laporan mo acara 2

26
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK HARI/TGL : Selasa/ 25 Februari 2014 NAMA : Yanti Iskandar ACARA : DMP dan ANAPOL NO. MHS : D611 12 272 No urut : 01 No. Peraga : - Pembesaran objektif : 10 Pembesaran okuler : 5 Pembesaran total : 50 Bilangan skala : 1/50 = 0,02 Ukuran medan pandang : Nilai 100 skala : 100 Nilai pinggir : 40 Diameter medan pandang : DMP 1= 100 X 0,02 = 2 DMP 2= NP X 0,02 = 0,8 DMP Tot = DMP1 + DMP2 = 2,8 mm Digeser sejauh 40 mm A A

Upload: ikhwan-rasyidin-hadi-abbas

Post on 16-Aug-2015

225 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik,

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Mo Acara 2

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK

HARI/TGL : Selasa/ 25 Februari 2014 NAMA : Yanti IskandarACARA : DMP dan ANAPOL NO. MHS : D611 12 272

No urut : 01

No. Peraga : -

Pembesaran objektif : 10

Pembesaran okuler : 5

Pembesaran total : 50

Bilangan skala : 1/50 = 0,02

Ukuran medan pandang :

Nilai 100 skala : 100

Nilai pinggir : 40

Diameter medan pandang :

DMP 1= 100 X 0,02 = 2

DMP 2= NP X 0,02 = 0,8

DMP Tot = DMP1 + DMP2 = 2,8 mm

Digeser sejauh40 mm

A A

P P

ANALISATOR POLARISATOR

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK

Page 2: Laporan Mo Acara 2

HARI/TGL : Selasa/25 Februari 2014 NAMA : Yanti IskandarACARA : DMP dan ANAPOL NO. MHS : D611 12 272

No urut : 02

No. Peraga : -

Pembesaran objektif : 10

Pembesaran okuler : 10

Pembesaran total : 100

Bilangan skala : 0,01

Ukuran medan pandang :

Nilai 100 skala : 100

Nilai pinggir : 100

Diameter medan pandang :

DMP 1= 100 X 0,01 = 1

DMP 2= NP X 0,01 = 1

DMP Tot = DMP1 + DMP2 = 2 mm

Digeser sejauh100 mm

A A

P P

ANALISATOR POLARISATOR

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK

HARI/TGL : Selasa/25 Februari 2014 NAMA : Yanti Iskandar

Page 3: Laporan Mo Acara 2

ACARA : DMP dan ANAPOL NO. MHS : D611 12 272

No urut : 03No. Peraga : BB03Pembesaran objektif : 5Pembesaran okuler : 10Pembesaran total : 50Bilangan skala : 1/50 = 0,02ANALISATORPosisi mineral : (60), (26)Ukuran minerl : 93 X 0,02 = 1,86 mmPosisi : Sejajar analisatorDaya absorbsi : Terang maksimumWarna mineral : Abu-abu kehitamanBelahan : satu arahNama mineral : BiotitPOLARISATORPosisi mineral : (60), (26)Ukuran minerl : 93 X 0,02 = 1,86 mmPosisi : Sejajar polarisatorDaya absorbsi : Gelap maksimumWarna mineral : Kuning kecoklatanBelahan : Satu arahNama mineral : Biotit

A A

P P

ANALISATOR POLARISATOR

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK

Page 4: Laporan Mo Acara 2

HARI/TGL : Selasa/ 25 Februari 2014 NAMA : Yanti IskandarACARA : DMP dan ANAPOL NO. MHS : D611 12 272

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroskop merupakan alat yang digunakan dalam mempelajari mineral

terutama untuk mengamati sifat-sifat dari mineral, karena tidak dapat terlihat

dengan mata telanjang.

Pengamatan yang dilakukan salah satunya berupa pengamatan mineral

melalui nikol silang dan nikol sejajar. Pengamatan ini sangat penting sebab dalam

pengamatan ini akan diketahui sifat-sifat optik mineral dan ukuran mineral.

Sebelum kita dapat menentukan ukuran mineral tersebut, terlebih dahulu kita

harus menentukan diameter medan pandangnya, sehingga akan lebih mudah

menentukan ukuran mineral.

Ada beberapa sifat optik mineral yang hanya bisa diamati dengan nikol

silang atau sejajar polarisator yaitu indeks bias, relief, warna, dan pleokroisme

dan ada pula yang lebih baik diamati dengan nikol sejajar atau analisator.

