laporan studi kasus rotasi klinik

40
LAPORAN STUDI KASUS ROTASI KLINIK PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK ST V + HIPERTENSI ST II + ANEMIA + HIPERKALEMIA DI RUANG 26 IPD RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Puti Mustika Swandyani 1203400007 Mahasiswa D-IV Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV 2013

Upload: puti-mustika

Post on 27-Oct-2015

188 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN STUDI KASUS ROTASI KLINIK

PENATALAKSANAAN DIET PADA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK ST V + HIPERTENSI ST II +

ANEMIA + HIPERKALEMIA

DI RUANG 26 IPD RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :

Puti Mustika Swandyani – 1203400007

Mahasiswa D-IV Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

2013

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS ROTASI KLINIK

PENATALAKSANAAN DIET PADA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK ST V + HIPERTENSI ST II +

ANEMIA + HIPERKALEMIA

DI RUANG 26 IPD RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Telah disetujui pada tanggal 21 Juni 2013

Clinical Instructor, Supervisor

Lilik Supriyani, SST S. Rum Teguh K., SKM, M. Kes.

NIP. 19681201 199203 2 006 NIP. 19651205 198903 002

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan

rahmat dan hidayah-Nya Laporan Studi Kasus Rotasi Klinik yang berjudul

Pentatalaksanaan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronik St V + Hipertensi St II +

Anemia + Hiperkalemia di Ruang 26 IPD RSUD dr. Saiful Anwar Malang telah

dapat penulis selesaikan tepat waktu.

Dalam penyelesaian Laporan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. B. Doddy Riyadi, SKM, M.M selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang.

2. I Dewa Nyoman Supariasa, MPS selaku ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang.

3. Ibnu Fajar, SKM., M.Kes. selaku ketua Program Studi D IV Gizi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang.

4. Ruliana, SST selaku kepala Instalasi Gizi RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

5. S. Rum Teguh K., SKM, M. Kes. selaku supervisor dari Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

6. Lilik Supriyani, SST selaku Instruktur Klinik dalam pelaksanaan studi kasus

mendalam.

7. Seluruh staf dan pegawai di RSUD dr Saiful Anwar Malang.

8. Seluruh rekan mahasiswa DIV Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

angkatan 2013.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini

Penulis sadar Proposal Penelitian ini masih banyak kekurangannya,

sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga

Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Malang, Juni 2013

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ................................................................................................. ii

Kata Pengantar ....................................................................................................... iii

Daftar Isi................................................................................................................. iv

Daftar Lampiran ...................................................................................................... v

Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................ 2

Bab II Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 3

A. Gambaran Umum Penyakit ................................................................ 3

B. Penatalaksanaan diet .......................................................................... 4

Bab III Perencanaan dan Implementasi Asuhan Gizi ............................................ 6

A. Rencana Asuhan Gizi ......................................................................... 6

B. Implementasi Asuhan Gizi ................................................................. 9

Bab IV Hasil Monitoring Evaluasi ...................................................................... 12

Bab V Pembahasan............................................................................................. 15

A. Hasil Monitoring Skrining Gizi ....................................................... 15

B. Hasil Motivasi Diet Melalui Konsultasi Gizi .................................. 24

C. Evaluasi Asuhan Gizi ....................................................................... 26

Bab VI Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 27

A. Kesimpulan ...................................................................................... 27

B. Saran ................................................................................................ 27

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Recall Makan Pasien .......................................................... 30

Lampiran 2. Pengamatan Makan Hari I ........................................................... 31

Lampiran 3. Pengamatan Makan Hari II .......................................................... 32

Lampiran 4. Pengamatan Makan Hari III ........................................................ 33

Lampiran 5. Pengamatan Makan Hari IV ........................................................ 34

Lampiran 6. Pengamatan Makan Hari V ......................................................... 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal adalah organ vital yang berfungsi untuk memelihara keseimbangan

cairan, elektrolit, dan bahan-bahan organik dalam tubuh (Sunita, A., 2007). Akan

tetapi, saat ini proses biologis yang melibatkan radikal bebas telah menunjukkan

suatu dampak yang luas. Keikutsertaan radikal bebas dalam proses biologis telah

menimbulkan kerusakan yang lebih besar pada tubuh dan menjadi suatu fenomena

baru yang terjadi pada berbagai penyakit kronis antara lain diabetes mellitus,

kanker, dan gagal ginjal kronis (Jasmina Mimic-Oka, dkk., 2001).

Gagal ginjal kronis terjadi saat kondisi tingkat filtrasi glomerulus kurang

dari 60 ml per menit per 1,73 m2 yang berlangsung selama lebih dari atau sama

dengan tiga bulan dengan atau tanpa adanya kerusakan ginjal yang nyata. Survey

populasi di Australia menunjukkan bahwa satu dari tiga orang dewasa beresiko

menderita gagal ginjal kronis. Sedangkan, satu dari tujuh orang telah memiliki

tanda-tanda positif menderita gagal ginjal kronis. Tanda dari gagal ginjal kronis

mungkin tidak akan terlihat sampai fungsi ginjal sudah rusak berat dan tidak dapat

diperbaiki (Steve Chadban, dkk., 2007).

Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Amerika Serikat meningkat

sebesar 20-25% setiap tahun (USRDS, 2008). Sedangkan di Kanada insiden

penyakit gagal ginjal tahap akhir meningkat rata-rata 6,5% setiap tahun (Canadian

Institute for Health Information (CIHI),2005), dengan peningkatan prevalensi

69,7% sejak tahun 1997 (CIHI, 2008). WHO memperkirakan di Indonesia akan

terjadi peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun 1995-2025 sebesar

41,4%.

