laporan studi kasus
DESCRIPTION
Laporan Studi KasusTRANSCRIPT
-
i
KASUS PENANGANAN PERMASALAHAN
RUAS DAN SIMPANG PADA JALAN SUKAJADI,
KOTA BANDUNG
LAPORAN STUDI KASUS DIPLOMA IV
OLEH :
MUHAMMAD ARDANS
NIM 121134021
PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
ABSTRAK
Kemacetan menjadi salah satu permasalahan yang sering muncul pada sistem
transportasi perkotaan. Kota Bandung sebagai salah satu kota terbesar dan
terpadat di Jawa Barat juga tidak terlepas dari permasalahan kemacetan. Salah
satu ruas jalan utama yang sering terjadi kemacetan di Kota Bandung adalah
ruas Jalan Sukajadi.
Pada Jalan Sukajadi terdapat dua buah simpang yang seringkali terjadi
kemacetan dan perlu tindakan secepatnya untuk mempertahankan kinerja
jaringan jalan, simpang tersebut adalah Simpang Jl. Pasirkaliki - Jl. Prof.
Eyckman - Jl. Sukajadi (Simpang A) dan Simpang Jl. Sukajadi - Jl. Cemara - Jl.
Karangtineung (Simpang B). Sedangkan, pada bagian ruas diantara Simpang A
dan Simpang B terjadi permasalahan berupa hambatan samping yang tinggi
akibat kegiatan sisi jalan.
Setelah dilakukan analisa menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Tahun 1997, pada Simpang A mengalami kelebihan beban lalu lintas sehingga
memiliki derajat kejenuhan sebesar 1,191 dan menyebabkan kemacetan pada ruas
Jalan Sukajadi sebagai salah satu lengannya akibat pengaruh tundaan pada
simpang tersebut. Sedangkan pada Simpang B yang diterapkan manajemen lalu
lintas seperti bundaran tidak didukung oleh kondisi geometrik simpang yang
menghambat pergerakan kendaraan besar sehingga turut menyebabkan
kemacetan. Penanganan permasalahan lalu lintas pada jaringan Jalan Sukajadi
disarankan dilakukan pada lingkup ruas berupa pembatasan parkir di badan
jalan dan pemagaran jalur pejalan kaki untuk meningkatkan kapasitas ruas serta
mengurangi tingkat hambatan samping. Sementara itu, pembatasan pergerakan
belok kanan untuk mengurangi konflik pada simpang dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu alternatif solusi di Simpang A, dan perubahan jenis simpang
menjadi bundaran disarankan untuk penanganan pada Simpang B.
Kata kunci : Jalan Sukajadi, Hambatan Samping, Manual Kapasitas Jalan
Indonesia 1997, Tundaan Lalu lintas, Bundaran
-
vi
ABSTRACT
Congestion became one of the problems that often arise in the urban transport
system. Bandung as one of the largest and most populous city in West Java can
not be separated from the problem of congestion. One of the main roads are
frequent traffic jams in the city of Bandung is Jalan Sukajadi.
At Jalan Sukajadi there are two intersections that often occurs congestion and
need to act immediately in order to maintain the performance of the road network,
the intersection is Jl. Pasirkaliki - Jl. Prof. Eyckman - Jl. Sukajadi Intersection
(Intersection A) and Jl. Sukajadi - Jl. Fir - Jl. Karangtineung Intersection
(Intersection B). Meanwhile, on the road between Simpang Intersection A and B
there is a problem in the form of high-side friction due to the activities of a side
street.
After analysis using the Indonesian Highway Capacity Manual 1997, at
Intersection A has a degree of saturation of 1,191 and causing congestion on
Jalan Sukajadi as one arm due to the influence of delay at the intersection. While
in Simpang B applied to traffic management such as roundabouts are not
supported by the geometric conditions that hinder the movement of the
intersection of large vehicles that contribute to congestion. Handling traffic
problems on the network suggested Jalan Sukajadi done on the scope of the
segment in the form of on-street parking restrictions and pedestrian fencing to
increase road capacity and reduce side friction levels. Meanwhile, restrictions on
movement to reduce conflicts turn right at the intersection can be considered as
an alternative solution in Simpang A, and changes in the type of intersection into
a roundabout is recommended for handling in Simpang B.
Keywords: Sukajadi street, Side Friction, Indonesian Highway Capacity Manual
1997, Traffic Delay, Roundabout
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
dan karunia-Nya Laporan Studi Kasus ini dapat diselesaikan. Tidak lupa shalawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari mata
kuliah Studi Kasus di semester 7. Serta sebagai bahan informasi dan wawasan
seputar dunia teknik sipil.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak, baik dari segi informasi maupun masukan yang membangun. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam proses penyusunan Laporan Studi Kasus ini, yaitu
kepada:
1. Kedua Orang Tua tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa,
motivasi, bimbingan, serta dukungan baik moril maupun materil.
2. Bapak Andri Budiadi.,BSCE.,M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung.
3. Bapak R. Desutama RBP, ST., MT., sebagai ketua program studi Diploma 4
Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan.
4. Bapak Moch. Duddy Studyana, Ir., MT selaku dosen pembimbing Studi
Kasus. Terimakasih atas waktu, arahan, dan bimbingannya untuk
kepentingan penyusunan laporan Studi Kasus ini.
5. Bapak Asep Sundara, BSCE., MT dan Ibu Atmy Verani R.S., ST., MT
selaku tim penguji Studi Kasus yang sudah memberikan arahan dan
masukan kepada penulis saat penyusunan laporan Studi Kasus.
6. Kepada segenap dosen Jurusan Teknik Sipil serta dosen Mata Kuliah Umum
yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna selama ini.
7. Seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan Studi Kasus ini.
-
viii
8. Kepada reka-rekan D3-Konstruksi Sipil 2013 yang telah membantu dalam
pelaksanaan survei lapangan selama penulis melakukan studi.
9. Kepada Sdr. Bayu Subianto, the last man standing D3-Sipil 2012.
10. Kepada Ahmad Aliya Adinagara dan seluruh rekan-rekan seperjuangan D4
TPJJ 2012, yang selalu memberikan motivasi dan doa satu sama lain selama
kita melaksanakan kegiatan Studi Kasus.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari adanya keterbatasan sehingga
laporan ini belum sepenuhnya sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Bandung, _ Januari 2016
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
I.2. Gambaran Lokasi Studi ........................................................................... 3
I.3. Topik Studi Kasus ................................................................................... 4
I.4. Tujuan ..................................................................................................... 4
I.5. Ruang Lingkup Perancangan Studi ......................................................... 4
I.6. Sistematika Penyusunan .......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7
II.1. Dasar Teori .............................................................................................. 7
II.1.1. Jaringan Jalan .................................................................................... 7
II.1.1.1. Jalan Perkotaan ........................................................................ 10
II.1.1.2. Persimpangan Jalan.................................................................. 11
II.1.2. Parameter Teknis ............................................................................. 12
II.1.2.1. Parameter Teknis Ruas Jalan ................................................... 12
II.1.2.2. Parameter Teknis Persimpangan .............................................. 15
-
x
II.1.3. Standar Pelayanan Minimum (SPM) .............................................. 17
II.1.3.1. Kondisi Minimal Kinerja Ruas Jalan Perkotaan ...................... 18
II.1.3.2. Kondisi Minimal Kinerja Persimpangan Perkotaan ................ 18
II.1.4. Manajemen Lalu lintas .................................................................... 18
II.2. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 19
II.2.1. Hirarki Wilayah Kota Bandung ...................................................... 19
II.2.2. Studi Literatur ................................................................................. 20
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 24
III.1. Metodologi Studi ................................................................................... 24
III.1.1. Rumusan Masalah ....................................................................... 24
III.1.2. Perencanaan Studi ....................................................................... 24
III.1.2.1. Rencana Kebutuhan Data ........................................................ 25
III.1.3. Metodologi Penyelesaian Masalah .............................................. 25
III.2. Perkiraan Hasil Studi............................................................................. 25
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 27
IV.1. Analisa Rona Awal ............................................................................... 27
IV.1.1. Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Studi ......................................... 27
IV.1.1.1. Kondisi Geometrik Ruas dan Simpang Jalan Sukajadi ........... 27
IV.1.2. Tata Guna Lahan Di Wilayah Studi ............................................ 27
IV.2. Identifikasi Permasalahan ..................................................................... 31
IV.2.1. Permasalahan Pada Ruas Jalan .................................................... 31
IV.2.1.1. Permasalahan Hambatan Samping .......................................... 31
IV.2.1.2. Permasalahan Kapasitas .......................................................... 32
IV.2.1.3. Permasalahan Perambuan ........................................................ 32
-
xi
IV.2.2. Permasalahan Pada Simpang ....................................................... 32
IV.2.2.1. Simpang A ............................................................................... 33
IV.2.2.1.1. Permasalahan Hambatan Samping ................................... 33
IV.2.2.1.2. Permasalahan Kapasitas ................................................... 34
IV.2.2.1.3. Permasalahan Konflik Lalu lintas .................................... 34
IV.2.2.2. Simpang B ............................................................................... 35
