laporan limnologi kelompok

30
KARBONDIOKSIDA, NILAI PH DAN ALKALINITAS PERAIRAN DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH LIMNOLOGI DISUSUN OLEH : LIDYA PRATIWI (230110120007) ANNISA DIAN ISLAMI (230110120008) ACHMAD AFFAN USMAN (230110120009) CITA SACITA DEWI (230110120011) M. NUMAN AZIS (230110120012) ADNDRI SAPUTRA (230110120013) PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JATINANGOR

Upload: achmad-affan

Post on 30-Dec-2015

255 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

KARBONDIOKSIDA, NILAI PH DAN ALKALINITAS PERAIRAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH

LIMNOLOGI

DISUSUN OLEH :

LIDYA PRATIWI (230110120007)

ANNISA DIAN ISLAMI (230110120008)

ACHMAD AFFAN USMAN (230110120009)

CITA SACITA DEWI (230110120011)

M. NUMAN AZIS (230110120012)

ADNDRI SAPUTRA (230110120013)

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2013

Page 2: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nyalah sehingga laporan praktikum Limnologi mengenai Karbondioksida,

Nilai pH dan Alkalinitas perairan dapat tersusun sebagaimana yang kita kehendaki.

Maksud penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

mata kuliah limnologi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen koordinator mata kuliah

limnologii dan kepada asisten praktikum limnologi atas diberikannya bimbingan dan

arahan yang baik.  Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami dan pembaca

sekalian. Dan tak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

hingga terselesaikannya laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak terdapat

kesalahan-kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya

membangun akan kami terima dengan terbuka guna pembuatan laporan lengkap

selanjutnya.

Jatinangor, Mei 2013

Penyusun

Page 3: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1. Karbondioksida, Nilai pH, dan Alkalinitas Perairan

Bab III Hasil Praktikum

3.1. Karbondioksida, Nilai pH, dan Alkalinitas Perairan

3.1.1. Lokasi dan Waktu Praktikum

3.2.2. Prosedur Kerja

3.3.3. Pembahasan hasil praktikum serta cara dan hasil penghitungan

Bab 4 Kesimpulan

Daftar Pustaka

Page 4: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya

tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya

terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa

tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk

hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat secara langsung

digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria

dalam setiap parameternya masing-masing. 

        Dalam menentukan kualitas air atau baik buruknya perairan dapat ditentukan

oleh berbagai faktor, yaitu : derajat keasaman (pH), oksigen terlarut,

karbondioksida bebas, daya menggabung asam (DMA), salinitas air, dan

Chemical Oxigen Demand (COD). 

        Kebutuhan air untuk berbagai aspek kehidupan menyangkut baik kuantitas

maupun kualitasnya. Apabila jumlah airnya berlebihan atau kurang dari yang

dibutuhkan, maka akan mengganggu demikian juga kualitas airnya harus sesuai

dengan peruntukannya. 

1.2 Tujuan 

1. Untuk mengetahui tentang kadar CO2 dalam perairan

2. Untuk mengetahui nilai pH dalam perairan

3. Untuk mengerahui tentang alkalinitas dalam perairan

Page 5: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbondioksida

         Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis

senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan

sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar

dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi

kira-kira 387 ppm berdasarkan volume .Walaupun jumlah ini bisa bervariasi

tergantung pada lokasi dan waktu. Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak

berwarna yang tidak beracun pada konsentrasi biasa atau sesuai.Gas karbondioksida

berada dalam atmosfir (sekitar 0,03 persen mol) dan dalam nafas kita, dimana gas

karbondioksida dihasilkan dari oksidasi biologi dari substansi makanan. Karena dari

densitas gas karbondioksida (sekitar 1,5 lebih besar dari pada yang berada di udara),

gas karbondioksida cenderung berkumpul dalam wilayah rendah dan kurang akan

udara dan dapat menyebabkan aspiksiasi (pengeluaran oksigen). Sifat dari

pengeluaran oksigen ini berguna dalam pemadaman api. (Gammon, 1985). 

         Karbondioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika

dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbondioksida di

atmosfir, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. 

  Karbondioksida dalam Air 

       Meskipun presentase karbondioksida di atmosfir relative kecil, akan tetapi

keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak, karena karbondioksida

memiliki sifat kelarutan yang tinggi. CO2 yang terkandung dalam air berasal dari

udara dan dari hasil dekomposisi zat organik. Permukaan air biasanya mengandung

CO2 bebas kurang dari 10 mg/L, sedangkan pada dasar air konsentrasinya dapat lebih

dari 10 mg/L. 