Saat ini ada dua terapi yang dapat dilakukan dalam penanganan gagal

ginjal kronik, yaitu terapi medis dan terapi diet. Salah satu terapi diet yang biasa

diberikan bagi pasien gagal ginjal kronik adalah melalui pengaturan pemberian

makan. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi diperlukan karena adanya

pembatasan atau retensi cairan dan mencegah pemecahan protein menjadi energi.

Cano (2006) menyebutkan bahwa syarat untuk diet gagal ginjal adalah rendah

2

protein, yaitu 0,6 – 0,8 gr/kg BBI. Asupan protein diutamakan dari bahan

makanan yang mengandung asam amino ketogenik (lysine dan leusine) dan

BCAA (lysine, isoleusin, dan valin). Ria, B. (2004) menjelaskan bahwa

penambahan asam amino ketogenik dapat mempertahankan keseimbangan asam

basa nitrogen sehingga terjadi perbaikan asidosis metabolik pada gagal ginjal

kronik.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah disajikan dalam latar belakang

diperlukan suatu pengaturan diet bagi penderita gagal ginjal kronik agar sisa hasil

metabolismenya tidak memperberat kerja ginjal.

B. Tujuan

Memberikan pentatalaksanaan diet bagi penderita gagal ginjal kronik agar

tidak memperberat kerja ginjal dan meminimalisir komplikasi

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit

Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan yang tidak akan bisa kembali

sembuh/ baik. Satu hal yang bisa dilakukan saraf diketahui menderita gagal ginjal

kronik adalah memperlambat perkembangan gagal ginjal kronik menjadi gagal

ginjal terminal. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhambat laju penurunan

fungsi ginjal, mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan pengelolaan berbagai

masalah yang bisa dirasakan penderita gagal ginjal kronik. Dalam

penanganannya, sesuai dengan kondisi yang diderita, dokter akan berusaha

mengontrol tekanan darah sebagai penyebab atau akibat dari penyakit gagal ginjal

kronik juga akan diatur konsumsi garam natrium, fosfor, protein serta mengatur

kadar lemak darah agar tidak menimbulkan akibat yang lebih serius (komplikasi).

Penderita harus berkonsultasi dengan ahli gizi dan berusaha mematuhi (Eric

Tapan, 2000).

Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal

progressif. Pada keadaan ini kliren kreatinin < 5 ml/menit. Penderita gagal ginjal

terminal umumnya memerlukan terapi pengganti. Hemodialisis (HD) merupakan

salah satu terapi pengganti untuk penderita gagal ginjal terminal, agar dapat

mempertahankan hidupnya.

Proteinuria juga bisa ditemukan pada penyakit-penyakit yang ada

hubungannya dengan jantung dan pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah

bisa mengakibatkan gagal jantung atau stroke sama seperti gagal ginjal (Sudoyo

dkk, 2006).

Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium.

Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalaemia dapat mengakibatkan aritma

jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat-obat yang mengandung

kalium dan makanan yang tinggi kalium (seperti buah dan sayuran) harus dibatasi.

Kadar kalium darah dianjurkan 3,5 – 5,5 Meq/Lf, pembatasan natrium

dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan oedem.

4

Secara kualitatif kebutuhan protein dapat diberikan 1 – 1,2 g/kgBB/hri,

namun dalam pemberian ini konsumsi bahan makanan 50%nya harus bernilai biologi

tinggi, seperti : telur, ayam, daging, susu, kerang, dan lain-lain dalam jumlah yang

sesuai anjuran (Rahardjo, 2000).

B. Penatalaksanaan Diet

Terapi gizi pada gagal ginjal kronik diberikan dengan diet rendah protein.

Diet rendah protein, dianggap akan mengurangi akumulasi hasil akhir

metabolisme protein, yakni ureum dan toksin uremik yang lain. Selain itu telah

dibuktikan pula bahwa diet tinggi protein akan mempercepat timbulnya

glomerulosklerosis sebagai akibat meningkatnya beban kerja glomerulus

(hiperfiltrasi glomerulus).

Giordano dan Giovanetti dalam Sidabutar (1994) membuktikan bahwa diet

yang hanya mengandung 20 g protein dapat menurunkan kadar urea nitrogen

darah (BUN), mempertahankan keseimbangan nitrogen, bahkan menyebabkan

keseimbangan nitrogen berubah dari negatif menjadi positif. Kebutuhan kalori

harus dipenuhi guna mencegah terjadinya pembakaran protein tubuh, dan

merangsang pengeluaran insulin. Kalori diberikan sekitar 35 Kal/kg BB,

dikurangi bila terdapat diabetes melitus dan obesitas.

Berikut ini adalah prinsip diet pada gagal ginjal kronik menurut Andry, H.

(2012) :

Asupan kalori harus ditentukan pada tingkat yang bisa mencegah pemecahan

lean tissue (protein) untuk memenuhi kebutuhan energi. Jika energi dari

makanan yang dikonsumsi tidak cukup, tubuh cenderung akan menggunakan

simpanan protein dalam otot untuk menghasilkan energi

Asupan kalori dianjurkan sebesar 30 – 35 kkal/kg BB/hari

Pembatasan protein dilakukan berdasarkan berat badan, derajat infusiensi

renal, dan tipe dialisis yang akan dijalani.

Kenaikan kadar serum magnesium, kalium, dan fosfor umumnya terjadi,

bahan makanan yang kaya akan elektrolit tersebut perlu dihindari, seperti

pisang, kacang hijau, air kelapa muda karena semua makanan ini banyak

mengandung kalium.

