laporan ikgm kelompok

Upload: desakwardani

Post on 13-Jan-2016

117 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

ikgm

TRANSCRIPT

3

STATUS KESEHATAN GIGI KELAS 1A, 1C DAN RENCANA PELAYANAN SEKOLAH DASAR SARASWATI 6 DENPASAR

Oleh

Kelompok 1

Ni Putu Primadewi C., S.KG(056/G/10)Soma Indri Cahyantari, S.KG(059/G/10)Komang Yullan Puspita, S.KG(061/G/10)Nyoman Natalia Putri, S.KG(062/G/10)Made Bayu Arya Winatha, S.KG(075/G/10)FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga laporan yang berjudul STATUS KESEHATAN GIGI KELAS 1A, 1C DAN RENCANA PELAYANAN SEKOLAH DASAR SARASWATI 6 DENPASAR ini selesai pada waktunya.Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapatkan dukungan dan bantuan dari berberapa pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. drg. Nyoman Panji Triadnya Palgunadi, M.Kes., selaku kepala bagian IKGM Universitas Mahasaraswati Denpasar. 2. drg. G. A. Yohanna Lily, M.Kes., drg. Yudha Rahina, M.Kes., dan drg. I Putu Indra Prihanjana, M.Kes., selaku dosen bagian IKGM Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah memberikan saran-saran.

3. Kepala Sekolah SD Saraswati 6 Denpasar yang telah memberikan ijin untuk melakukan kegiatan penyuluhan dan survei kesehatan gigi dan mulut.

4. Wali Kelas I SD Saraswati 6 Denpasar yang telah membantu dalam mengarahkan siswa-siswi sehingga dapat mengikuti kegiatan dengan tertib.

5. Seluruh siswa-siswi SD Saraswati 6 Denpasar yang telah bersedia mengukuti kegiatan penyuluhan dan survei kesehatan gigi dan mulut.

6. Semua pihak yang membantu penyusunan laporan ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan sehingga diperlukan masukan yang membangun demi penyempurnaan laporan ini.

Denpasar, 4 Juni 2014Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

ivBAB I PENDAHULUAN

11.1 Latar belakang

11.2 Rumusan Masalah

2

1.3 Tujuan

3

1.4 Manfaat

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

42.1 Anatomi Gigi

42.2 Fungsi Gigi

6

2.3 Karies

72.3.1 Faktor Penyebab Karies

7

2.3.2 Proses Terjadinya Karies

162.3.3 Klasifikasi Karies

192.3.4 Pencegahan dan perawatan Karies

20BAB IIIMETODE PENELITIAN

293.1 Jenis Penelitian

29

3.2 Identifikasi Variabel

29

3.3 Definisi Operasional

29

3.4 Subyek Penelitian

293.5 Instrument Penelitian

30

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

313.7 Waktu dan Tempat Penelitian

313.8 Jalannya Penelitian

32

3.9 Analisis Data

32BAB IV HASIL PENELITIAN

33BAB VPEMBAHASAN

35BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

37

6.1 Simpulan

37

6.2 Saran

37

LAPORAN SURVEI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

38BAB VIIRENCANA PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI SD SARASWATI 6 DENPASAR

45

7.1 Tahap Analisis Situasi

45

7.2 Analisa Permasalahan

47

7.3 Tahap Perencanaan Masalah

517.4 Tahap Pembahasan Untuk Menetukan Rencana

527.5 Tahap Pelaksanaan

527.6 Tujuan

537.7 Sumber Dana

537.8 Tahap Evaluasi

53DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah semua upaya atau aktivitas yang mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku yang baik bagi kesehatan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut serta memberikan pengertian cara-cara memelihara kesehatan gigi dan mulut. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut ini merupakan satu bagian penting dari program pendidikan kesehatan secara keseluruhan. Program kesehatan gigi dan mulut pada hakekatnya ditunjukkan kepada seluruh masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat itu sendiri (Rara, 2006).Karies sering pada umumnya terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung menyukai makanan yang manis-manis. Gigi-gigi susu yang rusak karena karies pastinya menyebabkan anak sedikit kesulitan mengunyah, atau bahkan malas makan. Hal ini akan diperparah jika kurangnya perhatian orang tua pada kebersihan dan kesehatan yang mempengaruhi status gizinya. Maka dari itu, survei kesehatan gigi dan mulut sangat penting dilakukan. Survei kesehatan gigi dan mulut adalah survey yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang status penyakit gigi dan mulut serta kebutuhan perawatan yang diperlukan untuk perencanaan atau pemantauan program kesehatan gigi dan mulut. Disisi lain, survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pendahuluan secara lengkap tentang status kesehatan gigi dan mulut serta kebutuhan perawatannya dari suatu populasi kemudian memantaunya untuk melihat perubahan tingkat dan pola kepenyakitannya (Kunto Sariamerta, 1999).Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang telah berdiri sejak tahun 1951 merupakan suatu kegiatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya penanggulangan penyakit gigi dan mulut. Program UKGS adalah usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid sekolah, antara lain dengan pemberian fluor guna mencegah atau mengurangi karies gigi atau penyakit gigi lainnya. Namun sejuah ini, implementasi UKGS di sekolah-sekolah masih belum berjalan dengan baik sehingga prevalensi karies masih tinggi pada anak usia sekolah. Oleh karena itu, survei dan penyuluhan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran siswa-siswa mengenai kesehatan gigi dan mulut, sehingga mengarah pada penurunan prevalensi karies.Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar, diperoleh angka prevalensi karies yang mencapai 79,17%. Angka ini menunjukkan bahwa jumlah penderita karies pada siswa tersebut sangat tinggi. Oleh karena itu, upaya pencegahan terhadap karies sangat diperlukan. Berbagai macam tindakan pencegahan telah dikembangkan untuk mengendalikan tingkat prevalensi karies gigi yang terus meningkat di Indonesia, diantaranya memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, cara menyikat gigi yang benar, pengaturan diet makanan, dan lain sebagainya. Walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait, namun prevalensi karies masih tetapi tinggi. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: berapakah prevalensi karies, frekuensi karies, rerata karies, RTI, dan PTI pada murid kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar?1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi karies, frekuensi karies, rerata karies, RTI, dan PTI murid kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar.1.4 Manfaat

Dapat menambah pengetahuan murid tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta memberikan informasi kepada tenaga kesehatan untuk membuat rencana program kesehatan gigi dan mulut yang lebih efektif dan efisien dalam pencegahan dan penanganan terhadap penyakit gigi dan mulut 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi Gigi

Gigi manusia terdiri dari 3 bagian utama yang penting yaitu email, dentin, dan pulpa. Email merupakan bagian terluar gigi yang paling tipis, berwarna putih mengkilap namun agak transparan (translucent) itu sebabnya gigi tidak berwarna putih sempurna tetapi menjadi agak kekuningan dimana warna kuning tersebut didapat dari warna dentin dibawahnya. Walaupun merupakan bagian tertipis dari gigi, email merupakan bagian terkeras dari gigi bahkan merupakan bagian terkeras dari tubuh. Kekerasan email gigi ini dimungkinkan oleh bahan pembentuk email itu sendiri yang berupa struktur kristalin (kristal hidroksiapatit) dimana 96% terdiri dari bahan anorganik, 1% organik dan sisanya adalah air. Email merupakan bagian yang paling sering dan rentan terhadap serangan asam karena posisinya yang merupakan bagian terluar dari gigi. Hal tersebut menyebabkan email gigi sering berlubang dan menjadi rapuh apabila gigi tidak terawat dengan baik. Bagian kedua gigi setelah email adalah dentin. Berbeda dengan email, dentin berwarna kekuningan dan merupakan bagian terbesar dari gigi. Komposisi dentin juga berbanding terbalik dengan email dimana dentin terdiri dari 85% material organik, ini sebabnya dentin bersifat sedikit lebih lunak dari email. Bentuk dentin yang berpori karena tersusun dari tubuli dentin menyebabkan dentin lebih sensitif terhadap rangsang suhu (panas maupun dingin) maupun kimia. Inilah sebabnya dentin menjadi lapisan kedua gigi dan memiliki pelapis sekaligus pelindung. Pada bagian mahkota gigi, dentin dibatasi dan dilapisi oleh email, sedangkan pada bagian akar gigi maka dentin dibatasi oleh lapisan tipis sementum

SHAPE \* MERGEFORMAT

Gambar 1. Anatomi Gigi

Bagian paling penting gigi yang terakhir adalah pulpa. Pulpa merupakan sebuah ruangan di tengah-tengah gigi.Pada ruang pulpa ini terdapat pembuluh darah kecil serta syaraf-syaraf gigi.

