presentasi kasus renny fix
DESCRIPTION
jiwaTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
Pembimbing :
dr. Prasila Darwin, Sp.KJ
Disusun oleh :
Renny Dwi Sandhitia S
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Periode 11 Oktober – 14 November 2015
Rumah Sakit Islam Jiwa Klender
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.AS
Umur : 34 tahun
Alamat : Lubang buaya
Suku : Betawi
Warga negara : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan Terakhir : D-III
Tgl masuk : 12 Oktober 2015
Tgl pemeriksaan : 19 – 23 Oktober 2015
Ruang perawatan : Bangsal
II. RIWAYAT PSIKIATRI
A. KELUHAN UTAMA :
Alloanamnesis (didapat dari Ny.I,hubungan dengan pasien : ibu kandung)
Memecahkan kaca jendela rumah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
B. KELUHAN TAMBAHAN :
Memukul adik pasien,sering berbicara sendiri,sering marah-marah.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG :
Kurang lebih 17 tahun sebelum masuk rumah sakit,yaitu pada sat pasien
kelas 2 SMA,pasien sering kesurupan yang terjadi secara tiba-tiba baik disekolah
maupun dirumah. Saat kesurupan diakui ibu pasien suara pasien berubah seperti
laki-laki,dan mengaku bahwa yang merasukinya adalah kakek pasien. Semenjak
SMA pasien merupakan pribadi yang mudah marah walaupun hanya karna
masalah kecil. Pasien dianggap teman-teman SMA sebagai orang yang
galak,namun pergaulan pasien dengan teman-teman tetap berjalan baik.
Lulus dari SMA pasien melanjutkan pendidikan D-III ke akademi
keperawatan. Selama kuliah pasien tidak memiliki masalah akademis.Pasien lulus
dengan IPK 2,8.Setelah lulus pasien langsung bekerja di RSI selama 1
tahun,kemudian bekerja sebagai perawat di Saudi Arabia sejak tahun 2004 kurang
lebih selama 4 tahun.Diakui ibu pasien ,pasien dapat berbahasa Inggris,Arab dan
filipina dengan baik. Selama bekerja di Saudi Arabia pasien pulang ke Indonesia
hampir 2 bulan sekali. Gaji pasien selama bekerja di Saudi Arabia dikumpulkan
pasien dan disimpan oleh ibu pasien.
Setelah pasien pulang ke Indonesia pada tahun 2008,Ibu pasien membeli
rumah dan juga tanah menggunakan gaji pasien,dengan maksud agar uang pasien
tidak digunakan untuk berfoya-foya dan juga sebagai investasi. Mengetahui
sebagian besar gaji pasien digunakan ibunya,pasien tidak terima dan meminta agar
ibu psien menjual kembali tanah dan rumah yang telah di beli.Semenjak saat itu
pasien menjadi lebih sering marah-marah dan menagih uang hasil kerjanya di
Saudi Arabia kepada Ibu pasien.
Pada tahun 2008 pasien memutuskan untuk tidak bekerja kembali di Saudi
Arabia,dan mencoba melamar untuk bekerja di Jepang,namun pasien tidak
diterima. Diakui pasien merasa sangat kecewa karena gagal untuk bekerja di
Jepang. Kemudian pada tahun yang sama akhirnya pasien bekerja sebagai perawat
di RS Harapan Bunda selama 6 bulan. Pasien berhenti bekerja di RS Harapan
Bunda karna ibu pasien yang menyuruh,dengan alasan pasien selalu marah-marah
sejak bekerja di RS Harapan Bunda. Setelah itu Pasien bekerja sebagai marketing
di Bank CIMB Niaga selama 4 bulan,namun pasien kembali memutuskan untuk
berhenti bekerja karna ada masalah dengan teman lelakinya di kantor. Semenjak
itu pasien tidak bekerja lagi dan tidak mencoba melamar pekerjaan ke tempat lain.