5

Pembatasan garam sampai 3 g garam per hari

Asupan fosfor dari makanan akan menurun dengan diet rendah protein

sehingga cukup efektif untuk mengendalikan keadaan hiperfosfatemia.

Pemberian suplemen kalsium karbonat dapat dilakukan dokter bila dirasakan

perlu untuk membantu mengurangi asupan fosfor namun menambah asupan

kalsium

Suplemen vitamin D3, Asam folat dan B6 (untuk pembentukan sel darah

merah dapat diresepkan oleh dokter. Pemberian vitamin A tidak dianjurkan

karena pada penyakit ginjal stadium terminal karena toksisitas yang

dilaporkan. Sementara itu, suplemen vitamin C tidak boleh lebih dari 100 mg

karena meskipun penting untuk penyerapan zat besi (mencegah anemia),

pembentukan kolagen dan antibodi, vitamin C juga akan meningkatkan

pembentukan oksalat.

Pada gagal ginjal kronis metabolisme asam amino terganggu secara

signifikan. Selain itu gagal ginjal juga menyebabkan keadaan asidosis yang

mengakibatkan degradasi protein didalam otot bertambah. Gangguan

metabolisme asam amino pada gagal ginjal merupakan salah satu penyebab mal

nutrisi protein. Untuk menghasilkan sintesa memadai dibutuhkan asam amino

baik essential maupun non essential (Ria B., 2004). Asam amino esensial harus

ditambahkan guna mencegah pemecahan protein tubuh (wasting). Analog keto

asam amino tanpa nitrogen dapat dipakai sebagai tambahan. Ini akan mengurangi

pembentukan hasil metabolisme yang mengandung nitrogen (Sidabutar, 1994).

6

BAB III

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi

Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 28 tahun Register : 1312078

Assessment Diagnosa Gizi

Intervensi Monev Problem Etiologi Symtom

Antopometri.....(A)

U = 28 tahun

LLA = 23,5 cm

%LLA =LLA Aktual

LLA Persentil 50%× 100%

=23,5

27,7× 100%

= 84,8% (Status Gizi Kurang)

NC-3.1

Berat badan kurang

Asupan yang

kurang dalam

jangka waktu yang

lama terkait

penyakit (GGK)

Status gizi kurang

(%LLA=84,8%)

Modifikasi diet Status gizi

Biokimia.....(B)

Hemoglobin 3 g/dL () (11,4 – 15,1)

Eritrosit 1,06 106/L () (4,0 – 5,0)

Hematokrit 10,2 % () (38 – 42)

MCV 96,20 fl () (80 – 93)

MCHC 29,40 g/dL () (32 – 36)

RDW 19,60 % () (11,5 – 14,5)

NC-2.2

Perubahan nilai

laboratrium terkait

zat gizi

Kegagalan fungsi

ginjal

Nilai Laboratorium

:

Hemoglobin ()

Albumin ()

Ureum ()

Creatinin ()

Kolaborasi dengan tim

medis lain

Hemoglobin

Albumin

Ureum

Kreatinin

7

Assessment Diagnosa Gizi

Intervensi Monev Problem Etiologi Symtom

Albumin 2,84 g/dL () (3,5 – 5,5)

Ureum 388,20 mg/dL () (16,6 –

48,5)

Creatinin 13,83 mg/dL () (< 1,2)

Natrium 133 mmol/L () (136 – 145)

Kalium 7,45 mmol/L () (3,5 – 5,0)

pH 7,34 () (7,35 – 7,45)

pCO2 25,2 mmHg () (35 – 45)

pO2 252,6 mmHg () (80 – 100)

HCO3 16,2 mmol/L () (21 – 28)

BE -12,7 () ((-3) – (+3))

Fisik/Klinis.....(C)

KU : lemah

GCS : 456

TD : 180/100 mmHg

N : 98x/menit

RR : 24x/menit

S : 36C

Anemis (+)

Sesak (+)

NI-5.4

Penurunan

kebutuhan Natrium

Disfungsi ginjal TD 180/100 mmHg Edukasi diet

Kolaborasi dengan tim

medis lain

KU

Tekanan darah

Riwayat Gizi.....(D)

Sekarang

Saat ini mendapat diet Cair RP

3 × 200cc + 3sct

Motivasi diet

Edukasi diet

Asupan makan

8

Assessment Diagnosa Gizi

Intervensi Monev Problem Etiologi Symtom

Hasil recall pasien :

Energi : 1203 kkal (70%)

Protein : 24 g (49%)

Lemak : 55 g (115%)

KH : 161 g (59%)

Dahulu

Pasien menyukai makanan

bersantan, olahan daging kambing,

dan ikan

Pasien sering mengkonsumsi jamu

pelangsing

Jarang minum air putih, lebih

menyukai sirup dan minuman

manis

Frekuensi makan 2 – 3x per hari,

tidak tentu

NI-2.1

Kekurangan intake

makanan dan

minuman oral

NB-2.3

Ketidakmampuan

dalam mengatur diri

sendiri

NB-1.5

Kekeliruan pola

makan

Peningkatan

kebutuhan energi

karena adanya

penyakit

Kurangnya

pengetahuan

tentang diet yang

harus dijalankan

Kurangnya

pengetahuan

tentang makanan

sehat

Hasil recall energi

dan protein rendah

(70% dan 49%)

Kebiasaan

mengkonsumsi

daging kambing dan

makanan bersantan

Frekuensi makan

yang tidak teratur

dan jarang minum

air putih

Malang, 21 Juni 2013

Menyetujui,

Instruktur Klinik

Lilik Supriyani, SST

NIP. 19681201 199203 2 006

9

B. Implementasi Asuhan Gizi

1. Tujuan

a. Memberikan makanan adekuat untuk :

1. Meningkatkan status gizi pasien mencapai status gizi normal.

2. Meringankan kerja ginjal.

3. Meningkatkan kadar zat besi dan albumin dalam darah mencapai nilai

normal.

b. Memberikan edukasi dan motivasi untuk :

1. Meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien pada diet yang

dianjurkan.

