laporan kelompok triger 2

Upload: kartika-wihdatus-syafaah

Post on 16-Jul-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adapun yang melatarbelakangi penulisan laporan ini selain merupakan tugas kelompok juga merupakan materi bahasan dalam mata kuliah Fundamental of pathophysiology and nursing care in muskuloskeletal system. Dimana mahasiswa dari setiap kelompok akan membahas masalah, sesuai dengan trigger yang telah dibuat dosen dan ditugaskan kepada masing-masing kelompok. Adapun dalam laporan ini akan dibahas tentang nyeri sendi,jenisnya ada osteoarthritis,rheumatoid arthritis, gout, osteoporosis.Tetapi berdasarkan trigger, yang sesuai adalah Osteoarthritis. Masalah osteoarthritis di Indonesia tampaknya lebih besar dibandingkan negara barat kalau dilihat tingginya prevalensi penyakit osteoarthritis di Malang. Lebih dari 85% pasien osteoarhritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan berjongkok, naik tangga dan berjalan (Nasution dan Sumariyono, 2006), sementara itu prevalensi osteoarthritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita (Soeroso dkk, 2006).Sedangkan di Amerika Serikat orang yang terkena OA sebanyak 7% dari populasi, mengenai 6070% orang berusia >65 tahun. Meningkatnya risiko seiring dengan bertambahnya usia dan prevalensi meningkat dengan cepat pada populasi

lansia(Brashers,2007).Pengertian tentang osteoarthritis menurut Felson (2008) Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) 1.2 BatasanTopik TRIGER 2 Tn.A usia 68 tahun, tinggal sendiri.BB 8o kg,RB 160 cm, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri di lutut sebelah kanan selam 6 bulan. Nyeri semakin meningkat saat berjalan dan kesulitan dalam bergerak terutama saat bangun tidur. Pasien menggunakan alat bantu berupa tripode untuk berjalan. Saat dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat ditemukan benjolan pada lutut sebelah kanan dan

teraba hangat. Perawat menyarankan pemberian kompres dingin untuk mengurangi nyerinya. Saat ini perawat dan dokter merencanakan pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui jenis gangguan nyeri sendi yang dialami Tn.A Batasan topik yang ditentukan berdasarkan triger : a. Definisi b. Klasifikasi c. etiologi d. Patofisiologi e. Manifestasi Klinis f. Pemeriksaan Penunjang g. Penatalaksanaan Medis h. AsuhanKeperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi 1. Nyeri Sendi Nyeri sendi atau Artritis adalah penyakit paling umum yang diderita oleh para lansia dibandingkan penyakit-penyakit lainnya. Satu dari tujuh penduduk lansia Amerika menderita arthritis. Ada lebih dari 100 jenis arthritis, yang paling umum adalah osteoarthritis. (waluyo,2010)

Semua bentuk Arthritis bermula dengan teradangnya jaringan-jaringan halus seperti jaringan ikat, ligamen, dan tendon dekat tulang sendi. Dapat dikatakan pula bahwa Arthritis merupakan keluhan penyakit rematik yang umum pada segala usia, gejala yang sering dirasakan seseorang selama kehidupannya. Arthritis mengakibatkan rasa sakit dan membatasi gerakan penderita (FKUI,2008). 2. Osteoarthritis Osteoarthritis adalah suatu gangguan persendian dimana terjadi perubahan berkurangnya tulang rawan sendi dan terjadi hipertrofi tulang hingga terbentuk tonjolan tulang pada permukaan sendi (osteofit)(Yatim, F., 2006). Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot otot yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008) Osteoarthritis (OA) merupakan sindroma klinis nyeri sendi yang disertai dengan berbagai derajat limitasi fungsi dan berkurangnya quality of life. Penyakit ini merupakan bentuk arthritis yang paling sering terjadi di seluruh dunia, menyerang lebih dari 20 juta orang hanya di negara Amerika Serikat saja (Lozada, 2009).

Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

memburuknya tulang rawan sendi, yang merupakan hasil akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme fisiologis maupaun patologis yang terjadi pada perendian (Dharmawirya, 2000). Rheumatoid Arthritis rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membran synovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Meekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya penyakit. ( Lukman dan Nurma Ningsih, 2009). Gout Gout merupakan kelainan yang sering dijumpai karena tingginya kadar asam urat dalam darah. Asam urat merupakan hasil pemecahan metabolisme purin(asam nukleat) tubuh, yang sebagian kecil berasal dari makanan. Sebagian besar asam urat diekskresikan oleh ginjal(underwood,1999). Gout merupakan kelompok kondisi heterogen yang berhubungan dengan

kelainan metabolisme purin genetic (hiperurisemia) (Baughman,2000). B. KLASIFIKASI 1. Osteoarthritis Menurut Dharmawirya(2000), OA menurut penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu: y OA Primer disebut idiopatik,disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak

y

OA sekunder adalah OA yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya.

Menurut distribusinya dibagi atas: y OA Perifer Dapat terjadi bilateral(85%) atau monoartikuler (10%). Biasanya mengenai sendi lutut (75%), tangan dan jari-jari (60%), kaki (40%), panggul (25%), bahu (15%). y OA Spinal Biasanya mengenai daerah lumbal(30%) dan servical (20%). 2. Rheumatoid Arthritis 1987 Revised ARA.Criteria for Rheumatoid Arthritis : 1. Kaku pagi hari 2. Arthritis pada 3 daerah persendian atau lebih 3. Arthritis persendian tangan 4. Arthritis simetris 5. Nodul rematoid 6. Faktor Reumatoid serum positif 7. Perubahan gambaran radiologis ( Rizasyah Daud, 2000) Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu: 1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 2) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. 3. Gout Gout diklasifikasikan menjadi dua, antara lain: y Penyakit gout primer 99 persen penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. y Penyakit gout sekunder Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.

4. Osteoporosis

Menurutkarolina(2009), osteoporosis diklasifikasikan menjadi dua, antara lain: 1. Osteoporosi primer Penyebabnya tidak berkaitan dengan penyakit lain, berhubungan dengan berkurangnya dan atau terhentinya produksi hormon(wanita), disamping bertambahnya usia. y Tipe 1(idiopotik/post menopausal) -bisa terjadi pada dewasa muda dan lansia, baik pria maupun wanita -berkaitan dengan perubahan hormon setelah menopause

-penipisan bagian keras tulang paling luar (korteks) dan perluasan rongga tulang (trabikula) y Tipe 2 (senile) Banyak terjadi pada usia >70 tahun 2. Osteoporosis Sekunder Disebabkan berbagai macam penyakit tulang (kronik rheumatoid arthritis, TBC spondilitis, osteomalasia, dan lain-lain) pengobatan menggunakan kortikosteroid dalam waktu lama, astronot tanpa gaya berat, paralise otot, tidak bergerak untuk periode yang lama, dan sebagainya.

C. ETIOLOGI 1. Osteoartritis Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :a.

Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. usia juga berpengaruh karena berhubungan penurunan kekuatan kolagen dan dan proteoglikan pada kartilago sendi

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

c. Genetic.

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.d. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.e. Kegemukan.

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). 2. Rheumatoid Artritis Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu: a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. b. Endokrin c. Autoimmun d. Metabolik

e. Faktor genetik serta pemicu lingkungan Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. 3. Gout Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa factor lain yang mendukung, seperti : a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang

menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya. b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,

hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan. c. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia. d. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin,diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.

4. Osteoporosis a. Kekurangan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis b. Bahan katabolic endogen ( di produksi oleh tubuh ) dan eksogen ( dari sumber lain ) menyebabkan syndrome osteoporosis. Kortikosteroid yang dan

berlebihan,

chussing,

hiperthiroidisme

hiperparathiroidisme mengakibatkan kehilangan massa tulang

c. Keadaan medis menyertai ( syndrome maabsorpsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan alcohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin ) d. Factor usia Menghilangnya hormone estrogen pada saat menopause

D. PATOFISIOLOGI 1. Osteoartritis OA terjadi di tulang rawan sendi (sel kondrosit) Pembentukan kolagen Matrik bola (sel fibroblast) Mengaktifkan proteoglikan bila periosterum (selaput tulang)terkena tekanan mekanik Terjadi matrik tulang baru Sel kondrosit capek Tidak seimbang metabolic Osteoklas cepat dan osteoblas lambat Penipisan tulang rawan sendi Penyempitan celah sendi Pembentukan tulang terjadi di tepi Osteofit Menekan saraf dan pembuluh darah Nyeri