Page 6: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

      Tabel 2.1 Kelarutan Beberapa Jenis Gas dalam Air Murni pada Suhu 10oC No

Gas Kelarutan (ml/liter) 1 Nitrogen(N2) 18,61 2 Oksigen (O2) 37,78 3 Argon (Ar)

41,82 4 Karbondioksida (CO2) 1.1194,00 

        Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber, yaitu

sebagai berikut: 

bagian dasar

1. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami difusi

secara langsung ke dalam air. 

 2. Air hujan. Air hujan jatuh ke permukaan bumi seara teoritis memiliki kandungan

karbondioksida sebesar 0,55-0,60 mg/L, berasal dari karbondioksida yang terdapat di

atmosfir. 

3. Air yang melewati tanah organic. Tanah organic yang mengalami dekomposisi

mengandung relative banyak karbondioksida sebagai hasil proses dekomposisi.

Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut ke dalam air. 

 4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob. Respirasi

tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan organik

pada kondisi aerob menghasilkan karbondioksida sebagai salah satu produk akhir.  

       Demikian juga, dekomposisi anaerob karbohidrat pada perairan akan

menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir. Karbondioksida dari udara selalu

bertukar dengan yang di air jika air dan udara bersentuhan. Pada air yang tenang

pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah difusi. Jika air bergelombang maka

pertukaran berubah lebih cepat. Gelombang dapat terjadi jika air di permukaan

berpusar menuju ke bagian dasar danau, sambil membawa gas yang terlarut.

Karbondioksida juga terdapat dalam air hujan. Hal ini terbawa waktu tetes air terjun

dari udara.

Kandungan karbondioksida bebas (CO2) dalam suatu perairan maksimal 20

ppm (Rahmatin , 1976). Kandungan karbondioksida bebas (CO2) pada suatu

perairan melebihi 20 ppm , maka membahayakan biota laut bahkan meracuni

kehidupan organisme perairan . kandungan karbondioksida bebas dalam suatu

perairan lebih tinggi dari 12 ppm dapat membahayakan kehidupan organism

Page 7: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

perairan , dapat di asumsikan bahwa bila dalam suatu perairan kadar

karbondioksida berlebihan dapat berdampak kritis bagi kehidupan binatang air

(Spotte ,1920) .

Karbondioksida bebas (CO2) merupakan salah satu gas respirasi yang

penting bagi sistem perairan , kandungan karbondioksida bebas di pengaruhi

oleh kandungan bahan organic terurai , agilasi suhu , pH , dan aktivitas

fotosintesis. Sumber CO2 bebas berasal dari proses pembagunan bahan organik

oleh jasad renik dan respirasi organisme (Soesono 1970) ,dan menurut Widjadja

(1975) karbondioksida bebas dalam perairan berasal dari hasil penguraian

bahan-bahan organik oleh bakteri decomposer atau mikroorganisme , naiknya

CO2 selalu di iringi oleh turunnya kadar O2 terlarut yang diperlukan bagi

pernapasan hewan-hewan air .

Dengan demikian walaupun CO2 belum mencapai kadar tinggi yang

mematikan , hewan-hewan air sudah mati karena kekurangan O2 . kadar CO2

yang dike hendaki oleh ikan adalah tidak lebih dari 12 ppm dengan kandungan

O2 terendah adalah 2 ppm (Asmawi , 1983 ).

Istilah karbondioksida bebas digunakan untuk menjelaskan CO2 yang terlarut

dalam air, selain yang berada dalam bentuk terikat sebagai ion bikarbonat

(HCO3) dan ion karbonat (CO32-). karbondioksida bebas (CO2) bebas

menggambarkan keberadaan gas CO2 di perairan yang membentuk

keseimbangan dengan CO2 di atmosfer .

Nilai CO2 yang terukur biasanya berupa CO2 bebas . perairan rawar alami

hampir tidak memiliki pH >9 sehingga tidak ditemukan karbon dalam bentuk

karbonat . pada air tanah, kandungan karbonat biasanya sekitar 10 mg/l karena

sifat tanah yang cenderung alkalis. Perairan yang memiliki kadar sodium tinggi

mengandung karbonat sekitar 50 mg/l.perairan tawar alami yang memiliki pH

7-8 biasanya mengandung ion karbonat <500 mg/l dan hampir tidak pernah

kurang dari 25 mg/l ion ini mendominasi sekitar 60 -90% bentuk karbon

organic total di perairan (McNeeley,1979 dalam Effendi,2003) .

