laporan studi kasus rotasi klinik
TRANSCRIPT
LAPORAN STUDI KASUS ROTASI KLINIK
PENATALAKSANAAN DIET PADA
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK ST V + HIPERTENSI ST II +
ANEMIA + HIPERKALEMIA
DI RUANG 26 IPD RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh :
Puti Mustika Swandyani – 1203400007
Mahasiswa D-IV Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
2013
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN STUDI KASUS ROTASI KLINIK
PENATALAKSANAAN DIET PADA
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK ST V + HIPERTENSI ST II +
ANEMIA + HIPERKALEMIA
DI RUANG 26 IPD RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Telah disetujui pada tanggal 21 Juni 2013
Clinical Instructor, Supervisor
Lilik Supriyani, SST S. Rum Teguh K., SKM, M. Kes.
NIP. 19681201 199203 2 006 NIP. 19651205 198903 002
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya Laporan Studi Kasus Rotasi Klinik yang berjudul
Pentatalaksanaan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronik St V + Hipertensi St II +
Anemia + Hiperkalemia di Ruang 26 IPD RSUD dr. Saiful Anwar Malang telah
dapat penulis selesaikan tepat waktu.
Dalam penyelesaian Laporan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. B. Doddy Riyadi, SKM, M.M selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
2. I Dewa Nyoman Supariasa, MPS selaku ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ibnu Fajar, SKM., M.Kes. selaku ketua Program Studi D IV Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Ruliana, SST selaku kepala Instalasi Gizi RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
5. S. Rum Teguh K., SKM, M. Kes. selaku supervisor dari Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
6. Lilik Supriyani, SST selaku Instruktur Klinik dalam pelaksanaan studi kasus
mendalam.
7. Seluruh staf dan pegawai di RSUD dr Saiful Anwar Malang.
8. Seluruh rekan mahasiswa DIV Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
angkatan 2013.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini
Penulis sadar Proposal Penelitian ini masih banyak kekurangannya,
sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga
Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Malang, Juni 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ................................................................................................. ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................. iv
Daftar Lampiran ...................................................................................................... v
Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
Bab II Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 3
A. Gambaran Umum Penyakit ................................................................ 3
B. Penatalaksanaan diet .......................................................................... 4
Bab III Perencanaan dan Implementasi Asuhan Gizi ............................................ 6
A. Rencana Asuhan Gizi ......................................................................... 6
B. Implementasi Asuhan Gizi ................................................................. 9
Bab IV Hasil Monitoring Evaluasi ...................................................................... 12
Bab V Pembahasan............................................................................................. 15
A. Hasil Monitoring Skrining Gizi ....................................................... 15
B. Hasil Motivasi Diet Melalui Konsultasi Gizi .................................. 24
C. Evaluasi Asuhan Gizi ....................................................................... 26
Bab VI Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 27
A. Kesimpulan ...................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................ 27
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Recall Makan Pasien .......................................................... 30
Lampiran 2. Pengamatan Makan Hari I ........................................................... 31
Lampiran 3. Pengamatan Makan Hari II .......................................................... 32
Lampiran 4. Pengamatan Makan Hari III ........................................................ 33
Lampiran 5. Pengamatan Makan Hari IV ........................................................ 34
Lampiran 6. Pengamatan Makan Hari V ......................................................... 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal adalah organ vital yang berfungsi untuk memelihara keseimbangan
cairan, elektrolit, dan bahan-bahan organik dalam tubuh (Sunita, A., 2007). Akan
tetapi, saat ini proses biologis yang melibatkan radikal bebas telah menunjukkan
suatu dampak yang luas. Keikutsertaan radikal bebas dalam proses biologis telah
menimbulkan kerusakan yang lebih besar pada tubuh dan menjadi suatu fenomena
baru yang terjadi pada berbagai penyakit kronis antara lain diabetes mellitus,
kanker, dan gagal ginjal kronis (Jasmina Mimic-Oka, dkk., 2001).
Gagal ginjal kronis terjadi saat kondisi tingkat filtrasi glomerulus kurang
dari 60 ml per menit per 1,73 m2 yang berlangsung selama lebih dari atau sama
dengan tiga bulan dengan atau tanpa adanya kerusakan ginjal yang nyata. Survey
populasi di Australia menunjukkan bahwa satu dari tiga orang dewasa beresiko
menderita gagal ginjal kronis. Sedangkan, satu dari tujuh orang telah memiliki
tanda-tanda positif menderita gagal ginjal kronis. Tanda dari gagal ginjal kronis
mungkin tidak akan terlihat sampai fungsi ginjal sudah rusak berat dan tidak dapat
diperbaiki (Steve Chadban, dkk., 2007).
Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Amerika Serikat meningkat
sebesar 20-25% setiap tahun (USRDS, 2008). Sedangkan di Kanada insiden
penyakit gagal ginjal tahap akhir meningkat rata-rata 6,5% setiap tahun (Canadian
Institute for Health Information (CIHI),2005), dengan peningkatan prevalensi
69,7% sejak tahun 1997 (CIHI, 2008). WHO memperkirakan di Indonesia akan
terjadi peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun 1995-2025 sebesar
41,4%.
Saat ini ada dua terapi yang dapat dilakukan dalam penanganan gagal
ginjal kronik, yaitu terapi medis dan terapi diet. Salah satu terapi diet yang biasa
diberikan bagi pasien gagal ginjal kronik adalah melalui pengaturan pemberian
makan. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi diperlukan karena adanya
pembatasan atau retensi cairan dan mencegah pemecahan protein menjadi energi.