Jenis-Jenis Gigi

Secara umum gigi dapat dibagi menjadi empat jenis:

1. Gigi insisif atau gigi seriGigi ini berbentuk persegi panjang, dan berfungsi untuk memotong makanan. Gigi insisif terletak di bagian paling depan di tengah lengkung gigi, ada empat buah di rahang atas maupun di rahang bawah.2. Gigi kaninus atau gigi taring

Gigi taring berada di sebelah gigi insisif.Gigi ini berbentuk lebih panjang dengan ujung yang runcing.Gigi taring berfungsi untuk mengoyak atau menyobek dan memotong makanan.Gigi taring berjumlah empat buah, dua di rahang atas dan dua di rahang bawah.

3. Gigi premolar atau gigi geraham kecil

Di belakang gigi kaninus terdapat gigi premolar.Bentuk gigi premolar di rahang atas berbeda dengan premolar di rahang bawah. Premolar rahang atas mempunyai dua cups, sedangkan premolar rahang bawah hampir mirip dengan kaninus namun cupsnya tidak runcing dan bentuknya juga lebih besar dari gigi kaninus. Totalnya gigi premolar ada delapan buah, empat di rahang atas dan empat di rahang bawah.Gigi premolar berfungsi untuk menyobek dan membantu menghaluskan makanan.

4. Gigi molar atau gigi geraham besar

Gigi molar berada di belakang gigi premolar.Bentuknya seperti kotak dan ukurannya besar. Gigi molar merupakan gigi yang paling berperan dalam proses penghalusan makanan.Totalnya ada dua belas buah yaitu enam di rahang atas dan enam di rahang bawah.2.2 Fungsi Gigi

1. Pengunyahan

Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan.

2. Berbicara

Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf tertentu seperti huruf T, V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak akan terdengar dengan sempurna.

3. Estetik

4. Menjaga kesehatan rongga mulut dan rahang

Banyak hal yang terjadi apabila gigi hilang. Di antaranya gangguan pengunyahan makanan, susunan gigi yang menjadi gak teratur (disebut maloklusi), tulang alveolar yang berkurang (resorpsi), gangguan pada sendi rahang, dan penyakit pada jaringan periodontal.Apabila gigi terpaksa harus dicabut, akan lebih baik bila gigi tersebut diganti dengan gigi palsu agar kesehatan mulut tetap terjaga.2.3 Karies

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi.Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang.Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian.2.3.1 Faktor penyebab kariesPada umumnya, ada dua faktor penyebab karies, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. 1. Faktor langsungAda beberapa faktor tidak langsung penyebab karies. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut. a. Faktor Host (Tuan Rumah)Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi tetap 7-8 tahun. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH (Rasinta, 1990).b. Faktor Agent (Mikroorganisme)Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa beberapa spesies Actinomyces. Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga tampak sebagai lapisan putih. Secara histometris plak terdiri dari 70% sel-sel bakteri dan 30% materi interseluler yang pada pokoknya berasal dari bakteri (Rasinta, 1990).c. Pengaruh Substrat atau DietFaktor subtrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyababkan timbulnya karies.Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel.Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki karies gigi. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan ekstraseluler matriks (dekstran) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Oleh karena itu sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik (makanan yang dapat memicu timbulnya kerusakan/karies gigi atau makanan yang kaya akan gula). Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama.Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plakdengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasiemail (Rasinta, 1990).d. Faktor WaktuSecara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.4 Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Rasinta, 1990).e. Kebiasaan MakanPada zaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat manis, lunak dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biscuit dan lain-lain. Di mana biasanya makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Makanan ini karena sifatnya yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka akan terjadi proses kimia bersama dengan bakteri dan air ludah yang dapat merusak email gigi (Rasinta, 1990)Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada dasarnya adalah:1. Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia) seperti lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya serta lingkungan ekonomi.2. Faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia), seperti: asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit serta penilaian yang lebih terhadap mutu makanan juga merupakan faktor intrinsik.Penelitian Nizel (1981) pada anak umur 6 tahun di Inggris yang dikutip oleh Kosasih (2007) menguraikan bahwa makanan yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Beliau juga menguraikan tentang adanya hubungan antara zat gizi seperti vitamin dan mineral, protein hewani dan nabati, serta karbohidrat yang terkandung dalam makanan sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya penyakit karies gigi. Hal ini yang perlu mendapat perhatian tidak hanya nutrisi saja, tetapi cara mengonsumsi jenis makanan dan waktu pemberian, karena semua ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan lainnya yang merupakan substrat untuk pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses terjadinya karies gigi (Rasinta, 1990).2. Faktor tidak langsungSelain faktor langsung (etiologi), juga terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut sebagai faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisis dan faktor penghambat terjadinya karies yaitu umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, penggunaan fluor, jumlah bakteri, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan mulut khususnya karies tidak terlepas dari kebiasaan merokok/penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, kebersihan rongga mulut yang tidak baikdan diet makanan (Rasinta, 1990).a. UmurHasil studi menunjukkan bahwa lesi karies dimulai lebih sering pada umur yang spesifik. Hal ini berlaku terutama sekali pada umur anak-anak namun juga pada orang dewasa. Kelompok umur berisiko tersebut adalah:1. Umur 1-2 tahunStudi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi mereka segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap karies.2. Umur 5-7 tahunStudi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.3. Umur 11-14 tahunMerupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.4. Umur 19-22 tahunAdalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan dan menjaga kebersihan mulut (Rasinta, 1990).b. Jenis KelaminDari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria. Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi dari pada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit (Rasinta, 1990).c. Sosial EkonomiKaries dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Dalam penelitiannya, Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan jumlah gigi yang tinggal di rongga mulut pada usia 35 tahun sebesar 26,6% pada pendidikan tinggi sedangkan pada pendidikan rendah sebesar 25,8%. Hasil penelitian Sondang Pintauli dkk, dijumpai DMF-T rata-rata sebesar 7,63 dengan DMF-T rata-rata lebih rendah pada ibu-ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan tingkat pendidikan rendah (Rasinta, 1990).d. Penggunaan FluorMenurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan satusatunya cara mencegah gigi berlubang. Demikian halnya penelitian yang dilakukan Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat akibat kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm (Rasinta, 1990).e. Pola MakanSetiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies. Misalnya, derajat penderita karies gigi di Palembang relatif tinggi. Salah satu penyebabnya adalah makanan yang berpotensi menimbulkan kerusakan gigi, yaitu empekempek. Empek-empek terbuat dari sagu, sehingga mengandung karbohidrat dan zat gula. Karbohidrat yang tinggi akan membuat karang gigi menjadi tebal. Kandungan cuka dalam cairan yang ditambahkan pada empek-empek juga tidak bagus untuk gigi, khususnya juga untuk anak di bawah usia delapan tahun. Kandungan fluor dalam gigi anak usia di bawah delapan tahun belum kuat menahan cuka (Rasinta, 1990).f. Kebersihan Mulut (Oral Higiene)Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Telah dicoba membandingkan insidens karies gigi selama 2 tahun pada 429 orang mahasiswa yang menyikat giginya dengan teratur setiap habis makan dengan mahasiswa yng menyikat giginya pada waktu bangun tidur dan malam pada waktu sebelum tidur, ternyata bahwa golongan mahasiswa yang menyikat giginya secara teratur rata-rata 41% lebih sedikit kariesnya dibandingkan dengan golongan lainnya (Rasinta, 1990).g. MerokokNicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok (Rasinta, 1990).2.3.2 Proses terjadinya kariesPenyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada email. Seperti kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi, bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi (Joyston, 2002).1. Tahap-tahap terjadinya kariesa. Gigi yang sehat

Email adalah lapisan luar yang keras seperti kristal luar. Dentin adalah lapisan yang lebih lembut di bawah email. Kamar pulpa berisi nerves dan pembuluh darah. Merupakan bagian hidup dari gigi.b. Lesi putih

Bakteri yang tertarik kepada gula dan karbohidrat akan membentuk asam. Asam akan menyerang crystal apatit proses ini dikenal dengan proses demineralisasi. Tanda yang pertama ini ditandai dengan adanya suatu noda putih atau lesi putih. Pada tahap ini, proses terjadinya karies dapat dikembalikan.c. Karies email

Proses demineralisasi berlanjut email mulai pecah. Sekali ketika permukaan email rusak, gigi tidak bisa lagi memperbaiki dirinya sendiri. Kavitas harus dibersihkan dan direstorasi oleh dokter gigi.d. Karies Dentin

Karies sudah mencapai ke dalam dentin, dimana karies ini dapat menyebar dan mengikis email.e. Karies Mencapai Pulpa

Jika karies dibiarkan tidak dirawat, akan mencapai pulpa gigi. Disinilah dimana saraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus (Joyston, 2002).2. Tanda dan gejalaDental explorer adalah salah satu alat diagnostik karies. Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses sebelum ini dapat kembali ke asal (reversibel), namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif (Joyston, 2002).Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya (Joyston, 2002).3. Diagnosis

Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dulu dibantu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer (Joyston, 2002).

Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai untuk demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan pada eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.

Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optis/ Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil (Joyston, 2002).2.3.3 Klasifikasi KariesSecara umum, karies diklasifikasikan berdasarkan stadium karies, dan keparahan atau kecepatan berkembangnya. (Iyod, 1997).1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)a. Karies Superfisialis, di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.b. Karies Media, di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.c. Karies Profunda, di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.2. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnyaa. Karies RinganKasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email(iritasi pulpa) b. Karies SedangKasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa) c. Karies Berat/Parah Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu:1. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.2. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.3. Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.4. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan meluas ke bagian insisal gigi anterior2.3.4 Pencegahan dan perawatan KariesUpaya untuk mengontrol keberadaan plak di dalam mulut pada umumnya dilakukan dengan metode mekanis yaitu dengan menyikat gigi meskipun pada kenyataannya prevalensi kelainan pada rongga mulut masih tinggi, hal ini terjadi karena aplikasi teknik dan alat bantu mekanis belum sempurna terutama disebabkan karena kurangnya edukasi dan motivasi. Tidaklah mudah untuk melakukan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Mungkin kelainan gigi pasien bersifat keturunan sehingga dengan sendirinya pencegahan yang dilakukan menjadi lebih sukar. Pencegahan terhadap kerusakan atau kelainan gigi harus dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Dengan perawatan yang baik, kita dapat mencegah penyakit gigi dan mulut (Tarigan 1989). Ada beberapa upaya untuk mencegah terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal:1. Pendidikan kesehatan GigiPendidikan kesehatan gigi (Dental Health Education / DHE) adalah proses pendidikan yang terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk mengubah perilaku meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup sehat yang diharapkan bertambah baik sehingga diperoleh derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah untuk memperkenalkan kepada anak tentang kesehatan gigi dengan usaha preventif dan promotif, meningkatkan dan mengusahakan timbulnya kesadaran serta keyakinan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, menjabarkan akibat yang ditimbulkan dari kelalaian menjaga kebersihan gigi dan mulut menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah, dan menjalin kerja sama dengan masyarakat dalam memberikan penyuluhan langsung (Soeparmin dkk, 2007). 2. Kontrol PlakKontrol plak merupakan tindakan pencegahan menumpuknya dental plak dan deposit lainnya pada permukaan gigi dan sekitarnya. Suatu program yang berhasil mengurangi plak akan berpengaruh pada pengurangan keparahan penyakit periodontal dan kerusakan gigi. Walaupun terbukti bahwa berkurangnya karies adalah merupakan hasil pemeliharaan kebersihan mulut dengan menggunakan sikat gigi atau alat pembersih yang lain, tetapi bila dilakukan tanpa pasta gigi hal ini kurang efektif. Hasil yang terbaik didapat bila gigi dibersihkan segera sesudah makan, dan pasien diinstruksikan, dimotivasikan unruk tetap menjaga kebersihan mulutnya. Karena untuk menyikat gigi setiap kali setelah makan sehingga pembentukan asam bisa dihindari. Menggosok gigi di pagi had atau di malam had bermanfaat, akan tetapi dari segi endodontik hal ini tidak akan mengurangi aktivitas karies yang sudah ada. Beberapa metode yang digunakan untuk kontrol plak antara lain : a. Metode KimiaAkhir-akhir ini dikembangkan tindakan pencegahan kelainan gigi dan mulut secara kimiawi berupa obat kumur yang dipergunakan bersama-sama dengan metode mekanis. Berkumur merupakan salah satu cara untuk membersihkan mulut. Pada saat berkumur sebaiknya dipilih suatu larutan atau obat kumur yang memiliki spektrum luas dan cukup efektif dalam konsentrasi rendah dalam waktu yang singkat. Klorhexidin 0,2% yang digunakan setiap hari dalam bentuk larutan kumur terbukti efektif dalam mencegah pembentukan plak. Sebenarnya kumur-kumur lebih diperlukan pada penyakit gusi dan periodontal sedangkan dalam penggunaan sehari-hari tidak terbukti dalam mencegah karies, apalagi jika penggunaannya tidak diawali dengan sikat gigi. Jadi penting untuk diketahui bahwa kumur-kumur bukanlah pengganti sikat gigi dan sikat gigi masih menjadi upaya pencegahan terpenting dari penyakit gigi. Cara berkumur yang baik adalah pertama masukkan air ke dalam mulut secukupnya, kemudian gigi dirapatkan dalam oklusi. Setelah itu, air ditiup-tiup dengan posisi bibir tertutup dengan bantuan bibir dan pipi berulang kali (10 kali) kemudian air dibuang. Diulangi cara tersebut minimal 3 kali.b. Metode Mekanis1) Sikat GigiMenggosok gigi, setelah makan dan sebelum tidur adalah kegiatan rutin sehari-hari. Tujuannya untuk memperoleh kesehatan gigi/mulut dan nafas menjadi segar. Ada beberapa cara yang berbeda-beda dalam menggosok gigi, yang perlu diperhatikan ketika menggosok gigi adalah (Aludia, 2009):a) Cara menyikat harus dapat membersihkan semua deposit/kotoran pada permukaan gigi dan gusi secara baik, terutama saku gusi dan ruang interdental (ruang antar gigi);b) Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan gusi dan mengabrasi lapisan gigi dengan tidak memberikan tekanan berlebih;c) Cara menyikat harus tepat dan efisien.

d) Frekuensi menyikat gigi umumnya 3 X sehari (setelah makan pagi, makan siang dan sebelum tidur malam), atau minimal 2 X sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur malam). Cara menyimpan sikat gigi, yaitu Sesudah menyikat gigi maka sikat gigi harus dicuci bersih. Setelah itu digantung dengan kepala dibawah. Bila ditaruh maka air tidak segera kering dan kuman yang tinggal akan berkembang biak. Tetapi dengan digantung maka sikat gigi akan segera kering dan bersih dan kuman. Tempat yang basah memungkinkan kuman menempel dan berkembang biak. Ada beberapa macam cara menggosok gigi, diantaranya, (Kidd 1992):a) Gerakan vertikal.Arah gerakan menggosok gigi ke atas ke bawah dalam keadaan gigi atas dan bawah bersentuhan. Gerakan ini untuk permukaan gigi yang menghadap ke pipi (bukal/labial), sedangkan untuk permukaan gigi yang menghadap lidah/langit-langit (lingual/palatal), gerakan menggosok gigi ke atas ke bawah dalam keadaan mulut terbuka. Cara ini terdapat kekurangan, yaitu bila menggosok gigi tidak benar dapat menimbulkan resesi gingival/penurunan gusi sehingga akar gigi terlihat.

