007. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In: Aru
W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti
Setiati, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta, Indonesia:
23
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI,
553-557.
2. OmZainul’s Blog, 2010 . Infeksi saluran kemih. Available from :
http://omzainul.wordpress.com/2010/03/29/isk-infeksi-saluran-kemih-dari-
berbagai-sumber-moga-berguna .
3. Djebrut. 2009. Pengambilan bahan urin dan urinalisa secara umum Available
from: http://drdjebrut.wordpress.com/tag/urinalisis/ .
LAMPIRAN
24
25