IV.2.2.2.1. Permasalahan Hambatan Samping ................................... 35
IV.2.2.2.2. Permasalahan Kapasitas ................................................... 36
IV.2.3. Survei Primer ............................................................................... 36
IV.2.3.1. Hasil Survei di Ruas ................................................................ 37
IV.2.3.2. Hasil Survei di Simpang .......................................................... 38
IV.3. Analisa Karakteristik Operasional Lalu lintas ...................................... 40
IV.3.1. Manajemen Lalu lintas di Lokasi Studi ....................................... 40
IV.3.2. Karakteristik Operasional Ruas ................................................... 41
IV.3.2.1. Karakteristik Operasional Ruas Sukajadi ................................ 41
IV.3.2.2. Karakteristik Operasional Segmen Simpang B ....................... 43
IV.3.3. Karakteristik Operasional Simpang A ......................................... 45
IV.4. Analisa Peningkatan Kinerja ................................................................. 46
IV.4.1. Penanganan Titik Kemacetan ...................................................... 46
IV.4.2. Analisa Hasil Penanganan ........................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 58
V.1. Kesimpulan ........................................................................................... 58
V.2. Saran ...................................................................................................... 58
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Kedudukan Kecamatan Sukajadi Dalam Kota Bandung ................. 3
Gambar I.2. Gambaran Keadaan Lalu-lintas Pada Jaringan Jalan di Kecamatan
Sukajadi ................................................................................................................ 3
Gambar I.3. Kondisi Eksisting Lalu-lintas Ruas Jalan Sukajadi .......................... 4
Gambar II.1. Standar Pelayanan Minimun Ruas ................................................ 18
Gambar II.2. Standar Pelayanan Minimun Simpang Perkotaan ........................ 19
Gambar III.1. Rencana Metedologi Studi .......................................................... 26
Gambar IV.1. Bentuk Jaringan dan Tata Guna Lahan Jalan Sukajadi, 2015 ..... 29
Gambar IV.2. Geometik Simpang A (kiri) dan Simpang B (kanan) .................... 30
Gambar IV.3. Kondisi Hambatan Samping Segmen Jalan Sukajadi ................ 31
Gambar IV.4. Kondisi Eksisting Simpang A ..................................................... 33
Gambar IV.5. Konflik Lalu lintas di Simpang A ............................................... 34
Gambar IV.6. Kendaraan Umum Berhenti Pada Lengan Simpang B ................ 35
Gambar IV.7. Pergerakan Kendaraan Besar yang Terhambat pada Simpang B 36
Gambar IV.8. Tipikal Potongan Melintang Segmen I ....................................... 43
Gambar IV.9. Pengaturan Lalu lintas dan Pembagian Segmen di Simpang B .. 44
Gambar IV.10. Papan Larangan PKL di Lokasi Studi ....................................... 46
Gambar IV.11. Keberadaan PKL pada Lengan Simpang A ............................... 47
Gambar IV.12. Keberadaan PKL pada Ruas ...................................................... 47
Gambar IV.13. Koordinasi Pemagaran Jalur Pejalan Kaki dan JPO ................ 48
-
xiii
Gambar IV.14. Koordinasi Pemagaran Jalur Pejalan Kaki dan Zebra Cross .... 48
Gambar IV.15. Pembuatan Teluk Bus untuk Halte/Shelter pada Ruas .............. 49
Gambar IV.16. Peta Penanganan Simpang A ..................................................... 50
Gambar IV.17. Ilustrasi Penanganan Simpang A ............................................... 50
Gambar IV.18. Ilustrasi Penanganan Simpang A. ........................................................ 51
Gambar IV.19. Peta Penanganan Ruas. ................................................................ 51
Gambar IV.20. Ilustrasi Teluk Bus Pada Ruas. ............................................................ 51
Gambar IV.21. Ilustrasi Penanganan Akses Jalan Pada Ruas. ..................................... 52
Gambar IV.22. Ilustrasi Penanganan Akses Jalan Pada Ruas ...................................... 52
Gambar IV.23. Perubahan Simpang B ...................................................................... 52
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Klasifikasi Fungsi Jalan ....................................................................... 9
Tabel II.2. Evikalensi untuk Jalan Perkotaan tak-terbagi ..................................... 13
Tabel II.3. Ekivalensi untuk Jalan Perkotaan terbagi dan satu arah ..................... 14
Tabel II.4. Ringkasan Variabel Masukan Model Kapasitas ................................. 16
Tabel II.5. Distribusi Penduduk Per Subwilayah Kota(SWK) ............................ 20
Tabel II.6. Fungsi Khusus Subwilayah Kota ....................................................... 20
Tabel II.7. Perbandingan Rencana Studi Kasus .................................................. 22
Tabel III.1. Rencana Data yang Diperlukan ....................................................... 25
Tabel IV.1. Kelas Hambatan Samping ................................................................. 38
Tabel IV.2. Kelas Hambatan Samping Hasil Survei ............................................ 38
Tabel IV.3. Besar Arus pada Simpang A(smp/jam) ............................................ 38
Tabel IV.4. Besar Arus pada Simpang B(smp/jam) ............................................ 39
Tabel IV.5. Komposisi Besar Arus Jam Puncak di Simpang A ........................... 39
Tabel IV.6. Komposisi Besar Arus Puncak di Segmen Ruas............................... 40
Tabel IV.7. Komposisi Besar Arus Jam Puncak di Simpang B ........................... 40
Tabel IV.8. Total Arus Lalin Ruas Sukajadi ........................................................ 41
Tabel IV.9. Kecepatan Arus Bebas Segmen Ruas Sukajadi ................................ 42
Tabel IV.10. Kapasitas Segmen Ruas Jalan Sukajadi ......................................... 42
Tabel IV.11. Arus Segmen pada Simpang B ....................................................... 43
-
xv
Tabel IV.12. Kecepatan Arus Bebas tiap Segmen ............................................... 44
Tabel IV.13. Kapasitas Aktual tiap Segmen(smp/jam) ........................................ 44
Tabel IV.14. Penanganan Permasalahan di Ruas ................................................. 53
Tabel IV.15a. Penanganan Permasalahan di Simpang A ..................................... 54
Tabel IV.5b. Penanganan Permasalahan di Simpang B ...................................... 55
Tabel IV.16. Target Capaian Penanganan ............................................................ 56
Tabel IV.17. Besar Arus Masuk Segmen I .......................................................... 57
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Administrasi Studi Kasus
Lampiran II Hasil Survei
II.1. Hasil Survei Simpang A
II.2. Hasil Survei Simpang B
II.3. Hasil Survei Hambatan Samping
Lampiran III Output KAJI
Lampiran IV Foto-Foto
-
xvii
DAFTAR ISTILAH
A
APILL
Singkatan dari Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat peralatan
teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan
atau kendaraan di jalan.
B
Badan jalan
Bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan.
Bahu jalan
Bahu jalan yang dibuat pada tepi kiri dan kanan/dalam dari jalur lalu lintas.
D
Daerah manfaat jalan / Damaja
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan.
Daerah milik jalan / Damija
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Daerah pengawasan jalan / Dawasja
Merupakan ruang sepanjang jalan di luar daerah milik jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu, yang ditetapkan oleh pembina jalan, dan
diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi
jalan.
Derajat kejenuhan
Rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas jalan.
-
xviii
H
Hambatan samping
Dampak terhadap perilaku lalu lintas akibat kegiatan sisi jalan seperti pejalan
kaki, perhentian angkot, keluar masuk kendaraan dari akses lahan/jalan, dan
kendaraan lambat.
J
Jalan arteri
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan ratarata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
Jalan kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalur
Bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan
Jalur pejalan kaki
Merupakan bagian dari jalan yang disediakan untuk sepeda juga pejalan kaki,
yang biasanya dibuat sejajar dengan jalur lalu lintas dan harus terpisah dari
jalur lalu lintas dengan menggunakan struktur fisik seperti kerb atau rel
penahan.
Jalan mayor
Lengan simpang paling utama pada persimpangan, seperti dalam hal klasifikasi
atau fungsi.
Jalan minor
Lengan simpang hirarki kedua pada persimpangan, seperti dalam hal klasifikasi
atau fungsi.
-
xix
K
Kanal
Merupakan bagian dari persimpangan sebidang yang khusus disediakan untuk
kendaraan membelok ke kiri yang ditandai oleh marka jalan atau dipisahkan oleh
pulau lalu lintas.
Kapasitas dasar
Arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu bagian jalan
dalam kondisi tertentu.
Kemacetan lalu lintas
Suatu kondisi kinerja jalan yang sudah tidak memenuhi batas minimal
kinerja yang disarankan.
L
Lajur
Bagian jalur yang memanjang dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki
lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor.
Lengan simpang
Bagian persimpangan jalan dengan pendekatan masuk atau keluar.
M
Manajemen lalu lintas
Mengatur pergerakan lalu lintas supaya memenuhi kriteria kelancaran, efisiensi,
dan murah. Manajemen lalu lintas meliputi perencanaan, pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian lalu lintas.
Median jalan
Ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan
dalam masingmasing arah serta untuk mengamankan ruang bebas samping jalur
lalu lintas.
-
xx
P
Persimpangan
Tempat bertemunya dua atau lebih lengan/ruas jalan.
Pulau jalan
Bagian dari persimpangan yang ditinggikan dengan kerb, yang dibangun sebagai
pengarah
arus lalu lintas serta merupakan tempat untuk pejalan kaki pada saat menunggu
kesempatan
menyeberang.