Karena hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk dilakukan

paktikum acara “diameter medan pandang dan analisator- polarisator”.

Page 5: Laporan Mo Acara 2

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud diadakannya praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat

menentukan diameter medan pandang dan dapat melakukan pengamatan secara

nikol silang (polarisator) dan nikol sejajar (analisator).

1.2.2 Tujuan

Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui cara menentukan diameter medan pandang

2. Mengetahui manfaat dari penentuan DMP

3. Mengetahui manfaat dari pengamatan analisator dan polarisator

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam paktikum kali ini yaitu :

- Alat tulis menulis - Pensil warna

- Lap kasar - Lembar kerja praktikum

- Lap halus - Buku penuntun praktikum

- Mistar

- Mikroskop polarisasi

Page 6: Laporan Mo Acara 2

1.4 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum pengenalan mikroskop ini yaitu :

1. Terlebih dahulu kita membuat bon alat untuk peminjaman mikroskop

polarisasi

2. Setelah mikroskop ada, kita letakkan di atas lap kasar yang telah di

bentangkan di atas meja

3. Terlebih dahulu kita menyentringkan mikroskop terlebih dahulu

4. Setelah mikroskop sentring, kita mulai meletakkan preparat sampel (kertas

grafik). Dilakukan percobaan pergeseran, kemudian dicatat hasilnya

5. Selanjutnya kita mulai menggunakan preparat mineral (sayatan tipis), dan

melakukan pengamatan mineral serta ukurannya

6. Untuk pengamatan nikol sejajar, analisator tidak kita gunakan atau

dikeluarkan. Kemudian kita amati mineralnya dan dicatat lagi hasil

pengamatan kita

7. Untuk pengamatan nikol silang analisator di masukkan ke dalam kemudian

kita amati mineralnya.

Page 7: Laporan Mo Acara 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diameter Medan Pandang

Mikroskop merupakan salah satu alat optik yang berfungsi membantu kita

untuk melihat benda-benda yang berukuran relatif kecil dan sulit dilihat dengan

mata biasa. Benda-benda atau organisme yang dapat dilihat menggunakan

mikroskop lazim disebut sebagai benda berukuran mikroskopis. Mikroskop sangat

membantu manusia dalam banyak bidang, termasuk dalam bidang geologi.

Dalam pengamatan mineral penting bagi kita untuk mengetahui ukuran

mineral tersebut, dan untuk dapat menentukan ukurannya maka kita harus bisa

menetukan Diameter Medan Pandang (DMP) terlebih dahulu.

Selain diameter medan pandang, kita juga harus melakukan pengamatan

anaisator dan polarisator untuk menentukan sifat-sifat optis dari suatu mineral.

Sebelum melakukan pengamatan diameter medan pandang, yang perlu diperhatikan adalah

menyentringkan mikroskop, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan

salah satu benang silang, dan pengaturan arah getaranalisator agar tegak lurus arah

getar polarisator. Hal ini penting agar pada saat pengamatan dengan menggunakan

perputaran meja objek, mineral yang kita amati tetap berada pada

medanpandangan (tidak keluar dari medan pandangan).

Adapun cara menentukan Diameter Medan Pandang (DMP) yaitu :

1. Memfokuskan medan pandang dapat ditandai dengan letak perpotongan

Page 8: Laporan Mo Acara 2

benang silang tepat pada pusat medan pandang dengan sinar merata pada

daerah medan pandang.

2. Mengatur bukan diafragmaHal ini harus disesuaikan dengan perbesaran

lensa obyektif yang digunakan.Nilai dari bukaan diafragma ini terdapat

pada sisi lensa obyektif

3. Menentukan nilai skala dengan kertas grafik Kertas grafik diletakkan di

atas meja objek untuk menentukan nilai skalapada benang silang atau diameter

medan pandang

4. Menghitung nilai setiap skalaMenghitung nilai skala dilakukan dengan

mengetahui perbesaran total lensayang digunakan. Nilai setiap bilangan

skala ditentukan dengan rumus :

Bilangan Skala (BS) = 1

Pembesaran Total

5. Menghitung diameter medan pandangMeletakkan salah satu garis tebal

pada kertas grafik tepat pada skala 0.Menghitung dengan rumus

DMP= BS x z

Ket :

DMP : Diameter Medan Pandang

BS : Bilangan SkalaZ : Jumlah skala yang tampak dalam medan pandang

Z : Jumlah skala yang tampak dalam medan pandang

Page 9: Laporan Mo Acara 2

2.2 Analisator Polarisator

Dalam pengamatan analisator polarisator, yang diperhatikan adalah daya

absorbsi mineral, ukuran mineral, posisi mineral, warna, dan belahan dari

mineral.Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator,

komponensinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat

diteruskanhingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat

danlambat, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin

besarselisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya. Warna interferensi

dapatditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral

hinggadiperoleh terang maksimal dan gelap maksimal.