2. Meningkatkan asupan makan pasien.

3. Memperbaiki kebiasaan yang salah tentang makanan.

c. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain dalam memantau kondisi

pasien

2. Perencanaan

1. Terapi Diet

Jenis diet : Diet Cair RP 3 x 200 cc + 3 sct

Syarat diet :

1. Energi 35 kkal/kg BBI untuk meningkatkan status gizi pasien

2. Protein diberikan 1 g/kg BBI/hr karena meski telah menjalankan

hemodialisa namun tidak adekuat

3. Lemak 25% sebagai cadangan energi dalam tubuh.

4. Karbohidrat merupakan sisa dari total energi dikurangi energi dari

lemak dan energi dari protein diberikan untuk mencegah pemecahan

protein sebagai energi

5. Na 2000 mg/hr untuk mengatasi kondisi hipertensi

6. Ca 2000 mg/hr untuk mengganti asupan fosfor

7. K 2000 mg/hr untuk mencegah peningkatan kadar kalium dalam

serum

8. P 800 mg/hr untuk mencegah keadaan hiperfosfatemia

9. Cairan 1350 mL/hr untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh

10

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

Energi = 35 kkal × BBI

= 35 kkal × 49

= 1715 kkal

Protein = 1 g/ kg BBI

= 1 g × 49

= 49 gram (11%)

Lemak = 25% × Energi total

= 25% × 1715

= 428,75 kkal

= 47,64 gram

Karbohidrat = 1715 − 49 × 4 + 428,75

= 1715 − 196 + 428,75

= 1715 − 624,75

= 1090,25 kkal

= 272,56 gram (64%)

Cairan = 1000 + Jumlah Urine

= 1000 + 350 mL

= 1350 mL

Na = 2000mg

Ca = 2000mg

K = 2000mg

P = 800mg

11

2. Terapi Edukasi

Diberikan terapi edukasi tentang

1. Diet Rendah Protein

2. Diet Rendah Garam

3. Implementasi

Untuk pemeriksaan fisik, klinis dan laboratorium terkait dengan

perkembangan pasien perlu dilakukan kolaborasi dengan tenaga medis yang

lain seperti dokter, perawat, dan farmasi.

Malang, 21 Juni 2013

Menyetujui,

Instruktur Klinik

Lilik Supriyani, SST

NIP. 19681201 199203 2 006

12

BAB IV

HASIL MONITORING EVALUASI

Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 28 tahun Register : 1312078

Tgl Antropometri Biokimia

Klinik (Fisik & Klinik) Diet Edukasi Identifikasi

Masalah Baru

Rencana Tindak

Lanjut Hasil Normal

23/4 LLA

= 23.5 cm

%LLA

=84,8%

(Status Gizi

Kurang)

TL = 41 cm

Hb 5,6 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah

- GCS : 456

- T : 200/100 mmHg

- N : 80x/menit

- RR : 20x/menit

- S : 36C

- Sesak (+)

Diet Cair Rp

3 × 200 cc + 3

sct

Hasil recall

E : 1203 kkal

(70%)

P : 24g (49%)

L : 55g (115%)

KH : 161g (59%)

- Motivasi

makan

pasien

Nafsu makan

pasien yang masih

sedikit

Motivasi makan

pasien Eri 1,96 () 4,0 – 5,0

Leu 17,04 () 4,7 – 11,3

Hema 17,40 () 38 – 42

RDW 17,40 () 11,5 – 14,5

Bili tot 1,08 () < 1,0

Bili direk 0,40 () < 0,25

Ur 169,40 () 16,6 – 48,5

Cr 6,04 () < 1,2

24/4 Hb 4,5 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah

- GCS : 456

- T : 190/90 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 32x/menit

- S : 36C

- Sesak (+)

Diet Cair Rp

3 × 200 cc + 3

sct

Hasil recall

E : 1203 kkal

(70%)

P : 24g (49%)

L : 55g (115%)

KH : 161g (59%)

- Motivasi

makan

pasien

Nafsu makan

pasien yang masih

sedikit

Motivasi makan

pasien Eri 1,59 () 4,0 – 5,0

Leu 11,78 () 4,7 – 11,3

Hema 14,80 () 38 – 42

MCV 93,10 () 80 – 93

MCHC 30,40 () 32 – 36

RDW 19 () 11,5 – 14,5

pH 8,5 () 4,5 – 8,0

P urin 3+ () Negatif

13

Tgl Antropometri Biokimia

Klinik (Fisik & Klinik) Diet Edukasi Identifikasi

Masalah Baru

Rencana Tindak

Lanjut Hasil Normal

25/4 Hb 4,6 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah

- GCS : 456

- T : 180/90 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 20x/menit

- S :36C

- Sesak (+)

Diet Cair Rp

3 × 200 cc + 3

sct

Hasil recall

E : 1203 kkal

(70%)

P : 24g (49%)

L : 55g (115%)

KH : 161g (59%)

