lapsus

36
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas 1. Nama : Ny. Y 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Umur : 69 tahun 4. Pendidikan : SD 5. Pekerjaan : IRT 6. Alamat : RT 16 Kelurahan Wijaya Pura Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi 7. Tanggal periksa : 8 Oktober 2013 II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga : a. Status perkawinan : Menikah b. Jumlah anak : 3 orang c. Status ekonomi keluarga : Cukup d. Kondisi rumah : Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 9 X 8 meter, lantai terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari bata dan semen dan sebagian terbuat dari kayu, dan beratap seng. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur. Mempunyai 1 kamar 1

Upload: tomi-atmadirja

Post on 25-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas

1. Nama : Ny. Y

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Umur : 69 tahun

4. Pendidikan : SD

5. Pekerjaan : IRT

6. Alamat : RT 16 Kelurahan Wijaya Pura Kecamatan

Jambi Selatan Kota Jambi

7. Tanggal periksa : 8 Oktober 2013

II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga :

a. Status perkawinan : Menikah

b. Jumlah anak : 3 orang

c. Status ekonomi keluarga : Cukup

d. Kondisi rumah :

Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 9 X 8 meter, lantai

terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari bata dan semen dan sebagian

terbuat dari kayu, dan beratap seng. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1

ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur. Mempunyai 1 kamar

mandi. Sumber air dari ledeng yang cukup bersih, jernih dan tidak berbau.

Kamar mandi menggunakan wc jongkok.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga :

Pasien tinggal bersama anak yang paling bungsu, dan 1 orang

cucunya. Anak yang lainnya tidak tinggal dengan pasien lagi. Suami anak

pasien yang paling bungsu bekerja di luar daerah. Pasien tidak bekerja

sehingga untuk kebutuhan belanja sehari-hari pasien dikasih uang oleh

anak-anaknya.

1

Page 2: Lapsus

III. Aspek psikologis di keluarga :

Secara psikologis pasien tidak bermasalah. Pasien dikenal sebagai

seorang ibu yang berhatian dan penyayang dengan anak dan cucunya.

IV. Anamnesa :

a. Keluhan utama :

Nyeri pada saat buang air kecil (BAK) ± 4 hari sebelum datang ke

Puskesmas.

b. Keluhan penyerta :

Badan terasa panas

c. Riwayat perjalanan penyakit:

Sejak lebih kurang 4 hari sebelum berobat ke Puskesmas, pasien

mengeluh nyeri pada saat BAK, nyeri dirasakan selama BAK

berlangsung, pasien mengaku buang air kecil sedikit-sedikit dan sering.

BAK berwarna kuning muda, tidak bercampur darah dan nanah. Nyeri

pinggang (-), menggigil (-), pasien juga menyangkal BAK mengeluarkan

pasir atau batu.

Pasien juga mengeluhkan badanya panas. Pasien sudah pernah

pernah berobat ke bidan, dikasih obat pil, tetapi pasien tidak tau nama pil

yang dikasih, setelah berobat panas hilang tetapi nyeri pada saat BAK

tidak berkurang.

Menurut pengakuan pasien hal seperti sudah pernah dialaminya

sekitar 1 tahun yang lalu, berobat ke dokter, dokter mengatakan bahwa

pasien mengalami sakit saluran kencing, diberi obat pil oleh dokter,

setelah beberapa hari setelah itu, keluhan BAK berangsur-angsur sembuh.

Pasien juga mengaku tidak pernah menahan kecing, minum air kira-kira 8

gelas sehari. Karena keluhan nyeri BAK tidak berkurang, sehingga pasien

memutuskan untuk berobat ke puskesmas.

2

Page 3: Lapsus

V. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga :

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat penyakit kelamin disangkal

Riwayat sakit ginjal disangkal

Riwayat konsumsi obat dalam jangka waktu yang lama disangkal

VI. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

BB : 35 kg

TD : 130/80 mmhg

Nadi : 86x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 36.5 C⁰

Kepala : Normocephal

Mata : Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (+/+).

THT : Dalam batas normal.

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorak :

Paru :

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal

Perkusi : Sonor

Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

3

Page 4: Lapsus

Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen:

Inspeksi : datar, venektasi (-), jaringan parut (-)

Auskultasi : BU (+) normal

Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+), Ballontment (-),

heparlien tidak teraba

Perkusi : Timpani, nyeri CVA (-)

Ektremitas: Reflek fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-, Edema (-),

akral hangat.

