laporan mo acara 3
DESCRIPTION
Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik, Mineral optik,TRANSCRIPT
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK
TGL : RABU/ 19 MARET 2014 NAMA : DWI FEBRIANTO MACARA : ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR NIM : D611 12 105
No urut : 01
No. Peraga : 30
Pembesaran objektif : 5
Pembesaran okuler : 10
Pembesaran total : 50
Bilangan skala : 1/50 = 0,02
Kedudukan : 59, 13
Warna absorbsi : Kuning kecoklatan
Pleokrisme : Tidak ada
Intensitas : Tinggi
Bentuk : Anhedral
Indeks bias : nmin > ncb
Belahan : - pa
Relief : Tinggi
Pecahan : EvenInklusi : -
Inklusi : -
Bentuk : - A
Ukuran : -
Ukuran mineral : 100 x 0,02 = 2 mm
Nama mineral : Piroksin
P
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK
HARI/TGL : RABU/ 19 MARET 2014 NAMA : DWI FEBRIANTO MACARA : ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR NIM : D611 12 105
No urut : 02
No. Peraga : 50
Pembesaran objektif : 5
Pembesaran okuler : 10
Pembesaran total : 50
Bilangan skala : 1/50 = 0,02
Kedudukan : 50, 18
Warna absorbsi : Merah kecoklatan
Pleokrisme : Dwikroid
Intensitas : Tinggi
Bentuk : Euhedral
Indeks bias : nmin > ncb
Belahan : 1 arah
Relief : Tinggi
Pecahan : Tidak ada
Inklusi :
Inklusi : Ada A
Bentuk : Bulat
Ukuran : 0,1 mm
Ukuran mineral : 45 x 0,02 = 0,9 mm
Nama mineral : Biotit P
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang
terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam
perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu
pola yang sistematis. Setiap mineral memiliki sifat-sifat khas tertentu yang
membedakannya dengan mineral lain, sehingga penting untuk diketahui sifat-sifat
khasnya tersebut.
Dalam menentukan sifat fisik mineral dapat dilakukan dengan pengamatan
dengan mata biasa, namun tidak akurat serta tidak semua mineral dapat dibedakan
hanya dengan pengamatan megaskopis.
Banyak sifat-sifat mineral yang hanya dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop atau sering disebut sebagai sifat optik mieral. Sehingga sangat penting
untuk dilakukan pengamatan mineral secara mikroskopis untuk mengetahui jenis
mineralnya.
Pengamatan mineral biasanya di bedakan menjadi ortoskop nikol silang
dan ortoskop nikol sejajar. Dalam praktikum kali ini akan dibahas pengamatan
analisator atau nikol sejajar.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud diadakannya praktikum acara tiga ini “ortoskop nikol sejajar” yaitu
untuk melakukan pengamatan mineral dengan nikol sejajar untuk mengetahui
sifat-sifat optik dari mineral yang dapat diamati dengan nikol sejajar kemudian
dapat mengenali atau menentukan jenis mineralnya.
1.2.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat menentukan sifat optik mineral dari pengamatan nikol sejajar
2. Dapat menentukan nama mineral dari sifat-sifat optik yang diamati
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam paktikum kali ini yaitu :
- Alat tulis menulis - Pensil warna
- Lap kasar - Lembar kerja praktikum
- Lap halus - Buku penuntun praktikum
- Mistar
- Mikroskop polarisasi
1.4 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini yaitu :
1. Terlebih dahulu kita menyentringkan mikroskop
2. Meletakkan preparat pada meja objek lalu mengatur meja sampai didapati
posisi yang jelas
3. Kemudian posisikan analisator pada nikol sejajar
4. Amati mineral dan deskripsikan tiap sifat optiknya
5. Kemudian catat pada lember kerja praktikum
6. Setelah mengetahui sifat-sifat optikya maka kita menentukan nama
mineral
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral dan sistem kristalnya
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.
Hingga saat ini baru terdapat 7 macam sistem kristal. Dasar penggolongan
sistem kris- tal tersebut ada tiga hal, yaitu:
1. jumlah sumbu kristal,
2. letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain
3. parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal
Setiap sistem kristal memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang
dibentuk oleh masing-masing sumbu kristal antara sistem kristal yang satu
terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap mineral memiliki sifat optis
tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar atau diagonal terhadap sumbu
panjangnya (sumbu c). Pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada posisi
sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol sejajar. Pada saat
melakukan pengamatan nikol sejajar, posisi analisator berada diluar.
