triger 2 emergencyaaaa
DESCRIPTION
aaaaaaTRANSCRIPT
MAKALAH LP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMA HEPATIKUM (HEPATIK ENSEFALOPATI
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Semester Pendek Emergency Nursing
Yang Dibimbing Oleh :
Ns. M. Fathony., M.N
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Galih Kertiyasa
125070218113001
2. Wahyu Sukma Samudera
125070218113015
3. Wenny Trisnaningtyas
125070218113027
4. Enik Harini
125070218113037
5. Keyfin A. K
1250702181130446. Sri Breginia R. S
125070218113047
Program studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
2015
MAKALAH LP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMA HEPATIKUM (HEPATIK ENSEFALOPATI
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Semester Pendek Emergency Nursing
Yang Dibimbing Oleh :
Ns. M. Fathony., M.N
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Program studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
2015
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat sera kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul MAKALAH LP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMA HEPATIKUM (HEPATIK ENSEFALOPATI. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memenuhi tugas semester pendek mata kuliah emergency nursing. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Selesainya tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hai dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan makalah ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormatti :
1. Bapak Ns. M. Fathony, S.Kep., M.Nselaku staf dosen pengajar
2. Teristimewa kepada Orang Tua penulis yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanan baik dari segi moril, material kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas individu semester pendek ini.
3. Terima kasih kepada teman-teman yang selalu memberikan motivasi, dan dukungan moril serta doa demi terselesainya tugas individu semester pendek ini.
Kediri, 20 Agustus 2015
Penulis,
Daftar IsiHalaman Sampul
i
Kata Pengantar
ii
Daftar isi
iii
Bab 1 : Pendahuluan
1
1.1 Latar Belakang
11.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan
1Bab 2 : Pembahasan
22.1 Definisi Koma Hepatikum
22.2 Epidemiologi Koma Hepatikum
22.3 Klasifikasi dan etiologi Koma Hepatikum
22.4 Manifestasi Klinis Koma Hepatikum
32.5 Patofisiologi Koma Hepatikum
62.6 Pemeriksaan diagnostik Koma Hepatikum
72.7 Penatalaksanaan Koma Hepatikum
72.9 Komplikasi Koma Hepatikum
92.10 Asuhan Keperawatan Koma Hepatikum
10Bab 3 : Penutup
113.1 Kesimpulan
11Daftar Pustaka
15Terlampir
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dengan memberatnya penyakit hati, risiko terjadinya ensefalopati hepatik semakin besar. Hal ini memicu pesatnya perkembangan pengetahuan terkait masalah ensefalopati hepatik serta kemajuan dalam diagnosis dan tata laksananya. Beragam studi terkait diagnosis, tata laksana, serta pencegahan enefalopati hepatik menjadi dasar penatalaksanaan ensefalopati hepatik di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Saat ini, Indonesia telah memiliki panduan penatalaksanaan ensefalopati hepatik yang diterbitkan oleh Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) pada tahun 20141.2 Rumusan
1.2.1 Apa definisi koma hepatikum ?
1.2.2 Apa epidemiologi koma hepatikum ?
1.2.3 Apa klasifikasi dan etiologi koma hepatikum ?
1.2.4 Apa manifestasi klinis koma hepatikum ?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi koma hepatikum ?
1.2.6 Apa pemeriksaan diagnostik koma hepatikum ?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan koma hepatikum ?
1.2.8 Apa komplikasi koma hepatikum ?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan koma hepatikum ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui definisi koma hepatikum
1.3.2 Mengetahui epidemiologi koma hepatikum
1.3.3 Mengetahui klasifikasi dan etiologi koma hepatikum
1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis koma hepatikum
1.3.5 Mengetahui patofisiologi koma hepatikum
1.3.6 Mengetahui pemeriksaan diagnostik koma hepatikum
1.3.7 Mengetahui penatalaksanaan koma hepatikum
1.3.8 Mengetahui komplikasi koma hepatikum
1.3.9 Mengetahui asuhan keperawatan koma hepatikum
Bab 2
Pembahasan
LP KOMA HEPATIKUM (HEPATIK ENSEFALOPATI
2.1 DEFINISI
Koma hepatikum disebut pula sebagai ensefalopati hepatika atau ensefalopati portal sistemik ialah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya gangguan tingkah laku, neuropsikiatrik dan berbagi derajat gangguan kesadaran yang disebabkan oleh kelainan metabolik penyakit hati.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, prevalensi EH minimal (grade 0) tidak diketahui dengan pasti karena sulitnya penegakan diagnosis, namun diperkirakan terjadi pada 30%-84% pasien sirosis hepatis. 3 Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mendapatkan prevalensi EH minimal sebesar 63,2% pada tahun 2009.4 Data pada tahun 1999 mencatat prevalensi EH stadium 2-4 sebesar 14,9%. 5 Angka kesintasan 1 tahun dan 3 tahun berkisar 42% dan 23% pada pasien yang tidak menjalani transplantasi hati2.3 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Koma hepatikum berdasarkan terjadinya dapat dibagi menjadi :
a) Tipe akut/ sub akut
Pada tipe akut terjadi prekoma/koma hepatikum dalam waktu singkat ( kurang dari 8 hari ), sedangkan pada tipe sub akut terjadi prekoma/koma hepatikum dalam waktu 8 minggu dari gejala pertama.