- Motivasi

makan

pasien

Keadaan pasien

sudah membaik,

diberikan

alternatif diet

makanan saring

Penggantian diet Cair

Rp menjadi MS 1 +

Cair Rp Eri 1,59 () 4,0 – 5,0

Leu 11,89 () 4,7 – 11,3

Hema 15 () 38 – 42

MCV 94,30 () 80 – 93

MCHC 30,70 () 32 – 36

RDW 20,60 () 11,5 – 14,5

P-LRC 0,20 15 – 25

26/4 Hb 6 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah

- GCS : 456

- T : 130/80 mmHg

- N : 84x/menit

- RR : 29x/menit

- S : 36C

- Sesak (+)

Diet MS 1 + Cair

Rp

Hasil recall

E : 1203 kkal

(70%)

P : 21g (43%)

L : 47g (99%)

KH: 186g (68%)

- Diet RP

- Pentingnya

kepatuhan

diet

- Motivasi

pasien

- Nafsu makan

pasien yang

masih sedikit

- Adanya sesak

nafas yang

memberat

- Motivasi diet pasien

- Mengganti diet MS

I + Cair Rp menjadi

Cair Rp sementara

waktu

Eri 2,08 () 4,0 – 5,0

Leu 11,66 () 4,7 – 11,3

Hema 18,80 () 38 – 42

MCHC 31,90 () 32 – 36

RDW 19,70 () 11,5 – 14,5

P-LRC 30,3 () 15 – 25

Ur 133,80 () 16,6 – 48,5

Cr 5,15 () < 1,2

27/4 LLA

= 23.5 cm

%LLA

=84,8%

(Status Gizi

Kurang)

Hb 8,30 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah

- GCS : 456

- TD : 140/100 mmHg

- N : 104x/menit

- RR : 28x/menit

Diet RP (L)

Hasil recall

E : 946,7 kkal

(55%)

P : 31,5g

L : 35 g

- Diet RG

- Motivasi

pasien

Nafsu makan

pasien yang masih

sedikit

- Memotivasi pasien

- Mengganti diet Cair

Rp menjadi Rp (L)

Eri 2,80 () 4,0 – 5,0

Leu 12,52 () 4,7 – 11,3

Hema 24,80 () 38 – 42

Trom 133 () 142 – 424

RDW 18,30 () 11,5 – 14,5

14

Tgl Antropometri Biokimia

Klinik (Fisik & Klinik) Diet Edukasi Identifikasi

Masalah Baru

Rencana Tindak

Lanjut Hasil Normal

TL = 41 cm PDW 15 () 9 – 13 - S : 36C

- Sesak (+)

KH: 133 g

MPV 11,7 () 7,2 – 11,1

P-LRC 35,3 () 15 – 25

Malang, 21 Juni 2013

Menyetujui,

Instruktur Klinik

Lilik Supriyani, SST

NIP. 19681201 199203 2 006

15

BAB V

PEMBAHASAN

A. Hasil Monitoring Skrining Gizi

1. Perkembangan Pengukuran Antropometri

Pada awal pelaksanaan studi kasus, 23 April 2013, dilakukan

pengukuran antropometri yaitu pengukuran LILA dan tinggi lutut. Dari

pengukuran tersebut didapat hasil LILA 23,5 cm dan tinggi lutut 41 cm

yang digunakan sebagai perkiraan tinggi badan dan BBI yaitu 153 cm dan

49 kg. Berdasarkan hasil pengukuan tersebut, status gizi pasien termasuk

dalam Status Gizi Kurang. Selama pengamatan dalam waktu 5 hari

dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi lutut pada awal dan akhir

intervensi dengan hasil yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Antropometri

Hasil Pengukuran Antropometri

23 April 2013 27 April 2013

LILA = 23,5 cm

TL = 41 cm

%LILA = 84,8% (St Gizi Kurang)

LILA = 23,5 cm

TL = 41 cm

%LILA = 84,8% (St Gizi Kurang)

Dari hasil pengukuran antropometri diketahui bahwa selama

pengamatan 5 hari tidak ada peningkatan pada berat badan dan status gizi

pasien. Hal ini disebabkan karena asupan makan pasien belum optimal.

Selain itu, menurut Supariasa (2001) metode antropometri kurang sensitif

karena tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.

16

2. Perkembangan Pemeriksaan Biokimia/Laboratorium

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Data Lab Nilai Normal Nilai Laboratorium

22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 11,4 – 15,1 3 () 5,6 () 4,5 () 4,6 () 6 () 8,30 ()

Eritrosit (106/L) 4,0 – 5,0 1,06 () 1,96 () 1,59 () 1,59 () 2,08 () 2,80 ()

Leukosit (103/L) 4,7 – 11,3 9,67 17,04 () 11,78 () 11,89 () 11,66 () 12,52 ()

Hematokrit (%) 38 – 42 10,2 () 17,40 () 14,80 () 15 () 18,80 () 24,80 ()

Trombosit (103/L) 142 – 424 314 262 198 192 189 133 ()

MCV (fl) 80 – 93 96,20 () 88,8 93,10 () 94,30 () 90,40 88,60

MCH (pg) 27 – 31 28,30 28,6 28,30 28,9 28,80 29,60

MCHC (g/dL) 32 – 36 29,40 () 32,20 30,40 () 30,70 () 31,90 () 33,50

RDW (%) 11,5 – 14,5 19,60 () 17,40 () 19 () 20,60 () 19,70 () 18,30 ()

PDW (fl) 9 – 13 9,6 10,2 10,5 10,4 12,3 15 ()