Cano (2006) menyebutkan bahwa syarat untuk diet gagal ginjal adalah rendah
2
protein, yaitu 0,6 – 0,8 gr/kg BBI. Asupan protein diutamakan dari bahan
makanan yang mengandung asam amino ketogenik (lysine dan leusine) dan
BCAA (lysine, isoleusin, dan valin). Ria, B. (2004) menjelaskan bahwa
penambahan asam amino ketogenik dapat mempertahankan keseimbangan asam
basa nitrogen sehingga terjadi perbaikan asidosis metabolik pada gagal ginjal
kronik.
Berdasarkan fakta-fakta yang telah disajikan dalam latar belakang
diperlukan suatu pengaturan diet bagi penderita gagal ginjal kronik agar sisa hasil
metabolismenya tidak memperberat kerja ginjal.
B. Tujuan
Memberikan pentatalaksanaan diet bagi penderita gagal ginjal kronik agar
tidak memperberat kerja ginjal dan meminimalisir komplikasi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Penyakit
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan yang tidak akan bisa kembali
sembuh/ baik. Satu hal yang bisa dilakukan saraf diketahui menderita gagal ginjal
kronik adalah memperlambat perkembangan gagal ginjal kronik menjadi gagal
ginjal terminal. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhambat laju penurunan
fungsi ginjal, mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan pengelolaan berbagai
masalah yang bisa dirasakan penderita gagal ginjal kronik. Dalam
penanganannya, sesuai dengan kondisi yang diderita, dokter akan berusaha
mengontrol tekanan darah sebagai penyebab atau akibat dari penyakit gagal ginjal
kronik juga akan diatur konsumsi garam natrium, fosfor, protein serta mengatur
kadar lemak darah agar tidak menimbulkan akibat yang lebih serius (komplikasi).
Penderita harus berkonsultasi dengan ahli gizi dan berusaha mematuhi (Eric
Tapan, 2000).
Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal
progressif. Pada keadaan ini kliren kreatinin < 5 ml/menit. Penderita gagal ginjal
terminal umumnya memerlukan terapi pengganti. Hemodialisis (HD) merupakan
salah satu terapi pengganti untuk penderita gagal ginjal terminal, agar dapat
mempertahankan hidupnya.
Proteinuria juga bisa ditemukan pada penyakit-penyakit yang ada
hubungannya dengan jantung dan pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah
bisa mengakibatkan gagal jantung atau stroke sama seperti gagal ginjal (Sudoyo
dkk, 2006).
Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium.
Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalaemia dapat mengakibatkan aritma
jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat-obat yang mengandung
kalium dan makanan yang tinggi kalium (seperti buah dan sayuran) harus dibatasi.
Kadar kalium darah dianjurkan 3,5 – 5,5 Meq/Lf, pembatasan natrium
dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan oedem.
4
Secara kualitatif kebutuhan protein dapat diberikan 1 – 1,2 g/kgBB/hri,
namun dalam pemberian ini konsumsi bahan makanan 50%nya harus bernilai biologi
tinggi, seperti : telur, ayam, daging, susu, kerang, dan lain-lain dalam jumlah yang
sesuai anjuran (Rahardjo, 2000).
B. Penatalaksanaan Diet
Terapi gizi pada gagal ginjal kronik diberikan dengan diet rendah protein.
Diet rendah protein, dianggap akan mengurangi akumulasi hasil akhir
metabolisme protein, yakni ureum dan toksin uremik yang lain. Selain itu telah
dibuktikan pula bahwa diet tinggi protein akan mempercepat timbulnya
glomerulosklerosis sebagai akibat meningkatnya beban kerja glomerulus
(hiperfiltrasi glomerulus).
Giordano dan Giovanetti dalam Sidabutar (1994) membuktikan bahwa diet
yang hanya mengandung 20 g protein dapat menurunkan kadar urea nitrogen
darah (BUN), mempertahankan keseimbangan nitrogen, bahkan menyebabkan
keseimbangan nitrogen berubah dari negatif menjadi positif. Kebutuhan kalori
harus dipenuhi guna mencegah terjadinya pembakaran protein tubuh, dan
merangsang pengeluaran insulin. Kalori diberikan sekitar 35 Kal/kg BB,
dikurangi bila terdapat diabetes melitus dan obesitas.
Berikut ini adalah prinsip diet pada gagal ginjal kronik menurut Andry, H.
(2012) :
Asupan kalori harus ditentukan pada tingkat yang bisa mencegah pemecahan
lean tissue (protein) untuk memenuhi kebutuhan energi. Jika energi dari
makanan yang dikonsumsi tidak cukup, tubuh cenderung akan menggunakan
simpanan protein dalam otot untuk menghasilkan energi
Asupan kalori dianjurkan sebesar 30 – 35 kkal/kg BB/hari
Pembatasan protein dilakukan berdasarkan berat badan, derajat infusiensi
renal, dan tipe dialisis yang akan dijalani.
Kenaikan kadar serum magnesium, kalium, dan fosfor umumnya terjadi,
bahan makanan yang kaya akan elektrolit tersebut perlu dihindari, seperti
pisang, kacang hijau, air kelapa muda karena semua makanan ini banyak
mengandung kalium.
5
Pembatasan garam sampai 3 g garam per hari
Asupan fosfor dari makanan akan menurun dengan diet rendah protein
sehingga cukup efektif untuk mengendalikan keadaan hiperfosfatemia.