Etiologi umumnya adalah hepatitis akut (fulminan), hepatitis alkoholik, reaksi/keracunan obat, bahan kimia dan racun lainnya. Dapat juga karena penyakit lain antara lain : kelainan pembuluh darah seperti iskemia hati karena suatu sebab, vena oclusive disease, heart stroke, infiltrasi maligna, syok berat dengan atau tanpa sepsis, penyakit Wilson, sindrom Reya, fatty liver of pregnancy dan kelainan metabolik lainnya
Obat-obatan, bahan kimia atau racun yang dapat menyebabkan koma hepatikum dapat dibagi sebagai berikut :
Obat yang menyebabkan nekrosis hati, seperti : asetaminofen, isoniazid, rifampisin, metotreksat, klorambusil, penghambat MAO, tiazid, dan lain-lain.
Obat-obatan yang menyebabkan kolestasis atau steatosis, seperti : tetrasiklin, eritromisin estolat, metil testosteron, klorpromazin, klorodiapokside dan lain-lain
Obat-obatan yang menyebabkan nekrosis dan kolestasis, seperti : kontrasepsi oral, dilantin, Tiourasil, azatiofrin, sulfonamid dan lain-lain
Bahan kimia racun seperti : jamur Amanita phalloides, aflatoksin, hidrokarbon klorinatid, organo fosfat, alkohol dan lain-lain
b. Tipe kronik
Tipe ini sering terjadi pada sirosis hati dengan kolateral porto-sistemik yang ekstensif. Disini didapatkan gejala-gejala gangguan mental, emosional atau kelainan neorologik dalam periode berbulan-bulan atau betahun-tahun dimana gejala-gejala tersebut akan dapat diatasi dengan pengobatan yang memadai
faktor-faktor etiologinya adalah
1. Penyakit hati menahun dengan kolateral prtal-sistemik yang ekstensif, diit protein yang berlebihan, aktivitas bakteria usus yang berlebihan
2. Sirosis hati dengan atau tanpa komplikasi.
3. Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler )
Koma hepatikum tipe kronik dapat timbul pada sirosis hepatis tahap terminal atau timbul akibat faktor pencetus seperti : diuresis yang berlebihan, perdarahan, parasentesis cairan asites, diare dan muntah berlebihan, pembedahan, terlalu banyak minum alkohol, pemberian sedatif, infeksi dan konstipasi
Koma hepatikum berdasarkan etiologi dan faktor pencetusnya, dibagi menjadi :
a) Koma hepatikum primer (endogen) karena kegagalan sel-sel hati sendiri
b) Koma hepatikum sekunder (eksogen) karena bukan kerusakan hati saja, tetapi oleh karena ada faktor pencetus
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Sindrom gagal hati umunya terdiri dari beberapa atau semua berikut ini : kelemahan umum, ikterus, asites, gangguan sistem sirkulasi, gangguan pernafasan, gangguan endokrin, gangguan neurologi, serta perubahan metabolisme protein dan fungsi hemostasis ( faal koagulasi ).
Penderita dengan koma hepatikum memperlihatkan gambaran klinik yang bervariasi. Pada gagal hati akut sub akut terjadinya koma hepatikum sangat cepatv ( dalam 8 hari ), pada gagal hati sub akut terjadi koma hepatikum dalam 8 minggu, sedangkan pada gagal hati kronik timbulnya koma hepatikum koma hepatikum pelan-pelan, kadang dapat pula mendadak apabila ada faktor pencetus.
Pada penderita ditemukan beberapa atau semua sindrom gagal hati. Manifestasi klinik koma hepatikum adalah sebagai berikut :
1. Kelemahan umum
Pada keadaan prekoma, umumnya penderita tampak lemah dan mudah lesu. Sering terjadi anoreksia dan apabila ditambah diit yang jelek akan menambah terjadinya malnutrisi
2. Ikterus
Ikterus merupakan sala satu tanda gagal hati. Pada gagal hati karena virus, didalamnya ikterus/tingginya bilirubin sesuai dengan beratnya kerusakan sel-sel hati, hal ini tidak sama dengan sirosis hati, dimana ikterus tidak selalu ada
3. Asites
Terjadinya asites pada gagal hati, mekanismenya sama dengan terjadinya asites pada penyakit hati menahun.
4. Perubahan metabolisme nitrogen
Kerusakan sel-sel hati mengakibatkan produksi albumin maupun protrombin menurun. Metabolisme amonia terganggu, pada orang normal amonia diubah menjadi urea, karena metabolismenya terganggu, amonia menumpuk di dalam darah. Terdapat pula perubahan keseimbangan asam amino aromatik dengan asam amino rantai cabang, dimana akan terjadi penumpukan asam amino aromatik.
5. Perubahan sistem neurologi
Meskipun ensefalopati pada gagal hati akut sama dengan yang terjadi pada penyakit hati kronik, ada beberapa perbedaan pokok dalam patogenesisnya. Hubungan portal sistemik yang sangat penting pada sirosis hati, pada gagal hati akut tidak banyak berperan. Pada gagal hati akut sering terdapat edema serebri dengan peningkatan TIK yang jarang terjadi pada sirosis hati.
Sherlock membagi derajat berat ringannya koma hepatikum sebagai berikut :
Stadium I ( prodromal ) : terjadi euforia, kadang depresi, kadang kebingungan, daya reaksi yang lambat, gangguan pola tidur, apatis, kadang sudah ditemukan asterixis.