MPV (fl) 7,2 – 11,1 10,0 9,4 10,1 10,3 11,0 11,7 ()

P-LRC (%) 15 – 25 23,1 21 23,9 25,3 () 30,3 () 35,3 ()

PCT (%) 0,150 – 0,400 0,31 0,25 0,20 0,20 0,21 0,16

LED (mm/jam) 31 22 23

Faal Hati

SGOT (/L) 0 – 32 13

SGPT (/L) 0 – 33 7

Albumin (g/dL) 3,5 – 5,5 2,84

Bilirubin total (mg/dL) < 1,0 1,08 ()

17

Data Lab Nilai Normal Nilai Laboratorium

22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013

Bilirubin direk (mg/dL) < 0,25 0,40 ()

Bilirubin indirek (mg/dL) < 0,75 0,68

Metabolisme Karbohidrat

GDS (mg/dL) < 200 111 65 81

Faal Ginjal

Ureum (mg/dL) 16,6 – 48,5 388,20 () 169,40 () 133,80 ()

Creatinin (mg/dL) < 1,2 13,83 () 6,04 () 5,15 ()

Elektrolit Serum

Natrium (mmol/L) 136 – 145 133 () 136 139

Kalium (mmol/L) 3,5 – 5,0 7,45 () 4,32 4,34

Klorida (mmol/L) 98 – 106 102 103 101

Analisa Gas Darah

pH 7,35 – 7,45 7,34 ()

pCO2 (mmHg) 35 – 45 25,2 ()

pO2 (mmHg) 80 – 100 252,6 ()

HCO3 (mmol/L) 21 – 28 16,2 ()

BE (-3) – (+3) -12,7 ()

Saturasi O2 (%) > 95 99,6

Urinalisis

Kekeruhan Agak keruh

Warna Kuning

18

Data Lab Nilai Normal Nilai Laboratorium

22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013

pH 4,5 – 8,0 8,5 ()

Berat jenis 1,010 – 1,015 1,010

Glukosa Negatif Negatif

Protein Negatif 3+ ()

Keton Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Uribilinogen Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Leukosit Negatif 2+ ()

Darah Negatif 3+ ()

19

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang disajikan pada Tabel 2

dapat diketahui bahwa kondisi pasien semakin hari semakin membaik

meskipun belum maksimal. Hal ini tampak dari hasil pemeriksaan hematologi

yaitu hemoglobin, eritrosit, dan leukosit. Hemoglobin pasien mengalami

peningkatan dari hari awal pengamatan samapi dengan hari terakhir. Akan

tetapi peningkatan tersebut belum mencapai nilai normal. Demikian juga

leukosit pasien, meskipun di hari terakhir pengamatan masih menunjukkan

hasil yang diatas normal, namun telah mengalami penurunan mendekati nilai

normal. Eritrosit pasien yang awalnya jauh di bawah nilai normal juga

mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena pasien mendapatkan

tranfusi darah mulai tanggal 22 – 25 April 2013 sebagai penanggulangan

anemia. Pada pasien dengan gagal ginjal, kejadian anemia sering ditemukan

disebabkan karena ketidakmampuan ginjal menghasilkan hormon

eritropoietin yang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah.

Selain gangguan anemia, penderita gagal ginjal juga sering

mengalami hipoalbumin. Dari hasil laboratorium diketahui bahwa kadar

albumin dalam darah pasien masih dibawah nilai normal. Ureum dan

kreatinin merupakan hasil akhir dari pemecahan protein. Dari Tabel 2

diketahui bahwa meskipun kadar ureum dan kreatinin pasien telah mengalami

penurunan, akan tetapi masih diatas kadar ambang batas. Hal ini disebabkan

karena belum maksimalnya asupan makan pasien sehingga pemecahan energi

dari protein diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Pemecahan protein

ini memicu kadar ureum dan kreatinin dalam darah menjadi tinggi.

3. Perkembangan pemeriksaan Fisik/Klinis

Dari data pemeriksaan fisik klinis yang disajikan pada Tabel 3 dapat

diketahui bahwa keadaan pasien mengalami perbaikan sejak hari pengamatan

sudah membaik. Pengukuran suhu badan, dan nadi pasien selama lima hari

termasuk normal dan stabil. Tekanan darah masih tergolong tinggi meskipun

sudah berangsur-angsur mendekati normal. Sesak masih ditemukan hingga

hari terakhir pengamatan. Sesak tersebut secara tidak langsung sudah

mengganggu asupan makan pasien.

20

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis

Tanggal

22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013

KU : lemah

GCS : 456

TD : 180/100 mmHg

N : 98x/menit

RR : 24x/menit

S : 36C

Anemis (+)

Sesak (+)

KU : lemah

GCS : 456

TD : 200/100 mmHg

N : 80x/menit

RR : 20x/menit

S : 36C

Sesak (+)

KU : lemah

GCS : 456

TD : 190/90 mmHg

N : 88x/menit

RR : 32x/menit

S : 36C

Sesak (+)

KU : lemah

GCS : 456

TD : 180/90 mmHg

N : 88x/menit

RR : 20x/menit

S :36C

Sesak (+)

KU : lemah

GCS : 456

TD : 130/80 mmHg

N : 84x/menit

RR : 29x/menit

S : 36C

Sesak (+)

KU : lemah

GCS : 456

TD : 140/100 mmHg

N : 104x/menit

RR : 28x/menit

S : 36C

Sesak (+)

21

4. Konsumsi Energi dan Zat Gizi

Asupan makan pasien adalah konsumsi energi dan zat gizi (protein,

lemak, kerbohidrat) yang didapat selama pasien berada di rumah sakit.