VII. Laboratorium

- Pemeriksaan Penunjang :

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

- Usulan pemeriksaan :

Urin rutin

Ureum kreatinin

Rontgen Urogenital

USG Urogenital

VIII. Diagnosa

Suspek sistitis

IX. Diagnosa Banding

- Sistitis

- Sindrome uretra akut

- Pielonefritis

X. Manajemen

4

Page 5: Lapsus

a. Promotif :

Selalu menjaga kebersihan daerah genital agar tetap kering dan

tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang

menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat dan

mengganti pakaian dalam setelah mandi, dan membersihkan daerah

genital dari depan ke belakang agar kuman dari anus tidak masuk ke

dalam vagina

b. Preventif :

Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin dan

banyak minum air putih.

c. Kuratif :

Non Farmakologi

Istirahat dan menjaga kebersihan daerah genital

Banyak minum air putih

Menjalani pengobatan sampai dengan tuntas

Farmakologi

Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab/hari

Cotrimoxazole 480 mg 2 x 2 tab/hari

Vitamin B Complek 500 mg 3 x 1 tab/hari

Tradisonal

Bahan-bahan :

Akar pandan

Gula batang

Air

Cara membuat :

Rebus akar pandan secukupnya dicampur gula batang secukupnya,

tambhakan air.

Cara memakai :

Diminum sekali 1 hari

d. Disability Limitation

5

Page 6: Lapsus

-

e. Rehabilitatif

Menjalankan pengobatan secara teratur

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan

yang bergizi dan selalu menjaga kebersihan tubuh, terutama daerah

genital

8. Resep

Resep puskesmas

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Pakuan Baru

Jln. Jendral Sudirman no. 75

Dokter : Tomi Atmadirja

SIP :

STR :

Tanggal : 8 Oktober 2013

R/ Paracetamol tab mg 500 no. X

S 3 d d tab I pc prn

R/ Cotrimoxazole tab mg 480 no. X

S 2 d d tab 2 pc

R/ Vitamin B comp tab mg 500 no. X

S 3 d d tab I pc

Pro : Ny. Y

Umur : 69 tahun

Alamat : RT 16 Kel. Wijaya Pura

Resep tidak boleh diganti/ditukar tanpa sepengetahuan dokter

Resep berdasarkan teori

6

Page 7: Lapsus

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Pakuan Baru

Jln. Jendral Sudirman no. 75

Dokter : Tomi Atmadirja

SIP :

STR :

Tanggal : 8 Oktober 2013

R/ Paracetamol tab mg 500 no. X

S 3 d d tab I pc prn

R/ Cotrimoxazole tab mg 480 no. XXVIII

S 2 d d tab 2 pc

Pro : Ny. Y

Umur : 69 tahun

Alamat : RT 16 Kel. Wijaya Pura

Resep tidak boleh diganti/ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB II

7

Page 8: Lapsus

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme

(MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bakteriuria): Bakteriuria

bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105

colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin

tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert

bakteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK

dinamakn bakteriuria simptomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan

presentasi klinis ISK tanpa bakteriuri bermakna. Banyak faktor yang

menyebabkan negatif palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK. 

a. Pasien telah mendapat terapi antimikroba

b. Terapi diuretika

c. Minum banyak

d. Waktu pengambilan sampel tidak tepat

e. Peranan bakteriofag

2.2 Epidemiologi

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

sering ditemukan di praktik umum, walaupun pelbagai antibiotika sudah tersedia

luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35%

semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK seumur hidupnya.

2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang

biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram

negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian

diikuti oleh Proteus sp., Klebsiella sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas

sp.,Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain

dapat dilihat pada tabel berikut:

8

Page 9: Lapsus

Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No. Mikroorganisme Persentase biakan (%)

1. Escherichia coli 50-90

2. Klebsiela sp. atau Enterobacter

sp.

10-40

3. Proteus sp. 5-10

4. Pseudomonas aeroginosa 2-10

5. Staphylococcus epidermidis 2-10

6. Enterococci sp. 2-10

7. Candida albicans 1-2

8. Staphylococcus aureus 1-2

Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat

menyebabkan sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK

melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacteriu

tuberculosa . Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK

terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien dengan

penyakit imunnocompromised, dan pasien yang mendapat pengobatan antibiotik

berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida

albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran

kemih secara hematogen .

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :

1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :

Anomali kongenital

Batu saluran kemih

Oklusi ureter (sebagian atau total)

2. Refluks vesikoureter

3. Urin sisa dalam buli-buli karena :

9

Page 10: Lapsus

Neurogenic bladder

Striktura uretra

5.Hygienitas

6. Instrumentasi

Kateter

Dilatasi uretra

Sitoskopi

2.4 Klasifikasi

Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

a. Infeksi saluran kemih atas

1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang

disebabkan oleh infeksi bakteri.