Stadium II (impending coma) : terjadi peningkatan dari stadium I di mana dijumpai letargi, perubahan pola tingkah laku, disorientasi, inkontinensia, asterixis
Stadium III (stupor) : penderita kebanyakan tidur, masih dapat dibangunkan, berbicara ngawur, sangat kebingungan, asterixis masih ada, kadang-kadang dijumpai agitasi atau gelisah
Stadium IV (koma) : penderita seperti tertidur, tidak dapat dibangunkan. Ada yang membagi 2 tahap, yaitu stadium IV A dimana penderita memberikan reaksi bila dirangsang, sedangkan stadium IV B dimana penderita sama sekali tidak memberikan reaksi
6. Perubahan sistem endokrin
Dengan terganggunya faal hati sebagai penyimpan glikogen dan meningkatnya kadar insulin dalam plasma maka dapat terjadi hipoglikemi, meskipun jarang terjadi. Gagalnya hepato glukoneogenesis akan menyebabkan asidosis asam laktat dan memberatkan keadaan umum penderita
7. Perubahan sistem sirkulasi dan pernafasan
Kelainan ini sering terjadi pada gagal hati akut, sedangkan pada gagal hati kronik agak jarang. Pada permulaan karena terjadi rangsangan pusat vital, terjadilah sirkulasi yang hiperdinamik, ditandai dengan curah jantung yang meningkat, ekstremitas terlihat kemerahan, takikardi.
Berikutnya terjadi depresi batang otak, mengakibatkan tekanan darah menurun, aliran darah menurun, terjadi perubahan mental dan menurunnya tonus vasomotor, menurunnya aliran darah ke ginjal, yang dapat menyebabkan insufisiensi ginjal (hepatorenal syndrome). Pada sistem pernafasan akibat terjadinya depresi batang otak, dapat terjadi respiratory arrest. Aspirasi cairan lambung atau darah ke dalam paru, dengan atau tanpa infeksi akan memperberat keadaan.
8. Perubahan fungsi hemostasis
Hal ini sangat berperan pada gagal hati akut maupun kronik. Penyebab terjadinya gangguan hemostasis ini adalah penurunan kemampuan hati membuat faktor-faktor pembekuan, trombositopenia. Serta kerusakan pembuluh darah kapiler, ataupun pecahnya varises pada sirosis hati. Perdarahan dapat terjadi dimana-mana, terutama dikulit dan saluran makanan, kadang terjadi pula suatu DIC (disseminated intravascular coagulation)
2.5 PATOFISIOLOGI
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Hematologi a. Hemoglobin, hematokrit, hitunglekosit-eritrosit-trombosit, hitungjenislekosit. b. Jikadiperlukan :faalpembekuandarah.2. Biokimiadarah a. Ujifaalhati :trasaminase, billirubin, elektroforesis protein, kolestrol, fosfatase alkali. b. Ujifaalginjal : Urea nitrogen (BNU), kreatinin serum. c. Kadar amoniadarah. 3. Urindantinjarutin4. EEG (Elektroensefalografi) denganpotensialpicu visual (visual evoked potential)merupakansuatumetode yang baruuntukmenilaiperubahandini yang halusdalam status kejiwaanpadasirosis.5. CT Scanpadakepalabiasanyadilakukandalam stadium ensefalopatia yang parahuntukmenilaiudemaotakdanmenyingkirkanlesi structural (terutama hematoma subdurapadapecandualkohol).6. Pungsilumbal, umumnyamengungkapkanhasil-hasil yang normal, kecualipeningkatanglutamin. Cairanserebrospinaldapatberwarnazantokromatakibatmeningkatnyakadar bilirubin. Hitungseldarahputihcairan spinal yang meningkatmenunjukanadanyainfeksi. Edema otakdapatmenyebabkanpeningkatantekanan.2.7 PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan koma hepatikum adalah mempertahankan hemostasis, mempertahankan fungsi-fungsi organ sebaik mungkin untuk memperpanjang hidup dengan harapan memberi kesempatan hati untuk melakukan regenerasi, serta usaha untuk mengatasi komplikasi
1. Penatalaksanaan gagal hati tipe akut
Prekoma/koma karena gagal hati akut, baik tipe primer maupun sekunder, prinsip penatalaksanaannya sama. Hanya saja bagi tipe sekunder, diperlukan penatalaksanaan terhadap faktor pencetusnya.
I.A. Tindakan umum
a) Penderita dengan stadium III/IV memerlukan perawatan suportif yang intensif, perhatikan posisi berbaring, penghisapan lendir, pemberian oksigen, serta pasang kateter foley
b) Perli diadakan pemantauan terhadap kesadaran, keadaan neuropsikiatrik, kondisi kardio-pulmonal serta ginjal, dan pemantauan kadar amonia darah. Segera koreksi bila ada gangguan keseimbangan cairan, elektrolit atau asam basa
c) Diberikan diit cair , atau nutrisi parenteral, dengan sumber kalori adalah glukosa 300-500 g/hari
I.B Tindakan khusus
a) Mengurangi intake protein, dengan cara diit tanpa protein untuk stadium III/IV dan diit rendah protein (nabati) sebanyak 20 gram setiap hari untuk stadium I/II
b) Mengurangi populasi bakteri kolon dengan cara pemberian laktulosa peroral untuk stadium I/II, atau melalui pipa (saluran) hidung untuk stadium III//IV, dengan dosis 30-50 ml tiap 4-6 jam untuk menimbulkan diare ringan. Preparat laktitol (beta galactoside sorbitol) memberikan hasil yang lebih baik.
