laporan studi kasus fix

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendidikan, sekolah diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan dan kualitas pendidikan manusia Indonesia sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran disekolah adalah guru yang mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencapai tuujuan tersebut yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam upaya membentuk guru yang profesional, calon guru harus mengetahui segala hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Sehubungan dengan itu guru diharapkan mampu melihat, memahami, dan mengantisipasi berbagai permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran. Namun beragam permasalahan yang di alami siswa dalam menjalankan peranya sebagai pelajar di sekolah. Siswa diharakan dapat memahami pelajaaran dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Tapi 1

Upload: deni-coy

Post on 20-Feb-2016

233 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporn ku

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Studi Kasus Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

      Sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendidikan, sekolah

diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan dan kualitas pendidikan

manusia Indonesia sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan

nasional. Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran

disekolah adalah guru yang mempunyai tanggung jawab dalam upaya

mencapai tuujuan tersebut yang meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.

     Dalam upaya membentuk guru yang profesional, calon guru harus

mengetahui segala hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

Sehubungan dengan itu guru diharapkan mampu melihat, memahami, dan

mengantisipasi berbagai permasalahan yang timbul dalam proses

pembelajaran.

Namun beragam permasalahan yang di alami siswa dalam

menjalankan peranya sebagai pelajar di sekolah. Siswa diharakan dapat

memahami pelajaaran dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekolah. Tapi kenyataan tidak seindah harapan , masih banyak siswa yang

mengalami beragam hambatan dan kesulitan.

Sehingga berakibat pada pencapaian prestasi belajar yang rendah

dan sikap dan kebiasaan yang kurang baik karena tidak mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan sehari-

hari serta kuranganya perhatian dan motivasi dari guru-guruu terhadap

keadaan peserta didik.

1

Page 2: Laporan Studi Kasus Fix

Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam,

maka seorang pembimbing maupun seorang konselor perlu mengumpulkan

berbagai keterangan atau data tentang peserta didik yang meliputi berbagai

aspek : seperti, aspek sosial kultural, perkembangan individu , perbedaan

individu , adaptasi masalah bealajar dan sebagainya. Dalam rangka

mempelajari informasi tentang sebab sebab timbulnya masalah serta untuk

menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut maka

diperlukan adanya suatu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta-

fakta yang terkait dengan permasalahan yang terkait dengan permasalahan

yang ada. Untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan

pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan

yaitu studi kasus ( Case Study).

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis batasi masalah pada penelitian yaitu : latar belakang

siswa “I” keadaan Keluarga siswa “I” dan lingkungan tempat tinggal siswa “I”

status sosial dan keadaan ekonomi keluarga siswa “I”

1.3 Rumusan Masalah

Untuk mempermudah kerja penelitian, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : faktor apa saja yang menyebabkan

siswa “I” terisolir dari lingkungan sekolahnya di SMA NEGERI 19

PALEMBANG.

2

Page 3: Laporan Studi Kasus Fix

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan pelaksanaan studi kasus ini yaitu :

1. Dapat memahami kepribadian siswa yang bermasalah

2. Dapat memahami latar belakang siswa yang bermasalah

3. Dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab

permasalahan yang muncul pada siswa yang bermasalah

4. Dapat memahami dan memecahkan permasalahan yang muncul

terkait dengan siswa

5. Dapat memberi pemahaman kepada keluarga agar lebih memberi

perhatian kepada siswa “I”

1.5 Manfaat

Hasil penelitian studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua

pihak yaitu :

1. Untuk membantu siswa menemukan jalan keluar dari permasalahan

yang dihadapinya

2. Untuk mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami

kondisi siswa secara mendalam

3. Bermanfaat dalam membedakan permasalalahan dan hambatan yang

dialami siswa sampai keakar permasalahan

4. Konselor dapat menentukan skala proritas penanganan dan

pemecahan masalah bagi siswa.

3

Page 4: Laporan Studi Kasus Fix

BAB II

STUDI KASUS

2.1 Gambaran Umum

Studi kasus adalah suatu tehnik untuk mempelajari keadaan dan

perkembangan seseorang secara mendalam, dengan tujuan membantu siswa

mencapai penyesuaian diri yang lebih baik

Pada waktu dipanggil pertama kali konseli kelihatan takut, ragu- ragu dan

cemas, siswa “I” hanya menunduk seperti kelihatan bingung, namaun setelah

diberi pengertian dan penjelasan tentang maksud dan tujuan dipanggil ke ruang

BK, konseli mulai memahami mengapa dia dipanggil oleh penulis.

Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh penulis, dapat

diketahui bahwa konseli mengalami masalah sebagai berikut :

“I” adalah siswa kelas X.MIA.4 di SMA 19 Palembang, “I” anak yang suka

menyendiri, tidak mau bergaul dengan teman sebayanya. Dia hanya mau

berteman dengan “N” yang duduk sebangku dengannya, “I” suka berteman

dengan “N” karena dia merasa “N” orang yang penurut dan satu pikiran

dengannya sehingga “I” selalu akrab dengan “N” di kelas. Dan “N” adalah teman

satu SMP nya dulu sehingga sudah terjalin keakraban keduanya.

“I” adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara dari pasangan “F” dan “E”. Siswa “I”

mempunyai kakak laki-laki dan kakak perempuan yang keduanya sudah bekerja,

dan “I” mempunyai satu adik perempuan yang masih duduk di bangku SMP kelas

VII. “I” tinggal bersama Bibi dan Pamannya. Bibinya berprofesi sebagai Ibu

Rumah Tangga, sedangkan Pamannya berprofesi pegawai PT Pusri yang dua

minggu sekali pulang ke rumah. “I” tinggal dengan Bibinya bersama dengan adik

4

Page 5: Laporan Studi Kasus Fix

perempuannya dengan alasan ayahnya menikah lagi setelah ibunya meninggal

dan ayahnya bekerja di luar Palembang, sehingga “I” ikut dengan bibinya yang

dekat dengan sekolahnya sekarang.

2.2 Gejala Kasus

Dari berbagai informasi yang diperoleh melaluli pengumpulan data seperti:

wawancara singkat, observasi dan konseling individu, maka gambaran umum

kasus konseli adalah sebagai berikut :

1. Konseli dalam proses belajar mengajar kurang fokus

2. Konseli kurang menjalin pertemanan sesama teman kelas

3. Konseli kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya

4. Konseli merasa tertekan tinggal bersama dengan Bibinya

2.3 Perencanaan Penanganan Kasus

Melalui data yang terkumpul selama praktek yang diperoleh dengan

metode observasi, wawancara yang bersifat rahasia, terus terang, ilmiah, maka

penulis memperoleh data atau keterangan untuk diberikan bantuan dalam

penyelesaiannya dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala

yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu

mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan

terlebih dahulu.

5

Page 6: Laporan Studi Kasus Fix

2. Diagnosis

Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar

belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan

data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik

pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang

diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul

kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian

dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar

belakangnya.

3. Prognosa

Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa,

terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini

ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah

ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah

prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai

kemungkinan dan berbagai faktor.

4. Terapi

Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan

pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini

tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta

memerlukan adanya pengamatan yang cermat.

5. Langkah Lanjut

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah

langkah terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini

dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.

6

Page 7: Laporan Studi Kasus Fix

2.4 Pelaksanaan Penanganan Kasus

Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan melalui

wawancara konseling dengan seorang ahli (konselor) kepada individu atau

konseli yang memiliki masalah agar masalah yang dihadapinya bisa teratasi oleh

dirinya sendiri.

2.4.1 Identifikasi Kasus

Dari hasil observasi dan wawancara dengan siswa secara langsung,

maka proses penanganan kasus siswa “I” sebagai berikut :

1. Hari / tanggal : Sabtu / 12 September 2015

2. Waktu : 10.15 s/d 11.45

3. Tempat : Ruang Bimbinngan Konseling

4. Metode : Wawancara / Konseling

2.4.2 Data dari siswa yang bersangkutan

1. Ayah

Nama : F

Umur : 57 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SGO

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl.A. Yani, Kec. Simpang, Kab. OKU

Selatan

7

Page 8: Laporan Studi Kasus Fix

2. Ibu

Nama : E (Almh)

Umur : 49 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SPG

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Identitas Siswa

Nama : “I”

