ortho, ikgm, om

156
Tulisan dari ‘my DENTIST diary’ Kategori Plat Ekspansi — BLOK XII “ORTHODONSI 1 Vote judul : Kasus Orthodonti seorang wanita 11 tahun datang ke dokter gigi bersama orang tuanya dengan keluhan gigi tidak rapi. pemeriksaan subyektif diketahui ayah pasien memiliki bentuk rahang yang sama dengan pasien. pemeriksaan obyektif profil muka cekung, relasi molar pertama tonjol mesio bukal molar pertama maksila bertemu tonjol distobukal molar pertama mandibula. perhitungan metode pont menunjukkan adanya kontraksi derajat sedang atau medium pada maksila. metode Howes indeks interfossa canina 42%. perhitungan metode korkhaus menunjukkan retrusi insisivus maksila. pemeriksaan penunjang sefalometri, diketahui SNA 80% dan SNB 81%. maka dokter gigi merencanakan perawatan pasien dengan alat removable . Learning issu : 1. pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial 2. perhitungan-perhitungan dalam diagnosis orthodonti 3. pemeriksaan sefalometri 4. rencana perawatan Belajar Mandiri : 1. Pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial Definisi : Pertumbuhan (growth) Adalah proses fisikokimia (biofisis) yang menyebabkan organisme menjadi besar Perkembangan (development) Adalah semua rentetan peristiwa (perubahan) yang berurutan dari pembuahan sel telur sampai menjadi dewasa. Maturasi (maturation) Berarti masak, kemantapan (stabilitas) dari tahap dewasa yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum pola arah pertumbuhan dan perkembangandentofacial adalah sama dengan organ tubuh yang lain yaitu ke arah depan belakang, ke samping dan ke arah atas bawah, tergantung titik mana yang dipakai sebagai acuan pengukuran. POLA ARAH PERTUMBUHAN MUKA DAN KEPALA Pertumbuhan muka dan kepala seseorang menuruti sebuah pola yang pada umumnya

Upload: ofier-siki

Post on 31-Oct-2014

200 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Mantap

TRANSCRIPT

Page 1: Ortho, IKGM, OM

Tulisan dari ‘my DENTIST diary’ KategoriPlat Ekspansi — BLOK XII “ORTHODONSI   “      

 

1 Vote

judul : Kasus Orthodonti

seorang wanita 11 tahun datang ke dokter gigi bersama orang tuanya dengan keluhan gigi tidak rapi.

pemeriksaan subyektif diketahui ayah pasien memiliki bentuk rahang yang sama dengan pasien.

pemeriksaan obyektif profil muka cekung, relasi molar pertama tonjol mesio bukal molar pertama

maksila bertemu tonjol distobukal molar pertama mandibula. perhitungan metode pont menunjukkan

adanya kontraksi derajat sedang atau medium pada maksila. metode Howes indeks interfossa canina

42%. perhitungan metode korkhaus menunjukkan retrusi insisivus maksila. pemeriksaan penunjang

sefalometri, diketahui SNA 80% dan SNB 81%. maka dokter gigi merencanakan perawatan pasien

dengan alat removable .

Learning issu :

1. pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial

2. perhitungan-perhitungan dalam diagnosis orthodonti

3. pemeriksaan sefalometri

4. rencana perawatan

Belajar Mandiri :

1. Pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial

Definisi :

Pertumbuhan (growth) Adalah proses fisikokimia (biofisis) yang menyebabkan organisme menjadi

besar

Perkembangan (development) Adalah semua rentetan peristiwa (perubahan) yang berurutan dari

pembuahan sel telur sampai menjadi dewasa.

Maturasi (maturation) Berarti masak, kemantapan (stabilitas) dari tahap dewasa yang dihasilkan

oleh pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum pola arah pertumbuhan dan

perkembangandentofacial adalah sama dengan organ tubuh yang lain yaitu ke arah depan

belakang, ke samping dan ke arah atas bawah, tergantung titik mana yang dipakai sebagai acuan

pengukuran.

POLA ARAH PERTUMBUHAN MUKA DAN KEPALA

Pertumbuhan muka dan kepala seseorang menuruti sebuah pola yang pada umumnya ditentukan oleh

ras, keluarga dan umur. Ras-ras yang ada, Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid mempunyai pola wajah

yang berbeda-beda. Demikian juga dalam satu ras terdapat pola tertentu pada keluarga-keluarga.

Selain itu pola pada bayi berbeda dengan anak-anak ataupun dewasa. Pada umur-umur tertentu wajah

Page 2: Ortho, IKGM, OM

dan kepala mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda-beda. Baik ras maupun keluarga mempunyai

pola pertumbuhan yang dapat dibedakan pada kelompok umur.

Terdapat tiga bentuk umur fisiologis yaitu :

1. Berdasarkan pertumbuhan tulang (skeletal age)

2. Berdasarkan pertumbuhan gigi (dental age)

3. Berdasarkan perkembangan sistem fenetalia dengan sifat seksual sekunder.

Umur skeletal ditentukan dengan cara membuat gambaran radiografi daerah yang terdapat banyak

tulang-tulang dan discus epiphyseal seperti tulang pergelangan tangan. Gambar radiografi tulang

pergelangan tangan dari tiap-tiap

umur anak yang spesifik normal, dipakai sebagai standar untuk membandingkan kasus seseorang

yang diperiksa. Gambaran standar yang dipakai sebagai gambaran baku tersebut disebut indeks

karpal.

Umur dental ditentukan dengan dua cara :

a. Berdasarkan atas jumlah dan tipe elemen gigi yang kelihatan di mulut. Tidak hanya jumlah gigi saja,

tetapi dalam dunia binatang dan antropologi ragawi derajat pemakaian oklusal gigi dipakai juga untuk

menentukan umur gigi.

b. Umur dental ditentukan dengan membuat gambaran radiografi gigi desidui atau gigi permanen

mandibula, gigi maxilla biasanya tidak digunakan. Gambaran gigi-gigi mandibula ini ditentukan sampai

seberapa jauh tahap-tahap klasifikasi dan pembentukan akar gigi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Herediter (keturunan)

B. Lingkungan

1. Trauma

a. Trauma prenatal

b. Trauma postnatal

2. Agen fisis

a. Prematur ekstraksi gigi susu

b. Makanan

Kebiasaan buruk

a. Mengisap jempol dan mengisap jari

b. Menjulurkan lidah

c. Mengisap dan menggigit bibir

d. Posture

e. Menggigit kuku

f. Kebiasaan buruk lain

4. Penyakit

a. Penyakit sistemik

b. Penyakit endokrin

c. Penyakit-penyakit lokal

Penyakit periodontal

Tumor

Karies

Page 3: Ortho, IKGM, OM

• Premature loss gigi susu

• Gangguan urutan erupsi gigi permanen

Hilangnya gigi permanen

5. Malnutrisi

C. Gangguan perkembangan oleh sebab yang tidak diketahui

HERIDITER

Sudah lama diketahui bahwa faktor heriditer sebagai penyebab maloklusi. Kerusakan genetik mungkin

akan tampak setelah lahir atau mungkin baru tampak beberapa tahun setelah lahir. Peran heriditer

pada pertumbuhan kraniofasial dan sebagai penyebab deformitas dentofasial sudah banyak dipelajari,

tetapi belum banyak diketahuai bagian dari gen yang mana berperan dalam pemasakan muskulatur

orofasial.

KELAINAN DENTOFASIAL

Oklusi adalah hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah bila rahang bawah digerakkan

sehingga rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan menutup. Definisi : Oklusi adalah hubungan

timbal balik permukaan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah yang terjadi selama gerakan

mandibula sampai terjadi kontak maksimal.

KELAINAN DENTOFASIAL = DENTOFACIAL ANOMALI

1. Besar gigi dipengaruhi oleh ras dan keturunan

2. Bentuk gigi dipengaruhi :

Ras : Gigi incisivus pertama orang Afrika permukaan lingualnya lebih halus. Keturunan: Besar setelah

erupsi tidak berubah

3. Jumlah gigi : yang sering mengalami agenese adalah : M3, I2, P2, I1, P1

4. Posisi gigi: Inklisasi aksial, tonjol gigi yang rendah; tonjol gigi yang lebih tinggi, rotasi, hal ini akan

mempengaruhi bentuk lengkung gigi, aktivitas TMJ, fungsi otot perioral atau sekitar mulut.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan maloklusi :

1. Keturunan

2. Lingkungan

3. Fungsional

Maloklusi adalah hal yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal.

GOLONGAN MALOKLUSI :

1. Dental displasia

2. Skeleto Dental displasia

3. Skeletal displasia

1. Dental displasia :

• maloklusi bersifat dental, satu gigi atau lebih dalam satu atau dua rahang dalam hubungan abnormal

satu dengan lain.

• Hubungan rahang atas dan rahang bawah normal

• Keseimbangan muka dan fungsi normal

• Perkembangan muka dan pola skeletal baik

Macam-macam kelainan : Misalnya : kurang tempatnya gigi dalam lengkung, oleh karena prematur

loss, tambalan kurang baik, ukuran gigi lebih besr, sehingga dapat terjadi keadaan linguiversi,

labioversi dan sebagainya.

2. Skeleto Dental displasia

Tidak hanya giginya yang abnormal, tetapi dapat terjadi keadaan yang tidak normal pada hubungan

rahang atas terhadap rahang bawah, hubungan rahang terhadap kranium, fungsi otot dapat normal

Page 4: Ortho, IKGM, OM

atau tidak tergantung macam kelainan dan derajat keparahan kelainan tersebut.

3. Skeletal Displasia

Dalam kelainan skeletal displasia terdapat hubungan yang tidak normal pada :

a. Hubungan anteroposterior rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium.

b. Hubungan rahang atas dan rahang bawah

KLASIFIKASI MALOKLUSI

KLASIFIKASI ANGLE

Dasar : Hubungan mesiodistal yang normal antara gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Sebagai

kunci oklusi digunakan gigi M1 atas. Dasar pemilihan :

1. Merupakan gigi terbesar

2. Merupakan gigi permanen yang tumbuh dalam urutan pertama

3. Tidak mengganti gigi desidui

4. Bila pergeseran gigi M1 maka akan diikuti oleh pergeseran poros gigi lainnya.

5. Jarang mengalami anomali

1. Kelas I Angle = Neutro Oklusi

Jika mandibula dengan lengkung giginya dalam hubungan mesiodistal yang normal terhadap maksila.

Tanda-tanda :

a. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak pada celah bagian bukal (buccal groove) gigi M1 bawah.

b. Gigi C atas terletak pada ruang antara tepi distal gigi C bawah dan tepi mesial P1 bawah.

Tonjol mesiolingual M1 atas beroklusi pada Fossa central M1 bawah.

2. Kelas II Angle = Disto oklusi

Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri dalam hubungan mesiodistal yang lebih ke

distal terhadap maksila. Tanda-tanda :

a. Tonjol mesiobukal M1 atas terletak pada ruangan diantara tonjol mesiobukal M1 bawah dan tepi

distal tonjol bukal gigi P2 bawah.

b. Tonjol mesiolingual gigi M1 atas beroklusi pada embrasur dari tonjol mesiobukal gigi M1 bawah dan

tepi distal tonjol bukal P2 bawah.

c. Lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan yang lebih ke distal

terhadap lengkung gigi di maksila sebanyak 1’2 lebar mesiodistal M1 atau selebar mesiodistal gigi P.

Kelas II Angle dibagi menjadi 2 yaitu Divisi 1 dan divisi 2 :

a. Kelas II Angle Divisi 1 :

Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya ke labial atau protrusi

b. Kelas II Angle Divisi 2 : Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya tidak ke labial atau retrusi.

Disebut sub divisi bila kelas II hanya dijumpai satu sisi atau unilateral.

3. Kelas III Angle

Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan yang lebih ke

mesial terhadap lengkung gigi di maksila. Tanda-tanda :

a. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi dengan bagian distal tonjol distal gigi M1 bawah dan tepi

mesial tonjol mesial tonjol mesial gigi M2 bawah.

b. Terdapat gigitan silang atau gigitan terbalik atau cross bite anterior pada relasi gigi anterior.

2. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN DALAM PERAWATAN ORTODONTIK

Masing-masing periode metode perhitungan yang dilakukan berbeda.

1. Periode gigi susu

2. Periode gigi bercampur

Page 5: Ortho, IKGM, OM

≈ Metode Nance

≈ Metode Moyers

3. Periode gigi permanen

≈ Metode Pont

≈ Metode Korkhaus

≈ Metode Howes

≈ Metode Thompson & Brodie

≈ Metode Kesling

Analisis dan perhitungan-perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan menyiapkan:

• Model studi

• Ronsen :

- Individual atau intraoral

Panoramic atau opique

- sefalometrik

• Tabel

• Rumus

• Alat ukur : sliding calipers (jangka sorong)

≈ METODE NANCE

1. Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika.

2. Dasar : adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi pengganti

3. Tujuan : untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup tersedia/lebih/kurang ruang.

4. Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1 m2

Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang digunakan. Masing-masing

sisi : RA : 0,9 mm RB : 1,7 mm Hal ini telah dibuktikan oleh G.V. BLACK dengan cara menghitung lebar

mesio distal dari: Gigi desidui RBc = 5,0 mm m dan gigi pengganti 3 4 5.

1 = 7,7 mm m2

+ 22,6 mm -Gigi permanen RB 3 = 6,9 mm 4 = 6,9 mm 5 = 7,1 mm = 9,9 mm

+ 20,9 mm Selisih satu sisi 22,6 – 20,9 = 1,7mm

Prosedur :

a. Persiapan

1. Model RA & RB

2. Ro foto regio III, IV, V

3. Alat : jangka sorong

b. Cara

1. Ukur mesiodistal c m1m2

RA-kanan, kiri RB-kanan, kiri Kemudian dijumlahkan. dari model atau langsung

2. Ukur jumlah mesiodistal 3 4 5 yang belum tumbuh dari ro foto di regio

III, IV, V –RA & RB kanan dan kiri. Kemudian dijumlahkan. Akurasi hasil ro foto perlu, supaya tidak

terjadi distorsi. Bila perlu dari masing-masing regio III, IV, V atau dibatasi tiap dua gigi satu ro foto.

Kemudian bandingkan hasil 1 & 2 Kemungkinan :

1. hasil 1=2 – cukup

2. hasil 1>2 – kelebihan

3. hasil 1<2 – kurang

Hubungan molar : – Satu bidang terminal edge to edge – Penyesuaian molar/Molar adjustment.

Leeway Space – RA = 0,9 mm

Page 6: Ortho, IKGM, OM

- RB =1,7 mm

- Neutro oklusi

ad.1 – perlu observasi

ad.2 – molar adjustment – pengaturan gigi anterior

ad.3 – observasi

Huckaba Cara untuk mengetahui akurasi lebar mesiodistal masing-masing gigi 3,4,5 digunakan: -

Rumus : (y)(x1

x = (y)

1) x= gigi tetap yang dicari y= besar gigi susu diukur dari model y1= besar gigi susu diukur dari

ronsen x1

≈ METODE MOYERS = besar gigi tetap diukur dari ronsen

1. Diperkenalkan oleh Moyers, Jenkins dan staf ortodonsia Universitas Michigan.

2. Pemakaian ronsen foto tidak mutlak diperlukan.

3. Keuntungannya:

a. Kesalahan sedikit dan ralat kecil diketahui dengan tepat.

b. Dapat dikerjakan dengan baik oleh ahli maupun bukan ahli.

c. Tidak membutuhkan banyak waktu.

d. Tidak memerlukan alat khusus.

e. Dapat dikerjakan dalam mulut maupun pada studi model baik RA/RB

Dasar : adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain.

Jadi dengan mengukur jumlah lebar gigi dalam satu kelompok pada satu segmen dimungkinkan dapat

membuat suatu perkiraan yang tepat jumlah lebar gigi-gigi dari kelompok lain dalam mulut yang

sama.

5. Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman: 21 12

- Alasan :

1. Merupakan gigi permanen yang tumbuh paling awal.

2. Mudah diukur dengan tepat baik intraoral/ekstraoral (model).

3. Ukurannya tidak bervariasi banyak dibanding RA.

Prosedur

a. Disiapkan:

• model RA & RB

• jangka sorong

• tabel kemungkinan RA, RB

b. RB: misal sisi kanan dulu

1. ukur lebar mesiodistal gigi 21 12

2. kemudian dijumlahkan

3. menentukan jumlah ruang yang diperlukan kalau gigi tersebut diatur dalam susunan yang baik.

Caranya:

- tetapkan dengan jangka sorong suatu jumlah ukuran yang besarnya sama dengan jumlah 1 2 kanan

- tempatkan satu ujung jangka sorong tadi pada midline antara 1 1 & ujung lain pada lengkung gigi

sebelah kanan. Ujung ini mungkin akan terletak pada regio III . Buat tanda titik dengan pensil,titik ini

merupakan distal gigi 2 setelah gigi 1 & 2 diatur. Ulangi step ini untuk sisi kiri.

jumlah ruang yang tersisa sesudah gigi 1 & 2 diatur sampai tepi mesial gigi 6 bawah. Ruang ini

merupakan ruang yang akan disediakan untuk gigi 3 4 5 atau 3 4 5 kelak jika erupsi. Catat besarnya.

Page 7: Ortho, IKGM, OM

5. Berapa perkiraan jumlah lebar 3 4 5 ?

Dapat dilihat pada tabel kemungkinan, caranya: secara klinis diambil nilai 75%.

6. Berapa jumlah ruang yang tertinggal?

Hasil ad.4 dibanding ad.5. Kemungkinan yang terjadi:

• tidak ada sisa ruang

• kurang ruang

• kelebihan ruang.

Prosedur untuk RA = RB

1. Siapkan model RA

2. Hitung jumlah mesiodistal gigi 1+2 kanan/kiri

3. Buat lengkung imajiner RA dengan overjet yang diinginkan

4. Letakkan 1+2 pada lengkung tersebut

5. Distal gigi 2 kanan / kiri dapat ditentukan letaknya pada gigi III kanan/kiri.

6. Ber i tanda

7. Cari ruang yang disediakan untuk 345 kanan/kiri

- dari tanda ad.6 sampai mesial gigi 6 (alat: jangka sorong)

8. Berapa ruang 345 yang seharusnya

9. Lihat tabel RA

- ingat pedoman 21 12

- bandingkan ad.7 dan ad.8

10. Kemungkinan hasil ?

Perbedaan:

1. Tabel kemungkinan dipakai RA

2. Overjet harus dipertimbangkan

METODE PONT

(DR.Pont, drg. Perancis, 1909)

• Dasar : dalam lengkung gigi (dental arch) dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan antara

jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar lengkung inter premolar pertama

dan inter molar pertama.

• Susunan normal :

Ideal : -gigi -gigi yang lebar membutuhkan suatu lengkung yang lebar -gigi-gigi yang kecil

membutuhkan suatu lengkung yang kecil -ada keseimbangan antara besar gigi dengan lengkung gigi

• Tujuan : untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi atau distraksi atau

normal.

Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih mendekati bidang

midsagital.

Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih menjauhi bidang midsagital.

Derajat kontraksi/distraksi :

• Mild degree : hanya 5 mm

• Medium degree : antara 5-10 mm

• Extreem degree : >10 mm

Hubungan dirumuskan: 1. Untuk lengkung gigi yang normal jumlah lebar mesiodistal 4 insisivus atas

tetap kali 100, kemudian dibagi jarak transversal interpremolar pertama atas merupakan indeks

premolar. Indeks Premolar = 80

Indeks Premolar = Σ I x 100 Jarak P1 – P

Page 8: Ortho, IKGM, OM

Jarak P

1 = 80

1-P1

Indeks Molar = ΣI x 100 jarak M = ΣI x 100 80 Jumlah lebar mesiodistal 4 insisivus tetap atas kali 100,

kemudian dibagi jarak transversal intermolar pertama tetap atas merupakan indeks molar. Indeks

Molar = 64

1-M

Jarak M

1 = 64

1-M1

• diameter paling lebar dari masing-masing gigi insisivus = ΣI x 100 64 Pengukuran lebar mesiodistal I:

• alat: jangka sorong.

Pengukuran jarak inter P1 :

jarak antara tepi paling distal dari cekung mesial pada permukaan oklusal P

• sudut distobukal pada tonjol bukal P

1.

Pengukuran jarak inter M

1

1

• jarak antara cekung mesial pada permukaan oklusal M:

• titik tertinggi tonjol tengah pada tonjol bukal M

1

1

Menentukan jarak inter P1 & inter M1 :

1. Mengukur langsung dari model (yang sesungguhnya)

2. Dari perhitungan rumus (yang seharusnya)

3. Dari tabel Pont (sebagai bandingan).

Cara memakai tabel Pont :

1. Jumlahkan lebar mesiodistal 4 insisivus atas tetap, masing-masing diukur dengan jangka sorong

(dari model).

2. Cari ukuran tersebut dalam tabel.

Pada tabel terlihat bahwa, pada garis yang sama dalam kolom ke arah kanan menunjukkan jarak

antara premolar kanan dan kiri, sedangkan kolom selanjutnya dalam garis yang sama menunjukkan

jarak antara molar atas kanan dan kiri. Juga dapat ditentukan pada kolom selanjutnya jarak antara

insisivus dan premolar atas. Pont 1.Mixed dentition

6 V 4 III 2 1 1 2 III 4 V 6

6 V IV 3 2 1 1 2 3 IV V 6 2.Permanen

6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6

METODE KORKHAUS

Jarak insisivus tetap atas dan premolar adalah jarak pada garis sagital antara titik pertemuan insisivus

tetap sentral dan titik dimana garis sagital tersebut memotong garis transversal yang menghubungkan

premolar pertama atas pada palatum.

P1 P1

≈ METODE HOWES

(Ashley E. Howes, 1947) Dasar:

1. Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi.

Page 9: Ortho, IKGM, OM

2. Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.

- Keseimbangan basal arch dengan lebar mesiodistal gigi. 1. Bila gigi dipertahankan dalam lengkung

seharusnya lebar inter P1 sekurang-kurangnya = 43 % dari ukuran mesiodistal M1-M1.

• lebar inter P1: dari titik bagian dalam puncak tonjol bukal P1.

• ukuran lengkung gigi: distal M1 kanan – distal M1 kiri

Seharusnya lebar interfossa canina sekurang-kurangnya = 44% lebar mesiodistal gigi anterior sampai

molar kedua. Fossa canina terletak pada apeks premolar pertama.

METODE THOMPSON & BRODIE

• Menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab terjadinya deep overbite.

• Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup menutup (over lapping) gigi-gigi depan atas bawah

sangat dalam menurut arah bidang vertikal.

• Normal overbite:

rata-rata tutup menutup = 1/3 panjang mahkota 1 . normalnya adalah = 2 – 4 mm

• Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle: kelas I, II, III

• Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk kesehatan di kemudian hari serta keawetan gigi

geligi tersebut.dan melihat bagaimana pengaruhnya pada gigi anak-anak.

Beberapa hubungan yang mungkin terjadi :

1. Deep overbite

2. Palatal bite / Closed bite

3. Shallow bite

4. Edge to edge bite

5. Cross bite = reversed bite

6. Open bite

Deep overbite dapat disebabkan:

1. Dental:

a. Supra oklusi gigi-gigi anterior.

b. Infra oklusi gigi-gigi posterior.

c. Kombinasi a dan b.

d. Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M.

2. Skeletal:

Ramus mandibulae yang panjang

b. Sudut gonion yang tajam

c. Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan.

3. Kombinasi

• Pada keadaan normal dalam keadaan physiologic rest position (istirahat) proporsi muka pada ukuran

vertikal : Nasion ke Spina Nasalis Anterior (SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion ke Mentum

(Gnathion).

• Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui prognosis dari deep overbite yaitu koreksinya ditujukan

pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal dan atau depresi (intrusi) gigi-gigi anterior.

Analisis deep overbite dapat dipelajari dari:

1. Cetakan model gigi-gigi penderita

2. Foto profil penderita

3. Langsung dari penderita

4. Dengan sefalometri radiografik

Page 10: Ortho, IKGM, OM

1. Mempelajari model gigi-gigi penderita :

- Sempurna tidaknya kalsifikasi dilihat adanya benjolan yang tidak sempurna rata pada model, pada

palatum, prosesus alveolaris, dan lain-lain.

- Adanya benjolan berarti kalsifikasi tidak sempurna.

- Adanya gingiva tebal.

- Kurva Von Spee yang tajam.

2. Dari foto profil penderita

a. Jika Nasion – SNA > 43%, maka SNA ke Mentum lebih pendek, berarti ada infraklusi gigi-gigi

posterior.

b. Jika NA – SNA < 43% maka SNA ke Mentum lebih panjang, berarti ada supraoklusi gigi-gigi anterior.

3. Langsung dari penderita

Cara Thompson & Brodie:

a. Ambil sepotong stenz (wax) dilunakkan.

b. Letakkan stenz tersebut di atas permukaan oklusal P dan M salah satu rahang atau kanan dan kiri.

c. Penderita disuruh menggigit stenz sehingga kedudukan profil muka penderita pada keseimbangan:

NA – SNA = 43% NA – Mentum

d. Setelah stenz keras dilihat pada regio anteriornya:

• Jika deep overbite sama sekali hilang, sedang stenz masih tebal berarti ada infraoklusi gigi-gigi P &

M.

• Jika deep overbite masih, sedang stenz tergigit habis berarti adanya supraoklusi gigi-gigi anterior

• Jika deep overbite masih, sedang stenz masih ada ketebalan; hal ini berarti ada kombinasi keadaan

tersebut di atas.

4. Dari mempelajari sefalometri radiografik :

- Cara yang baik untuk menentukan deep overbite yang bersifat skeletal type, dimana akan terlihat:

a. Frankfurt Mandibulair Plane Angle kecil.

b. Panjang Ramus Mandibulae lebih panjang.

c. Sudut gonion tajam

d. Pertumbuhan ke arah vertikal dan bagian muka kurang.

Prognosa:

1. Dental baik.

2. Skeletal tidak menguntungkan.

3. Deep overbite karena kalsifikasi yang jelek dari alveolaris dan basal bone biasanya jelek.

METODE KESLING

Adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan atau menyusun suatu lengkung

gigi dari model aslinya dengan membelah atau memisahkan gigi-giginya, kemudian disusun kembali

pada basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai

posisi aksisnya. Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk

menentukan diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus secara

individual.

• Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis maka disebut : DIAGNOSTIC SET UP MODEL

• Karena model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebut merupakan gambaran suatu

hasil perawatan maka disebut : PROGNOSIS SET UP MODEL

Prosedur:

1. Siapkan model kasus RA & RB.

Page 11: Ortho, IKGM, OM

2. Fiksasi pada okludator yang sesuai, dengan dibuat kedudukan basis dari model sejajar dengan

bidang oklusal (model RB).

3. Pemeriksaan Sefalometri

Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat kuantitatif terhadap

bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi tentang pola kraniofasial. Manfaat

sefalometri radiografik adalah:

a. Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

Dengan membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang berbeda,

untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

b. Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab maloklusi

(seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).

c. Mempelajari tipe fasial. Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat dengan tipe fasial.

Ada 2 hal penting yaitu :

(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan

(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk profil : cembung, lurus

atau cekung.

d. Merencanakan perawatan ortodontik.

Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan

hasil perawatan ortodontik yang dilakukan.

e.Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat.

Dengan membandingkan sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan

ortodontik.

Analisis fungsional.

Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan membandingkan posisi kondilus pada sefalogram

yang dibuat pada waktu mulut terbuka dan posisi istirahat.

TEKNIK SEFALOMETRI RADIOGRAFIK

1. AlatAlat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari sefalostat atau

sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang berisi film dan layar

pengintensif (intensifying screen).

Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar pengintensif

digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan. Bagian dari sefalometer yang

diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala

pasien. Tabung sinar harus dapat menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus

jaringan keras dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak. Dikenal 2 macam

sefalometer, yaitu:

a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga objek tidak perlu

bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior.

Page 12: Ortho, IKGM, OM

b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat berputar

sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam proyeksi yang diperlukan.

Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini yaitu Rotating type.

2. Teknik pembuatan dan penapakan sefalogram

a. Teknik pembuatan sefalogram

• Proyeksi lateral atau profil

Proyeksi lateral dapat diambil pada subjek dengan oklusi sentrik , mulut terbuka atau istirahat. Kepala

subjek difiksir pada sefalometer, bidang sagital tengah terletak 60 inci atau 152,4 cm dari pusat sinar

X dan muka sebelah kiri dekat dengan film. Pusat berkas sinar X sejajar sumbu transmeatal (ear rod)

sefalometer. Jarak bidang sagital tengah-film 18 cm. FHP (Frankfurt Horizontal Plane) sejajar lantai,

subjek duduk tegak, kedua telinga setinggi ear rod.

• Proyeksi postero-anterior/frontal

Pada proyeksi postero-anterior tube diputar 90o

• Oblique sefalogram sehingga arah sinar X tegak lurus sumbu transmeatal.

Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 45 dan 135 terhadap proyeksi lateral. Arah

sinar X dari belakang untuk menghindari superimposisi dari sisi mandibula yang satunya. FHP sejajar

lantai. Oblique sefalogram sering digunakan untuk analisis subjek pada periode gigi bercampur.

b. Teknik penapakan sefalogram Analisis sefalometri radiografik dibuat pada gambar hasil penapakan

sefalogram. Acetate matte tracing paper (kertas asetat) tebal 0,003 inci ukuran 8×10 inci dipakai

untuk penapakan sefalogram. Kertas asetat dilekatkan pada tepi atas sefalogram dengan Scotch tape

(agar dapat dibuka apabila diperlukan), kemudian diletakkan di atas iluminator (negatoscope).

Penapakan sefalogram dianjurkan menggunakan pensil keras (4H) agar diperoleh garis-garis yang

cermat dan tipis.

Bagian-bagian yang perlu ditapak pada sefalogram lateral antara lain:

Bagian 1:

Profil jaringan lunak

• Kontur eksternal kranium

• Vertebra servikalis pertama dan kedua

Bagian 2:

• Kontur internal kranium

• Atap orbita

• Sella tursika atau fossa pituitari

• Ear rod

Bagian 3:

• Tulang nasal dan sutura frontonasalis

• Rigi infraorbital

• Fisura pterigomaksilaris

• Spina nasalis anterior

• Spina nasalis posterior

• Molar pertama atas dan insisivus sentralis atas

Page 13: Ortho, IKGM, OM

Bagian 4:

• Simfisis mandibula

• Tepi inferior mandibula

• Kondilus mandibula

• Mandibular notch dan prosesus koronoideus

• Molar pertama bawah dan insisivus sentralis bawah

KELEMAHAN SEFALOMETRIK

1. Kesalahan sefalometer Kesalahan sefalometer meliputi:

a. Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering dilakukan yaitu posisi subjek tidak

benar, waktu penyinaran tidak cukup, penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat

diatasi dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.

b. Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap film maka semakin sejajar

arah sinar X sehingga distorsi dan pembesaran semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek

semakin kecil terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik pemotretan

yang benar.

2. Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan

a. Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang terlatih atau kurangnya

pengetahuan tentang anatomi atau referensi sefalometrik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan

dan pengalaman.

b. Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena pengukuran 3 dimensi menjadi 2

dimensi, kesalahan interpretasi perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan.

4. Rencana perawatan 

Menurut Andresen (1920), Aktivator adalah pesawat fungsional yang bersifat fisologis karena tidak

menggunakan atau menghasilkan kekuatan-kekuatan mekanis tetapi melanjutkan kekuatan fungsional

dari otot-otot di sekitar mulut ke tulang gigi-gegi dan alveolus, rahang dan persendian rahang.

Aktivator ada beberapa macam antara lain aktivator yang dibuat oleh Robin, Andresen, Harvold dan

Vargervik. Aktivator Robin dan Andresen pada dasarnya mempunyai efek dan fungsi yang sama,

mereka menekankan pada penutupan muskulus, Aktivator disebut juga pesawat dari Andresen.dan

Haupl atau pesawat dari Norwegia oleh karena ditemukan oleh Andresen dan Haupl dari Norwegia,.

Karena rahang atas dan rahang bawah bersatu disebut juga monoblok.