1. Pengamatan Mikroskopik Nikol Sejajar

Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol diartikan bahwa analisator

tidak dipergunakan, sedang polarisator tetap dipasang pada tempatnya dengan

arah getarannya sejajar dengan salah satu benang silang. Cahaya yang

dipergunakan adalah cahaya terpolarisir dalam satu arah getar (satu bidang getar).

Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop tanpa nikol dibagi menjadi

dua golongan sebagai berikut :

Ketembusan Cahaya

Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus

cahaya /mineral opak

Page 10: Laporan Mo Acara 2

Inklusi

Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing

yang terkumpul pada permukaan pertumbuhannya (growing surface) akan

terperangkap dalam kristal, dan seterusnya merupakan bagian dari kristal tersebut.

Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda

jenisnya, atau berupa kotoran – kotoran ( impurities) pada magma, dapat juga

sebagian dari magma yang masih berupa cair atau dalam keadaan gas.

Kungkungan – kungkungan tersebut dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa

nikol apabila terdapat perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang

mengungkungnya, misalnya pada sifat ketembusan cahayanya, relief dan

warnanya. Bidang batas antara inklusi dengan mineral yang mengungkungnya

dapat bersifat seperti bidang batas kristal biasa.

Bentuk

Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati

bidang batas/garis batas mineral tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah

apakah kristal tumbuh secara bebas di dalam media cair atau gas, ataukah

pertumbuhan tersebut terhalang oleh butir-butir mineral yang tumbuh di

sekitarnya, hal ini akan memberikan kenampakan bidang batas yang relatif

berbeda.

Belahan

Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis

yang teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat

Page 11: Laporan Mo Acara 2

baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi belahan

inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu kristalnya. Belahan merupakan

sifat fisik yang tetap pada satu jenis mineral yang menunjukkan sifat khas dari

struktur atom di dalamnya.

Pecahan

Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk

pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya

belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan seperti gelas

(subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong pada olivin,

ortopiroksen dan nefelin.

2. Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang

Dengan ortoskop nikol bersilang dapat dipelajari sifat – sifat optik hasil

dari semua kejadian pada cahaya selama perjalanannya, pertama – tama melalui

polarisator kemudia melalui peraga dan akhirnya melalui analisator. Sifat yang

dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan dengan kedudukan dan jumlah

sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara lain warna interferensi, gelapan dan

kedudukan gelapan serta kembaran.

Warna Interferensi

Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun

penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya

secara bertahap. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar

polarisator inilah, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator,

Page 12: Laporan Mo Acara 2

sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan

rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase

atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda

fase/retardasinya.

Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang

terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut

dicocokkan dengan tabel interferensiMichel–LevyChart.

Kembaran

Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperature

tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri

intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran.

Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi

pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga

kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan. Gelapan dan

kedudukan gelapan

Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap

maksimal) dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator

hingga mata pengamat. Pada zat anisotropik syarat terjadinya gelapan adalah

kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar polarisator dan/atau analisator.

Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar lambat (z). Sehingga dalam putaran 360o

akan ada empat kedudukan gelapan. Sebaliknya kedudukan terang maksimal

(warna interferensi maksimal) terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut 45o

terhadap arah getar PP dan AA.

Page 13: Laporan Mo Acara 2

 

Page 14: Laporan Mo Acara 2

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Diameter Medan Pandang

Pada pengamatan diameter medan pandang, preparat pertama yang

digunakan adalah kertas grafik. Ini dijadikan sebagai contoh untuk pergeseran.