Pemberian suplemen kalsium karbonat dapat dilakukan dokter bila dirasakan
perlu untuk membantu mengurangi asupan fosfor namun menambah asupan
kalsium
Suplemen vitamin D3, Asam folat dan B6 (untuk pembentukan sel darah
merah dapat diresepkan oleh dokter. Pemberian vitamin A tidak dianjurkan
karena pada penyakit ginjal stadium terminal karena toksisitas yang
dilaporkan. Sementara itu, suplemen vitamin C tidak boleh lebih dari 100 mg
karena meskipun penting untuk penyerapan zat besi (mencegah anemia),
pembentukan kolagen dan antibodi, vitamin C juga akan meningkatkan
pembentukan oksalat.
Pada gagal ginjal kronis metabolisme asam amino terganggu secara
signifikan. Selain itu gagal ginjal juga menyebabkan keadaan asidosis yang
mengakibatkan degradasi protein didalam otot bertambah. Gangguan
metabolisme asam amino pada gagal ginjal merupakan salah satu penyebab mal
nutrisi protein. Untuk menghasilkan sintesa memadai dibutuhkan asam amino
baik essential maupun non essential (Ria B., 2004). Asam amino esensial harus
ditambahkan guna mencegah pemecahan protein tubuh (wasting). Analog keto
asam amino tanpa nitrogen dapat dipakai sebagai tambahan. Ini akan mengurangi
pembentukan hasil metabolisme yang mengandung nitrogen (Sidabutar, 1994).
6
BAB III
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI
A. Rencana Asuhan Gizi
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 28 tahun Register : 1312078
Assessment Diagnosa Gizi
Intervensi Monev Problem Etiologi Symtom
Antopometri.....(A)
U = 28 tahun
LLA = 23,5 cm
%LLA =LLA Aktual
LLA Persentil 50%× 100%
=23,5
27,7× 100%
= 84,8% (Status Gizi Kurang)
NC-3.1
Berat badan kurang
Asupan yang
kurang dalam
jangka waktu yang
lama terkait
penyakit (GGK)
Status gizi kurang
(%LLA=84,8%)
Modifikasi diet Status gizi
Biokimia.....(B)
Hemoglobin 3 g/dL () (11,4 – 15,1)
Eritrosit 1,06 106/L () (4,0 – 5,0)
Hematokrit 10,2 % () (38 – 42)
MCV 96,20 fl () (80 – 93)
MCHC 29,40 g/dL () (32 – 36)
RDW 19,60 % () (11,5 – 14,5)
NC-2.2
Perubahan nilai
laboratrium terkait
zat gizi
Kegagalan fungsi
ginjal
Nilai Laboratorium
:
Hemoglobin ()
Albumin ()
Ureum ()
Creatinin ()
Kolaborasi dengan tim
medis lain
Hemoglobin
Albumin
Ureum
Kreatinin
7
Assessment Diagnosa Gizi
Intervensi Monev Problem Etiologi Symtom
Albumin 2,84 g/dL () (3,5 – 5,5)
Ureum 388,20 mg/dL () (16,6 –
48,5)
Creatinin 13,83 mg/dL () (< 1,2)
Natrium 133 mmol/L () (136 – 145)
Kalium 7,45 mmol/L () (3,5 – 5,0)
pH 7,34 () (7,35 – 7,45)
pCO2 25,2 mmHg () (35 – 45)
pO2 252,6 mmHg () (80 – 100)
HCO3 16,2 mmol/L () (21 – 28)
BE -12,7 () ((-3) – (+3))
Fisik/Klinis.....(C)
KU : lemah
GCS : 456
TD : 180/100 mmHg
N : 98x/menit
RR : 24x/menit
S : 36C
Anemis (+)
Sesak (+)
NI-5.4
Penurunan
kebutuhan Natrium
Disfungsi ginjal TD 180/100 mmHg Edukasi diet
Kolaborasi dengan tim
medis lain
KU
Tekanan darah
Riwayat Gizi.....(D)
Sekarang
Saat ini mendapat diet Cair RP
3 × 200cc + 3sct
Motivasi diet
Edukasi diet
Asupan makan
8
Assessment Diagnosa Gizi
Intervensi Monev Problem Etiologi Symtom
Hasil recall pasien :
Energi : 1203 kkal (70%)
Protein : 24 g (49%)
Lemak : 55 g (115%)
KH : 161 g (59%)
Dahulu
Pasien menyukai makanan
bersantan, olahan daging kambing,
dan ikan
Pasien sering mengkonsumsi jamu
pelangsing
Jarang minum air putih, lebih
menyukai sirup dan minuman
manis
Frekuensi makan 2 – 3x per hari,
tidak tentu
NI-2.1
Kekurangan intake
makanan dan
minuman oral
NB-2.3
Ketidakmampuan
dalam mengatur diri
sendiri
NB-1.5
Kekeliruan pola
makan
Peningkatan
kebutuhan energi
karena adanya
penyakit
Kurangnya
pengetahuan
tentang diet yang
harus dijalankan
Kurangnya
pengetahuan
tentang makanan
sehat
Hasil recall energi
dan protein rendah
(70% dan 49%)
Kebiasaan
mengkonsumsi
daging kambing dan
makanan bersantan
Frekuensi makan
yang tidak teratur
dan jarang minum
air putih
Malang, 21 Juni 2013
Menyetujui,
Instruktur Klinik
Lilik Supriyani, SST
NIP. 19681201 199203 2 006
9
B. Implementasi Asuhan Gizi
1. Tujuan
a. Memberikan makanan adekuat untuk :
1. Meningkatkan status gizi pasien mencapai status gizi normal.
2. Meringankan kerja ginjal.
3. Meningkatkan kadar zat besi dan albumin dalam darah mencapai nilai
normal.
b. Memberikan edukasi dan motivasi untuk :
1. Meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien pada diet yang
dianjurkan.