R
Rekayasa lalu lintas
Mengubah suatu kondisi/keadaan lalu lintas agar lebih baik dengan
ketentuan yang memenuhi persyaratan teknis.
Ruas jalan
Panjang bagian dari jalan yang dibatasi simpul berupa persimpangan.
S
Separator
Bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dengan bentuk
memanjang sejajar jalan, dimaksudkan untuk memisahkan lalu lintas searah
dengan kecepatan berbeda.
SMP
Satuan arus lalu lintas dari berbagai tipe kendaraan yang diubah menjadi
kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang).
SMR
Singkatan dari sebab macet di ruas jalan.
SMS
Singkatan dari sebab macet di simpang.
-
xxi
T
Tipe jalan
Menentukan jumlah lajur dan arah pada segmen jalan
(2/1) = 2-lajur 1-arah (2/1)
(2/2 UD) = 2-lajur 2-arah tak-terbagi
(4/2 UD) = 4-lajur 2-arah tak-terbagi
(4/2 D) = 4-lajur 2-arah terbagi
(6/2 D) = 6-lajur 2-arah terbagi
TR
Singkatan dari tangani ruas jalan.
Trotoar
Jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar jalan dan lebih tinggi dari permukaan
jalan, untuk menjamin keamanan pejalan kaki.
TS
Singkatan dari tangani simpang.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kota Bandung dengan luas wilayah 16.729,65 Ha, memiliki jumlah
penduduk yang mencapai 2.4055.517 jiwa pada tahun 2012 (BPS Kota Bandung
2012). Perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah Kota Bandung yang
mencapai 14.676 orang per km2 menjadikannya sebagai kota terpadat di Jawa
Barat. Kondisi kepadatan dan dukungan potensi daerah yang cukup baik dari
sektor pariwisata menyebabkan laju urbanisasi di Kota Bandung tidak dapat
terelakkan, hal ini tentunya akan menyebabkan berbagai masalah lalu-lintas
terutama kemacetan. Terjadinya kemacetan di berbagai ruas jalan dalam kota
mencerminkan kurang optimalnya kinerja jaringan jalan dalam memenuhi
permintaan masyarakat dari aspek pergerakan manusia (transportasi).
Dari gambaran singkat di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa laju
urbanisasi dapat menyebabkan permasalahan transportasi dalam lingkup
perkotaan, permasalahan transportasi sendiri merupakan permasalahan multi-
dimensi yang pemecahannya memerlukan kajian mendalam dari berbagai disiplin
ilmu (multi-disiplin) serta melibatkan berbagai instasi dan lembaga (multi-
sektoral).
Pemerintah Kota Bandung (PEMKOT Bandung) telah merumuskan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota tahun 2011-2031 berupa pengaturan
struktur dan pola ruang untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota
dengan pemecahan masalah transportasi yang menjadi salah satu isu utama. Salah
satu upaya pemecahan masalah transportasi di jabarkan menjadi rencana sistem
prasarana utama kota meliputi:
a. Perencanaan Sistem Jaringan Transportasi Darat,
b. Perencanaan Sistem Jaringan Transportasi Kereta Api, dan
c. Perencanaan Sistem Jaringan Transportasi Udara
Prinsip perencanaan pada sistem jaringan transportasi darat yaitu dengan
menghubungkan sistem-sistem kegiatan kota baik dalam konteks regional (Pusat
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 2
Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah, dan Pusat Kegiatan Lingkungan)
maupun dalam konteks internal kota (pusat pelayanan dan sub pusat pelayanan
kota). Kajian strategis PEMKOT Bandung dalam rencana sistem jaringan
transportasi darat di antaranya:
a. Pemantapan hirarki jaringan jalan arteri primer pada sistem jaringan jalan
primer,
b. Pemantapan hirarki jaringan jalan kolektor primer pada sistem jaringan
jalan primer,
c. Rekonstruksi hirarki jalan pada sistem jaringan sekunder,
d. Pembangunan jalan tol,
e. Pembangunan jalan layang,
f. Pengembangan terminal terpadu,
g. Penerapan strategi transportation demand management, dan
h. Pengembangan angkutan umum.
Rencana pemantapan hirarki jaringan jalan kolektor primer pada sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antara Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Bandung dengan Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) dalam RTRW Kota Bandung
meliputi 14 ruas jalan dan jaringan, salah satunya adalah Jalan Sukajadi dan
jaringan di sekitarnya.
Pada ruas Jalan Sukajadi dan jaringan jalan di sekitarnya seringkali terjadi
kemacetan dengan berbagai permasalahan yang menjadi penyebabnya, hal ini
menjadi pertimbangan penulis untuk merumuskan strategi PEMKOT Bandung
berupa Pemantapan Hirarki Jaringan Jalan Kolektor Primer Pada Sistem
Jaringan Jalan rimer pada ruas Jalan Sukajadi dari kacamata seorang mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil Prorgram Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan
yang harus mencapai kompetensi sebagai seorang ahli teknik perancangan
konsturksi jalan dan jembatan dengan salah satu kemampuan utama untuk dapat
melakukan peningkatan tingkat layan konstruksi jalan dan jembatan melalui
pengujian atau data pengukuran, analisis, dan interpretasi data sesuai prosedur dan
standar yang berlaku di wilayah kerjanya.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 3
I.2. Gambaran Lokasi Studi
Berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031, ruas Jalan Sukajadi
memiliki fungsi sebagai jalan kolektor primer pada Subpusat Pelayanan Kota
(SPK)/Subwilayah Kota (SWK) Bojonagara dengan kedudukan spesifik ruas jalan
berada pada Kecamatan Sukajadi. Gambaran kedudukan wilayah, keadaan lalu-
lintas ruas Jalan Sukajadi, dan jaringan jalan di sekitarnya dapat di lihat pada
gambar di bawah.
Sumber: Google Maps, September 2015
Gambar I.1. Kedudukan Kecamatan Sukajadi Dalam Kota Bandung
Sumber: Citra Satelit, Google Maps, September 2015
Gambar I.2. Gambaran Keadaan Lalu-lintas Pada Jaringan Jalan di Kecamatan Sukajadi
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 4
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Oktober 2015
Gambar I.3. Kondisi Eksisting Lalu-lintas Ruas Jalan Sukajadi
I.3. Topik Studi Kasus
Berdasarkan latar belakang dan gambaran kondisi lokasi studi, topik yang
di ajukan dalam proposal studi kasus ini adalah Kasus Penanganan
Permasalahan Ruas dan Simpang pada Jalan Sukajadi, Kota Bandung.
I.4. Tujuan
Rencana pelaksanaan studi pada Jalan Sukajadi dibatasi pada bagian ruas
dan simpang yang ada dengan tujuan untuk mengetahui tindakan teknis yang
perlu dilakukan untuk memenuhi standar tingkat layan jalan perkotaan.
I.5. Ruang Lingkup Perancangan Studi
Dengan latar belakang permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai,
penulis membatasi pembahasan studi pada lokasi tinjauan berdasarkan enam
parameter yang di ukur sesuai keadaan eksisting pada saat pelaksanaan studi
untuk mempermudah penentuan alternatif solusi yang terdapat pada pedoman
yang berlaku di Indonesia, adapun enam parameter tersebut adalah.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 5
a. Permasalahan yang diakibatkan oleh parameter kapasitas Jalan Sukajadi
sebagai jalan kolektor primer pada sistem jaringan jalan primer Kota
Bandung;
b. Permasalahan yang diakibatkan oleh friksi (hambatan samping);
c. Permasalahan yang diakibatkan oleh perilaku pengemudi;
d. Permasalahan efektivitas manajemen lalu-lintas pada lokasi studi;
e. Permasalahan tata-guna lahan di sekitar lokasi studi; dan
f. Permasalahan yang diakibatkan oleh konflik lalu-lintas pada pertemuan
(intersection) di lokasi studi.
Kesuluruhan parameter diatas dijadikan batasan pelaksanaan studi dalam
mengukur tingkat layan Jalan Sukajadi dan menemukan alternatif solusi jangka
menengah untuk merumuskan rencana pemantapan Jalan Sukajadi berdasarkan
kapasitas penulis sebagai seorang mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Program Studi
Perancangan Jalan dan Jembatan.
I.6. Sistematika Penyusunan
Rencanan penyajian hasil studi akan disusun berdasarkan sistematika
berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang penyusunan studi kasus, lingkup
permasalahan, dan sistematika penyusunan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas tentang studi pustaka dan literatur terdahulu yang berhubungan
dengan permasalahan pada lokasi studi sebagai referensi penyusunan studi serta
dasar teori yang berkaitan dengan topik studi berdasarkan standar dan pedoman
yang berlaku.
BAB III METODOLOGI
Membahas tentang cara pelaksanaan studi, peniliaian permasalahan, dan
penentuan pemilihan alternatif solusi yang akan dilakukan saat pelaksanaan studi
kasus berdasarkan tinjauan pustaka dan dasar teori yang berkaitan dengan topik
yang diajukan.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 6
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang hasil pelaksanaan studi berupa alternatif solusi yang
disusun berdasarkan analisis lokasi studi terhadap Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang berlaku.
BAB V KESIMPULAN
Membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi yang dapat diambil dari
hasil pelaksanaan studi pada Jalan Sukajadi.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Dasar Teori
Dalam dasar teori akan dijelaskan mengenai konsep jaringan jalan dan
parameter teknis yang diukur.
