erina fatmala 021211131009 ikgm v-4

25
INDEKS KARIES 1. DMFT 1.1 Definisi Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri. DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled-Teeth. Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M (missing)adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F(filled) adalah gigi yang ditambal atau di-tumpat karena karies dan dalam keadaan baik . Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak. 1.2 Rumus Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T : DMF-T = D + M + F Kategori DMF-T menurut WHO : 0,0 1,1 = sangat rendah 1,2 2,6 = rendah 2,7 4,4 = sedang 4,5 6,5 = tinggi 6,6 > = sangat tinggi DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F Jumlah orang yg diperiksa

Upload: rina-manyun

Post on 16-Jan-2016

107 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tugas ikgm dari dokter gilang pengukuran indeksindeksi

TRANSCRIPT

Page 1: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

INDEKS KARIES

1. DMFT

1.1 Definisi

Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam

hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang

buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri.

DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled-Teeth.

Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada

seseorang atau sekelompok orang. Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang karena

karies gigi, angka M (missing)adalah gigi yang dicabut karena karies gigi,

angka F(filled) adalah gigi yang ditambal atau di-tumpat karena karies dan dalam keadaan

baik . Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T. Indikator utama pengukuran DMF-T

menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan dengan indeks DMF-T

yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena

karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3

gigi per anak.

1.2 Rumus

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :

DMF-T = D + M + F

Kategori DMF-T menurut WHO :

0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah

2,7 – 4,4 = sedang

4,5 – 6,5 = tinggi

6,6 > = sangat tinggi

DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F

Jumlah orang yg diperiksa

Page 2: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

1.3 Kekurangan

1. Tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya.

Karena jika pada gigi tersebut terdapat 2 karies atau lebih, karies

dihitung adalah tetap 1

2. Indeks DMF-T tidak dapat membedakkan kedalaman dari karies,

misalnya karies superficialis, media, profunda

3. Tidak valid untuk gigi yang hilang karena penyebab lain selain karies

4. Tidak valid untuk pencabutan perawatan ortodonti

5. Tidak dapat digunakan untuk karies akar

Page 3: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

2. Nyvad Caries Diagnostic Criteria

2.1 Definisi

Dikemukakan oleh Nyvad 1999. Meliputi manifestasi dari karies pada

initial stage dari karies dan sebelum karies itu terjadi. Kriteria Nyvad membedakan

antara lesi karies aktif dan inaktif pada level kavitas maupun non kavitas. Indeks

ini juga menghitung aktivitas lesi, memperhitungkan hubungan biaya ketika

rencana perawatan dibuat.

Tabel 1. Nyvad Caries Diagnostic Criteria

2.2 Kelebihan

1. Dapat mengidetifikasi lesi karies insipient, sehingga dapat menentukan

rencana program pencegahan karies

2. Prelavensi dan keparahan karies dibawah estimasi dari indeks def dapat

dihilangkan karena hanya menghitung status kavitas

3. Dapat mengurangi keperluan perawatan yang lebih lanjur karena diagnosis

ditegakkan ketika terlihat initial lesions sehingga lesi progresif yang

berkelanjutan dapat dicegah

Page 4: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

2.3 Kekurangan

Terdapat kesulitan untuk membuat diagnosis yang pasti dari lesi aktif sebelum

terjadi kavitas pada permukan oklusal dibandingkan dengan permukaan fasial.

Penggunaan permukaan oklusal secara fisiologis selama proses pengunyahan dapat

menyebabkan hilangnya lesi

Page 5: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

3. Significant Caries Index

3.1 Definisi

Diperkenalkan oleh Bratthall D pada tahun 2000. Penggunaan DMF dan Sic

secara bersamaan membantu untuk menyoroti kesenjangan kesehatan mulut pada

populasi yang berbeda dalam suatu komunitas dengan tujuan untuk

mengidentifikasi kebutuhan khusus pencegahan gangguan kesehatan gigi dan

mulut. Perhitungan Sic dilakukan dengan cara mengurutkan hasil skor DMFT,

kemudian sepertiga populasi dari skor karies tinggi dipilih dan rerata DMFT untuk

kelompok ini dihitung. Hasil perhitungan adalah indeks SiC.