2. Rheumatoid Artritis 3. Gout

4. Osteoporosis Faktor-faktor genetic Aktifitas Fisik Masa Puncak tulang Nutrisi

Menopouse ~penurunan kadar esterogen serum sel ~peningkatan kadar IL-1, IL-6 TNF

Penuaan ~penurunan aktivitas replikasi selosteoprogenitor ~penurunan aktivitas sintesi osteoblas

~peningkatan sekresi RANK, RANKL

~penurunan aktivitas biologis factor pertumbuhan yang terikat pada matriks

~peningkatan aktivitas osteoklas

~berkurangnya aktifitas fisik

Osteoporosis

E. MANIFESTASI KLINIS Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan oleh kelainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi. Nyeri awalnya tumpul kemudian semakin berat, hilang timbul, dan diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat.Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur (tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita akan merasakan gerakan sendi tidak licin yang disertai bunyi gemeretak (krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah istirahat. Perlahan-lahan sendi akan bertambah kaku. Sendi akan terlihat membengkak karena adanya penumpukan cairan di dalam sendi. Pembengkakan ini terlihat lebih menonjol karena pengecilan otot sekitarnya yang diakibatkan karena otot menjadi jarang digunakan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG y Radiografis sendi yang terkena digunakan bersama dengan manifestasi

klinis untuk menegakkan diagnosis Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban) Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis) Kista tulang Osteofit pada pinggir sendi Perubahan struktur anatomi sendi Pemeriksaan laboratorium Biasanya tidak banyak berguna Tes darah menyampingkan penyakit yang dapat menyebabkan OA sekunder dan kondisi arthritis lain yang dapat meniru OA

y

Artrocentesis

pemeriksaan

yang

dilakukan

dengan

cara

menggunakan jarum steril untuk mengeluarkan cairan sinovial untuk dianalisis. Pemeriksaan cairan sinovial berfungsi untuk menyingkirkan diferensial diagnosis seperti gout, infeksi, dll

G. PENATALAKSANAAN Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami OA adalah untuk edukasi pasien, pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi sendi yang terserang dan menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih parah. Penatalaksanaan OA terdiri dari terapi non obat/non farmako(edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat/farmako, terapi lokal dan tindakan bedah. (I. Haq & E. Murphy, 2003) 1. Terapi Non Farmako/Non Obat Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat

mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan. ( Bambang Setyiohadi, 2003) Penurunan berat badan merupakan tindakan yang penting, terutama pada

pasien-pasien obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA dan meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak. Suatu studi mengikuti 21 penderita OA yang mengalamiobesitas, kemudian mereka melakukan penurunan berat badan dengan cara diet dan olah raga. Setelah diikuti selama 6 bulan, dilaporkan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami perbaikan fungsi sendi serta pengurangan derajat dan frekuensi rasa sakit. (S.P.Messier, 2000) Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi

dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan. (I. Haq & E. Murphy, 2003) 2. Terapi Farmako/ Obat Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada penderita OA dengan dosis 1 gram 4 kali sehari, karena cenderung aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada pasien usia tua. Kombinasi parasetamol / opiat

seperti coproxamol bisa digunakan jika parasetamol saja tidak membantu. Tetapi jika dimungkinkan, penggunaan opiat yang lebih kuat hendaknya dihindari. (I. Haq & E. Murphy, 2003) Kelompok obat yang banyak digunakan untuk menghilangkan nyeri penderita OA adalah obat anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS bekerja dengan cara

menghambat jalur siklooksigenase (COX) pada kaskade inflamasi. Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologik, terdapat pada lambung,

ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada proses inflamasi). OAINS tradisional bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2, sehingga

dapat mengakibatkan perdarahan lambung, gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan hiperkalemia. OAINS yang bersifat inhibitor COX-2 selektif akan memberikan efek gastrointestinal yang lebih kecil dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional. (I. Haq & E. Murphy, Bambang Setyiohadi, 2003) 3. Terapi Lokal Terapi lokal meliputi pemberian injeksi intra artikular steroid (merupakan molekul viskosuplemen) dan glikosaminoglikan besar dan atau hialuronan

berfungsi sebagai

pemberian terapi topikal, seperti krem OAINS, krem

salisilat atau krem capsaicin. Injeksi steroid intra artikular diberikan bila didapatkan infeksi lokal atau efusi sendi. (John H Klippel, 1994)