Tempat Tanggal Lahir : Simpang, 8 Juli 2000

Alamat : Jl. Padih Usman Lrg. Prajurit Nangyu 3-4

Ulu Laut

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat Badan : 60 Kg

Tinggi Badan : 155 Cm

Warna Kulit : Coklat

Sekolah : SMA Negeri 19 Palembang

Kelas : X.MIA.4

Hobi : Membaca buku dan mendengarkan musik

Status dalam keluarga : Anak Kandung

Agama : Islam

Anak Ke- : 3 dari 4 Saudara

8

Page 9: Laporan Studi Kasus Fix

2.5 Pengumpulan Data

2.5.1 Keadaan Keluarga

Informasi dari guru BK dan guru mata pelajaran :

Siswa “I” adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, kondisi keluarga “I”

adalah keluarga yang pas-pasan ayahnya bekerja PNS dan ibunya telah

meninggal dunia dan ayahnya telah menikah lagi. Siswa “I” dan adiknya

tinggal bersama bibi dan pamanya dengan alasan “I” ayahnya telah menikah

lagi dan rumah bibinya dekat dengan sekolahnya sekarang. “I” belum

merasakan perhatian langsung dari orang tua kandungnya, karena dari SMP

“I” sudah tinggal bersama bibi dan pamannya. Jadi sekarang sudah 4 tahun

tinggal dengan bibinya dan “I” mengaku sudah tidak betah tinggal dengan

bibinya sekarang.

2.5.2 Keadaan Konseli dalam Pendidikan Di Sekolah

a. Kemampuan akademik

Berdasarkan hasil wawancara dengan teman sekelasnya

dan guru pelajaran, “I” sebenarnya adalah termasuk anak yang

cukup pintar, walaupun dengan nilai yang pas-pasan. “I” termasuk

selalu fokus dan mengikuti pelajaran di dalam kelas.

b. Aktivitas belajar di kelas

Berdasarkan pengamatan konselor, aktivitas belajar

dikelas siswa “I” adalah anak yang penurut dan mengikuti

pelajaran dengan baik dan seksama, terlihat dari tempat duduk

yang paling depan dan “I” yang sering bertanya kepada guru

secara langsung. “I” tidak mau bergabung dengan teman-teman

9

Page 10: Laporan Studi Kasus Fix

kelas lainnya yang hanya bisa ribut dan keluar kelas ketika ada

dan tidak adanya pelajaran,

Berdasarkan wawancara dengan siswa dikelasnya “I” tidak

banyak disenangi oleh teman-temannya dikarenakn sikap “I”

yang kurang bergaul dengan teman yang lain.

Dari pengamatan konselor aktivitas belajar dikelas, “I”

adalah anak yang pendiam dia tidak suka bergaul dengan

teman-teman dikelasnya, “I” lebih banyak menyendiri

menghabiskan waktu luang istrahatnya untuk berdiam diri di

kelas dengan mendengarkan lagu dari handphonenya melalui

earphone. Ketika jam istirahat juga “I” tidak suka pergi kekantin

dia membawa bekal dari rumah dikarenakan tidak diberikan uang

cukup dari bibinya.

c. Minat

Dari hasil wawancara dengan konseli, maka diperoleh hasil

bahwa “I” memiliki minat ingin menjadi Dokter Hewan.

d. Motivasi

Dari data yang di peroleh siswa “I” mempunyai motivasi yang

tinggi dalam mengikuti pelajaran di sekolah, “I” siswa yang

penurut dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, dalam

wawancara “I” mengungkapkan “jika di sekolah dia akan belajar

sungguh-sungguh tetapi jika dirumah, dia gunakan untuk

mengerjakan tugas rumah karena tekanan dari bibinya”.

10

Page 11: Laporan Studi Kasus Fix

2.5.3 Keadaan Dimasyarakat

Siswa “I” dilingkungan masyarakat tidak mudah bergaul, siswa “I” yang

suka menyendiri , tidak mau bergaul dengan teman sebayanya dan pendiam.

Siswa “I” lebih banyak menghabiskan waktu senggang nya untuk berdian

dirumah, beristirahat, bermain game, dan membantu pekerjaan rumah bibinya.