3.2 Rumus

Cara menghitung indeks SiC

1. Menggunakan indeks DMF-T

2. Mengurutkan data individu mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi

3. Mengambil 1/3 jumlah data dari total populasi dengan DMF-T yang tinggi

4. Lalu menjumlahkan data tersebut

5. Kemudian membaginya lagi dengan jumlah individu (1/3) yang tetinggi

DMF-Tnya

3.3 Kelebihan

1. Memberi perhatian lebih pada individual dengan hasil skor karies tertinggi

2. Indeks ini mencoba mengatasi kekurangan dari hasil DMFT secara akurat

dengan memperhatikan distribusi karies pada suatu populasi khususnya di

Negara berkembang yang menyebabkan kesimpulan yang salah bahwa

karies pada populasi terkontrol padahal beberapa individu masih memiliki

karies.

3.4 Kekurangan

1. Indeks ini hanyalah kelanjutan dari indeks DMF dengan kriteria yang sama

dalam menghitung karies

Page 6: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

2. Populasi signifikan dari karies yang terlihat rendah menunjukkan distribusi

yang tidak normal

Page 7: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

4. Specific Caries Index

4.1 Definisi

Diperkenalkan oleh Acharya pada tahun 2006. ntuk menggambarkan jumlah gigi

karies yang belum pernah di tangani sama sekali dengan menggunakan indeks

DMF-T. Indeks ini akan menyediakan informasi tidak hanya prevalensi karies tapi

juga lokasi dan tipe lesi karies pada individu. Pengukurannya dilakukan khusus di

daerah permukaan gigi jadi indeks ini masih sangat jarang digunakan oleh khalayak

umum.

Tabel 2. Specific Caries Index

4.2 Rumus

Skor SCI untuk individu dihitung dengan menambahkan skor gigi individual.

Rentang Skor untuk individual dari 0-192 (untuk 32 gigi)

Page 8: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

4.3 Kelebihan

1. Petugas dan material yang kompeten di masa depan serta training untuk

tenaga kerja dibutuhkan untuk mengatasi karies pada populasi tertentu

mungkin dinilai

2. Hasil dari penulis menunjukkan reproduksibilitas dan validitas dari indek

baru ini adalah baik

4.4 Kekurangan

1. Pada kasus dengan lesi yang luas yang meliputi lebih dari 1 permukaan

hanya bisa dibuat dari asal lesi

2. Kekurangan untuk menentukan rencana perawatan jika indeks ini

digunakan sendirian tanpa kombinasi dengan indeks lain

3. Kurangnya penyediaan untuk menilai karies akar

4. Jumlah dari lesi proksimal tidak diperhatikan karena tidak adanya foto

bitewing radiograph

Page 9: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

5. PUFA Index

5.1 Definisi

Sama seperti Specific Caries Index, PUFA juga masih termasuk indeks yang

baru digunakan untuk menghitung karies. Pembuatan PUFA ditujukan untuk

melengkapi indeks DMF-T

P = Pulpal, pertimbangan keterlibatan pulpa dalam proses karies dengan hancurnya

seluruh korona atau mahkota sehingga yang tersisa hanyalah akar

U= Ulserasi, yang disebabkan oleh potongan-potongan enamel yang pecah ataupun

karena inflamasi pulpa atau akar yang mengalami fragmentasi sehingga timbul

ulser

F= Fistula atau nanah yang muncul akibat adanya gangguan kesehatan gigi dan

mulut yang melibatkan pulpa

A= Abses yang terkait dengan pulpa

Tabel 3. PUFA Index

Page 10: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

5.2 Kelebihan

1. Aplikatif pada Negara dengan pendapatan rendag dan menegah dimana

karies yang tidak ditangai menyebabkan komplikasi masalah pada gigi dan

jaringan sekitar

2. Sederhana

3. Dapat digunakan untuk gigi sulung dan permanen

4. Hasilnya dapat dipresentasikan bersama indeks DMF

5.3 Kekurangan

1. Stages dari lesi karies pada enamel tidak dinilai

2. Penilaian abses dan fistula dapat dikombinasi jadi 1 kode

3. Realibilitas dan validitas diperlukan pada diskusi dan penelitian mendatang

4. Beberapa subjek dengan skor U (ulcer)

Page 11: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

6. Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) Index

6.1 Definisi

Dikembangkan oleh J. E. Frencken, Rodrigo G. de Amorim, Jorge Faber

dan Soraya C. Leal pada 2011. Mengkombinasikan elemen penilaian dari ICDAS

III dan PUFA dan komponen MF pada indeks DMF.