2.2 Sifat optik yang diamati pada ortoskop nikol sejajar
Pada pengamatan nikol sejajar, sifat optik yang diamati adalah warna
mineral, pleokroisme, intensitas, indeks bias, belahan, pecahan, dan relief.
Adapun sifat optik mineral yang dapat diamati dengan pengamatan nikol
sejajar (analisator) yaitu :
1. Warna
Warna diakibatkan oleh penyerapan cahaya yang melintasi kristal tersebut.
Warna mineral yang diamati pada contoh setangan (hand specimen) umumnya
akan berbeda dengan warna mineral sayatan tipis yang diamati dibawah
mikroskop. Cahaya yang melewati mineral akan memiliki dampak yang berbeda
diantaranya, pertama jika semua cahaya diserap semua maka mineral akan terlihat
gelap/ hitam, kedua jika hanya sebagian cahaya yang diserap maka mineral akan
terlihat tak berwarna, dan ketiga jika hanya sebagian cahaya yang diserap tetapi
dengan cara memilih cahaya dengan panjang gelombang tertentu maka akan
terlihat mineral yang berwarna.
2. Pleokrisme
Yaitu gejala perubahan warna mineral pada ortoskop nikol sejajar bila
meja objek diputar hingga 900 . Untuk setiap mineral memiliki pleokrisme yang
berbeda. Adapun jenis-jenis pleokrisme dibedakan menjadi 2 (dua) golongan
yaitu:
Dwikroid (dichroic) : Bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda,
contoh pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.
Trikroik (trichroic) : Bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda.
Terjadi pada mineral bersistem kristal ortorombik, monoklin, dan triklin.
3. Bentuk Mineral
Pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan melihat bentuk
mineral dalam kondisi dua dimensi. Bentuk mineal diamati dengan melihat atau
mengamati bidang-bidang batas ataupun garis batas dari mineral tersebut. Bentuk-
bentuk mineral dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu :
-Euhedral, bila kristal dibatasi
oleh bidang kristalnya sendiri
-Subhedral, bila kristal dibatasi
hanya sebagian bidang kristalnya
sendiri
-Anhedral, bila kristal sama sekali
tidak dibatasi oleh bidang0bidang
kristalnya sendiri
4. Indeks bias
Dapat dicirikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan
perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau reflaksi (r).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan fungsi dari
perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara relatif, misalnya dengan
menggunakan metode garis “becke” dan metode iluminasi miring, atau dapat pula
ditentukan secara absolut dengan menggunakan minyak imersi.
Metode garis becke
Memperkecil bukaan diafragma sehingga cahaya yang masuk akan
berkurang. Hal ini dilakukan agar garis becke akan tampak lebih jelas.
Turunkan meja objek (tubus dinaikkan), maka garis becke akan
bergerak ke media yang mempunyai indeks bias besar
Sebaliknya, jika meja objek dinaikkan, maka garis becke akan
bergerak ke arah media yang mempunyai indeks bias yang lebih
kecil.
Metode iluminasi miring
Dilakukan penutupan sebagai jalannya sinar yang masuk ke dalam
mineral dengan menggunkan benda yang tidak tembus cahaya
Pada bagian ini akan terlihat dua jenis yang berbeda, yaitu apabila
bayangan gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah
posisi penutupnya, maka nmin<ncb
Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang
searah dengan arah penutupnya jalannya sinar, maka nmin>ncb.
5. Relief mineral
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada di
sekitarnya. Pada sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara
kristal-kristal. Semakin besar perbedaan indeks bias media atau kristal tersebut,
aka akan semakin tinggi relief dari mineral tersebut. Begitupun sebaliknya.
Relief adalah ungkapan nyata dari kejadian bahwa cahaya yang keluar dari
suatu media kemudian masuk ke dalam media lain yang mempunyai harga indeks
bias yang berbeda akan mengalami pembiasan/ pemantulan pada betas sentuhan
antara kedua media tersebut. Untuk mempermudah pengamatan relief dibawah
mikroskop maka bahan atau kristal dilekatkan pada keping kaca dengan
menggunakan balsam kanada karena balsam kanada dikatakan memiliki relief nol
(tepatnya n= 1,537).