c) Pengosongan usus dengan klisma air sabun 1-2 kali seharid) Antibiotika, dapat diberikan neomisin 4 kali 1-2 g/hari atau kanamisin dengan dosis yang sama. diberikan per oral untuk stadium I/II atau melalui pipa naso gastrik pada stadium III/IVe) Obat-obatan lain1. Infus cairan yang mengandung asam amino rantai cabang (Comafusin hepar) atau campuran sedikit asam amino aromatik dalam asam amino rantai cabang (Aminoleban) dapat diberikan 1000 ml/hari
2. L-dopa 0,5 gram per oral untuk stadium I/II atau melalui pipa hidung (nasogastrik) untuk stadium III/IV, dapat diberikan tiap 4 jam
3. Hindari pemberian sedatif/hipnotika, kecuali pada penderita dengan agitasi atau sangat gelisah
4. Vitamin K 10-20 mg/hari im atau per oral atau melalui pipa nasogastrik
5. Pemberian bromokiptin
I.C Tindakan terhadap faktor presipitasi/pencetus
a) Koreksi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
b) Penanggulangan perdarahan saluran cerna
c) Mengatasi infeksi dengan antibiotika yang memadai, hindari obat yang hepatotoksik
d) Menghentikan obat-obatan yang diduga sebagai pencetus, umpamanya : obat-obatan hepatotoksik
II. pengelolaan terhadap gagal hati tipe kronik
a) Diit rendah protein, maksimal 1 g/KgBB terutama protein nabati
b) Menghindari konstipasi dengan memberikan laktulosa dengan dosis secukupnya (2-3 kali 10 ml per hari), sehingga tinja menjadi lunak
c) Bila terdapat peningkatan gejala ensefalopati, ditambah neomisin 4 kali 1 g/hari
d) Bila timbul eksaserbasi akut, tindakan seperti pada ensefalopati tipe akut
e) Diluar negeri sudah dilakukan tranplantasi hati
2.8 KOMPLIKASI
Dalam keadaan penderita yang berat sangatlah sulit dibedakan apakah keadaan berikut merupakan stadium lanjut dari gagal hati atau merupakan komplikasi dari kelainan ini. Untuk gagal hati akut, komplikasi dapat terjadi setiap saat, sedangkan pada sirosis hati atau penyakit hati menahun lainnya dapat terjadi apabila koma berlangsung lama ( lebih dari 1 minggu ). Umumnya komplikasi yang dapat terjadi adalah
1. Edema otak : dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kranial, sehingga dapat menyebabkan kematian. Dijumpai pada 30-40% dari kasus-kasus yang fatal.
2. Gagal ginjal : akibat penurunan perfusi ke kortek ginjal. Terdapat pada sekitar 40% kasus.
3. Kelainan asam-basa : hampir selalu terjadi alkalosis respiratorik hiperventilasi, sedangkan alkalosis metabolik terjadi akibat hipokalemi. Asidosis metabolik dapat terjadi karena penumpukan asam laktat atau asam organik lainnya karena gagal ginjal
4. Hipoksia : sering terjadi karena edema paru atau radang paru akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler di jaringan intersisiel atau alveoli
5. Gangguan faal hemostasis dan perdarahan terjadi pada 40-70% kasus.
6. Gangguan metabolisme (hipoglikemia) dan gangguan keseimbangan elektrolit (Hipokalsemia)
7. Kerentanan terhadap infeksi : sering terjadi sepsis terutama karena bakteri gram negatif, peritonitis, infeksi jalan nafas atau paru.
8. Gangguan sirkulasi : pada tahap akhir dapat terjadi hipotensi, bradikardi maupun henti jantung
9. Pankreatitis akut
ASUHAN KEPERAWATAN KOMA HEPATIUM
Trigger
Tn. J, usia 55 tahun, dibawa oleh keluarganya karena kondisinya semakin lemah.Sejak lebih kurang 4 hari SMRS anak pasien mengatakan terdapat mual dan muntah perubahan perilaku pada pasien, yaitu tampak seperti orang linglung, sering mengantuk, malas beraktivitas, lebih sering tidur dan mengalami sesak nafas,. Sejak lebih kurang 7 hari SMRS pasien belum buang air besar (BAB)dan tubuhnya terasa panas. Sekitar lebih kurang 14 hari SM RS pasien sempat dirawat di RS X selama 10 hari dengan keluhan perut membesar yang semakin lama semakin membesar disertai badan terasa lemas, nafsu makan berkurang, perut lekas kenyang, disertai bengkak pada kedua kaki. Keluhan perut membesar tidak disertai jantung berdebar, sesak nafas saat melakukan aktivitas, ataupun sering terbangun pada malam hari karena sesak. Saat di RS x pasien mendapat pengobatan dan dilakukan pungsi cairan di perut serta dilakukan pemeriksaan endoskopi dan didapatkan hasil varises esofagus dan lambung. Pasien memang telah menderita sirosis hepatis sejak 2 tahun SMRS, berdasarkan diagnosa oleh dokter spesialis