Tabel 4. Cast index

6.2 Kelebihan

1. Skor DMF dapat dengan mudah dikalkulasikan dari skor CAST

2. Digunakan hanya untuk survei epidemologi

3. Visual/ tactile hierachial one digit coding system

4. Meliputi total spectrum dari progresi lesi karies membuat kemudahan

komunikasi antara profesiona

5. Digunakan untuk memperkuat dan melengkapi ICDAS, DMF, PUFA

6. Menyediakan sarana untuk penggunaan indeks DMF yang lebih luas

Page 12: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

6.3 Kekurangan

1. Tidak menunjukkan hasil yang valid pada uji validitas dan realibilitas

2. Tidak disarankan untuk clinical trials

3. Tidak menyediakan data pada perhitugan perawatan dan pencegahan pada

setiap kode

Page 13: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

7. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS I &

ICDAS II

7.1 Definisi

Dikembangkan pada tahun 2001 oleh usaha kelompok penelitian,

epidomologist dan restorative dentists.two digit system : didasarkan pada

kebutuhan untuk mendeteksi karies pada fase non kavitas. ICDAS dibagi menjadi

beberapa pemeriksaan :

1. Karies pada korona (pit, fisura, mesial-distal, buccal-lingual)

2. Karies akar

3. Karies yang berhubungan dengan restorasi dan sealants (CARS)

D pada ICDAS mendeteksi karies dengan

1. Stage dari proses menuju nekrosis

2. Topografi ( permukaan halus atau pit dan fissure)

3. Anatomi (mahkota, akar)

4. Status rerstorasi atau sealant

A pada ICDAS merupaka penilaian proses karies (berkavitas / tidak berkavitas) dan

aktifitas (aktif atau arrested/terhenti)

Deteksi dari karies pada permukaan korona dibagi menjadi 2 proses :

1. Pertama mengklasifikasikan tiap permukaan gigi dari sound, sealed,

restored, crowned atau missing

Page 14: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

2. Kedua adalah klasifikasi dari carious status pada skala ordinal

ICDAS I

1. Penelitiannya menggunakan sistematik review.

2. Assessment atau pemeriksaan atau penaksiran khusus pada bagian corona

atau permukaan mahkota tapi lebih sempurna dari DMF-T

ICDAS II

1. Assessment lebih kompleks yaitu pada tiap permukaan korona, sealant,

restorasi, perubahan warna serta aktivitas kariesnya

2. Membentuk 2 digit , yaitu 1: CARS, 2:CORONAL

Page 15: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4
Page 16: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

7.2 Kelebihan

1. Hasil lebih spesifik, lebih lengkap dibandingkan dengan pemeriksaan

lainnya

2. Mampu menghitung karies dentin,

3. Mengikuti perjalanan karies

4. Etiologi karies lebih terarah

7.3 Kekurangan

1. Tidak meilai karies pulpa

2. Membutuhkan waktu pemeriksaan yang lebih lama

3. Analisisnya lebih kompleks

Page 17: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

8. FDI World Dental Federation Caries Matrix

Program WHO Global Oral Health telah mengakui pentingnya promosi

paradigma baru antara sesama praktisi dokter gigi mengenai perubahan dari

restorative menjadi preventif dan model promosi kesehatan (penyuluhan).

Dikembangkan oleh komite FDI. Maksud dari system ini tidak untuk

mengklasifikasika karies namun merupakan system yang terintegrasi yang dapat

digunakan praktisi, peneliti, edukator dan tenaga kesehatan.

Page 18: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

KELAINAN PERIODONTAL

1. CPITN

1.1 Definisi

Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah indeks resmi yang

digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan

akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus yaitu WHO

Periodontal Examining Probe.

Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki

bentuk ujung bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5

mm.

