laporan mo acara 2

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari pengamatan sehari-hari kita mengetahui bahwa bumi tersusun dari batuan-batuan. Apabila kita mengambil batuan dan mengamatinya, ternyata batuan terdiri dari mineral-mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik. Mineral sendiri terdiri dari unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur, dalam hal ini, adalah benda yang tak dapat lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan terlalu kecil untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop. Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu campuran dari gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari proses- proses fisis dan kimia khusus secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai susunan atau rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur yang sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisisnya. Pengamatan yang dilakukan salah satunya berupa pengamatan mineral melalui nikol silang dan nikol sejajar. pengamatan ini sangat penting sebab dalam pengamatan ini akan diketahui sifat-sifat optik mineral. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengaplikasikan apa yang didapatkan proses belajar mengajar atau dalam perkuliahan. Sedangkan tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan praktikan dapat: 1. Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan nikol sejajar. 2. Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan nikol silang. 3. Menentukan nama mineral dari sifat-sifat optic yang diamati.

Upload: minfadliansah

Post on 04-Jul-2015

475 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan MO Acara 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dari pengamatan sehari-hari kita mengetahui bahwa bumi tersusun dari

batuan-batuan. Apabila kita mengambil batuan dan mengamatinya, ternyata batuan

terdiri dari mineral-mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik.

Mineral sendiri terdiri dari unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur, dalam hal ini,

adalah benda yang tak dapat lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel

terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan terlalu kecil

untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop.

Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu

campuran dari gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari proses-

proses fisis dan kimia khusus secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang

homogen dan mempunyai susunan atau rumus kimia tertentu. Bila kondisi

memungkinkan, mendapat suatu struktur yang sesuai, di mana ditentukan

bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisisnya.

Pengamatan yang dilakukan salah satunya berupa pengamatan mineral melalui

nikol silang dan nikol sejajar. pengamatan ini sangat penting sebab dalam

pengamatan ini akan diketahui sifat-sifat optik mineral.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengaplikasikan apa yang

didapatkan proses belajar mengajar atau dalam perkuliahan. Sedangkan tujuan

dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan praktikan dapat:

1. Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan nikol sejajar.

2. Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan nikol silang.

3. Menentukan nama mineral dari sifat-sifat optic yang diamati.

Page 2: Laporan MO Acara 2

1.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum ini yaitu kertas F4, format

praktikum, alat tulis menulis, lap kasar, lap halus mikroskop polarisasi, dan

sayatan mineral.

1.4. Prosedur Kerja

Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini dimulai dari mengambil

mikroskop polarisasi dari lemari dan selanjutnya membuat bon alat. Setelah itu

mikroskop diletakkan di atas meja yang telah dilapisi oleh lap kasar. Kemudia

mikroskop disentringkan dengan memutar analisator sampat didapatkan terang

maksimum dan jika analisator dimasukkan didapatkan gelap maksimum.

Selanjutnya mengambil sayatan mineral dari asisten praktikum dan diletakkan di

meja objek dan dijepit menggunakan specimen clip. Langkah selanjutnya adalah

mengamati mineral pada nikol sejajar, nikol silang, dan TRO lalu menggambar

hasil pengamatan mineral tersebut. Langkah terakhir pada pengamatan ini ialah

menyusun laporan praktikum.

Page 3: Laporan MO Acara 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat – sifat optik dari minera dapat diamati dengan menggunakan mikroskop

dengan metode tanpa nikol (nikol sejajar) maupun dengan nikol (nikol silang)

2.1. Identifikasi Mineral pada Pengamatan Nikol Sejajar

Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing isometric, rhombik,

triklin, monoklin. tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap sistem kristal

memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-masing

sumbu kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda. Untuk

itulah setiap mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi

sejajar atau diagonal terhadap sumbu panjangnya. Pengamatan mikroskopis yang

dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol

sejajar.

1. Ketembusan Cahaya

Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus

cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya.

Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai butiran yang

gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan dengan mikroskop

polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan mikroskop pantulan. Mineral

tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral berwarna dan mineral

tidak berwarna.