b) Gerakan horizontalArah gerakan menggosok gigi ke depan ke belakang dari permukaan bukal dan lingual. Gerakan menggosok pada bidang kunyah dikenal sebagai scrub brush. Caranya mudah dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan kunyah. Kombinasi gerakan vertikal-horizontal, bila dilakukan harus sangat hati-hati karena dapat menyebabkan resesi gusi/abrasi lapisan gigi.c) Teknik StillmanPosisi bulu sikat sama dengan teknik Roll tetapi lebih dekat dengan mahkota gigi, digerakkan maju mundur. Teknik ini dilakukan delapan kali daerah interproksimal, membersmkan daan memijat.d) Gerakan roll teknik/modifikasi StillmanCara ini, gerakannya sederhana, paling dianjurkan, efisien dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal/bidang kunyah, ujung bulu sikat mengarah ke apex/ujung akar, gerakan perlahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang kepala sikat bergerak dalam lengkungan. Pada waktu bulu sikat melalui mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi gerakan ini sampai lebih kurang 12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihan sisa makanan di daerah interproksimal/antara gigi. Dari sekian cara menggosok gigi, memilih sikat gigi dan menggunakan pasta gigi, yang tersebar banyak di pasaran. e) Teknik FoneGigi dalam keadaan oklusi, bulu sikat gigi ditekan kuat-kuat dan digerakkan melingkar selebar mungkin. Untuk permukaan oklusal lingual disikat dengan gerakan maju mundur. Teknik ini baik untuk gigi yang lengkap dan mempunyai oklusi yang baik.f) Teknik CharterBulu sikat mengarah ke permukaan oklusal membentuk sudut 45 derajat. Sikat ditekan sehingga serabutnya melengkung dengan ujung ditekan diantara dua gigi. Kemudian dengan getaran dari gerakan memutar pada gagangnya, ujung sikat dipertahankan pada posisi ini. Teknik ini dianjurkan untuk penderita dengan daerah interdental yang terbuka.g) Teknik FisiologikMenggunakan bulu sikat yang halus digerakkan dari arah sevikal ke oklusal (dari akar ke mahkota gigi) dengan gerakan halus untuk memijat gusi. Teknik ini tidak dianjurkan karena menyebabkan penurunan gusi.

h) Teknik BassPada permukaan bukal, labial, dan lingual bulu sikat dimasukkan pada sulkus gingiva membentuk sudut 45 derajat digerakkan pendek maju mundur. Karena bulu sikat masuk sulkus maka semus sisa makanan dapat terlepas.

Gambar 2. Cara menyikat gigi yang benar2) Pemakaian dental flossCara penggunaan dental floss yaitu dental floss dipotong sekitar 45 cm, kemudian lilitkan pada jari tengah di masing-masing tangan dan sisakan 4 cm. regangkan dengan kencang menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Arahkan dental floss yang diregangkan diantara gigi (saat dental floss mencapai batas gusi, lekuk menjadi seperti huruf C berlawanan denga permukaan gigi, gerakkan secara perlahan keatas, bawah, depan, belakang untuk membersihkan permukaan gigi). Selanjutnya, pindahkan dental floss ke gigi sebelahnya dan dibersihkan dengan cara yang sama. Dengan gerakan menyerupai gergaji, keluarkan dental floss setelah seluruh permukaan selesai dibersihkan.

Gambar 3. Cara memakai dental floss 3. Pengaturan DietPada dasarnya semua karbohidrat dalam makanan merupakan subtrat untuk bakteri, yang melalui proses sintesa akan dirubah menjadi asam dan polisakarida. Karbohidrat dengan molekul rendah seperti sukrosa (gula bit, gula tebu, gula merah) glukosa, fruktosa, dan maltosa akan segera dirubah menjadi zat yang merusak jaringan mulut. Resiko kerusakan jaringan mulut yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat berkurang bila secara teratur permukaan gigi dibersihkan dari plak dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah dipecah makin cepat terjadi proses demineralisasi dari jaringan keras gigi. Jadi frekuensi dari konsumsi makanan yang mengandung gula harus dikurangi. Ditinjau dari segi kesehatan gigi, maka yang diartikan mengurangi frekuensi makan adalah suatu reduksi dari makan-makanan kecil yang dimakan antara jam makan (Forest 1981). Tentang pengendalian diet, Kidd dan Joyston-Bechal (1987) menganjurkan dengan wawancara, dan pasien diminta untuk mencatat apa saja yang dimakan selama beberapa hari dari pagi sampai malam. Dengan demikian, dokter gigi dapat menasehatkan apa saja yang harus dikurangi atau dihilangkan sama sekali sesuai dengan kebutuhan dan keadaan mulut pasien.4. Kontrol Periodik ke Dokter Gigi

Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pemah menderita penyakit periodontal disarankan untuk control secara teratur ke dokter gigi setiap 3 sampai 6 bulan sekali (Pintauli dan Hamada, 2008). Mengenai edukasi kebersihan mulut, Elderton dan Mjor (1998), menyatakan bahwa sebaiknya dilakukan pada setiap kunjungan. Para dokter gigi seharusnya tidak mengharapkan bahwa dengan sekali nasehat maka pasien akan melakukan segala sesuatu yang diinstruksikannya. Tentu saja edukasi ini harus dilakukan bervariasi supaya pasien tidak bosan.BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis PenelitianJenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei.3.2. Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah prevalensi karies, frekuensi karies, rerata karies, RTI, dan PTI.3.3. Definisi Operasional

1. Prevalensi karies gigi adalah jumlah anak yang mengalami karies. 2. Frekuensi karies adalah jumlah gigi yang mengalami karies.3. Rerata karies gigi adalah jumlah gigi yang mengalami karies dibagi jumlah siswa yang diperiksa.

4. RTI (Requaired Treatment Indeks) adalah kebutuhan perawatan khususnya untuk penambalan gigi.

5. PTI (Performance Treatment Indeks) adalah motivasi seseorang untuk menumpat gigi yang berlubang.3.4. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar yang berjumlah 72 siswa.3.5. Instrument Penelitian

1. Gigi sulung menggunakan indeks def-t, yaitu :

a) d (decay) : gigi sulung yang mengalami karies dan tumpatan sementara tapi masih bisa ditambal tetap.

b) e (exfoliated) : gigi sulung yang telah atau akan dicabut oleh karena karies.

c) f (filling) : gigi sulung yang telah ditumpat karena karies dan tumpatannya masih baik.

2. Gigi permanen menggunakan indeks DMF-T, yaitu :

a) D (decay) : gigi permanen yang mengalami karies dan tumpatan tapi masih bisa ditambal tetap.

b) M (missing): gigi permanen yang telah atau akan dicabut oleh karena karies.

c) F (filling) : gigi permanen yang telah ditumpat karena karies dan tumpatannya masih baik.

3. Indikator keberhasilan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah di Indonesia adalah sebagai berikut :Tabel 1. Indikator keberhasilan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah di Indonesia

No.IndikatorTarget tahun 2000Target tahun 2010

1DMF-T< 31

2OHI-S< 2 ( Kriteria baik)< 2 ( Kriteria baik)

3PTI (F/DMF-T)> 50%> 50%

4RTI< 20%< 20%

Sumber : Depkes (2007)Keterangan : DMF-T: ( D = Decay, M = Missing, F = Filling, T = Tooth ), OHI-S : Oral Hygiene Indeks-Simplified, PTI : Performance Treatment Indeks

Tabel 2. Indikator Frekuensi Karies, RTI, dan PTI

KategoriFrekuensi KariesRTIPTI

Rendah0 1,670,01 0,331 2

Sedang1,68 3,350,34 0,663 10

Tinggi3,36 50,67 1,00> 10

Sumber : Depkes (2007)3.6. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat :

a. Alat oral diagnose (kaca mulut, sonde, pinset, eksavator, plastik filling)

b. Masker

c. Handscoon

d. Neerbekene. Gelas kumur

f. Alat tulis

g. Formulir Penelitian2. Bahan:

a. Alkohol 70%

b. Kapas

c. Betadined. Kasa Steril e. Detol f. Aquadest 3.7. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Hari /Tanggal : Sabtu, 10 Mei 20142. Waktu: 07.30-09.00 WITA3. Tempat: SD Saraswati 6 ( Jalan Kenyeri Denpasar) 3.8. Jalannya Penelitian

1. Menampilkan pertunjukan drama yang berisi pesan tentang kesehatan gigi dan mulut disertai penyuluhan.

2. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penelitian terlebih dahulu.

3. Sampel yang telah dikumpulkan dilakukan pemeriksaan giginya dengan menggunakan giginya dengan menggunakan alat diagnosa.