penyakit dalam di RS X dan pasien rutin kontrol ke RS tersebut. Setelah merasa kondisi membaik,pasien dipulangkan dan dianjurkan untuk rawat jalan. Pasien memiliki riwayat sakit kuning sekitar 5 tahun lalu. Riwayat transfusi darah dan mengalami pembedahan tidak ada. Riwayat mengkonsumsi alkohol tidak diketahui keluarga pasien. Riwayat BAB hitam atau muntah darah disangkal anak pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat], frekuensi nadi96 kali/menitdan regular, frekuensi pernapasan 24 kali/menit,suhu 38,0C, BB : 70 Kg ( 50 kg serta ditemukan sklera ikterik dan fetor hepatikum. Pada pemeriksaan thoraks didapatkan adanya retraksi intercostal, pada abdomen ditemukan limpa teraba SchuffnerII,konsistensi kenyal dan terdapat vena kolateral Pada ekstremitas superior dan inferiorditemukan liver nail, hipotonus, gerakan pasif, palmar eritema pada ekstremitas superior dan pitting edema pada ekstremitas inferior, namun kekuatan otot tidak dapat dinilai. Pada pemeriksaan neurologis dari nervus I-XII tidak ada kelainan, refleksfisiologis tidak meningkat ataupun menurun, refleks patologis tidak ada, rangsang selaput otak juga tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan penunjang didapatkan SGOT/SGPT : 20/76 gr/dl, Albumin : 2,6 gr/dl, Globulin : 5,1 gr/dl, HbsAg : positif.Didapatkan kesan hepatitis B.Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perawatan intensif dengan cara membebaskan jalan nafas, pemberian oksigen 5 L/menit, memasang kateter dan Naso Gastic Tube serta pemantauan kesadaran dan pemberian kalori lebih kurang 2000 kal/hari : IVFD D10% 20gtt/menit. Untuk perawatan lebih lanjut dilakukan tindakan khusus yaitu diet tanpa protein, laktulosa sirup 45 mL/jam sampai terjadi defekasi, pemberian dulcolax melalui anus1x10 mg/hari serta antibiotik eritromisin 4x250 mg peroral/hari.
ENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa:
Tempat Praktik: A1
NIM:
Tgl. Praktik: 21 Agustus 2015
A. Identitas Klien
Nama: Tn J No. RM:
Usia: 55 tahun Tgl. Masuk: 21 Agustus 2015
Jenis kelamin: Laki-laki Tgl. Pengkajian : 21 Agustus 2015
Alamat
: Sumber informasi : Anak No. Telepon : Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Anak Tn J
Status pernikahan: Menikah
Agama:
Status:
Suku:
Alamat:
Pendidikan:
No. telepon:
Pekerjaan:
Pendidikan:
Lama berkerja:
Pekerjaan:
B. Status kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama: kondisinya semakin lemah. Sejak lebih kurang 4 hari SMRS anak pasien mengatakan terdapat perubahan perilaku pada pasien, yaitu tampak seperti orang linglung, sering mengantuk, malas beraktivitas dan lebih sering tidur
2. Lama keluhan:4 hari
3. Kualitas keluhan:Buruk
4. Faktor pencetus:Konstipasi
5. Faktor pemberat:
6. Upaya yg. telah dilakukan :
7. Keluhan saat Pengkajian :.
.
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Tn. J, usia 55 tahun, dibawa oleh keluarganya karena kondisinya semakin lemah. Sejak lebih kurang 4 hari SMRS anak pasien mengatakan terdapat perubahan perilaku pada pasien, yaitu tampak seperti orang linglung, sering mengantuk, malas beraktivitas dan tampak seperti orang linglung, sering mengantuk, malas beraktivitas dan lebih sering tidur, Keluhan perut membesar tidak disertai jantung berdebar, sesak nafas saat melakukan aktivitas, ataupun sering terbangun pada malam hari karena sesak. lebih sering tidur. Sejak lebih kurang 7 hari SMRS pasien belum buang air besar (BAB) dan tubuhnya terasa panas. Sekitar lebih kurang 14 hari SM RS pasien sempat dirawat di RS X selama 10 hari dengan keluhan perut membesar yang semakin lama semakin membesar disertai badan terasa lemas, nafsu makan berkurang, perut lekas kenyang, disertai bengkak pada kedua kaki.
Diagnosa medis:
a.sirosis hepatis
Tanggal 2 tahun lalu
b.riwayat sakit kuning
Tanggal5 tahun lalu
c.
Tanggal
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu):
b. Operasi (jenis & waktu):
c. Penyakit:
Kronis:Sirosis dan sakit kuning
Akut:
d. Terakhir masuki RS : 14 hari lalu
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Tindakan
3. Imunisasi:
() BCG()Hepatitis
() Polio()Campak
() DPT()
4. Kebiasaan:
JenisFrekuensiJumlah Lamanya
Merokok
Kopi
Alkohol
5. Obat-obatan yg digunakan:
JenisLamanyaDosis
E. Riwayat Keluarga
.