2. Indeks Bias dan Relief

Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian

masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang

berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas kontak kedua

media tersebut. Semakin besar perbedaan harga indeks bias antara kedua media,

maka semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil

Page 4: Laporan MO Acara 2

perbedaan harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan

semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka

sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media canada

balsam yang mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = 1.537.

Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif, maka harga

relief mineral harus dibandingkan dengan relief standar canada balsam (n = 1.537)

atau relief kuarsa (n = 1.544). setiap mineral yang mempunyai indeks bias kurang

dari relief standar disebut memiliki relief negatif, sedangkan mineral yang

memiliki indeks bias lebih besar dari standar disebut memiliki relief positif. Cara

untuk membedakan jenis relief adalah dengan menggunakan metode garis Becke.

Selain penilaian relief positif/negatif, harga relief suatu mineral juga dinilai

berdasar tingkatan perbedaan harga indeks bias dengan n standar. Setiap mineral

yang mempunyai n relatif dekat dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka

disebut memiliki relief positif rendah

Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral

yang satu dengan yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam

mineral yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat

optis yang berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief ada yang tinggi,

sedang atau rendah. Pada prinsipnya; kaca / air / udara memiliki indeks bias

sempurna, sehingga memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun,

suatu mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca / air /

udara, sehingga reliefnya lebih tinggi.

Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias

yang dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar

yang menembusnya. Mineral menyerap sebagian sinar dan memantulkannya

sebagian. Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga

reliefnya makin rendah.

Gambar 2.1. Sifat optis relief tinggi pada mineral olivin dan relief rendah yang diamati pada

posisi nikol sejajar

Page 5: Laporan MO Acara 2

3. Pleokroisme

Yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam menyerap sinar mengikuti

system kristalografinya. Ditunjukkan oleh beberapa kali perubahan warna kristal

setelah diputar hingga 360O. Dapat diamati pada posisi terpolarisasi maupun

nikol sejajar. Mineral uniaxial disebut dichroic: dua warna yang berbeda dari

vibrasi sinar yang parallel terhadap sumbu vertikal dan sumbu dasar. Mineral

biaksial: trichroic, 3 perubahan warna berhubungan dengan 3 sumbu elastisitas

utama. Ct: horenblende pleokrois kuat dan piroksen tak-pleokrois.

Pleokroisme biotit berwarna coklat kekuningan Orde 1

Gambar 2.2. Warna interferensi biotit sejajar sumbu C

Pleokroisme biotit berwarna coklat gelap Orde I

Gambar 2.3.Pleokroismenya pada sudut putaran 90o

4. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan /

tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan

atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah

belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan

magma di luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena

Page 6: Laporan MO Acara 2

pembekunya/ pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang

sempurna, begitupula sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai

parameter untuk mengetahui tingkat kristalisasi mineral secara umum. Namun,

mineral yang berukuran besar bukan berarti tingkat kristalisasinya sempurna.

Sebagai contoh adalah mineral-mineral penyusun batuan gunung api yang

terkristalisasi dengan cepat dapat tumbuh membentuk mineral dalam diameter

yang besar, tetapi bentuk kristalnya anhedral membentuk fenokris dalam batuan

bertekstur porfiritik.

Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara

keseluruhan atau beraturan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral

Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya

sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral.

Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara

keseluruhan atau tidak beraturan maka kristal disebut mempunyai bentuk

anhedral.

Px: subhedral

Px: subhedral Px: euhedral

Px: anhedral

Gambar 2.4. Bentuk kristal subhedral pada piroksen dan anhedral pada horenblenda dan bentuk

kristal euhedral, subhedral dan anhedral pada mineral piroksen (HBL horenblenda dan Px:

piroksen).

Parameter lain untuk menyatakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan

panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristal-kristal yang euhedral.

Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike,

fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya. Untuk kristal yang dalam

pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau juga terhalang magma yang

kental, sering menghasilkan bentuk “incipient crystals”

Page 7: Laporan MO Acara 2

anhedral/irregular

blocky

elongate

euhedral

5. Bentuk mineral

Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal. Bentuk mineral

adalah bentuk secara fisik, seperti takteratur (irregular), memanjang, prismatik,

fibrous, membulat dan lain-lain (Gambar II.4). bentuk-bentuk mineral tersebut

tidak berhubungan dengan tingkat kristalisasinya. Bentuk mineral secara

sempurna dapat mengikuti bentuk pertumbuhan kristalnya, namun tidak dapat

digunakan sebagai parameter tingkat kristalisasi.

Gambar2.5. Bentuk-bentuk mineral blocky, irregular; gambar

dan bentuk mineral euhedral

6. Belahan

Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya

juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem

kristal tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal

sendiri dibentuk/dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian,

sisi-sisi susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan

ikatannya. Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral

mengalami benturan / terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah

mengikuti arah belahannya. Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar

tetapi beberapa mineral juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua

Page 8: Laporan MO Acara 2

belahan mineral dapat diamati di bawah mikroskop, sebagai contoh adalah kuarsa

dan olivine.Tetapi, sebenarnya keduanya memiliki pecahan yang jelas. Kuarsa,

secara megaskopis memiliki pecahan konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk

kristalnya yang bipiramidal, namun di bawah mikroskup belahan konkoidal-

bipiramidal sulit dapat diamati. Olivin kadang-kadang menunjukkan belahan dua

arah miring, namun karena bentuknya yang membotol, jadi sulit diamati juga di

bawah mikroskup.

Gambar 2.6. Contoh mineral dengan susunan acak (belahan tidakjelas) atau tanpa belahan: olivine dan

Contoh mineral kuarsa tanpa belahan

Belahan satu arah: mineral mika. Bidang-bidang belahan akan nampak sebagai

garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain pada sayatan yang dipotong miring

atau sejajar terhadap sumbu kristal atau memotong arah bidang belahan.

Sedangkan sayatan yang tegaklurus sumbu kristal atau sejajar bidang belahan,

maka belahan tidak akan nampak sama sekali

Belahan 2 arah: piroksen dan amfibol. Mineral dengan sudut belahan 2 arah

membentuk perpotongan dengan sudut 60°/120° misalnya amfibol / horenblende

dan mineral dengan sudut belahan dua arah membentuk sudut 90° piroksen.

7. Inklusi

Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang

terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam

kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat

berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa

kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas.

Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat

perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya

pada ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi

Page 9: Laporan MO Acara 2

dengan mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal

biasa.

2.2. Identifikasi Mineral Pada Pengamatan Nikol Silang

Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan

bahwa dalam pengamatannya digunakan analisator bersilangan dengan polarisator

(sinar diserap dalam dua arah yang saling tegak lurus). Sifat yang dapat diamati

adalah sifat optik yang berhubungan dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik.

1. Warna Interferensi

Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator, komponen

sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat diteruskan

hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan

lambat, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar

selisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya. Warna interferensi dapat

ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral hingga

diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel

interferensi Michel – Levy Chart.

2. Sifat Birefringence (BF)

Standardisasi sayatan tipis memiliki ketebalan 0,03 mm. Dalam sayatan tipis,

interference mineral harus dapat diamati, yang hanya dapat dalam sayatan tipis

0,03mm. Warna interference dapat dilihat dari posisi horizontal sayatan. Setelah

warna interference diketahui, pengamatan dilanjutkan melalui garis diagonalnya

hingga didapatkan sifat birefringence (BF). Dari posisi birefringence, dengan

meluruskan ke bawah melalui garis diagonal ke perpotongannya, akan diketahui

ketebalan standarnya, apakah lebih tebal atau tidak dari 0,03 mm. Orde warna

interference dan birefringence menggunakan tabel warna Michel-Levy

Birefringence ditentukan dari refraksi ganda pada pantulan sinar maximum

(warna orde tertinggi). BF dapat dilihat jika posisi sayatan berada pada sudut

pemadaman 45O terhadap nikol. BF dapat digunakan (bertujuan) untuk menguji

ketebalan sayatan kristal. Sifat BF mineral dapat dilihat pada tabel sifat-sifat

mineral (Bloss, 1961; Kerr, 1959; Larsen and Berman, 1964; Rogers and Kerr,

Page 10: Laporan MO Acara 2

1942) yang disertai dengan perubahan antara indeks refraksi tertinggi dan

terrendahnya.