4. Hasil penelitian dicatat dalam formulir penelitian.

5. Data yang diperoleh kemudian diolah sehingga menjadi suatu informasi.3.9. Analisis Data

Untuk menghitung prevalensi karies, frekuensi karies, rerata karies, RTI, PTI pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar, digunakan rumus sebagai berikut :

1. Prevalensi Karies (P) = jumlah responden dengan riwayat karies x 100%

Jumlah Sampel2. Frekuensi Karies (F) = jumlah gigi yang berlobang (d + D)3. Rata-rata Karies = def + DMF Jumlah Sampel

4. Requaired Treatment Index (RTI) =

5. Performent Treatment Index (PTI) = BAB IV

HASIL PENELITIANDari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa-siswa kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karies Pada Siswa-Siswi Kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 DenpasarNPLUmur

(Tahun)Range

xDMFdeFP

RTIPTI

7235376-8 thn0 11121018859579,17%3,6870,9%1,88%

Keterangan :

L = Laki Laki

P = Perempuan

Range x = Rentang karies terendah sampai tertinggi siswa-siswi 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar D = Gigi permanen yang mengalami karies tetapi masih bisa ditambal tetap

M = Gigi permanen yang telah atau akan dicabut karena karies

F = Gigi permanen yang telah ditumpat karena karies dan tumpatannya masih baikd = Gigi sulung yang mengalami karies tetapi masih bisa ditambal tetap

e = Gigi sulung yang telah atau akan dicabut oleh karena karies

f = Gigi sulung yang telah ditumpat karena karies dan tumpatannya masih baik

P = Prevalensi karies

= Rerata karies

RTI = Kebutuhan perawatan khususnya untuk penambalan gigi

PTI = Motivasi seseorang untuk menumpat gigi yang berlubangBerdasarkan tabel di atas maka dapat diuraikan distribusi frekuensi karies pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar sebagai berikut:

a. Dari 72 responden yang diteliti, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37 orang dan responden berjenis kelamin wanita sebanyak 35 orang.

b. Dari 72 responden tersebut, jumlah anak yang menderita karies adalah sebesar 79,17 %. Jumlah anak yang menderita karies sebanyak 57 orang dan yang tidak mengalami karies sebanyak 15 orang. Jumlah gigi sulung yang mengalami karies adalah sebesar 188 gigi. Jumlah gigi sulung yang mengalami karies dan indikasi untuk dicabut adalah sebanyak 59 gigi dan gigi yang akan ditumpat adalah sebanyak 5 gigi. Gigi permanen yang mengalami karies sebanyak 12 gigi, gigi parmanen yang telah dicabut sebanyak 1 gigi, dan tidak ada gigi parmanen yang telah ditumpat.

c. Range karies berkisar antara 0 11 dengan rerata karies yang diperoleh adalah 3,68 yang termasuk kategori tinggi (Depkes 2010) yang berarti bahwa setiap siswa mempunyai riwayat karies sebanyak 4 gigi (dibulatkan ke atas).

d. Required treatment indeks yang didapat adalah sebesar 70,9 %. Hal ini menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan khususnya untuk penambalan gigi tinggi.

e. Performance treatment indeks yang didapat adalah 1,88%. Hal ini berarti siswa memiliki motivasi yang rendah dalam merawat giginya.

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 72 siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar pada tanggal 10 Mei 2014, didapatkan hasil bahwa prevalensi karies sebesar 79,17% dan tergolong tinggi. Gigi siswa yang masih dapat dirawat (RTI) sebesar 70,9% serta gigi anak yang sudah mendapatkan perawatan (PTI) sebesar 1,88%.Prevalensi karies pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar yang tergolong tinggi menunjukkan bahwa kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut seperti kesadaran untuk menyikat gigi masih kurang, cara menyikat gigi yang masih salah dan tentunya masih kurangnya mendapatkan informasi dan pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut, sehingga gigi yang memerlukan perawatan masih cukup tinggi (RTI = 70,9%), dan tidak ada gigi yang menjalani perawatan (PTI = 1,88%) yang menandakan bahwa kesadaran siswa untuk secara periodik ke dokter gigi ataupun ke tempat pelayanan kesehatan masih sangat minim.Hasil survei ini sejalan dengan hasil evaluasi evaluasi yang dilakukan oleh Budayani dkk (2010) pada siswa SD pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulutyang menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi mencapai 62,16% dan tergolong tinggi. Indek DMF-T rata-rata adalah 2,12 sedangkan target nasional untuk tahun 2010 < 2. Indeks OHI-S rata-rata adalah 1,46 sedangkan target nasional untuk tahun 2010 < 1,2.Besar kecilnya faktor resiko terhadap timbulnya karies gigi dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan mereka dalam merawat kesehatan gigi. Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh siswa-siswi antara lain yang berkaitan dengan cara membersihkan gigi dan merawat gigi, serta jenis makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan yang diperoleh siswa biasanya didapatkan dari orang tua masing-masing. Kebiasaan orang tua yang tidak melarang anaknya untuk mengurangi makan makanan yang manis menyebabkan konsumsi yang berlebihan akan makanan tersebut. Selain itu, faktor pengetahuan orang tua mengenai apa itu gigi berlubang, bagaimana cara mencegah serta cara menyikat gigi yang benar belum seratus persen diketahui secara baik oleh orang tua siswa dan juga tidak diajarkan sejak dini kepada anaknya masing-masing.Jika karies tidak ditangani akan menghancurkan sebagian besar gigi dan menyebarkan kejaringan sebelahnya sehingga menyebabkan sakit dan infeksi. Selain itu, karies juga bisa menggangu asupan gigi anak karena susah mengkonsumsi makanan berserat. Secara teoritis ada 3 cara untuk mencegah karies yaitu menghilangkan substrat karbohidrat (mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja), meningkatkan ketahanan gigi (email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan pemakaian fluor dan pemakaian resin pada pit dan fissure yang dalam), serta menghilangkan plak (menyikat gigi dan pembersihan karang gigi) (Dharmawati, Dwiastuti dan Ratmini, 2007).BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN 5.1. SimpulanDari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki tingkat kebutuhan perawatan yang tinggi, dan motivasi mereka untuk melakukan perawatan gigi masih rendah. Hal ini dilihat dari prevalensi karies atau jumlah anak yang menderita karies adalah sebanyak 57 (79,17%) orang dan yang tidak mengalami karies sebanyak 15 (20,83) orang, rerata karies yang diperoleh sebesar 3,68 yang termasuk kategori tinggi yang berarti bahwa setiap siswa mempunyai riwayat karies sebanyak 4 gigi (dibulatkan ke atas), required treatment indeks yang didapat sebesar 70,9%, yang menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan khususnya untuk penambalan gigi tinggi, dan performance treatment indeks sebesar 1,88% yang berarti siswa memiliki motivasi yang rendah dalam merawat giginya.

5.2. Saran1. Disarankan agar siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar dapat meningkatkan kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut, dengan cara menggosok gigi dan meningkatkan peran UKGS di TK dengan adanya dokter gigi kecil.2. Disarankan kepada petugas kesehatan gigi dan mulut agar mempersiapkan program sikat gigi masal setiap minggunya.3. Kepada guru dan orang tua siswa, disarankan agar ikut memperhatikan dan membantu anak-anaknya sehingga membiasakan diri menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.LAPORAN SURVEI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

I. PENDAHULUANA. Batasan / Definisi Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DepKes RI 2001, karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Apabila tidak segera dilakukan upaya pencegahan, maka dengan meningkatnya umur, kerusakan gigi dan jaringan pendukungnya akan menjadi lebih berat, bahkan dapat mengakibatkan terlepasnya gigi pada usia muda. Untuk menanggulangi masalah tersebut, dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi dan perawat gigi. Salah satu satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah berupa penyuluhan dan survei kesehatan gigi dan mulut. Mengingat karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi yang paling banyak diderita oleh masyarakat, maka dalam survei ini pelaksana survei hanya melakukan survei mengenai karies gigi.