Perencanaan asupan makan pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

disusun berdasarkan siklus menu yang berlaku di rumah sakit. Sebelum

diadakan implementasi dilakukan recall sehingga diketahui tingkat konsumsi

energi 1203 kkal (70%), protein 24 g (49%), lemak 55 g (115%), dan

karbohidrat 161 g (59%). Tingkat konsumsi energi, protein, dan karbohidrat

masih tergolong kurang. Pada saat implementasi, diberikan suatu motivasi

dengan menyarankan pasien agar menghabiskan makanannya dalam porsi

kecil namun sering sehingga tingkat konsumsinya naik. Hasil pengamatan

asupan makan pasien disajikan pada diagram-diagram berikut ini.

a. Tingkat Konsumsi Energi

Gambar 1. Grafik Konsumsi Energi Pasien Selama Tujuh Hari

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi

semakin hari semakin mengalami penurunan. Pada hari pertama

hingga keempat, konsumsi energi pasien konstan dan masih dibawah

standar kebutuhan. Hal ini disebabkan karena pada hari 1 – 3 pasien

mendapat diet cair sehingga lebih mudah dikonsumsi. Untuk hari ke

empat, pasien mendapat diet makanan saring dan diet cair. Walaupun

makanan saring pasien tidak dihabiskan namun pasien menghabiskan

diet cairnya yang berupa susu. Sedangkan pada hari ke lima diet sudah

mulai diganti makanan lunak. Walaupun kondisi dan nafsu makan

23 24 25 26 27

Kebutuhan Energi 1715 1715 1715 1715 1715

Intake Energi 1203 1203 1203 1203 946,7

0200400600800

100012001400160018002000

kk

al

22

pasien sudah mulai membaik, namun asupannya belum maksimal

disebabkan kondisi pasien yang masih lemah dan sesak. Pasien sudah

patuh diet dengan hanya mengkonsumsi makanan dari rumah sakit.

b. Tingkat Konsumsi Karbohidrat

Gambar 2. Grafik Konsumsi Karbohidrat Pasien Selama Tujuh Hari

Intake karbohidrat selama tujuh hari pengamatan diketahui

tetap. Hal ini terjadi karena adanya perubahan diet dari cair menjadi

makanan saring dan makanan lunak. Kondisi pasien yang masih lemas

dan ada sesak membuat asupannya belum maksimal.

c. Tingkat Konsumsi Protein

Gambar 3. Grafik Konsumsi Protein Pasien Selama Tujuh Hari

Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan

konsumsi protein. Pada hari keempat, konsumsi protein mengalami

1 2 3 4 5

Kebutuhan Karbohidrat

272,56 272,56 272,56 272,56 272,56

Intake Karbohidrat 161 161 161 186 133

0

50

100

150

200

250

300k

kal

1 2 3 4 5

Kebutuhan Protein 49 49 49 49 49

Intake Protein 24 24 24 21 31,5

0

10

20

30

40

50

60

kk

al

23

penurunan sedikit dari tiga hari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena

pasien tidak mau mengkonsumsi lauk dari rumah sakit. Walaupun

asupan protein pasien sudah mengalami peningkatan, namun masih

dalam kategori kurang karena kurang dari 90%.

d. Tingkat Konsumsi Lemak

Gambar 4. Grafik Konsumsi Lemak Pasien Selama Tujuh Hari

Asupan lemak pada hari pertama hingga ketiga melebihi dari

kebutuhan pasien, yaitu 115%, sedangkan asupan lemak pada hari

keempat sudah sesuai dengan kebutuhan pasien. asupan lemak pada

hari pertama hingga ketiga tinggi disebabkan karena diet cair yang

diberikan mengandung tinggi lemak. Pada hari kelima asupan lemak

pasien mengalami penurunan drastis disebabkan adanya perubahan

diet menjadi makanan lunak. Perubahan diet ini memerlukan

penyesuaian ulang dengan kondisi pasien dikarenakan kondisinya

masih lemas dan sesak sehingga belum mampu makan banyak.

Minyak dan lemak berperan sangat penting bagi tubuh kita.

Lemak merupakan sumber cadangan energi yang kalorinya sangat

tinggi. Selain itu, lemak merupakan zat pelarut bagi beberapa vitamin,

antara lain vitamin A, D, E, dan K. Oleh karena itu mengkonsumsi

bahan makanan yang mengandung lemak menjamin penyediaan

vitamin, vitamin tersebut untuk keperluan tubuh (Suhardjo, 2006).

Asupan lemak bagi penderita gagal ginjal kronik digunakan

sebagai cadangan energi sehingga dapat mencegah pemecahan protein

1 2 3 4 5

Kebutuhan Lemak 47,64 47,64 47,64 47,64 47,64

Intake Lemak 55 55 55 47 35

0

10

20

30

40

50

60

kk

al

24

jaringan. Akan tetapi, jumlah yang dikonsumsi seharusnya dibatasi

agar tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan karena makanan yang

mengandung lemak tinggi akan meningkatkan rasa mual dan muntah

yang biasanya muncul pada pasien gagal ginjal kronik sehingga

menurunkan nafsu makan (Sunita, 2007).