Kurang lebih 6 tahun pasien tidak bekerja dan hanya dirumah
saja.Semenjak dirumah pasien terlihat sering melamun,dan marah-marah. Hal
yang membuat pasien marah biasanya ketika ibu pasien mulai membicarakan
tentang pernikahan. Pasien juga sering marah apabila pasien tidak diberi uang
untuk membeli rokok. Kebiasaan merokok pasien diakui sejak pasien kelas 3
SMA,biasanya pasien merokok 6-7 batang perhari.Selama dirumah pasien tidak
mau membantu pekerjaan rumah tangga. Aktivitas keseharian pasien hanya
menonton tv,mendengarkan musik,makan dan tidur. Pasien jarang melaksanakan
shalat 5 waktu. Semenjak tidak bekerja pasien juga tidak bergaul dengan teman-
teman pasien ataupun tetangga sekitar.
Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien sering terlihat berbicara
sendiri sambil menutup mulutnya dengan tangan. Pasien menjadi banyak bicara
dan sering marah-marah sambil berteriak. Pasien juga menjadi malas mandi dan
sulit tidur.
2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien memarahi adik-adiknya dan
memukuli kedua adiknya dengan alasan pasien mendengar suara yang
memerintahkan pasien agar memukul adiknya .
6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien tiba-tiba mengamuk,membanting
barang disekitar pasien dan memecahkan kaca jendela. Pasien melakukan hal
tersebut karena mendapat bisikan – bisikan seperti “pecahin aja kacanya biar gak
ada apa-apa”.
Saat di wawancarai dibangsal pasien mengaku tidak merasa sakit dan tidak
mengetahui alasan pasien dibawa ke RS Jiwa Klender. Pasien dibawa ke RS oleh
ibu pasien dan supir dari RS. Selama di bangsal pasien merasa sehat dan tidak ada
keluhan. Pasien dan Ibu pasien menyangkal adanya demam,kejang,trauma
kepala,mual muntah ataupun riwayat penggunaan obat-obatan terlarang maupun
alkohol sebelum pasien mengamuk dan dibawa ke rumah sakit.Adanya riwayat
hipertensi dan diabetes melitus juga disangkal.
Pasien terlihat gelisah dan bersikap hati-hati. Pasien juga sering terlihat
berbicara sendiri sambil menutup mulut menggunakan tangannya. Saat ditanya
pasien sedang berbicara dengan siapa pasien mengaku sedang berhubungan
dengan orang atas yang berada di luar angkasa. Pasien bercerita tentang hal-hal
yang aneh seperti pasien bisa keluar angkasa menggunakan roket. Pasien
mengatakan pasien dapat melihat orang atas yang tinggal diluar angkasa melalui
monitor besar.
Pasien juga berulang kali menegaskan bahwa Ibu dan ayah kandung pasien
bukanlah orangtuanya yang berada di Indonesia yang saat ini tinggal bersamanya.
Pasien mengaku memiliki banyak orang tua kandung di setiap negara,seperti Brad
pit,Angelina Jolie,Mahatma Gandi dan nama-nama tokoh dunia lain yang di akui
sebagai orang tua kandungnya. Pasien mengatakan bahwa selama ini orang tuanya
yang di Indonesia selalu menghalangi pasien untuk bertemu dengan orang tua
kandung pasien.
D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
a. Riwayat Gangguan Psikiatri:
Kurang lebih 3 tahun yang lalu pasien sempat dibawa ke psikiater di
Cimahi karna pasien marah-marah sambil berteriak. Pasien sempat diberi obat
namun tidak di minum.
b. Riwayat Gangguan Medis:
Tidak terdapat riwayat trauma kepala, riwayat kejang, epilepsi, hipertensi,
maupun diabetes melitus.
c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA) :
Pasien merokok sejak kelas 3 SMA kurang lebih sudah 16 tahun. Pasien
merokok 6-7 batang dalam satu hari. Riwayat minum alkohol diakui pasien sejak
pasien bekerja di Saudi Arabia,namun ketika pulang ke Indonesia pasien sudah
jarang minum-minuman beralkohol dan semenjak pasien tidak bekerja pasien
sudah tidak pernah minum alkohol. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan
terlarang.
E. RIWAYAT PREMORBID
a) Riwayat Prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Kelahirannya
direncanakan. Usia kehamilan aterm,lahir di bidan Jakarta. Adanya trauma saat
persalinan disangkal.
b) Riwayat masa kanak –kanak dan remaja
a. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Sejak kecil pasien diasuh oleh orang tua pasien, tumbuh kembang pasien
seperti anak seusianya. Pasien mendapatkan ASI sampai usia pasien 2 tahun.