Sifat-sifat :

a. Fungsional fisiologis

Melanjutkan tekanan fungsional otot-otot lidah, bibir, muka, pengunyahan, yang memberi

rangsangan secara pasif terhadap gigi dan alveolus, jaringan periodontal, dan persendian rahang.

b. Fungsional Orthopedik

Perubahan yang dihasilkan sebagian besar terjadi pada tulang rahang dan persendian. Perubahan

disekitar gigi dan jaringan pendukung gigi terjadi secara masal.

c. Pasif

Tidak menghasilkan gaya secara aktif tetapi mengapung diantara gigi-gigi, yang secara pasif

meneruskan tekanan otot-otot muka dan pengunyahan

Page 14: Ortho, IKGM, OM

Menurut Andresen dkk, dengan merubah kedudukan mandibula ke anterior, akan menimbulkan suatu

refleks kontraksi otot-otot masseter, temporalis pterygoideus dan supra hyoideus. Rangsangan otot-

otot pengunyahan tersebut dilanjutkan oleh aktivator ke gigi, jaringan pendukung gigi, rahang dan

persendian rahang. Gerakan gigi dihasilkan oleh tarikan otot-otot pengunyah yang berusaha untuk

mengembalikan mandibula ke kedudukan istirahat.

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA PEMAKAIAN AKTIVATOR

1. Perubahan dento alveolair, dalam arah

• Antero posterior

Terjadi pergeseran gigi-gigi posterior maupun anterior sehingga terjadi perubahan oklusi menjadi

relasi klas I Angle, dari Klas II Angle atau Klas III Angle Gigi-gigi bergerak ke arah ruangan pada pelat

yang sebelumnya telah dikurangi.

• Vertikal atau ekstrusi pada gigi-gigi posterior karena pelat sebelah oklusal gigi-gigi posterior maksila

dan mandibula telah dikurangi.

• Lateral atau ekspansi

Disini lengkung gigi bertambah lebar. Apabila penderita menggerakkan mandibula ke kiri, aktivator

akan menekan dinding maksila kiri dan dinding lingual mandibula sebelah kanan, demikian juga

sebaliknya hal ini berefek melebarkan tulang rahang.

• Intrusi gigi-gigi anterior RB apabila gigi-gigi tidak protrusi yang berlebihan.

2. Perubahan artikulasi rahang

Menurut Korkhaus (Tulley, 1972), terjadi perubahan condylus yaitu pada cartilago yang merupakan

pusat pertumbuhan mandibula. Terjadi rangsangan pertumbuhan pada condylus dan menggerakkan

mandibula secara bodily ke anterior

Penambahan pertumbuhan condylus adalah karena antara gigi-gigi posterior maksila dan mandibula

terdapat pelat Aktivator yang berjarak lebih besar dari jarak inter-oklusal.

KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN PEMAKAIAN AKTIVATOR

1. Tidak ada kerusakan jaringan alat pengunyahan

2. Tidak ada tekanan pertumbuhan normal dari arkus dentalis dan rahang dan tidak ada hambatan

pembetulan posisi suatu anomali

KERUGIAN-KERUGIAN PEMAKAIAN AKTIVATOR

1. Untuk pasien yang tidak kooperatif, perawatan tidak berhasil.

2. Hanya dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu.

Contoh : pada kasus gigi berjejal berat tidak dapat digunakan.

BAGIAN-BAGIAN AKTIVATOR :

a. Plat dasar

b. Plat oklusal

Pada RA menutupi permukaan oklusal gigi-gigi posterior sebatas fissura dan incisal gigi-gigi anterior.

Pada RB menutupi seluruh permukaan oklusal gigi-gigi posterior dan incisal gigi-gigi anterior.

c. Guide wire

Lengkung Labial pada Aktivator disebut juga Guide Wire ada 3 macam:

1) Maxillary Guide Wire

2) Mandibulary Guide Wire

3) Intermaxillary Guide Wire

Page 15: Ortho, IKGM, OM

Pemakaian macam Guide Wire tergantung dari tujuan perawatan, misalnya Untuk Maloklusi Angle Klas

I : Maxillary Guide wire atau Mandibulary Guide Wire atau keduanya, sedangkan Maloklusi Angle Klas II

: Maxillary Guide Wire atau Maxillary Guide wire dengan Mandibulary Guide wire; Maloklusi Angle Klas

III : Intermaxillary Guide wire atau Mandibullary Guide Wire. Basis Guide wire terletak pada daerah

embrasure antara C dan P1

LAMA PEMAKAIAN AKTIVATOR :

RA, ditengah-tengah plat oklusal, dengan tujuan tidak mengganggu pengurangan plat pada waktu

penyesuaian atau pengurangan Aktivator.

Menurut Schwartz dan Groutzinger (1966), pemakaian aktivator pada maloklusi klas II divisi 1 adalah 2

– 2 ½ tahun, dipakai terus menerus pada malam hari (minimal 7 jam/hari) dan dilanjutkan pemakaian

retainer aktivator selama 1 tahun.

PROSEDUR PEMBUATAN AKTIVATOR

1. Pembuatan Gigitan kerja

2. Fiksasi articulator untuk pembuatan Aktivator khusus yaitu Tripoid.

3. Pembuatan Guide Wire

4. Pembuatan model malam

a. Plat dasar Rahang Atas

b. Plat dasar Rahang Bawah

c. Tanam Guide Wire

d. Plat dasar Rahang Atas dan Rahang Bawah disatukan.

5. Try-in

6. Inbed dalam cuvet

7. Pengisian Akrilik

8. Insersi

E K S P A N S I

Dalam melakukan perawatan ortodontik sering sekali diperlukan penambahan ruang untuk mengatur

gigi-gigi yang malposisi, sehingga setelah perawatan gigi-gigi dapat tersusun dalam lengkung yang

baik.

Tergantung pada jumlah kekurangan ruang yang diperlukan untuk mengatur gigi-gigi yang malposisi

tersebut, dapat dilakukan :

1. Grinding/ slicing/ stripping pada gigi-gigi anterior

2. Melebarkan ( ekspansi ) perimeter lengkung gigi

3. Kombinasi antara ekspansi lengkung gigi dan grinding gigi-gigi anterior

4. Pencabutan satu atau beberapa gigi.

Pelebaran dengan alat ekspansi dapat dilakukan secara ortodontik ( pelebaran lengkung gigi ) maupun

ortopedik ( pelebaran lengkung basal ).

Pelebaran lengkung gigi sangat efektif dilakukan pada periode gigi bercampur, waktu sutura palatina

belum menutup dan pertumbuhan pasien masih aktif sehingga selain lengkung gigi ( lengkung koronal

) melebar, maka lengkung basal juga mengalami pelebaran. Pada periode gigi permanen hanya dapat

dilakukan perubahan inklinasi gigi saja, yaitu melebarkan lengkung gigi tanpa diikuti pelebaran

lengkung basal..

Macam alat ekspansi

Page 16: Ortho, IKGM, OM

a. Berdasarkan cara pemakaiannya alat ekspansi dapat bersifat:

1. Fixed/ cekat, misalnya RME ( Rapid Maxillary Expansion )

2. Semi cekat, misalnya Quad Helix.

3. Removable/ lepasan, misalnya plat ekspansi

b. Berdasarkan pergerakan/ reaksi jaringan yang dihasilkan :

1. Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortodontik , misalnya : plat ekspansi

Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortopedik, misalnya RME.

RAPID MAXILLARY EXPANSION

Alat ini bersifat cekat, menghasilkan pelebaran arah lateral, paralel dan simetris, digunakan untuk

melakukan pelebaran lengkung basal pada periode gigi bercampur. RME terdiri dari cincin stainless

yang disemenkan pada gigi-gigi molar satu desidui atau premolar satu dan gigi molar satu permanen

kanan dan kiri, dihubungkan dengan sekrup ekspansi yang mempunyai daya pelebaran yang besar.

Dengan alat ini terjadi pelebaran sutura palatina mediana ke arah lateral dan lengkung gigi bergerak

secara bodily.

Indikasi perawatan dengan ekspansi

1. Gigitan silang anterior ( anterior crossbite )

2. Gigitan silang posterior ( posterior crossbite ) bilateral atau unilateral

3. Lengkung gigi atau lengkung basal yang sempit yang disebabkan pertumbuhan ke arah lateral

kurang

4. Adanya “ space loss “, sebagai akibat pergeseran gigi molar permanen ke mesial pada pencabutan

gigi desidui terlalu awal ( premature loss )

5. Adanya gigi depan berjejal yang ringan, dengan diskrepansi lengkung gigi 4 – 6 mm.

QUAD HELIX

Alat ini bersifat semi cekat, dapat menghasilkan gerakan paralel simetris atau asimetris maupun

gerakan non paralel simetris atau asimetris, tergantung kebutuhan. Semi cakat, karena sebagian

dapat dilepas untuk diaktifkan ( bagian ekspansif yang terbuat dari kawat stainless steel diameter 0,9

mm ) dan cincin yang dipasang cekat dengan semen pada kedua gigi molar pertama. Pelebaran

lengkung gigi diperoleh dengan cara mengaktifkan coil, lengan helix ataupun palatal bar, tergantung

arah pelebaran yang diharapkan.

PLAT EKSPANSI

Plat ekspansi merupakan alat ortodontik lepasan yang sering digunakan pada kasus gigi depan berjejal

yang ringan. Kekurangan ruang guna mengatur gigi-gigi tersebut diperoleh dengan menambah

perimeter lengkung gigi menggunakan plat ekspansi. Pada pasien dewasa, pelebaran yang dihasilkan

merupakan gerakan ortodontik, yaitu hanya melebarkan lengkung gigi dengan cara tipping, merubah

inklinasi gigi.

Sifat plat ekspansi

1. Lepasan atau removable : alat bisa dipasang dan dilepas oleh pasien

2. Aktif : mempunyai sumber kekuatan untuk menngerakkan gigi, yaitu sekrup ekspansi atau coffin

spring, atau pir-pir penolong ( auxilliary spring ).

3. Mekanis : merubah posisi gigi secara mekanis

4. Stabilitas tinggi : alat tidak mudah lepas, karena retensi yang diperoleh dari Adams clasp atau

Page 17: Ortho, IKGM, OM

Arrowhead clasp serta verkeilung dari plat dasar yang menempel pada permukaan lingual atau

palatinal gigi.

Elemen-elemen plat ekspansi

Plat ekspansi terdiri dari :

1. Plat dasar akrilik

2. Klamer yang mempunyai daya retensi tinggi, misalnya Adam’s clasp atau Arrowhead clasp.

3. Elemen ekspansif, dapat berupa sekrup ekspansi maupun coffin spring

4. Busur labial ( labial arch )

5. Kadang dilengkapi juga dengan spur atau taji, tie-bar dan pir-pir penolong ( auxilliary spring ).

Macam – macam plat ekspansi A. Ekspansi arah lateral

1. Paralel :

a. simetris

b. asimetris

2. Non paralel ( radial ) :

a. simetris

b. asimetris

B. Ekspansi arah antero-posterior ( Schwartz plate )

1. Pergerakan ke distal gigi-gigi posterior

2. Pergerakan ke labial atau proklinasi gigi-gigi anterior

Untuk plat ekspansi rahang bawah yang paralel dan simetris, sekrup diletakkan di garis tengah

sebelah lingual gigi-gigi anterior.Sumbu panjang sekrup paralel dengan bidang oklusal dan tegak lurus

terhadap garis tengah. Plat tidak boleh terlalu tebal dan dalam karena dapat mengganggu gerakan

lidah yang dapat mengurangi stabilitas alat. Retensi diperoleh dengan pemasangan Adams clasp pada

gigi-gigi premolar dan molar bawah..

telah diterangkan dimuka bahwa plat ekspansi sangat efektif digunakan untuk perawatan pada

periode gigi bercampur karena pertumbuhan tulang masih aktif, sehingga selain dapat dilakukan

pelebaran lengkung gigi juga dapat terjadi pelebaran tulang basal. Pada pasien dewasa hanya terjadi

pelebaran pada coronal arch ( leng-kung gigi ) tanpa diikuti oleh pelebaran lengkung basal.

Untuk melakukan ekspansi pada pasien dewasa perlu diperhatikan beberapa hal antara lain: Jika

menurut perhitungan metode Pont didapatkan pertumbuhan lengkung gigi tidak mencapai normal

( istilah umum : kontraksi ).

a. Jika indeks Howes menujukkan :

- inter tonjol P1

- inter fossa canina antara 37% – 44%. antara 36% – 43%

Jadi jarak interfossa lebih besar dari jarak intertonjol bukal P1. Secara klinis atau pada model studi

terlihat inklinasi gigi P1

b. Jika terdapat diharmoni rahang, yaitu dalam keadaan oklusi menunjukkan adanya penyempitan

salah satu rahang dibandingkan dengan lengkung gigi antagonisnya. condong ke palatinal ( conver-

gen ).

Page 18: Ortho, IKGM, OM

3. Perawatan ortodontik dengan melebarkan lengkung gigi/ rahang menggunakan alat ekspansi harus

dilakukan over expansion untuk mengatasi relaps yang mungkin terjadi. Hal ini disebabkan tertariknya

serabut-serabut periodontal yang sangat elastis sewaktu dilebarkan, serabut-serabut tersebut akan

mengkerut kembali sehigga kemungkinan terjadinya relaps sangat besar.

 Mei 5, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Page 19: Ortho, IKGM, OM

Kategori: my DENTIST diary

Laporan Tutorial : Hukum Dan Etika   Kedokteran      

 

1 Vote

1.Latar Belakang

Andi pergi ke drg. Aziz untuk mencabut gigi geraham belakangnya. Karena saat mencabut lama dan

sakit sekali, setibahnya dirumah Andi bercemin untuk melihat bekas pencabutan gigi

tersebut.Ternyata gigi yang dicabut bukan gigi gerahamnya. Merasa kesal dan dirugikan Andi

menuliskan pengalamannya di surat pembaca sebuah surat kabar. Andi juga mendatangi PDGI untuk

melaporkan drg. Aziz.Saat ini drg. Aziz sedang mengurus perpanjangan surat izin prakteknya yang

telah habis.

2.Batasan Topik

Adapun yang menjadi batasan topik pada diskusi kelompok Modul A Pemicu II ini, yaitu meliputi :

1. Pengertian PDGI

2. Tugas dan Wewenang PDGI

3. Fungsi surat izin praktek ( SIP )

4. Cara mendapatkan dan memperpanjang surat izin praktek ( SIP )

5. Tindakan PDGI dalam menindak lanjuti kasus

6. Mengapa msyarakat dapat melaporkan dokter ke PDGI

7. Pelanggaran beserta saksi dalam kedokteran

8. Profesi kedokteran

9. Standar Profesi kedokteran Dan Hukum kedokteran

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian PDGI

• PDGI ( Persatuan Dokter Gigi Inonesia )

Merupakan satu-satunya Organisasi profesi yang menghimpun dokter gigi di Indonesia. PDGI didirikan

pada tanggal 22 Januari 1950 di Hotel Savoy Homannbandung dan kini telah berusia lebih dari 50

tahun. Pengurus Besar PDGI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta dan saat ini

memiliki 14 Pengurus Wilayah dan 188 pengurus Cabang di tingkat kabupaten/kota, Jumlah dokter gigi

yang terdata sampai februari tahun 2009 mencapai kurang lebih 19 juta.

Adapun Jaringan PDGI di tingkat Internasional, Yaitu :

a. APDF/APRO (Asian Pacific Dental Federation/Asian Pacific regional Organization)

b. FDI (Federation dentaire Internationale)-Organisasi Dokter Gigi se-dunia

Sedangkan Tujuan PDGI :

• Menyumbangkan darma baktinya demi kepentingan bangsa dan negara.

• Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut serta kesehatan umum dalam rangka menunjang

kesejahteraan rakyat Indonesia

• Memajukan ilmu kedokteran gigi dalam arti yang seluas-luasnya

Page 20: Ortho, IKGM, OM

2.Tugas dan Wewenang PDGI

Wewenang PDGI Wilayah :

•Membina dan mengadakan hubungan dengan semua aparat pemerintah,organisasi profesi yang ada

khususnya yang berkaitan dengan pengembangkan kebijakan dalam program-program kesehatan

yang mempunyai tujuan yang sama.

•Melaksanakan keputusan kongres,rakernas,rakerwil dan bertanggung jawab pada rapat umum

anggota wilayah dan pengurus besar.

•Memberikan mandat kepada peserta utusan kongres

•Memberikan laporan kepada pengurus besar tentang hasil yang dilakukan minimal 1 x dalam setahun

•Membangun kapasitasi sebagai Organisasi yang profesional

•Menggalang seluruh kesatuan anggota dalam menjalankan program PDGI.

•Melakukan Pembinaan mengenai pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi

PDGI berada dibawah naungan KKI yang memiliki tugas dan wewenang tentang :

Tugasnya :

a. Melakukan registrasi dokter/dokter gigi mengesahkan standar pendidikan dokter/dokter gigi

b. Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktek kedokteran yang dilakukan bersama

lembaga terkait sesuai fungsinya masing-masing

Wewenangnya :

a. Menyetujui/Menolak surat tanda registrasi dokter/dokter gigi

b. Menerbitkan/mencabut surat tanda registrasi dokter/dokter gigi

3. Fungsi Surat Izin Praktek ( SIP )

SIP adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter/dokter gigi yang akan menjalankan

praktek kedokteran setelah memenuhi persyaratan.

UU dalam praktek kedokteran dalam beberapa pasalnya mengatur tentang kewajiban-kewajiban

administrasi yang harus dipenuhi oleh setiap dokter/dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek

kedokteran Indonesia.

Fungsinya :

• Sebagai salah satu persyaratan/bukti seorang dokter/dokter gigi dalam menjalankan praktek

• Sebagai bukti bahwa praktek yang dilaksanakan bersifat legal

• Sebagai kekuatan hukum apabila terjadi kasus yang tidak diinginkan

• Untuk menyatakan batasan wilayah dimana seorang dokter tersebut bertugas

• Untuk mengetahui berkompetens seorang dokter dan dokter gigi dalam pelayanan medis

• Agar dokter dan dokter gigi dapat mengamalkan praktek dan pengetahuan ilmu kedokterannya

untuk kepentingan masyarakat secara resmi

Kewajiban administrasi tersebut antara lain ;

• Kewajiban memiliki surat tanda registrasi (STP) dan surat izin praktek (SIP) dokter/dokter gigi

• Kewajiban memiliki SIP diatur dalam pasal 36 bunyinya ;

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktek kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat

Izin Praktek

Sedangkan menurut Permenkes No.512/menkes/per/IV/2007 mengenai izin praktek dan pelaksaan

praktek kedokteran,

Bab 2 pasal2 ayat (2) untuk memperoleh SIP,dokter dan dokter gigi yang bersangkutan harus

mengajukan permohonan kepada kepala Dinkes Kab/Kota tempat praktek kedokteran yang

dilaksanakan dengan melampirkan :

• Fotocopy surat tanda registrasi dokter/dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisir asli oleh KKI yang

berlaku

Page 21: Ortho, IKGM, OM

• Sure pernyataan mempunyai tempat praktek/surat ketermagangan dari sarana pelayanan kesehatan

sebagai tempat praktiknya

• Surat rekomendasi dari organisasi profesi,sesuai tempat praktek

• Pasfoto berwarna ukuran 4×6 sebanyak 3 lembar dan 3×4 sebanyak 2 lembar.

4.Cara Mendapatkan dan Memperpanjang SIP

Cara Mendapatkan SIP sesuai dengan pasal 7 ayat (3),SIP diberikan oleh menteri/pejabat yang ditunjuk

setelah memenuhi persyaratan.

SIP diberikan oleh menteri/pejabat setelah memenuhi syarat :

• Memiliki STR

• Memiliki tempat praktek

• Memiliki rekomendasi organisasi profesi

• Memiliki surat penugasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

• Memiliki surat penugasan/keputusan penempatan yang dikeluarkan oleh

depkes/depdikbud/dephankam dalam rangka pelaksanaan masa bakti

• Memiliki kemampuan Jasmani dan rohani untuk menjalankan pekerjaan doktet dan dokter gigi

• Hanya diberikan paling banyak 3 tempat

• Satu SIP hanya berlaku untuk 1 tempat praktek

• SIP diberikan dengan memperhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan,penyebaran dokter dan

dokter gigi

Cara memperpanjang SIP :

Dengan berlakunya UUPK NO. 29 tahun 2004 yang mewajibkan dokter mengumpulkan angka keredit

(SKP), bila ingin memperpanjang STR dokter harus mengikiti acara ilmiah dengan tekun, SKP dan STR

adalah syarat perpanjangan SIP.

• seorang dokter wajib mengikuti min 15 x seminar setara dengan 30 SKP

• SIP berlaku selama 5 tahun disertai rekomendasi IDI dan diberikan 3 tempat praktek

• Pembaruan SIP tiap 5 tahun mengikuti standar Internasional

5.Tindakan PDGI Dalam Menindak Lanjuti Kasus

Apabila seseorang mengetahui atau merasa dirugikan atas tindakan dokter/dokter gigi dalam

menjalankan praktek kedokteran maka orang tersebut bisa melaporkan masalahnya ke PGDI.

Selanjutnya PDGI akan melanjutkan pelaporan tersebut ke MKEKG.

Pelaporan ke MKEKG berupa laporan tertulis (Identitas pelapor/ pasien, nama dan tempat

praktek,waktu,tindakan dilakukan atas tindakan pengaduan dan kronologis, pernyataan tentang

kebenaran pengaduan)

MKEKG membutuhkan identitas pelapor untuk mendapatkan info yang cukup,untuk melakukan

investigasi dan untuk melakukan pemeriksaan oleh majelis.

Setelah itu pengaduan akan ditanda tangani oleh majelis pemeriksa awal, pemeriksa awal oleh MPA

untuk menentukan kewenangan MKEKG terhadap pengaduan tersebut.

Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan oleh majelis pemeriksa disiplin (MPD) => Pemeriksaan

proses pembuktian.

Jika dokter gigi teradu dinyatakan melanggar disiplin kedokteran gigi, maka sanksi disiplin dalam

keputusan MKEKG dapat berupa :

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP

3. Kewajiban mengikuti pendidikan di Instansi kedokteran gigi

Page 22: Ortho, IKGM, OM

6. Mengapa Masyarakat Dapat Melaporkan Dokter ke PDGI

Pertama PDGI melaporkan masalah tersebut ke MKEKG,MKEKG yang mempunyai wewenang dalam

mengatasi masalah karena Sesuai dengan UU RI No. 29 tahun 2004,pengaduan pasal 66 ayat 1 :

Setiap orang yang mengetahui kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter/dokter gigidalam

menjalankan praktek kedokteran dapat mengadukan secara tertulis pada ketua MKDKI yang

keputusannya akan diambil oleh MKDKI mengangkat dokter dan dokter gigi dan KKI dan bisa

dikenakan ketentuan pidana sesuai pasal 75 ayat 1 :

Setiap dokter/dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktek kedokterantanpa memiliki STR

sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat 1 dipidana penjara paling lama 3 tahun/didenda paling

banyak 100 juta

Dalam pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :

a. Identitas pengaduan pasien

b. Nama dan alamat tempat praktek dokter/dokter gigi

c. Waktu tindakan dilakukan

d. Alasan pengaduan

e. Alat bukti bila ada

f. Pernyataan tentang benar pengaduan

Adapun Tugas MKEKG adalah :

Mengirim pengaduan,memeriksa,memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter/dokter gigi yang

diajukan

Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

7.Pelanggaran Beserta Sanksi Dalam Kedokteran

Pasal 32 : Sanksi dilaksanakan oleh pengurus PDGI sesuai keputusan MKEKG

3 sanksi berupa :

1.Peringatan lisan berlaku paling lama 6 bulan

2.Peringatan tertulis paling lama 6 bulan

3.Penekanan rekomendasi PDGI untuk mendapatkan SIP paling lama 12 bulan

Bentuk Sanksi pelanggaran :

1.Teguran/tuntutan secara lisan/tulisan berlaku paling lama 6 bulan

2.Penundaan kenaikan gaji/pangkat

3.Penurunan gaji/pangkat setingkat lebih rendah

4.Dicabut izin praktek dikantor sementara/selama-lamanya

5.Pada kasus pelanggaran etikolegal (pelayanan dibawah standar,pelecehan dll), diberikan hukuman

sesuai peraturan kepegawaianyang berlaku dan diproses ke pengadilan

6.Kewajiban mengikuti pendidikan/pelatihan di Institusi pendidikan/kedokteran/dokter gigi

•Setiap dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktek kedokteran tanpa memiliki

STR dan SIP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda banyak seratus juta

•Ancaman pidana terhadap dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja menyelenggarakan praktek

kedokteran tanpa memasang papan nama praktek dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

tahun atau denda paling banyak 50 Juta

•Ancaman pidana terhadap dokter dan dokter gigi dengan sengaja tidak membuat rekaman medis

diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak 50 juta

Sanksi PDGI :

-KOmisi kehormatan disiplin kedokteran gigi

-KKI

Page 23: Ortho, IKGM, OM

-Sanksi

Berupa : 1. Administratif

2. Hak Regresi

3. Perdata/ Pidana

(UU praktek kedokteran gigi No.29 tahun 2004)

Penegak Hukum :

- Perdata : KUH perdata 1365,1366,1371

- Pidana : KUHP 359

8.Profesi Kedokteran

Adapun definisi awal profesi, Yaitu :

Profesi Merupakan

•Kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan

keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia

Pemakaian keterampilan dengan cara yang benar dan keahlian yang tinggi

•Hanya dapat dicapai melalui penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup luas,mencakup sifat

manusia,kecendrungan sejarah dan lingkungan hidupnya

•serta,Disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang

profesi

Profesi memiliki 3 ciri Utama :

1.Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ektensif sebelum memasuki sebuah profesi

2.Pelatihan tersebut meliputi komponen Intelektual yang signifikan

3.Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat

3 ciri tambahan Profesi :

1.Ada proses lisensi atau sertifikat

2.Ada Organisasi

3.Ada Otonomi dalam pekerjaannya

Profesi Kedokteran dan Dokter gigi :

Suatu pekerjaan/profesi kedokteran dan dokter gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu ke

Ilmuwan,kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang diperolehnya dimasa pendidikan guna

pekerjaannya menyediakan atau memberikan pelayanan kepada masayarakat.

9.Standar Profesi kedokteran dan Hukum Kedokteran

Standar Profesi kedokteran dan Dokter Gigi, Yaitu :

1.Ketelitian

2.Sesuai ukuran medic

3.Kemampuan rata-rata

4.Sikon yang sama

5.Sarana upaya

Adapun Standar Umum profesi kedokteran dan dokter gigi, Yakni :

Mempunyai sikap dan perilaku Insani pancasarjana dan menjujung tinggi etika kedokteran Indonesia

Mempunyai kompetensi untuk memberikan pelayanan dan memimpin Lab. Klinik secara professional

Mampu mengembnagngkan Ilmu pengetahuan dan keterampilan

Mampu mengembnagkan pengetahuan,keterampilan dalam memimpin Lab.Klinik secara mandiri

sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

Memiliki pengetahuam,keterampilan,sikap prosfesional dalam mendidik dan melaksanakan penelitian

maupun apresiasi atas

Page 24: Ortho, IKGM, OM

hasil penelitian

Hukum : Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam

mengatur pergaulan hidup,tata tertib dalalm masyarakat dan harus ditaati Juga merupakan batasan-

batasan bertindak bagi seorang dokter atau dokter gigi. Hukum disusun oleh badan pemerintah,

bebentuk undang-undang, berlaku untuk umum, bentuk sanksi berupa tuntutan, bukti pelanggaran

perlu bukti fisik, dan diselesaikan di pengadilan.

Hukum Kedokteran merupakan bagian dari Hukum Kesehatan yaitu menyangkut asuhan pelayanan

kedokteran yang berisikan tentang aturan-aturan pelayanan kesehatan dan saksi untuk

pelanggarannya.

BAB III

PENUTUP

Rangkuman

•Jadi Pelanggaran yang terjadi dalam kasus Ini karena kurangnya standar profesi kedokteran/dokter

gigi yang berupa :

1.Ketelitian

2.Sesuai ukuran medic

3.Kemampuan rata-rata

4.Sikon yang sama

5.Sarana upaya

•Sintesa

Segala bentuk tindakan maupun pelanggaran dalam bidang hukum dan profesi kedokteran harus

diselesaikan melalui prosedur etik dan hukum kedokteran yang berlaku agar tidak merugikan berbagai

pihak.

REFERENSI

• http://www.google.com

• http://Ippm-aceh.org

• http://www.inam.org/v4/download.php

• Artikel dalam Internasional Enclopedia pf Education

• hukum kedokteran.2009.www.google.com.

• Standar profesi kedokteran.pdf

 Mei 3, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary, Uncategorized

Tentang Dunia Perkuliahanku   :)      

 

Rate This

Tentang hari ini ..

 

Page 25: Ortho, IKGM, OM

Saya rasa bukan namanya anak kedokteran Gigi jika setiap harinya,,setiap waktunya tidak  di hantui

dengan tugas—praktikum—tutorial ..—“

Yang kalo lagi praktikum ..bawaannya sudah kayak anak jualan gorengan pke box segala ,,kalo liat

isinya kayak tukang amplas, tukang semen deh –_–

Hari ini sesuai jadwal yang ada ..tutorial DK2 di layo lagi lagi hoaammm –___– capek juga lama-lama

hidup nomaden layo-palembang-layo ..

Kemaren waktu DK1 fasilitatornya bilang sih minggu depan tepatnya hari ini fasilitator akan digantikan

sama dokter yang paling manisss yang mampu buat teman cwe kampus ku klepek-klepek karena

kebaikannya ..dan wajahnya yang kayak gula arennn ituu lho u,u..jadinya saya agak santaian dikitlah

buat nulis logbook yang seabrek itu –___–..tapi entah karena ikut-ikutan cuaca yang dari pagi sudah

hujan ajee ,,ternyata bukan dokter gula aren  itu yang menjadi fasilitator kami ..oo *musibah bagi

nasib logbook saya yang tak ada tempelan gambaran berwarna sedikitpun

Lalu spontan Langsung ekspresi wajah berubah waktu tau yang gantiin itu dokter cantik yang maunya

pke bahasa Indonesia formal kalo ngomng ..baik sih dokternya ga banyak macem tapii spontan yang

tadinya kelompok C nyantai jadi dibuat sedikit tegang…dokternya pke pasang muka badmood gthu

juga ..-___-

 

It’s my problem kalo dari awal udah niatnya santai ,,feel nya udah males-malesan ..satu per satu

bahasan Learning Issue udah di bahas teman-teman dengan di ketuai oleh Lina (anaknya pendiam,

baek banget ,,pokoknya wanita idaman lah ,,apalagi suaranya lembut ditambah anaknya sholeha

*sekalian mau publish hhi )..back to my problem ..AKU MAU NGOMONG APAA teman-teman ???

Sambil lirik-lirikan sama wajah badmoodnya dokter itu..saya mulai baca-baca lagi apa yang telah saya

tulis dari jam 21-00 sampe jam 00-00..sudah tau lah tulisan gak tau mirip cacing jenis apa

lagi ..ditambah gak ngertiii sama bahannyaa T___T..

*al hasil dari toleh menoleh sama teman yang lain ..aku akhirnya bahas masalah tumbuh kembang

dentokraniofasial ..hhaha – yang aku taunya Cuma kalo dentokraniofasial itu berarti kan struktur

anatomis dimana dibagi aja jadi tiga istilah nya –dento-kranio-fasial –nah bearti hubungan antara gigi

geligi dengan rahang dan profil wajah ..nah dari gigi itu akan mempengaruhi bentuk wajah kita ..

Trus bahas dari kasusnya juga yang bilang kalo ni remaja 15tahun giginya berlebih ya jadi namanya

supernumerary ..done itu aja yang aku bahas hahha

Selesai bahas ..mulai timbul bosan,,males dengarin penjelasan lain hha ..emang dasar aku nya yang

gak mau lagi denger udah gak nyangkut tuh bahan di otakku ..