B. Hasil Motivasi Diet Melalui Konsultasi Gizi

Pelaksanaan konsultasi dilakukan selama tiga hari yaitu tanggal 16-18 Mei

2012. Hasil konsultasi antara lain :

1. Permasalahan : a. Pasien suka mengkonsumsi makanan bersantan

dan olahan daging kambing

b. Pasien tidak pernah menghabiskan makanan yang

diberikan

c. Pasien belum mengetahui tentang bahan makanan

yang seharusnya dihindari dan sebaiknya

dikonsumsi oleh gagal ginjal kronik dan

hipertensi

d. Pasien belum memahami pentingnya diet Rendah

Protein untuk memperingan kerja ginjal

e. Pasien belum memahami penggunaan daftar

bahan makanan penukar

2. Tujuan : Agar pasien dan keluarga :

a. Memperbaiki pola dan kebiasaan makannya

b. Memiliki motivasi kuat untuk menjalankan diet

yang dianjurkan

c. Mengerti tentang makanan yang boleh dan tidak

boleh dikonsumsi untuk penderita gagal ginjal

kronik dan hipertensi

d. Mengerti pentingnya Diet Rendah Protein bagi

perbaikan fungsi ginjalnya

e. Memahami cara menggunakan Daftar Bahan

Makanan Penukar

25

3. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien

4. Waktu : 15 menit

5. Tempat : Instalasi Rawat Inap Ruang 26 IPD

6. Metode : Penyuluhan individu dan tanya jawab

7. Media/alat bantu : Leaflet

8. Materi : a. Pola dan kebiasaan makan yang baik.

b. Diet Rendah Protein

c. Bahan makanan yang dilarang dan diajurkan bagi

penderita gagal ginjal kronik

d. Bahan makanan yang dianjurkan dan dilarang

bagi penderita hipertensi

e. Daftar bahan makanan penukar

9. Faktor pendukung : Tahap pencairan suasana berlangsung dengan lancar,

pasien memberi tanggapan positif setiap penyuluhan

berlangsung.

10. Faktor penghambat : Tingkat pemahaman pasien yang awam, sehingga

membutuhkan penjelasan lebih untuk mencapai

pemahaman yang sesuai.

11. Hasil penyuluhan : Setelah dilakukan penyuluhan gizi dan pentingnya

terapi diet yang diberikan, pasien bisa memahami

dengan meningkatkan konsumsi makannya. Akan

tetapi kondisi pasien yang masih lemah

menyebabkan konsumsi makanannya kurang

maksimal.

26

C. Evaluasi Asuhan Gizi

1. Indikator Keberhasilan Asuhan Gizi

Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 hari, dapat diketahui

bahwa dari antropometri tidak didapatkan peningkatan. Sedangkan dari

fisik klinis cenderung tetap meskipun ada peningkatan. Dari diet yang

diberikan diketahui bahwa pasien telah mematuhi diet yang diberikan,

meskipun asupan makan belum ada peningkatan yang maksimal. Selain

itu, pasien mulai membuka diri dan mau menerima edukasi gizi yang

diberikan.

2. Rencana Tindak Lanjut

Memberi motivasi kepada pasien untuk terus menjalankan diet

dari rumah sakit, memantau asupan makan pasien, dan memberi

pengertian ulang tentang bahan makanan penukar.

27

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pasien masuk rumah sakit dengan diagnosa CKD st V + HT st II + Anemia +

Hiperkalemia.

2. Tidak ada perubahan antrpometri selama pengamatan, pasien termasuk status

gizi kurang.

3. Perkembangan fisik klinis pada awal studi kasus hingga akhir studi kasus

cenderung tetap.

4. Kebutuhan energi dan zat gizi untuk pasien adalah :

Energi = 1715 kkal

Protein = 49 g

Lemak = 47,6 g

Karbohidrat = 272,6 g

5. Rata-rata tingkat konsumsi selama 5 hari adalah :

Energi = 67%

Protein = 51%

Lemak =104%

Karbohidrat = 59%

6. Makanan yang diberikan kepada pasien adalah dalam bentuk makanan cair,

saring, dan lunak karena kemampuan pasien dalam mencerna masih terbatas.

7. Selama pemantauan mulai dari hari pertama sampai kelima, pasien telah

patuh diet dan nafsu makan pasien sudah mulai membaik.

B. SARAN

1. Selalu mengingatkan dan memotivasi pasien agar mematuhi diet dan

memperbaiki pola makan.

2. Memotivasi pasien agar menghabiskan makanan dari rumah sakit dengan

menyarankan makan dalam porsi kecil namun sering.

3. Memberi edukasi untuk memilih bahan makanan terkait penyakit gagal ginjal

dan hipertensi pasien.

4. Memberi edukasi keluarga agar mampu mendukung kepatuhan diet pasien di

rumah

28

DAFTAR PUSTAKA

IDN Supariasa, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:

EGC.

Rosnelly, dkk. 2008. Buku Pedoman Praktis Diagnosa Gizi Dalam Proses Asuhan

Gizi Terstandar. Malang: Instalasi Gizi Rumah Sakit dr. Saiful Anwar.

Sunita Almatsier. 2007. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suyatno, Ir. MKes. -. Lemak. Universitas Diponegoro Semarang : Fakultas

Kesehatan Masyarakat Bagian Gizi.

Tim AGK Jurusan Gizi. 2012. Pedoman Praktek Kerja Lapangan Asuhan Gizi

Klinik. Malang: Jurusan Gizi Politeknik Kemenkes Malang.

29

LAMPIRAN

30

Lampiran 1. Hasil Recall Makan Pasien

31

Lampiran 2. Pengamatan Makan Hari I

32

Lampiran 3. Pengamatan Makan Hari II

33

Lampiran 4. Pengamatan Makan Hari III

34

Lampiran 5. Pengamatan Makan Hari IV

35

Lampiran 6. Pengamatan Makan Hari V