Pasien mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua.
b. Riwayat masa kanak pertengahan (3-7 tahun)
Pasien masuk TK saat berusia 4 tahun dan masuk SD saat usia 6 tahun.
Pasien merupakan anak yang ceria dan senang bermain dengan teman seusianya.
Pasien tidak pernah mendapat perilaku tidak baik ataupun kekerasan baik oleh
keluarga,teman-teman ataupun orang disekitar pasien.
c. Riwayat kanak akhir dan pubertas (11-18 tahun)
Pada saat remaja pasien mempunyai banyak teman-teman,walaupun pasien
dianggap sebagai orang yang galak oleh teman-temannya karna pasien mudah
marah.Sejak kelas 2 SMA pasien sering kesurupan dirumah maupun disekolah.
Pasien juga menceritakan bahwa pasien sangat senang menonton film hollywood,
artis idolanya adalah Brad Pitt. Selama sekolah pasien sering menjalin hubungan
dengan pria namun tidak pernah di kenalkan kepada orang tuanya.Pasien tidak
memiliki masalah akademis,pasien tidak pernah tinggal kelas.Setelah lulus SMA
pasin langsung melanjutkan kuliah D-III ke akademi keperawatan .
C) Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Setelah lulus D-III akademi keperawatan tahun 2003 pasien bekerja
sebagai perawat di RSI selama 1 tahun. Tahun 2004 hingga 2008 pasien bekerja di
Saudi Arabia. Sepulangnya di Indonesia tahun 2008 pasien bekerja di RS Harapan
Bunda selama 6 bulan,orang tua pasien menyuruh berhenti bekerja karena pasien
menjadi lebih sering marah-marah semenjak bekerja di RS Harapan Bunda. Masih
pada tahun yang sama tahun 2008 pasien bekerja sebagai marketing di Bank
CIMB Niaga selama 4 bulan,pasien kemudian memutuskan untuk berhenti bekerja
karna terdapat masalah dengan rekan laki-laki dikantornya.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah dan tidak mempunyai anak. Alasan pasien
belum menikah dikatakan ibunya karna pasien terlalu mengejar karir dan pernah
bercerita takut jika menikah nanti bagaimana jika pasien mendapat suami yang
tidak baik. Sementara orang tua pasien selalu mngingatkan pasien untuk menikah
dan tidak terlalu mengejar karir sebagai perempuan.
c. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, dan pasien tumbuh dalam lingkungan beragama
islam. Pasien jarang melaksanakan Shalat 5 waktu sejak remaja maupun ketika
mulai sakit. Pasien jarang meembaca Al-Qur’an. Pasien jarang mengamalkan
dzikir saat pasien sedang tidak melakukan apapun.
d. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat kasus hukum dan tidak pernah dipenjara.
selama hidupnya.
F. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Dalam keluarga pasien
terdapat riwayat yang mengalami gangguan jiwa,yaitu kakak dan adik perempuan
dari ibu pasien. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua adiknya.
Semenjak pulang dari Saudi Arabia hubungan pasien di keluarga sering kali
tegang karna masalah uang. 2 hari smrs pasien memarahi kedua adiknya dan
memukulinya karna pasien mendengar bisikan.
Genogram
Keterangan :
Laki-laki Perempuan dengan gangguan jiwa
Perempuan Perempuan meninggal
Pasien Laki-laki meninggal
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang perempuan berusia 34 tahun,penamiplan sesuai dengan
usianya. Pasien memakai seragam bangsal ,kaos berwarna pink dan celana
panjang berwarna hijau. Pasien memakai sendal jepit. Rambut pasien lurus
hitamdan diikat satu.kulit sawo matang. Kebersihan dan kerapian pasien cukup.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien terlihat sering menutup mulutnya menggunakan tangan sambil
berbicara sendiri. Pasien tampak gelisah tidak bisa duduk lama dan telihat berjalan
mondar-mandir di bangsal. Perilaku motorik pasien terlihat akathisia.
c. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien dapat bercerita dengan pemeriksa. Saat pertama kali diwawancara
pasien bersikap berhati-hati.