4. Operasi Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan tindakan yang efektif. (Paul A. Dieppe, 2005) Operasi yang dapat dilakukan antara lain arthroscopic debridement, joint

debridement, dekompresi tulang, osteotomi dan artroplasti. Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang-kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik. (Paul A. Dieppe, 2005) 5. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. Peran Perawat a. Perawat harus memeriksa nyeri, kekakuan, pembatasan pada gerak, deformitas persendian, simetri nodul-nodul, suara krepitasi. Karena penyakit ini bersifat kronis, maka pemeriksaan juga harus mencakup perubahan penampilan tubuh,

perbatasan fungsional yang mempengaruhi kerja dan aktivitas fisik, perubahan peran dalam keluarga dan social, serta munculnya depresi dan kelelahan. b. Penyuluhan kepada pasien secara mendalam sehingga dapat membantu individu untuk menyesuaikan osteoarthritis dalam gaya hidupnya. Hal ini penting bagi perawat untuk membantu masing-masing pasien agar dia dapat menenukan keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat sambil mempertahankan fungsinya supaya bisa mandiri. c. Memberikan terapi panas, yang diterapkan pada bagian yang sakit akan meningkatkan rasa nyaman sedangkan kantong es akan menimbulkan efek anaesthetic. d. Aktivitas hiburan seperti memakai teknik gambar dan pengistirahatan juga sangat berguna. e. Latihan isotonic dan isometric dapat menguatkan otot yang akan memberikan dukungan pada persendian yang sakit. f. Nutrisi yang sesuai dan berimbang dapat menolong pasien untuk menjaga berat optimal sehingga pasien akan terhindar dari stress menahan beban dari persendian yang sakit. g. Pemberian obat anti inflamasi dan analgesic. h. Asuhan keperawatan dalam jangka waktu lama melipti: -mengkoordinasikan berbagai macam perawatan kesehatan professional yang berhubungan seperti terapi pekerjaan dan fisik -memberikan informasi mengenai keamanan penggunaan alat bantu -mendorong pasien agar berpartisipasi dalam kelompok penderita arthritis -memberikan informasi yang terbaru dari arthritis foundation

ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN A. Identitas Klien Nama Usia Jenis kelamin : Tn. A : 68 tahun : laki-laki No.RM Tgl. Masuk Tgl. Pengkajian :::-

Alamat No.telp

::-

Sumber informasi

: klien

Nama klg. Yg bisa dihubungi: Status Alamat No.Telp Pendidikan Pekerjaan :::::-

Status pernikahan : Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Lama bekerja :::::-

B. Status Kesehatan Saat Ini 1. Keluhan utama 2. Lama keluhan 3. Kualitas keluhan : mengeluh nyeri pada lutut sebelah kanan : 6 bulan : nyeri semakin meningkat saat berjalan & kesulitan dalam bergerak terutama saat bangun tidur 4. Faktor pencetus 5. Factor pemberat 6. Upaya yg telah dilakukan 7. Diagnosa medis ::: pergi ke puskesmas : gangguan nyeri sendi osteoarthritis

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini Tn. A usia 68 tahun, tinggal sendiri. BB 80 Kg,Tb 160cm,datang ke puskesma dg keluhan nyeri di lutut sebelah kanan selama 6 bulan.Nyeri semakin meningkat saat berjalan dan kesulitan dalam bergerak terutama saat bangun tidur.pasien menggunakan alat bantu berupa tripode untuk berjalan.saat dilakukan

pemeriksaan fisik oleh perawat ditemukan benjolan pada lutut sebelah kanan dan teraba hangat.

D. Pola Aktivitas-Latihan y Mobilitas di tempat Tidur : kesulitan dalam bergerak terutama saat

bangun tidur y Berjalan : menggunakan alat bantu berupa tripode (skor 1)

E. Pemeriksaan Umum 1. Keadaan Umum : y y Kesadaran : TTV : - TD : - mmHg -N y TB BB : 160 cm : 80 Kg :x/mnt - S : - oC - RR: - x/mnt

2. Ekstremitas y Bawah : benjolan pada lutu sebelah kanan dan teraba hangat

F. Hasil Pemeriksaan Penunjang Saat ini perawat dan dokter merencanakan pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui jenis gangguan nyeri sendi yang di alami Tn. A.

G. Terapi Perawat menyarankan kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri klien.

II.