1. Survei Kesehatan Gigi dan Mulut

Survei kesehatan gigi dan mulut adalah survei untuk mengumpulkan informasi tentang status penyakit gigi dan mulut serta kebutuhan perawatan yang diperlukan untuk perencanaan atau pemantauan program kesehatan gigi dan mulut. Tujuan dari survei adalah untuk mendapatkan gambaran pendahuluan secara lengkap status kesehatan gigi dan mulut serta kebutuhan perawatannya dari suatu populasi kemudian memantaunya untuk melihat perubahan tingkat serta pola kepenyakitannya, (Kunto Sariamerta, 1999).Survei adalah pengumpulan informasi atau data secara sistematis untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut dalam suatu kelompok di wilayah dan waktu tertentu. Survei dan sekelompok orang dapat dilakukan melalui telepon, melalui surat, atau tatap muka. Beberapa survei dilakukan dengan mewawancarai sekelompok orang.2. Sekolah Dasar UKGS

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang telah berdiri sejak tahun 1951 merupakan suatu kegiatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya penanggulangan penyakit gigi dan mulut.UKGS adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditunjukkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang dirancang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik yang memerlukan perawatan gigi dan mulut).UKGS adalah upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, promotif-preventif, hingga pelayanan paripurna. UKGS menurut Depkes RI adalah bagian integral dari UKS yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para siswa, terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal.B. Permasalahan

Berdasarkan batasan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: bagaimana status kesehatan gigi dan mulut murid SD Saraswati 6 Denpasar dan bagaimana pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah?

C. Tujuan Survei Kesehatan Gigi dan Mulut

Sesuai dengan rumusan permasalahan, maka tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut murid SD Saraswati 6 Denpasar dan bagaimana pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.

D. Manfaat

Survei ini dapat bermanfaat baik bagi murid maupun tenaga kesehatan. Survei ini dapat memberi wawasan baru dan menambah pengetahuan murid tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta memberikan informasi kepada tenaga kesehatan untuk membuat rencana program kesehatan gigi dan mulut yang lebih efektif dan efisien dalam pencegahan dan penanganan terhadap penyakit gigi dan mulut murid kelas 1 SD Saraswati 6 Denpasar. Bagi tenaga kesehatan, survei bermanfaat untuk menambah pengalaman dalam meningkatkan upaya kesehatan gigi dan mulut masyarakat. II. PELAKSANAAN SURVEI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

Survei kesehatan gigi dan mulut ini dilaksanakan di SD Saraswati 6 Denpasar pada hari Sabtu, 10 Mei 2014, dengan rincian sebagai berikut:. 1. Kelas

Survei ini dilakukan di kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar

2. Jumlah Murid

Jumlah murid yang berpartisipasi dalam survei kesehatan gigi dan mulut ini berjumlah 72 orang.

3. Materi PenyuluhanPencegahan gigi berlubang dan cara menyikat gigi yang baik dan benar

4. Tenaga Pelaksana

Dalam pelaksanaan survei ini, tenaga pelaksana merupakan tenaga kesehatan Profesi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Mahasaraswati Denpasar yang terdiri dari 5 orang. Adapun nama-nama tenaga pelaksana adalah sebagai berikut:

a. Ni Putu Primadewi C., S.KG

b. Soma Indri Cahyantari, S.KG

c. Komang Yullan Puspita, S.KG

d. Nyoman Natalia Putri, S.KG

e. Made Bayu Arya Winatha, S.KG5. Hambatan

Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, hambatan yang dihadapi adalah keterbatasan waktu.B. Penjaringan dan survei kesehatan gigi dan mulut

Penjaringan dan survei kesehatan gigi dan mulut ini dilaksanakan di SD Saraswati 6 Denpasar pada hari Sabtu, 10 Mei 2014, dengan rincian sebagai berikut:1. Kelas

Survei ini dilakukan di kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar

2. Jumlah Murid

Jumlah murid yang berpartisipasi dalam survei kesehatan gigi dan mulut ini berjumlah 72 orang.

3. Tenaga Pelaksana

Dalam pelaksanaan survei ini, tenaga pelaksana merupakan tenaga kesehatan Profesi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Mahasaraswati Denpasar yang terdiri dari 5 orang. Adapun nama-nama tenaga pelaksana adalah sebagai berikut:

a. Ni Putu Primadewi C., S.KG

b. Soma Indri Cahyantari, S.KG

c. Komang Yullan Puspita, S.KG

d. Nyoman Natalia Putri, S.KG

e. Made Bayu Arya Winatha, S.KG4. Hambatan

Dalam pelaksanaan survei, terdapat beberapa hambatan. Hambatan-hambatan tersebut meliputi keterbatasan waktu, kurangnya tenaga pelaksana, dan minimnya peralatan.III. HASIL PENGOLAHAN DATA

Diketahui : Jumlah anak dengan riwayat karies = 57 anakJumlah sampel = 72 anak D (Decay) = 12 M (Missing) = 1 F (Filling) = 0

d (decay) =188 e (exfoliation) = 59

f (filling)=5

DMF-T=13

def-t=252

Perhitungan:1. Prevalensi Karies (P) =

x 100% = 79,17%2. Rerata Karies =

x 100% = 3,68%3. Required Treatment Index (RTI) =

x 100% = 70,9%4. Performent Treatment Index (PTI) =

x 100% = 1,88%IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. SimpulanDari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki tingkat kebutuhan perawatan yang tinggi, namun motivasi mereka untuk melakukan perawatan gigi masih rendah.B. Saran1. Disarankan agar siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar dapat meningkatkan kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut, dengan cara menggosok gigi dan meningkatkan peran UKGS di TK dengan adanya dokter gigi kecil.2. Disarankan kepada petugas kesehatan gigi dan mulut agar mempersiapkan program sikat gigi masal setiap minggunya.3. Kepada guru dan orang tua siswa, disarankan agar ikut memperhatikan dan membantu anak-anaknya sehingga membiasakan diri menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.BAB VII

RENCANA PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUTDI SD SARASWATI 6 DENPASARDari data survei penelitian yang telah dilakukan pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C Saraswati 6 Denpasar diperoleh hasil bahwa rata-rata karies adalah 3,68. Dengan melihat data tersebut, maka kami mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar menyusun suatu langkah dalam upaya menurunkan frekuensi karies pada anak tersebut. Adapun proses perencanaan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang akan diberikan adalah sebagai berikut:7.1. Tahap Analisis Situasi

Ditetapkan tujuan program yang akan direncanakan yaitu menurunkan angka rata-rata frekuensi karies pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar. Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :

1. Data dari pihak responden

a. Data kesehatan gigi

Prevalensi karies pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar adalah sebesar 79,17%, yang disebabkan oleh: 1) Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi para siswa yang bersifat kariogenik

2) Kurangnya pengetahuan siswa mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut

3) Kurang teraturnya frekuensi menyikat gigi serta kurang tepatnya cara menyikat gigi para siswa

4) Kurangnya peran orang tua akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa b. Data yang berkaitan dengan sekolah

1) Jumlah siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar sebanyak 72 siswa.

2) Terbatasnya sarana dan prasarana UKGS di SD Saraswati 6 Denpasar.3) Kurangnya peran guru dalam upaya pengawasan makanan dan minuman yang dikonsumsi siswa.2. Data dari pihak pelaksana

a. Perangkat lunak

1) Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat yang memberikan pelayanan sebanyak 5 orang.2) Jumlah jam adalah 4 jam per hari, dari jam 08.00 12.00 wita.

3) Rata rata waktu pemeriksaan yaitu 3 menit untuk setiap siswa.

b. Perangkat keras

1) Tujuh puluh dua set alat diagnosa (kaca mulut, sonde, excavator dan neerbekern) untuk memeriksa 72 orang siswa yang digunakan secara bergantian.

2) Bahan berupa alkohol untuk sterilisasi, kapas dan tisu untuk membersihkan dan mengeringkan alat diagnosa set.

3) Sarana penunjang seperti transportasi dan lain-lain yang telah tersedia.7.2. Analisa PermasalahanDari analisa data yang kami peroleh di lapangan, timbul permasalah sebagai berikut :1. Terdapat prevalensi karies sebesar 79,17% pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar.2. Kurangnya pengetahuan siswa, guru dan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut.3. Sarana dan prasarana tidak memadai.Tabel 4. Metode CARL (Capability, Accessability, Readiness, Leverage) dengan skala prioritas No.PermasalahanCARLC xAxRxLRangking

1Terdapat prevalensi karies sebesar 79,17% pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar44341921

2Kurangnya pengetahuan siswa, guru dan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut3312183

3Sarana dan prasarana tidak memadai44331442

Sehingga didapatkan skala prioritas sebagai berikut :

1. Terdapat prevalensi karies sebesar 79,17% pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar.

2. Sarana dan prasarana tidak memadai.3. Kurangnya pengetahuan siswa, guru dan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Kemudian untuk mencari penyebab masalah digunakan diagram tulang ikan dengan prosedur sebagai berikut :

Oleh karena masalah di rangking 2 sudah merupakan permasalahan di rangking 1, maka rangking 2 dihilangkan dan rangking 3 menjadi rangking 2.