Saya salut sama teman-teman yang mau bnyak kasih tambahan bahan ..mereka rajin sekaliii aaa..aku

akuu akuu kpan yaa ?? haha

Seakan sadar dari lamunan itu ..tau-tau sudah sintesa aja nih ..itu artinya udah selesai tutorial kali

ini ..Alhamdulillah

Nah ini nih habis tutorial terbitlah laperr … oOOO 

 April 22, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary

Page 26: Ortho, IKGM, OM

Makalah Ilmiah Oral   Biologi      

 

Rate This

PERANAN SEL LAGERHANS ORAL MUKOSA IMMUNOPATOGENESIS pada PENYAKIT PERIODONTAL

ABSTRAK

        Oral Mukosa sangat berperan pada kesehatan di dalam rongga mulut karena pada keadaan

normal, integritasnya berfungsi untuk menahan penetrasi mikroorganisme.4 Daerah di dalam rongga

mulut pertemuan antara gingival dan gigi merupakan tempat yang sedikit rawan untuk perlekatan

mikroorganisme. Namun daerah ini mempunyai perlekatan epitel ke gigi yang baik sehingga pada

keadaan normal mikroorganisme tidak akan dapat masuk kedalam membran periodontal. Rongga

mulut merupakan jalan keluar masuk utamanya mikroorganisme, oleh karena itu sangat banyak faktor

yang terlibat dalam proses imun terhadap mikroorganisme yang pathogen. Lebih dari 300 spesies

bakteri dapat ditemukan sebagai mikrobiota di daerah subgingiva, dan hanya beberapa spesies yang

telah diketahui terlibat dalam proses inisiasi dan progresifitas penyakit periodontal [21]. Porphyromonas

gingivalis, Treponema denticola dan Bacteroidesforsythus merupakan bakteri periodontopathogen

yang sangat agresif. Infeksi bakteri periodontophatogen inilah yang dapat memicu sekresi

peningkatan inflamatory sitokin5, yang akan memicu timbulnya proses keradangan atau inflamatory.

Adanya akumulasi sel plasma dan limfosit di dalam jaringan periodontal, diduga sitokin dan sel

langerhans ikut berperan dalam perubahan patologik periodontal. IL-1 terdapat di dalam jaringan

gingival dan crevicular fluid, dan kadarnya turun setelah perawatan periodontal. Selain itu juga terjadi

peningkatan fibroblast prokolagen, Prostaglandin E2 (PGE2), dan aktivitas resorbsi tulang. Il-2 yang

menstimulasi aktivitas makrofag juga meningkat di dalam jaringan periodontal pada kondisi

periodontitis. Hasil akhir dari metabolisme bakteri periodotophatogen berupa berbagai macam asam

amino dan berbagai macam endotoksin, hemolisin, kolagenase dan berbagai macam protease juga

dapat menyebabkan kerusakan imunnoglobulin, faktor komplemen, dan heme-sequestering proteins :

suatu protein dari host yang dapat menahan kerusakan kolagen. Banyak faktor lain seperti respon

imun seluler lokal dan sistemik serta respon humoral sekretori lokal dan serum juga ikut berperan

dalam proses patogenase berbagai kelainan atau penyakit periodontal.

Kata kunci : oral mukosa, sel langerhans dan sistem imun terhadap penyakit periodontal.

ISI

Penyakit periodontal terdiri dari gingivitis dan periodontitis yang menggambarkan bentuk klinis dari

proses inflamasi yang di produksi oleh dental biofilm.2 periodontitis merupakan penyakit jaringan

penyangga gigi, disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dan mengakibatkan kerusakan progresif

pada ligamen periodontal dan tulang alveolar yang ditandai dengan adanya poket, resesi gingival atau

keduanya. Jenis periodontitis yang sering terjadi adalah periodontitis kronis yang di sebabkan oleh plak

dan kalkulus yang berkembang sangat lamabat dan biasanya menyerang pada orang dewasa atau

tua.4 Meskipun mekanisme pathogenesis belum jelas diketahui, konsep ini meyatakan bahwa

kerusakan jaringan periodontal lebih di sebabkan oleh ketidak seimbangan host bacterial ecosystem di

daerah sub gingival.3

Page 27: Ortho, IKGM, OM

                Endotoksin merupakan hasil dari metabolisme bakteri periodonpathogen yang akan merangsang

timbulnya matrix metalloproteinase, sehingga merangsang proses apoptosis pada sel tulang.

Apoptosis yang berlebihan akan menyebabkan resesi tulang tetap berlanjut meskipun plak dan

kalkulusnya sudah di bersihkan.24 Dengan adanya terapi periodontal terbaru yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya kerusakan tulang yang berlanjut dan merusak endotoksin. Terapi ini

menggunakan antibiotik dan antiseptic telah terbukti efektif untuk membunuh bakteri

periodontophatogen serta mengahambat terjadinya proses MMP.

Penyakit periodontal merupakan kondisi keradangan yang menyebabkan kerusakan secara perlahan-

lahan terhadap jaringan penyangga gigi. Matriks ekstraseluler, seperti kolagen, fibronectin dan

proteoglikan merupakan matriks yang penting dalam menjaga integritas struktural jaringan

penyangga gigi. Terjadinya kerusakan tulang pada jaringan periodontal yang bersifat

irreversible.bakteri periodontopathogen dan produknya dapat memicu respon inflamasi dan respon

imun pada host. Adanya inflamasi ini meningkatkan sekelompok enzim proteolitik yang disebut

dengan matrixmetalloproteinase (MMP) yang berperan besar terhadap timbulnya penyakit periodontal.

MMP merupakan protein yang bertanggung jawab terhadap remodeling dan degradasi komponen

matriks ekstraselluler. Keberadaan MMP dikontrol oleh sel lain seperti fibroblast dan makrofag, serta

distribusi tissue inhibitor of MMP (TIMP) yang tersebar pada jaringan dan cairan ekstrasel. MMP-1 dan

MMP-8 keduanya merupakan kolagenase; dimana MMP-8 dihasilkan oleh neutrofil danMMP-1 dihasilkan

oleh sel host, termasuk epitel, fibroblast dan makrofag. MMP diketahui juga diproduksi oleh PG dan AA.

Peran Sitokin dan Sel Lagerhans

Adanya akumulasi sel plasma dan limfosit di dalam jaringan periodontal,diduga sitokin dan sel

Lagerhans ikut berperan pada perubahan patologik periodontal. IL-1 terdapat di dalam jaringan

gingiva dan crevicular fluid, dan kadar keduanya turun setelah perawatan periodontal. Selain itu juga

terjadi peningkatan fibroblas prokolagen, prostaglandin E2 (PGE2), dan aktivitas resorbsi tulang. IL-2

yang menstimulasi aktivitas makrofag juga meningkat di dalam jaringan periodontal pada kondisi

periodontitis. Demikian juga dengan IL-4 yang berperan dalam mengaktivasi proliferasi dan

diferensiasi sel B, pertumbuhan selT, fungsi makrofag, serta pertumbuhan sel mast kadarnya juga

meningkat selama periodontitis. IL-6 yang menginduksi produksi antibodi, kadarnya meningkat pada

peradangan gusi (gingivitis) dan berperan pada resorbsi tulang. 5

Kemampuan leukosit melekat pada sel endotel akan meningkat karena induksi TNFα. Aktivitas

fagositosis dan kemotaksisnya juga akan meningkat. Efek TNFα pada leukosit dan juga induksinya

terhadap makrofag, mempunyai peran dalam perubahan vaskular yang terjadi pada kelaianan

periodontal.

Sitotoksisitas sel jaringan juga dapat disebabkan oleh interaksi langsung limfosit dengan sel target

yang mengandung antigen spesifik yang berada pada permukaannya. Walaupun antigen yang

ditemukan oleh limfosit yang tersensitisasi umumnya sangat spesifik, efek sitotoksik akibat interaksi

limfosit-sel pejamu biasanya tidak spesifik. Oleh karena itu, diduga bahwa bertahannya deposisi

antigen plak gigi ke dalam jaringan gusi, dibantu oleh terbentuknya sel yang memproduksi limfotoksin

dan / atau langsung karena limfosi totoksisitas. Kejadian ini mengakibatkan kerusakan jaringan pada

kasus kelainan periodontal.

Komponen Jaringan

Membran Mukosa

Page 28: Ortho, IKGM, OM

Barier protektif mukosa rongga mulut terlihat berlapis-lapis, terdiri dari air liur dan permukaannya,

lapisan keratin, lapisan granular, membran basal, dan komponen selular serta humoral yang berasal

dari pembuluh darah.5 Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri atas squamosa

yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksinya

tergantung pada deskuamasinya yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan

derajat keratimisasinya yang menyebabkan mukosa mulut sangat efisien sebagai barier. Kedua hal ini

haruslah dalam keadaan seimbang. 6

Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral dan agregasi limfoid

intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar

mulut, palatum, pipi, dan bibir, mirip yang berasal dari gusi dan pulpa gigi. Kapiler-kapiler ini bersatu

membentuk pembuluh limfatik yang berasal dari bagian dalam otot lidah danstruktur lainnya. Antigen

mikrobial yang dapat menembus epitel masuk ke lamina propria, akan difagositosis oleh sel-sel

Lagerhans yang banyak ditemukan dimukosa mulut.

Celah gusi

Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel functional yang terletak pada celah

gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Apakah aliran cairan crevicular fluid ini merupakan proses

fifiologik atau merupakan respons terhadap inflamasi, sampai saat ini masih belum jelas. Pendapat

yang banyak dianut saat ini adalah pada keadaan normal cairan crevicular fluid yang mengandung

leukositini akan melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat

bila terjadi gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit, cairan crevicular ini juga mengandung

komponen komplemen, seluler, dan humoral yang terlibat pada respon imun.7

Saliva

Saliva disekresikan oleh kelenjar-kelenjar parotis, submandibularis dan beberapa kelenjar kecil pada

permukaan mukosa. Aliran saliva sangat berperan dalam membersihkan rongga mulut dari

mikroorganisme. Dalam hal ini, saliva berperan sebagai pelumas aksi otot-otot lidah, bibir, dan pipi.

Aliran saliva akan mencuci permukaan mukosa mulut, sedangkan sirkulasi darah sub epitel bertindak

sebagai suplemen pada batas jaringan lunak dan jaringan keras melalui celah gingival.

Berbagai senyawa yang berperan dalam mekanisme pertahanan ditemukan dalam saliva. Lisozim atau

muramidase mempunyai aktivitas bakterisidal yang bekerja memecah ikatan antara N-asetil

glukosaamin dengan asam N-asetilmuramat dalam komponen mukopeptida dinding sel.

Komponen-komponen yang terdapat pada saliva adalah C3 yang sebagian besar berasal dari cairan

celah gingival. Komponen seluler yang banyak ditemukan di dalam aliran saliva adalah leukosit.

Diperkirakan migrasi leukosit sekitar satu juta per menit melalui air liur. Asal leukosit ini dari cairan

celah gusi dansekitar 98-99% berupa PMN, neutrofil, sisanya terdiri atas limfosit, monosit, dan

eosinofil. Antibodi yang paling penting di dalam air liur adalah immunoglobulin A (IgA) sekresi air liur.

Selain itu, juga ditemukan sedikit IgG dan IgM yangberasal dari cairan celah gusi.6

Adanya reaksi hipersensitivitas pada kelainan periodontal

Dalam tahap awal, respon imun digunakan sebagai pertahanan tubuh untuk melawan serangan

antigen yang melekat pada plak gigi. Tetapi akibat adanya akumulasi plak, respon imun menjadi lebih

kompleks sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas tipe IV, III,II,I.

Page 29: Ortho, IKGM, OM

Pada reaksi hipersensitif tipe IV, immunitas seluler (CMI) diaktivasi oleh antigen bakterial plak gigi

sehingga menjadi proliferasi sel T dan sel B. Subpopulasi sel T sangat sitotoksik terhadap jaringan

periodonsium. Limfosit memasok mediator terlarut, seperti MIF yang akan menghambat pergerakan

makrofag dan PMN neutrofil, faktor merusak fibroblas, dan OAF yang dapat menimbulkan kerusakan

tulang. Akibat kerusakan ini, antigen akan masuk lebih dalam lagi ke dalam jaringan periodonsium.

Adanya kompleks imun di dalam jaringan periodontal, berupa ikatan antigen-antibodi, menunjukan

bahwa terjadi reaksi hipersensitivitas tipe III. PMN di dalam cairan celah gusi ( crevicular fluid),

mempunyai membran yang dapatmengikat IgG, IgM, dan C3. Kompleks imun akan mengaktivasi jalur

klasik komplemen dengan akibat terjadi peningkatan mediator biologik yang akanmenginduksi

peningkatan permeabilitas vaskular, agregasi platelet, kemotaksisfagosit, opsonisasi, dan fagositosis.

Pada proses ini juga dilepaskan enzim-enzimlisisim oleh PMN dn makrofag, seperti lozosim,

hialuronidase, dan kolagenaseyang mengakbatkan kerusakan jaringan lokal. Kolagenase akan

merusak kolagen jaringan periodontal. Hasil akhir proses ini adalah lisisnya sel disertai resorbsi tulang

yang dimediatori oleh prostaglandin. Pada reaksi tipe III ini, CMI juga ikut dilibatkan, karena C3b dapat

berinteraksi dengan reseptor limfosit sehingga terjadi pelepasan limfokin. Dengan demikian, sering

terlihat adanya reaksi hipersensitivitas tipe III dengan tipe IV.

Pada kelainan periodontal terdapat tiga proses reaksi hipersensitivitas tipe II, yaitu:

1. Fagositosis setelah terjadi ikatan antigen-antibodi

2. Aktivitas sel T

3. Lisisnya sel karena aktivasi komplemen

Respon imun yang semula dibangkitkan untuk mekanisme pertahanan,ternyata kemudian justru

merusak jaringan periodontal. Untuk menghadapi keadaan ini, tubuh dibekali mekanisme perthanan

lain yaitu dengan menghamba tperningkatan respon imun lebih lanjut untuk mencegah kerusakan

total jaringan periodontal. Mekanisme penekanan respon imun ini meliputi:

1. Penekanan CMIR dengan mneginduksi sek –sel supresif

2.Berbagai faktor penghambat di dalam serum juga ditemukan pada kasus periodontitis berat

3. Makrofag mensekresikan prostaglandin yang menghambat respon seluler

4. Inhibitior proteinase akan menghambat jalur komolemen

5. Komponen-komponen plak gigi seperti LPS menurunkan aktivitas CMI,LTA menghambat HMIR,

dekstran ikatan α ( 1menjadi 6 ) menurunkantoleransi sel B, dan bakteri plak mengeluarkan proteinase

spesifik yangmenghambat kerja beberapa klas imunoglobuolin.

Sistem Imun

Stem sel yang diproduksi oleh sumsum tulang, merupakan sel multipoten. Dalam perkembangannya,

sel ini dapat menjadi sel promonosit dan prelimfosit(limfosit primitive). Promonosit kemudian akan

menjadi monosit di dalam pembuluh darah dan bila memasuki jaringan dikenal sebagai makrofag.

Perkembangan prelimfosit, tergantung organ yang mempengaruhi. Bila di pengaruhi oleh

Perkembangan prelimfosit, tergantung organ yang mempengaruhi.Bila dipengaruhi timus, prelimfosit

akan berkembang menjadi limfosit –T (sel-T),yang nantinya bertanggung jawab pada sistem imunitas

seluler (Cell-mediated immunresponses/CMI). Prelimfosit yang dalam perkembangannya dipengaruhi

Page 30: Ortho, IKGM, OM

oleh organ yang equivalen dengan  bursa of fabricius pada unggas atau gut associated lymphoid

tissues (GALT), seperti tonsil, umbai cacing, limpa, ataubercak-bercak Peyers’s pada usus, akan

berubah menjadi Limfosit –B (sel-B)yang akan bertindak sebagai mediator immunitas humoral

(humoral-mediated immunoresponses / HMI) .

Begitu menyusup ke dalam jaringan, antigen di fagositosis oleh makrofag,diproses menjadi

superantigen. Kemudian, makrofag akan bertindak sebagai selpenyaji antigen

(antigen-presenting cells / APC), yaitu mempresentasikan antigenyang sudah diproses kepada sel-T

dan sel-B. Sel dendritik dan sel Lagerhans juga dapat bertindak sebagai APS.

Mekanisme Respons Imun

Titik sentral respons imun terletak pada peran dan fungsi limfosit T,terutama sel T CD4 (T4).[20]

Setellah diproses oleh APC ( Antigen Presenting Cells) seperti makrofag, sel Lagerhans, dan sel

dendritik, antigen akan disajikan kepada sel T4 oleh APC. Akibatnya, sel T4 akan teraktivasi, dan ini

merupakan picu bangkitnya respons imun yang lebih kompleks, baik seluler maupun humoral.Untuk

mengaktivasi sel T4, sedikitnya dibutuhkan dua sinyal. Sinyal pertama untuk mengikat reseptor

antigen sel T pada kompleks antigen MHC kelas II yang berada pada permukaan APC dan sinyal kedua

berasal dari interleukin (IL-1),suatu protein terlarut yang dihasilkan oleh APC. Sel T4 yang sudah

tersensitisasi antigen, akan mengaktifkan sel T8 yang berfungsi menghancurkan sel asing, sel T

memori yang mempunyai daya ingat, dan sel B sebagai mediator imunitas humoral. Sel T8 yang sudah

teraktivasi akan melepaskan sitotoksin yang berfungsi menghancurkan sel target. [3-4]

Gambar 1-3.

Immunopatogenesis kelainan periodontal

KESIMPULAN

 Kelainan gingiva dan periodontal diinduksi oleh plak gigi bakterial. Pada kelainan ini terdapat empat

stadium immunopatologi yang melibatkan respon imun sistemik.

1. Awal lesi ditemukan dalam kondisi normal, namun sudah ada respon inflamasi lokal oleh PMN

leukosit, aktivasi komplemen, kemotaksis yang dihasilkan antigen plak, dan mungkin sudah terjadi

kompleks imun.

2.  Pada lesi ini terlihat infiltrasi lokal sel T dan beberapa sel B. Limfosit didalam sirkulasi sudah

tersensitisasi antigen plak yang dapat dilihat darikemampuannya melepaskan limfokin.

3. Lesi yang menetap di karakterisasikan dengan infiltrasi sel plasma secaralokal dan limfosit di dalam

darah perifer dapat distimulasi untuk berproliferasi oleh antigen plak.

4. Pada lesi yang sudah lanjut, ditandai dengan mekanisme imunopatologiyang destruktif. Proses

destruktif ini dapat mengakibatkan hilangnya gigi.Mekanisme imunologi kelainan periodontal sangat

kompleks yang melibatkanreaksi hipersensitivitas tipe IV,III,II, dan I disertai mekanisme protektif-

destruktif melalui fungsi limfosit dan makrofag serta aktivasi antibodi dankomplemen. Proses ini

dimodulasi oleh bahan immunopotensiasi danimunosupresi untuk mencegah respon imun yang tidak

terkontrol.

.

Referensi

Page 31: Ortho, IKGM, OM

1. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical Periodontology, 9th ed.WBSaunders Co. Philadelphia.

(2002).67-69, 559-560, 676-681

5. Wilson TG and Kornman KS.Anatomy of the Periodontium Fundamentalsof Periodontics, 2 Nd ed.

Quintessence Publishing Co,Inc.(2003).32-33.

6. Roeslan, Boedi. Immunologi Oral Kelainan di Rongga Mulut.BalaiPenerbit FK UI. Jakarta.(2002).113-

115Reddy, Santhypria.Essentials of clinical periodontology and periodontics..2006 ISBN : 81-8448-148-

9

5.  F.X. Lu1,2* and R.S. Jacobson2. Oral Mucosal Immunity and HIV/SIV Infection J Dent Res .

(2007).86(3):216-226

7. H. Ohyama, N. Kato-Kogoe, A. Kuhara, F. Nishimura, K. Nakasho, K. Yamanegi, N. Yamada, M. Hata,

J. Yamane and N.The Involvement of IL-23 and the Th17 Pathway in Periodontitis. 2009. J Dent

Res88(7):633-638

6. C.W. Cutler and R. Jotwani .Dendritic Cells at the Oral Mucosal Interface. J DENT RES 2006 85: 678

8. Baker, P.J., et al., Heterogeneity of Porphyromonas gingivalis strains in the induction of alveolar

bone loss in mice. Oral Microbiol Immunol, 2000. 15(1): p. 27-32.

9. Kinane DF, Lappin DF. Clinical, pathological and immunological aspects of periodontal

disease. Acta Odontol 2001;59:154-160.

 April 4, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary

Makalah BM : Klasifikasi Kelainan Kelenjar   Ludah      

 

Rate This

MAKALAH BM

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

 

Oleh:

Sonya Annisa Ilma   

04091004005

 

Dosen:

Drg. Galuh Anggraini, SpBM

 

Program Studi Kedokteran Gigi

Page 32: Ortho, IKGM, OM

Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

2011

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

1. I.                DEVELOPMENTAL ANOMALI

 

1. A.    APLASIA/AGENESIS ( Referensi : Diagnosis of salivary gland disorders Oleh K.

Graamans)

Definisi

Tidak adanya satu atau lebih kelenjar saliva mayor secara kongenital diistilahkan sebagai aplasia atau

agenesis. Hal ini sangat jarang terjadi, akan tetapi bila terjadi, maka biasanya yang terkenal adalah

kelenjar parotis.

Faktor herediter merupakan faktor penyebab dari aplasia ini. Gejala utama pada aplasia adalah

xerostomia, kesulitan dalam berbicara dan makan, dan karies yang parah. Diagnosa bisa dibuat ketika

orifis dari satu atau beberapi kelenjar saliva mayor tidak ditemukan.

Diagnosis

Sialgografi merupakan cara untuk memperlihatkan adanya cacat struktural yang besar baik pada

duktus saliva maupun pada kelenjarnya sendiri.

Perawatan

Pengobatan xerostomia didasarkan pada pemberian saliva tiruan, mengurangi kerusakan gigi dengan

melakukan tindakan pencegahan dan mengobati infeksi oportunistik,seperti kandidiasis oral dan

sialadenitis bakteri

1. B.     ABERANSIA

Definisi : kelainan bentuk anatomis kelenjar ludah.

Kelenjar ludah aberansia di laporkan mempunyai variasi lokasi, meliputi middle-ear cleft, leher ,

mandibula posterior, mandibula anterior, pituitary. Biasanya ditemukan secara kebetulan dan tidak

memerlukan intervensi.

Aberansia ini biasanya jarang terjadi pada mandibula anterior dan sulit untuk dilakukan diagnose.

Memberikan gambaran radiolusen pada apex gigi.

 

Diagnosa banding: the nomeras unilucular lesi radiolusen mandibula.

1. C.    ATRESIA

Atresia duktus kelenjar ludah ekskretoris yang  mengacu pada adanya bawaan atau penyempitan

saluran. Atresia berasal dari perkembangan kondisi yang sangat langka, yang dapat menghasilkan

xerostomia berat. Hal ini juga dapat mengakibatkan pembentukan kista retensi dari kelenjar ludah.

Menurut beberapa peneliti terdapat cacat perkembangan di ekskretoris tersebut.

 

Page 33: Ortho, IKGM, OM

II.  OBSTRUCTIVE SALIVARY GLAND DISEASE

Merupakan kondisi inflamasi dari  kelenjar saliva yang umumnya disertai rasa sakit atau nyeri dan

pembengkakan kelenjar , dan paling sering disebabkan oleh gangguan ductus dikarenakannya infeksi

bakteri yang akanmenurunkan aliran saliva dan stasis dari sekresi.

A. SIALOLITHIASIS

Definisi

Calculi atau ‘batu’ dapat terjadi dalam duktus saliva dari endapan garam-garam kalsium yang keluar

dari saliva di dalam lapisan konsentrik disekitar debris.

Etiologi

Masih belum diketahui namun ada beberapa faktor yang berkontribusi dari pembentukan batu yaitu

inflamasi, ketidakteraturan dari sistem duktus, iritasi lokal dan antikoligernik(obat-obatan) yang

mungkin akan menyebabkan adanya suatu genangan saliva di dalam duktus yang mana lama

kelamaan akan terbentuk batu. Terjadi paling sering di kelenjar submandibular, mungkin karena

viskositas yang tinggi dari kombinasi saliva dengan relatif yang lama dan bentuk yang berliku-liku dari

duktus.

 

Gambaran klinis

Batu biasanya berbentuk oval, licin, dan tidak beraturan permukaannya.

Batu kelenjar saliva ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali bila menimbulkan sumbatan

pada saluran kelenjar yang akan menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan kelenjar yang

bersangkutan.

Keluhan awal, terjadi pembengkakan selama 1-2jam dan rasa tidak nyaman saat makan. Bila tahap

ini tidak diobati, sumbatan progresif pada saluran ini dapat menimbulkan sialadenitis bakterial akut

dengan gejala seperti rasa sakit terus menerus, pembengkakan serta demam

Diagnosis

Secara klinis à abnormal saat pemeriksaan

Ekstraoral à Pembengkakan

Intraoral à Dijumpai deposit berkapur pada orifis saluran/teraba di dalam saluran.

Pemeriksaan

Radiografi à tidak semua kalkuli radioopaq

Sialografi à Dapat mendeteksi adanya mucous plugs

Perawatan : .

Pemijatan dari kelenjar .

Hidrasi dan penggunaan  dari sialagogues (seperti tetesan asam lemon) untuk mendorong sekresi

ke depan.

Antibiotik dibutuhkan untuk mengobati infeksi sekunder.

Analgesik untuk mengurangi rasa sakit.

Pembedahan jika diperlukan

 

Page 34: Ortho, IKGM, OM

 

 

 

III. MUCOUS RETENTION

 

1. A.    MUCOCELE

Definisi

Fenomena retensi mukus berupa pembengkakan noduler paling umum dari bibir bawah dan secara

khas disebut Mucocele

Terdapat 2 tipe fenomena retensi mukus :

1. Fenomena retensi mukus -tipe retensi/kista rentensi mukus à dibatasi oleh epitel duktus dan

merupakan akibat dari genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar.

2. Fenomena retensi mukus-tipe ekstravasasi/kista ekstravasasi mukus à tidak ada batas-batas epitel.

Biasanya dikelilingi oleh jaringan granulomatosa dan berasal dari trauma yang memutuskan suatu

duktus, diikuti oleh genangan mukus di luar duktus kelenjar liur tambahan dalam jaringan ikat.

3. 3.      Etiologi

Etiologi

Mucocele melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun

diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus

glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat

disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat

pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang,

menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi

rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-

lain.

Diagnosis

Dapat secara langsung dari riwayat penyakit, gambaran klinis dan palpasi.

Gambaran Klinis

            Mucocele memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang

berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-

kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam,

apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,

beberapa literatur menuliskan diameter mucocele umumnya kurang dari 1 cm.

                              

Mucocele pada anterior median line ventral lidah                   mucocele pada bibir bawah

 

 

Perawatan

Page 35: Ortho, IKGM, OM

            Perawatan untuk kasus mucocele adalah bedah eksisi. Tetapi, mucocele dapat bersifat

rekuren apabila tidak dieksisi dengan baik dan jika duktus-duktus lain terpotong selama pembedahan.

            Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting.

Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

 

1. B.     RANULA

 

Definisi

ranula adalah mucocele besar yang berlokasi pada dasar mulut. Ranula dapat berupa ekstravasasi

mucus atau kista retensi mucus dan biasanya berhubungan dengan kelenjar saliva sublingualis dan

glandula saliva minor.

Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan

aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula

sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk

pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital

dimana duktus saliva tidak terbuka..

Gejala klinis

Istilah ranula digunakan karena lesi seringkali bengkak seperti perut kodok. Lesi ininpada umumnya

sakit, pertumbuhan lambat, lembut dan berlokasi pada dasar mulut. Kadang – kadang lesi hanya

terbentuk pada satu sisi frenulum lingualis. Tetapi, jika lesi telah menembus jaringan lunak, maka akan

melewati garis midline. Sama seperti mucocele, ranula yang dangkal memiliki warna biru yang khas,

tetapi bila ranula sudah dalam maka mukosa terlihat normal.

Gambaran klinis ranula simpel                       gambaran klinis ranula plunging

Perawatan

Ranula biasanya dirawat dengan pembedahan. Prosedur marsupialisasi untuk pengangkatan lesi

merupakan pilihan perawatan, terutama pada lesi kecil. Kekambuhan dapat terjadi dengan teknik

marsupialisasi tunggal, pada kasus ini eksisi lesi (termasuk kelenjar) dianjurkan. Penyuntikan

kortikosteroid pada intralesi telah sukses dalam perawatan ranula.

 

IV. INFECTION AND REACTIVE LESSIONS

1. A.    NECROTIZING METAPLASIA

Definisi

Merupakan kondisi inflamasi yang jarang terjadi karena tidak tuntasnya suatu etiologi yang berefek ke

kelenjar saliva palatal minor.

Etiologi

Hal ini telah diterima secara luas bahwa necrotizing sialometaplasia dimulai oleh kejadian iskemik

lokal. Beberapa sumber mangatakan bahwa kelainan ini berhubungan dengan kebiasaan merokok,

mengonsumsi alkohol, penggunaan gigi tiruan, operasi, dan penyakit sistemik.

Page 36: Ortho, IKGM, OM

 

Gambaran Klinis

Nekrosis yang diikuti pembengkakan yang sakit dan ulserasi sering muncul yang dicurigai sebagai

malignant. Umumnya lesi berada di palatum durum bagian posterolateral,bagaimanapun dapat

menyerang semua tempat dimana terdapat jaringan kelenjar minor.

Perawatan

            Sesungguhnya necrotizing sialometaplasia adalah lesi yang tidak menyebar, bertahan paling

lama 6 minggu dalam rongga mulut, dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tidak ada perawatan

spesifik yang dibutuhkan, tapi debridement dan saline rinse dapat membantu dalam proses

penyembuhan. Jarang pula terjadi kekambuhan pada kasus ini.

 

1. B.     VIRAL INFECTIONS

1. 1.      MUMPS

Etiologi

Mumps disebabkan karena RNA Paramyxovirus dan ditransmisi oleh kontak langsung dengan droplet

saliva. Di Amerika Serikat dan Kanada telah menganjurkan vaksinasi mumps sejak tahun 1970an dan

memonitor vaksinasi pd masa sekolah. Oleh karena itu, infeksi ini harus dipertimbangkan dalam kasus

peradangan kelenjar saliva nonsupurative akutpada pasien yang tidak divaksinasi dan tidak memiliki

mumps.

 

Gejala klinis

Biasanya, mumps menyerang anak – anak dengan usia 4 dan 6 tahun. Diagnose pada orang dewasa

lebih sulit. Masa inkubasi adala 2 – 3 minggu; diikuti oleh pembesaran dan peradangan kelenjar saliva,

nyeri, demam, malaise, sakit kepala dan myalgia. Kebanyakan kasus melibatkan glandula parotis,

tetapi 10% kasus melibatkan glandula mandibular. Kulit disekitar glandula bengkak kemerahan.

Kelenjar ludah membengkak tiba2 dan sakit bila di palpasi. Jika setengah dari kelenjae saliva

mengalami destruksi maka pasien akan merasa sakit saat makan. Pembengkakan terjadi secara

bilateral dan berlangsung sekitar 7 hari.

 

Perawatan

Perawatan mumps berupa perawatan simptomatik dan vaksinasi untuk pencegahan

 

1. 2.      CYTOMEGALOVIRUS INFECTION

 

Etiologi

Human CMV adalah beta herpesvirus yang yang menginfeksi hanya pada manusia. CMV akan menjadi

latent setelah terekspos dan menginfeksi. Meskipun kekambuhan dapat terjadi pada individu tanpa

gejala klinis, tetapi imunitas seseorang dapat merawatnya.

Page 37: Ortho, IKGM, OM

CMV dapat berkembang di darah, saliva, feces, sekresi pernapasan, urine dan cairan  tubuh lain. CMV

adalah penyebab utama terjadi ny non – Epstein barr virus yang menginfeksi mononukleus pada

kebanyak populasi.

Gejala klinis

CMV mononukleusis sering menyerang dewasa muda dengan gejala demam akut dan terjadi

pembesaran kelenjar saliva.

 

 

 

 

Perawatan

Pasien dengan imunocompeten dirawat dengan mengobati symptom nya. Pasien dengan

immunocompromised dianjurkan memakai manajemen agresif dan dilakukan pengobatan dengan

intravena gancyclovir, foscarnet, atau cidofovir

 

1. 3.      HIV – INFECTION

Etiologi

Neoplastik dan non – neoplastik lesi kelenjar ludah mengalami peningkatan pada pasien yang

menderita HIV. Dokter harus mempertimbangkan tumor yang berhubungan dengan AIDS seperti

Sarkoma Kaporsi dan Limfoma. Sjogren’s syndrome juga ditemukan pada pasien yang terinfeksi HIV.