B. Mood dan Afek
a. Mood : Hipotimik
b. Afek : Terbatas
c. Keserasian afek : Sesuai, ekspresi emosi yang teramati selaras dengan
ide, pikiran, atau gaya bicara yang menyertai
C. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Pasien berbicara cukup lancar, terkadang pasien
berbicara bahasa inggris tidak beraturan namun tetap dapat dimengerti.
b. Volume berbicara : Cukup
c. Intonasi : Baik , artikulasi jelas.
d. Kualitas : cukup
e. Kuantitas : pasien terlihat banyak berbicara ,pasien sering berbicara
sendiri.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
a. Auditorik : ada, pasien mengaku sering mendengar suara bisikan
untuk melakukan sesuatu seperti saat pasien memukul adik,membanting barang-
barang dan memecahkan kaca jendela. Pasien juga mengaku dapat berinteraksi
dengan orang atas yang berada di luar angkasa.
b. Visual : ada, pasien mengaku dapat melihat orang atas yang
berasal dari luar angkasa yang sering diajaknya berbicara melalui sebuah layar
monitor besar.
c. Gustatorik : disangkal.
d. Olfaktorik : disangkal.
e. Taktil : disangkal.
2. Ilusi : Tidak ada.
3. Depersonalisasi: Tidak ada.
4. Derealisasi : Tidak ada.
E. Gangguan Pikir
1. Proses Pikir :
a. Produktivitas : Cukup ide
b. Blocking : tidak ada
c. Asosiasi longgar : tidak ada
d. Inkoherensi : ada,pasien mengatakan hal-hal yang tidak logis.
e. Flight of ideas : tidak ada
f. Neologisme : tidak ada
g. Sirkumstansial : tidak ada
h. Tangensial : tidak ada
i. Word Salad : tidak ada
2. Isi Pikir
a) Preokupasi pikiran :tidak ada
b) waham yang kacau (bizzare delusion ) : Ada,pasien percaya dapat
berkomunikasi dan melihat orang luar angkasa. Pasien juga yakin bahwa orang
tua kandungnya tidak berada di Indonesia,pasien meyakini orang tua kandungnya
lebih dari satu pasang yang berada di negara-negara yang berbeda.
c) Waham Kebesaran : Tidak ada
d) Waham Kejaran : Tidak ada
e) Waham Nihilistik : Tidak ada
f) Waham curiga : Tidak ada
g) Thought Withdrawal : Tidak ada.
h) Thought Insertion : Tidak ada
i) Thought Broadcasting : Tidak ada
j) Thought Control : Tidak ada
k) Obsesif / kompulsif : Tidak ada.
l) Fobia : Tidak ada.
m) Ide bunuh diri : Tidak ada.
F. Fungsi Kognitif dan Kesadaran
a) Kesadaran : Compos Mentis
b) Orientasi :
a. Waktu à tidak baik ( Pasien tidak dapat menyebutkan hari dan bulan
berapa pada saat di wawancara).
b. Tempat à baik ( Pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang
berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, Negara Indonesia, kota jakarta).
c. Orang àbaik ( Pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter
muda ).
c) Daya ingat
a. Jangka panjang : baik, pasien dapat mengingat kejadian di masa
kecil pasien senang bermain dengan kedua adiknya di taman. Pasien juga
menceritakan tentang masa SMP dan SMA nya.
b. Jangka sedang : baik,pasien dapat mengingat riwayat pekerjaan
pasien .
c. Jangka pendek : Baik, pasien ingat menu makanan yang ia makan
kemarin dan pagi hari sebelum di lakukan wawancara.
d. Segera : Baik, pasien mampu mengulang kata-kata yang
disebutkan pemeriksa.
d) Konsentrasi dan Perhatian
Pasien tampak kurang dapat berkonsentrasi dengan baik,ketika diminta
untuk berhitung pasien sering kali salah menjawab walaupun pada akhirnya
pasien dapat menyebutkan angka yang benar. Pasien kurang dapat memusatkan
perhatiannya pada proses wawancara, pasien terlihat gelisah sering berdiri dari
tempat duduknya dan berjalan-jalan kemudian pasien duduk kembali. Perhatian
pasien mudah teralihkan jika ada orang yang lewat disekitarnya. Ketika diminta
untuk mengeja sebuah kata dari belakang huruf ,pasien tidak dapat mengejanya
dengan lancar.
e) Kemampuan membaca dan menulis
Baik, pasien dapat membaca dan menulis.
f) Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-benda yang ada
di sekelilingnya. Pasien juga dapat menirukan gambar jam.
g) Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat membayangkan dan menceritakan bentuk
rumahnya,pasien dapat mengerti arti peribahasa.
h) Kemampuan Informasi dan Intelegensi
Baik,Pasien mengetahui siapa presiden Indonesia saat ini. Pasien
mengetahui film- film yang ditayangkan pada tahun ini.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien selama wawancara dinilai baik.