II.1.1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan adalah salah satu bagian dari sistem jaringan transportasi
darat yang berfungsi menghubungkan antar kegiatan dan menjadi prasarana
pendukung mobilitas orang dan barang bagi masyarakat. Undang-Undang RI
No. 38 Tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang Jalan, mendefinisikan jalan sebagai
prasarana transportasi darat yang meliputi semua bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas baik itu yang
berada diatas dan dibawah permukaan tanah dan/atau air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, definisi jaringan transportasi adalah jaringan
jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum dengan serangkaian simpul dan
atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk
suatu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan.
Sesuai dengan UU No. 38 Tahun 2004 pasal 7, sistem jaringan jalan terdiri atas
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder, dimana:
a. Jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi
yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
b. Jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
Penyusunan suatu sistem jaringan jalan selalu mengacu kepada rencana tata ruang
yang berlaku, serta memperhatikan keterhubungan antar kawasan. Jalan dalam
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 8
konteks perencanaan tata ruang dapat berfungsi utama sebagai penghubung
(aksesbilitas) ataupun sebagai pengarah perkembangan suatu kawasan.
Jalan menurut fungsinya dikelompokkan menjadi:
a. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna;
b. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi;
c. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi; serta,
d. Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.
Untuk setiap fungsi jalan diklasifikasikan sesuai sistem jaringan jalan yang
didukungnya, definisi tiap klasifikasi jalan menurut PP No. 34 Tahun 2006 Pasal
10 dan 11 adalah:
a. Jalan Arteri Primer yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah;
b. Jalan Kolektor Primer menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal;
c. Jalan Lokal Primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lingkungan, antapusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan lingkunga, serta antarpusat kegiatan
lingkungan;
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 9
d. Jalan Lingkungan Primer menghubungkan antarpusat kegiatan didalam
kawasan pedesaan dan jalan didalam lingkungan kawasan;
e. Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua;
f. Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga;
g. Jalan Lokal Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan; dan
h. Jalan Lingkungan Sekunder menghubungkan atarpersil dalam kawasan
perkotaan.
Klasifikasi fungsi jalan untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1. Klasifikasi Fungsi Jalan
Klasifikasi
Fungsi
Jalan
Kecepatan
Rata-rata
minimal
Lebar
Badan
Jalan
Minimal
Karakteristik
Arteri
Primer 60 km/jam 11 meter
Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulak alik, lalu
lintas lokal, dan kegiatan lokal
Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi
Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus
Kolektor
Primer 40 km/jam 9 meter
Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan
Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dilakukan pengaturan tertentu
Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus
Sumber: PP No.34 Tahun 2006 tentang Jalan
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 10
Tabel II.1. Klasifikasi Fungsi Jalan (lanjutan)
Klasifikasi
Fungsi
Jalan
Kecepatan
Rata-rata
minimal
Lebar
Badan
Jalan
Minimal
Karakteristik
Lokal
Primer 20 km/jam
7,5
meter
Jalan lokal primer yang memasuki kawasan pedesaan tidak boleh terputus
Lingkungan
Primer 15 km/jam
6,5
meter
Persyaratan teknis jalan lingkungan primer tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda
tiga atau lebih
Arteri
Sekunder 30 km/jam 11 meter
Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu lalu lintas lambat
Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dilakukan pengaturan tertentu
Kolektor
Sekunder 20 km/jam 9 meter
Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata
Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat
Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dilakukan pengaturan tertentu
Lokal
Sekunder 10 km/jam
7,5
meter
Lingkungan
Sekunder 10 km/jam
6,5
meter
Sumber: PP No.34 Tahun 2006 tentang Jalan
Jaringan jalan atau koridor jika sedang dianalisa, sebaiknya dibagi dalam
komponen, sebagai berikut:
a. Segmen jalan
b. Simpang bersinyal
c. Simpang tak bersinyal
d. Bagian jalinan
II.1.1.1. Jalan Perkotaan
Manual Kapasitas Jalan Indonesi 97 (MKJI 97) mendefinisikan jalan
perkotaan/semi perkotaan sebagai jalan yang mempunyai perkembangan secara
permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh, minimum pada
satu sisi jalan, baik itu berupa perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat
pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 juga dikategorikan sebagai
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 11
jalan perkotaan atau jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari
100.000 namun mengalami perkembangan sisi jalan yang permanen dan menerus.
Dalam studi ini jaringan jalan yang menjadi area studi termasuk dalam
lingkup jalan perkotaan. Tipe jalan pada lingkup perkotaan adalah sebagai berikut.
a. Jalan dua jalur dua arah tidak terbagi (2/2 UD)
b. Jalan empat lajur dua arah tidak terbagi dan terbagi (4/2 UD dan 4/2 D)
c. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)
d. Jalan satu arah (1-3/1)
Parameter teknis yang harus dianalisa dalam menilai kinerja segmen jalan dapat
dilihat pada subbab II.1.2.1..
II.1.1.2. Persimpangan Jalan
Persimpangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
jaringan jalan. Persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum
dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan
fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas didalamnya. (AASHTO, 2001, C.
Jotin Khisty, B. Kent Lall, 2005).
Secara umum terdapat tiga jenis persimpangan, yaitu: (1) persimpangan
sebidang, (2) pembagian jalur jalan tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang
susun). Persimpangan sebidang (interchange at grade) adalah persimpangan
dimana dua jalan raya atau lebih bergabung, dengan tiap jalan raya mengarah
keluar dari sebuah persimpangan dan membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini
disebut kaki persimpangan.
Pada persimpangan jalan akan terjadi berbagai konflik lalu lintas yang
akan mengganggu pergerakan dan kelancaran lalu lintas, serta dapat
membahayakan keselamatan pengguna jalan, maka dari itu seringkali dilakukan
pengendalian lalu lintas di persimpangan. Terdapat enam cara utama untuk
mengendalikan lalu lintas di persimpangan, tergantung pada jenis persimpangan
dan volume lalu lintas pada tiap aliran kendaraan. Berdasarkan tingkat
pengendalian, dari kecil ke tinggi adalah sebagai berikut.
a. Simpang tanpa kendali;
b. Simpang berkanalisasi;
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 12
c. Simpang dengan rambu pengendali (simpang prioritas);
d. Bundaran; dan
e. Simpang bersinyal
Semua pertemuan (interchange) jalan pada lokasi studi merupakan pertemuan
dengan pengendalian khusus. Penjeleasan lebih lanjut tentang paramater teknis
persimpangan dapat dilihat pada subbab II.1.2.2. tentang simpang tidak bersinyal.
II.1.2. Parameter Teknis
Dalam perencanaan dan analisa operasional lalu lintas pada ruas dan
persimpangan jalan, diukur beberapa parameter untuk menilai kinerja jalan
tersebut dalam mengakomodasi pergerakan lalu lintas. Adapun parameter teknis
yang diukur adalah:
II.1.2.1. Parameter Teknis Ruas Jalan
Analisa pada ruas jalan harus dilakukan pada segmen jalan tertentu yang
tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang tidak bersinyal utama
serta mempunyai karakteristik hampir sama sepanjang segmen, titik dimana
karakteristik jalan berubah secara berarti menjadi batasan segmen walaupun tidak
ada simpang di dekatnya. Karakteristik ruas jalan yang menjadi batasan pada
suatu segmen jalan adalah sebagai berikut.
a. Geometri;
b. Komposisi arus dan pemisah arah;
c. Pengaturan lalu lintas;
d. Aktivitas samping jalan; dan
e. Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan.
Dengan memperhatikan karakteristik lalu lintas pada segmen jalan yang dianalisa
dilakukan perhitungan variabel-variabel berikut untuk menilai kondisi dan kinerja
jalan, analisa ini bisa dilakukan pada tahap perencanaan maupun operasional
jalan. Variabel-variabel yang dianalisa adalah:
a. Arus dan komposisi lalu lintas
Dalam manual (MKJI 97), nilai arus lalu-lintas (Q) mencerminkan
komposisi lalu-lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil
penumpang (smp). Semua nilai arus lalu-lintas (per arah dan total) diubah
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 13
menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan
ekivalensi mobil penumpang (smp) yang diturunkan secara empiris
untuk tipe kendaraan berikut.
Kendaraan ringan (LV) (termasuk mobil penumpang, minibus,
pik-up, truk kecil dan jeep). Kendaraan berat (HV) (termasuk truk dan
bus) Sepeda motor (MC).
Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah
dalam faktor penyesuaian hambatan samping.
Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe
kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu-lintas total yang
dinyatakan dalam kend/jam. Semua nilai emp untuk kendaraan yang
berbeda ditunjukkan pada tabel dibawah.