2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri

berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta

refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti

pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis

kronik yang spesifik.

b. Infeksi saluran kemih bawah

1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria

bermakna.

2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa

ditemukan mikroorganisme (steril)

2.5 Patogenesis

Patogenesis bakteriuria asimtomatik menjadi simtomatik dengan

presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien

sendiri(host)

10

Page 11: Lapsus

Peranan Patogenisitas Bakteri

Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga berkait

dengan etiologi ISK. Penelitian melaporkan lebih daripada 170 serotipe O

(antigen) E.coli yang patogen. Patogenisitas E.coli terkait dengan bagian

permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotipe dari 170

srotipeO/E.coli yang terhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain

E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus. Penelitian intensif berhasil

menentukan faktor virulensi E.coli dikenal sebagai virulence determinalis. Bakteri

patogen dari urin dapat menyebabkan presentasi klinis ISK tergantung juga dari

faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan

variasi fase faktor virulensi.

Peranan bakterial attachment of mukosa

Penelitian membuktikan bahwa fimbriae (proteinaceous hair-like

projection from the bacterial surface), merupakan salah satu pelengkap

patogenesitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan

mukosa saluran kemih. Pada umumnya P.fimbriae terikat pada P blood group

antigen yang terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah Fimbriae dari

strain E.coli ini dapat diisolasi hanya dari urin segar.

Peranan Faktor Virulensi Lain

Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal

beberapa toksin seperti –haemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1), dan

iron uptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -haemolisin terikat

pada kromosom dan berhubungan dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya

5% terikat pada gen plasmio.

Faktor Virulensi Variasi Fase

Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami

perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini

menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi antara individu dan

11

Page 12: Lapsus

lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam

kandungan kemih dan ginjal

Peranan faktor Tuan Rumah (host)

Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis peranan status saluran

kemih merupakan faktor resiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status

saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada

saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh bila sudah terdapat

kelainan struktural anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis

ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses

clearance normal dan sangat peka terhadap infeksi. Zat makanan dari bakteri akan

meningkat dari normal , diikuti refluks MO dari kandung kemih ke ginjal.

Endotoksin dapat menghambat peristaltik ureter. Refleks vesikoureter ini sifatnya

sementara dan hilang sendiri bila dapat terapi antibiotika

Status Imunologi Pasien (host response)

Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status

seketor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevalensi ISK juga

meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe

fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis. Kepekaan terhadap

ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih normal (ISK tipe

sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah non-sekretorik dibandingkan

kelompok sekretorik .

2.6 Patofisiologi

Pada individu normal, urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan

frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme

nonpathogenis fastidious gram-positif dan gram negatif. Hampir semua ISK

disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke kandung kemih. Pada

beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini

dipermudah refleks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat

12

Page 13: Lapsus

jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjutan dari bakteriemia. Ginjal

diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemia atau

endokarditis akibat stafilokokus aureus. Kelainan ginjal terkait dengan

endokarditis dikenal dengan Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan

pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi

sistemik gram negatif.

2.7 Gejala Klinis

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :

1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

2. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis

3. Hematuria

4. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri panggul dan pinggang

4. Nyeri ketika berkemih

5. Malaise

6. Pusing

7. Mual dan muntah

Presentasi klinis ISK bawah:

a) Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria

bermakna. Presentasi klinis sistitis adalah seperti sakit suprapubik,

polakisuria, nokturia, disuria, dan stranguria.

b) SUA - Sindroma uretra akut adalah presentasi klinis sisititis tanpa ditemukan

mikroorganisme(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini

SUA disebabkan MO anaerobik. Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria,

sering kencing, leukosituria.

13

Page 14: Lapsus

Presentasi klinis ISK atas:

a) PNA - Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang

disebabkan infeksi bakteri. Presentasi klinisnya adalah seperti panas tinggi

(39.5-40.5), disertai menggigil dan sakit pinggang. Sering didahului sistitis.

b) PNK - Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari infeksi bakteri

berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan

vesikoureter refleks dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti

pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

2.8 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

2.8.1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang

menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :

2.8.1.1. Urinalisis

Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui

urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak

laki-laki  dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara

pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi

tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi

dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia

eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi

suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain

karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine

dalam vesica urinaria.

Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Eritrosit

Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda

bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu

saluran kemih dan infeksi saluran kemih.

b. Piuria

14

Page 15: Lapsus

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm,

bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus

atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di

sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit

sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .

Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :

infeksi tuberkulosis;

urin terkontaminasi dengan antiseptik;

urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;

nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);

nefrolitiasis;

tumor uroepitelial

c. Silinder

Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit

ginjal, antara lain:

silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau

vaskulitis ginjal;

silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk

pielonefritis;

silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada

gromerulonefritis akut;

silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila

ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.

d. Kristal

Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.

e. Bakteri

Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik

dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh

kontaminasi.

2.8.1.2. Bakteriologis

15

Page 16: Lapsus

a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar

tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila

dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk

memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah

bermakna, yaitu:

Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna

Pengambilan specimen Jumlah koloni bakteri per ml urin

Aspirasi supra pubik >  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme

patogen

Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen

Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml

Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa  ISK  pada anak-anak

sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per

ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al.menyatakan

bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu

per ml urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari

luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum

diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.

2.8.1.3. Tes Kimiawi

Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya

bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess

nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci

mereduksi nitrat.

2.8.1.4. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)

Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan

plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan

padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau

dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam

16

Page 17: Lapsus

tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC

selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan

membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian

gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga

10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah

dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya

tidak dapat diketahui.

2.8.2. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya

Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui

adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.

Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena,

demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan

CT Scan

2.9 Penatalaksanaan

Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian

terapi, namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan

antibiotika. Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan tes

kepekaan antibiotika.

Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi

tinggi ke dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan

untuk mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran

kemih. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:

pengobatan dosis tunggal

pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

pengobatan profilaksis dosis rendah

pengobatan supresif 

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :

1. eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai, dan

17

Page 18: Lapsus

2. mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,

mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi

risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang

sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karena itu, pola

pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,

serta faktor-faktor penyerta lainnya

Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh bentuk resistensi lokal suatu

daerah. Amoksisilin secara tradisional merupakan antibiotik lini pertama untuk

ISK pada anak-anak. Namun, peningkatan angka resistensi  E.coli terhadap

antibiotik ini menjadikan angka kegagalan kesembuhan ISK  yang diterapi dengan

antibiotik ini menjadi tinggi3. Uji sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama

dalam penentuan antibiotik yang dipergunakan. Antibiotik yang sering

dipergunakan untuk terapi ISK, yaitu:

1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab

ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada

ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.

2. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4, sedangkan

untuk  bayi premature  adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi

4.

3. Cotrimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2

dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan

cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar

pada pengobatan dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.

4. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal

atau dosis terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah

(sistitis) sehari. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole,

namun lebih mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu

bakteri normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.)

pada anak perempuan.

18

Page 19: Lapsus

Obat-obatan seperti Asam nalidiksat atau Nitrofurantoin tidak digunakan

pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.

Selain itu nitrofurantoin juga lebih mahal dari Cotrimoxazole dan memiliki efek

samping seperti mual dan muntah. Fluoroquinolon yang sering dipergunakan pada

pasien dewasa tidak pernah dipergunakan pada anak-anak karena mengganggu

perkembangan  pada sistem muskuloskeletal dan sendi .

Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi

kontroversi. Pada pasien dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah

menunjukkan perbaikan berarti, namun dari berbagai penelitian, lamanya

antibiotik diberikan pada anak adalah sebaiknya 7-14 hari.

Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin

harus kembali diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan

umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur

sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri

terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi

sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.

Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK.

Dalam penelitiannya, Conway et  al.menyatakan bahwa pemberian antibiotik

profilaksis berkaitan erat dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan

tidak adanya pengurangan dalam risiko terjadinya ISK berulang maupun renal

scarring. Pada anak penderita refluks vesiko-urinaria, antibiotik profilaksis tidak

memberikan efek berarti dalam pengurangan risiko terjadinya ISK berulang,

sehingga pemberian antibiotik profilaksis tidaklah diperlukan.

2.10 Prognosis

Prognosa Infeksi Saluran Kemih (ISK) menjadi lebih baik dan memberi

pelung yang lebih cerah kepada pasien bila faktor pencetus dan penyebab

terjadinya ISK dapat diatasi

19

Page 20: Lapsus

BAB II

ANALISA KASUS

Analisis Pasien Secara Holistik

20

Page 21: Lapsus

a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :

Pasien mengeluh nyeri pada saat BAK lebih kurang sejak 4 hari sebelum

kepuskesmas, nyeri dirasakan selama BAK berlangsung, pasien mengaku buang

air kecil sedikit-sedikit dan sering. BAK berwarna kuning, tidak bercampur darah

dan nanah. Nyeri pinggang (-), menggigil (-), pasien juga menyangkal BAK

mengeluarkan pasir atau batu.