H. Daya Nilai
a) Daya nilai sosial : Baik, pasien bersalaman dengan dokter muda
yang mewawancarai dirinya. Selama wawancara apabila pasien ingin makan,tidur
ataupun ke toilet pasien memberi tahu dan meminta maaf karna harus
menyelesaikan wawancara.
b) Uji daya nilai : Tidak terganggu
I. Reality Testing Of Ability
Terganggu
J. Tilikan
Tilikan pasien derajat 1, pasien menyangkal penuh terhadap penyakitnya.
J. Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan, keterangan yang diberikan oleh pasien cukup dapat
dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
I. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Tampak sehat
Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 76 x / menit
Pernafasan : 18 x / menit
Kepala : Normocephal, rambut lurus berwarna hitam , tidak
mudah rontok
Thoraks :
Pulmo : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-
Cor : S1S2 reguler, Murmur -, gallop –
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tremor - /-
-/-
II. STATUS NEUROLOGIS
Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk (-)
Mata :
Gerakan bola mata : dapat bergerak kesegala arah, nistagmus (-)
Bentuk pupil : Bentuk bulat (+/+), isokor
Rangsang cahaya : + / +
Motorik
Tonus Otot : Normal
Kekuatan : 555/555
555/555
Koordinasi : Baik
Sensorik : +/+
+/+
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
a) Pasien Ny.A usia 34 tahun datang ke rumah sakit jiwa Islam Klender
karna mengamuk dan memecahkan kaca jendela serta membanting barang-barang
disekitar pasien.
b) Kurang lebih 17 tahun smrs,sejak pasien kelas 2 SMA pasien sering
kesurupan. Pasien merupakan pribadi yang galak di mata teman-temannya.
c) Pada tahun 2008 pasien kembali ke Indonesia setelah bekerja di Saudi
Arabia sebagai perawat,pasien marah ketika mengetahui gajinya yang di simpan
oleh ibunya sebagian besar dipakai untuk membeli rumah dan tanah. Sejak saat itu
pasien selalu marah- marah dan meminta agar uangnya dikembalikan dengan
menjual rumah dan tanah yang telah dibeli ibunya.
d) Kurang lebih satu bulan setelah kembali di Indonesia pada tahun 2008
pasien mencoba melamar pekerjaan untuk menjadi perawat di Jepang,namun
pasien tidak diterima. Pasien merasa kecewa karna tidak dapat bekerja di Jepang.
e) Setelah gagal bekerja di Jepang,pada tahun 2008 pasien bekerja di RS
Harapan Bunda namun hanya selama 6 bulan,pasien berhenti karna disuruh
ibunya yang melihat pasien menjadi lebih sering marah-marah semenjak bekerja
di RS Harapan Bunda. Kurang lebih satu bulan setelah berhenti bekerja di RS
Harapan Bunda,pasien mendapatkan pekerjaan baru sebagai markting di Bank
CIMB Niaga,namun hanya selama 4 bulan. Pasien berhenti bekerja di Bank
karena memiliki masalah dengan salah satu rekan pria dikantornya.
f) Kurang lebih 6 tahun smrs,sejak tahun 2009 pasien tidak bekerja lagi dan
hanya dirumah.Semenjak dirumah pasien sering terlihat termenung.pasien mudah
marah dan tidak mau membantu pekerjaan rumah.Salah satu yang membuat
pasien marah adalah apabila ibu pasien membahas mengenai pernikahan.
g) Sejak 3 bulan smrs pasien banyak bicara dan sering terlihat berbicara
sendiri. Pasien menjadi jarang mandi dan lebih sering tidur. Ketika hal yang
diminta pasien tidak dituruti pasien akan marah dan berteriak.