Page 8: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

Kadar karbon di perairan dapat mengalami penuranan bahkan hilang akibat

proses fotosintesis , evaporasi dan agitasi air . perairan yang di peruntukan

untuk kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar karbodioksida bebas

<5 mg/l . kadar karbondioksida sebesar 10 mg/l masih dapat ditolerir oleh

organism akuatik . Asal disertai oksigen yang cukup . sebagian besar organism

akuatik dapat bertahan hidup hingga kadar karbondioksida bebas mencapai

sebesar 60 mg/l (Byod,1988 dalam Mahida,1948) .

2.2 Nilai pH

Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+)

yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik

tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk

menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod,

1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik

buruknya suatu perairan (Odum, 1971).

Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari

adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan

unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan

vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2

maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk

itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau

terjadi tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006). Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan

lebih besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercemar. Disamping itu larutan penyangga

merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa

konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut

sebagai reaksi asam-basa konjugasi, yaitu Larutan ini mempertahankan pH pada

Page 9: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah

dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.

Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu

basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran

akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang

bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium,

barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga yang sedangkan pH yang tinggi

mengindikasikan perairan basa. Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini

mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini

dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat.

Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu

asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebihi. Secara pH parameter untuk

kehidupan ikan-ikan tersebut adalah 6,5-8,4 (Asdak, 2007).

Reaksi kimia yang terjadi (asam dan basa)

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang

ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

a. Pada penambahan basa. Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH-

dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan

kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan.

Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH),

bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH

membentuk ion CH3COO- dan air. CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) +

H2O(l)

2. Larutan penyangga basa. Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan

penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan.

Page 10: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

Dengan proses sebagai berikut:

b. Pada penambahan asam Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan

mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan,

sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini

menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang

ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion

NH4+.NH3(aq)+H+(aq)→NH4+(aq)

Fungsi pH

Derajat keasaman ini pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia

mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu

ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga

dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau

tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh

alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah

mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan

pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas

dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan

lebih mudah dilakukan.

Keberadaan pH di suatu perairanDerajat Keasaman (pH) sangat penting sebagai

parameter kualitas air yaitu diberbagai perairan:

a. Laut. Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk

mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan

petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan

ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH

air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 –

8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan,

Page 11: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak

langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan

pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali.

b. Danau. Perairan danau nilai pH berkisar pH 6,7 – 8,6 hal ini dkarenakan karena

kedalaman danau dangkal sehingga pH tanah sangat mempengaruhinya.

c. Waduk .Perairan waduk nilai pH berkisar 5,7-10,5 hal ini dikarenakan Pengkuran

pH dan konduktivitas menunjukkan bahwa penurunan pH sejalan dengan kedalaman,

diikuti kenaikan konduktivitas. Hal ini disebabkan proses dekomposisi bahan organik

menyebabkan terbentuknya senyawasenyawa asam organik yang akan menurunkan

pH, dan pelepasan senyawa anorganik yang akan memperkaya kandungan ion dalam

perairan sehingga meningkatkan konduktivitas.

d. Sungai. Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan

antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion

hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989). Sebagian besar biota akuatik sensitif

terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).

Derajat Keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH

mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu

organisme akuatik dapat bertahan hidup pada kisaran ph tertentu. Fluktuasi pH sangat

ditentukan oleh alkaliniitas air tersebut. Suatu perairan yang produktif dan

mendukung kelangsungan hidup organisme akuatik terutama ikan menurut PP No. 82

(2001) yaitu berkisar 6-9. Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup. Ikan sangat toleran

terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat bertahan hidup di perairan dengan

derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang basa (pH

tinggi) dengan pH 5-9. Kandungan oksigen yaitu 02 terlarut yang dibutuhkan bagi

kehidupan patin adalah 3-6 ppm. Kadar karbondioksida (CO2) yang bisa ditoleran

adalah 9-20 ppm. Tingkat alkalinitas yang dibutuhkan 80-250 ppm. Secara sederhana,

pengertian pH menunjukkan kondisi asam atau basa dari suatu perairan. Derajat

keasaman juga merupakan indikator yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-