2. Meningkatkan asupan makan pasien.
3. Memperbaiki kebiasaan yang salah tentang makanan.
c. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain dalam memantau kondisi
pasien
2. Perencanaan
1. Terapi Diet
Jenis diet : Diet Cair RP 3 x 200 cc + 3 sct
Syarat diet :
1. Energi 35 kkal/kg BBI untuk meningkatkan status gizi pasien
2. Protein diberikan 1 g/kg BBI/hr karena meski telah menjalankan
hemodialisa namun tidak adekuat
3. Lemak 25% sebagai cadangan energi dalam tubuh.
4. Karbohidrat merupakan sisa dari total energi dikurangi energi dari
lemak dan energi dari protein diberikan untuk mencegah pemecahan
protein sebagai energi
5. Na 2000 mg/hr untuk mengatasi kondisi hipertensi
6. Ca 2000 mg/hr untuk mengganti asupan fosfor
7. K 2000 mg/hr untuk mencegah peningkatan kadar kalium dalam
serum
8. P 800 mg/hr untuk mencegah keadaan hiperfosfatemia
9. Cairan 1350 mL/hr untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
10
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Energi = 35 kkal × BBI
= 35 kkal × 49
= 1715 kkal
Protein = 1 g/ kg BBI
= 1 g × 49
= 49 gram (11%)
Lemak = 25% × Energi total
= 25% × 1715
= 428,75 kkal
= 47,64 gram
Karbohidrat = 1715 − 49 × 4 + 428,75
= 1715 − 196 + 428,75
= 1715 − 624,75
= 1090,25 kkal
= 272,56 gram (64%)
Cairan = 1000 + Jumlah Urine
= 1000 + 350 mL
= 1350 mL
Na = 2000mg
Ca = 2000mg
K = 2000mg
P = 800mg
11
2. Terapi Edukasi
Diberikan terapi edukasi tentang
1. Diet Rendah Protein
2. Diet Rendah Garam
3. Implementasi
Untuk pemeriksaan fisik, klinis dan laboratorium terkait dengan
perkembangan pasien perlu dilakukan kolaborasi dengan tenaga medis yang
lain seperti dokter, perawat, dan farmasi.
Malang, 21 Juni 2013
Menyetujui,
Instruktur Klinik
Lilik Supriyani, SST
NIP. 19681201 199203 2 006
12
BAB IV
HASIL MONITORING EVALUASI
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 28 tahun Register : 1312078
Tgl Antropometri Biokimia
Klinik (Fisik & Klinik) Diet Edukasi Identifikasi
Masalah Baru
Rencana Tindak
Lanjut Hasil Normal
23/4 LLA
= 23.5 cm
%LLA
=84,8%
(Status Gizi
Kurang)
TL = 41 cm
Hb 5,6 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah
- GCS : 456
- T : 200/100 mmHg
- N : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36C
- Sesak (+)
Diet Cair Rp
3 × 200 cc + 3
sct
Hasil recall
E : 1203 kkal
(70%)
P : 24g (49%)
L : 55g (115%)
KH : 161g (59%)
- Motivasi
makan
pasien
Nafsu makan
pasien yang masih
sedikit
Motivasi makan
pasien Eri 1,96 () 4,0 – 5,0
Leu 17,04 () 4,7 – 11,3
Hema 17,40 () 38 – 42
RDW 17,40 () 11,5 – 14,5
Bili tot 1,08 () < 1,0
Bili direk 0,40 () < 0,25
Ur 169,40 () 16,6 – 48,5
Cr 6,04 () < 1,2
24/4 Hb 4,5 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah
- GCS : 456
- T : 190/90 mmHg
- N : 88x/menit
- RR : 32x/menit
- S : 36C
- Sesak (+)
Diet Cair Rp
3 × 200 cc + 3
sct
Hasil recall
E : 1203 kkal
(70%)
P : 24g (49%)
L : 55g (115%)
KH : 161g (59%)
- Motivasi
makan
pasien
Nafsu makan
pasien yang masih
sedikit
Motivasi makan
pasien Eri 1,59 () 4,0 – 5,0
Leu 11,78 () 4,7 – 11,3
Hema 14,80 () 38 – 42
MCV 93,10 () 80 – 93
MCHC 30,40 () 32 – 36
RDW 19 () 11,5 – 14,5
pH 8,5 () 4,5 – 8,0
P urin 3+ () Negatif
13
Tgl Antropometri Biokimia
Klinik (Fisik & Klinik) Diet Edukasi Identifikasi
Masalah Baru
Rencana Tindak