Berbagai istilah telah digunakan untuk menggambarkan kondisi ini “HIV penykit kelenjar ludah (HIV-

SGD) adalah istilah yang dipakai. HIV – SGD menggambarkan xerostomia dan pembesaran kelenjar

ludah jinak (unilateral dan bilateral) pada pasien yang positif HIV.

 

Gejala klinis

Kebanyakan gejala HIV – GSD adalah pembengkakan kelenjar saliva, dimana berhubungan dengan

xerostomia atau tidak. Kelenjar parotis ditemukan pada 98% laporan kasus dan 60% pasien

mengalami pembesaran bilateral.

 

Perawatan

Pengobatan HIV – SGD secara simptomatiknya. Xerostomia dapat diobati dengan memperbanyak

minum air, mengganti pengganti air liur, mengunyah permen karet bebas gula, atau mengisap permen

karet  bebas gula. Flourida topical untuk mencegah karies.

 

1. 4.      Hepatitis C virus Infection

Etiiologi

Page 38: Ortho, IKGM, OM

HCV DNA telah terdeteksi dalam saliva pasien dengan infeksi hepatitis C kronis, dan saliva pada HCV

itu merupakan pembawa infeksi. Sejumlah laporan dari Eropa pusat menunjukkan hubungan antara

HCV dan Sjogren’s syndrome

 

Gejala klinis

Infeksi HCV memiliki banyak manifestasi ekstrahepatik, termasuk pembesaran kelenjar saliva. Pasien

mungkin melaporkan xerostomia disertai dengan pembesaran kelenjar saliva mayor yang kronis.

 

Perawatan

Perawatan berdasarkan gejalanya.

 

1. C.             BACTERY INFECTIONS

 

1. 1.      ALLERGIC SIALADENITIS

Definisi

Merupakan pembesaran kelenjar saliva mayor khususnya kelenjar parotis yang dapat berasosiasi

dengan berbagai kelainan sitemik termasuk alkolisme, diabetes,  malnutrisis, dan bulimia. Sialodenosis

biasanya terjadi secara bilateral, tanpa rasa sakit, dan berkembang  perlahan seiring waktu. Secara

histology terlihat perbesaran acinar terlihat bersamaan dengan kemungkinan infiltrasi lemak.

Etiologi

Etiologinya tidak di ketahui , namun berhubungan dengan sistem stimulus saraf otonom yang tidak

tepat.

Perawatan

Hindari allergen dan monitoring terhadap adanya infeksi sekunder.

1. D.    ACTINOMYCOSIS

 

Etiologi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa genus Actinomyces termasuk kuman, meskipun

sebelumnya diduga suatu jamur. Actinomyces ditemukan dalam gigi berlubang, pada gigi dalam

pocket gingiva dan kripta tonsil sebagai saprofit. bukannya berdasarkan isolasi jamur, tetapi

berdasarkan atas sifat serta bentuk-bentuk benda yang ditemukan dalam lesi penyakitnya dan sampai

sekarang Actinomyces belum berhasil diisolasi dari alam bebas.

Aktinomikosis ini dibedakan menjadi 4 bentuk:

1. Bentuk abdominalis

2. Bentuk servikofasialis

3. Bentuk torakalis

4. Bentuk generalisata

Page 39: Ortho, IKGM, OM

Disini yang akan dibahas adalah bentuk servikofasialis karena terjadinya pada rongga mulut.

Gambaran klinis

Dimulai dengan pembengkakan yang kecil, datar, dan keras di dalam mulut, kulit leher atau bawah

rahang. Kadang pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya terbentuk daerah lunak yang

menghasilkan cairan yang mengandung butiran belerang yang bulat dan kecil, berwarna kekuningan.

Infeksi bisa menyebar ke pipi, lidah, tenggorokan, kelenjar liur, tulang tengkorak atau otak dan selaput

otak (meningens).

 

V . METABOLIC DISORDER WITH SALIVARY GLAND INVOLMENT

 

1. A.    SJOGREN SYNDROME

 

Definisi

Sindrom Sjogren atau sering disebut autoimmune exocrinopathy adalah penyakit autoimun sistemik

yang terutama mengenai kelenjer eksokrin dan biasanya memberikan gejala kekeringan persisten dari

mulut dan mata akibat gangguan fungsional kelenjer saliva dan lakrimalis

 

Etiologi

Sindrom Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui. Terdapat peranan faktor genetik dan non

genetik pada patogenesis Sindrom Sjogren. Dilaporkan adanya kaitan antara Sindrom Sjogren dengan

HLA DR dan DQ.

 

Gejala klinis

tidak terbatas hanya pada gangguan sekresi kelenjer tetapi disertai pula dengan gejala sistemik atau

ektraglandular. Gejala awal biasanya ditandai dengan mulut dan mata kering dan kadang-kadang

disertai pembesaran kelenjer parotis. Secara histopatologi kelenjer eksokrin penuh dengan infiltrasi

limfosit yang mengantikan epitel yang berfungsi untuk sekresi kelenjer (exocrinopathy).

 

Diagnosis

Sindrom Sjogren sebenarnya relatif mudah, tetapi untuk Sindrom Sjogren Primer biasanya lebih sulit

karena pasien menunjukkan gejala utama yaitu mata kering, mulut kering dan keluhan muskuloskletal

dan biasanya pasien berobat kespesialis yang berbeda-beda.

Mulut kering pada penderita Sjogren Syndrome

 

Penatalaksanaan

Sindrom Sjogren meliputi pengelolaan disfungsi sekresi kelenjer air mata dan saliva, pencegahan dan

pengelolaan sekuele serta pengelolaan manifestasi ektraglandular. Sampai saat ini masih belum ada

Page 40: Ortho, IKGM, OM

satu pengobatan yang ditujukan untuk semua manifestasi Sindrom Sjogren.Walaupun Sindrom Sjogren

bukan merupakan penyakit yang ganas tapi keluhan mata dan mulut kering yang persisten dapat

mengurangi kualitas hidup dan dalam perkembangannya dapat menjadi limfoma yang dapat

menyebabkan kematian.

 

1. DIABETES

Definisi

Diabetes melitus adalah penyakit endokrin umum, terutama pada populasi geriatri. Beberapa kelainan

metabolik berlangsung disini, dan komplikasi jangka panjang seperti hipertensi ginjal, neuropati, dan

penyakit mata dapat terjadi.

Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol sering mengeluhkan  mulut kering (xaerostomia) , yang

diyakini akibat poliuria dan hidrasi yang buruk. Adapun hasil  penelitian tentang komposisi aliran saliva

pasien diabetes yang mengalami perubahan  kontradiktif. Satu studi melaporkan bahwa laju aliran

saliva pada anak dengan diabetes mellitus tidak terkontrol akan  menurun bila dibandingkan dengan

laju aliran saliva pada pasien anak diabetes yang terkontrol. Walaupun diabetes melitus  terkontrol,

peneliti lain menemukan  laju aliran saliva normal, tetapi terjadi perubahan  pada komposisi salivanya.

Berdasarkan uji klinis pada perbandingan pasien diabetes yang terdiri dari  pasien dewasa dengan

kontrol normal dengan pasien diabetes yang tidak terkontrol. Ditemukan bahwa pasien dengan

diabetes yang kurang terkontrol telah menurunkan laju aliran saliva bila dibandingkan dengan pasien

dengan diabetes terkontrol baik. Para peneliti juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara

populasi dalam frekuensi keluhan xerostomia, dan selanjutnya, bahwa disfungsi saliva mungkin ada

pada pasien diabetes yang lebih tua.

 

 

Etiologi

Disfungsi kelenjar saliva pada pasien diabetes tidak jelas. Kontrol glikemik yang buruk secara langsung

dapat menimbulkan efek pada metabolisme. Disfungsi sistem saraf otonom  mungkin berperan disini.

Meurman melaporkan tidak ada perubahan tingkat aliran saliva antara non-insulindependent pasien

diabetes dan kontrol normal. Namun, mereka menemukan efek dari obat xerostomic pada tingkat

aliran saliva lebih kuat pada pasien diabetes. Mereka menduga bahwa ini karena disfungsi sistem saraf

otonom pada populasi diabetes

 

1. B.     GRANULOMATOUS CONDITIONS

 

1. 1.      TUBERCULOSIS

Definisi

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis,yang bisa menyebabkan terbentuknya granuloma pada jaringan yang terinfeksi.Paru-paru

merupakan organ yang paling sering diserang, tetapi jaringan yang lain, termasuk kelenjar saliva juga

bisa diserang. Pasien dengan TB biasanya xerostomia dan pembengkakan pada kelenjar saliva dengan

Page 41: Ortho, IKGM, OM

granuloma dan cyst pada kelenjar yang terinfeksi. Pembesaran kelenjar saliva timbul sebagai bagian

dari karakteristik dari gejala yg kompleks dari TB.

 

Diagnosa

Pada biopsi, ditemukannya bakteri mycobacterium

 

Perawatan

Perawatan pada kelenjar saliva meliputi kemoterapi. Pada pasien yang tidak  cocok untuk dilakukan

kemoterapi maka dilakukan pembedahan pada kelenjar saliva yang terinfeksi tersebut.

 

1. 2.      SARCOIDOSIS

Definisi

Sarcoidosis merupakan suatu kondisi kronik dimana limfosit T, mononuclear dan granuloma

menyebabkan kerusakan pada suatu jaringa. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui. Heerfordt’s

syndrome biasa menyebabkan sarcoidosis. Sarcoidosis menyerang kelenjar saliva pada 1 dari 20

kasus. Pada pemeriksaan linis ditemukan adanya pembesaran kelenjar saliva, tidak disertai rasa sakit,

bilateral dan kenyal. Selain itu juga ditemukan penurunan fungsi saliva.

 

Pemeriksaan

Biopy, pemeriksaan serum (calcium level, autoimmune serologies, dan konsentrasi angiotensin I–

converting enzyme  )

 

Perawatan

Pemberian chloroquine, yang bisa dikombinasikan dengan kortikosteroid. Pada pasien yang gagal pada

pengobatan dengan kortikosteroid, diberikan obat immunosuppresive dan immunomodulatory.

 

1. 3.      BULIMIA / ANOREKSIA

Definisi

Berasal dari bahasa Yunani yang berarti hilang nafsu makan. Patah selera, hilangnya,berkurangnya

nafsu makan. Anorexia nervosa adalah Anoreksi yang disebabkan terganggunya pusat nafsu makan

dalam hipotalamus yang menyebabkan penderita menjadi kurus kering.

Etiologi

            Tejadinya gangguan pusat nafsu makan pada hipotalamus yang menyebabkan penderita

menjadi kurus kering.

Gambaran klinis

Page 42: Ortho, IKGM, OM

Pembesaran dan disfungsi kelenjar saliva à Pembesaran yang nampak dihubungkan dengan

defisiensi nutrisi dan kebiasaan sering muntah.

Gangguan makan susah untuk didiagnosa . Untuk diagnosa dini dan perawatan , dokter gigi

seharusnya waspada pada temuan oral umum sperti erosi enamel, xerostomia, pembesaran

kelenjar saliva, eritema mukosa, dan angular cheilitis.

Hipertropi jinak mungkin menetap dan memerlukan tindak lanjut.

Terjadi peningkatan  amilase yang spesifik  pada pasien yang  mengalami  bulimia.

Enzim amilase meningkat dengan frekuensi minum minuman keras, tapi hubungannya tidak cukup

kuat  untuk induksi level amilase sebagai suatu indeks  dari keparahan penyakit.

 

Pemeriksaan

Telah dilaporkan satu studi kasus bahwa pemeriksaan histologis dari gangguan kelenjar saliva

terdapat pembesaran asinar dan penurunan lemak intertisial. Pembesaran  Kelenjar saliva  biasanya

terhenti jika berat badan pasien kembali normal dan tterhentinya kebiasaan makan yang tidak baik.

 

Perawatan

Parotidektomi superfisial akan menurunkan hipertropi kelenjar saliva, beberapa ahli bedah percaya

bahwa tindakan bedah merupakan kontraindikasi untuk beberapa  pasien dengan gangguan

makan, karena peningkatan resiko dihubungkan dengan metabolik pasien  yang tidak seimbang

dan profil psikologikal.

Pasien seharusnya ditanyakan secara langsung jika mengalami gangguan makan.

Gangguan makan harus diingat dalam diagnosa bandingnya dengan disfungsi kelenjar saliva dan

hipertropi kelenjar saliva.

 

1. C.    RADIATION INDUCED PATHOLOGY

Terapi sinar radiasi eksternal untuk kanker kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan permanen

pada kelenjar ludah, khususnya asinus serius yang menjadi xerostomia yang parah. Pasien ini

membutuhkan follow-up dental yang dekat dengan pemeliharaan preventif agresif karena resiko tinggi

untuk karies merajalela yang cenderung mempengaruhi daerah leher dan akar gigi. Restorasi dan

perlindungan gigi sangat penting mengingat potensial untuk osteorasionecrosis dari rahang juga

ekstraksi gigi hadir dalam bidang radiasi.

 

Terapi :

Pengobatan dengan radioreactive iodine diikuti pembedahan untuk kanker thyroid juga dapat

mengakibatkan peradangan dan kerusakan pada kelenjar ludah dalam persentase kecil pada pasien.

Gejala biasanya sementara, kecuali struktur terjadi dalam saluran mengakibatkan sialadenitis kronis.

Sialography, yang sekarang telah banyak di gantikan oleh computed tomoghraphy dan jarang

ditunjukkan, mungkin berguna pada pasien untuk mengidentifikasi struktur duktal. Gejala kadang-

kadang dapat di kurangi dengan suntikan media kontras selama sialoghraphy, struktur mungkin dapat

digunakan untuk dilatasi melalui teknik endoskopik intraoral dalam beberapa kasus. Pilocarpine atau

cevirnilline dapat membantu kasus radiasi ini.

Page 43: Ortho, IKGM, OM

Tes diagnostik : Biasanya tidak ada, diagnosis berdasarkan sejarah dari terapi radiasi dan tes klinik.

Sialography merupakan indikasi dalam kasus ini.

-          Tidak di perlukan biopsy

 

VI.  NEOPLASMA

BENIGN TUMORS

A. PLEOMORPHIC ADENOMA

Definisi dan Etiologi

Merupakan tumor yang sering terjadi pada kelenjar saliva. Tumor ini sering disebut sebagai mixed

tumor karena terdiri dari sel epitel dan mesenkim. Sekitar 85% tumor ini ditemukan pada kelenjar

parotis dan 8% ditemukan pada kelenjar submandibular, dan sisanya ditemukan pada sublingual dan

kelenjar saliva minor.

Pleomorphic adenoma terjadi pada semua usia tetapi prevalensi tertinggi terjadi pada anak-anak. Dan

jenis kelamin perempuan lebih sering terkena.

Gambaran klinis

Pada pemeriksaan klinis tumor ini tidak terasa nyeri, kenyal dan massa yang mudah digerakan dan

jarang disertai ulser pada kulit atau mukosa. Pada kelenjar parotis, neoplasma ini tumbuh dengan

lambar dan biasanya terjadi pada sisi posterior inferior dari lobus superficial. Secara intraoral, mixed

tumor ini sering terjadi pada palatum, diikuti bibir atas dan mukosa bukal.

Pleomorphic ini dapat berbeda-beda ukurannya tergantung pada kelenjar mana yang terkena. Pada

kelenjar parotis, tumor ini biasanya berdiameter beberapa centimete tetapi bisa menjadi lebih besar

jika tumor ini tidak dirawat.

 

 

 

Fig.Pleomorphic adenoma of the upper labial mucosa                  Fig.Pleomorphic adenoma of

the palate.

 

Perawatan

Perawatann lesi ini biasanya dilakukan dengan bedah. Pada lesi yang lebih besar dilakukan superficial

parotidectomy. Tumor kecil di buntut dari kelenjar saliba dibuang dengan mengikutsertakan tepi

jaringan yang normal. Lesi yang terjadi pada kelnjar saliva submandibular biasanya dilakukan

pembuangan dari kelenjar saliva tersebut.

B. PAPILLARY CYSTADENOMA LYMPHOMATOSUM

Definisi

Papillary cystadenoma lymphomatosum yang juga dikenal sebagi tumor Warthin, merupakan tumor

jinak kedua yang sering terjadi pada kelenjar parotis. Dan tumor ini selalu berlokasi di kelenjar parotis,

Page 44: Ortho, IKGM, OM

tetapi kebanyak terdapat pada bagian inferior kelenjar, sudut posterior dari kelenjar submandibila.

Tumor ini terjadi bilateral pada sekitar 6-12% penderita

Gambaran klinis

Kelenjar ini merupakan massa yang tumbuh lambat pada buntut dari kelenjar patotis dan tidak nyeri

kecuali tumor ini menjadi superinfected.

Fig.Lipoma of the buccal mucosa.

Perawatan

Papillary cytadenoma lymphomatosum sering berlokasi di buntuk kelenjar parotis sehingga mudah

dibuang dengan disertai tepi jaringan yang sehat. Tumor yang lebih besar dan melibatkan sejumlah

lobus superfisial dari kelenjar parotis biasanya dilakukan superficial parotidectomy. Jarang terjadi

rekurensi.

C. ONCOMYTIS

Definisi

Oncocytomas merupakan tumor jinak yang jarang terjadi. Nama dari tumor ini oncocytomas karena

tumor ini berisi sel oncocytes, yang merupakan sel granular acidophilic yang besar. Tumor ini sering

terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada baik laki-laki maupun perempuan.

Gambaran klinis

Oncocytomas biasa padat dan bisa dilihat di kelenjar saliva minor tetapi jarang terlihat pada intraroral.

Lesi ini bisa ditemukan pada lobus superficial dari kelenjar parotis. Biasanya lesi ini bilateral.

Pathology

Pada pemeriksaan histologis, tumor ini terdiri dari sel eosinophilic granular berwarna coklat. Oncocytes

pada tumor ini terdiri dari technetium, dan lesi ini bisa berubah menjadi tumor ganas. Dan lesi ini lesi

yang agrresive

Perawatan

Superficial parotidectomy merupakan pilihan pertama perawatan untuk kasus tumor kelenjar parotis.

Pembuangan kelenjar merupakan pilihan perawatan untuk tumor pada kelenjar submandibula dan

kelenjar saliva minor. Rekuren jarang terjadi

1. D.    BASAL CELL ADENOMAS

Basal cell adenomas tumbuh dengan lambat dan merupakan massa yang tidak nyeri. Lesi ini lebih

sering terjadi pada pria. 70% kasus terjadi pada kelenjar parotism bibir atas merupakan tempat yang

sering terkena untuk basal cell adenomas pada kelenjar saliva minor.

Patologi

Secara histologi terdapat 3 varietas dari basal cell adenomas : padat, trabecular-tubular dan

membraneous. Ukuran dari nukleus normal dengan material cytoplasmic yang sedikit. Bentuk

Trabecular-tubular terdiri dari epitelium trabekular. Sedangkan bentuk membranous adalah

multilocular, dan 50% lesi tidak berkapsul.  Bentuk membraneous tumbuh dianatar jaringan saliva

yang normal .

 

Perawatan

Page 45: Ortho, IKGM, OM

Lesi dibuang dengan bedah eksisi konservatif. Umumnya,lesi tidak rekuren. Tetapi pada bentuk

membraneous sering terjadi rekuren.

E. CANALICULAR ADENOMA

Canalicular adenoma biasa terjadi pada orang yang berumur lebih dari 50 dan lebih sering terjadi pada

wanita. 80% kasus terjadi pada bibir atas. Pertumbuhan lesi lambat dan asymptomatic.

Patologi

Lesi terdiri dari jaringan basaloid, yang biasanya tersusun 2 lapisan. Jaringan stroma hilang, fibril, dan

vaskularisasi yang tinggi

Perawatan

Bedah eksisi. Rekuren jarang terjadi tetapi pasien harus dimonitor secara teratur

F. SEBACEOUS ADENOMA

Sebaceous adenoma jarang terjadi. Lesi ini berasal dari kelenjar sebaceous yang berlokasi didalam

kelenjar saliva. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang sering terkena.

Perawatan

Pembuangan kelenjar saliva yang terkena merupakan pilihan perawatan. Lesi intraoral dibuang

dengan pembedahan

 

G. MYOEPITHELIOMA

Kebanyakan myopethelioma terjadi pada kelenjar parotis, palatum merupakan lokasi yang sering

terkena. Lesi cendereung terjadi ketika dewasa sekitar umur 53 tahun, gejala lesi asimptomatik

dengan pertumbuhan yang lambat.

 

 

Patologi

Myopitheliomas terdiri dari spindle shaped cell atau sel plasmacytoid atau kombinasi dari kedua sel

tersebut. Dianosis tergantung pada identifikasi sel myopitelial. Pola pertumbuhan dimulai dari jaringan

yang padat sampai kehilangan dari sel myopitelial. Pemeriksaan immunohistochemical dengan

perwarnaan actin, cytokeratin, dan s-100 protein.

Perawatan

Bedah eksisi standar. Jarang terjadi rekuren.

H. Ductal papilloma

Definisi

Ductal papilloma merupakan bentuk dari tumor jinak kelenjar saliva yang muncul dari duktus sekretori,

dan biasanya terjadi pada kelenjar saliva minor. 3 bentuk dari ductal papilloma adalah simple ductal

papilloma ( intraductal papilloma ), inverted ductal papilloma, dan sialadenoma papilliferum

Page 46: Ortho, IKGM, OM

Simple Ductal Papilloma.

Simple ductal papilloma merupakan lesi exophytic dengan dasar pedunkulus (bertangkai). Lesi kadang

berwarna merah.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Inverted Ductal Papilloma.

Inverted ductal papilloma terjadi pada kelenjar saliva minor. Gambaran klinisnya seperti nodul

submukosa yang hampir sama dengan fibroma atau lipoma. Pemeriksaan histologi hampir sama

dengan sialadenoma. Bentuk dari ductal papilloma ini juga terdiri dari duktus epitelium yang

berproliferasi ke dalam jaringan stroma membentuk cleft.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Sialadenoma Papilliferum.

Bentuk dari sialadenoma papilliferum hampir sama dengan syringocystadenoma papilliferum pada

kulit. Lebih sering terjadi pada pria dewasa. Lesi ini biasanya timbul pada palatum dan mukosa bukal

dan merupakan lesi exophytic yang tidak terasa sakit. Lesi ini hampir mirip dengan papilloma. Pada

pemeriksaan histologis terlihat epithelium papilla yang didukung oleh jaringan ikat fibrovascular.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren.

MALIGNANT NEOPLASMA

Definisi

Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat

dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering menggunakan istilah tumor untuk menyatakan

suatu neoplasia atau neoplasma (Syafriadi, 2008).

Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant

neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir,

berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya

cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (bermetastasis).

Neoplasia ganas sering disebut kanker (Syafriadi, 2008).

Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat meransang terjadinya neoplasma. Faktor-faktor

ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1) Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan

dengan herediter dan faktor-faktor pertumbuhan; dan (2) faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur,

bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol (Syafriadi, 2008).

2.Klasifikasi malignant Neoplasma

2.1. Mucoepidermoid Carcinoma

Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis. Sebagian

kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan kelenjar ludah minor di

palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita

mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel

Page 47: Ortho, IKGM, OM

epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan

paling sering adalah kelenjar ludah parotis (Syafriadi, 2008).

Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan oleh radiasi.

Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 30-40. Hampir 75% pasien

mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil

lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar

duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.

Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat rendah,menengah, dan

tinggi (Adam et al., 1997; Lee, 2003).

 

 

Gambar 3 Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate grade dan high

grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan

sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami

metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel

tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel epidermoid

(sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan

masa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit

memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan

tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi (Syafriadi, 2008).

Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik well

differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated dapat

bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis menjadi buruk,

dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%) (Syafriadi, 2008).

2.2.Polymorphous Low-Grade Adenocarsinoma

Definisi

Neoplasma ganas pada kelenjar ludah minor yang merupakan 2 – 4% dari neoplasma ganas kepala

dan leher, 10% malignant neoplasmsa pada rongga mulut  dan 15 – 23% dari seluruh neoplasma

malignant pada kelenjar saliva. Neoplasma ganas kelenjar saliva diantaranya adalah polymorphous

low-grade adenocarcinoma (PLGA) yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1983 oleh  Batsakis et al

dan Freedman dan Lumerman yang menamakannya Terminal Duct Carcinoma and Lobular Carcinoma.

Tumor ini didiagnosis sebagai Pleomorphic Adenoma atau Adenoid Cystic Carcinoma tidak spesifik

yang merupakan neoplasma malignant kelenjar ludah yang lebih sering terdeteksi di kelenjar liur

minor . Penyakit ini merupakan patologik yang jarang terjadi dan mengenai orang – orang dengan

rentang usia 30-70 tahun dengan ratio predileksi pada perempuan 2:1.

Polymorphous low grade adenocarcinoma ditemukan hampir secara eksklusif di glandula saliva minor,

dan jarang terjadi di lokasi ekstraoral, termasuk kelenjar ludah utama. Enam puluh persen dari kasus-

kasus pada palatum keras atau lunak, 13% kasus pada mukosa bukal, 10% pada bibir atas,6% di area

retromolar dan dan 9% di seluruh rongga mulut.

 

Page 48: Ortho, IKGM, OM

Tanda dan gejala

Lesi biasanya digambarkan tanpa rasa sakit, massa tumbuh lambat , dilapisi oleh mucosa non-

ulcerated. Penyakit ini tergolong lambat terdeteksi dapat berminggu minggu atau bahkan bertahun-

tahun karena pertumbuhan yang lambat . lesi ini dapat mengikis atau menginflitrasi ke jaringan tulang

. Histologi menunjukkan Lesi non-encapsulated dengan margin infiltratif

Dinamakan polymorphous karena memiliki pertumbuhan dengan pola yang berbeda yakni  tubular,

padat, papiler, microcystic, cribiform, fasciculus, dan cords.  Lesi ini dapat mengilfiltrasi jaringan tulang

dan bahkan sampai invasi perivascular dan perineural.

 

Perawatan

Perawatan terbaik adalah bedah eksisi termasuk tulang yg terletak di bawahnya, jika perlu

pembedahan ini diikuti oleh radioterapi.

Prognosis adalah  baik dan angka relaps berkisar antara 17% dan 24%. Metastasis tidak biasa (9%),

namun bisa terjadi, terutama jika mempengaruhi kelenjar getah bening regional.

 

2.3Adenoid Cystic Carcinoma

Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor ganas yang

berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasive, dan kambuh setelah

operasi. Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul

pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian

bawah dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Umumnya

melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun (Syafriadi, 2008).

Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang termasuk tumor dengan

potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor

submandibular, dan 30 % tumor kelenjar saliva minor. Sebagian dari pasien merasa asimptomatik,

walaupun sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Tumor ini berbeda

dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh

kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun. Penderita dengan

karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan

hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen (Adam et al., 1997;

Lee, 2003).

Secara histopatologi anatomis adenoid kistik carcinoma mempunyai gambaran/ pola yang bervariasi.

Sel-sel tumor berukuran kecil, mempunyai sitoplasma yang jelas, dan tumbuh dalam suatu masa yang

padat atau berupa kelompok kecil, kelompok sel yang beruntai atau membentuk suatu kolum-kolum.

Didalam kelompoknya sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu rongga kistik menghasilkan

suatu kelompok tumor yang solid, tubulus, atau cribriform. Sel-sel tumor menghasilkan membran

basalis yang homogen sehingga menunjukan suatu gambaran yang sangat spesifik menyerupai bentuk

silindris (Syafriadi, 2008).

Perawatan tumor ini sulit diterapi secara sempurna, meskipun adenoid kistik karsinoma tidak

menunjukan metastasis dalam beberapa tahun setelah eksisi, tetapi dalam jangka waktu yang panjang

menunjukan prognosis yang buruk (Syafriadi, 2008).

Page 49: Ortho, IKGM, OM

Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika perlu struktur vital

yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang temporalis. Pencangkokan saraf

untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya karena dapat

mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka

prognosisnya buruk (Adam et al., 1997).

2.4.Clear Cell carcinoma

Clear cell carcinoma (CCC), juga kadang-kadang disebut sel jernih kanker , adalah suatu bentuk yang

jarang dari tumor yang ditandai dengan sel-sel yang tampak pucat dalam warna atau jelas, dengan

batas demarkasi yang solid di bawah mikroskop. Sel-sel ini cenderung untuk menjadi baik diisi dengan

cairan atau glikogen Clear cell carcinoma dapat ditemukan di berbagai jenis tumor .

 

Tumor Karsinoma berasal dari sel epitel. sel-sel epitel membentuk permukaan tubuh dan gigi

berlubang. Meskipun karsinoma sel jernih dapat terjadi di lokasi yang berbeda, itu diakui sebagai

penyakit saluran kencing vagina dan bawah. Sebagian besar tumor sel jernih karsinoma bersifat ganas

dan dianggap sebagai kanker grade tinggi, tetapi mereka sering memiliki tingkat kelangsungan hidup

yang tinggi.

 

Clear cell carcinoma juga dapat ditemukan pada tumor payudara, kulit, dan lokasi lainnya. Hal ini

paling sering dikaitkan dengan ovarium , saluran vagina, dan rahim .

 

2.5.Acinic Cell Carsinoma

Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi, angka

kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini berkapsul,

merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm

(Syafriadi,2008).

Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak wanita dibanding pria.

Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus.

Tanda patologik khas adalah adanya amiloid. Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar

dan sel duktus intercalated (Amirlak, 2009). Terapi karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap.

Terapi radiasi pascaoperasi mungkin dapat membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi

(Vidyadhara et al., 2007).

 

 

 

 

 

Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan). Pembedahan pada kasus karsinoma sel asini

kelenjar saliva (kiri).

Sumber : Anonim, 2008.

Page 50: Ortho, IKGM, OM

2.6 Adencarcinoma Not Otherwise Specified

Dalam klasifikasinya, adenokarsinoma tidak dinyatakan khusus (NOS), mencapai 17 persen dari tumor

ganas yang melibatkan kelenjar ludah kecil dan besar dan diikuti dan acinic karsinoma

mucoepidermoid sebagai yang paling sering tumor ganas ketiga. klasifikasi tambahan bahwa NOS

adenocarcinoma adalah yang paling umum ketiga atau keempat kelenjar ludah tumor ganas

Diagnosis tepat dari NOS adenokarsinoma, adalah penting jika kategori lainnya adenocarcinoma

kelenjar ludah adalah untuk menjadi semakin homogen untuk analisis klinikopatologi dan tujuan

prognosis. Selain itu, analisis kasus didiagnosis sebagai adenokarsinoma NOS menunjukkan prognosis

mereka berbeda secara signifikan dari beberapa kelompok tertentu. Umumnya, NOS adenocarcinoma

adalah lesi kelas tinggi dengan 5 dan kelangsungan hidup 10 tahun dalam kisaran 45 sampai 52% dan

36 sampai 39% masing-masingnya.

Sekitar 60% dari karsinoma tersebut terjadi pada kelenjar ludah utama (50% pada parotis dan 10% di

submandibular) dan sisanya melibatkan kelenjar kecil (langit-langit, bibir, lidah, mukosa bukal, dasar

mulut dan daerah tonsil) Tiga perempat dari kasus yang terjadi antara usia 40 dan 70 tahun.

Kebanyakan kasus akan memiliki beberapa bentuk pola pertumbuhan kelenjar-ducto.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 51: Ortho, IKGM, OM

MAKALAH BM

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

 

Oleh:

Anggi Sona Putri Nonegrina     

04091004059

 

Dosen:

Drg. Galuh Anggraini, SpBM

 

Program Studi Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

2011

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

1. I.                DEVELOPMENTAL ANOMALI

 

1. A.    APLASIA/AGENESIS ( Referensi : Diagnosis of salivary gland disorders Oleh K.

Graamans)

Definisi

Tidak adanya satu atau lebih kelenjar saliva mayor secara kongenital diistilahkan sebagai aplasia atau

agenesis. Hal ini sangat jarang terjadi, akan tetapi bila terjadi, maka biasanya yang terkenal adalah

kelenjar parotis.

Faktor herediter merupakan faktor penyebab dari aplasia ini. Gejala utama pada aplasia adalah

xerostomia, kesulitan dalam berbicara dan makan, dan karies yang parah. Diagnosa bisa dibuat ketika

orifis dari satu atau beberapi kelenjar saliva mayor tidak ditemukan.