ANALISA DATA

DATA DS: y Nyeri lutut sebelah kanan bulan y Nyeri saat meningkat berjalan & selama 6

ETIOLOGI Faktor Penyebab Osteoarthritis Microraktur trabekel-trabekel Degenarasi mukoid dan fibrineus Lesi kistik sub condral Aliran darah meningkat Nyeri

MK Nyeri kronis

kesulitan bergerak terutama bangun tidur saat

DO: y Usia 68 tahun y Benjolan pada lutut & teraba hangat y Menggunakan alat bantu tripode untuk berjalan DS: y Nyeri lutut sebelah kanan bulan y Nyeri saat meningkat berjalan & selama 6 Faktor penyebab Osteoarthritis Degenerasi mukoid dan fibrineus Lesi kistik sub condral Aliran darah meningkat Nyeri Spasme otot Otot yg lebih kuat akan kontraktur Membatasi gerakan sendi Hambatan berjalan DO: y Usia 68 tahun y Tinggal sendiri Hambatan berjalan

kesulitan bergerak terutama bangun tidur saat

y BB : 80 Kg y TB : 160 cm y Benjolan pada lutut & teraba hangat y Menggunakan alat bantu tripode untuk berjalan DS: y Nyeri lutut sebelah kanan bulan y Nyeri saat meningkat berjalan & selama 6 Faktor penyebab Osteoarthritis Degenerasi mukoid dan fibrineus Lesi kistik sub condral Aliran darah meningkat Nyeri Spasme otot Otot yg lebih kuat akan kontraktur Membatasi gerakan sendi Resiko jatuh DO: y Usia 68 tahun y Tinggal sendiri y Menggunakan alat bantu tripode untuk berjalan Risiko jatuh

kesulitan bergerak terutama bangun tidur saat

III.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Nyeri kronis b.d gangguan nyeri sendi 2) Hambatan berjalan b.d gangguan muskuloskeletal 3) Risiko jatuh b.d osteoartritis

IV.

INTERVENSI

1) Nyeri kronis b.d gangguan nyeri sendi Tujuan: setelah dilakukan intervensi, pasien melaporkan bahwa intensitas nyeri dapat berkurang / terkontrol. Kriteria Hasil: y y Menunjukkan nyeri hilang / terkontrol Terlihat rileks, dapat tidur / beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan y y Mengikuti progam farmakologis yang di resepkan Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam progam control nyeri

INTERVENSI MANDIRI a) Kaji keluhan nyeri,lokasi & intensitas (skala 0-10)

RASIONAL

Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan progam.

b) Berikan matras/kasur keras, bantal Matras yang lembut/empuk, bantal yang kecil. Tinggikan linen tempat tidur besar akan mencegah pemeliharaan sesuai kebutuhan. kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri. c) Biarkan pasien mengambil posisi Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah yang nyaman pada waktu tidur berat mungkin di perlukan (sampai atau duduk di kursi. Tingkatkan perbaikan objektif & subjektif di dapat) istirahat di tempat tidur sesuai untuk membatasi nyeri sendi. indikasi. d) Dorong untuk sering mengubah Mencegah terjadinya kelelahan umum posisi. Bantu pasien untuk dan kekuatan sendi. Menstabilkan

bergerak di tempat tidur, sokong sendi, mengurangi gerakan / rasa sakit

sendi yang sakit di atas dan di pada sendi. bawah, hindari gerakan yang

menyentak. e) Anjurkan pasien untu mandi air Panas meningkatkan relaksasi otot dan hangatpada waktu bangun. mobilitas, menurunkan rasa sakit dan

Sediakan waslap hangat untuk melepaskan kekakuan di pagi hari. mengompres sendi-sendi yang

sakit beberapa kali sehari. f) Dorong menggunakan manajemen Meningkatkan relaksasi, memberikan stress, seperti relaksasi progesif, rasa control dan mungkin meningkatkan sentuhan terapeutik, hypnosis diri kemampuan koping. dan nafas dalam. KOLABORASI g) Kolaborasikan dengan dokter Dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri.

terkait pemberian obat analgesic.