Page 12: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

unsur lain yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan. Nilai pH yang rendah

mengindikasikan bahwa perairan asam, sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan

perairan basa. Kedua kondisi ini tidak baik untuk kegiatan budidaya. Perubahan pH

secara mendadak ditandai dengan berenangnya ikan sangat cepat. Bila terjadi

penurunan pH secara terus-menerus, akan keluar lendir yang berlebihan atau iritasi

kulit sehingga ikan akan mudah diserang penyakit. Kondisi yang baik untuk ukuran

keasaman perairan budidaya berada pada kisaran pH 6 —8 (R. Eko Prihartono, 2004).

pH atau kadar keasamaan air yang baik untuk budidaya lobster air tawar adalah

berada pada angka 6 sampai 8. (lihat gambar skala pH berikut). Kadar keasaman ini

dapat dijaga dengan total alkanitas, jumlah plankton yang tidak berlebihan dan

kebersihan dari das.

2.3 Alkalinitas Perairan

Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah

ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada

perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau

biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap

perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa

perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas

buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi

oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah

melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi

tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai

kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.

Alkali ialah zat yang melepaskan ion hidroksil dalam air dan mempunyai pH

lebih besar dari 7, antara lain kapur (kalsium hidroksil) yang ditambahkan pada tanah

untuk menetralkan sifat asam yang berlebihan.

 Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-

bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida

Page 13: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen

sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan

dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium

karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan

kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang.

Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai

alkalinitas di atas 20 ppm. Kapasitas pem-buffer-an alam dilengkapi dengan

mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai

perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai

perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH

Perairan yang mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat

akan mempunyai pH diatas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH

secara drastic. Pada perairan tertutup, penambahan karbonat dari sel-sel kerang atau

dolomite dapat memperbaiki alkalinitas dan sistem buffer perairan itu. Penambahan

sodium bikarbdonat secara periodik juga akan menghasilkan hal yang sama.

Menurut Kordi (2005), semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin

rendah konsentrasi ion OH- dan pH >7, maka perairan bersifat alkalis (basa). Perairan

umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organism yang hidup di

dalamnya membentuk reaksi berantai karbonat sebagai berikut :

CO2 + H2O --> H2CO3 --> H+ + HCO3 --> 2H+ + CO3 2-

Kadar alkalinitas

Alkalinitas atau yang dikenal dengan total alkalinitas adalah konsentrasi total

unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasannya dinyatakan dalam mg/l

atau setara dengan CaCO3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan karbonat

(CO32-) merupakan parameter total alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur

alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH. Dalam kondisi basa

ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang

Page 14: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

bersifat asam, sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan terlalu

asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan

hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral. Digambarkan

dalam reaksi berikut :

HCO3- --> H+ + CO3P2 -->CO3

2- + H2O --> HCO32- + OH-

Lanjut dikatakan bahwa untuk tumbuh optimal, pklankton menghendaki total

alkalinitas sekitar 80-120 ppm. Tambak yang diberi pengapuran alkalinitasnya

mencapai 150-300 ppm. konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan

konsentrasi total kesadahan air. Di lahan, umumnya total alkalinitas mempunyai

konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan.

Kapasitas air menerima protein disebut alkalinitas. Air yang alkali atau

bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan

terlarut yang tinggi. Alkalinitas merupakan faktor kapasitas untuk menetralkan asam.

Oleh karena kadang-kasang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk

mencegah supaya air itu tidak menjadi asam.

Hubungan alkalinitas dengan parameter lain

Tinggi atau rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari

pengaruh parameter lain seperti pH, atau kesadahan. Di mana semakin tinggi

alkalinitas, maka kedua parameter tersebut akan mengikuti. konsentrasi total

alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air.

Umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi

total kesadahan. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh

komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat

bertindak sebagai buffer (penyangga) pH.

Alkalinitas relatif sama jumlahnya dengan kesadahan dalam suatu perairan.

Alkalinitas juga berpengaruh terhadap pH dalam suatu perairan. Dalam kondisi basa

ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang

Page 15: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan terlalu

asam, ion karbonat akan mengalami hidrolis menjadi ion bikarbonat dan melepaskan

hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral. Perairan dengan

nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena

biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang

tinggi.