GENOGRAM
(minimal 3 generasi, riwayat penyakit keluarga, tandai pasien dengan tanda panah)
F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan
Bahaya kecelakaan
Polusi
Ventilasi
Pencahayaan
G. Pola Aktifitas-Latihan
RumahRumah Sakit
Makan/minum
Mandi
Berpakaian/berdandan
Toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 = dibantu >1 orang, 4 = tidak mampu
H. Pola Nutrisi Metabolik
RumahRumah Sakit
Jenis diit/makanan
Frekuensi/pola
Porsi yg dihabiskan
Komposisi menu
Pantangan
Napsu makan
Fluktuasi BB 6 bln. terakhir
Jenis minuman
Frekuensi/pola minum
Gelas yg dihabiskan
Sukar menelan (padat/cair)
Pemakaian gigi palsu (area)
Riw. masalah penyembuhan luka
I. Pola Eliminasi
RumahRumah Sakit
BAB:
Frekuensi/pola
Konsistensi
Warna & bauhitam
hitam
Kesulitan
Upaya mengatasi
BAK:
Frekuensi/pola
Konsistensi
Warna & bau
Kesulitan
Upaya mengatasi
J. Pola Tidur-Istirahat
RumahRumah Sakit
Tidur siang:Lamanya
Jam s/d
Kenyamanan stlh. tidur
Tidur malam: Lamanya
Jam s/d
Kenyamanan stlh. tidur
Kebiasaan sblm. tidur
Kesulitan
Upaya mengatasi
K. Pola Kebersihan Diri
RumahRumah Sakit
Mandi:Frekuensi
Penggunaan sabun
Keramas: Frekuensi
Penggunaan shampoo
Gososok gigi: Frekuensi
Penggunaan odol
Ganti baju:Frekuensi
Memotong kuku: Frekuensi
Kesulitan
Upaya yg dilakukan
L. Pola Toleransi-Koping Stres
1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (V ) dibantu orang lain, sebutkan,Istri
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll):Perawatan diri
..
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Menyendiri
4. Harapan setelah menjalani perawatan:Bisa sembuh dari penyakitnya
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit:Lebih Pendiam
M. Konsep Diri
1. Gambaran diri:
2. Ideal diri:
3. Harga diri:
4. Peran:
5. Identitas diri
N. Pola Peran & Hubungan
1. Peran dalam keluarga Kepala Keluarga
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain, sebutkan Keluarga
3. Kesulitan dalam keluarga: ()Hub. dengan orang tua ()Hub.dengan pasangan
( )Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
( ) Lain-lain sebutkan,
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Normal
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi:
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( ) Normal( )Bahasa utama:
( ) Tidak jelas ( )Bahasa daerah:
( ) Bicara berputar-putar ( )Rentang perhatian:
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( )Afek:
2. Tempat tinggal:() Sendiri
()Kos/asrama
()Bersama orang lain, yaitu:
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut:
b. Pantangan & agama yg dianut:
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta 1.5 juta
()Rp. 250.000 500.000()Rp. 1.5 juta 2 juta
()Rp. 500.000 1 juta(V)> 2 juta
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: () tidak ada (V ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
(V) perhatian()sentuhan ()lain-lain, seperti,
Q. Pola Nilai & Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Melakukan ibadah
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS:
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya:
R. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: tampak sakit berat
Kesadaran: komposmetis
Tanda-tanda vital:- Tekanan darah : mmHg - Suhu : 38,0oC
- Nadi : 96 x/menit- RR : 24 x/menit
Tinggi badan:cmBerat Badan: 70 Kg ( 50 kg
2. Kepala & Leher
a. Kepala :
Bentuk :
Massa:.
Distribusi rambut :.
Warna kulit kepala ::.
Keluhan : pusing/ sakit kepala/ migraine/ lainya, sebutkan..
b. Mata:
Bentuk: sklera ikterik dan fetor hepatikum
Konjungtiva: .
Pupil : ( ) reaksi terhadap cahaya ( )isokor ( ) miosis ( )pin point ( )midriasis
Tanda radang :.
Fungsi penglihatan : ( ) baik ( ) kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) ya ( ) tidak
c. Hidung:
Bentuk : .
Warna:.
pembengkakan:.
Nyeri tekan:.
pendarahan:.
sinus:.
d. Mulut & tenggorokan:
Warna bibir:.
mukosa: Kering.
ulkus:.
lesi:.
massa:.
Warna lidah:.
Perdarahan gusi:.
karies:.
Gangguan bicara:.
e. Telinga:
Bentuk:.
Warna :.
Lesi:.
Massa:.
Nyeri:.
Nyeri tekan:.
f. Leher:
Kekakuan:.
Benjolan / massa ::.
Vena junggulris:.
Nyeri:.
Nyeri tekan:.
Keterbatasan gerak:.
Keluhan lain:.
3. Thorak & Dada:
Jantung
Inspeksi ::
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
Paru
Inspeksi: retraksi intercostal
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
4. Payudara & Ketiak
Benjolan / massa:.
Bengkak:.
Nyeri:.
Nyeri tekan:.
Kesimetrisan :.
5. Punggung & Tulang Belakang
.
6. Abdomen
Inspeksi
Palpasi: limpa teraba Schuff nerII,konsistensi kenyal dan terdapat vena kolateral Perkusi:
Auskultasi:
7. Genetalia & Anus
Inspeksi:
Palpasi:
8. Ekstermitas ( kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka, nyeri/ nyeri tekan, pergerakan)
Atas: : ekstremitas superior dan inferior ditemukan liver nail, hipotonus, gerakan pasif, palmar eritema pada ekstremitas superior dan pitting edema pada ekstremitas inferior, namun kekuatan otot tidak dapat dinilai.
Bawah:
9. Sistem Neorologi (SSP : I XII, reflek, motorik,sensorik)
nervus I-XII tidak ada kelainan, refleksfisiologis tidak meningkat ataupun menurun, refleks patologis tidak ada, rangsang selaput otak juga tidak ditemukan kelainan
..