Diagnosis

Sialgografi merupakan cara untuk memperlihatkan adanya cacat struktural yang besar baik pada

duktus saliva maupun pada kelenjarnya sendiri.

Perawatan

Pengobatan xerostomia didasarkan pada pemberian saliva tiruan, mengurangi kerusakan gigi dengan

melakukan tindakan pencegahan dan mengobati infeksi oportunistik,seperti kandidiasis oral dan

sialadenitis bakteri

 

Page 52: Ortho, IKGM, OM

1. B.     ABERANSIA

Definisi : kelainan bentuk anatomis kelenjar ludah.

Kelenjar ludah aberansia di laporkan mempunyai variasi lokasi, meliputi middle-ear cleft, leher ,

mandibula posterior, mandibula anterior, pituitary. Biasanya ditemukan secara kebetulan dan tidak

memerlukan intervensi.

Aberansia ini biasanya jarang terjadi pada mandibula anterior dan sulit untuk dilakukan diagnose.

Memberikan gambaran radiolusen pada apex gigi.

 

Diagnosa banding: the nomeras unilucular lesi radiolusen mandibula.

1. C.    ATRESIA

Atresia duktus kelenjar ludah ekskretoris yang  mengacu pada adanya bawaan atau penyempitan

saluran. Atresia berasal dari perkembangan kondisi yang sangat langka, yang dapat menghasilkan

xerostomia berat. Hal ini juga dapat mengakibatkan pembentukan kista retensi dari kelenjar ludah.

Menurut beberapa peneliti terdapat cacat perkembangan di ekskretoris tersebut.

 

II.  OBSTRUCTIVE SALIVARY GLAND DISEASE

Merupakan kondisi inflamasi dari  kelenjar saliva yang umumnya disertai rasa sakit atau nyeri dan

pembengkakan kelenjar , dan paling sering disebabkan oleh gangguan ductus dikarenakannya infeksi

bakteri yang akanmenurunkan aliran saliva dan stasis dari sekresi.

A. SIALOLITHIASIS

Definisi

Calculi atau ‘batu’ dapat terjadi dalam duktus saliva dari endapan garam-garam kalsium yang keluar

dari saliva di dalam lapisan konsentrik disekitar debris.

Etiologi

Masih belum diketahui namun ada beberapa faktor yang berkontribusi dari pembentukan batu yaitu

inflamasi, ketidakteraturan dari sistem duktus, iritasi lokal dan antikoligernik(obat-obatan) yang

mungkin akan menyebabkan adanya suatu genangan saliva di dalam duktus yang mana lama

kelamaan akan terbentuk batu. Terjadi paling sering di kelenjar submandibular, mungkin karena

viskositas yang tinggi dari kombinasi saliva dengan relatif yang lama dan bentuk yang berliku-liku dari

duktus.

 

Gambaran klinis

Batu biasanya berbentuk oval, licin, dan tidak beraturan permukaannya.

Batu kelenjar saliva ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali bila menimbulkan sumbatan

pada saluran kelenjar yang akan menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan kelenjar yang

bersangkutan.

Keluhan awal, terjadi pembengkakan selama 1-2jam dan rasa tidak nyaman saat makan. Bila tahap

ini tidak diobati, sumbatan progresif pada saluran ini dapat menimbulkan sialadenitis bakterial akut

dengan gejala seperti rasa sakit terus menerus, pembengkakan serta demam

Page 53: Ortho, IKGM, OM

Diagnosis

Secara klinis à abnormal saat pemeriksaan

Ekstraoral à Pembengkakan

Intraoral à Dijumpai deposit berkapur pada orifis saluran/teraba di dalam saluran.

Pemeriksaan

Radiografi à tidak semua kalkuli radioopaq

Sialografi à Dapat mendeteksi adanya mucous plugs

Perawatan : .

Pemijatan dari kelenjar .

Hidrasi dan penggunaan  dari sialagogues (seperti tetesan asam lemon) untuk mendorong sekresi

ke depan.

Antibiotik dibutuhkan untuk mengobati infeksi sekunder.

Analgesik untuk mengurangi rasa sakit.

Pembedahan jika diperlukan

 

 

 

 

III. MUCOUS RETENTION

 

1. A.    MUCOCELE

Definisi

Fenomena retensi mukus berupa pembengkakan noduler paling umum dari bibir bawah dan secara

khas disebut Mucocele

Terdapat 2 tipe fenomena retensi mukus :

1. Fenomena retensi mukus -tipe retensi/kista rentensi mukus à dibatasi oleh epitel duktus dan

merupakan akibat dari genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar.

2. Fenomena retensi mukus-tipe ekstravasasi/kista ekstravasasi mukus à tidak ada batas-batas epitel.

Biasanya dikelilingi oleh jaringan granulomatosa dan berasal dari trauma yang memutuskan suatu

duktus, diikuti oleh genangan mukus di luar duktus kelenjar liur tambahan dalam jaringan ikat.

3. 3.      Etiologi

Etiologi

Mucocele melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun

diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus

glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat

disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat

pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang,

menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi

Page 54: Ortho, IKGM, OM

rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-

lain.

Diagnosis

Dapat secara langsung dari riwayat penyakit, gambaran klinis dan palpasi.

Gambaran Klinis

            Mucocele memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang

berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-

kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam,

apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,

beberapa literatur menuliskan diameter mucocele umumnya kurang dari 1 cm.

                              

Mucocele pada anterior median line ventral lidah                   mucocele pada bibir bawah

 

 

Perawatan

            Perawatan untuk kasus mucocele adalah bedah eksisi. Tetapi, mucocele dapat bersifat

rekuren apabila tidak dieksisi dengan baik dan jika duktus-duktus lain terpotong selama pembedahan.

            Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting.

Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

 

1. B.     RANULA

 

Definisi

ranula adalah mucocele besar yang berlokasi pada dasar mulut. Ranula dapat berupa ekstravasasi

mucus atau kista retensi mucus dan biasanya berhubungan dengan kelenjar saliva sublingualis dan

glandula saliva minor.

Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan

aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula

sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk

pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital

dimana duktus saliva tidak terbuka..

Gejala klinis

Istilah ranula digunakan karena lesi seringkali bengkak seperti perut kodok. Lesi ininpada umumnya

sakit, pertumbuhan lambat, lembut dan berlokasi pada dasar mulut. Kadang – kadang lesi hanya

terbentuk pada satu sisi frenulum lingualis. Tetapi, jika lesi telah menembus jaringan lunak, maka akan

melewati garis midline. Sama seperti mucocele, ranula yang dangkal memiliki warna biru yang khas,

tetapi bila ranula sudah dalam maka mukosa terlihat normal.

Page 55: Ortho, IKGM, OM

Gambaran klinis ranula simpel                       gambaran klinis ranula plunging

Perawatan

Ranula biasanya dirawat dengan pembedahan. Prosedur marsupialisasi untuk pengangkatan lesi

merupakan pilihan perawatan, terutama pada lesi kecil. Kekambuhan dapat terjadi dengan teknik

marsupialisasi tunggal, pada kasus ini eksisi lesi (termasuk kelenjar) dianjurkan. Penyuntikan

kortikosteroid pada intralesi telah sukses dalam perawatan ranula.

 

IV. INFECTION AND REACTIVE LESSIONS

1. A.    NECROTIZING METAPLASIA

Definisi

Merupakan kondisi inflamasi yang jarang terjadi karena tidak tuntasnya suatu etiologi yang berefek ke

kelenjar saliva palatal minor.

Etiologi

Hal ini telah diterima secara luas bahwa necrotizing sialometaplasia dimulai oleh kejadian iskemik

lokal. Beberapa sumber mangatakan bahwa kelainan ini berhubungan dengan kebiasaan merokok,

mengonsumsi alkohol, penggunaan gigi tiruan, operasi, dan penyakit sistemik.

 

Gambaran Klinis

Nekrosis yang diikuti pembengkakan yang sakit dan ulserasi sering muncul yang dicurigai sebagai

malignant. Umumnya lesi berada di palatum durum bagian posterolateral,bagaimanapun dapat

menyerang semua tempat dimana terdapat jaringan kelenjar minor.

Perawatan

            Sesungguhnya necrotizing sialometaplasia adalah lesi yang tidak menyebar, bertahan paling

lama 6 minggu dalam rongga mulut, dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tidak ada perawatan

spesifik yang dibutuhkan, tapi debridement dan saline rinse dapat membantu dalam proses

penyembuhan. Jarang pula terjadi kekambuhan pada kasus ini.

 

1. B.     VIRAL INFECTIONS

1. 1.      MUMPS

Etiologi

Mumps disebabkan karena RNA Paramyxovirus dan ditransmisi oleh kontak langsung dengan droplet

saliva. Di Amerika Serikat dan Kanada telah menganjurkan vaksinasi mumps sejak tahun 1970an dan

memonitor vaksinasi pd masa sekolah. Oleh karena itu, infeksi ini harus dipertimbangkan dalam kasus

peradangan kelenjar saliva nonsupurative akutpada pasien yang tidak divaksinasi dan tidak memiliki

mumps.

 

Gejala klinis

Page 56: Ortho, IKGM, OM

Biasanya, mumps menyerang anak – anak dengan usia 4 dan 6 tahun. Diagnose pada orang dewasa

lebih sulit. Masa inkubasi adala 2 – 3 minggu; diikuti oleh pembesaran dan peradangan kelenjar saliva,

nyeri, demam, malaise, sakit kepala dan myalgia. Kebanyakan kasus melibatkan glandula parotis,

tetapi 10% kasus melibatkan glandula mandibular. Kulit disekitar glandula bengkak kemerahan.

Kelenjar ludah membengkak tiba2 dan sakit bila di palpasi. Jika setengah dari kelenjae saliva

mengalami destruksi maka pasien akan merasa sakit saat makan. Pembengkakan terjadi secara

bilateral dan berlangsung sekitar 7 hari.

 

Perawatan

Perawatan mumps berupa perawatan simptomatik dan vaksinasi untuk pencegahan

 

1. 2.      CYTOMEGALOVIRUS INFECTION

 

Etiologi

Human CMV adalah beta herpesvirus yang yang menginfeksi hanya pada manusia. CMV akan menjadi

latent setelah terekspos dan menginfeksi. Meskipun kekambuhan dapat terjadi pada individu tanpa

gejala klinis, tetapi imunitas seseorang dapat merawatnya.

CMV dapat berkembang di darah, saliva, feces, sekresi pernapasan, urine dan cairan  tubuh lain. CMV

adalah penyebab utama terjadi ny non – Epstein barr virus yang menginfeksi mononukleus pada

kebanyak populasi.

Gejala klinis

CMV mononukleusis sering menyerang dewasa muda dengan gejala demam akut dan terjadi

pembesaran kelenjar saliva.

 

 

 

 

Perawatan

Pasien dengan imunocompeten dirawat dengan mengobati symptom nya. Pasien dengan

immunocompromised dianjurkan memakai manajemen agresif dan dilakukan pengobatan dengan

intravena gancyclovir, foscarnet, atau cidofovir

 

1. 3.      HIV – INFECTION

Etiologi

Neoplastik dan non – neoplastik lesi kelenjar ludah mengalami peningkatan pada pasien yang

menderita HIV. Dokter harus mempertimbangkan tumor yang berhubungan dengan AIDS seperti

Sarkoma Kaporsi dan Limfoma. Sjogren’s syndrome juga ditemukan pada pasien yang terinfeksi HIV.

Page 57: Ortho, IKGM, OM

Berbagai istilah telah digunakan untuk menggambarkan kondisi ini “HIV penykit kelenjar ludah (HIV-

SGD) adalah istilah yang dipakai. HIV – SGD menggambarkan xerostomia dan pembesaran kelenjar

ludah jinak (unilateral dan bilateral) pada pasien yang positif HIV.

 

Gejala klinis

Kebanyakan gejala HIV – GSD adalah pembengkakan kelenjar saliva, dimana berhubungan dengan

xerostomia atau tidak. Kelenjar parotis ditemukan pada 98% laporan kasus dan 60% pasien

mengalami pembesaran bilateral.

 

Perawatan

Pengobatan HIV – SGD secara simptomatiknya. Xerostomia dapat diobati dengan memperbanyak

minum air, mengganti pengganti air liur, mengunyah permen karet bebas gula, atau mengisap permen

karet  bebas gula. Flourida topical untuk mencegah karies.

 

1. 4.      Hepatitis C virus Infection

Etiiologi

HCV DNA telah terdeteksi dalam saliva pasien dengan infeksi hepatitis C kronis, dan saliva pada HCV

itu merupakan pembawa infeksi. Sejumlah laporan dari Eropa pusat menunjukkan hubungan antara

HCV dan Sjogren’s syndrome

 

Gejala klinis

Infeksi HCV memiliki banyak manifestasi ekstrahepatik, termasuk pembesaran kelenjar saliva. Pasien

mungkin melaporkan xerostomia disertai dengan pembesaran kelenjar saliva mayor yang kronis.

 

Perawatan

Perawatan berdasarkan gejalanya.

 

1. C.             BACTERY INFECTIONS

 

1. 1.      ALLERGIC SIALADENITIS

Definisi

Merupakan pembesaran kelenjar saliva mayor khususnya kelenjar parotis yang dapat berasosiasi

dengan berbagai kelainan sitemik termasuk alkolisme, diabetes,  malnutrisis, dan bulimia. Sialodenosis

biasanya terjadi secara bilateral, tanpa rasa sakit, dan berkembang  perlahan seiring waktu. Secara

histology terlihat perbesaran acinar terlihat bersamaan dengan kemungkinan infiltrasi lemak.

Etiologi

Page 58: Ortho, IKGM, OM

Etiologinya tidak di ketahui , namun berhubungan dengan sistem stimulus saraf otonom yang tidak

tepat.

Perawatan

Hindari allergen dan monitoring terhadap adanya infeksi sekunder.

1. D.    ACTINOMYCOSIS

 

Etiologi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa genus Actinomyces termasuk kuman, meskipun

sebelumnya diduga suatu jamur. Actinomyces ditemukan dalam gigi berlubang, pada gigi dalam

pocket gingiva dan kripta tonsil sebagai saprofit. bukannya berdasarkan isolasi jamur, tetapi

berdasarkan atas sifat serta bentuk-bentuk benda yang ditemukan dalam lesi penyakitnya dan sampai

sekarang Actinomyces belum berhasil diisolasi dari alam bebas.

Aktinomikosis ini dibedakan menjadi 4 bentuk:

1. Bentuk abdominalis

2. Bentuk servikofasialis

3. Bentuk torakalis

4. Bentuk generalisata

Disini yang akan dibahas adalah bentuk servikofasialis karena terjadinya pada rongga mulut.

Gambaran klinis

Dimulai dengan pembengkakan yang kecil, datar, dan keras di dalam mulut, kulit leher atau bawah

rahang. Kadang pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya terbentuk daerah lunak yang

menghasilkan cairan yang mengandung butiran belerang yang bulat dan kecil, berwarna kekuningan.

Infeksi bisa menyebar ke pipi, lidah, tenggorokan, kelenjar liur, tulang tengkorak atau otak dan selaput

otak (meningens).

 

V . METABOLIC DISORDER WITH SALIVARY GLAND INVOLMENT

 

1. A.    SJOGREN SYNDROME

 

Definisi

Sindrom Sjogren atau sering disebut autoimmune exocrinopathy adalah penyakit autoimun sistemik

yang terutama mengenai kelenjer eksokrin dan biasanya memberikan gejala kekeringan persisten dari

mulut dan mata akibat gangguan fungsional kelenjer saliva dan lakrimalis

 

Etiologi

Sindrom Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui. Terdapat peranan faktor genetik dan non

genetik pada patogenesis Sindrom Sjogren. Dilaporkan adanya kaitan antara Sindrom Sjogren dengan

HLA DR dan DQ.

Page 59: Ortho, IKGM, OM

 

Gejala klinis

tidak terbatas hanya pada gangguan sekresi kelenjer tetapi disertai pula dengan gejala sistemik atau

ektraglandular. Gejala awal biasanya ditandai dengan mulut dan mata kering dan kadang-kadang

disertai pembesaran kelenjer parotis. Secara histopatologi kelenjer eksokrin penuh dengan infiltrasi

limfosit yang mengantikan epitel yang berfungsi untuk sekresi kelenjer (exocrinopathy).

 

Diagnosis

Sindrom Sjogren sebenarnya relatif mudah, tetapi untuk Sindrom Sjogren Primer biasanya lebih sulit

karena pasien menunjukkan gejala utama yaitu mata kering, mulut kering dan keluhan muskuloskletal

dan biasanya pasien berobat kespesialis yang berbeda-beda.

Mulut kering pada penderita Sjogren Syndrome

 

Penatalaksanaan

Sindrom Sjogren meliputi pengelolaan disfungsi sekresi kelenjer air mata dan saliva, pencegahan dan

pengelolaan sekuele serta pengelolaan manifestasi ektraglandular. Sampai saat ini masih belum ada

satu pengobatan yang ditujukan untuk semua manifestasi Sindrom Sjogren.Walaupun Sindrom Sjogren

bukan merupakan penyakit yang ganas tapi keluhan mata dan mulut kering yang persisten dapat

mengurangi kualitas hidup dan dalam perkembangannya dapat menjadi limfoma yang dapat

menyebabkan kematian.

 

1. DIABETES

Definisi

Diabetes melitus adalah penyakit endokrin umum, terutama pada populasi geriatri. Beberapa kelainan

metabolik berlangsung disini, dan komplikasi jangka panjang seperti hipertensi ginjal, neuropati, dan

penyakit mata dapat terjadi.

Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol sering mengeluhkan  mulut kering (xaerostomia) , yang

diyakini akibat poliuria dan hidrasi yang buruk. Adapun hasil  penelitian tentang komposisi aliran saliva

pasien diabetes yang mengalami perubahan  kontradiktif. Satu studi melaporkan bahwa laju aliran

saliva pada anak dengan diabetes mellitus tidak terkontrol akan  menurun bila dibandingkan dengan

laju aliran saliva pada pasien anak diabetes yang terkontrol. Walaupun diabetes melitus  terkontrol,

peneliti lain menemukan  laju aliran saliva normal, tetapi terjadi perubahan  pada komposisi salivanya.

Berdasarkan uji klinis pada perbandingan pasien diabetes yang terdiri dari  pasien dewasa dengan

kontrol normal dengan pasien diabetes yang tidak terkontrol. Ditemukan bahwa pasien dengan

diabetes yang kurang terkontrol telah menurunkan laju aliran saliva bila dibandingkan dengan pasien

dengan diabetes terkontrol baik. Para peneliti juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara

populasi dalam frekuensi keluhan xerostomia, dan selanjutnya, bahwa disfungsi saliva mungkin ada

pada pasien diabetes yang lebih tua.

 

Page 60: Ortho, IKGM, OM

 

Etiologi

Disfungsi kelenjar saliva pada pasien diabetes tidak jelas. Kontrol glikemik yang buruk secara langsung

dapat menimbulkan efek pada metabolisme. Disfungsi sistem saraf otonom  mungkin berperan disini.

Meurman melaporkan tidak ada perubahan tingkat aliran saliva antara non-insulindependent pasien

diabetes dan kontrol normal. Namun, mereka menemukan efek dari obat xerostomic pada tingkat

aliran saliva lebih kuat pada pasien diabetes. Mereka menduga bahwa ini karena disfungsi sistem saraf

otonom pada populasi diabetes

 

1. B.     GRANULOMATOUS CONDITIONS

 

1. 1.      TUBERCULOSIS

Definisi

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis,yang bisa menyebabkan terbentuknya granuloma pada jaringan yang terinfeksi.Paru-paru

merupakan organ yang paling sering diserang, tetapi jaringan yang lain, termasuk kelenjar saliva juga

bisa diserang. Pasien dengan TB biasanya xerostomia dan pembengkakan pada kelenjar saliva dengan

granuloma dan cyst pada kelenjar yang terinfeksi. Pembesaran kelenjar saliva timbul sebagai bagian

dari karakteristik dari gejala yg kompleks dari TB.

 

Diagnosa

Pada biopsi, ditemukannya bakteri mycobacterium

 

Perawatan

Perawatan pada kelenjar saliva meliputi kemoterapi. Pada pasien yang tidak  cocok untuk dilakukan

kemoterapi maka dilakukan pembedahan pada kelenjar saliva yang terinfeksi tersebut.

 

1. 2.      SARCOIDOSIS

Definisi

Sarcoidosis merupakan suatu kondisi kronik dimana limfosit T, mononuclear dan granuloma

menyebabkan kerusakan pada suatu jaringa. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui. Heerfordt’s

syndrome biasa menyebabkan sarcoidosis. Sarcoidosis menyerang kelenjar saliva pada 1 dari 20

kasus. Pada pemeriksaan linis ditemukan adanya pembesaran kelenjar saliva, tidak disertai rasa sakit,

bilateral dan kenyal. Selain itu juga ditemukan penurunan fungsi saliva.

 

Pemeriksaan

Biopy, pemeriksaan serum (calcium level, autoimmune serologies, dan konsentrasi angiotensin I–

converting enzyme  )

Page 61: Ortho, IKGM, OM

 

Perawatan

Pemberian chloroquine, yang bisa dikombinasikan dengan kortikosteroid. Pada pasien yang gagal pada

pengobatan dengan kortikosteroid, diberikan obat immunosuppresive dan immunomodulatory.

 

1. 3.      BULIMIA / ANOREKSIA

Definisi

Berasal dari bahasa Yunani yang berarti hilang nafsu makan. Patah selera, hilangnya,berkurangnya

nafsu makan. Anorexia nervosa adalah Anoreksi yang disebabkan terganggunya pusat nafsu makan

dalam hipotalamus yang menyebabkan penderita menjadi kurus kering.

Etiologi

            Tejadinya gangguan pusat nafsu makan pada hipotalamus yang menyebabkan penderita

menjadi kurus kering.

Gambaran klinis

Pembesaran dan disfungsi kelenjar saliva à Pembesaran yang nampak dihubungkan dengan

defisiensi nutrisi dan kebiasaan sering muntah.

Gangguan makan susah untuk didiagnosa . Untuk diagnosa dini dan perawatan , dokter gigi

seharusnya waspada pada temuan oral umum sperti erosi enamel, xerostomia, pembesaran

kelenjar saliva, eritema mukosa, dan angular cheilitis.

Hipertropi jinak mungkin menetap dan memerlukan tindak lanjut.

Terjadi peningkatan  amilase yang spesifik  pada pasien yang  mengalami  bulimia.

Enzim amilase meningkat dengan frekuensi minum minuman keras, tapi hubungannya tidak cukup

kuat  untuk induksi level amilase sebagai suatu indeks  dari keparahan penyakit.

 

Pemeriksaan

Telah dilaporkan satu studi kasus bahwa pemeriksaan histologis dari gangguan kelenjar saliva

terdapat pembesaran asinar dan penurunan lemak intertisial. Pembesaran  Kelenjar saliva  biasanya

terhenti jika berat badan pasien kembali normal dan tterhentinya kebiasaan makan yang tidak baik.

 

Perawatan

Parotidektomi superfisial akan menurunkan hipertropi kelenjar saliva, beberapa ahli bedah percaya

bahwa tindakan bedah merupakan kontraindikasi untuk beberapa  pasien dengan gangguan

makan, karena peningkatan resiko dihubungkan dengan metabolik pasien  yang tidak seimbang

dan profil psikologikal.

Pasien seharusnya ditanyakan secara langsung jika mengalami gangguan makan.

Gangguan makan harus diingat dalam diagnosa bandingnya dengan disfungsi kelenjar saliva dan

hipertropi kelenjar saliva.

 

1. C.    RADIATION INDUCED PATHOLOGY

Page 62: Ortho, IKGM, OM

Terapi sinar radiasi eksternal untuk kanker kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan permanen

pada kelenjar ludah, khususnya asinus serius yang menjadi xerostomia yang parah. Pasien ini

membutuhkan follow-up dental yang dekat dengan pemeliharaan preventif agresif karena resiko tinggi

untuk karies merajalela yang cenderung mempengaruhi daerah leher dan akar gigi. Restorasi dan

perlindungan gigi sangat penting mengingat potensial untuk osteorasionecrosis dari rahang juga

ekstraksi gigi hadir dalam bidang radiasi.

 

Terapi :

Pengobatan dengan radioreactive iodine diikuti pembedahan untuk kanker thyroid juga dapat

mengakibatkan peradangan dan kerusakan pada kelenjar ludah dalam persentase kecil pada pasien.

Gejala biasanya sementara, kecuali struktur terjadi dalam saluran mengakibatkan sialadenitis kronis.

Sialography, yang sekarang telah banyak di gantikan oleh computed tomoghraphy dan jarang

ditunjukkan, mungkin berguna pada pasien untuk mengidentifikasi struktur duktal. Gejala kadang-

kadang dapat di kurangi dengan suntikan media kontras selama sialoghraphy, struktur mungkin dapat

digunakan untuk dilatasi melalui teknik endoskopik intraoral dalam beberapa kasus. Pilocarpine atau

cevirnilline dapat membantu kasus radiasi ini.

Tes diagnostik : Biasanya tidak ada, diagnosis berdasarkan sejarah dari terapi radiasi dan tes klinik.

Sialography merupakan indikasi dalam kasus ini.

-          Tidak di perlukan biopsy

 

VI.  NEOPLASMA

BENIGN TUMORS

A. PLEOMORPHIC ADENOMA

Definisi dan Etiologi

Merupakan tumor yang sering terjadi pada kelenjar saliva. Tumor ini sering disebut sebagai mixed

tumor karena terdiri dari sel epitel dan mesenkim. Sekitar 85% tumor ini ditemukan pada kelenjar

parotis dan 8% ditemukan pada kelenjar submandibular, dan sisanya ditemukan pada sublingual dan

kelenjar saliva minor.

Pleomorphic adenoma terjadi pada semua usia tetapi prevalensi tertinggi terjadi pada anak-anak. Dan

jenis kelamin perempuan lebih sering terkena.

Gambaran klinis

Pada pemeriksaan klinis tumor ini tidak terasa nyeri, kenyal dan massa yang mudah digerakan dan

jarang disertai ulser pada kulit atau mukosa. Pada kelenjar parotis, neoplasma ini tumbuh dengan

lambar dan biasanya terjadi pada sisi posterior inferior dari lobus superficial. Secara intraoral, mixed

tumor ini sering terjadi pada palatum, diikuti bibir atas dan mukosa bukal.

Pleomorphic ini dapat berbeda-beda ukurannya tergantung pada kelenjar mana yang terkena. Pada

kelenjar parotis, tumor ini biasanya berdiameter beberapa centimete tetapi bisa menjadi lebih besar

jika tumor ini tidak dirawat.

 

Page 63: Ortho, IKGM, OM

 

 

Fig.Pleomorphic adenoma of the upper labial mucosa                  Fig.Pleomorphic adenoma of

the palate.

 

Perawatan

Perawatann lesi ini biasanya dilakukan dengan bedah. Pada lesi yang lebih besar dilakukan superficial

parotidectomy. Tumor kecil di buntut dari kelenjar saliba dibuang dengan mengikutsertakan tepi

jaringan yang normal. Lesi yang terjadi pada kelnjar saliva submandibular biasanya dilakukan

pembuangan dari kelenjar saliva tersebut.

B. PAPILLARY CYSTADENOMA LYMPHOMATOSUM

Definisi

Papillary cystadenoma lymphomatosum yang juga dikenal sebagi tumor Warthin, merupakan tumor

jinak kedua yang sering terjadi pada kelenjar parotis. Dan tumor ini selalu berlokasi di kelenjar parotis,

tetapi kebanyak terdapat pada bagian inferior kelenjar, sudut posterior dari kelenjar submandibila.

Tumor ini terjadi bilateral pada sekitar 6-12% penderita

Gambaran klinis

Kelenjar ini merupakan massa yang tumbuh lambat pada buntut dari kelenjar patotis dan tidak nyeri

kecuali tumor ini menjadi superinfected.

Fig.Lipoma of the buccal mucosa.

Perawatan

Papillary cytadenoma lymphomatosum sering berlokasi di buntuk kelenjar parotis sehingga mudah

dibuang dengan disertai tepi jaringan yang sehat. Tumor yang lebih besar dan melibatkan sejumlah

lobus superfisial dari kelenjar parotis biasanya dilakukan superficial parotidectomy. Jarang terjadi

rekurensi.

C. ONCOMYTIS

Definisi

Oncocytomas merupakan tumor jinak yang jarang terjadi. Nama dari tumor ini oncocytomas karena

tumor ini berisi sel oncocytes, yang merupakan sel granular acidophilic yang besar. Tumor ini sering

terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada baik laki-laki maupun perempuan.

Gambaran klinis

Oncocytomas biasa padat dan bisa dilihat di kelenjar saliva minor tetapi jarang terlihat pada intraroral.

Lesi ini bisa ditemukan pada lobus superficial dari kelenjar parotis. Biasanya lesi ini bilateral.

Pathology

Pada pemeriksaan histologis, tumor ini terdiri dari sel eosinophilic granular berwarna coklat. Oncocytes

pada tumor ini terdiri dari technetium, dan lesi ini bisa berubah menjadi tumor ganas. Dan lesi ini lesi

yang agrresive

Perawatan

Page 64: Ortho, IKGM, OM

Superficial parotidectomy merupakan pilihan pertama perawatan untuk kasus tumor kelenjar parotis.

Pembuangan kelenjar merupakan pilihan perawatan untuk tumor pada kelenjar submandibula dan

kelenjar saliva minor. Rekuren jarang terjadi

1. D.    BASAL CELL ADENOMAS

Basal cell adenomas tumbuh dengan lambat dan merupakan massa yang tidak nyeri. Lesi ini lebih

sering terjadi pada pria. 70% kasus terjadi pada kelenjar parotism bibir atas merupakan tempat yang

sering terkena untuk basal cell adenomas pada kelenjar saliva minor.

Patologi

Secara histologi terdapat 3 varietas dari basal cell adenomas : padat, trabecular-tubular dan

membraneous. Ukuran dari nukleus normal dengan material cytoplasmic yang sedikit. Bentuk

Trabecular-tubular terdiri dari epitelium trabekular. Sedangkan bentuk membranous adalah

multilocular, dan 50% lesi tidak berkapsul.  Bentuk membraneous tumbuh dianatar jaringan saliva

yang normal .

 

Perawatan

Lesi dibuang dengan bedah eksisi konservatif. Umumnya,lesi tidak rekuren. Tetapi pada bentuk

membraneous sering terjadi rekuren.

E. CANALICULAR ADENOMA

Canalicular adenoma biasa terjadi pada orang yang berumur lebih dari 50 dan lebih sering terjadi pada

wanita. 80% kasus terjadi pada bibir atas. Pertumbuhan lesi lambat dan asymptomatic.

Patologi

Lesi terdiri dari jaringan basaloid, yang biasanya tersusun 2 lapisan. Jaringan stroma hilang, fibril, dan

vaskularisasi yang tinggi

Perawatan

Bedah eksisi. Rekuren jarang terjadi tetapi pasien harus dimonitor secara teratur

F. SEBACEOUS ADENOMA

Sebaceous adenoma jarang terjadi. Lesi ini berasal dari kelenjar sebaceous yang berlokasi didalam

kelenjar saliva. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang sering terkena.

Perawatan

Pembuangan kelenjar saliva yang terkena merupakan pilihan perawatan. Lesi intraoral dibuang

dengan pembedahan

 

G. MYOEPITHELIOMA

Kebanyakan myopethelioma terjadi pada kelenjar parotis, palatum merupakan lokasi yang sering

terkena. Lesi cendereung terjadi ketika dewasa sekitar umur 53 tahun, gejala lesi asimptomatik

dengan pertumbuhan yang lambat.

Page 65: Ortho, IKGM, OM

 

 

Patologi

Myopitheliomas terdiri dari spindle shaped cell atau sel plasmacytoid atau kombinasi dari kedua sel

tersebut. Dianosis tergantung pada identifikasi sel myopitelial. Pola pertumbuhan dimulai dari jaringan

yang padat sampai kehilangan dari sel myopitelial. Pemeriksaan immunohistochemical dengan

perwarnaan actin, cytokeratin, dan s-100 protein.

Perawatan

Bedah eksisi standar. Jarang terjadi rekuren.

H. Ductal papilloma

Definisi

Ductal papilloma merupakan bentuk dari tumor jinak kelenjar saliva yang muncul dari duktus sekretori,

dan biasanya terjadi pada kelenjar saliva minor. 3 bentuk dari ductal papilloma adalah simple ductal

papilloma ( intraductal papilloma ), inverted ductal papilloma, dan sialadenoma papilliferum

Simple Ductal Papilloma.