Lanjut Hasil Normal
25/4 Hb 4,6 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah
- GCS : 456
- T : 180/90 mmHg
- N : 88x/menit
- RR : 20x/menit
- S :36C
- Sesak (+)
Diet Cair Rp
3 × 200 cc + 3
sct
Hasil recall
E : 1203 kkal
(70%)
P : 24g (49%)
L : 55g (115%)
KH : 161g (59%)
- Motivasi
makan
pasien
Keadaan pasien
sudah membaik,
diberikan
alternatif diet
makanan saring
Penggantian diet Cair
Rp menjadi MS 1 +
Cair Rp Eri 1,59 () 4,0 – 5,0
Leu 11,89 () 4,7 – 11,3
Hema 15 () 38 – 42
MCV 94,30 () 80 – 93
MCHC 30,70 () 32 – 36
RDW 20,60 () 11,5 – 14,5
P-LRC 0,20 15 – 25
26/4 Hb 6 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah
- GCS : 456
- T : 130/80 mmHg
- N : 84x/menit
- RR : 29x/menit
- S : 36C
- Sesak (+)
Diet MS 1 + Cair
Rp
Hasil recall
E : 1203 kkal
(70%)
P : 21g (43%)
L : 47g (99%)
KH: 186g (68%)
- Diet RP
- Pentingnya
kepatuhan
diet
- Motivasi
pasien
- Nafsu makan
pasien yang
masih sedikit
- Adanya sesak
nafas yang
memberat
- Motivasi diet pasien
- Mengganti diet MS
I + Cair Rp menjadi
Cair Rp sementara
waktu
Eri 2,08 () 4,0 – 5,0
Leu 11,66 () 4,7 – 11,3
Hema 18,80 () 38 – 42
MCHC 31,90 () 32 – 36
RDW 19,70 () 11,5 – 14,5
P-LRC 30,3 () 15 – 25
Ur 133,80 () 16,6 – 48,5
Cr 5,15 () < 1,2
27/4 LLA
= 23.5 cm
%LLA
=84,8%
(Status Gizi
Kurang)
Hb 8,30 () 11,4 – 15,1 - KU : lemah
- GCS : 456
- TD : 140/100 mmHg
- N : 104x/menit
- RR : 28x/menit
Diet RP (L)
Hasil recall
E : 946,7 kkal
(55%)
P : 31,5g
L : 35 g
- Diet RG
- Motivasi
pasien
Nafsu makan
pasien yang masih
sedikit
- Memotivasi pasien
- Mengganti diet Cair
Rp menjadi Rp (L)
Eri 2,80 () 4,0 – 5,0
Leu 12,52 () 4,7 – 11,3
Hema 24,80 () 38 – 42
Trom 133 () 142 – 424
RDW 18,30 () 11,5 – 14,5
14
Tgl Antropometri Biokimia
Klinik (Fisik & Klinik) Diet Edukasi Identifikasi
Masalah Baru
Rencana Tindak
Lanjut Hasil Normal
TL = 41 cm PDW 15 () 9 – 13 - S : 36C
- Sesak (+)
KH: 133 g
MPV 11,7 () 7,2 – 11,1
P-LRC 35,3 () 15 – 25
Malang, 21 Juni 2013
Menyetujui,
Instruktur Klinik
Lilik Supriyani, SST
NIP. 19681201 199203 2 006
15
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hasil Monitoring Skrining Gizi
1. Perkembangan Pengukuran Antropometri
Pada awal pelaksanaan studi kasus, 23 April 2013, dilakukan
pengukuran antropometri yaitu pengukuran LILA dan tinggi lutut. Dari
pengukuran tersebut didapat hasil LILA 23,5 cm dan tinggi lutut 41 cm
yang digunakan sebagai perkiraan tinggi badan dan BBI yaitu 153 cm dan
49 kg. Berdasarkan hasil pengukuan tersebut, status gizi pasien termasuk
dalam Status Gizi Kurang. Selama pengamatan dalam waktu 5 hari
dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi lutut pada awal dan akhir
intervensi dengan hasil yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Antropometri
Hasil Pengukuran Antropometri
23 April 2013 27 April 2013
LILA = 23,5 cm
TL = 41 cm
%LILA = 84,8% (St Gizi Kurang)
LILA = 23,5 cm
TL = 41 cm
%LILA = 84,8% (St Gizi Kurang)
Dari hasil pengukuran antropometri diketahui bahwa selama
pengamatan 5 hari tidak ada peningkatan pada berat badan dan status gizi
pasien. Hal ini disebabkan karena asupan makan pasien belum optimal.
Selain itu, menurut Supariasa (2001) metode antropometri kurang sensitif
karena tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.