Tabel II.2. Ekivalensi untuk Jalan Perkotaan tak- terbagi
Tipe jalan:
Jalan tak terbagi
Arus lalu-lintas
total dua arah
(kend/jam)
emp
HV
MC
Lebar jalur lalu-lintas WC(m)
6 >6
Dua-lajur tak-terbagi
(2/2 UD)
0
1800 1,3
1,2
0,5
0,35
0,40
0,25
Empat-lajur tak-terbagi
(4/2 UD)
0
3700 1,3
1,2
0,40
0,25
Sumber: MKJI 97 Tabel A-3:1 hal, 5 - 38
Tabel II.3. Ekivalensi untuk Jalan Perkotaan terbagi dan satu arah
Tipe jalan:
Jalan satu arah dan
jalan terbagi
Arus lalu-lintas
per lajur
(kend/jam)
emp
HV MC
Dua-lajur satu-arah (2/1)
dan
Empat-lajur terbagi (4/2D)
0
1050
1,3
1,2
0,40
0,25
Tiga-lajur satu-arah (3/1)
dan
Enam-lajur terbagi (6/2D)
0
1100
1,3
1,2
0,40
0,25
Sumber: MKJI 97 Tabel A-3:2 hal, 5 - 38
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 14
b. Kecepatan arus bebas
Kecepatan arus bebas (FV) didefnisikan sebagai kecepatan pada tingkat
arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai
kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di
jalan.
Kecepatan arus bebas diamati melalui pengumpulan data lapangan,
dimana hubungan antara kecepatan arus bebas dengan kondisi
geometrik dan lingkungan telah ditentukan dengan metode regresi.
Kecepatan arus bebas kendaraan ringan telah dipilih sebagai kriteria
dasar untuk kinerja segmen jalan pada arus = 0. Kecepatan arus bebas
untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga diberikan sebagai
referensi. Kecepatan arus bebas untuk mobil penumpang biasanya 10-
15% lebih tinggi dari tipe kendaraan ringan lain.
Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk
umum berikut:
FV = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVCS
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan
(km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang
diamati
FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu
atau jarak kereb penghalang
FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota
c. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di
jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.
Untuk jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus
dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 15
Nilai kapasitas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan
selama memungkinkan. Karena lokasi yang mempunyai arus mendekati
kapasitas segmen jalan sedikit (sebagaimana terlihat dari kapasitas
simpang sepanjang jalan), kapasitas juga telah diperkirakan dari analisa
kondisi iringan lalu lintas, dan secara teoritis dengan mengasumsikan
huhungan matematik antara kerapatan, kecepatan dan arus. Kapasitas
dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), lihat di bawah.
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak
terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
d. Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap
kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat
kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah
segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
DS = Q/C
Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas
dinyatakan dalam smp/jam. DS digunakan untuk analisa perilaku lalu-
lintas berupa kecepatan.
II.1.2.2. Parameter Teknis Persimpangan
Pengaturan persimpangan jalan yang ada di lokasi studi tergolong kedalam
simpang tak bersinyal, Manual Kapasitas Jalan Indonesia 97 BAB 3 tentang
simpang tak bersinyal menjelaskan parameter teknis yang harus dianalisa untuk
mengukur kinerja suatu simpang tak bersinyal adalah sebagai berikut.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 16
a. Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian
antara kapasitas dasar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu
(ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan
pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.
Bentuk model kapasitas menjadi sebagai berikut:
C = CoFW FMFCS FRSU FLT FRT FMI
Variabel-variabel masukan untuk perkiraan kapasitas (smp/jam)
dengan menggunakan model tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel II.4. Ringkasan Variabel Masukan Model Kapasitas
Tipe Variabel Uraian variabel dan nama masukan Faktor model
Geometri
Tipe simpang IT
Lebar rata-rata pendekat WI
Tipe median jalan utama M
FW
FM
Lingkungan
Kelas ukuran kota CS
Tipe lingkungan jalan, RE
Hambatan samping SF
FCS
Lalu lintas Rasio kendaraan tak bermotor PUM
Rasio belok-kiri PLT
Rasio belok-kanan PRT
Rasio arus jalan minor QMI /QTOT
FRSU
FLT
FRT
Sumber: MKJI 97 Tabel 2.1:1 hal, 3- 10
b. Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan untuk seluruh simpang, (DS), dihitung sebagai berikut:
DS = Qsmp / C
di mana:
Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut:
Qkend Fsmp
Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai berikut:
Fsmp = (empLVLV%+empHVHV%+empMCMC%)/100
dimana empLV, LV%, empHV, HV%, empMC dan MC%
adalah emp dan komposisi lalu lintas untuk kendaraan
ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 17
C = Kapasitas (smp/jam)
c. Tundaan
Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua sebab :
TUNDAAN LALU-LINTAS (DT) akibat interaksi lalu-lintas dengan
gerakan yang lain dalam simpang.
TUNDAAN GEOMETRIK (DG) akibat perlambatan dan percepatan
kendaraan yang terganggu dan tak-terganggu.
Tundaan lalu-lintas seluruh simpang (DT), jalan minor (DTMI), dan
jalan utama (DTMA), ditentukan dari kurva tundaan empiris dengan
derajat kejenuhan sebagai variabel bebas.
Tundaan geometrik (DG) dihitung dengan rumus :
Untuk DS < 1,0 :
DG = (1-DS) (PT6 + (1-PT ) 3) + DS4 (det/smp)
Untuk DS 1,0: DG = 4
Dimana,
DS = Derajat kejenuhan.
PT = Rasio arus belok terhadap arus total.
6 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang tak-
terganggu (det/smp).
4 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan yang terganggu
(det/smp).
II.1.3. Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Pd. T-08-2004-B sebagai pedoman penanganan praktis kemacetan lalu
lintas di jalan perkotaan menetapkan standar pelayanan minimum untuk ruas jalan
dan simpang pada perkotaan untuk mempermudah dalam melakukan pengukuran
kinerja jalan pada perkotaan dan menetapkan kebijakan yang perlu diambil untuk
menangani kemacetan yang disebabkan berbagai aspek.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 18
II.1.3.1. Kondisi Minimal Kinerja Ruas Jalan Perkotaan
Kondisi minimal kinerja ruas jalan dari sisi karakteristik lalu lintas di
perkotaan ditetapkan sebagai berikut.
Sumber: Pd. T-08-2004-B, hal 8
Gambar II.1. Standar Pelayanan Minimum Ruas
II.1.3.2. Kondisi Minimal Kinerja Persimpangan Perkotaan
Kondisi minimal kinerja persimpangan jalan di perkotaan meliputi panjang
antrian, waktu tundaan, dan kecepatan kendaraan yang masuk daerah simpang
melalui kaki simpang. Pd. T-08-2004-B sebagai pedoman praktis penanganan
kemacetan diperkotaan menetapkan kondisi minimal kinerja suatu persimpangan
untuk memberikan acuan dalam menilai kondisi simpang dan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan sebagai berikut.
Sumber: Pd. T-08-2004-B, hal 14
Gambar II.2. Standar Pelayanan Minimum Simpang di Perkotaan
II.1.4. Manajemen Lalu lintas
Teknik penanganan kemacetan lalu lintas yang diatur pada pedoman
Pd. T-08-2004-B merupakan penanganan jangka pendek. Penanganan
dilakukan dengan pendekatan rekayasa dan manajemen lalu lintas dalam
lingkup lokal sebelum mengambil langkah penanganan dalam bentuk fisik
tertentu, seperti persimpangan tak-sebidang (fly over, interchange), atau
penataan sistem jaringan yang memerlukan perencanaan lebih komprehensif
yang merupakan penanganan jangka panjang dan akan membutuhkan sumber
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 19
daya yang besar.
Rekayasa dan manajemen lalu lintas harus tetap mengikuti ketentuan
yang tertuang dalam rencana umum jaringan transportasi jalan, kapasitas dan
karakteristik jalan, serta fungsi, dan kelas jalan. Selain itu rekayasa yang
ada dalam pedoman ini harus memperhatikan pola fluktuasi volume lalu lintas,
seperti :
a. Adanya jam puncak pagi dan jam puncak sore;
b. Pola pergerakan lalu lintas (perubahan arah);
c. Bobot dan pola pergerakan lalu lintas;
d. Peningkatan volume lalu lintas pada kondisi istimewa;
e. Kecelakaan lalu lintas dan kejadian lainnya;
f. Pemeliharaan jalan;
g. Aliran air permukaan jalan (run-off).
Penanganan yang dilakukan harus bisa memberikan perubahan lebih baik pada
kinerja lalu lintas dalam hal:
a. Peningkatan kecepatan kendaraan;
b. Pengurangan waktu perjalanan;
c. Pengurangan hambatan;
d. Peningkatan kapasitas jalan;
e. Pengurangan kecelakaan.
II.2. Tinjauan Pustaka
II.2.1. Hirarki Wilayah Kota Bandung
Sebagai upaya mendukung struktur ruang yang direncanakan, hirarki pusat
pelayanan wilayah Kota Bandung menurut RTRW Kota Bandung Tahun 2011-
2031 dibagi menjadi tiga jenjang yaitu:
a. Pusat pelayanan kota (PPK) melayani seluruh wilayah kota dan/atau
regional;
b. Subpusat pelayanan kota (SPK) yang melayani subwilayah kota (SWK);
c. Pusat Lingkungan (PL).