h) 2 hari smrs tiba-tiba pasien memarahi kedua adiknya dan memukulinya
karna mendengar suara bisikan yang menyuruhnya.
i) 6 jam smrs pasien mengamuk,membanting barang-barang yang ada
disekitarnya dan memecahkan kaca jendela karna mendengar suara bisikan untuk
melakukan hal itu.
j) Perilaku dan Aktivitas Psikomotor :Pasien terlihat sering menutup
mulutnya menggunakan tangan sambil berbicara sendiri. Pasien tampak gelisah
tidak bisa duduk lama dan telihat berjalan mondar-mandir di bangsal. Perilaku
motorik pasien terlihat akathisia.
k) Mood : hipotimik
l) Afek : terbatas
m) Kuantitas pembicaraan : pasien banyak berbicara,dan sering berbicra
sendiri.
n) Halusinasi auditorik : ada, pasien mengaku sering mendengar suara
bisikan untuk melakukan sesuatu seperti saat pasien memukul adik,membanting
barang-barang dan memecahkan kaca jendela. Pasien juga mengaku dapat
berinteraksi dengan orang atas yang berada di luar angkasa.
o) Halusinasi visual : ada, pasien mengaku dapat melihat orang atas yang
berasal dari luar angkasa yang sering diajaknya berbicara melalui sebuah layar
monitor besar.
p) Gangguan pikir Inkoherensi : ada,pasien mengatakan hal-hal yang tidak
logis.
q) Waham yang kacau (bizzare delusion ) : Ada,pasien percaya dapat
berkomunikasi dan melihat orang luar angkasa. Pasien juga yakin bahwa orang
tua kandungnya tidak berada di Indonesia,pasien meyakini orang tua kandungnya
lebih dari satu pasang yang berada di negara-negara yang berbeda.
r) Orientasi Waktu : disorientasi ( Pasien tidak dapat menyebutkan hari dan
bulan berapa pada saat di wawancara).
s) Konsentrasi dan Perhatian : Pasien tampak kurang dapat berkonsentrasi
dengan baik,ketika diminta untuk berhitung pasien sering kali salah menjawab
walupun pada akhirnya pasien dapat menyebutkan angka yang benar. Pasien
kurang dapat memusatkan perhatiannya pada proses wawancara, pasien terlihat
gelisah sering berdiri dari tempat duduknya dan berjalan-jalan kemudian pasien
duduk kembali. Perhatian pasien mudah teralihkan jika ada orang yang lewat
disekitarnya. Ketika diminta untuk mengeja sebuah kata dari belakang
huruf ,pasien tidak dapat mengejanya dengan lancar.
t) Tilikan : Tilikan pasien derajat 1, pasien menyangkal penuh terhadap
penyakitnya.
u) Reality Testing Of Ability : Terganggu
FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ditemukan adanya psikopatologi yang menyebabkan distress
dan disabilitas sehingga pasien itu dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa.
a) Diagnostik Aksis I
Berdasarkan hierarki diagnosis gangguan jiwa pada PPDGJ III, dari hasil
pemeriksaan status generalis dan status neurologis ditemukan keadadaan pasien
yang compos mentis, tidak terdapat kelainan fisik, sehingga diagnosis Gangguan
Mental Organik (F0) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis, pasien memiliki riwayat meminum minuman beralkohol
sejak pasien bekerja di Saudi Arabia namun jarang dan selama tidak bekerja di
rumah pasien tidak pernah minum alkohol.Tidak didapatkan adanya riwayat
ketergantungan,intoksikasi maupun keadaan putus zat penggunaan zat psikoaktif,
sehingga dapat disingkirkan diagnosis Gangguan Mental dan Perilaku akibat
pengguaan Zat (F1).