Page 16: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1 Karbondoksida, Nilai pH, Alkalinitas Perairan

3.1.1 Lokasi dan waktu praktikum

Lokasi : Kolam Ciparanje

Waktu : Selasa , 23 April 2013

Jam 08.20-09.20 WIB

3.1.2 Prosedur Kerja

a. Alat yang digunakan : pH meter, alat-alat titrasi (biuret, Erlenmeyer,

dan gelas ukur)

b. Bahan yang digunakan

Larutan indicator phenolpthealin

Larutan NaOH 0,1 N

Larutan indicator Methyl red/orange

Larutan HCL 0,1 N

Larutan pH-buffer 4,0 dan 7,0

Page 17: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

c. Pengukuran

Pengukuran pH air (metode : Potensiometrik).

Sebelum melakukan pengukuran, lakukan kalibrasu alat pH-meter

dengan menggunakan larutan pH-buffer 4,0 dan pH-buffer 7,0

(lihat cara kalibrasi pada buku manual alat), setelah kalibrasi

selesai, bilas probe dari alat pH-meter tersebut dengan aquades.

Kemudian lakukan pengukuran pH air dlapangan (insitu), dengan

cara memasukkan ujung sensor/ probe pH-meter kedalam air dan

mengaktifkan tombol/sakelar ON, lalu baca skala/angka pH air

pada display alat, saat angka pada display stabil

Pengukuran CO2 – bebas(metode: titrasi Alkalimetrik).

Sebanyak 50 ml contoh air dalam gelas Erlenmeyer ditambahkan 3

tetes larutan indicator Phenolptealin (PPT), lalu titrasi dengan

larutan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi

merah muda (pink), catat larutan NaOH yang terpakai titrasi

(perubahan yang dicatat adalah pada saat timbul warna pink awal

dan warna stabil), maka selama titrasi Erlenmeyer harus selalu

digoyang/diputar, maka kadar CO2 (mg/l) adalah :

Mg/l CO2-bebas = 1000

50 x (ml NaOH terpakai)x 0,1 x 44

Dimana : 44= Berat molekul CO2

50= Banyaknya sampel yang dititrasi

0,1= Normalita NaOH

Pengukuran Alkalinitas[Ca(HCO3)2] (metode: titrasi

Asidimetrik)

Masukkan sebanyak 50 ml contoh air kedalam gelas Erlenmeyer

dan 3 tetes larutan indicator methyl orange/red, lalu titrasi dengan

larutan HCL 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari orange

menjadi merah muda (pink), catat larutan HCl yang terpakai titrasi

Page 18: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

(perubahan yang dicatat adalah pada saat timbul warna pink awal

dan warna stabil) maka selama titrasi Erlenmeyer harus selalu

digoyang/ diputar.

Perhitungan :

Meq/l CaCO3 = 1000

50 x (ml HCl terpakai)x 0,1 x 50

Dimana : 50= banyaknya sampel yang dititrasi

0,1= Normalita HCl

50= berat setara/eqivalen CaCO3

meq= milligram eqivalen

3.1.3 Pembahasan hasil praktikum serta cara dan hasil penghitungan

A. Pengukuran Karbondioksida (C02) bebas

(metode filtrasi alkalimetrik)

1. Kolam 1 (tanpa ikan)

5 tetes NaOH = 1000 x 5 x 0,1 x 44 = 20,95 mg/l CO2 – Bebas

50 21

2. Kolam II ( ada ikan )

6 tetes NaOH = 1000 x 6 x 0,1 x 44 = 25,14 mg/l CO2 – Bebas

50 21

3. Stream ( tanpa ikan )

4 tetes NaOH = 1000 x 4 x 0,1 x 44 = 16,76 mg/l CO2 – Bebas

50 21

B. Pengukuran pH air

Kolam I (tanpa ikan ) = 7,59

Kolam II (ada ikan ) = 7,44

Page 19: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

Stream (tanpa ikan ) = 7,28

C. Pengukuran Alkalinitas

1. Kolam I (tanpa ikan)

15 tetes HCl = 1000 x 15 x 0,1 x 50 = 71,43 meq/l CaCO3

50 21

2. Kolam II (ada ikan)

20 tetes HCl = 1000 x 20 x 0,1 x 50 = 95,23 meq/l CaCO3

50 21

3. Stream

17 tetes HCl = 1000 x 17 x 0,1 x 50 = 80,95 meq/l CaCO3

50 21

BAB IV

Page 20: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: LAPORAN LIMNOLOGI KELOMPOK

http://pancarahmat.blogspot.com/2012/05/makalah-karbondioksida-agresif.html

http://akbarcules46.blogspot.com/2012/11/alkalinitas.html

http://rainadpa.blogspot.com/2010/01/derajat-keasaman-ph-sebagai-parameter.html