Pemeriksaan CPITN ini menggunakan 6 sektan yaitu :

1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)

2. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan

2)

3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)

4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)

5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)

6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)

Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu

1. Umur 20 tahun atau lebih

2. Umur 16 tahun sampai 19 tahun

3. Umur kurang dari 15 tahun

Dalam pemeriksaan CPITN perlu diperhatikan :

1. Apabila salah satu gigi geraham atau molar dan juga gigi seri atau incisivus

tidak ada, tidak diperlukan penggantian gigi.

2. Apabila dalam satu sektan tidak terdapat gigi index maka gigi dalam sektan

tersebut diperiksa semuanya dan yang diambil adalah gigi dengan skor

tertinggi.

3. Umur 19 tahun kebawah tidak dilakukan pemeriksaan Molar Kedua (M2)

untuk menghindari false pocket.

4. Umur 15 tahun kebawah, pencatatan hanya dilakukan bila ada perdarahan

daerah gusi dan karang gigi saja.

Page 19: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

5. Jika gigi index dan penggantinya tidak ada maka sektan diberi tanda X.

Pembagian mengenai kelompok umur, gigi indax dan skornya adalah sebagai

berikut :

1. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa adalah 1.7, 1.6, 1.1,

2.1, 2.6, 2.7, 3.7, 3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.

2. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa adalah 1.6, 1.1,

2.6, 3.6, 3.1, 4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.

3. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan

16-19 tahun, dengan skor 0,1, 2.

Kriteria skoring CPITN:

0 : periodonsium sehat

1 : terdapat perdarahan setelah probing

2 : terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling margin

gingiva,tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dari 3mm.

3 : terdapat poket 4 atau 5 mm

4 : terdapat poket lebih dari 6 mm

* : terdapat keterlibatan daerah furkasio atau terdapat loss attachment >7mm

Dari data status periodontal yang diperoleh dengan menggunakan kode tersebut,

perawatan dikategorikan sebagai berikut :

0 : tidak memerlukan perawatan

1 : peningkatan kebersihan mulut/penyuluhan

2 : peningkatan kebersihan mulut/penyuluhan dan scalling

3 : peningkatan kebersihan mulut / penyuluhan, skeling, kuretase, bedah

periodontal

Page 20: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

1.2 Kelebihan

1. Sederhana

2. Mendapatkan data tentang status periodontal masyarakat.

3. Dapat merencanakan program penyuluhan.

4. Dapat menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja,

kebutuhan tenaga).

5. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.

1.3 Kekurangan

1. Kekurangan dalam menetapkan kebutuhan perawatan

2. keterbatasan-keterbatasan, dan data yang diperoleh dari penggunaan

indeks ini masih dapat disalah tafsirkan

3. Kriteria (skoring) CPITN untuk mengkategorikan status periodontal

valid, tetapi penggunaan gigi-gigi indeks dapat menghasilkan estimasi

yang rendah pada status periodontal

4. kalkulasi tiap sextan dan tiap individu dapat menimbulkan estimasi yang

berlebihan untuk kebutuhan perawatan, khususnya untuk kode 3 dan

kode 4 (poket 4-5 mm, poket sama/lebih besar dari 6 mm)

Page 21: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

2. Basic Periodontal Examination (BPE) Index

Dikembangkan oleh British society of Periodontology pad 1986. Berasal dari

CPITN. Sederhana dan merupakan alat screening cepat untuk mengindikasi

level perawatan yang dibutuhkan dan menyediakan dasar panduan kebutuhan

perawatan. Bukan merupakan alat diagnostic.

3. Periodontal Screening and Recording (PSR) Index

3.1 Definisi

Diperkenalkan oleh American Academy of Periodontology (AAP) dan

American Dental Association (ADA). Endorse by WHO. Merupakan adaptasi dari

CPITN. Digunakan untuk menghitung perdarahan gingiva ketika probing, kalkulus

pada gigi dan kedalaman poket pada tiap sekstan di rongga mulut.

3.2 Perhitungan

Skor tertinggi pada sektan dipilih sebagai skor PSR untuk sekstan. Hanya 1 skor

yang dipilih untuk tiap sekstan dalam rongga mulut. Untuk memeriksa gigi secara

individual digunakan A WHO/CPITN/PSR probe.