Gambar 4. Diagram Tulang IkanRanking 1

Prevalensi karies sebesar 79,17% pada siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar dengan rincian sebagai berikut:Tujuan : Memperbaiki prevalensi karies.

Kegiatan :1. Menumpat 200 gigi dan mencabut 60 gigi

2.Membuat protap sehingga kegiatan ini berkelanjutan Waktu : Persiapan perjalanan 30 menit. 1 kasus diselesaikan dalam 15 menit sehingga untuk menyelesaikan 260 gigi dibutuhkan waktu 3900 menit. Oleh karena ada 5 operator maka dibutuhkan waktu sekitar 780 menit.

Sasaran

: 72 orang siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar

Anggaran :

Tang Cabut sulung 1 set Rp 4.500.000 Alat OD + Plastik filling Rp 200.000 x 30Rp6.000.000

CytojetRp 14.500.000

Handscon Rp 70.000 x 3Rp 210.000

Masker Rp 20.000 x 2Rp 40.000

GIC Rp 300.000 x 8Rp 2.400.000

ZeptoccaineRp 250.000

Chlor Ethil Rp 150.000 x 2Rp 300.000

Alkohol Rp 70.000 x 2Rp 140.000

Betadine Rp 100.000 x 2Rp 200.000

Kapas Rp 15.000 x 3 Rp 45.000

Kasa Steril Rp.7.500 x 5Rp 37.500

Tampon Rp 35.000 x 2Rp 70.000

Konsumsi Rp 25.000 x 4 hari x 5 orangRp 500.000

TransportasiRp 100.000

TOTALRp 29.392.500

Indikator Keberhasilan :1. Dapat menumpat 200 gigi dan mencabut 60 gigi.2. Terbentuknya protap sehingga kegiatan berkelanjutan

Prosedur Evaluasi : Observasi membandingkan data sebelum dan sesudah kegiatan

Ranking 2Kurangnya pengetahuan guru, siswa, dan orangtua terhadap kesehatan gigi.1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada siswa, guru, dan orang tua siswa.

2. Sikat gigi massal pada siswa.

3. Membuat prosedur tetap mengenai kunjungan tenaga kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Tujuan: Meningkatkan Pengetahuan guru, siswa dan orang tua terhadap kesehatan gigi.

Kegiatan : 1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa, guru dan orang tua siswa

2.Sikat gigi massal pada 72 orang siswa-siswi 3.Membuat protap sehingga kegiatan ini berkelanjutan Waktu: Persiapan perjalanan 30 menit. Jumlah siswa 72 orang. Jumlah orang tua 72 orang dan jumlah guru 2 orang. 2x penyuluhan 72 orang siswa beserta orang tua siswa dilakukan selama 120 menit.1 x sikat gigi massal 72 orang siswa = 120 menit

Total 2x penyuluhan =120 menitAnggaran: Pasta Gigi 8 buah Rp 10.000Rp 80.000

Sikat Gigi anak 80 buah Rp 5000 Rp 400.000

Gelas kumur 75 buah x Rp 500Rp 37.500

Poster 5 x Rp 50.000Rp250.000

Pantum 3 x Rp 100.000Rp300.000

Pulpen 5 x Rp 3.000Rp 15.000

Kertas HVS 1 Rim Rp 35.000

Tinta printer Rp 100.000

Snack 5 x Rp 20.000Rp 100.000

Konsumsi Rp 25.000 x 1 hari x 5 orangRp 125.000

Transportasi Rp 50.000 x 1 hariRp 50.000

TOTAL

Rp 1.492.500Indikator Keberhasilan : 1. Terlaksananya penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada 72 siswa, 72 orang tua dan 2 guru 2. Terlaksananya sikat gigi massal sehingga 72 siswa mampu menyikat gigi dengan baik dan benar.

Prosedur Evaluasi : Observasi sebelum dan setelah kegiatan7.3. Tahap Perencanaan Masalah

1. Perkiraan Waktu

a. Total gigi karies yang dapat tumpat dan dicabut sebanyak 260 gigi

1) Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan setiap gigi adalah 15 menit.

2) Total waktu yang dibutuhkan untuk perawatan gigi adalah 260 x 15 menit = 3900 menit\b. Penyuluhan dan sikat gigi masal

1) Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan adalah 120 menit.

2) Total waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya sikat gigi masal adalah 120 menit.Total keseluruhan waktu yang diperlukan untuk melakukan perawatan adalah 3900 menit + 120 menit + 120 menit = 4140 menit. Dengan estimasi satu hari diberikan waktu untuk pelayanan dua jam, maka akan selesai dalam 35 hari. Karena terdapat operator sebanyak 5 orang, maka estimasi waktu perawatan selama 7 hari. 7.4. Tahap Pembahasan Untuk Menetukan Rencana

Rencana yang telah disusun kemudian dibahas lebih lanjut dengan para pengambil keputusan (Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar). Tujuannya adalah agar dana yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat terealisasi, selama tidak mengurangi manfaat dan rencana yang telah disusun jika benar-benar terlaksana.7.5. Tahap Pelaksanaan

1. Perawatan gigi

(4x kunjungan tanggal 18 Juni 2014, 25 Juni 2014, 2 Juli 2014, 9 Juli 2014)2. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

(2x kunjungan tanggal 16 Juli 2014, 23 Juli 2014)

3. Sikat gigi massal

(1x kunjungan tanggal 30 Juli 2014)

7.6. Tujuan

1. Menurunkan prevalensi karies.

2. Mengubah perilaku para siswa dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut

3. Melibatkan orang tua dan para guru dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak

7.7. Sumber Dana

1. Pihak sekolah

2. Bantuan sponsor

3. Instansi terkait7.8. Tahap Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan mengobservasi dan membandingkan data kesehatan gigi anak sebelum dan sesudah program dilaksanakan. Kedua data tersebut akan diketahui apakah program yang telah dilaksanakan telah berhasil atau gagal terhadap siswa-siswi kelas 1A dan 1C Saraswati 6 Denpasar. Program dikatakan berhasil apabila harapan sesuai dengan kenyataan.DAFTAR PUSTAKAAludia, MR. 2009, Cara Menyikat Gigi yang Benar, 20 March - Last Update, [Homepage of Dokter Gigiku], [Online].Available : http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/ll/ae42e86e5d487acl9eMc258acfc 6ef7fDe6f9ca.pdf. [!Mei2012].

Angela, Ami. 2005, Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi, Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J.) FKG Universitas Sumatera Utara, Medan, 3 Juli September 2005

Darwita, R.R. et all., Keberhasilan Program UKGS dan Peran Guru, http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/443bebdb89696fd9cae56da1592b411735561fb0.pdf, 2006.Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2002:40.Depkes RI 2007. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta.

Depkes RI 2010. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Jakarta: Departemen Kesehatan.Forest, J.O., 1981, Preventive Dentistry, Penerjemah : Y. Lilian, Hipokrates, Jakarta Ircham, Mc. 1984. Kesehatan Mulut dan Gigi Penyakit-Penyakit dan Pencegahannya. Yogyakarta : Sumbangsih Offset.Juall. Lynda. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta. EGCKaries Gigi, Pengukuran Resiko dan Evaluasi, [Online], Avaliable : http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%20_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf [Selasa, 18 Juni 2013]

Kidd dan Bechal. 2002, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, EGC, Jakarta.