2.5.4 Keadaan Kesehatan

1. Keadaan Fisik

Dari hasil pengumpulan data siswa “I” memiliki tinggi badan 155 Cm

dan berat badan 60 Kg, Berkulit coklat , keadaan kesehatan fisiknya

baik tidak terdapat penyakit berat yang diderita, hanya saja berat

badan yang sedikit berlebihan dari tinggi badannya, sehingga terlihat

gemuk.

2. Keadaan Sosial

Berdasarkan pengamatan siswa “I” adalah anak yanng suka

menyendiri, tidak mau bergaul dengan teman sebayanya dan

pendiam.

3. Keadaan Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara dengan konseli, diperoleh hasil bahwa

“I” adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Disini ia tinggal

bersama dengan bibi, paman beserta satu anak bibinya. Pada

kondisi lain, dalam segi ekonomi keluarga “I” adalah keluarga yang

pas-pasan terlihat dari siswa “I” tidak tinggal bersama orang tuanya

tetapi tinggal bersama bibi yang kehidupannya yang dikategorikan

keluarga yang mapan.

11

Page 12: Laporan Studi Kasus Fix

2.5.5 Tingkah Laku Sosial

Untuk lebih mengetahui sosial konseli di sekolah, penulis mengambil

langkah dengan mewawancarai teman-teman sekolahnya, berdasarkan informasi

yang didapatkan konseli adalah anak pendiam dan hanya penyendiri, “I” hanya

berteman dengan “N”.

2.5.6 Melalui Angket dan Sosiometri

Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan

bahwa “I” tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya memilih

beberapa teman yang ia sukai.

2.5.7 Wawancara dengan Konseli

Wawancara dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah Konseli

Hasil wawancara kepada “I”

Hari / tanggal : Sabtu, 12 September 2015

Interview ke : 1 (satu) dan 2 (dua)

Tujuan : Untuk mengetahui faktor penyebab siswa ”I” yang terisolir

Berdasarkan hasil wawancara dengan klien didapat data bahwa klien

mengaku kalau “I” senang menyendiri dan hanya mendengarkan musik dari

handphonenya, selain itu di rumah bibinya “I” merasa kurang kasih sayang dan

hanya disuruh-suruh oleh bibinya. Dan “I” mengaku teman-teman sekelasnya

tidak sepikiran dengan nya.

12

Page 13: Laporan Studi Kasus Fix

2.6 Diagnosa

Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti wawancara

dengan objek yang bersangkutan, pengamatan dan data lainnya, maka diperoleh

inti permasalahan yaitu

1. siswa “I” yang tidak mau bergaul dengan teman sebaya.

2. Siswa “I” yang terisolir. Siswa “I” yang kurang mendapatkan kasih

sayang.

3. Siswa yang kurang percaya diri

2.7 Prognosa

Dalam menyikapi kasus diatas, maka konselor akan memberikan layanan

dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling diantaranya sebagai berikut:

1. Layanan informasi

yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan

memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir, dan pendidikan

lanjutan. Materi yang diberikan pengembangan diri

2. Konseling individu

Diharapkan siswa “I” mampu mengarahkan dirinya dan mampu

merubah pikiran irasional menjadi rasional.

3. Bimbingan sosial

Dalam mengembangkan sikap berinteraksi dengan guru, teman,

diharapkan siswa “I” mampu berkomunikasi dengan lingkungannya.

4. Bimbingan keluarga

Diharapkan keluarga dapat membantu dan lebih memperhatikan

semua kegiatan sehari-hari dan membantu semua kesulitan “I”.

13

Page 14: Laporan Studi Kasus Fix

2.8 TOPOLOGI MASALAH

14

Siswa “I”Yang terisolir

Dirumah / Keluarga1. Sering menyendiri2. Kurang perhatian 3. Sering

menyibukkan diri tanpa mempedulikan orang sekitar.

Masalah

1. Tidak bisa bergaul 2. Menganggap

temannya tidak sepikiran dengannya.

Disekolah

1. Tidak mau bergabung dengan teman lainnya

2. Menganggap remeh hal-hal kecil

Bahwa Anak Tersebut1. Tidak mempunyai teman2. Kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua3. Sering meyibukan diri tanpa mempedulikan orang sekitar4. Menganggap temannya tidak sepikiran.