16
2. Perkembangan Pemeriksaan Biokimia/Laboratorium
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data Lab Nilai Normal Nilai Laboratorium
22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013
Hematologi
Hemoglobin (g/dL) 11,4 – 15,1 3 () 5,6 () 4,5 () 4,6 () 6 () 8,30 ()
Eritrosit (106/L) 4,0 – 5,0 1,06 () 1,96 () 1,59 () 1,59 () 2,08 () 2,80 ()
Leukosit (103/L) 4,7 – 11,3 9,67 17,04 () 11,78 () 11,89 () 11,66 () 12,52 ()
Hematokrit (%) 38 – 42 10,2 () 17,40 () 14,80 () 15 () 18,80 () 24,80 ()
Trombosit (103/L) 142 – 424 314 262 198 192 189 133 ()
MCV (fl) 80 – 93 96,20 () 88,8 93,10 () 94,30 () 90,40 88,60
MCH (pg) 27 – 31 28,30 28,6 28,30 28,9 28,80 29,60
MCHC (g/dL) 32 – 36 29,40 () 32,20 30,40 () 30,70 () 31,90 () 33,50
RDW (%) 11,5 – 14,5 19,60 () 17,40 () 19 () 20,60 () 19,70 () 18,30 ()
PDW (fl) 9 – 13 9,6 10,2 10,5 10,4 12,3 15 ()
MPV (fl) 7,2 – 11,1 10,0 9,4 10,1 10,3 11,0 11,7 ()
P-LRC (%) 15 – 25 23,1 21 23,9 25,3 () 30,3 () 35,3 ()
PCT (%) 0,150 – 0,400 0,31 0,25 0,20 0,20 0,21 0,16
LED (mm/jam) 31 22 23
Faal Hati
SGOT (/L) 0 – 32 13
SGPT (/L) 0 – 33 7
Albumin (g/dL) 3,5 – 5,5 2,84
Bilirubin total (mg/dL) < 1,0 1,08 ()
17
Data Lab Nilai Normal Nilai Laboratorium
22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013
Bilirubin direk (mg/dL) < 0,25 0,40 ()
Bilirubin indirek (mg/dL) < 0,75 0,68
Metabolisme Karbohidrat
GDS (mg/dL) < 200 111 65 81
Faal Ginjal
Ureum (mg/dL) 16,6 – 48,5 388,20 () 169,40 () 133,80 ()
Creatinin (mg/dL) < 1,2 13,83 () 6,04 () 5,15 ()
Elektrolit Serum
Natrium (mmol/L) 136 – 145 133 () 136 139
Kalium (mmol/L) 3,5 – 5,0 7,45 () 4,32 4,34
Klorida (mmol/L) 98 – 106 102 103 101
Analisa Gas Darah
pH 7,35 – 7,45 7,34 ()
pCO2 (mmHg) 35 – 45 25,2 ()
pO2 (mmHg) 80 – 100 252,6 ()
HCO3 (mmol/L) 21 – 28 16,2 ()
BE (-3) – (+3) -12,7 ()
Saturasi O2 (%) > 95 99,6
Urinalisis
Kekeruhan Agak keruh
Warna Kuning
18
Data Lab Nilai Normal Nilai Laboratorium
22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013
pH 4,5 – 8,0 8,5 ()
Berat jenis 1,010 – 1,015 1,010
Glukosa Negatif Negatif
Protein Negatif 3+ ()
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Uribilinogen Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Negatif 2+ ()
Darah Negatif 3+ ()
19
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang disajikan pada Tabel 2
dapat diketahui bahwa kondisi pasien semakin hari semakin membaik
meskipun belum maksimal. Hal ini tampak dari hasil pemeriksaan hematologi
yaitu hemoglobin, eritrosit, dan leukosit. Hemoglobin pasien mengalami
peningkatan dari hari awal pengamatan samapi dengan hari terakhir. Akan
tetapi peningkatan tersebut belum mencapai nilai normal. Demikian juga
leukosit pasien, meskipun di hari terakhir pengamatan masih menunjukkan
hasil yang diatas normal, namun telah mengalami penurunan mendekati nilai
normal. Eritrosit pasien yang awalnya jauh di bawah nilai normal juga
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena pasien mendapatkan
tranfusi darah mulai tanggal 22 – 25 April 2013 sebagai penanggulangan
anemia. Pada pasien dengan gagal ginjal, kejadian anemia sering ditemukan
disebabkan karena ketidakmampuan ginjal menghasilkan hormon
eritropoietin yang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah.
Selain gangguan anemia, penderita gagal ginjal juga sering
mengalami hipoalbumin. Dari hasil laboratorium diketahui bahwa kadar
albumin dalam darah pasien masih dibawah nilai normal. Ureum dan
kreatinin merupakan hasil akhir dari pemecahan protein. Dari Tabel 2
diketahui bahwa meskipun kadar ureum dan kreatinin pasien telah mengalami
penurunan, akan tetapi masih diatas kadar ambang batas. Hal ini disebabkan
karena belum maksimalnya asupan makan pasien sehingga pemecahan energi
dari protein diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Pemecahan protein
ini memicu kadar ureum dan kreatinin dalam darah menjadi tinggi.
3. Perkembangan pemeriksaan Fisik/Klinis
Dari data pemeriksaan fisik klinis yang disajikan pada Tabel 3 dapat
diketahui bahwa keadaan pasien mengalami perbaikan sejak hari pengamatan
sudah membaik. Pengukuran suhu badan, dan nadi pasien selama lima hari
termasuk normal dan stabil. Tekanan darah masih tergolong tinggi meskipun
sudah berangsur-angsur mendekati normal. Sesak masih ditemukan hingga
hari terakhir pengamatan. Sesak tersebut secara tidak langsung sudah
mengganggu asupan makan pasien.
20
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis
Tanggal
22/04/2013 23/04/2013 24/04/2013 25/04/2013 26/04/2013 27/04/2013
KU : lemah
GCS : 456
TD : 180/100 mmHg
N : 98x/menit
RR : 24x/menit
S : 36C
Anemis (+)
Sesak (+)
KU : lemah
GCS : 456
TD : 200/100 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36C
Sesak (+)
KU : lemah
GCS : 456
TD : 190/90 mmHg
N : 88x/menit
RR : 32x/menit
S : 36C
Sesak (+)
KU : lemah
GCS : 456
TD : 180/90 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
S :36C
Sesak (+)
KU : lemah
GCS : 456
TD : 130/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 29x/menit
S : 36C
Sesak (+)
KU : lemah
GCS : 456
TD : 140/100 mmHg
N : 104x/menit
RR : 28x/menit
S : 36C
Sesak (+)
21
4. Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Asupan makan pasien adalah konsumsi energi dan zat gizi (protein,
lemak, kerbohidrat) yang didapat selama pasien berada di rumah sakit.