Perbesaran lensa objektif yang digunakan adalah perbesaran 5x sebab objek yang

diamati sudah dapat terlihat pada perbesaran tersebut, sedang perbesaran lensa

okuler yang digunakan adalah 10x sehingga diperoleh perbesaran total 50x. Nilai

bilangan skala yang diperoleh dari rumus BS adalah

Bilangan Skala (BS) = 1

Perbesaran Total = 1

50 = 0,02

Nilai bukaan diafragma adalah 0,1 sebab lensa okuler yang digunakan adalah

perbesaran 5x. Ukuran nilai skala yang tampak adalah 100, sedang nilai pinggir adalah

2x40 yang diperoleh dari besar jarak geser preparat adalah 40 skala sebab

menggunakan perbesaran lensa objektif 5x.

Untuk pergeseran yang kedua yaitu sejauh 100 dengan skala okuler yaitu

perbesaran 10 dan lensa objektif yaitu 10. Sehingga bilangan skalanya adalah :

Bilangan Skala (BS) = 1

Perbesaran Total = 1

100 = 0,01

Page 15: Laporan Mo Acara 2

3.2 Ukuran Mineral

Sedangkan untuk hasil pengamatan mineral, biotit digunakan pembesaran

okuler 10 dan objektif 5 sehingga berdasarkan umus untuk menentukan bilangan

skala maka diperoleh bilangan skalanya yaitu 0,02. Rumus untuk mencari ukuran

mineral yaitu panjang mineral dikalikan dengan bilangan skala sehingga diperoleh

Ukuran mineral = Panjang mineral X Bilangan skala

= 93 X 0,02 = 1,86 mm

Ukuran mineral untuk pengamatan nikol sejajar dan nikol silang sama, hanya

perbedaannya terdapat pada warna mineral. Pada nikol sejajar biotit berwarna

abu-abu kehitaman sedangkan pada nikol silang biotit berwarna kuning

kecoklatan.

Page 16: Laporan Mo Acara 2

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

- Adapun cara menentukan Diameter Medan Pandang (DMP) yaitu :

o Memfokuskan medan pandang dapat ditandai dengan letak

perpotonganbenang silang tepat pada pusat medan pandang dengan

sinar merata padad aerah medan pandang

o Mengatur bukan diafragma. Hal ini harus disesuaikan dengan

perbesaran lensa obyektif yang digunakan.Nilai dari bukaan

diafragma ini terdapat pada sisi lensa obyektif

o Menentukan nilai skala dengan kertas grafik. Kertas grafik

diletakkan di atas meja objek untuk menentukan nilai skalapada

benang silang atau diameter medan pandang

o Menghitung nilai setiap skala. Menghitung nilai skala dilakukan

dengan mengetahui perbesaran total lensayang digunakan. Nilai

setiap bilangan skala ditentukan dengan rumus :

Bilangan Skala (BS) = 1

Perbesaran Total

o Menghitung diameter medan pandangMeletakkan salah satu garis

tebal pada kertas grafik tepat pada skala 0.Menghitung dengan

rumus

DMP= BS x z

Page 17: Laporan Mo Acara 2

- Manfaat kita mengetahui Diameter Medan Pandang (DMP) yaitu agar

dapat menetukan ukuran suatu mineral

- Manfaat melakukan pengamatan analisator dan polarisator yaitu untuk

dapat mengetahui sifat-sifat optik dari suatu mineral.

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratoium agar lebih menjaga dan merawat fasilitas ataupun

mikroskop-mikroskop yang ada, sehingga bisa lebih tahan lama. Serta

Menambah lagi mikroskop karena hanya ada tiga mikroskop yang berfungsi di

laboratorium saat ini.

4.2.2 Saran Untuk Asisten

Saran untuk asisten agar pada saat asistensi acara agar bisa menjelaskan

lebih jelas lagi sehingga membantu dalam praktikum.

Page 18: Laporan Mo Acara 2

DAFTAR PUSTAKA

Ria, Ulva I., 2014. Mineral Optik, diktat praktikum. Makassar; Laboratorium

Mineral Optik Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Makassar 2014.

http://www.scribd.com/doc/84020341/DMP. Diakses pada Kamis, 14 Maret 2014,

pukul 19.54 WITA

http://krokofdoctor.wordpress.com/2011/05/13/mikroskop/. Diakses pada Kamis,

14 Maret 2014 pukul 20.00 WITA

http://alfred8steven.wordpress.com/2012/10/22/mineral-optik/. Diakses pada

Jumat, 15 Maret 2014 pukul 14.03 WITA