..
..
..
10. Kulit & Kuku
Kulit: ( warna, lesi, turgor, jaringan, parut, suhu, tekstur, diaphoresis)
Kuku: (warna. Lesi, bentuk, pengisian, kapiler)
S. Hasil Pemeriksaan Penunjang( Laboratorium, USG, Rontgen, MRI)SGOT/SGPT : 20/76 gr/dl, (nilai normal SGOT : 0-30) (Untuk SGPT 0-40)Albumin : 2,6 gr/dl, (nilai normal 3,8-5,0)Globulin : 5,1 gr/dl, (3,2-3,9)HbsAg : positif menunjukkan hepatitis BT. Terapi ( medis, Rehabmedik, nutrisi)Perawatan intensif dengan cara membebaskan jalan nafas,
Pemberian oksigen 5 L/menit,
Memasang kateter dan Naso Gastic Tube serta pemantauan kesadaran
Pemberian kalori lebih kurang 2000 kal/hari : IVFD D10% 20gtt/menit.
Untuk perawatan lebih lanjut dilakukan tindakan khusus yaitu diet tanpa protein, laktulosa sirup 45 mL/jam sampai terjadi defekasi, pemberian dulcolax melalui anus 1x10 mg/hari serta antibiotik eritromisin 4x250 mg peroral/hari.
U. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
V. Kesimpulan
W. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang:
Transportasi pulang:
Dukungan keluarga:
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang:
Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang: Pendidikan keperawatan kepada klien dengan intoleransi aktivitas dan keluarga
Pengobatan:
Rawat jalan ke:
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah:
Keterangan lain:
1. Analisa data
DATAETIOLOGIMASALAH KEPERAWATAN
DS:
1. Pasien menyatakan nafsu makan berkurang, 2. Pasien menyatakan perut lekas kenyang3. Klien memiliki iwayat mengkonsumsi alkohol4. Klien terdapat hepatitis B5. Klien memiliki riwayat sakit kuning dan sirosis6. Pasien merasa badan terasa lemas7. Klien sebelum koma mengeluh mual dan muntah DO:
1. BB : 70 Kg ( 50 kg
Riwayat mengkonsumsi alkohol Terserang virus hepatitis B
Terjadi sakit kuning
Berkomplikasi terjadi sirosis hati dan koma hepatikumTerjadi mual dan muntah
BB menurun
Pasien lemas
Kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS:
1. Klien memiliki iwayat mengkonsumsi alkohol2. Klien terdapat hepatitis B3. Klien memiliki riwayat sakit kuning dan sirosis4. Pasien merasa badan terasa lemasDO:
1. Pasien tampak seperti orang linglung, sering mengantuk, malas beraktivitas
Riwayat mengkonsumsi alkohol
Terserang virus hepatitis B
Terjadi sakit kuning
Berkomplikasi terjadi sirosis hati
Gangguan fungsi gastrointestinal
Suplai nutrisi Vyang inadekuat
Kelelahan, malas beraktivitas dan mengantuk Kelelahan
DS:1. Dispnea
DO:
1. RR : 24 X/ menit2. Retraksi interkostea
Riwayat mengkonsumsi alkohol
Terserang virus hepatitis B
Terjadi sakit kuning
Berkomplikasi terjadi sirosis hatiTerjadi pembesaran Hati
Mendesak paru-paru
Ekspansi paru tidak maksimal
Retraksi interkostae
Dispnea
RR meningkat
Ketidakefektifan pola nafasKetidakefektifan pola nafas
2. Diagnosa Keperawatan
Daftar diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. Kelelahan3. Ketidakefektifan pola nafas 3. Rencana Intervensi
NO.DIAGNOSA KEPERAWATANTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSI
``1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC ;
1. Nutrional status : food and fluid intake 2. Nutritional status : nutrient intake
3. Weight control
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan selama 7x24 jam, diharapkan pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil:
1. Terjadi peningkatan BB pada pasien
2. BB sesuai dengn TB ideal
3. Tidak terjadi malnutrisi 4. Tidak terjadi penurunan BB
5. Pasien mmpu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
NIC :
1. Nutrional Management
2. Nutrional monitoring
Mandiri1. Monitor adanya penurunan BB
2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
3. Monitor lingkungan selama makan
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kulit kering, rambut kusam
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor kalori dan asupan nutrisi
8. Catat adanya edema, hipertemi
9. Kaji adanya alergi makanan
10. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
11. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
12. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
13. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan zat besi
14. yakin kan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
15. ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian 16. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Kolaborasi
17. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenentukan jumlah kalori dan nutrisi 18. Berikan makanan makanan yang sesudah dikolaborasi dengan ahli gizi
2.Kelelahan
NOC :
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self care : ADLs
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 7x24 jam, diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas fisik tanpa ada kendalaKriteria Hasil:
1. Klien mampu berpartisipasi tanpa ddisertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
3. Tanda-tanda vital sign normal
4. Mampu berpindah tanpa alat bantu
NIC 1. Activity therapy
2. Energy management
Mandiri
1. Obsevasi adanya keterbatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor dan sumber energi
3. Monitor nutrisi dan emosi secara berlebihan
4. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur pada pasien
8. bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
9. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
10. Bantu klien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
11. Bantu mengindetifikasi aktivitas yang disukai
12. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu ulang
13. bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Kolaborasi:14. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatan intake nutrisi yang berenergi tinggi
3.