6. Belahan
Belahan adalah sifat atau kecenderungan dari suatu kristal untuk terbelah
sejajar dengan salah satu atau lebih arah di dalam kristal. Pembelahan pada kristal
akan menghasilkan kristal-kristal yang lebih kecil dan masing-masing kristal
dibatasi oleh bidang yang halus dan rata. Belahan adalah sifat mineral yang khas
sehingga merupakan salah satu cara untuk membedakan mineral satu dengan
mineral lain. Ada beberapa jenis belahan menurut jumlah arahnya antara lain
belahan satu arah, dua arah, tiga arah, empat arah, lima arah, dan enam arah.
Berdasarkan pada jarak antara bidang belahan yang berdampingan dan sifat
belahan yang menerus atau tidak maka dibedakan menjadi tiga yaitu, belahan
sempurna (perfect cleavage), belahan baik (good cleavage), dan belahan jelek
(poor cleavage).
7. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah dengan cara
tertentu yang tidak dikontrol secara kuat oleh struktur atom. Pada pengamatan
mineral kali ini, cukup untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya pecahan pada
peraga mineral.
8. Inklusi
Inklusi adalah material berupa kotoran yang masuk saat proses kristalisasi
pada kristal. Material asing ini akan terperangkap di dalam kristal dan seterusnya
menjadi bagian dari kristal tersebut. Inklusi dapat dibedakan pada saat
pengamatan karena biasanya memiliki warna yang berbeda dibanding kristal yang
mengelilinginya. Inklusi merupakan mineral pengotor atau material asing yang
terkumpul pada permukaan mineral yang tertangkap di dalam kristal. Inklusi
dapat berupa mineral-mineral berukuran kecil yang berbeda jenis, atau dapat
berupa mineral impurities dari magma. Inklusi dapat diamati di bawah mikroskop
Nikol Sejajar apabila terdapat perbedaan antara mineral utama dengan inklusinya,
seperti perbedaan warna, perbedaan batas kristal, dan perbedaan relief.
9. Ukuran mineral
Ukuran mineral diukur dengan melihat perbandingan ukuran pada benang
silang. Kemudian mengalikan dengan bilangan skala.
10. Nama mineral
Setelah mendeskripsi semua sifat-sifat optis yang penting dalam deskripsi
mineral optik secara Nikol Bersilang, haruslah menulis nama mineralnya, agar
dapat mengetahui sifat-sifat optis dari mineral-mineral tertentu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada dari praktikum kali ini yaitu :
1. Ada beberapa sifat optik mineral yang dapat diamati pada pengamatan
nikol sejajar yaitu : Warna absorbsi, pleokrisme, indeks bias, bentuk,
belahan, pecahan, inklusi dan ukuran mineral.
2. Dari hasil pengamatan mikroskop, ada dua mineral yang diamati yaitu
Piroksin dan Biotit.
4.2 Saran
4.2.1 Saran untuk Laboratorium
Saran untuk laboratoium agar lebih menjaga dan merawat fasilitas ataupun
mikroskop-mikroskop yang ada, sehingga bisa lebih tahan lama, serta berusaha
lagi untuk melengkapi peralatan yang belum tersedia.
4.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran untuk asisten agar pada saat asistensi acara agar bisa menjelaskan
lebih jelas lagi sehingga membantu dalam praktikum.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum ortoskop nikol sejajar dilakukan pengamatan sayatan tipis
mineral untuk menentukan beberapa nilai, diantaranya menentukan pleokrisme,
intensitas, bentuk, indeks bias, belahan, relief, pecahan, inklusi, sehingga dari
pengamatan itu kita dapat menentukan nama dari mineral yang sedang diamati.