Kidd, E. A. M., Bechal, S.J., 1991, Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, EGC, Jakarta.Kosasi, I. 2007. Perilaku Pencegahan yang Dilakukan Ibu terhadap Masalah Gigi dan Mulut Anaknya di Kelurahan Gang Buntu Medan Timur. FKG USU

Lubis, SLA. 2001. Flour dalam Pencegahan Karies Gigi. Medan: Universitas Sumatra Utara . Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/8220/1/940600081.pdfRara 2006, May Last Update, Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, [Homepage of Blogfam Magazine] ,[Online], Available: http://bz.blogfam.com/2006/05/program usahakesehatan_gigis.html [1 Mei 2012],

Sally Joyston. 2002. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : EGCSihotang, FMG. 2010. Karakteristik Penderita Karies Gigi Permanen Yang Berobat Ke PUSKESMAS. Medan: Universitas Sumatra Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20092/4/Chapter% 20II.pdfSinulingga. Sri. 2002. Imunisasi Pasif dalam Upaya Pencegahan Karies Gigi. Medan: Universitas Sumatra Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8132/1/930600067.pdfSoeparmin, S., Nugraha, Y., Arisanti, W., 2007, Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Melalui Dental Health Education', Interdental, vol. 5, no.l, hlm!2-16.

Tarigan,Rasinta . 1990. Karies Gigi. Jakarta : HipokratesLAMPIRAN

HASIL PENELITIAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1A DAN 1C SD SARASWATI 6 DENPASAR PADA TANGGAL 10 MEI 2014No Nama Siswa-siswiUmurL/PDMFdefTotal

1Yudana 6tahunL0005005

2Komang Talita6tahunP0000000

3Nyoman Suarya6tahunL0001203

4Gede Satya Narayana7tahunL0001102

5Putu Putri Gayatri7tahunP0003003

6Luh Putu Olivia6tahunP0005005

7Nurul Anggraeni8tahunP0001304

8Gusti Lanang Permana7tahunL0001102

9Made Radea7tahunP0003003

10Kadek Gita 7tahunP0005106

11Dewa Ayu Areta6tahunP0009009

12Putu Eldira7tahunP0005005

13Abi Dipta8tahunL0000000

14Diana7tahunP0003104

15Delea7tahunP0005106

16Bagus Mahaputra7tahunL0000000

17Made Ayu Dania6tahunP0000000

18Putu Alika Putri 6tahunP0001102

19Made Agung S.7tahunL0000011

20Aditya6tahunP0002002

21Abi Arta P.7tahunL0000606

22Lalita7tahunP0000000

23Komang Gea7tahunP0006208

24Putu Ayu Kezia7tahunP0000000

25Gus Bram7tahunL2003005

26Gus Doak7tahunL0000000

27Winda8tahunP0003003

28Amanda7tahunP0000000

29Gung Viko7tahunL0000000

30Panji7tahunL1003105

31Ninda 6tahunP0006208

32Abi Kesatria 7tahunL0001001

33Aditya Pratama6tahunL0009009

34Agus Adi Wiguna7tahunL0008008

35Nyoman Ateni7tahunP0004004

36Maxximus6tahunL0002002

37Gusti Ayu Bintang H.7tahunP0003003

38Dio Raditya7tahunL00038011

39Galuh Putri 6tahunP0004004

40Pande Luh Gede Badrika7tahunP0000000

41Wayan Sabda7tahunL0006208

42I B Tribuana7tahunL0001001

43Putu Yoga Rian7tahunL0000101

44Hari Acyuta7tahunL00092011

45Galang7tahunL4000004

46Intan7tahunP0006107

47Justin7tahunL0000000

48Kesa7tahunP0002204

49Krisna Putra 7tahunL2100003

50Nadia 7tahunP0003003

51Naitrisa7tahunP0004004

52Lio Suipayana7tahunL3006009

53Dananjaya7tahunL0004105

54Danan Satya7tahunL0005207

55Danny7tahunP0000000

56Dika Prawira7tahunL0000000

57Ditya Gesta7tahunL0002002

58Diah6tahunP0004307

59Ditya Kama6tahunL0002002

60Edtria Bagus6tahunL0000404

61Aditya6tahunL0001102

62Abiyuda7tahunL0003003

63Alenda7tahunP0000101

64Amelia6tahunP0001135

65Ananta Krisna7tahunL00074011

66Ardika7tahunL0001203

67Arya Krisna7tahunL0000000

68Arya Okkyana6tahunL0008109

69Ayu Febrina 7tahunP0001001

70Ayu Indah6tahunP0000101

71Destana7tahunL0007018

72Cinta Devi6tahunP0000000

Jumlah 1210188595265

TABEL POA

TujuanKegiatanPenanggung JawabWaktuTempatPelaksanaSasaranTargetAnggaranIndikator

KeberhasilanProsedur

Evaluasi

1. Memperbaiki prevalensi karies

1. Menumpat 200 gigi dan mencabut 60 gigi,.

2. Membuat protap kunjungan dokter sehingga kegiatan ini berkelanjutan.

3. Pengadaan prasarana yang belum memadai.

FKG UNMAS Denpasar

FKG Unmas Denpasar 18 Juni 2014, 25 Juni 2014, 2 Juli 2014, 9 Juli 201414 Juni 2014

9 Juli 2014 SD Saraswati 6 Denpasar di Jalan Kenyeri no. Denpasar.

Lab IKGM FKG UNMAS Denpasar

SD Saraswati 6 Denpasar di Jalan Kenyeri no. Denpasar1. Ni Putu Primadewi C. S.KG

2. Soma Indri Cahyantari, S.KG

3. Komang Yullan Puspita, S.KG

4. Nyoman Natalia Putri, S.KG

5. Made Bayu Arya Winantha, S.KG

72 orang siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar.

Dokter, 72 orang siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar

SD Saraswati 6 DenpasarDapat menambal 200 gigi dan mencabut 60 gigi.

Dapat membentuk protap kunjungan dokter secara tetap.

Terpenuhinya prasarana berupa Alat OD, Handscon, Masker, GIC, Chlor Ethil, Alkohol, Betadine, Kapas, Kasa steril, Tampon.Rp. 23.125.000

Rp. 250.000

Rp 1.767.500

Telah berhasil menumpat 200 gigi dan mencabut 60 gigi.

Telah terbentuknya protap kunjungan dokter yang berkelanjutan.

Telah terpenuhinya prasarana berupa Alat OD, Handscon, Masker, GIC, Chlor Ethil, Alkohol, Betadine, Kapas, Kasa steril, Tampon.Membandingkan data sebelum dan setelah kegiatan.

Observasi setelah dan sebelum kegiatan.

Observasi setelah dan sebelum kegiatan.

TOTALRp. 25.142.500

TujuanKegiatanPenanggung JawabWaktuTempatPelaksanaSasaranTargetAnggaranIndikator

KeberhasilanProsedur

Evaluasi

2. Meningkatkan pengetahuan siswa, guru, dan orang tua terhadap kesehatan gigi. 1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa, guru, dan orang tua siswa.

2. Sikat gigi masal. FKG Unmas Denpasar 16 Juli 2014, 23 Juli 201430 Juli 2014

SD Saraswati 6 Denpasar di Jalan Kenyeri no. Denpasar1. Ni Putu Primadewi C. S.KG

2. Soma Indri Cahyantari, S.KG

3. Komang Yullan Puspita, S.KG

4. Nyoman Natalia Putri, S.KG

5. Made Bayu Arya Winantha, S.KG72 orang siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar.Dapat memberikan penyuluhan kepada 146 orang.

Dapat melakukan sikat gigi masal kepada 65 siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati DenpasarRp 575.000

Rp. 717.500

Telah memberikan penyuluhan kepada 146 orang.

Telah melakukan sikat gigi masal kepada 65 siswa-siswi kelas 1A dan 1C SD Saraswati 6 Denpasar.Pretest dan Postest

Observasi sebelum dan sesudah kegiatan.

TOTALRp. 1.292.500

D + d x 100 %

(DMF-T) + (def-t)

F + f x 100 %

(DMF-T) + (def-t)

Emain

Dentin

Pulpa

Sementum

Ligamen Periodontal

Saraf dan Pembulu darah

Mahkota

Akar

68

69

58

_1463906383.unknown

_1463906431.unknown

_1463072589.unknown

_1463072760.unknown

Prevalensi karies sebesar 79,17 %

Lingkungan

MAN

MONEY

MATERIAL

MACHINE

METHODE

Kurangnya kesadaran untuk merawat kesehatan gigi

Belum ada protap

Diagram tulang ikan

Sarana belum memadai

_1463072642.unknown

_1463072360.unknown

Kurangnya pengetahuan

Lingkungan

MAN

MONEY

MATERIAL

MACHINE

METHODE

Kurangnya informasi kesehatan gigi dan mulut kepada siswa, guru dan orang tua

Diagram tulang ikan