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, Pada pasien ini terdapat
halusinasi auditorik tipe commanding dan halusinasi visual, waham yang kacau
(bizzare delusion )yang sudah berlangsung selama lebih dari 3 bulan.Pasien juga
sering bicara sendiri dan banyak bicara,terlihat gelisah,hingga akhirnya pasien
mengamuk dan memecahkan barang-barang,afek pasien meningkat secara
menonjol, sehingga berdasarkan PPDGJ III, diagnosa pasien adalah Gangguan
skizoafektif tipe manik (F 25.0)
b) Diagnostik Aksis II
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II. Tidak didapatkan data yang bermakna
untuk menentukan retardasi mental atau gangguan kepribadian.
c) Diagnostik Aksis III
Tidak ada diagnosis.
d) Diagnostik Aksis IV
Pada pasien ditemukan masalah pekerjaan,masalah ekonomi dan masalah
psikososial dan lingkungan lain.
e) Diagnostik Aksis V
GAF scale 60 - 51 yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
a) Aksis I : F25.0 Skizoafektif tipe manik
DD : F20.0 Skizofrenia Paranoid
F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik
b) Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis
c) Aksis III : Tidak ada diagnosis
d) Aksis IV :Masalah pekerjaan, masalah ekonomi dan masalah
psikososial dan lingkungan lain.
e) Aksis V : GAF scale 60 - 51
VIII. TERAPI
Farmakoterapi
Terapi oral :
a) Risperidone 2 x 2 mg/ hari
b) Litium Karbonat 2 x 400 mg/hari
c) Clozapine 1 x 25 mg/hari
d) Triheksifenidil 2 x 2 mg/hari
Psikoterapi dan edukasi :
a) Menyarankan untuk mencari kesibukan dan interaksi sosial dengan orang
lain dengan tujuan untuk mengatasi kambuhnya gejala.
b) Memberikan dukungan dan meyakinkan kembali kemampuan pasien
bahwa ia sanggup untuk menghadapi masalah yang sedang di alami.
c) Memberikan pemahaman pentingnya teratur dan patuh minum obat untuk
memperkecil peluang kekambuhan.
d) Kontrol teratur ke rumah sakit apabila pasien telah dibolehkan pulang.
Terhadap keluarga :
a) Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit yang diderita pasien,
gejala-gejala, dampak-dampak, faktor-faktor penyebab, cara pengobatan,
prognosis, dan kekambuhan sehingga keluarga dapat menerima kondisi pasien dan
mendukung pasien ke arah kesembuhan.
b) Mengajak seluruh anggota keluarga dan orang-orang terdekat pasien untuk
ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaan pasien terutama dalam mendukung
kepatuhan pasien menjalankan terapi dan dalam menghindarkan stresor dari
pasien.
IX. PROGNOSIS
1. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Functionam : ad bonam
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam
X. DISKUSI
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai
dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan
afektif. Studi populasi umum tidak ada yang menunjukkan insidens dari penyakit
skizoafektif ini, melainkan komorbid antara skizofrenia dan gangguan afektif.
Berdasarkan national comorbidity study, didapatkan bahwa, 66 orang yang di
diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosa gangguan afektif yang terdiri dari
59% depresi dan 22% gangguan bipolar. Dengan kata lain, depresi adalah
komorbid tertinggi dari skizofrenia
Gangguan skizoafektif memiliki ciri baik skiofrenia dan gangguan afektif
(sekarang disebut gangguan mood). Kriteria diagnosis untuk gangguan
skizoafektif telah berubah dengan berjalannya waktu, sebagian besar karena
perubahan dalam kriteria diagnostic untuk skizofenia dan gangguan mood.
Terlepas dari sifat diagnosis yang dapat berubah, diagnosis ini tetap merupakan
diagnosis yang terbaik bagi pasien yang sindrom klinisnya akan terdistorsi jika
hanya dianggap skizofrenia atau hanya suatu gangguan mood.
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat
model konseptual telah diajukan. (1) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan
suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood. (2) Gangguan skizoafektif
mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood.
(3) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan
mood. (4) Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan
pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan gangguan
skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen.
Pasien dengan gangguan skizoafektif adalah suatu kelompok yang
heterogen: beberapa menderita skizofrenia dengan gejala afektif yang menonjol,
yang lainnya menderita suatu gangguan mood dengan gejala skizofrenik yang
menonjol, dan suatu kelompok ketiga yang memiliki sindrom klinis yang berbeda.
Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua
tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Gejala
skizofrenik dan gangguan mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara
yang bergantian. Perjalanan penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan
remisi sampai satu perjalanan jangka panjang yang memburuk.
Banyak peneliti dan klinisi telah berspekulasi tentang ciri psikotik yang
tidak sesuai dengan mood (mood-incongruent); isi psikotik (yaitu, halusinasi atau
waham) adalah tidak konsisten dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya,
adanya ciri psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada suatu gangguan mood
kemungkinan merupakan indikator dari prognosis yang buruk. Hubungan tersebut
kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun data-datanya adalah
terbatas.