Pasien juga mengeluhkan badanya panas. Pasien sudah pernah pernah

berobat ke bidan, dikasih obat pil, tetapi pasien tidak tau nama pil yang dikasih,

setelah berobat panas hilang tetapi nyeri pada saat BAK tidak berkurang.

Menurut pengakuan pasien hal seperti sudah pernah dialaminya sekitar 1

tahun yang lalu, berobat ke dokter, dokter mengatakan bahwa pasien mengalami

sakit saluran kencing, diberi obat pil oleh dokter, setelah beberapa hari setelah itu,

keluhan BAK berangsur-angsur sembuh. Pasien juga mengaku tidak pernah

menahan kecing, minum air kira-kira 8 gelas sehari. Karena keluhan nyeri BAK

tidak berkurang, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke puskesmas. Dari

pemeriksaan fisik pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan suprapubik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien diagnosa menderita suspek

sistitis. Diagnosa ditegakkan berdasarkan dari gejala-gejala yang dikeluhankan

pasien yaitu adanya nyeri saat BAK, BAK sedikit-sedikit tetapi sering,

sebelumnya pasien juga demam. Dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan

suprapubik.

Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 9 X 8 meter, lantai

terbuat dari semen dengan dinding terbuat dari bata dan semen dan sebagian

terbuat dari kayu, dan beratap seng. Memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1

ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur. Mempunyai 1 kamar mandi.

Sumber air dari ledeng yang cukup bersih, jernih dan tidak berbau. Kamar mandi

menggunakan wc jongkok.

Dari keadaan rumah pasien, tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan

keadaan rumahnya.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga

21

Page 22: Lapsus

Secara psikologis pasien tidak bermasalah. Pasien dikenal sebagai seorang

ibu yang berhatian dan penyayang dengan anak dan cucunya.

Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada

hubungannya dengan penyakit pasien. Sistitis tidak ada hubungan dengan

aspek psikologis dalam keluarga.

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis

Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit sistitis adalah

kemungkinan akibat kebiasaan mencuci alat genital yang tidak benar. Dan juga

pada perempuan kerentanan untuk terjadinya sistitis lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :

Kemungkinan akibat kebiasaan mencuci alat genital yang tidak benar

yang dapat membuat kuman yang ada di anus masuk ke dalam vagina. Dan juga

pada perempuan kerentanan untuk terjadinya sistitis lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki karena dari segi anatomis uretra perempuan lebih pendek dari

uretra laki-laki sehingga mempermudah masuknya kuman pathogen ke alat

urogenital.

e. Analisis untuk menghindari factor memperberat dan penularan

penyakit :

Untuk menghindari factor yang memperberat sistitis dengan mengubah

kebiasaan dan kebersihan perseorangan, menggunakan air yang bersih dengan

menggunakan sabun dan mengganti pakaian dalam setiap hari.

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA

PASIEN DAN KEPADA KELUARGA

Menjelaskan kepada pasien bahwa ini adalah penyakit sistitis dan

bagaimana cara penularannya.

22

Page 23: Lapsus

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA

KELUARGA

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit sistitis merupakan penyakit

infeksi yang kebanyakan disebabkan oleh bakteri. sistitis sangat erat kaitannya

dengan kebersihan personal seperti menggunakan air yang bersih untuk mencuci

alat genital, cara yang benar dalam mencuci alat genital dengan air yang bersih

dengan menggunakan sabun dan mengganti celana dalam setiap hari. sistitis juga

bisa disebabkan kurang minum yang menyebabkan jumlah urine juga meningkat

sehingga perkembangan untuk bakteri pathogen tidak mudah untuk berkembang

biak.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG

DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN

PADA PASIEN

a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin dan banyak minum

air putih.

b. Selalu menjaga kebersihan daerah genital agar tetap kering dan tidak lembab

misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,

hindari pemakaian celana terlalu ketat dan mengganti pakaian dalam setelah

mandi, dan membersihkan daerah genital dengan air yang bersih dan

menggunakan sabun

c. Menjalankan pengobatan secara teratur

d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Enday Sukandar, 2007. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In: Aru

W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti

Setiati, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta, Indonesia:

23

Page 24: Lapsus

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI,

553-557.

2. OmZainul’s Blog, 2010 . Infeksi saluran kemih. Available from :

http://omzainul.wordpress.com/2010/03/29/isk-infeksi-saluran-kemih-dari-

berbagai-sumber-moga-berguna .

3. Djebrut. 2009. Pengambilan bahan urin dan urinalisa secara umum Available

from: http://drdjebrut.wordpress.com/tag/urinalisis/ .

LAMPIRAN

24

Page 25: Lapsus

25