Pada pengamatan ortoskop nikol sejajar dilakukan pengamatan
menggunakan lensa objektif dengan pembesaran 5X. Pada pengamatan sayatan
tipis mineral pertama dilakukan penentuan pembesaran total, sehingga dari
pembesaran lensa obejktif dan lensa okuler didapatkan
Pembesaran total = Pembesaran objektif X Pembesaran okuler
= 5 X 10
= 50
Kemudian, setelah ditentukan pembesaran total selanjutnya dilakukan perhitungan
untuk menentukan bilangan skala dengan menggunakan rumus:
Sehingga didapatkan:
Bilangan skala= 1Pembesaran total
= 150
= 0,02
Pembesaran total = Pembesaran objektif X Pembesaran okuler
Bilangan skala= 1Pembesaran total
Selanjutnya dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop polarisasi
untuk mendeskripsi ciri-ciri lainnya. Pada saat pengamatan diketahui bahwa
warna absorbsi dari mineral ini ialah kuning kecoklatan, tidak memiliki
pleokrisme, karena tidak memberikan kenampakan waran berbeda setelah
dilakukan putaran 900 pada meja objek. Berdasarkan kenampakan, relief mineral
yang rendah, maka diketahui pula bahwa intensitas dari mineral ini rendah, karena
nilai suatu intensitas akan berbanding lurus dengan nilai dari relief suatu mineral.
Bentuk mineralnya anhedral hal tersebut dapat diinterpretasikan berdasarkan
kristal tidak dibatasi oleh bidangnya sendiri. Berdasarkan metode illuminasi
miring, maka diketahui bahwa indeksbias dari mineral ini ialah nmin > ncb,
dikarenakan bayangan benda gelap nampak pada posisi yang searah dengan arah
datangnya benda. Ukuran dari mineral yang diamati adalah 2 mm, berdasarkan
dengan perkalian antara ukuran mineral pada benang silang dikalikan dengan
bilangan skala yang telah didapatkan sebelumnya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut,
maka dapat diketahui bahwa nama dari mineral ini ialah Piroksin.
Pada pengamatan sayatan tipis mineral kedua dilakukan penentuan
pembesaran total, sehingga dari pembesaran lensa obejktif dan lensa okuler
didapatkan
Pembesaran total = Pembesaran objektif X Pembesaran okuler
= 5 X 10
= 50
Pembesaran total = Pembesaran objektif X Pembesaran okuler
Kemudian, setelah ditentukan pembesaran total selanjutnya dilakukan perhitungan
untuk menentukan bilangan skala dengan menggunakan rumus:
Sehingga didapatkan: Bilangan skala= 1Pembesaran total
= 150
= 0,02
Setelah itu, dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop polarisasi untuk
mendeskripsi ciri-ciri lainnya. Pada saat pengamatan menggunakan mikroskop
polarisasi diketahui bahwa warna absorbsi dari mineral ini adalah merah
kecoklatan. Pleokrisme ini dwikroid, karena memberikan kenampakan perubahan
warna sebanyak dua yaitu dari merah kecoklatan menjadi coklat muda.
Berdasarkan pengamatan relief mineral yang ini tinggi, maka diketahui pula
bahwa intensitas dari mineral ini tinggi, karena nilai suatu intensitas akan
berbanding lurus dengan nilai dari relief suatu mineral. Bentuk dari mineral ini
yaitu euhedral kaena kristal dibatasi oleh bidangnya sendiri. Berdasarkan metode
illuminasi miring, maka diketahui bahwa indeks bias dari mineral ini ialah nmin
>ncb, dikarenakan bayangan benda gelap nampak pada posisi yang searah dengan
arah posisi pentupnya. Mineral ini memiliki belahan satu arah dengan pecahan
yang tidak rata. Ukuran dari mineral yang diamati ialah 0,9 mm berdasarkan
perhitungan dengan melihat kuran mineral pada benang silang dan dikalikan
dengan bilangan skala. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, dapat diketahui nama dari
mineral ini ialah Biotit.
Bilangan skala= 1Pembesaran total
DAFTAR PUSTAKA
Ria, Ulva I., 2014. Mineral Optik, diktat praktikum. Makassar; Laboratorium
Mineral Optik Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Makassar 2014.
http://younggeolog.blogspot.com/2013/01/pengamatan-dengen-menggunakan-
nikol.html Diakses pada Senin 25 Maret 2014, pukul 20.54 WITA
http://tryfor3.wordpress.com/2013/11/22/mineralogi-optik-cara-deskripsi-mineral-
pada-nikol-sejajar/. Diakses pada Selasa, 26 Maret 2014 pukul 07.00 WITA
http://alfred8steven.wordpress.com/2012/10/22/mineral-optik/. Diakses pada
Selasa, 25 Maret 2014 pukul 14.03 WITA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK
ACARA III : ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
LAPORAN
NAMA : YANTI ISKANDAR NIM : D611 12 272
MAKASSAR
2014