Ketidakefektifan pola nafas
NOC
1. respiratory status : ventilasi
2. Respirasi status : airway patency
3. Vital sign
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x24 jam, diharapkan pola nafas klien pasien kembali normal Kriteria Hasil:
1. Suara nafas menjadi bersih dan tidak ada dispnea
2. Klien menunjukkan jalan nafas yang paten (irama nafas, frekuensi pernafasan normal dan tidak ada suara nafas yang abnormal
3. Tanda-tanda vital dalam rentag normal NIC :
Airway management
Oxygen therapy
Vital sign monitor
Mandiri :
1. auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
2. Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan klien lalu bandingkan
3. Monitor tekanan darah, nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah beraktivitas
4. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
5. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
6. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
7. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
8. Pertahankan posisi klien
9. Monitor respirasi dan status O2
10. Monitor aliran oksigen
11. Monitor adanya tanda-tanda kecemasan terhadap oksigenasi
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian dosis O2 yang dibutuh klien dengan tenaga kesehatan lainnya
4. Evaluasi dan Dokumentasi
NODiagnosaEvaluasi
1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
S : Klien tidak mengeluh mual dan muntahO : BB mengalami peningkatan
A : Masalah teratasi sebagian P : Melanjutan tindakan nomor 15,16, 17,18
2.Kelelahan
S : Pasien tidak mengeluh badan lemas O : pasien tidak nampak mengalami kemalasan beraktivitas dan linglungA : Masalah teratasiP : -
3.Ketidakefektifan pola nafas
S : Dispnea pada pasien berkurangO : Frekuensi pernafasan dalam rentang normalA : Masalah teratasi sebagian P : melanjutan tindakan nomor 4,5,6,7,8,10,11,12
Bab 3Penutup 3.1 Kesimpulan
Koma hepatikum atau yang disebut dengan ensepalopati hepatik merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai pada pasien dengan sirosis hati. Tatalaksanan ensepalopati hepatik akan memperpanjang survival dan memperbaiki kualitas hidup pasien sirosis. Prinsip tatalaksana ensefalopati hepatikum adalah mengidentifikasi dan mengatasi pencetus serta terapi medika mentosa. Pasein dengan hepatik ensefalopati dapat menampilkan dari tanda gejala yang dialaminya biasanya pada pasien terdapat gangguan neuropsikologikal dan dengan prognosis yang buruk. Setiap dari pasien yang memiliki 1 atau lebih episode. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan pemberian laktosa adan antibiotik seperti rifaximin dan penatalaksaan untuk mempertahankan status nutrisi yang bagus. Perawat dapat mengevaluasi status kesehatan pasien untuk memantau kondisi pasien dan setting pada rumah sakit untuk manajemen penting dalam proses penyembuhan pasien. Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan atas dasar anamnesis yang idapat dari pasien, keluarga dan pengkajian fiisk yang telah dilakukan oleh perawat dan pemeriksaan penujang untuk mendukung diagnosa yang ditegakkan.
Daftar PustakaBakta, I.M & Suastika, I Ketut.1999.Gawat darurat di bidang penyakit dalam.Jakarta:EGC
Channey,Amanda,Werner,Tuesday,Kipple,Tami.2015.Primary care management of hepatic encephalopathy: a common cirrhosis complication.The Journal for nurse practitioner volume 11, issue 3.Clements,Amanda.Greenslade,Lynda.2014.Nursing care for end-stage liver disease.Nursing Time vol. 11 No. 29
Gomez, Manuel Romero. Montagnes, Sara. Jalan, Rajiv.2015.Hepatic encephalopathy in patient with acute decomprensationof cirrhosis and acute-on-chronic liver failure. Journal of Hepatology Vol, 62
Khokhar, Nasir.Niaz, Tariq Khan.2012.Acute Liver Failure : An Failure.Pakistan Journal of Medical Research vol. 51 no. 33
D, Rhea Faye.Reynaldo.Felicilda.2012.Ammonia abolishers : antibiotics for hepatic encephalopathy.Medsurg Nursing Vol 21 No. 3Hasan,Irsan.Aramita,Abirianty P.2014.Ensefalopati Hepatic : Apa, Mengapa dan Bagaimana ?.Medicinus Vol. 27 No. 3
Caropeboka.2013.Ensefalopati Hepatikum pada pasien sirosis hepatitis.Medula Vol. 1 No.4
Nanda Internasional. 2013.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC
Dochterman, Joanne McCloskey, dkk. 2004.Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition.USA:Mosby
Moorhead, Sue, dkk. 2004.Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. USA:Mosby
Kerusakan sel hati akibat nekrosis
Keseimbangan asam basa
Gagal ginjal
Gg metabolisme
Tidak mampu mengekskresikan ureum
Penumpukkan metabolik toksik
alkalosis
Masuk ke sistemik
Penurunan perfusi ginjal ( amonia tertahan
Invasi ke otak
Koma hepatikum
Hiperamonia
Penurunan kesadaran ( apatis, mengantuk, kebingungan sampai koma )
anoreksia
Perubahan sirkulasi dan pernafasan
Intake nutrisi
Rangsangan SSP
Ketidakseimbangan nutrisi kurang kebutuhan
Sirkulasi hiperdinamik (curah jantung , takikardi )
Depresi batang otak
Gg sistem pernafasan
TD
Gg pola nafas