Sifat difraksi maximum biasanya juga dapat diperikan dalam sifat ini. Jika

obyek memiliki belahan jelas atau bentuk kristalnya terorientasi pada keping gelas

dasarnya, beberapa partikel harus disusun ulang hingga berorientasi baru, yaitu

dengan membuka cover glass dan mineral didorong secara horizontal.

Birefringence secara relatif sama pada setiap kelompok (kelas) mineral yang

sama. Indeks refraksi dan warna mungkin berbeda di antara satu kelompok

mineral, namun warna BF-nya hampir sama.

BF dapat diamati di bawah mikroskup dengan memasang lensa Bertrand

(keeping gipsum). Lensa Bertrand keberadaannya sering terpisah dari mikroskop.

Lensa ini dapat dilepaskan. Sifat BF dapat diamati pada posisi nikol silang, yaitu

dengan memasang lensa Bertrand pada posisinya (yaitu di atas analyzer).

Perubahan warna yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya dan

ketebalan sayatannya Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat

BF tinggi. Kanada balsam memiliki sifat BF tertinggi hitam.

Gambar 2.7. Diagram Michel-Levy untuk mengetahui orde warna BF pada mineral; yaitu warna

interferene maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand (keping/prisma gips) dipasang

3. Sifat Kembaran (Twinning)

Yaitu sifat yang ditunjukkan oleh mineral akibat pertumbuhan bersama kristal

saat pengkristalannya. Berbentuk kisi-kisi yang dibentuk oleh orientasi

pertumbuhan kristalografi. Sifat ini dapat diamati pada posisi pengamatan nikol

silang. Berhubungan dengan sifat pemadamannya. Bentuk Kembaran

Page 11: Laporan MO Acara 2

berhubungan dengan bentuk simetri dari dua atau lebih bagianbagian (bayangan

kembar, sumbu rotasi).

Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai dalam beberapa mineral

adalah:

Kembaran Albit: terbentuk oleh pertumbuhan bersama feldspar plagioklas

dengan sistem kristal: Triclinic; merupakan kembaran yang umum dijumpai

pada plagioklas pada 010

Kembaran Polisintetik Albit pada Plagioklas

Gambar 2.8. Posisi nikol silang diputar 450 Gambar 2.9. Posisi nikol silang diputar 90

0

Kembaran sederhana, contoh pada piroksen posisi {100}

Mineral-mineral prismatik panjang biasanya memiliki kembaran, sebagai

contoh adalah plagioklas dan klinopiroksen. Kembaran yang umum dijumpai

pada Plagioklas.

Gambar 2.10. Kembaran sederhana pada Clinopyroxene (augite) posisi {100}

Page 12: Laporan MO Acara 2

Gambar 2.11. Kembarran sederhana Carlsbad, Polisintetik albit dan Pericline pada Plagioklas

4. Sifat Gelapan (Extinction)

Adalah fungsi hubungan orientasi indikatrik dan orientasi kristalografik.

Mineral anisotropik menunjukkan gelapan pada posisi nikol silang dengan rotasi

tiap 90O. Gelapan muncul ketika kedudukan salah satu vibrasi sejajar polarizer

bawah. Dampaknya adalah seluruh sinar datang ditahan oleh polarizer atas sehingga

tidak membentuk getaran. Seluruh sinar yang melalui mineral terserap pada

polarizer atas, dan mineral terlihat gelap. Pada putaran posisi 45°, komponen

maximum dari sinar cepat dan sinar lambat mampu dirubah menjadi vibrasi pada

polarizer atas. Hanya perubahan warna interference saja yang menjadi lebih terang

atau lebih gelap saja, warna sebenarnya tidak berubah.