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 20
Hirarki wilayah Kota Bandung dibagi menjadi delapan subwilayah kota (SWK)
yang masing-masing dilayani sebuah subpusat pelayanan kota (SPK). Pembagian
delapan wilayah Kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.5. Distribusi Penduduk Per Subwilayah Kota (SWK)
No. Pusat Pelayanan
Kota (PPK)
Sub Wilayah
Kota (SWK)
Rencana Distribusi Jumlah Penduduk Tahun
2031
2015 2020 2025 2031
1
PPK Alun-alun
Bojonegara 444.760 481.510 518.260 555.010
2 Cibeunying 472.106 501.416 530.726 560.036
3 Tegallega 647.592 719.787 791.982 864.177
4 Karees 454.918 485.498 516.078 546.658
5
PPK Gedebage
Arcamanik 244.700 283.300 321.900 360.500
6 Ujungberung 255.178 302.263 349.348 396.433
7 Kordon 224.009 261.304 298.599 335.894
8 Gedebage 122.622 147.957 173.292 198.627
Jumlah 2.865.885 3.183.035 3.500.185 3.817.335
Sumber: RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031, Hal 3-1
Setiap subwilayah kota direncanakan memiliki fungsi khusus sesuai tabel
dibawah: Tabel II.6. Fungsi Khusus Subwilayah Kota
No. Wilayah Fungsi Khusus
1 Bojonagara Pemerintahan, Pendidikan
2 Cibeunying Pendidikan, Industri, Perumahan
3 Tegallega Industri dan Pergudangan
4 Karees Perdagangan
5 Arcamanik Perumahan
6 Ujungberung Perumahan
7 Kordon Perumahan
8 Gedebage Perumahan
Sumber: RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031, Hal 3-4
Subwilayah Kota (SWK) Bojonagara memilik empat kecamatan yaitu,
Kecamatan Andir, Cicendo, Sukajadi, dan Sukasari dengan Subpusat Pelayanan
Kota (SPK) Setrasari berada pada daerah Kecamatan Sukajadi. Jalan Sukajadi
sendiri adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan Pusat Kegitan Wilayah
Kota Bandung (PPK Alun-alun) dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di daerah
sekitarnya pada Kecamatan Sukajadi.
II.2.2. Studi Literatur
Studi tentang kinerja ruas jalan perkotaan terutama pada Jalan Sukajadi
telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dengan judul dan hasil studi
sebagai berikut.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 21
a. Analisa Karakteristik Lalu-lintas di Permukiman Padat Kecamatan
Sukajadi Kota Bandung oleh Atika Permatasari (2013).
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel wilayah pada Kecamatan
Sukajadi dan dianalisa karakteristik lalu-lintasnya berdasarkan standar
kualitatif secara global (umum).
Hasil studi berupa kondisi tingkat layan jaringan jalan pada wilayah studi
secara kualitatif saat waktu studi tanpa mempertimbangkan tindakan teknis
secara mendetail kedepan sebagai usaha mempertahankan tingkat layan.
b. Identifikasi Karakteristik Tundaan di Ruas Jalan Sukajadi, Kota
Bandung oleh Johannes Tumpal Panjaitan (2008).
Penelitian dilakukan dengan pembatasan analisis efektivitas sistem lalu-
lintas berupa kajian besaran tundaan rata-rata dan perilaku berkendara di
lokasi studi.
Hasil studi berupa karakteristik tundaan dan kecepatan rata-rata kendaraan
di lokasi studi dan rekomendasi tindakan yang perlu diambil dalam
penyelesaian masalah jangka pendek.
c. Kajian Penanganan Persoalan Lalu lintas Pada Ruas Jalan
Terpengaruh Akibat Dampak Tarikan Kendaraan Pusat Perbelanjaan
Paris Van Java (PVJ) oleh Apri Hari Matgiarso (2008).
Penelitian dilakukan terhadap ruas sebagian Jalan Sukajadi, Jalan Karang
Tunggal, dan Jalan Sukamaju yang dipengaruhi tarikan perjalanan ke
lokasi pusat perbelanjaan Paris Van Java (PVJ) sebagai salah satu tujuan
perjalanan yang besar di lokasi studi.
Hasil studi berupa komposisi lalu lintas menuju pusat perbelanjaan PVJ
serta pengaruhnya terhadap kinerja ruas jalan yang ditinjau serta solusi
yang direkomendasikan untuk meningkatkan kapasitas ruas jalan yang
ditinjau.
Persamaan dan perbedaan studi terdahulu dengan rencana studi yang akan
dilakukan penulis disajikan dalam tabel II.7..
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 22
Tabel II.7. Perbandingan Rencana Studi Kasus Terhadap Hasil Studi Terdahulu
No. Parameter Atika
Permatasari
Johannes
Tumpal
Panjaitan
Apri Hari
Matgiarso
Muhammad
Ardans
1. Judul
Penelitian
Analisa
Karakteristik
Lalu-lintas di
Permukiman
Padat
Kecamatan
Sukajadi Kota
Bandung
Identifikasi
Karakteristik
Tundaan di
Ruas Jalan
Sukajadi,
Kota Bandung
Kajian
Penanganan
Persoalan
Lalu lintas
Pada Ruas
Jalan
Terpengaruh
Akibat
Dampak
Tarikan
Kendaraan
Pusat
Perbelanjaan
Paris Van
Java (PVJ)
Kasus
Penanganan
Permasalahan
Ruas dan
Simpang pada
Jalan Sukajadi,
Kota Bandung
2. Manfaat
Penelitian
Sebagai
informasi bagi
masyarakat
setempat untuk
mendorong
perbaikan
kondisi jalan
lingkungan di
sekitar
permukiman
padat di
Kecamatan
Sukajadi
Mengetahui
jenis tundaan
yang terjadi di
Jalan Sukajadi
sehingga
dapat
memberikan
data dan
informasi
kepada
stakeholder
terkait
pengelolaan
lalu-lintas
(masalah
tundaan) yang
terjadi di
Jalan Sukajadi
dan perlu
penaganan
segera
Mengetahui
pengaruh
lokasi pusat
perbelanjaan
Paris Van
Java (PVJ)
terhadap
kondisi lalu
lintas di
lokasi studi
Mengetahui
tingkat layan
Jalan Sukajadi
dalam lingkup
ruas dan simpang
yang ada dan
megidentifikasi
permasalahan
yang terjadi pada
tahun dasar studi
untuk
menganalisa
tindakan teknis
yang perlu
dilakukan
sebagai upaya
meningkatkan
kinerja lalu lintas
pada lokasi studi
3. Lokasi
Studi
Jaringan jalan
lingkungan
pada sistem
sekunder
Kecamatan
Sukajadi
Bagian ruas
Jalan Sukajadi
Bagian ruas
jalan di
sekitar lokasi
pusat
perbelanjaan
Paris Van
Java
Bagian ruas dan
simpang pada
Jalan Sukajadi
yang tergabung
dalam sistem
jaringan jalan
primer
Sumber: Dokumentasi Penulis, Oktober 2015
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 23
Tabel II.7. Perbandingan Rencana Studi Kasus Terhadap Hasil Studi Terdahulu
(lanjutan)
No
.
Parameter Atika
Permatasari
Johannes
Tumpal
Panjaitan
Apri Hari
Matgiarso
Muhammad
Ardans
4. Persamaan Penelitian dilakukan terhadap tingkat layan jaringan jalan pada
Kecamatan Sukajadi
5. Perbedaan Hasil analisa
berupa
parameter ruang
yang tersedia
pada Kecamatan
Sukajadi
Hasil analisa
berdasarkan
paramater
tundaan lalu-
lintas yang
terjadi pada
Jalan
Sukajadi
Hasil analisa
hanya
memperhatik
an pengaruh
lokasi pusat
perbelanjaan
Paris Van
Java
terhadap
lokasi studi
Hasil analisa
berupa tindakan
teknis yang perlu
dilakukan pada
bagian ruas dan
simpang sesuai
batasan masalah
pada BAB I
Sumber: Dokumentasi Penulis, Oktober 2015
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 24
BAB III
METODOLOGI
III.1. Metodologi Studi
Agar studi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka perlu
disusun metodologi studi yang akan dilakukan sehingga pelaksanaan studi
berjalan secara efektif dan tepat sasaran. Metodologi pelaksanaan studi ini dibagi
menjadi tiga tahapan dengan proses analisa yang dilakukan pada tiap tahapnya
mengikuti diagram alir pada Gambar III.1..
III.1.1. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan untuk mengukur besaran masalah yang
terjadi pada lokasi studi dan meverifikasi informasi yang didapatkan. Tahapan
yang dilakukan dalam perumusan masalah adalah:
a. Analisa karakteristik lalu lintas pada lokasi studi dengan memanfaatkan
fitur tampilan keadaan lalu lintas pada layanan peta digital google maps
sehingga bisa didapatkan gambaran jam sibuk dan titik permasalahan lalu
lintas pada lokasi studi;
b. Survei pendahuluan pada lokasi studi untuk mendapatkan gambaran real
di lapangan dan verifikasi atas informasi yang didapat dari analisa citra
satelit;
c. Studi literatur terhadap hasil penilitian yang sudah dilakukan pada lokasi
studi atau tempat lain yang berkaitan dengan topik studi kasus untuk
mendapatkan informasi dalam perencanaan studi kasus.