Simple ductal papilloma merupakan lesi exophytic dengan dasar pedunkulus (bertangkai). Lesi kadang

berwarna merah.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Inverted Ductal Papilloma.

Inverted ductal papilloma terjadi pada kelenjar saliva minor. Gambaran klinisnya seperti nodul

submukosa yang hampir sama dengan fibroma atau lipoma. Pemeriksaan histologi hampir sama

dengan sialadenoma. Bentuk dari ductal papilloma ini juga terdiri dari duktus epitelium yang

berproliferasi ke dalam jaringan stroma membentuk cleft.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Sialadenoma Papilliferum.

Bentuk dari sialadenoma papilliferum hampir sama dengan syringocystadenoma papilliferum pada

kulit. Lebih sering terjadi pada pria dewasa. Lesi ini biasanya timbul pada palatum dan mukosa bukal

dan merupakan lesi exophytic yang tidak terasa sakit. Lesi ini hampir mirip dengan papilloma. Pada

pemeriksaan histologis terlihat epithelium papilla yang didukung oleh jaringan ikat fibrovascular.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren.

MALIGNANT NEOPLASMA

Definisi

Page 66: Ortho, IKGM, OM

Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat

dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering menggunakan istilah tumor untuk menyatakan

suatu neoplasia atau neoplasma (Syafriadi, 2008).

Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant

neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir,

berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya

cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (bermetastasis).

Neoplasia ganas sering disebut kanker (Syafriadi, 2008).

Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat meransang terjadinya neoplasma. Faktor-faktor

ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1) Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan

dengan herediter dan faktor-faktor pertumbuhan; dan (2) faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur,

bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol (Syafriadi, 2008).

2.Klasifikasi malignant Neoplasma

2.1. Mucoepidermoid Carcinoma

Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis. Sebagian

kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan kelenjar ludah minor di

palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita

mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel

epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan

paling sering adalah kelenjar ludah parotis (Syafriadi, 2008).

Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan oleh radiasi.

Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 30-40. Hampir 75% pasien

mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil

lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar

duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.

Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat rendah,menengah, dan

tinggi (Adam et al., 1997; Lee, 2003).

 

 

Gambar 3 Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate grade dan high

grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan

sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami

metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel

tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel epidermoid

(sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan

masa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit

memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan

tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi (Syafriadi, 2008).

Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik well

differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated dapat

Page 67: Ortho, IKGM, OM

bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis menjadi buruk,

dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%) (Syafriadi, 2008).

2.2.Polymorphous Low-Grade Adenocarsinoma

Definisi

Neoplasma ganas pada kelenjar ludah minor yang merupakan 2 – 4% dari neoplasma ganas kepala

dan leher, 10% malignant neoplasmsa pada rongga mulut  dan 15 – 23% dari seluruh neoplasma

malignant pada kelenjar saliva. Neoplasma ganas kelenjar saliva diantaranya adalah polymorphous

low-grade adenocarcinoma (PLGA) yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1983 oleh  Batsakis et al

dan Freedman dan Lumerman yang menamakannya Terminal Duct Carcinoma and Lobular Carcinoma.

Tumor ini didiagnosis sebagai Pleomorphic Adenoma atau Adenoid Cystic Carcinoma tidak spesifik

yang merupakan neoplasma malignant kelenjar ludah yang lebih sering terdeteksi di kelenjar liur

minor . Penyakit ini merupakan patologik yang jarang terjadi dan mengenai orang – orang dengan

rentang usia 30-70 tahun dengan ratio predileksi pada perempuan 2:1.

Polymorphous low grade adenocarcinoma ditemukan hampir secara eksklusif di glandula saliva minor,

dan jarang terjadi di lokasi ekstraoral, termasuk kelenjar ludah utama. Enam puluh persen dari kasus-

kasus pada palatum keras atau lunak, 13% kasus pada mukosa bukal, 10% pada bibir atas,6% di area

retromolar dan dan 9% di seluruh rongga mulut.

 

Tanda dan gejala

Lesi biasanya digambarkan tanpa rasa sakit, massa tumbuh lambat , dilapisi oleh mucosa non-

ulcerated. Penyakit ini tergolong lambat terdeteksi dapat berminggu minggu atau bahkan bertahun-

tahun karena pertumbuhan yang lambat . lesi ini dapat mengikis atau menginflitrasi ke jaringan tulang

. Histologi menunjukkan Lesi non-encapsulated dengan margin infiltratif

Dinamakan polymorphous karena memiliki pertumbuhan dengan pola yang berbeda yakni  tubular,

padat, papiler, microcystic, cribiform, fasciculus, dan cords.  Lesi ini dapat mengilfiltrasi jaringan tulang

dan bahkan sampai invasi perivascular dan perineural.

 

Perawatan

Perawatan terbaik adalah bedah eksisi termasuk tulang yg terletak di bawahnya, jika perlu

pembedahan ini diikuti oleh radioterapi.

Prognosis adalah  baik dan angka relaps berkisar antara 17% dan 24%. Metastasis tidak biasa (9%),

namun bisa terjadi, terutama jika mempengaruhi kelenjar getah bening regional.

 

2.3Adenoid Cystic Carcinoma

Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor ganas yang

berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasive, dan kambuh setelah

operasi. Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul

pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian

Page 68: Ortho, IKGM, OM

bawah dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Umumnya

melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun (Syafriadi, 2008).

Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang termasuk tumor dengan

potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor

submandibular, dan 30 % tumor kelenjar saliva minor. Sebagian dari pasien merasa asimptomatik,

walaupun sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Tumor ini berbeda

dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh

kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun. Penderita dengan

karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan

hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen (Adam et al., 1997;

Lee, 2003).

Secara histopatologi anatomis adenoid kistik carcinoma mempunyai gambaran/ pola yang bervariasi.

Sel-sel tumor berukuran kecil, mempunyai sitoplasma yang jelas, dan tumbuh dalam suatu masa yang

padat atau berupa kelompok kecil, kelompok sel yang beruntai atau membentuk suatu kolum-kolum.

Didalam kelompoknya sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu rongga kistik menghasilkan

suatu kelompok tumor yang solid, tubulus, atau cribriform. Sel-sel tumor menghasilkan membran

basalis yang homogen sehingga menunjukan suatu gambaran yang sangat spesifik menyerupai bentuk

silindris (Syafriadi, 2008).

Perawatan tumor ini sulit diterapi secara sempurna, meskipun adenoid kistik karsinoma tidak

menunjukan metastasis dalam beberapa tahun setelah eksisi, tetapi dalam jangka waktu yang panjang

menunjukan prognosis yang buruk (Syafriadi, 2008).

Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika perlu struktur vital

yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang temporalis. Pencangkokan saraf

untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya karena dapat

mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka

prognosisnya buruk (Adam et al., 1997).

2.4.Clear Cell carcinoma

Clear cell carcinoma (CCC), juga kadang-kadang disebut sel jernih kanker , adalah suatu bentuk yang

jarang dari tumor yang ditandai dengan sel-sel yang tampak pucat dalam warna atau jelas, dengan

batas demarkasi yang solid di bawah mikroskop. Sel-sel ini cenderung untuk menjadi baik diisi dengan

cairan atau glikogen Clear cell carcinoma dapat ditemukan di berbagai jenis tumor .

 

Tumor Karsinoma berasal dari sel epitel. sel-sel epitel membentuk permukaan tubuh dan gigi

berlubang. Meskipun karsinoma sel jernih dapat terjadi di lokasi yang berbeda, itu diakui sebagai

penyakit saluran kencing vagina dan bawah. Sebagian besar tumor sel jernih karsinoma bersifat ganas

dan dianggap sebagai kanker grade tinggi, tetapi mereka sering memiliki tingkat kelangsungan hidup

yang tinggi.

 

Clear cell carcinoma juga dapat ditemukan pada tumor payudara, kulit, dan lokasi lainnya. Hal ini

paling sering dikaitkan dengan ovarium , saluran vagina, dan rahim .

 

2.5.Acinic Cell Carsinoma

Page 69: Ortho, IKGM, OM

Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi, angka

kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini berkapsul,

merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm

(Syafriadi,2008).

Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak wanita dibanding pria.

Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus.

Tanda patologik khas adalah adanya amiloid. Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar

dan sel duktus intercalated (Amirlak, 2009). Terapi karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap.

Terapi radiasi pascaoperasi mungkin dapat membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi

(Vidyadhara et al., 2007).

 

 

 

 

 

Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan). Pembedahan pada kasus karsinoma sel asini

kelenjar saliva (kiri).

Sumber : Anonim, 2008.

2.6 Adencarcinoma Not Otherwise Specified

Dalam klasifikasinya, adenokarsinoma tidak dinyatakan khusus (NOS), mencapai 17 persen dari tumor

ganas yang melibatkan kelenjar ludah kecil dan besar dan diikuti dan acinic karsinoma

mucoepidermoid sebagai yang paling sering tumor ganas ketiga. klasifikasi tambahan bahwa NOS

adenocarcinoma adalah yang paling umum ketiga atau keempat kelenjar ludah tumor ganas

Diagnosis tepat dari NOS adenokarsinoma, adalah penting jika kategori lainnya adenocarcinoma

kelenjar ludah adalah untuk menjadi semakin homogen untuk analisis klinikopatologi dan tujuan

prognosis. Selain itu, analisis kasus didiagnosis sebagai adenokarsinoma NOS menunjukkan prognosis

mereka berbeda secara signifikan dari beberapa kelompok tertentu. Umumnya, NOS adenocarcinoma

adalah lesi kelas tinggi dengan 5 dan kelangsungan hidup 10 tahun dalam kisaran 45 sampai 52% dan

36 sampai 39% masing-masingnya.

Sekitar 60% dari karsinoma tersebut terjadi pada kelenjar ludah utama (50% pada parotis dan 10% di

submandibular) dan sisanya melibatkan kelenjar kecil (langit-langit, bibir, lidah, mukosa bukal, dasar

mulut dan daerah tonsil) Tiga perempat dari kasus yang terjadi antara usia 40 dan 70 tahun.

Kebanyakan kasus akan memiliki beberapa bentuk pola pertumbuhan kelenjar-ducto.

 

 

 

 

 

Page 70: Ortho, IKGM, OM

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 September 30, 2011   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary

Oral   Biology      

 

Rate This

MANTLE DENTIN & CIRCUMPULPAL DENTIN

 (Tugas Makalah Mata Kuliah Oral Biologi III)

Page 71: Ortho, IKGM, OM

Disusun oleh :

                                             Sonya Annisa Ilma                 Dwi Woro Pancarwati

04091004005                         04091004006

 

Mantle Dentin dan Circumpulpal Dentin ( definisi, gambaran dan perbedaanya )

Dentin primer terbentuk cepat selama pembentukan gigi. Dentin primer ini terbentuk sebelum erupsi

gigi dan akar selesai dibentuk sempurna. Dentin primer merupakan  dentin yang pertama kali

terbentuk. Hal ini menjelaskan bahwa ruang pulpa merupakan bagian utama dari masa dentin. Lapisan

luar dentin primer yang disintesis pada awal dentinogenesis disebut dentin mantel. Dentin Mantle

lebih sedikit mengandung mineral daripada lapisan lain dari dentin yaitu dentin primer circumpulpal.

Pembentukan dentin utama terus  berlanjut sampai gigi menjadi fungsional (Linde & Goldberg 1993)

atau sampai apeks akar ditutup (Torneck 1994).

Setelah itu hasil pembentukan dentin sebagai dentinogenesis sekunder, yang berlanjut pada tingkat

lebih lambat dibandingkan dengan dentinogenesis utama selama waktu-kehidupan individu.

Ada tiga jenis dentin :

1. Dentin primer

1. a.      Dentin mantel

2. b.      Dentin circumpulpal

3. Dentin sekunder

4. Dentin tersier  primer

Dentin primer, dentin yang paling menonjol di gigi terletak antara email dan ruang pulpa. Dentin

primer memenuhi fungsi pembentukan ruang pulpa. Lapisan luar yang paling dekat dengan email

dikenal sebagai dentin mantel. Sedangkan di bawahnya terletak dentin circumpulpal.

1. Tahap kuncup

2. Tahap tudung

3. Tahap lonceng pengapuran tulang

4. Aposisi dan pengapuran email dan dentin

5. Mahkota desidui sdh lengkap dg pmbntukan

Email & gigi permanen brbeda saat lahir

1. Erupsi awal gigi desidui & mahkota gigi perma-

Nen hampir selesai terbentuk

1. Akar gigi desidui terlihat tanda2 resorbsi &gigi

Permanen ,pembentukan gigi telah selesai

1. Gigi permanen sedang erupsi

2. Pd gigi permanen trlihat tnda2               Diagram mengambarkan tahap perkembangan gigi   

keausan.                           (Leeson, C.Roland. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC, 1996)

DEFINISI

1. Dentin Mantel

http://www.pua.edu.eg/Version2/Courses2/Dentistry%20Courses/2008/Spring/Sophomore/OB212/

Lectures/Histology%20of%20Dentin.pdf

Page 72: Ortho, IKGM, OM

Gmbr.Struktur dalam dentin

Dentin mantel adalah dentin yang terbentuk pertama kali  didekat  persimpangan dentinoenamel

junction . Dentin mantel merupakan lapisan pertama dentin yang mengapur, ditumpuk pada email,

dan merupakan sisi dentin pada pertemuan dentin email. Dentin mantle  dibatasi oleh zona dentin

interglobular dan persimpangan dentinoenamel junction, yang berarti bahwa pertemuan mantle dentin

dan circumpulpal itu ditandai dgn adanya interglobular. Zona ini memiliki  fibril tegak yang lurus ke

persimpangan dentinoenamel junction. Fibrills kolagen yang lebih besar daripada yang ada didalam

dentin circumpulpal. Sehingga terletak pada bagian luar atau sebagian besar perangkat dentin primer.

Dentin mantel dibentuk oleh odontoblas dan membentuk sebuah lapisan dengan tebal sekitar 150

mikrometer.

1. b.         Circumpulpal dentin

A, Epithelial rests

B, Mantle dentin

C, Globular dentin

D, Circumpulpal dentin

http://210.44.214.13/lab/oral%20histology%20slides/chap01/01_21big.htm

Dentin primer yang mengelilingi pulpa disebut dentin circumpulpal. Dentin circumpulpal terletak

dibawah dentin mantel. Dentin ini membentuk sebagian besar gigi. Mengandung mineral sedikit lebih

banyak  dari dentin mantel yaitu sebuah dentin termineralisasi yang membuat sebagian besar lapisan

dentin dan terbentuk setelah dentin mantel di keluarkan oleh odontoblas. Oleh karena itu circumpulpal

dentin   mengandung serat kolagen yang lebih kecil dengan diameter (0,05 mikron) dan lebih dekat

terkumpul dibandingkan dengan dentin mantel. Circumpulpal dentin menunjukkan semua dentin

dibentuk sebelum lengkap.

Perbedaan dentin mantle dengan dentin circumpulpal :

 Mantle dentin :

-          Dentin mantle sedikit kurang mineral

-          Serat kolagen berorientasi tegak lurus dengan DEJ.

-          Banyak terdapat cabang tubulus di daerah ini.

-          Mengalami mineralisasi di  vesikel matriks.

-         mantle dentin biasanya dekat dgn enamel sedangkan circumpulpal dekat dengan dentin pulpa.

Dentin circumpulpal :

-          Dasar struktur dentin.

-          Bentuk sebagian besar dari dentin

-          Seragam dalam struktur kecuali pada daerah dentin interglobular

-          Termasuk dentin interglobular dan sekunder.

http://www.google.co.id/imglanding?

q=mantle+dentin&hl=id&gbv=2&sout=0&biw=1366&bih=549&tbs=isch:1&tbnid=s1m6OIA52Y5R1M:

Page 73: Ortho, IKGM, OM

&imgrefurl=http://www.kck.usm.my/ppsg/histology/D_4_0.htm&imgurl=http://www.kck.usm.my/ppsg/

histology/d_4_0.jpg&ei=heJfTZC3HJGvrAfG0LSzAQ&zoom=0&w=309&h=40

Keterangan gambar :

A. Striae of Retzius

B. Reparative dentin (irregular secondary dentin)

C. Cementum

D. Mantle dentin

E. Circumpulpal dentin

Referensi

1. Louis l. Grossman ,Seymour Oliet Carlos E.Del Rio. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta : EGC,

1995

2. N. W. Johnson & D.F.G Poole. Medical Research Council Dental Research Unit, Dental School, Bristol

3. Walton, Richard, E. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta : EGC, 2008

4. Leeson, C.Roland. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC, 1996

Tulisan dari ‘my DENTIST diary’ KategoriPlat Ekspansi — BLOK XII “ORTHODONSI   “      

 

1 Vote

judul : Kasus Orthodonti

seorang wanita 11 tahun datang ke dokter gigi bersama orang tuanya dengan keluhan gigi tidak rapi.

pemeriksaan subyektif diketahui ayah pasien memiliki bentuk rahang yang sama dengan pasien.

pemeriksaan obyektif profil muka cekung, relasi molar pertama tonjol mesio bukal molar pertama

maksila bertemu tonjol distobukal molar pertama mandibula. perhitungan metode pont menunjukkan

adanya kontraksi derajat sedang atau medium pada maksila. metode Howes indeks interfossa canina

42%. perhitungan metode korkhaus menunjukkan retrusi insisivus maksila. pemeriksaan penunjang

sefalometri, diketahui SNA 80% dan SNB 81%. maka dokter gigi merencanakan perawatan pasien

dengan alat removable .

Learning issu :

1. pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial

2. perhitungan-perhitungan dalam diagnosis orthodonti

3. pemeriksaan sefalometri

4. rencana perawatan

Page 74: Ortho, IKGM, OM

Belajar Mandiri :

1. Pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial

Definisi :

Pertumbuhan (growth) Adalah proses fisikokimia (biofisis) yang menyebabkan organisme menjadi

besar

Perkembangan (development) Adalah semua rentetan peristiwa (perubahan) yang berurutan dari

pembuahan sel telur sampai menjadi dewasa.

Maturasi (maturation) Berarti masak, kemantapan (stabilitas) dari tahap dewasa yang dihasilkan

oleh pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum pola arah pertumbuhan dan

perkembangandentofacial adalah sama dengan organ tubuh yang lain yaitu ke arah depan

belakang, ke samping dan ke arah atas bawah, tergantung titik mana yang dipakai sebagai acuan

pengukuran.

POLA ARAH PERTUMBUHAN MUKA DAN KEPALA

Pertumbuhan muka dan kepala seseorang menuruti sebuah pola yang pada umumnya ditentukan oleh

ras, keluarga dan umur. Ras-ras yang ada, Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid mempunyai pola wajah

yang berbeda-beda. Demikian juga dalam satu ras terdapat pola tertentu pada keluarga-keluarga.

Selain itu pola pada bayi berbeda dengan anak-anak ataupun dewasa. Pada umur-umur tertentu wajah

dan kepala mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda-beda. Baik ras maupun keluarga mempunyai

pola pertumbuhan yang dapat dibedakan pada kelompok umur.

Terdapat tiga bentuk umur fisiologis yaitu :

1. Berdasarkan pertumbuhan tulang (skeletal age)

2. Berdasarkan pertumbuhan gigi (dental age)

3. Berdasarkan perkembangan sistem fenetalia dengan sifat seksual sekunder.

Umur skeletal ditentukan dengan cara membuat gambaran radiografi daerah yang terdapat banyak

tulang-tulang dan discus epiphyseal seperti tulang pergelangan tangan. Gambar radiografi tulang

pergelangan tangan dari tiap-tiap

umur anak yang spesifik normal, dipakai sebagai standar untuk membandingkan kasus seseorang

yang diperiksa. Gambaran standar yang dipakai sebagai gambaran baku tersebut disebut indeks

karpal.

Umur dental ditentukan dengan dua cara :

a. Berdasarkan atas jumlah dan tipe elemen gigi yang kelihatan di mulut. Tidak hanya jumlah gigi saja,

tetapi dalam dunia binatang dan antropologi ragawi derajat pemakaian oklusal gigi dipakai juga untuk

menentukan umur gigi.

b. Umur dental ditentukan dengan membuat gambaran radiografi gigi desidui atau gigi permanen

mandibula, gigi maxilla biasanya tidak digunakan. Gambaran gigi-gigi mandibula ini ditentukan sampai

seberapa jauh tahap-tahap klasifikasi dan pembentukan akar gigi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Herediter (keturunan)

B. Lingkungan

1. Trauma

a. Trauma prenatal

b. Trauma postnatal

2. Agen fisis

Page 75: Ortho, IKGM, OM

a. Prematur ekstraksi gigi susu

b. Makanan

Kebiasaan buruk

a. Mengisap jempol dan mengisap jari

b. Menjulurkan lidah

c. Mengisap dan menggigit bibir

d. Posture

e. Menggigit kuku

f. Kebiasaan buruk lain

4. Penyakit

a. Penyakit sistemik

b. Penyakit endokrin

c. Penyakit-penyakit lokal

Penyakit periodontal

Tumor

Karies

• Premature loss gigi susu

• Gangguan urutan erupsi gigi permanen

Hilangnya gigi permanen

5. Malnutrisi

C. Gangguan perkembangan oleh sebab yang tidak diketahui

HERIDITER

Sudah lama diketahui bahwa faktor heriditer sebagai penyebab maloklusi. Kerusakan genetik mungkin

akan tampak setelah lahir atau mungkin baru tampak beberapa tahun setelah lahir. Peran heriditer

pada pertumbuhan kraniofasial dan sebagai penyebab deformitas dentofasial sudah banyak dipelajari,

tetapi belum banyak diketahuai bagian dari gen yang mana berperan dalam pemasakan muskulatur

orofasial.

KELAINAN DENTOFASIAL

Oklusi adalah hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah bila rahang bawah digerakkan

sehingga rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan menutup. Definisi : Oklusi adalah hubungan

timbal balik permukaan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah yang terjadi selama gerakan

mandibula sampai terjadi kontak maksimal.

KELAINAN DENTOFASIAL = DENTOFACIAL ANOMALI

1. Besar gigi dipengaruhi oleh ras dan keturunan

2. Bentuk gigi dipengaruhi :

Ras : Gigi incisivus pertama orang Afrika permukaan lingualnya lebih halus. Keturunan: Besar setelah

erupsi tidak berubah

3. Jumlah gigi : yang sering mengalami agenese adalah : M3, I2, P2, I1, P1

4. Posisi gigi: Inklisasi aksial, tonjol gigi yang rendah; tonjol gigi yang lebih tinggi, rotasi, hal ini akan

mempengaruhi bentuk lengkung gigi, aktivitas TMJ, fungsi otot perioral atau sekitar mulut.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan maloklusi :

1. Keturunan

2. Lingkungan

Page 76: Ortho, IKGM, OM

3. Fungsional

Maloklusi adalah hal yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal.

GOLONGAN MALOKLUSI :

1. Dental displasia

2. Skeleto Dental displasia

3. Skeletal displasia

1. Dental displasia :

• maloklusi bersifat dental, satu gigi atau lebih dalam satu atau dua rahang dalam hubungan abnormal

satu dengan lain.

• Hubungan rahang atas dan rahang bawah normal

• Keseimbangan muka dan fungsi normal

• Perkembangan muka dan pola skeletal baik

Macam-macam kelainan : Misalnya : kurang tempatnya gigi dalam lengkung, oleh karena prematur

loss, tambalan kurang baik, ukuran gigi lebih besr, sehingga dapat terjadi keadaan linguiversi,

labioversi dan sebagainya.

2. Skeleto Dental displasia

Tidak hanya giginya yang abnormal, tetapi dapat terjadi keadaan yang tidak normal pada hubungan

rahang atas terhadap rahang bawah, hubungan rahang terhadap kranium, fungsi otot dapat normal

atau tidak tergantung macam kelainan dan derajat keparahan kelainan tersebut.

3. Skeletal Displasia

Dalam kelainan skeletal displasia terdapat hubungan yang tidak normal pada :

a. Hubungan anteroposterior rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium.

b. Hubungan rahang atas dan rahang bawah

KLASIFIKASI MALOKLUSI

KLASIFIKASI ANGLE

Dasar : Hubungan mesiodistal yang normal antara gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Sebagai

kunci oklusi digunakan gigi M1 atas. Dasar pemilihan :

1. Merupakan gigi terbesar

2. Merupakan gigi permanen yang tumbuh dalam urutan pertama

3. Tidak mengganti gigi desidui

4. Bila pergeseran gigi M1 maka akan diikuti oleh pergeseran poros gigi lainnya.

5. Jarang mengalami anomali

1. Kelas I Angle = Neutro Oklusi

Jika mandibula dengan lengkung giginya dalam hubungan mesiodistal yang normal terhadap maksila.

Tanda-tanda :

a. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak pada celah bagian bukal (buccal groove) gigi M1 bawah.

b. Gigi C atas terletak pada ruang antara tepi distal gigi C bawah dan tepi mesial P1 bawah.

Tonjol mesiolingual M1 atas beroklusi pada Fossa central M1 bawah.

2. Kelas II Angle = Disto oklusi

Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri dalam hubungan mesiodistal yang lebih ke

distal terhadap maksila. Tanda-tanda :

a. Tonjol mesiobukal M1 atas terletak pada ruangan diantara tonjol mesiobukal M1 bawah dan tepi

distal tonjol bukal gigi P2 bawah.

b. Tonjol mesiolingual gigi M1 atas beroklusi pada embrasur dari tonjol mesiobukal gigi M1 bawah dan

tepi distal tonjol bukal P2 bawah.

Page 77: Ortho, IKGM, OM

c. Lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan yang lebih ke distal

terhadap lengkung gigi di maksila sebanyak 1’2 lebar mesiodistal M1 atau selebar mesiodistal gigi P.

Kelas II Angle dibagi menjadi 2 yaitu Divisi 1 dan divisi 2 :

a. Kelas II Angle Divisi 1 :

Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya ke labial atau protrusi

b. Kelas II Angle Divisi 2 : Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya tidak ke labial atau retrusi.

Disebut sub divisi bila kelas II hanya dijumpai satu sisi atau unilateral.

3. Kelas III Angle

Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan yang lebih ke

mesial terhadap lengkung gigi di maksila. Tanda-tanda :

a. Tonjol mesiobukal gigi M1 atas beroklusi dengan bagian distal tonjol distal gigi M1 bawah dan tepi

mesial tonjol mesial tonjol mesial gigi M2 bawah.

b. Terdapat gigitan silang atau gigitan terbalik atau cross bite anterior pada relasi gigi anterior.

2. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN DALAM PERAWATAN ORTODONTIK

Masing-masing periode metode perhitungan yang dilakukan berbeda.

1. Periode gigi susu

2. Periode gigi bercampur

≈ Metode Nance

≈ Metode Moyers

3. Periode gigi permanen

≈ Metode Pont

≈ Metode Korkhaus

≈ Metode Howes

≈ Metode Thompson & Brodie

≈ Metode Kesling

Analisis dan perhitungan-perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan menyiapkan:

• Model studi

• Ronsen :

- Individual atau intraoral

Panoramic atau opique

- sefalometrik

• Tabel

• Rumus

• Alat ukur : sliding calipers (jangka sorong)

≈ METODE NANCE

1. Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika.

2. Dasar : adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi pengganti

3. Tujuan : untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup tersedia/lebih/kurang ruang.

4. Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1 m2

Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang digunakan. Masing-masing

sisi : RA : 0,9 mm RB : 1,7 mm Hal ini telah dibuktikan oleh G.V. BLACK dengan cara menghitung lebar

mesio distal dari: Gigi desidui RBc = 5,0 mm m dan gigi pengganti 3 4 5.

1 = 7,7 mm m2

+ 22,6 mm -Gigi permanen RB 3 = 6,9 mm 4 = 6,9 mm 5 = 7,1 mm = 9,9 mm

+ 20,9 mm Selisih satu sisi 22,6 – 20,9 = 1,7mm

Page 78: Ortho, IKGM, OM

Prosedur :

a. Persiapan

1. Model RA & RB

2. Ro foto regio III, IV, V

3. Alat : jangka sorong

b. Cara

1. Ukur mesiodistal c m1m2

RA-kanan, kiri RB-kanan, kiri Kemudian dijumlahkan. dari model atau langsung

2. Ukur jumlah mesiodistal 3 4 5 yang belum tumbuh dari ro foto di regio

III, IV, V –RA & RB kanan dan kiri. Kemudian dijumlahkan. Akurasi hasil ro foto perlu, supaya tidak

terjadi distorsi. Bila perlu dari masing-masing regio III, IV, V atau dibatasi tiap dua gigi satu ro foto.

Kemudian bandingkan hasil 1 & 2 Kemungkinan :

1. hasil 1=2 – cukup

2. hasil 1>2 – kelebihan

3. hasil 1<2 – kurang

Hubungan molar : – Satu bidang terminal edge to edge – Penyesuaian molar/Molar adjustment.

Leeway Space – RA = 0,9 mm

- RB =1,7 mm

- Neutro oklusi

ad.1 – perlu observasi

ad.2 – molar adjustment – pengaturan gigi anterior

ad.3 – observasi

Huckaba Cara untuk mengetahui akurasi lebar mesiodistal masing-masing gigi 3,4,5 digunakan: -

Rumus : (y)(x1

x = (y)

1) x= gigi tetap yang dicari y= besar gigi susu diukur dari model y1= besar gigi susu diukur dari

ronsen x1

≈ METODE MOYERS = besar gigi tetap diukur dari ronsen

1. Diperkenalkan oleh Moyers, Jenkins dan staf ortodonsia Universitas Michigan.

2. Pemakaian ronsen foto tidak mutlak diperlukan.

3. Keuntungannya:

a. Kesalahan sedikit dan ralat kecil diketahui dengan tepat.

b. Dapat dikerjakan dengan baik oleh ahli maupun bukan ahli.

c. Tidak membutuhkan banyak waktu.

d. Tidak memerlukan alat khusus.

e. Dapat dikerjakan dalam mulut maupun pada studi model baik RA/RB

Dasar : adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain.

Jadi dengan mengukur jumlah lebar gigi dalam satu kelompok pada satu segmen dimungkinkan dapat

membuat suatu perkiraan yang tepat jumlah lebar gigi-gigi dari kelompok lain dalam mulut yang

sama.

5. Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman: 21 12

- Alasan :

1. Merupakan gigi permanen yang tumbuh paling awal.

2. Mudah diukur dengan tepat baik intraoral/ekstraoral (model).

3. Ukurannya tidak bervariasi banyak dibanding RA.

Page 79: Ortho, IKGM, OM

Prosedur

a. Disiapkan:

• model RA & RB

• jangka sorong

• tabel kemungkinan RA, RB

b. RB: misal sisi kanan dulu

1. ukur lebar mesiodistal gigi 21 12

2. kemudian dijumlahkan

3. menentukan jumlah ruang yang diperlukan kalau gigi tersebut diatur dalam susunan yang baik.

Caranya:

- tetapkan dengan jangka sorong suatu jumlah ukuran yang besarnya sama dengan jumlah 1 2 kanan

- tempatkan satu ujung jangka sorong tadi pada midline antara 1 1 & ujung lain pada lengkung gigi

sebelah kanan. Ujung ini mungkin akan terletak pada regio III . Buat tanda titik dengan pensil,titik ini

merupakan distal gigi 2 setelah gigi 1 & 2 diatur. Ulangi step ini untuk sisi kiri.

jumlah ruang yang tersisa sesudah gigi 1 & 2 diatur sampai tepi mesial gigi 6 bawah. Ruang ini

merupakan ruang yang akan disediakan untuk gigi 3 4 5 atau 3 4 5 kelak jika erupsi. Catat besarnya.

5. Berapa perkiraan jumlah lebar 3 4 5 ?

Dapat dilihat pada tabel kemungkinan, caranya: secara klinis diambil nilai 75%.

6. Berapa jumlah ruang yang tertinggal?

Hasil ad.4 dibanding ad.5. Kemungkinan yang terjadi:

• tidak ada sisa ruang

• kurang ruang

• kelebihan ruang.