Banyak mineral secara umum membentuk butiran memanjang dan dengan

mudah dikenali kedudukan belahannya, ct. biotit, horenblenda, plagioklas. Sudut

pemadaman adalah sudut antara panjang atau belahan mineral dan kedudukan

vibrasi mineral. Nilai sudut pemadaman masing-masing mineral bervariasi

mengikuti arah orientasi butirannya.

5. Tanda rentang optik dan Sudut Gelapan

Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara

sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar

cepat (x) dan lambat (z). Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau

z) yang kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu

panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang

Page 13: Laporan MO Acara 2

memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral (sumbu c). Jenis

tanda rentang optik yaitu :

Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar

lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan orde

warna interferensi pada saat kompensator digunakan.

Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar

cepat (sumbu x). Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde

warna interferensi pada saat kompensator digunakan.

Penentuan tanda rentang optik dilakukan dengan pengamatan nikol bersilang

dengan menggunakan kompensator (keping gips/baji kuarsa). Cara menentukan

orientasi optik dan sudut gelapan antara lain, letakkan mineral pada posisi sumbu

panjang (c) sejajar PP (vertikal) Putar meja objek sehingga pada terang max

Catat warna interferensinya. Masukkan keping kompensator, perhatikan gejala

yang terjadi, addisi atau subtraksi Jika subtraksi = z kompensator tegak lurus z

indikatriks mineral, length fast, TRO negative Jika addisi = z kompensator sejajar

z indikatriks mineral, length slow, TRO positif. Putar meja ke kiri hingga gelap

maks, pada kedudukan ini z atau g sejajar atau tegaklurus PP, catat kedudukan ini

AO Putar kembali meja objek hingga sumbu panjang kristal sejajar PP, catat

kedudukannya BO Sudut gelapannya yaitu A+B kemudian dibagi 2.

Page 14: Laporan MO Acara 2

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka sifat-sifat optiknya

mineral yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Sampel 1

Pada pengamatan nikol silang dan nikol sejajar, mineral yang pertama

digunakan adalah mineral dengan nomor peraga B.7. Perbesaran lensa objektif

yang digunakan yaitu perbesaran 5x dan perbesaran lensa okuler 10x sehingga

perbesaran total yaitu 50x sebagai hasil perkalian perbesaran lensa objektif dan

lensa okuler, sedangkan bilangan skalanya adalah 0,02 yang merupakan hasil dari

pembagian angka satu dengan perbesaran total. Kedudukan mineral ditentukan

dari meja objek pada skala absis (menunjukkan nilai pada sumbu X) yaitu 48,9

dan skala ordinat (menunjukkan nilai pada sumbu Y) yaitu 25,2. Ukuran dari

mineral pada pengamatan ini adalah 1,62 mm yang peroleh dari hasil perkalian

bilangan skala dengan ukuran mineral pada benang silang. Pada pengamata nikol

sejajar, warna mineral yaitu transparan. Pada saat meja objek diputar 900, mineral

tidak mengalami perubahan (pleokroisme). Daya serap cahaya maksimum

(intensitas) pada mineral ini kuat ditandai dengan warna mineral yang terang.

Indeks bias mineral adalah > karena arah kertas searah dengan yang tampak

pada lensa okuler yang dilihat. Belahan 2 arah. Jenis pecahan mineral ini yaitu

uneven dengan bentuk subhedral-euhedral serta relief tinggi karena bidang-bidang

batas antar mineral tampak jelas. Pada mineral ini tidak ditemuakan adanya

inklusi.

Nikol Sejajar

Page 15: Laporan MO Acara 2

Warna interferensi maksimum pada saat dimasukkan keeping gips yaitu

warna hijau keunguan dengan bias rangkap 0,036 orde 2. Mineral ini tidak

memiliki kembaran. Sudut gelapan yang dihasilkan yaitu 500 yang didapatkan dari

selisih antara terang maksimum dan gelap maksimum. Jenis gelapan miring.

Nikol Silang

Tanda rentang optic (TRO) pada mineral ini yaitu addisi langht slow.

TRO

Nama mineral yaitu Olivine.