III.1.2. Perencanaan Studi
Dari hasil perumusan masalah akan didapatkan problem issue yang
menjadi konsentrasi pembahasan pada pelaksanaan studi kasus. Gambaran
problem issue pada lokasi studi yang telah di identifikasi dan diukur besarannya
kemudian diolah dengan mempertimbangkan Norma, Standar, Pedoman, dan
Manual (NSPM) tentang jalan dan lalu lintas yang berlaku di Indonesia untuk
menentukan kebutuhan, metodologi pengumpulan, dan analisa data yang akan
menjadi pedoman penulis pada saat pelaksanaan studi.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 25
III.1.2.1. Rencana Kebutuhan Data
Rencana data yang dibutuhkan untuk melakukan studi pada lokasi tinjauan
dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel III.1. Rencana Data yang Diperlukan
Jenis Data Sumber Data Kebutuhan
Tata Guna Lahan Survei Lapangan dan
RTRW Kota Bandung
Dokumentasi dan Peta Tata
Guna Lahan
Volume Lalu lintas Survei Lapangan Volume Lalu lintas
Karakteristik Lalu lintas Survei Lapangan Volume Lalu lintas tercacah
pada jam puncak
Data Geometrik Jalan Survei Lapangan Lebar, jumlah
jalur/lajur/bahu, kerb,
perkerasan, drainase, kaki
pendekat (pada simpang)
dan trotoir
Arus dan Pergerakan Lalu
lintas
Survei Lapangan Besaran arus pergerakan di
ruas dan simpang
RTRW Kota Bandung RTRW Kota Bandung
2011-2031
Pemanfaatan tata guna
lahan hingga tahun proyeksi
Peraturan-peraturan Dinas Pekerjaan Umum Pedoman dalam melakukan
studi operasional dan
perancangan
Sumber: Disusun dari berbagai sumber
III.1.3. Metodologi Penyelesaian Masalah
Secara garis besar pelaksanaan studi diperkirakan mengikuti langkah
berikut.
a. Mengukur kinerja jaringan jalan primer pada lokasi studi dengan
menganalisa karakteristik operasional jaringan jalan yang ada dan analisa
terhadap permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan studi;
b. Analisa permasalahan yang akan terjadi dan penyusunan alternatif solusi
jangka pendek yang dapat diterapkan pada lokasi studi sesuai peraturan
dan teori yang menjadi acuan studi.
III.2. Perkiraan Hasil Studi
Pelaksanaan studi diharapkan akan menghasilkan strategi yang dapat
diterapkan untuk mencapai dan mempertahankan tingkat layan minimum ruas
Jalan Sukajadi sebagai lokasi studi pada tahun pelaksanaan.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 26
Rum
usa
n M
asal
ahPen
gem
pula
n D
ata
dan
Met
oda
Stu
di
Pen
yel
esai
an M
asal
ah
MULAI
PROBLEM
ISSUE
Analisa Citra
Satelit
Suvai
Pendahuluan
Studi Literatur
Identifikasi
Permasalahan
Analisa Kebutuhan
Data dan Penentuan
Inti Masalah
Pengukuran
Besaran Masalah
Data Primer dan
Sekunder
Survai Primer
Metoda
Pengumpulan dan
Analisa Data
Norma, Standar,
Manual, dan
Pedoman
Inventarisasi
Kebutuhan Data
dan Pengumpulan
Data
Verivikasi
Kelengkapan
Data
Analisa Keadaan
Eksisting
Pengukuran
Kinerja Eksisting
menggunakan
perangkat lunak
KAJI
Perencanaan
Alternatif Solusi
Solusi Terpilih
SELESAI
Pengumpulan
Data Sekunder
TIDAK
YA
Sumber: Disusun dari berbagai sumber
Gambar III.1. Rencana Metodologi Studi
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 27
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Analisa Rona Awal
Pada ruas Jalan Sukajadi terdapat dua buah simpang utama yang seringkali
menjadi simpul kemacetan, serta terdapat satu segmen jalan yang menjadi fokus
studi. Penjelasan tentang kondisi ruas Jalan Sukajadi dan jaringan jalan primer
yang menjadi fokus studi adalah sebagai berikut.
IV.1.1. Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Studi
Pola jaringan Jalan Sukajadi membentuk pola tulang daun (spinal) dengan
kedudukan sebagai muara jalan-jalan lokal dan lingkungan di sekitarnya.
Selanjutnya ruas Jalan Sukajadi menjadi salah satu jalan dalam sistem primer di
Kecamatan Sukajadi (SWK Bojonagara). Jalan Sukajadi pada sisi selatan
berhubungan langsung dengan Jalan Pasirkaliki yang menghubungkan pusat Kota
Bandung menuju Bandung Utara serta kota-kota kecil disekitarnya seperti
Lembang dan Subang melewati Jalan Setiabudhi. Pola jaringan ruas Jalan
Sukajadi dapat dilihat pada Gambar IV.1..
IV.1.1.1. Kondisi Geometrik Ruas dan Simpang Jalan Sukajadi
Fokus utama pelaksanaan studi dibagi menjadi satu buah segmen jalan
Sedangkan, simpang yang seringkali menjadi simpul kemacetan dan akan
dianalisa merupakan dua simpang tak bersinyal pada sisi selatan dan utara Jalan
Sukajadi. Geometrik ruas dan simpang pada Jalan Sukajadi yang menjadi fokus
studi dapat dilihat pada Gambar IV.2..
IV.1.2. Tata Guna Lahan Di Wilayah Studi
Menurut Peta Rencana Tata Ruang Kota Bandung Tahun 2011-2031,
wilayah lahan sisi Jalan Sukajadi diperuntukkan sebagai wilayah perkantoran
(pemerintahan) dan perdagangan. Dari hasil pengamatan dilapangan,
perkembangan penggunaan lahan di sisi Jalan Sukajadi sudah memenuhi
peruntukannya. Namun, perkembangan penggunaan lahan tersebut harus mulai
dibatasi karena sudah mulai terlihat bahwa kegiatan pada sisi Jalan Sukajadi sudah
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 28
mulai berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas. (dapat dilihat pada subbab
berikutnya)
Pada lokasi studi juga terdapat dua buah pusat kegiatan yang menjadi
tarikan lalu lintas cukup tinggi yaitu, Rumah Sakit Hasan Sadikin yang
merupakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan cakupan pelayanan
wilayah Provinsi Jawa Barat serta Pusat Perbelanjaan Paris Van Java sebagai
salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Bandung. Selain itu, kegiatan
perdagangan yang berada tepat pada sisi jalan dan kegiatan parkir pada badan
jalan turut berpengaruh dalam menyebabkan kemacetan di lokasi studi.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 29
Sumber: openstreetmap.org ditambahkan dari berbagai sumber
Gambar IV.1. Bentuk Jaringan dan Tata Guna Lahan Jalan Sukajadi, 2015
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 30
Sumber: openstreetmap.org, ditambahkan dari berbagai sumber
Gambar IV.2. Geometrik Simpang A (kiri) dan Simpang B (kanan)
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 31
IV.2. Identifikasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan yang terjadi pada lokasi studi berpedoman pada
Pd. T-08-2004 B yang menejelaskan tentang penanganan praktis kemacetan lalu
lintas di jalan perkotaan. Dalam pedoman, permasalahan dianalisa berdasarkan
lokasinya (ruas dan simpang) dengan berbagai faktor yang menjadi penyebab.
Berdasarkan Gambar IV.1. terdapat satu segmen ruas dan dua buah simpang
yang dianalisa permasalahannya dengan pertimbangan permasalahan pada ruas
dan simpang tersebut cukup kompleks dan membutuhkan penanganan secepatnya,
permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut.
IV.2.1. Permasalahan Pada Ruas Jalan
Jalan Sukajadi yang merupakan jalan kolektor primer dianalisa pada
segmen ruas sepanjang 950 meter dengan permasalahan yang terjadi sebagai
berikut.
IV.2.1.1. Permasalahan Hambatan Samping
Gambaran kondisi hambatan samping di segmen Jalan Sukajadi dapat
dilihat pada gambar berikut.
Sumber: Pengamatan Lapangan, November 2015
Gambar IV.3. Kondisi Hambatan Samping Segmen Jalan Sukajadi
Berdasarkan pengamatan lapangan yang mengacu pada Pd. T-08-2004 B
terdapat 7 (tujuh) buah permasalahan yang menyebabkan titik kemacetan pada
segmen ruas Jalan Sukajadi, yaitu:
a. Pedagang kaki lima bejualan di bahu jalan/trotoar (SMR.2);
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 32
b. Pejalan kaki menyeberang tidak pada tempatnya (SMR.3);
c. Pejalan kaki di badan jalan (SMR.4);
d. Parkir kendaraan di badan jalan (SMR.5);
e. Naik turun penumpang angkutan umum (SMR.6);
f. Keluar masuk kendaraan di akses jalan (SMR.7); dan
g. Keluar masuk kendaraan di akses lahan (SMR.8).
Pengukuran permasalahan hambatan samping terhadap karateristik operasional
lalu lintas pada segmen jalan dilakukan dengan survei hambatan samping pada
jam sibuk dengan mengacu pada kerangka survei di subbab berikutnya.
IV.2.1.2. Permasalahan Kapasitas
Kemacetan yang terjadi pada segmen Jalan Sukajadi dapat disebabkan
kapasitas jalan yang tidak mampu lagi menampung volume lalu lintas. Bedasarkan
pengamatan lapangan, terdapat dua buah kemungkinan penyebab kemacetan di
segmen Jalan Sukajadi akibat faktor kapasitas jalan, yaitu:
a. Volume lalu lintas melebihi kapasitas (SMR.10); dan
b. Permasalahan persimpangan akses jalan (SMR.13);
Pengukuran permasalahan kapasitas ruas pada segmen Jalan Sukajadi dilakukan
berdasarkan hasil survei lalu lintas yang dilakukan pada simpang A, analisa
dilakukan pada subbab berikutnya.