Prosedur untuk RA = RB

1. Siapkan model RA

2. Hitung jumlah mesiodistal gigi 1+2 kanan/kiri

3. Buat lengkung imajiner RA dengan overjet yang diinginkan

4. Letakkan 1+2 pada lengkung tersebut

5. Distal gigi 2 kanan / kiri dapat ditentukan letaknya pada gigi III kanan/kiri.

6. Ber i tanda

7. Cari ruang yang disediakan untuk 345 kanan/kiri

- dari tanda ad.6 sampai mesial gigi 6 (alat: jangka sorong)

8. Berapa ruang 345 yang seharusnya

9. Lihat tabel RA

- ingat pedoman 21 12

- bandingkan ad.7 dan ad.8

10. Kemungkinan hasil ?

Perbedaan:

1. Tabel kemungkinan dipakai RA

2. Overjet harus dipertimbangkan

METODE PONT

(DR.Pont, drg. Perancis, 1909)

• Dasar : dalam lengkung gigi (dental arch) dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan antara

jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar lengkung inter premolar pertama

Page 80: Ortho, IKGM, OM

dan inter molar pertama.

• Susunan normal :

Ideal : -gigi -gigi yang lebar membutuhkan suatu lengkung yang lebar -gigi-gigi yang kecil

membutuhkan suatu lengkung yang kecil -ada keseimbangan antara besar gigi dengan lengkung gigi

• Tujuan : untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi atau distraksi atau

normal.

Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih mendekati bidang

midsagital.

Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih menjauhi bidang midsagital.

Derajat kontraksi/distraksi :

• Mild degree : hanya 5 mm

• Medium degree : antara 5-10 mm

• Extreem degree : >10 mm

Hubungan dirumuskan: 1. Untuk lengkung gigi yang normal jumlah lebar mesiodistal 4 insisivus atas

tetap kali 100, kemudian dibagi jarak transversal interpremolar pertama atas merupakan indeks

premolar. Indeks Premolar = 80

Indeks Premolar = Σ I x 100 Jarak P1 – P

Jarak P

1 = 80

1-P1

Indeks Molar = ΣI x 100 jarak M = ΣI x 100 80 Jumlah lebar mesiodistal 4 insisivus tetap atas kali 100,

kemudian dibagi jarak transversal intermolar pertama tetap atas merupakan indeks molar. Indeks

Molar = 64

1-M

Jarak M

1 = 64

1-M1

• diameter paling lebar dari masing-masing gigi insisivus = ΣI x 100 64 Pengukuran lebar mesiodistal I:

• alat: jangka sorong.

Pengukuran jarak inter P1 :

jarak antara tepi paling distal dari cekung mesial pada permukaan oklusal P

• sudut distobukal pada tonjol bukal P

1.

Pengukuran jarak inter M

1

1

• jarak antara cekung mesial pada permukaan oklusal M:

• titik tertinggi tonjol tengah pada tonjol bukal M

1

1

Menentukan jarak inter P1 & inter M1 :

1. Mengukur langsung dari model (yang sesungguhnya)

2. Dari perhitungan rumus (yang seharusnya)

3. Dari tabel Pont (sebagai bandingan).

Cara memakai tabel Pont :

1. Jumlahkan lebar mesiodistal 4 insisivus atas tetap, masing-masing diukur dengan jangka sorong

Page 81: Ortho, IKGM, OM

(dari model).

2. Cari ukuran tersebut dalam tabel.

Pada tabel terlihat bahwa, pada garis yang sama dalam kolom ke arah kanan menunjukkan jarak

antara premolar kanan dan kiri, sedangkan kolom selanjutnya dalam garis yang sama menunjukkan

jarak antara molar atas kanan dan kiri. Juga dapat ditentukan pada kolom selanjutnya jarak antara

insisivus dan premolar atas. Pont 1.Mixed dentition

6 V 4 III 2 1 1 2 III 4 V 6

6 V IV 3 2 1 1 2 3 IV V 6 2.Permanen

6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6

METODE KORKHAUS

Jarak insisivus tetap atas dan premolar adalah jarak pada garis sagital antara titik pertemuan insisivus

tetap sentral dan titik dimana garis sagital tersebut memotong garis transversal yang menghubungkan

premolar pertama atas pada palatum.

P1 P1

≈ METODE HOWES

(Ashley E. Howes, 1947) Dasar:

1. Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi.

2. Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.

- Keseimbangan basal arch dengan lebar mesiodistal gigi. 1. Bila gigi dipertahankan dalam lengkung

seharusnya lebar inter P1 sekurang-kurangnya = 43 % dari ukuran mesiodistal M1-M1.

• lebar inter P1: dari titik bagian dalam puncak tonjol bukal P1.

• ukuran lengkung gigi: distal M1 kanan – distal M1 kiri

Seharusnya lebar interfossa canina sekurang-kurangnya = 44% lebar mesiodistal gigi anterior sampai

molar kedua. Fossa canina terletak pada apeks premolar pertama.

METODE THOMPSON & BRODIE

• Menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab terjadinya deep overbite.

• Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup menutup (over lapping) gigi-gigi depan atas bawah

sangat dalam menurut arah bidang vertikal.

• Normal overbite:

rata-rata tutup menutup = 1/3 panjang mahkota 1 . normalnya adalah = 2 – 4 mm

• Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle: kelas I, II, III

• Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk kesehatan di kemudian hari serta keawetan gigi

geligi tersebut.dan melihat bagaimana pengaruhnya pada gigi anak-anak.

Beberapa hubungan yang mungkin terjadi :

1. Deep overbite

2. Palatal bite / Closed bite

3. Shallow bite

4. Edge to edge bite

5. Cross bite = reversed bite

6. Open bite

Deep overbite dapat disebabkan:

1. Dental:

a. Supra oklusi gigi-gigi anterior.

b. Infra oklusi gigi-gigi posterior.

c. Kombinasi a dan b.

Page 82: Ortho, IKGM, OM

d. Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M.

2. Skeletal:

Ramus mandibulae yang panjang

b. Sudut gonion yang tajam

c. Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan.

3. Kombinasi

• Pada keadaan normal dalam keadaan physiologic rest position (istirahat) proporsi muka pada ukuran

vertikal : Nasion ke Spina Nasalis Anterior (SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion ke Mentum

(Gnathion).

• Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui prognosis dari deep overbite yaitu koreksinya ditujukan

pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal dan atau depresi (intrusi) gigi-gigi anterior.

Analisis deep overbite dapat dipelajari dari:

1. Cetakan model gigi-gigi penderita

2. Foto profil penderita

3. Langsung dari penderita

4. Dengan sefalometri radiografik

1. Mempelajari model gigi-gigi penderita :

- Sempurna tidaknya kalsifikasi dilihat adanya benjolan yang tidak sempurna rata pada model, pada

palatum, prosesus alveolaris, dan lain-lain.

- Adanya benjolan berarti kalsifikasi tidak sempurna.

- Adanya gingiva tebal.

- Kurva Von Spee yang tajam.

2. Dari foto profil penderita

a. Jika Nasion – SNA > 43%, maka SNA ke Mentum lebih pendek, berarti ada infraklusi gigi-gigi

posterior.

b. Jika NA – SNA < 43% maka SNA ke Mentum lebih panjang, berarti ada supraoklusi gigi-gigi anterior.

3. Langsung dari penderita

Cara Thompson & Brodie:

a. Ambil sepotong stenz (wax) dilunakkan.

b. Letakkan stenz tersebut di atas permukaan oklusal P dan M salah satu rahang atau kanan dan kiri.

c. Penderita disuruh menggigit stenz sehingga kedudukan profil muka penderita pada keseimbangan:

NA – SNA = 43% NA – Mentum

d. Setelah stenz keras dilihat pada regio anteriornya:

• Jika deep overbite sama sekali hilang, sedang stenz masih tebal berarti ada infraoklusi gigi-gigi P &

M.

• Jika deep overbite masih, sedang stenz tergigit habis berarti adanya supraoklusi gigi-gigi anterior

• Jika deep overbite masih, sedang stenz masih ada ketebalan; hal ini berarti ada kombinasi keadaan

tersebut di atas.

4. Dari mempelajari sefalometri radiografik :

- Cara yang baik untuk menentukan deep overbite yang bersifat skeletal type, dimana akan terlihat:

a. Frankfurt Mandibulair Plane Angle kecil.

b. Panjang Ramus Mandibulae lebih panjang.

c. Sudut gonion tajam

d. Pertumbuhan ke arah vertikal dan bagian muka kurang.

Page 83: Ortho, IKGM, OM

Prognosa:

1. Dental baik.

2. Skeletal tidak menguntungkan.

3. Deep overbite karena kalsifikasi yang jelek dari alveolaris dan basal bone biasanya jelek.

METODE KESLING

Adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan atau menyusun suatu lengkung

gigi dari model aslinya dengan membelah atau memisahkan gigi-giginya, kemudian disusun kembali

pada basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai

posisi aksisnya. Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk

menentukan diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus secara

individual.

• Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis maka disebut : DIAGNOSTIC SET UP MODEL

• Karena model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebut merupakan gambaran suatu

hasil perawatan maka disebut : PROGNOSIS SET UP MODEL

Prosedur:

1. Siapkan model kasus RA & RB.

2. Fiksasi pada okludator yang sesuai, dengan dibuat kedudukan basis dari model sejajar dengan

bidang oklusal (model RB).

3. Pemeriksaan Sefalometri

Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat kuantitatif terhadap

bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi tentang pola kraniofasial. Manfaat

sefalometri radiografik adalah:

a. Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

Dengan membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang berbeda,

untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

b. Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab maloklusi

(seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).

c. Mempelajari tipe fasial. Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat dengan tipe fasial.

Ada 2 hal penting yaitu :

(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan

(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk profil : cembung, lurus

atau cekung.

d. Merencanakan perawatan ortodontik.

Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan

hasil perawatan ortodontik yang dilakukan.

e.Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat.

Dengan membandingkan sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan

ortodontik.

Analisis fungsional.

Page 84: Ortho, IKGM, OM

Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan membandingkan posisi kondilus pada sefalogram

yang dibuat pada waktu mulut terbuka dan posisi istirahat.

TEKNIK SEFALOMETRI RADIOGRAFIK

1. AlatAlat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari sefalostat atau

sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang berisi film dan layar

pengintensif (intensifying screen).

Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar pengintensif

digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan. Bagian dari sefalometer yang

diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala

pasien. Tabung sinar harus dapat menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus

jaringan keras dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak. Dikenal 2 macam

sefalometer, yaitu:

a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga objek tidak perlu

bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior.

b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat berputar

sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam proyeksi yang diperlukan.

Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini yaitu Rotating type.

2. Teknik pembuatan dan penapakan sefalogram

a. Teknik pembuatan sefalogram

• Proyeksi lateral atau profil

Proyeksi lateral dapat diambil pada subjek dengan oklusi sentrik , mulut terbuka atau istirahat. Kepala

subjek difiksir pada sefalometer, bidang sagital tengah terletak 60 inci atau 152,4 cm dari pusat sinar

X dan muka sebelah kiri dekat dengan film. Pusat berkas sinar X sejajar sumbu transmeatal (ear rod)

sefalometer. Jarak bidang sagital tengah-film 18 cm. FHP (Frankfurt Horizontal Plane) sejajar lantai,

subjek duduk tegak, kedua telinga setinggi ear rod.

• Proyeksi postero-anterior/frontal

Pada proyeksi postero-anterior tube diputar 90o

• Oblique sefalogram sehingga arah sinar X tegak lurus sumbu transmeatal.

Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 45 dan 135 terhadap proyeksi lateral. Arah

sinar X dari belakang untuk menghindari superimposisi dari sisi mandibula yang satunya. FHP sejajar

lantai. Oblique sefalogram sering digunakan untuk analisis subjek pada periode gigi bercampur.

b. Teknik penapakan sefalogram Analisis sefalometri radiografik dibuat pada gambar hasil penapakan

sefalogram. Acetate matte tracing paper (kertas asetat) tebal 0,003 inci ukuran 8×10 inci dipakai

untuk penapakan sefalogram. Kertas asetat dilekatkan pada tepi atas sefalogram dengan Scotch tape

(agar dapat dibuka apabila diperlukan), kemudian diletakkan di atas iluminator (negatoscope).

Penapakan sefalogram dianjurkan menggunakan pensil keras (4H) agar diperoleh garis-garis yang

cermat dan tipis.

Bagian-bagian yang perlu ditapak pada sefalogram lateral antara lain:

Bagian 1:

Page 85: Ortho, IKGM, OM

Profil jaringan lunak

• Kontur eksternal kranium

• Vertebra servikalis pertama dan kedua

Bagian 2:

• Kontur internal kranium

• Atap orbita

• Sella tursika atau fossa pituitari

• Ear rod

Bagian 3:

• Tulang nasal dan sutura frontonasalis

• Rigi infraorbital

• Fisura pterigomaksilaris

• Spina nasalis anterior

• Spina nasalis posterior

• Molar pertama atas dan insisivus sentralis atas

Bagian 4:

• Simfisis mandibula

• Tepi inferior mandibula

• Kondilus mandibula

• Mandibular notch dan prosesus koronoideus

• Molar pertama bawah dan insisivus sentralis bawah

KELEMAHAN SEFALOMETRIK

1. Kesalahan sefalometer Kesalahan sefalometer meliputi:

a. Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering dilakukan yaitu posisi subjek tidak

benar, waktu penyinaran tidak cukup, penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat

diatasi dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.

b. Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap film maka semakin sejajar

arah sinar X sehingga distorsi dan pembesaran semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek

semakin kecil terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik pemotretan

yang benar.

2. Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan

a. Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang terlatih atau kurangnya

pengetahuan tentang anatomi atau referensi sefalometrik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan

dan pengalaman.

b. Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena pengukuran 3 dimensi menjadi 2

dimensi, kesalahan interpretasi perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan.

4. Rencana perawatan 

Menurut Andresen (1920), Aktivator adalah pesawat fungsional yang bersifat fisologis karena tidak

menggunakan atau menghasilkan kekuatan-kekuatan mekanis tetapi melanjutkan kekuatan fungsional

dari otot-otot di sekitar mulut ke tulang gigi-gegi dan alveolus, rahang dan persendian rahang.

Page 86: Ortho, IKGM, OM

Aktivator ada beberapa macam antara lain aktivator yang dibuat oleh Robin, Andresen, Harvold dan

Vargervik. Aktivator Robin dan Andresen pada dasarnya mempunyai efek dan fungsi yang sama,

mereka menekankan pada penutupan muskulus, Aktivator disebut juga pesawat dari Andresen.dan

Haupl atau pesawat dari Norwegia oleh karena ditemukan oleh Andresen dan Haupl dari Norwegia,.

Karena rahang atas dan rahang bawah bersatu disebut juga monoblok.

Sifat-sifat :

a. Fungsional fisiologis

Melanjutkan tekanan fungsional otot-otot lidah, bibir, muka, pengunyahan, yang memberi

rangsangan secara pasif terhadap gigi dan alveolus, jaringan periodontal, dan persendian rahang.

b. Fungsional Orthopedik

Perubahan yang dihasilkan sebagian besar terjadi pada tulang rahang dan persendian. Perubahan

disekitar gigi dan jaringan pendukung gigi terjadi secara masal.

c. Pasif

Tidak menghasilkan gaya secara aktif tetapi mengapung diantara gigi-gigi, yang secara pasif

meneruskan tekanan otot-otot muka dan pengunyahan

Menurut Andresen dkk, dengan merubah kedudukan mandibula ke anterior, akan menimbulkan suatu

refleks kontraksi otot-otot masseter, temporalis pterygoideus dan supra hyoideus. Rangsangan otot-

otot pengunyahan tersebut dilanjutkan oleh aktivator ke gigi, jaringan pendukung gigi, rahang dan

persendian rahang. Gerakan gigi dihasilkan oleh tarikan otot-otot pengunyah yang berusaha untuk

mengembalikan mandibula ke kedudukan istirahat.

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA PEMAKAIAN AKTIVATOR

1. Perubahan dento alveolair, dalam arah

• Antero posterior

Terjadi pergeseran gigi-gigi posterior maupun anterior sehingga terjadi perubahan oklusi menjadi

relasi klas I Angle, dari Klas II Angle atau Klas III Angle Gigi-gigi bergerak ke arah ruangan pada pelat

yang sebelumnya telah dikurangi.

• Vertikal atau ekstrusi pada gigi-gigi posterior karena pelat sebelah oklusal gigi-gigi posterior maksila

dan mandibula telah dikurangi.

• Lateral atau ekspansi

Disini lengkung gigi bertambah lebar. Apabila penderita menggerakkan mandibula ke kiri, aktivator

akan menekan dinding maksila kiri dan dinding lingual mandibula sebelah kanan, demikian juga

sebaliknya hal ini berefek melebarkan tulang rahang.

• Intrusi gigi-gigi anterior RB apabila gigi-gigi tidak protrusi yang berlebihan.

2. Perubahan artikulasi rahang

Menurut Korkhaus (Tulley, 1972), terjadi perubahan condylus yaitu pada cartilago yang merupakan

pusat pertumbuhan mandibula. Terjadi rangsangan pertumbuhan pada condylus dan menggerakkan

mandibula secara bodily ke anterior

Penambahan pertumbuhan condylus adalah karena antara gigi-gigi posterior maksila dan mandibula

terdapat pelat Aktivator yang berjarak lebih besar dari jarak inter-oklusal.

KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN PEMAKAIAN AKTIVATOR

1. Tidak ada kerusakan jaringan alat pengunyahan

2. Tidak ada tekanan pertumbuhan normal dari arkus dentalis dan rahang dan tidak ada hambatan

pembetulan posisi suatu anomali

Page 87: Ortho, IKGM, OM

KERUGIAN-KERUGIAN PEMAKAIAN AKTIVATOR

1. Untuk pasien yang tidak kooperatif, perawatan tidak berhasil.

2. Hanya dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu.

Contoh : pada kasus gigi berjejal berat tidak dapat digunakan.

BAGIAN-BAGIAN AKTIVATOR :

a. Plat dasar

b. Plat oklusal

Pada RA menutupi permukaan oklusal gigi-gigi posterior sebatas fissura dan incisal gigi-gigi anterior.

Pada RB menutupi seluruh permukaan oklusal gigi-gigi posterior dan incisal gigi-gigi anterior.

c. Guide wire

Lengkung Labial pada Aktivator disebut juga Guide Wire ada 3 macam:

1) Maxillary Guide Wire

2) Mandibulary Guide Wire

3) Intermaxillary Guide Wire

Pemakaian macam Guide Wire tergantung dari tujuan perawatan, misalnya Untuk Maloklusi Angle Klas

I : Maxillary Guide wire atau Mandibulary Guide Wire atau keduanya, sedangkan Maloklusi Angle Klas II

: Maxillary Guide Wire atau Maxillary Guide wire dengan Mandibulary Guide wire; Maloklusi Angle Klas

III : Intermaxillary Guide wire atau Mandibullary Guide Wire. Basis Guide wire terletak pada daerah

embrasure antara C dan P1

LAMA PEMAKAIAN AKTIVATOR :

RA, ditengah-tengah plat oklusal, dengan tujuan tidak mengganggu pengurangan plat pada waktu

penyesuaian atau pengurangan Aktivator.

Menurut Schwartz dan Groutzinger (1966), pemakaian aktivator pada maloklusi klas II divisi 1 adalah 2

– 2 ½ tahun, dipakai terus menerus pada malam hari (minimal 7 jam/hari) dan dilanjutkan pemakaian

retainer aktivator selama 1 tahun.

PROSEDUR PEMBUATAN AKTIVATOR

1. Pembuatan Gigitan kerja

2. Fiksasi articulator untuk pembuatan Aktivator khusus yaitu Tripoid.

3. Pembuatan Guide Wire

4. Pembuatan model malam

a. Plat dasar Rahang Atas

b. Plat dasar Rahang Bawah

c. Tanam Guide Wire

d. Plat dasar Rahang Atas dan Rahang Bawah disatukan.

5. Try-in

6. Inbed dalam cuvet

7. Pengisian Akrilik

8. Insersi

E K S P A N S I

Dalam melakukan perawatan ortodontik sering sekali diperlukan penambahan ruang untuk mengatur

gigi-gigi yang malposisi, sehingga setelah perawatan gigi-gigi dapat tersusun dalam lengkung yang

baik.

Page 88: Ortho, IKGM, OM

Tergantung pada jumlah kekurangan ruang yang diperlukan untuk mengatur gigi-gigi yang malposisi

tersebut, dapat dilakukan :

1. Grinding/ slicing/ stripping pada gigi-gigi anterior

2. Melebarkan ( ekspansi ) perimeter lengkung gigi

3. Kombinasi antara ekspansi lengkung gigi dan grinding gigi-gigi anterior

4. Pencabutan satu atau beberapa gigi.

Pelebaran dengan alat ekspansi dapat dilakukan secara ortodontik ( pelebaran lengkung gigi ) maupun

ortopedik ( pelebaran lengkung basal ).

Pelebaran lengkung gigi sangat efektif dilakukan pada periode gigi bercampur, waktu sutura palatina

belum menutup dan pertumbuhan pasien masih aktif sehingga selain lengkung gigi ( lengkung koronal

) melebar, maka lengkung basal juga mengalami pelebaran. Pada periode gigi permanen hanya dapat

dilakukan perubahan inklinasi gigi saja, yaitu melebarkan lengkung gigi tanpa diikuti pelebaran

lengkung basal..

Macam alat ekspansi

a. Berdasarkan cara pemakaiannya alat ekspansi dapat bersifat:

1. Fixed/ cekat, misalnya RME ( Rapid Maxillary Expansion )

2. Semi cekat, misalnya Quad Helix.

3. Removable/ lepasan, misalnya plat ekspansi

b. Berdasarkan pergerakan/ reaksi jaringan yang dihasilkan :

1. Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortodontik , misalnya : plat ekspansi

Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortopedik, misalnya RME.

RAPID MAXILLARY EXPANSION

Alat ini bersifat cekat, menghasilkan pelebaran arah lateral, paralel dan simetris, digunakan untuk

melakukan pelebaran lengkung basal pada periode gigi bercampur. RME terdiri dari cincin stainless

yang disemenkan pada gigi-gigi molar satu desidui atau premolar satu dan gigi molar satu permanen

kanan dan kiri, dihubungkan dengan sekrup ekspansi yang mempunyai daya pelebaran yang besar.

Dengan alat ini terjadi pelebaran sutura palatina mediana ke arah lateral dan lengkung gigi bergerak

secara bodily.

Indikasi perawatan dengan ekspansi

1. Gigitan silang anterior ( anterior crossbite )

2. Gigitan silang posterior ( posterior crossbite ) bilateral atau unilateral

3. Lengkung gigi atau lengkung basal yang sempit yang disebabkan pertumbuhan ke arah lateral

kurang

4. Adanya “ space loss “, sebagai akibat pergeseran gigi molar permanen ke mesial pada pencabutan

gigi desidui terlalu awal ( premature loss )

5. Adanya gigi depan berjejal yang ringan, dengan diskrepansi lengkung gigi 4 – 6 mm.

QUAD HELIX

Alat ini bersifat semi cekat, dapat menghasilkan gerakan paralel simetris atau asimetris maupun

gerakan non paralel simetris atau asimetris, tergantung kebutuhan. Semi cakat, karena sebagian

dapat dilepas untuk diaktifkan ( bagian ekspansif yang terbuat dari kawat stainless steel diameter 0,9

mm ) dan cincin yang dipasang cekat dengan semen pada kedua gigi molar pertama. Pelebaran

Page 89: Ortho, IKGM, OM

lengkung gigi diperoleh dengan cara mengaktifkan coil, lengan helix ataupun palatal bar, tergantung

arah pelebaran yang diharapkan.

PLAT EKSPANSI

Plat ekspansi merupakan alat ortodontik lepasan yang sering digunakan pada kasus gigi depan berjejal

yang ringan. Kekurangan ruang guna mengatur gigi-gigi tersebut diperoleh dengan menambah

perimeter lengkung gigi menggunakan plat ekspansi. Pada pasien dewasa, pelebaran yang dihasilkan

merupakan gerakan ortodontik, yaitu hanya melebarkan lengkung gigi dengan cara tipping, merubah

inklinasi gigi.

Sifat plat ekspansi

1. Lepasan atau removable : alat bisa dipasang dan dilepas oleh pasien

2. Aktif : mempunyai sumber kekuatan untuk menngerakkan gigi, yaitu sekrup ekspansi atau coffin

spring, atau pir-pir penolong ( auxilliary spring ).

3. Mekanis : merubah posisi gigi secara mekanis

4. Stabilitas tinggi : alat tidak mudah lepas, karena retensi yang diperoleh dari Adams clasp atau

Arrowhead clasp serta verkeilung dari plat dasar yang menempel pada permukaan lingual atau

palatinal gigi.

Elemen-elemen plat ekspansi

Plat ekspansi terdiri dari :

1. Plat dasar akrilik

2. Klamer yang mempunyai daya retensi tinggi, misalnya Adam’s clasp atau Arrowhead clasp.

3. Elemen ekspansif, dapat berupa sekrup ekspansi maupun coffin spring

4. Busur labial ( labial arch )

5. Kadang dilengkapi juga dengan spur atau taji, tie-bar dan pir-pir penolong ( auxilliary spring ).

Macam – macam plat ekspansi A. Ekspansi arah lateral

1. Paralel :

a. simetris

b. asimetris

2. Non paralel ( radial ) :

a. simetris

b. asimetris

B. Ekspansi arah antero-posterior ( Schwartz plate )

1. Pergerakan ke distal gigi-gigi posterior

2. Pergerakan ke labial atau proklinasi gigi-gigi anterior

Untuk plat ekspansi rahang bawah yang paralel dan simetris, sekrup diletakkan di garis tengah

sebelah lingual gigi-gigi anterior.Sumbu panjang sekrup paralel dengan bidang oklusal dan tegak lurus

terhadap garis tengah. Plat tidak boleh terlalu tebal dan dalam karena dapat mengganggu gerakan

lidah yang dapat mengurangi stabilitas alat. Retensi diperoleh dengan pemasangan Adams clasp pada

gigi-gigi premolar dan molar bawah..

telah diterangkan dimuka bahwa plat ekspansi sangat efektif digunakan untuk perawatan pada

periode gigi bercampur karena pertumbuhan tulang masih aktif, sehingga selain dapat dilakukan

Page 90: Ortho, IKGM, OM

pelebaran lengkung gigi juga dapat terjadi pelebaran tulang basal. Pada pasien dewasa hanya terjadi

pelebaran pada coronal arch ( leng-kung gigi ) tanpa diikuti oleh pelebaran lengkung basal.

Untuk melakukan ekspansi pada pasien dewasa perlu diperhatikan beberapa hal antara lain: Jika

menurut perhitungan metode Pont didapatkan pertumbuhan lengkung gigi tidak mencapai normal

( istilah umum : kontraksi ).

a. Jika indeks Howes menujukkan :

- inter tonjol P1

- inter fossa canina antara 37% – 44%. antara 36% – 43%

Jadi jarak interfossa lebih besar dari jarak intertonjol bukal P1. Secara klinis atau pada model studi

terlihat inklinasi gigi P1

b. Jika terdapat diharmoni rahang, yaitu dalam keadaan oklusi menunjukkan adanya penyempitan

salah satu rahang dibandingkan dengan lengkung gigi antagonisnya. condong ke palatinal ( conver-

gen ).

3. Perawatan ortodontik dengan melebarkan lengkung gigi/ rahang menggunakan alat ekspansi harus

dilakukan over expansion untuk mengatasi relaps yang mungkin terjadi. Hal ini disebabkan tertariknya

serabut-serabut periodontal yang sangat elastis sewaktu dilebarkan, serabut-serabut tersebut akan

mengkerut kembali sehigga kemungkinan terjadinya relaps sangat besar.

Page 91: Ortho, IKGM, OM

 Mei 5, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary

Laporan Tutorial : Hukum Dan Etika   Kedokteran      

 

1 Vote

1.Latar Belakang

Andi pergi ke drg. Aziz untuk mencabut gigi geraham belakangnya. Karena saat mencabut lama dan

sakit sekali, setibahnya dirumah Andi bercemin untuk melihat bekas pencabutan gigi

tersebut.Ternyata gigi yang dicabut bukan gigi gerahamnya. Merasa kesal dan dirugikan Andi

Page 92: Ortho, IKGM, OM

menuliskan pengalamannya di surat pembaca sebuah surat kabar. Andi juga mendatangi PDGI untuk

melaporkan drg. Aziz.Saat ini drg. Aziz sedang mengurus perpanjangan surat izin prakteknya yang

telah habis.

2.Batasan Topik

Adapun yang menjadi batasan topik pada diskusi kelompok Modul A Pemicu II ini, yaitu meliputi :

1. Pengertian PDGI

2. Tugas dan Wewenang PDGI

3. Fungsi surat izin praktek ( SIP )

4. Cara mendapatkan dan memperpanjang surat izin praktek ( SIP )

5. Tindakan PDGI dalam menindak lanjuti kasus

6. Mengapa msyarakat dapat melaporkan dokter ke PDGI

7. Pelanggaran beserta saksi dalam kedokteran

8. Profesi kedokteran

9. Standar Profesi kedokteran Dan Hukum kedokteran

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian PDGI

• PDGI ( Persatuan Dokter Gigi Inonesia )

Merupakan satu-satunya Organisasi profesi yang menghimpun dokter gigi di Indonesia. PDGI didirikan

pada tanggal 22 Januari 1950 di Hotel Savoy Homannbandung dan kini telah berusia lebih dari 50

tahun. Pengurus Besar PDGI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta dan saat ini

memiliki 14 Pengurus Wilayah dan 188 pengurus Cabang di tingkat kabupaten/kota, Jumlah dokter gigi

yang terdata sampai februari tahun 2009 mencapai kurang lebih 19 juta.

Adapun Jaringan PDGI di tingkat Internasional, Yaitu :

a. APDF/APRO (Asian Pacific Dental Federation/Asian Pacific regional Organization)

b. FDI (Federation dentaire Internationale)-Organisasi Dokter Gigi se-dunia

Sedangkan Tujuan PDGI :

• Menyumbangkan darma baktinya demi kepentingan bangsa dan negara.

• Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut serta kesehatan umum dalam rangka menunjang

kesejahteraan rakyat Indonesia

• Memajukan ilmu kedokteran gigi dalam arti yang seluas-luasnya

2.Tugas dan Wewenang PDGI

Wewenang PDGI Wilayah :

•Membina dan mengadakan hubungan dengan semua aparat pemerintah,organisasi profesi yang ada

khususnya yang berkaitan dengan pengembangkan kebijakan dalam program-program kesehatan

yang mempunyai tujuan yang sama.

•Melaksanakan keputusan kongres,rakernas,rakerwil dan bertanggung jawab pada rapat umum

anggota wilayah dan pengurus besar.

•Memberikan mandat kepada peserta utusan kongres

•Memberikan laporan kepada pengurus besar tentang hasil yang dilakukan minimal 1 x dalam setahun

•Membangun kapasitasi sebagai Organisasi yang profesional

•Menggalang seluruh kesatuan anggota dalam menjalankan program PDGI.

•Melakukan Pembinaan mengenai pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi

PDGI berada dibawah naungan KKI yang memiliki tugas dan wewenang tentang :

Tugasnya :

Page 93: Ortho, IKGM, OM

a. Melakukan registrasi dokter/dokter gigi mengesahkan standar pendidikan dokter/dokter gigi

b. Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktek kedokteran yang dilakukan bersama

lembaga terkait sesuai fungsinya masing-masing

Wewenangnya :

a. Menyetujui/Menolak surat tanda registrasi dokter/dokter gigi

b. Menerbitkan/mencabut surat tanda registrasi dokter/dokter gigi

3. Fungsi Surat Izin Praktek ( SIP )

SIP adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter/dokter gigi yang akan menjalankan

praktek kedokteran setelah memenuhi persyaratan.

UU dalam praktek kedokteran dalam beberapa pasalnya mengatur tentang kewajiban-kewajiban

administrasi yang harus dipenuhi oleh setiap dokter/dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek

kedokteran Indonesia.