2. Sampel 2

Pada pengamatan nikol silang dan nikol sejajar, mineral yang kedua

digunakan adalah mineral dengan nomor peraga B.2. Perbesaran lensa objektif

yang digunakan yaitu perbesaran 5x dan penbesaran lensa okuler 10x sehingga

perbesaran total yaitu 50x sebagai hasil perkalian perbesaran lensa objektif dan

lensa okuler, sedangkan bilangan skalanya adalah 0,02 yang merupakan hasil dari

pembagian angka satu dengan perbesaran total. Kedudukan mineral ditentukan

dari meja objek pada skala absis (menunjukkan nilai pada sumbu X) yaitu 40,3

dan skala ordinat (menunjukkan nilai pada sumbu Y) yaitu 21,9. Ukuran dari

mineral pada pengamatan ini adalah 2,9 mm yang peroleh dari hasil perkalian

Page 16: Laporan MO Acara 2

bilangan skala dengan ukuran mineral pada benang silang. Pada pengamata nikol

sejajar, warna mineral yaitu transparan. Pada saat meja objek diputar 900, mineral

mengalami perubahan (pleokroisme) sebanyak 2 kali (dwikroik). Daya serap

cahaya maksimum (intensitas) pada mineral ini kuat ditandai dengan warna

mineral yang terang. Indeks bias mineral adalah > karena arah kertas searah

dengan yang tampak pada lensa okuler yang dilihat. Belahan 1 arah. Jenis pecahan

mineral ini yaitu uneven dengan bentuk subhedral-euhedral serta relief sedang

karena bidang-bidang batas antar mineral tidak tampak jelas. Pada mineral ini

tidak ditemuakan adanya inklusi.

Nikol Sejajar

Warna interferensi maksimum pada saat dimasukkan keeping gips yaitu

warna orange kecoklatan dengan bias rangkap 0,020 orde 2. Mineral ini tidak

memiliki kembaran. Sudut gelapan yang dihasilkan yaitu 720 yang didapatkan dari

selisih antara terang maksimum dan gelap maksimum. Jenis gelapan miring.

Nikol Silang

Tanda rentang optic (TRO) pada mineral ini yaitu addisi langht slow.

Page 17: Laporan MO Acara 2

TRO

Nama mineral yaitu Biotite.

Page 18: Laporan MO Acara 2

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

1. Pada pengamatan nikol sejajar, sifat optik mineral sampel 1 adalah

ukuran mineral yaitu 1,62mm, warna mineral transparan, intensitas kuat,

indeks bias Nm > Ncb, belahan 2 arah, pecahan uneven, bentuk

subhedral-euhedral, relief tinggi dan inklusi tidak ada. Sifat optik mineral

sampel 2 yaitu ukuran mineral yaitu 2,9mm, warna mineral transparan,

pleokroisme dwikroik, intensitas kuat, indeks bias Nm > Ncb, belahan 1

arah, pecahan uneven, bentuk subhedral-euhedral, relief tinggi dan inklusi

tidak ada.

2. Pada pengamatan nikol silang, sifat optik mineral sampel 1 yaitu warna

interferensi maksimum adalah hilau keunguan dengan bias rangkap 0,036

orde 2, kembaran tidak ada, sudut gelapan 500, jenis gelapan miring dan

tanda rentang optic addisi length slow. Sifat optik mineral sampel 2 yaitu

warna interferensi maksimum adalah orange kecoklatan dengan bias

rangkap 0,020 orde 2, kembaran tidak ada, sudut gelapan 720, jenis

gelapan miring dan tanda rentang optic addisi length slow.

4.2. Saran

Sebaiknya alat-alat yang ada dilaboratirium seperti mikroskop diperbaiki

yang rusak agar dalam melakukan praktikum dapat berjalan dengan lancardengan

dan dilengkapi yang masih kurang.

Page 19: Laporan MO Acara 2

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, Heru. 2009. Mineral. www.heruharyadi27.blogspot.com

Isbandi, Djoko. 2009. Mineralogi. Nur Cahaya.

Ria Irfan, Ulva. 2010. Mineral Optik. Makassar.

Steven, Tommy. 2010. Mineral optik. www.tommy-steven.blogspot.com