Perencanaan asupan makan pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
disusun berdasarkan siklus menu yang berlaku di rumah sakit. Sebelum
diadakan implementasi dilakukan recall sehingga diketahui tingkat konsumsi
energi 1203 kkal (70%), protein 24 g (49%), lemak 55 g (115%), dan
karbohidrat 161 g (59%). Tingkat konsumsi energi, protein, dan karbohidrat
masih tergolong kurang. Pada saat implementasi, diberikan suatu motivasi
dengan menyarankan pasien agar menghabiskan makanannya dalam porsi
kecil namun sering sehingga tingkat konsumsinya naik. Hasil pengamatan
asupan makan pasien disajikan pada diagram-diagram berikut ini.
a. Tingkat Konsumsi Energi
Gambar 1. Grafik Konsumsi Energi Pasien Selama Tujuh Hari
Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi
semakin hari semakin mengalami penurunan. Pada hari pertama
hingga keempat, konsumsi energi pasien konstan dan masih dibawah
standar kebutuhan. Hal ini disebabkan karena pada hari 1 – 3 pasien
mendapat diet cair sehingga lebih mudah dikonsumsi. Untuk hari ke
empat, pasien mendapat diet makanan saring dan diet cair. Walaupun
makanan saring pasien tidak dihabiskan namun pasien menghabiskan
diet cairnya yang berupa susu. Sedangkan pada hari ke lima diet sudah
mulai diganti makanan lunak. Walaupun kondisi dan nafsu makan
23 24 25 26 27
Kebutuhan Energi 1715 1715 1715 1715 1715
Intake Energi 1203 1203 1203 1203 946,7
0200400600800
100012001400160018002000
kk
al
22
pasien sudah mulai membaik, namun asupannya belum maksimal
disebabkan kondisi pasien yang masih lemah dan sesak. Pasien sudah
patuh diet dengan hanya mengkonsumsi makanan dari rumah sakit.
b. Tingkat Konsumsi Karbohidrat
Gambar 2. Grafik Konsumsi Karbohidrat Pasien Selama Tujuh Hari
Intake karbohidrat selama tujuh hari pengamatan diketahui
tetap. Hal ini terjadi karena adanya perubahan diet dari cair menjadi
makanan saring dan makanan lunak. Kondisi pasien yang masih lemas
dan ada sesak membuat asupannya belum maksimal.
c. Tingkat Konsumsi Protein
Gambar 3. Grafik Konsumsi Protein Pasien Selama Tujuh Hari
Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
konsumsi protein. Pada hari keempat, konsumsi protein mengalami
1 2 3 4 5
Kebutuhan Karbohidrat
272,56 272,56 272,56 272,56 272,56
Intake Karbohidrat 161 161 161 186 133
0
50
100
150
200
250
300k
kal
1 2 3 4 5
Kebutuhan Protein 49 49 49 49 49
Intake Protein 24 24 24 21 31,5
0
10
20
30
40
50
60
kk
al
23
penurunan sedikit dari tiga hari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
pasien tidak mau mengkonsumsi lauk dari rumah sakit. Walaupun
asupan protein pasien sudah mengalami peningkatan, namun masih
dalam kategori kurang karena kurang dari 90%.
d. Tingkat Konsumsi Lemak
Gambar 4. Grafik Konsumsi Lemak Pasien Selama Tujuh Hari
Asupan lemak pada hari pertama hingga ketiga melebihi dari
kebutuhan pasien, yaitu 115%, sedangkan asupan lemak pada hari
keempat sudah sesuai dengan kebutuhan pasien. asupan lemak pada
hari pertama hingga ketiga tinggi disebabkan karena diet cair yang
diberikan mengandung tinggi lemak. Pada hari kelima asupan lemak
pasien mengalami penurunan drastis disebabkan adanya perubahan
diet menjadi makanan lunak. Perubahan diet ini memerlukan
penyesuaian ulang dengan kondisi pasien dikarenakan kondisinya
masih lemas dan sesak sehingga belum mampu makan banyak.
Minyak dan lemak berperan sangat penting bagi tubuh kita.
Lemak merupakan sumber cadangan energi yang kalorinya sangat
tinggi. Selain itu, lemak merupakan zat pelarut bagi beberapa vitamin,
antara lain vitamin A, D, E, dan K. Oleh karena itu mengkonsumsi
bahan makanan yang mengandung lemak menjamin penyediaan
vitamin, vitamin tersebut untuk keperluan tubuh (Suhardjo, 2006).
Asupan lemak bagi penderita gagal ginjal kronik digunakan
sebagai cadangan energi sehingga dapat mencegah pemecahan protein
1 2 3 4 5
Kebutuhan Lemak 47,64 47,64 47,64 47,64 47,64
Intake Lemak 55 55 55 47 35
0
10
20
30
40
50
60
kk
al
24
jaringan. Akan tetapi, jumlah yang dikonsumsi seharusnya dibatasi
agar tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan karena makanan yang
mengandung lemak tinggi akan meningkatkan rasa mual dan muntah
yang biasanya muncul pada pasien gagal ginjal kronik sehingga
menurunkan nafsu makan (Sunita, 2007).