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah
karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-
kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau
membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-
gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-
gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai
dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan
(mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis
gangguan skizoafektif.
Tabel 1. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-
III
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari
yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan
bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria
baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami
suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2).
Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)
Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan
gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan
skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahguna amfetamin dan
phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara
khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang
bersama-sama.
Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang
biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam
praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala
gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi
boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut
telah terkendali.
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan
prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan
gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian
yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan
gangguan itu sendiri. Hasil penelitian tersebut ditunjukkan di Tabel 2 dan Tabel 3.
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe
bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan
gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan t premorbid yang buruk; onset yang
perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya
gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak
mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-
masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau
tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan
perjalanan penyakit.
Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan
jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan
bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan
skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di
antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.
Terapi yang diberikan adalah antipsikotik untuk menghilangkan/
mengurangi gejala psikosis dominan gejala positif seperti waham yang menonjol.
juga gangguan perasaan yang tidak sesuai situasi dan perilaku yang tidak
terkendali dapat juga dikurangi oleh obat ini. Dalam memilih obat antipsikotik
harus dipertimbangkan gejala psikotik yang dominan dan efek sampingnya.
Pada pasien ini, untuk antipsikotik diberikan Risperidone yang merupakan
golongan antipsikotik atipikal. Risperidone dipilih karena efektif dalam
menghilangkan gejala positif seperti waham, namun memiliki efek sedatif yang
tidak terlalu kuat. Risperidone juga memiliki efek samping ekstrapiramidal yang
rendah. Pada pasien pertimbangan pemberian Clozapine adalah untuk mengambil
efek sedasi yang kuat karena pada pasien ini ditemukan banyak gaduh gelisah,
sulit tidur serta disorganisasi pikiran dan perasaan sehingga sebaiknya diberikan
pada malam hari. Clozapine juga tidak mempunyai efek samping ekstrapiramidal.
Juga pertimbangkan pemberian Trihexyphenidyl untuk mengobati adanya gejala
ekstrapiramidal (distonia akut , sindrom parkinson, akathisia).
Pengaturan dosis dalam pemberian terapi biasanya dimulai dengan dosis
awal, dinaikkan secara cepat sampai mencapai dosis efektif, dinaikkan secara
gradual sampai mencapai dosis optimal dan dipertahankan untuk jangka waktu
tertentu sambil disediakan terapi yang lain, kemudian diturunkan secara gradual
sampai mencapai dosis pemeliharaan, yaitu dosis terkecil yang masih mampu
mencegah kambuhnya gejala. Bila sampai jangka waktu tertentu dinilai sudah
cukup mantap hasil terapinya, maka dosis dapat diturunkan secara gradual sampai
berhenti (tappering obat). Pada pasien ini dipertimbangkan memberikan 2 obat
antipsikotik dengan pertimbangan agar gejala dapat dengan cepat dikontrol.
Prinsip pemberian antipsikotik seharusnya dengan memberikan dahulu terapi
tunggal baru kemudian jika setelah 1-2mg belum ada perbaikan baru pergantian
obat dan kemudian kombinasi.
Pada pasien ini juga diberikan Lithium Carbonate yang merupakan pilihan
utama untuk meredakan gejala mania. Efek anti-mania dari Lithium Carbonate
disebabkan kemampuannya mengurangi “dopamine receptor supesensitivity”
dengan meningkatkan “cholinergic-muscarinic activity” dan menghambat AMP
siklik. Karena mania sendiri disebabkan oleh tingginya kadar serotinin dalam
celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap
“dopamine receptor supesensitivity”.
Perlu diperhatikan bahwa selain psikofarmaka, juga dibutuhkan
psikoterapi berupa penjelasan yang komunikatif, edukatif, dan informatif tentang
penyakit pasien kepada pasien dan keluarga.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.Rujukan ringkas dari
PPDGJ III dan DSM-5.1997. Jakarta
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta. Binarupa Aksara, 2010: 699-742
3. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri.. Jakarta Badan. Penerbit
FK UI, 2010 :377-386