Bantuan1. Konseling Individu2. Bimbingan Sosial3. Bimbingan Keluarga

Page 15: Laporan Studi Kasus Fix

2.9 Terapi/ Bantuan

Setelah melakukan prognosa, maka langkah selanjutnya adalah langkah

terapi, dimana bertujuan untuk menetapkan supaya siswa “I” dapat memahami

dirinya sendiri , dapat mengubah pola pikir yang irasional menjadi rasional .

dalam langkah terapi ini siswa “I” diberikan bantuan sebagai berikut :

1. Membangun suasana yang nyaman

2. Menerima siswa “I” dengan apa adanyadan membantu siswa dalam

menghadapi masalahnya

3. Hendaknya dapat merasakan perasaan dan juga memahami

keadaan yang dialami.

4. Motivator, yang mendorong konseli untuk menerima dan memperoleh

keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin

dicapainya dan merangsang klien untuk mampu mengambil

keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup

selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.

5. Penyalur tanggung jawab, sehingga keputusan terakhir berada di

tangan konseli konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta

realistik dalam menilai perilakunya sendiri.

6. Moralist, yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai

dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi

pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya,

sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab

terhadap perilakunya.

7. Guru, yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai

pengalaman dalam mencapai harapannya.

15

Page 16: Laporan Studi Kasus Fix

8. Pengikat janji (contractor), artinya peranan konselor punya batas-

batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan

konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.

Selain bimbingan, siswa “I” juga diberikan bimbingan lain yaitu :

a. Layanan bimbingan pribadi

Melatih cara mengatur diri sendiri, membiasakan diri untuk bisa

beradaptasi dengan lingkungan kelas dan sekolah.

b. Layanan bimbingan sosial

Dapat mengembangkan sikap berinteraksi dan berkomunikasi

dengan guru dan konselor disekolah serta teman-teman siswa “I”

c. Layanan bimbingan belajar

Memahami tujuan belajar, mampu berkonsentrasi pada saat

belajar dan menumbuhkan lagi semangat belajar dirumah.

2.10 Evaluasi dan Follow Up

a. Evaluasi

Adapun evaluasi yang akan dilakukan oleh konselor dalam menyikapi kasus

“I” adalah untuk melihat apakah bantuan yang diberikan oleh konselor berhasil

atau tidak dengan menggunakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah

diberikan kepadanya.

b. Tindak Lanjut (Follow Up)

Untuk menjaga supaya tidak ada lagi masalah pada diri siswa “I” maka

penulis mengajak semua pihak baik guru, keluarga dan juga teman-teman siswa

dapat lebih memperhatiakan perubahan perilaku siswa.

16

Page 17: Laporan Studi Kasus Fix

Jika dalam proses bimbingan yang dilakukan penulis selama kurang

lebih 2 bulan belum ada perubahan maka tindak lanjut diserahkan kepada

konselor yang ada di SMA N 19 Palembang.

17

Page 18: Laporan Studi Kasus Fix

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulakan bahwa siswa “I” lebih

suka menyendiri, dan menghabiskan waktu luangnya untuk mengaerjakan

pekerjaan rumahnya tanpa memperdulikan orang disekitarnya. Dan teman-

temanya enggan berteman dengan nya walau hanya sekedar mengobrol karena

siswa “I” dianggap banyak bicara seperti orang dewasa.

Hal inilah yang menimbulkan masalah-masalah pada siswa “I” dan dapat

mempengaruhi kehidupan sosialnya di sekolah. Berdasarkan hal tersebut penulis

dapat menyimpulkan bahwa :

a. Siswa “I” yang terisolir

b. Minat bergaul yang rendah

c. Menganggap semua teman sebanya tidak sepikiran dengannya

d. Guru pembimbing sudah berupaya membantu siswa “I” untuk mengatasi

permasalahan yang dialami oleh siswa “I” dengan cara menerapkan pola

17+ dalam menangani kasusnya.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan berapa

saran yaitu sebagai berikut:

a. Diharapkan keluarga “I” lebih dapat memberikan perhatian yang lebih

kepada siswa “I”

18

Page 19: Laporan Studi Kasus Fix

b. Dirarapkan guru pembimbing agar dapat memberikan pemahaman

kepada siswa “I” tentang pentingnya bersosialisasi dengan orang-orang

sekitarnya.

19