B. Hasil Motivasi Diet Melalui Konsultasi Gizi
Pelaksanaan konsultasi dilakukan selama tiga hari yaitu tanggal 16-18 Mei
2012. Hasil konsultasi antara lain :
1. Permasalahan : a. Pasien suka mengkonsumsi makanan bersantan
dan olahan daging kambing
b. Pasien tidak pernah menghabiskan makanan yang
diberikan
c. Pasien belum mengetahui tentang bahan makanan
yang seharusnya dihindari dan sebaiknya
dikonsumsi oleh gagal ginjal kronik dan
hipertensi
d. Pasien belum memahami pentingnya diet Rendah
Protein untuk memperingan kerja ginjal
e. Pasien belum memahami penggunaan daftar
bahan makanan penukar
2. Tujuan : Agar pasien dan keluarga :
a. Memperbaiki pola dan kebiasaan makannya
b. Memiliki motivasi kuat untuk menjalankan diet
yang dianjurkan
c. Mengerti tentang makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi untuk penderita gagal ginjal
kronik dan hipertensi
d. Mengerti pentingnya Diet Rendah Protein bagi
perbaikan fungsi ginjalnya
e. Memahami cara menggunakan Daftar Bahan
Makanan Penukar
25
3. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
4. Waktu : 15 menit
5. Tempat : Instalasi Rawat Inap Ruang 26 IPD
6. Metode : Penyuluhan individu dan tanya jawab
7. Media/alat bantu : Leaflet
8. Materi : a. Pola dan kebiasaan makan yang baik.
b. Diet Rendah Protein
c. Bahan makanan yang dilarang dan diajurkan bagi
penderita gagal ginjal kronik
d. Bahan makanan yang dianjurkan dan dilarang
bagi penderita hipertensi
e. Daftar bahan makanan penukar
9. Faktor pendukung : Tahap pencairan suasana berlangsung dengan lancar,
pasien memberi tanggapan positif setiap penyuluhan
berlangsung.
10. Faktor penghambat : Tingkat pemahaman pasien yang awam, sehingga
membutuhkan penjelasan lebih untuk mencapai
pemahaman yang sesuai.
11. Hasil penyuluhan : Setelah dilakukan penyuluhan gizi dan pentingnya
terapi diet yang diberikan, pasien bisa memahami
dengan meningkatkan konsumsi makannya. Akan
tetapi kondisi pasien yang masih lemah
menyebabkan konsumsi makanannya kurang
maksimal.
26
C. Evaluasi Asuhan Gizi
1. Indikator Keberhasilan Asuhan Gizi
Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 hari, dapat diketahui
bahwa dari antropometri tidak didapatkan peningkatan. Sedangkan dari
fisik klinis cenderung tetap meskipun ada peningkatan. Dari diet yang
diberikan diketahui bahwa pasien telah mematuhi diet yang diberikan,
meskipun asupan makan belum ada peningkatan yang maksimal. Selain
itu, pasien mulai membuka diri dan mau menerima edukasi gizi yang
diberikan.
2. Rencana Tindak Lanjut
Memberi motivasi kepada pasien untuk terus menjalankan diet
dari rumah sakit, memantau asupan makan pasien, dan memberi
pengertian ulang tentang bahan makanan penukar.
27
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pasien masuk rumah sakit dengan diagnosa CKD st V + HT st II + Anemia +
Hiperkalemia.
2. Tidak ada perubahan antrpometri selama pengamatan, pasien termasuk status
gizi kurang.
3. Perkembangan fisik klinis pada awal studi kasus hingga akhir studi kasus
cenderung tetap.
4. Kebutuhan energi dan zat gizi untuk pasien adalah :
Energi = 1715 kkal
Protein = 49 g
Lemak = 47,6 g
Karbohidrat = 272,6 g
5. Rata-rata tingkat konsumsi selama 5 hari adalah :
Energi = 67%
Protein = 51%
Lemak =104%
Karbohidrat = 59%
6. Makanan yang diberikan kepada pasien adalah dalam bentuk makanan cair,
saring, dan lunak karena kemampuan pasien dalam mencerna masih terbatas.
7. Selama pemantauan mulai dari hari pertama sampai kelima, pasien telah
patuh diet dan nafsu makan pasien sudah mulai membaik.
B. SARAN
1. Selalu mengingatkan dan memotivasi pasien agar mematuhi diet dan
memperbaiki pola makan.
2. Memotivasi pasien agar menghabiskan makanan dari rumah sakit dengan
menyarankan makan dalam porsi kecil namun sering.
3. Memberi edukasi untuk memilih bahan makanan terkait penyakit gagal ginjal
dan hipertensi pasien.
4. Memberi edukasi keluarga agar mampu mendukung kepatuhan diet pasien di
rumah
28
DAFTAR PUSTAKA
IDN Supariasa, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Rosnelly, dkk. 2008. Buku Pedoman Praktis Diagnosa Gizi Dalam Proses Asuhan
Gizi Terstandar. Malang: Instalasi Gizi Rumah Sakit dr. Saiful Anwar.
Sunita Almatsier. 2007. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suyatno, Ir. MKes. -. Lemak. Universitas Diponegoro Semarang : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Bagian Gizi.
Tim AGK Jurusan Gizi. 2012. Pedoman Praktek Kerja Lapangan Asuhan Gizi
Klinik. Malang: Jurusan Gizi Politeknik Kemenkes Malang.