2) Hambatan berjalan b.d gangguan musculoskeletal Tujuan: setelah diberikan intervensi, klien dapat menunjukkan pengecilan benjolan/ penurunan tingkat inflamasi, penurunan nyeri dan dapat kembali berjalan tanpa menggunakan tripode Kriteria Hasil: y y Mempertahankan fungsi posisi Mempertahankan kompensasi tubuh y Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas (berjalan) ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari

INTERVENSI MANDIRI

RASIONAL

a) Kaji

tingkat

inflamasi/rasa

sakit Tingkat aktivitas/latihan bergantung dari perkembangan/resolusi inflamasi. dari proses

pada sendi.

b) pertahankan tirah baring/duduk jika Istirahat sistemik dianjurkan selama di perlukan. Jadwal aktivitas untuk eksaserbasi akut dan seluruh fase memberikan periode istirahat yang penyakit yang penting untuk mencegah terus-menerus dan tidur malam hari kelelahan, mempertahankan kekuatan. yang tidak terganggu. c) dorong pasien untuk Memaksimalkan fungsi sendi,

mempertahankan postur tegak dan mempertahankan mobilitas. duduk tinggi,berdiri, berjalan. KOLABORASI d) Konsul pada ahli terapi dan Berguna progam dalam memformulasikan yang

spesialis vokasional.

latihan/aktivitas

berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengindentifikasikan alat/ bantuan mobilitas. e) Kolaborasikan obat-obatan yang Mungkin di butuhkan untuk menekan

dapat menekan inflamasi (misal inflamasi sistemik akut. steroid)

3) Risiko jatuh b.d osteoarthritis Tujuan: setelah di berikan intervensi, diharapkan pasien dapat terhindar dari terjadinya risiko jatuh karena gangguan pada sendi kakinya. Kriteria Hasil: y y Klien dapat terhindar dari terjatuh/cedera mengenali risiko potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya

INTERVENSI

RASIONAL potensial di

a) Bantu untuk mengidentifikasi risiko Mengidentifikasirisiko terjadinya bahaya yang mungkin lingkungan timbul. dan

mempertinggi

kesadaran akan bahaya. cedera akibat

b) berikan lingkungan yang aman, Menghindari misalnya menaikkan kursi/kloset, kecelakaan/jatuh. penggunaan alat bantu mobilitas. c) lakukan pemantauan terhadap efek Pasien samping obat.

mungkin

tidak dan

dapat obat

melaporkan

tanda/gejala

dapat dengan mudah menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Dosis / penggantian obat mungkin diperlukan untuk mengurangi gangguan.

V.

EVALUASI 1) Nyeri kronis y y Apakah klien melaporkan nyeri sudah hilang / dapat terkontrol? Apakah klien terlihat rileks, dapat tidur / beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan? y y Apakah klien sudah mengikuti progam farmakologis yang di resepkan dokter? Apakah klien mampu menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam progam control nyeri?

2) Hambatan berjalan y y Apakah klien sudah mampu mempertahankan fungsi posisi? Apakah klien dapat mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi tubuh? y Apakah klien mampu untuk mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas (berjalan)?

3) Risiko jatuh y y Apakah Klien dapat berhasil terhindar dari terjatuh/cedera? Apakah klien mampu mengenali risiko potensial di lingkungan dan

mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya?

DAFTAR PUSTAKA Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah:Buku saku untuk Brunner and Suddarth. Jakarta : EGC Charlene J. Reeves, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Buku 1. Terjemahan Joko Setyono. Jakarta : Salemba Medika Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Daud Rizasyah, 2000. Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Reumatoid dalam Cermin Dunia Kedokteran No. 129. Jakarta : Grup PT Kalbe Farma Dieppe Paul A., Lohmander L. Stefan. 2005. Pathogenesis and Management of Pain in Osteoarthritis. The Lancet,; 365 : 965 973. Hikmat Permana. Patofisiologi Primary Osteoporosis metabolisme Vitamin D. Fakultas Kedokteran Uniersitas Padjdjaran Bandung Haq I., Murphy E., Dacre J. 2003. OsteoarthritisReview. Postgrad Med J,; 79 : 377 383 Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. 1994. Osteoarthritis. Rheumatology. United Kingdom : Mosby Year Book Europe Limited, : 2.1 10.6. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta : EGC Lukman dan Nurma Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika In :

Setiyohadi Bambang. 2003. Osteoartritis Selayang Pandang. Jakarta:Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. 27 31. Yatim,Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian (Arthritis atau arthralgia), edisi 1. Jakarta :Pustaka Populer Waluyo,Srikandi. 2010. The book of antiaging: Rahasia Awet Muda Mind Body Spirit. Jakarta: Elex Media Komputindo.