Page 22: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

3.3 Kelebihan

1. Memperkenalkan metode screening yang sederhana yang sesuai

dengan kebutuhan dental record

2. Deteksi dini dari penyakit periodontal dan menyediakan monitoring

status dari pasien

3. Metode cepat screening karena hanya menilai 6 skor

4. Dokumen ini membantu melengkapi riwayat periodontal pasien

5. Dapat digunakan pada populasi yang besar

3.4 Kekurangan

1. Tidak dimaksudkan untuk pemeriksaan lengkap rongga mulut. Pada

pasien yang telah menerima perawatan periodontal sebelumnya atau

dalam fase maintenance harus menerima pemeriksaan yang

komprehensif

2. Keterbatasan penggunaan system PSR pada anak karena

ketidakmampuan membedakan pseudo poket

3. Tidak menghitung epithelial attachment, keparahan penyakit dapat

underestimated

Page 23: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

4. Genetic Susceptibility Index for Periodontal disease

4.1 Definisi

Etiologi dari periodontitis adalah multifactorial dan termasuk di dalamnya

komponen infeksius, factor lingkungan dan genetic. Genetic marker menunjukkan

kerentanan manifestasi penyakit dan dapat digunakan untuk mengungkap informasi

yang tersembunyi. Sistem ini menunjukkan hubungan langsung dan tak langsung

diantara indeks kerentanan, hasil mikroba dan penyakit.

4.2 Rumus

Perhitungan indeks ini melalui tes analisis penanda genetic tertentu yang

terkait dengan peningkatan produksi IL-1. Hal ini menunjukkan mekanisme grafik

dimana beberapa individu, jika dihubungkan dengan akumulasi bakteri, mungkin

memeliki respon imuno-inflamasi yang lebih kuat dan mengarah ke periodontitis

yang lebih parah.

Monosit dari pasien yang genotype positif menghasilkan IL-1 yang lebih

jika dirangsang oleh antigen bakteri. Hal ini penting karena proses patologis yang

dihasilkan dari peningkatan IL-1 telah sangat terkait dengan patologi periodontitis/

4.3 Kelebihan

Indeks ini bias mengetahui gen IL-1 yang ada ras Kaukasia, sehingga bias

mengidentifikasi tentang penyakit periodontal pada ras Kaukasia yang diuji

4.4 Kekurangan

1. Indeks ini hanya mencakup tentang gen saja, padahal penyakit periodontal

tidak hanya disebabkan karena den tapi sekarang ini kebiasaan buruk dan

lingkungan sangat mempengaruhi

2. Indeks ini terbatas jika digunakan selama penelitian dan hanya digunakan

pada ras tertentu seperti Kaukasoid

Page 24: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4

5. PHP Indeks (Patien Hygiene Performance) Index

5.1 Definisi

PHP indeks digunakan sebagai metode penilaian kebersihan mulut ketika

bekerja dengan pasien. Oral debris untuk indeks PHP didefinisikan sebagai benda

asing lunak yang terdiri atas bakteri, mucin, dan makanan yang melekat pada

permukaan gigi, cara yyang tidak digunakan untuk dokter gigi tapi digunakan

untuk survei public kesehatan dan penelitian. Kegunaan PHP index ini adalah

untuk mengukur rongga mulut dalam bentuk numeric.

5.2 Rumus

0 = tidak ada debris, 1 = ada debris, M= semua molar (M1-M3) atau insicornya

hiang, S= diganti dengan gigi palsu

Ada 5 divisi untuk PHP index yaitu

Vertikal = mesial, tengah, distal

Horizontal = total skor debris /jumlah gigi yang diukur (6)

Rating Index PHP adalah

Excellent=0 good=0,1-1,7 fair=1,8-3,4 Poor=3,5-5,0

5.3 Kelebihan

1. Indeks PHP ini sederhana untuk digunakan sehingga cocok untuk dokter

dan pasien yang sensitive keadaan rongga mulutnya sehingga tidak lama

mengukurnya

2. Indeks ini juga mudah digunakan untuk penelitian observer ortodontik

5.4 Kekurangan

Indeks ini hanya dapat mengukur 6 gigi dan subjektif dalam arti penelitian

yang dilakukan 1 orang dengan yang lainnya hasilnya bisa berbeda

Page 25: Erina Fatmala 021211131009 Ikgm v-4