IV.2.1.3. Permasalahan Perambuan
Permasalahan perlengkapan jalan di segmen jalan berupa
perambuan/marka jalan yang tidak jelas dan aus (SMR.23) dapat berpengaruh
pada perilaku berlalu lintas pengguna jalan yang dapat menyebabkan kemacetan
pada lokasi studi. Selain itu, terdapat beberapa marka jalan yang dianggap sudah
tidak tepat lagi. Pembahasan tentang pengaruh bentuk dan fungsi marka pada
segmen jalan akan dijelaskan pada subbab IV.4.1..
IV.2.2. Permasalahan Pada Simpang
Pengamatan simpang di lokasi studi mengacu pada Pd. T-04-2008 B bab
4.2.2 tentang persimpangan. Terdapat dua buah simpang di lokasi studi yang
merupakan simpang tak bersinyal dan seringkali menjadi titik kemacetan pada
jam sibuk. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kemacetan yang terjadi pada
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 33
kedua buah simpang disebabkan tiga faktor utama yaitu, hambatan samping,
kapasitas, dan konflik lalu lintas. Penjelasan rinci tentang hasil pengamatan
lapangan di simpang adalah sebagai berikut.
IV.2.2.1. Simpang A
Simpang A yang terletak pada sisi selatan Jalan Sukajadi merupakan
simpang tiga lengan tak bersinyal dengan tiap lengannya:
Jalan mayor : Jl. Pasirkaliki - Jl. Sukajadi (4/2UD)
Jalan minor : Jl. Prof. Eyckman (2/2UD)
Gambaran kondisi lalu lintas pada simpang A dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: Pengamatan Lapangan, November 2015
Gambar IV.4. Kondisi Eksisting Simpang A
Permasalahan lalu lintas yang terjadi pada simpang ini adalah:
IV.2.2.1.1. Permasalahan Hambatan Samping
Terdapat 8 (delapan) buah penyebab kemacetan yang berpengaruh
terhadap hambatan samping di simpang A, yaitu:
a. Pedagang kaki lima (PKL) berjualan di bahu jalan/trotoar (SMS.2);
b. Parkir di badan jalan (SMS.3);
c. Pejalan kaki menyebrang jalan tidak pada tempatnya (SMS.4);
d. Pejalan kaki di badan jalan (SMS.5);
e. Naik turun penumpang angkutan umum (SMS.6);
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 34
f. Keluar masuk kendaraan di akses jalan (SMS.7);
g. Keluar masuk kendaraan di akses lahan (SMS.8); dan
h. Kendaraan balik arah (SMS.9).
Besaran hambatan samping diukur secara visual pada simpang A untuk keperluan
analisa pada kapasitas simpang di subbab berikutnya.
IV.2.2.1.2. Permasalahan Kapasitas
Permasalahan kapasitas diukur dengan melakukan survei lalu lintas di
simpang A untuk keperluan analisa karekteristik lalu lintas di simpang ini.
Identifikasi awal berdasarkan pengamatan dilapangan permasalahan volume lalu
lintas yang melebihi kapasitas (SMS.11) menjadi penyebab kemacetan pada
simpang A. Analisa selanjutnya tentang kapasitas simpang akan dibahas pada
subbab IV.3..
IV.2.2.1.3. Permasalahan Konflik Lalu lintas
Terdapat dua permasalahan berkaitan faktor konflik lalu lintas di simpang
A yaitu, perambuan/marka jalan tidak jelas dan aus (SMS.17) dan kendaraan yang
menyerobot lajur lawan (SMS.18).
Sumber: Pengamatan Lapangan, November 2015
Gambar IV.5. Konflik Lalu lintas di Simpang A
Penanganan permasalahan konflik lalu lintas pada simpang A yang dapat
dilakukan dijelaskan pada subbab IV.4. tentang analisa peningkatan kinerja.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 35
IV.2.2.2. Simpang B
Posisi simpang B pada jaringan Jalan Sukajadi dapat dilihat pada Gambar
IV.1. dengan tiap lengan mayor dan minor sebagai berikut.
Jalan mayor : Jl. Sukajadi (4/2UD)
Jalan minor : Jl. Sirnamanah-Jl. Karang Tineung (2/1UD)
Simpang B yang merupakan simpang tak bersinyal memiliki karakterstik
operasional tersendiri akibat pengaruh manajemen lalu lintas yang diterapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan permasalahan pada simpang B adalah
sebagai berikut.
IV.2.2.2.1. Permasalahan Hambatan Samping
Penyebab kemacetan berkaitan hambatan samping pada simpang B yang
berpengaruh besar adalah naik turunnya penumpang angkutan umum di lengan
simpang (SMS.6). Pengaruh permasalahan ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: Pengamatan Lapangan, November 2015
Gambar IV.6. Kendaraan Umum Berhenti Pada Lengan Simpang B
Besaran hambatan samping kemudian diukur secara visual pada simpang B untuk
keperluan pengukuran karaktersitik operasional lalu lintas. Sedangkan,
penanganan permasalahan hambatan samping di simpang B dibahas pada subbab
IV.4..
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 36
IV.2.2.2.2. Permasalahan Kapasitas
Berdasarkan pengamatan lapangan, terdapat dua buah permasalahan
terkait kapasitas yang kemungkinan menjadi penyebab kemacetan pada simpang
B yaitu, volume lalu lintas yang melebihi kapasitas (SMS.11) dan layout simpang
yang tidak memadai/lebar keluar lebih kecil dari lebar masuk lalu lintas (SMS.12).
Permasalahan volume akan dibahas pada subbab IV.3. sedangkan
permasalahan layout simpang berpengaruh terhadap pergerakan kendaraan di
lengan simpang (terutama kendaraan besar) permasalahan layout simpang akan
dibahas lebih mendalam pada subbab IV.4..
Sumber: Pengamatan Lapangan, November 2015
Gambar IV.7. Pergerakan kendaraan Besar yang Terhambat pada Simpang B
IV.2.3. Survei Primer
Survei primer dilakukan pada segmen jalan dan simpang di Gambar IV.1
dengan mengacu pada kerangka survei berikut.
a. Survei geometrik
Lokasi Survei : Pada segmen jalan dan simpang yang ditinjau
Tujuan : Mengetahui kondisi eksisting jalan dan simpang
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 37
Metoda : Pengukuran manual dengan pita ukur dan wheel
measuring distance
b. Survei Hambatan Samping
Lokasi Survei : Segmen jalan yang ditinjau
Tujuan : Identifikasi besaran hambatan samping akibat
kegiatan sisi jalan
Metoda : Sampling pada 200 meter segmen jalan per jam
Pengukuran : Pengukuran kejadian pejalan kaki menyebrang
jalan (bobot=0,5); kendaraan umum/kendaraan lain berhenti (bobot=1,0);
kendaraan masuk/keluar sisi jalan (bobot=0,7); dan kendaraan lambat
(bobot=0,4)
Waktu Survei : Dilaksanakan setelah mendapat jam puncak lalu
lintas pada hari paling sibuk
c. Survei Arus Lalu lintas
Lokasi Survei : Simpang A dan B
Tujuan : Mengetahui besaran arus lalu lintas keluar-masuk
jaringan
Metoda : Pencacahan manual dengan klasifikasi jenis
kendaraan sesuai MKJI 97
Waktu Survei : Selama 7 hari; Pukul 11.00 - 15.00 (perkiraan jam puncak
hari kerja) dan Pukul 19.00 - 22.00 (perkiraan jam akhir pekan)
Data survei direkam pada formulir yang sesuai (dapat dilihat pada
lampiran II.2) kemudian pengolahan awal pada data survei dilakukan untuk
mengetahui kelas hambatan samping dan besaran arus lalu lintas pada jam puncak
dengan hasil sebagai berikut.
IV.2.3.1. Hasil Survei di Ruas
Pelaksanaan survei pada segmen I adalah survei hambatan samping untuk
mengukur tingkatan hambatan samping pada ruas jalan dan nantinya dianalisa
pengaruhnya terhadap karakteristik operasinal lalu lintas di segmen ruas, dari data
survei yang ada, dilakukan pengolahan untuk mendapatkan nilai kejadian
hambatan samping dengan mengacu pada tabel IV.1.
-
Laporan Studi Kasus
Jurusan Teknik Sipil - Politeknik Negeri Bandung
Muhammad Ardans - 121134021 38
Tabel IV.1. Kelas Hambatan Samping
Kelas
Hambatan
Samping
(SFC)
Kode
Jumlah
kejadian
berbobot
per 200 m
per jam
(dua sisi)
Kondisi Khusus
Sangat Rendah VL 900 Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan
Sumber: MKJI 97 tabel 1.3:3 hal 5 - 10
Pengolahan data survei hambatan samping ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel IV.2. Kelas Hambatan Samping Hasil Survei
Jenis
Kejadian
Pejalan kaki
(bobot=0,5)
Kendaraan
berhenti
(bobot=1,0)
Kendaraan
masuk/keluar
(bobot=0,7)
Kendaraan
lambat
(bobot=0,4)
TOTAL
kejadian
/jam 123 329 2