Fungsinya :

• Sebagai salah satu persyaratan/bukti seorang dokter/dokter gigi dalam menjalankan praktek

• Sebagai bukti bahwa praktek yang dilaksanakan bersifat legal

• Sebagai kekuatan hukum apabila terjadi kasus yang tidak diinginkan

• Untuk menyatakan batasan wilayah dimana seorang dokter tersebut bertugas

• Untuk mengetahui berkompetens seorang dokter dan dokter gigi dalam pelayanan medis

• Agar dokter dan dokter gigi dapat mengamalkan praktek dan pengetahuan ilmu kedokterannya

untuk kepentingan masyarakat secara resmi

Kewajiban administrasi tersebut antara lain ;

• Kewajiban memiliki surat tanda registrasi (STP) dan surat izin praktek (SIP) dokter/dokter gigi

• Kewajiban memiliki SIP diatur dalam pasal 36 bunyinya ;

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktek kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat

Izin Praktek

Sedangkan menurut Permenkes No.512/menkes/per/IV/2007 mengenai izin praktek dan pelaksaan

praktek kedokteran,

Bab 2 pasal2 ayat (2) untuk memperoleh SIP,dokter dan dokter gigi yang bersangkutan harus

mengajukan permohonan kepada kepala Dinkes Kab/Kota tempat praktek kedokteran yang

dilaksanakan dengan melampirkan :

• Fotocopy surat tanda registrasi dokter/dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisir asli oleh KKI yang

berlaku

• Sure pernyataan mempunyai tempat praktek/surat ketermagangan dari sarana pelayanan kesehatan

sebagai tempat praktiknya

• Surat rekomendasi dari organisasi profesi,sesuai tempat praktek

• Pasfoto berwarna ukuran 4×6 sebanyak 3 lembar dan 3×4 sebanyak 2 lembar.

4.Cara Mendapatkan dan Memperpanjang SIP

Cara Mendapatkan SIP sesuai dengan pasal 7 ayat (3),SIP diberikan oleh menteri/pejabat yang ditunjuk

setelah memenuhi persyaratan.

SIP diberikan oleh menteri/pejabat setelah memenuhi syarat :

• Memiliki STR

• Memiliki tempat praktek

• Memiliki rekomendasi organisasi profesi

• Memiliki surat penugasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

• Memiliki surat penugasan/keputusan penempatan yang dikeluarkan oleh

depkes/depdikbud/dephankam dalam rangka pelaksanaan masa bakti

Page 94: Ortho, IKGM, OM

• Memiliki kemampuan Jasmani dan rohani untuk menjalankan pekerjaan doktet dan dokter gigi

• Hanya diberikan paling banyak 3 tempat

• Satu SIP hanya berlaku untuk 1 tempat praktek

• SIP diberikan dengan memperhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan,penyebaran dokter dan

dokter gigi

Cara memperpanjang SIP :

Dengan berlakunya UUPK NO. 29 tahun 2004 yang mewajibkan dokter mengumpulkan angka keredit

(SKP), bila ingin memperpanjang STR dokter harus mengikiti acara ilmiah dengan tekun, SKP dan STR

adalah syarat perpanjangan SIP.

• seorang dokter wajib mengikuti min 15 x seminar setara dengan 30 SKP

• SIP berlaku selama 5 tahun disertai rekomendasi IDI dan diberikan 3 tempat praktek

• Pembaruan SIP tiap 5 tahun mengikuti standar Internasional

5.Tindakan PDGI Dalam Menindak Lanjuti Kasus

Apabila seseorang mengetahui atau merasa dirugikan atas tindakan dokter/dokter gigi dalam

menjalankan praktek kedokteran maka orang tersebut bisa melaporkan masalahnya ke PGDI.

Selanjutnya PDGI akan melanjutkan pelaporan tersebut ke MKEKG.

Pelaporan ke MKEKG berupa laporan tertulis (Identitas pelapor/ pasien, nama dan tempat

praktek,waktu,tindakan dilakukan atas tindakan pengaduan dan kronologis, pernyataan tentang

kebenaran pengaduan)

MKEKG membutuhkan identitas pelapor untuk mendapatkan info yang cukup,untuk melakukan

investigasi dan untuk melakukan pemeriksaan oleh majelis.

Setelah itu pengaduan akan ditanda tangani oleh majelis pemeriksa awal, pemeriksa awal oleh MPA

untuk menentukan kewenangan MKEKG terhadap pengaduan tersebut.

Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan oleh majelis pemeriksa disiplin (MPD) => Pemeriksaan

proses pembuktian.

Jika dokter gigi teradu dinyatakan melanggar disiplin kedokteran gigi, maka sanksi disiplin dalam

keputusan MKEKG dapat berupa :

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP

3. Kewajiban mengikuti pendidikan di Instansi kedokteran gigi

6. Mengapa Masyarakat Dapat Melaporkan Dokter ke PDGI

Pertama PDGI melaporkan masalah tersebut ke MKEKG,MKEKG yang mempunyai wewenang dalam

mengatasi masalah karena Sesuai dengan UU RI No. 29 tahun 2004,pengaduan pasal 66 ayat 1 :

Setiap orang yang mengetahui kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter/dokter gigidalam

menjalankan praktek kedokteran dapat mengadukan secara tertulis pada ketua MKDKI yang

keputusannya akan diambil oleh MKDKI mengangkat dokter dan dokter gigi dan KKI dan bisa

dikenakan ketentuan pidana sesuai pasal 75 ayat 1 :

Setiap dokter/dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktek kedokterantanpa memiliki STR

sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat 1 dipidana penjara paling lama 3 tahun/didenda paling

banyak 100 juta

Dalam pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :

a. Identitas pengaduan pasien

b. Nama dan alamat tempat praktek dokter/dokter gigi

c. Waktu tindakan dilakukan

d. Alasan pengaduan

Page 95: Ortho, IKGM, OM

e. Alat bukti bila ada

f. Pernyataan tentang benar pengaduan

Adapun Tugas MKEKG adalah :

Mengirim pengaduan,memeriksa,memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter/dokter gigi yang

diajukan

Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

7.Pelanggaran Beserta Sanksi Dalam Kedokteran

Pasal 32 : Sanksi dilaksanakan oleh pengurus PDGI sesuai keputusan MKEKG

3 sanksi berupa :

1.Peringatan lisan berlaku paling lama 6 bulan

2.Peringatan tertulis paling lama 6 bulan

3.Penekanan rekomendasi PDGI untuk mendapatkan SIP paling lama 12 bulan

Bentuk Sanksi pelanggaran :

1.Teguran/tuntutan secara lisan/tulisan berlaku paling lama 6 bulan

2.Penundaan kenaikan gaji/pangkat

3.Penurunan gaji/pangkat setingkat lebih rendah

4.Dicabut izin praktek dikantor sementara/selama-lamanya

5.Pada kasus pelanggaran etikolegal (pelayanan dibawah standar,pelecehan dll), diberikan hukuman

sesuai peraturan kepegawaianyang berlaku dan diproses ke pengadilan

6.Kewajiban mengikuti pendidikan/pelatihan di Institusi pendidikan/kedokteran/dokter gigi

•Setiap dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktek kedokteran tanpa memiliki

STR dan SIP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda banyak seratus juta

•Ancaman pidana terhadap dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja menyelenggarakan praktek

kedokteran tanpa memasang papan nama praktek dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

tahun atau denda paling banyak 50 Juta

•Ancaman pidana terhadap dokter dan dokter gigi dengan sengaja tidak membuat rekaman medis

diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak 50 juta

Sanksi PDGI :

-KOmisi kehormatan disiplin kedokteran gigi

-KKI

-Sanksi

Berupa : 1. Administratif

2. Hak Regresi

3. Perdata/ Pidana

(UU praktek kedokteran gigi No.29 tahun 2004)

Penegak Hukum :

- Perdata : KUH perdata 1365,1366,1371

- Pidana : KUHP 359

8.Profesi Kedokteran

Adapun definisi awal profesi, Yaitu :

Profesi Merupakan

•Kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan

keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia

Pemakaian keterampilan dengan cara yang benar dan keahlian yang tinggi

Page 96: Ortho, IKGM, OM

•Hanya dapat dicapai melalui penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup luas,mencakup sifat

manusia,kecendrungan sejarah dan lingkungan hidupnya

•serta,Disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang

profesi

Profesi memiliki 3 ciri Utama :

1.Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ektensif sebelum memasuki sebuah profesi

2.Pelatihan tersebut meliputi komponen Intelektual yang signifikan

3.Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat

3 ciri tambahan Profesi :

1.Ada proses lisensi atau sertifikat

2.Ada Organisasi

3.Ada Otonomi dalam pekerjaannya

Profesi Kedokteran dan Dokter gigi :

Suatu pekerjaan/profesi kedokteran dan dokter gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu ke

Ilmuwan,kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang diperolehnya dimasa pendidikan guna

pekerjaannya menyediakan atau memberikan pelayanan kepada masayarakat.

9.Standar Profesi kedokteran dan Hukum Kedokteran

Standar Profesi kedokteran dan Dokter Gigi, Yaitu :

1.Ketelitian

2.Sesuai ukuran medic

3.Kemampuan rata-rata

4.Sikon yang sama

5.Sarana upaya

Adapun Standar Umum profesi kedokteran dan dokter gigi, Yakni :

Mempunyai sikap dan perilaku Insani pancasarjana dan menjujung tinggi etika kedokteran Indonesia

Mempunyai kompetensi untuk memberikan pelayanan dan memimpin Lab. Klinik secara professional

Mampu mengembnagngkan Ilmu pengetahuan dan keterampilan

Mampu mengembnagkan pengetahuan,keterampilan dalam memimpin Lab.Klinik secara mandiri

sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

Memiliki pengetahuam,keterampilan,sikap prosfesional dalam mendidik dan melaksanakan penelitian

maupun apresiasi atas

hasil penelitian

Hukum : Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam

mengatur pergaulan hidup,tata tertib dalalm masyarakat dan harus ditaati Juga merupakan batasan-

batasan bertindak bagi seorang dokter atau dokter gigi. Hukum disusun oleh badan pemerintah,

bebentuk undang-undang, berlaku untuk umum, bentuk sanksi berupa tuntutan, bukti pelanggaran

perlu bukti fisik, dan diselesaikan di pengadilan.

Hukum Kedokteran merupakan bagian dari Hukum Kesehatan yaitu menyangkut asuhan pelayanan

kedokteran yang berisikan tentang aturan-aturan pelayanan kesehatan dan saksi untuk

pelanggarannya.

BAB III

PENUTUP

Rangkuman

•Jadi Pelanggaran yang terjadi dalam kasus Ini karena kurangnya standar profesi kedokteran/dokter

gigi yang berupa :

Page 97: Ortho, IKGM, OM

1.Ketelitian

2.Sesuai ukuran medic

3.Kemampuan rata-rata

4.Sikon yang sama

5.Sarana upaya

•Sintesa

Segala bentuk tindakan maupun pelanggaran dalam bidang hukum dan profesi kedokteran harus

diselesaikan melalui prosedur etik dan hukum kedokteran yang berlaku agar tidak merugikan berbagai

pihak.

REFERENSI

• http://www.google.com

• http://Ippm-aceh.org

• http://www.inam.org/v4/download.php

• Artikel dalam Internasional Enclopedia pf Education

• hukum kedokteran.2009.www.google.com.

• Standar profesi kedokteran.pdf

 Mei 3, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary, Uncategorized

Tentang Dunia Perkuliahanku   :)      

 

Rate This

Tentang hari ini ..

 

Saya rasa bukan namanya anak kedokteran Gigi jika setiap harinya,,setiap waktunya tidak  di hantui

dengan tugas—praktikum—tutorial ..—“

Yang kalo lagi praktikum ..bawaannya sudah kayak anak jualan gorengan pke box segala ,,kalo liat

isinya kayak tukang amplas, tukang semen deh –_–

Hari ini sesuai jadwal yang ada ..tutorial DK2 di layo lagi lagi hoaammm –___– capek juga lama-lama

hidup nomaden layo-palembang-layo ..

Kemaren waktu DK1 fasilitatornya bilang sih minggu depan tepatnya hari ini fasilitator akan digantikan

sama dokter yang paling manisss yang mampu buat teman cwe kampus ku klepek-klepek karena

kebaikannya ..dan wajahnya yang kayak gula arennn ituu lho u,u..jadinya saya agak santaian dikitlah

buat nulis logbook yang seabrek itu –___–..tapi entah karena ikut-ikutan cuaca yang dari pagi sudah

hujan ajee ,,ternyata bukan dokter gula aren  itu yang menjadi fasilitator kami ..oo *musibah bagi

nasib logbook saya yang tak ada tempelan gambaran berwarna sedikitpun

Page 98: Ortho, IKGM, OM

Lalu spontan Langsung ekspresi wajah berubah waktu tau yang gantiin itu dokter cantik yang maunya

pke bahasa Indonesia formal kalo ngomng ..baik sih dokternya ga banyak macem tapii spontan yang

tadinya kelompok C nyantai jadi dibuat sedikit tegang…dokternya pke pasang muka badmood gthu

juga ..-___-

 

It’s my problem kalo dari awal udah niatnya santai ,,feel nya udah males-malesan ..satu per satu

bahasan Learning Issue udah di bahas teman-teman dengan di ketuai oleh Lina (anaknya pendiam,

baek banget ,,pokoknya wanita idaman lah ,,apalagi suaranya lembut ditambah anaknya sholeha

*sekalian mau publish hhi )..back to my problem ..AKU MAU NGOMONG APAA teman-teman ???

Sambil lirik-lirikan sama wajah badmoodnya dokter itu..saya mulai baca-baca lagi apa yang telah saya

tulis dari jam 21-00 sampe jam 00-00..sudah tau lah tulisan gak tau mirip cacing jenis apa

lagi ..ditambah gak ngertiii sama bahannyaa T___T..

*al hasil dari toleh menoleh sama teman yang lain ..aku akhirnya bahas masalah tumbuh kembang

dentokraniofasial ..hhaha – yang aku taunya Cuma kalo dentokraniofasial itu berarti kan struktur

anatomis dimana dibagi aja jadi tiga istilah nya –dento-kranio-fasial –nah bearti hubungan antara gigi

geligi dengan rahang dan profil wajah ..nah dari gigi itu akan mempengaruhi bentuk wajah kita ..

Trus bahas dari kasusnya juga yang bilang kalo ni remaja 15tahun giginya berlebih ya jadi namanya

supernumerary ..done itu aja yang aku bahas hahha

Selesai bahas ..mulai timbul bosan,,males dengarin penjelasan lain hha ..emang dasar aku nya yang

gak mau lagi denger udah gak nyangkut tuh bahan di otakku ..

Saya salut sama teman-teman yang mau bnyak kasih tambahan bahan ..mereka rajin sekaliii aaa..aku

akuu akuu kpan yaa ?? haha

Seakan sadar dari lamunan itu ..tau-tau sudah sintesa aja nih ..itu artinya udah selesai tutorial kali

ini ..Alhamdulillah

Nah ini nih habis tutorial terbitlah laperr … oOOO 

 April 22, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary

Makalah Ilmiah Oral   Biologi      

 

Rate This

PERANAN SEL LAGERHANS ORAL MUKOSA IMMUNOPATOGENESIS pada PENYAKIT PERIODONTAL

ABSTRAK

        Oral Mukosa sangat berperan pada kesehatan di dalam rongga mulut karena pada keadaan

normal, integritasnya berfungsi untuk menahan penetrasi mikroorganisme.4 Daerah di dalam rongga

Page 99: Ortho, IKGM, OM

mulut pertemuan antara gingival dan gigi merupakan tempat yang sedikit rawan untuk perlekatan

mikroorganisme. Namun daerah ini mempunyai perlekatan epitel ke gigi yang baik sehingga pada

keadaan normal mikroorganisme tidak akan dapat masuk kedalam membran periodontal. Rongga

mulut merupakan jalan keluar masuk utamanya mikroorganisme, oleh karena itu sangat banyak faktor

yang terlibat dalam proses imun terhadap mikroorganisme yang pathogen. Lebih dari 300 spesies

bakteri dapat ditemukan sebagai mikrobiota di daerah subgingiva, dan hanya beberapa spesies yang

telah diketahui terlibat dalam proses inisiasi dan progresifitas penyakit periodontal [21]. Porphyromonas

gingivalis, Treponema denticola dan Bacteroidesforsythus merupakan bakteri periodontopathogen

yang sangat agresif. Infeksi bakteri periodontophatogen inilah yang dapat memicu sekresi

peningkatan inflamatory sitokin5, yang akan memicu timbulnya proses keradangan atau inflamatory.

Adanya akumulasi sel plasma dan limfosit di dalam jaringan periodontal, diduga sitokin dan sel

langerhans ikut berperan dalam perubahan patologik periodontal. IL-1 terdapat di dalam jaringan

gingival dan crevicular fluid, dan kadarnya turun setelah perawatan periodontal. Selain itu juga terjadi

peningkatan fibroblast prokolagen, Prostaglandin E2 (PGE2), dan aktivitas resorbsi tulang. Il-2 yang

menstimulasi aktivitas makrofag juga meningkat di dalam jaringan periodontal pada kondisi

periodontitis. Hasil akhir dari metabolisme bakteri periodotophatogen berupa berbagai macam asam

amino dan berbagai macam endotoksin, hemolisin, kolagenase dan berbagai macam protease juga

dapat menyebabkan kerusakan imunnoglobulin, faktor komplemen, dan heme-sequestering proteins :

suatu protein dari host yang dapat menahan kerusakan kolagen. Banyak faktor lain seperti respon

imun seluler lokal dan sistemik serta respon humoral sekretori lokal dan serum juga ikut berperan

dalam proses patogenase berbagai kelainan atau penyakit periodontal.

Kata kunci : oral mukosa, sel langerhans dan sistem imun terhadap penyakit periodontal.

ISI

Penyakit periodontal terdiri dari gingivitis dan periodontitis yang menggambarkan bentuk klinis dari

proses inflamasi yang di produksi oleh dental biofilm.2 periodontitis merupakan penyakit jaringan

penyangga gigi, disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dan mengakibatkan kerusakan progresif

pada ligamen periodontal dan tulang alveolar yang ditandai dengan adanya poket, resesi gingival atau

keduanya. Jenis periodontitis yang sering terjadi adalah periodontitis kronis yang di sebabkan oleh plak

dan kalkulus yang berkembang sangat lamabat dan biasanya menyerang pada orang dewasa atau

tua.4 Meskipun mekanisme pathogenesis belum jelas diketahui, konsep ini meyatakan bahwa

kerusakan jaringan periodontal lebih di sebabkan oleh ketidak seimbangan host bacterial ecosystem di

daerah sub gingival.3

                Endotoksin merupakan hasil dari metabolisme bakteri periodonpathogen yang akan merangsang

timbulnya matrix metalloproteinase, sehingga merangsang proses apoptosis pada sel tulang.

Apoptosis yang berlebihan akan menyebabkan resesi tulang tetap berlanjut meskipun plak dan

kalkulusnya sudah di bersihkan.24 Dengan adanya terapi periodontal terbaru yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya kerusakan tulang yang berlanjut dan merusak endotoksin. Terapi ini

menggunakan antibiotik dan antiseptic telah terbukti efektif untuk membunuh bakteri

periodontophatogen serta mengahambat terjadinya proses MMP.

Penyakit periodontal merupakan kondisi keradangan yang menyebabkan kerusakan secara perlahan-

lahan terhadap jaringan penyangga gigi. Matriks ekstraseluler, seperti kolagen, fibronectin dan

proteoglikan merupakan matriks yang penting dalam menjaga integritas struktural jaringan

penyangga gigi. Terjadinya kerusakan tulang pada jaringan periodontal yang bersifat

irreversible.bakteri periodontopathogen dan produknya dapat memicu respon inflamasi dan respon

Page 100: Ortho, IKGM, OM

imun pada host. Adanya inflamasi ini meningkatkan sekelompok enzim proteolitik yang disebut

dengan matrixmetalloproteinase (MMP) yang berperan besar terhadap timbulnya penyakit periodontal.

MMP merupakan protein yang bertanggung jawab terhadap remodeling dan degradasi komponen

matriks ekstraselluler. Keberadaan MMP dikontrol oleh sel lain seperti fibroblast dan makrofag, serta

distribusi tissue inhibitor of MMP (TIMP) yang tersebar pada jaringan dan cairan ekstrasel. MMP-1 dan

MMP-8 keduanya merupakan kolagenase; dimana MMP-8 dihasilkan oleh neutrofil danMMP-1 dihasilkan

oleh sel host, termasuk epitel, fibroblast dan makrofag. MMP diketahui juga diproduksi oleh PG dan AA.

Peran Sitokin dan Sel Lagerhans

Adanya akumulasi sel plasma dan limfosit di dalam jaringan periodontal,diduga sitokin dan sel

Lagerhans ikut berperan pada perubahan patologik periodontal. IL-1 terdapat di dalam jaringan

gingiva dan crevicular fluid, dan kadar keduanya turun setelah perawatan periodontal. Selain itu juga

terjadi peningkatan fibroblas prokolagen, prostaglandin E2 (PGE2), dan aktivitas resorbsi tulang. IL-2

yang menstimulasi aktivitas makrofag juga meningkat di dalam jaringan periodontal pada kondisi

periodontitis. Demikian juga dengan IL-4 yang berperan dalam mengaktivasi proliferasi dan

diferensiasi sel B, pertumbuhan selT, fungsi makrofag, serta pertumbuhan sel mast kadarnya juga

meningkat selama periodontitis. IL-6 yang menginduksi produksi antibodi, kadarnya meningkat pada

peradangan gusi (gingivitis) dan berperan pada resorbsi tulang. 5

Kemampuan leukosit melekat pada sel endotel akan meningkat karena induksi TNFα. Aktivitas

fagositosis dan kemotaksisnya juga akan meningkat. Efek TNFα pada leukosit dan juga induksinya

terhadap makrofag, mempunyai peran dalam perubahan vaskular yang terjadi pada kelaianan

periodontal.

Sitotoksisitas sel jaringan juga dapat disebabkan oleh interaksi langsung limfosit dengan sel target

yang mengandung antigen spesifik yang berada pada permukaannya. Walaupun antigen yang

ditemukan oleh limfosit yang tersensitisasi umumnya sangat spesifik, efek sitotoksik akibat interaksi

limfosit-sel pejamu biasanya tidak spesifik. Oleh karena itu, diduga bahwa bertahannya deposisi

antigen plak gigi ke dalam jaringan gusi, dibantu oleh terbentuknya sel yang memproduksi limfotoksin

dan / atau langsung karena limfosi totoksisitas. Kejadian ini mengakibatkan kerusakan jaringan pada

kasus kelainan periodontal.

Komponen Jaringan

Membran Mukosa

Barier protektif mukosa rongga mulut terlihat berlapis-lapis, terdiri dari air liur dan permukaannya,

lapisan keratin, lapisan granular, membran basal, dan komponen selular serta humoral yang berasal

dari pembuluh darah.5 Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri atas squamosa

yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksinya

tergantung pada deskuamasinya yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan

derajat keratimisasinya yang menyebabkan mukosa mulut sangat efisien sebagai barier. Kedua hal ini

haruslah dalam keadaan seimbang. 6

Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral dan agregasi limfoid

intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar

mulut, palatum, pipi, dan bibir, mirip yang berasal dari gusi dan pulpa gigi. Kapiler-kapiler ini bersatu

membentuk pembuluh limfatik yang berasal dari bagian dalam otot lidah danstruktur lainnya. Antigen

mikrobial yang dapat menembus epitel masuk ke lamina propria, akan difagositosis oleh sel-sel

Lagerhans yang banyak ditemukan dimukosa mulut.

Page 101: Ortho, IKGM, OM

Celah gusi

Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel functional yang terletak pada celah

gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Apakah aliran cairan crevicular fluid ini merupakan proses

fifiologik atau merupakan respons terhadap inflamasi, sampai saat ini masih belum jelas. Pendapat

yang banyak dianut saat ini adalah pada keadaan normal cairan crevicular fluid yang mengandung

leukositini akan melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat

bila terjadi gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit, cairan crevicular ini juga mengandung

komponen komplemen, seluler, dan humoral yang terlibat pada respon imun.7

Saliva

Saliva disekresikan oleh kelenjar-kelenjar parotis, submandibularis dan beberapa kelenjar kecil pada

permukaan mukosa. Aliran saliva sangat berperan dalam membersihkan rongga mulut dari

mikroorganisme. Dalam hal ini, saliva berperan sebagai pelumas aksi otot-otot lidah, bibir, dan pipi.

Aliran saliva akan mencuci permukaan mukosa mulut, sedangkan sirkulasi darah sub epitel bertindak

sebagai suplemen pada batas jaringan lunak dan jaringan keras melalui celah gingival.

Berbagai senyawa yang berperan dalam mekanisme pertahanan ditemukan dalam saliva. Lisozim atau

muramidase mempunyai aktivitas bakterisidal yang bekerja memecah ikatan antara N-asetil

glukosaamin dengan asam N-asetilmuramat dalam komponen mukopeptida dinding sel.

Komponen-komponen yang terdapat pada saliva adalah C3 yang sebagian besar berasal dari cairan

celah gingival. Komponen seluler yang banyak ditemukan di dalam aliran saliva adalah leukosit.

Diperkirakan migrasi leukosit sekitar satu juta per menit melalui air liur. Asal leukosit ini dari cairan

celah gusi dansekitar 98-99% berupa PMN, neutrofil, sisanya terdiri atas limfosit, monosit, dan

eosinofil. Antibodi yang paling penting di dalam air liur adalah immunoglobulin A (IgA) sekresi air liur.

Selain itu, juga ditemukan sedikit IgG dan IgM yangberasal dari cairan celah gusi.6

Adanya reaksi hipersensitivitas pada kelainan periodontal

Dalam tahap awal, respon imun digunakan sebagai pertahanan tubuh untuk melawan serangan

antigen yang melekat pada plak gigi. Tetapi akibat adanya akumulasi plak, respon imun menjadi lebih

kompleks sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas tipe IV, III,II,I.

Pada reaksi hipersensitif tipe IV, immunitas seluler (CMI) diaktivasi oleh antigen bakterial plak gigi

sehingga menjadi proliferasi sel T dan sel B. Subpopulasi sel T sangat sitotoksik terhadap jaringan

periodonsium. Limfosit memasok mediator terlarut, seperti MIF yang akan menghambat pergerakan

makrofag dan PMN neutrofil, faktor merusak fibroblas, dan OAF yang dapat menimbulkan kerusakan

tulang. Akibat kerusakan ini, antigen akan masuk lebih dalam lagi ke dalam jaringan periodonsium.

Adanya kompleks imun di dalam jaringan periodontal, berupa ikatan antigen-antibodi, menunjukan

bahwa terjadi reaksi hipersensitivitas tipe III. PMN di dalam cairan celah gusi ( crevicular fluid),

mempunyai membran yang dapatmengikat IgG, IgM, dan C3. Kompleks imun akan mengaktivasi jalur

klasik komplemen dengan akibat terjadi peningkatan mediator biologik yang akanmenginduksi

peningkatan permeabilitas vaskular, agregasi platelet, kemotaksisfagosit, opsonisasi, dan fagositosis.

Pada proses ini juga dilepaskan enzim-enzimlisisim oleh PMN dn makrofag, seperti lozosim,

hialuronidase, dan kolagenaseyang mengakbatkan kerusakan jaringan lokal. Kolagenase akan

merusak kolagen jaringan periodontal. Hasil akhir proses ini adalah lisisnya sel disertai resorbsi tulang

yang dimediatori oleh prostaglandin. Pada reaksi tipe III ini, CMI juga ikut dilibatkan, karena C3b dapat

Page 102: Ortho, IKGM, OM

berinteraksi dengan reseptor limfosit sehingga terjadi pelepasan limfokin. Dengan demikian, sering

terlihat adanya reaksi hipersensitivitas tipe III dengan tipe IV.

Pada kelainan periodontal terdapat tiga proses reaksi hipersensitivitas tipe II, yaitu:

1. Fagositosis setelah terjadi ikatan antigen-antibodi

2. Aktivitas sel T

3. Lisisnya sel karena aktivasi komplemen

Respon imun yang semula dibangkitkan untuk mekanisme pertahanan,ternyata kemudian justru

merusak jaringan periodontal. Untuk menghadapi keadaan ini, tubuh dibekali mekanisme perthanan

lain yaitu dengan menghamba tperningkatan respon imun lebih lanjut untuk mencegah kerusakan

total jaringan periodontal. Mekanisme penekanan respon imun ini meliputi:

1. Penekanan CMIR dengan mneginduksi sek –sel supresif

2.Berbagai faktor penghambat di dalam serum juga ditemukan pada kasus periodontitis berat

3. Makrofag mensekresikan prostaglandin yang menghambat respon seluler

4. Inhibitior proteinase akan menghambat jalur komolemen

5. Komponen-komponen plak gigi seperti LPS menurunkan aktivitas CMI,LTA menghambat HMIR,

dekstran ikatan α ( 1menjadi 6 ) menurunkantoleransi sel B, dan bakteri plak mengeluarkan proteinase

spesifik yangmenghambat kerja beberapa klas imunoglobuolin.

Sistem Imun

Stem sel yang diproduksi oleh sumsum tulang, merupakan sel multipoten. Dalam perkembangannya,

sel ini dapat menjadi sel promonosit dan prelimfosit(limfosit primitive). Promonosit kemudian akan

menjadi monosit di dalam pembuluh darah dan bila memasuki jaringan dikenal sebagai makrofag.

Perkembangan prelimfosit, tergantung organ yang mempengaruhi. Bila di pengaruhi oleh

Perkembangan prelimfosit, tergantung organ yang mempengaruhi.Bila dipengaruhi timus, prelimfosit

akan berkembang menjadi limfosit –T (sel-T),yang nantinya bertanggung jawab pada sistem imunitas

seluler (Cell-mediated immunresponses/CMI). Prelimfosit yang dalam perkembangannya dipengaruhi

oleh organ yang equivalen dengan  bursa of fabricius pada unggas atau gut associated lymphoid

tissues (GALT), seperti tonsil, umbai cacing, limpa, ataubercak-bercak Peyers’s pada usus, akan

berubah menjadi Limfosit –B (sel-B)yang akan bertindak sebagai mediator immunitas humoral

(humoral-mediated immunoresponses / HMI) .

Begitu menyusup ke dalam jaringan, antigen di fagositosis oleh makrofag,diproses menjadi

superantigen. Kemudian, makrofag akan bertindak sebagai selpenyaji antigen

(antigen-presenting cells / APC), yaitu mempresentasikan antigenyang sudah diproses kepada sel-T

dan sel-B. Sel dendritik dan sel Lagerhans juga dapat bertindak sebagai APS.

Mekanisme Respons Imun

Titik sentral respons imun terletak pada peran dan fungsi limfosit T,terutama sel T CD4 (T4).[20]

Setellah diproses oleh APC ( Antigen Presenting Cells) seperti makrofag, sel Lagerhans, dan sel

dendritik, antigen akan disajikan kepada sel T4 oleh APC. Akibatnya, sel T4 akan teraktivasi, dan ini

merupakan picu bangkitnya respons imun yang lebih kompleks, baik seluler maupun humoral.Untuk

Page 103: Ortho, IKGM, OM

mengaktivasi sel T4, sedikitnya dibutuhkan dua sinyal. Sinyal pertama untuk mengikat reseptor

antigen sel T pada kompleks antigen MHC kelas II yang berada pada permukaan APC dan sinyal kedua

berasal dari interleukin (IL-1),suatu protein terlarut yang dihasilkan oleh APC. Sel T4 yang sudah

tersensitisasi antigen, akan mengaktifkan sel T8 yang berfungsi menghancurkan sel asing, sel T

memori yang mempunyai daya ingat, dan sel B sebagai mediator imunitas humoral. Sel T8 yang sudah

teraktivasi akan melepaskan sitotoksin yang berfungsi menghancurkan sel target. [3-4]

Gambar 1-3.

Immunopatogenesis kelainan periodontal

KESIMPULAN

 Kelainan gingiva dan periodontal diinduksi oleh plak gigi bakterial. Pada kelainan ini terdapat empat

stadium immunopatologi yang melibatkan respon imun sistemik.

1. Awal lesi ditemukan dalam kondisi normal, namun sudah ada respon inflamasi lokal oleh PMN

leukosit, aktivasi komplemen, kemotaksis yang dihasilkan antigen plak, dan mungkin sudah terjadi

kompleks imun.

2.  Pada lesi ini terlihat infiltrasi lokal sel T dan beberapa sel B. Limfosit didalam sirkulasi sudah

tersensitisasi antigen plak yang dapat dilihat darikemampuannya melepaskan limfokin.

3. Lesi yang menetap di karakterisasikan dengan infiltrasi sel plasma secaralokal dan limfosit di dalam

darah perifer dapat distimulasi untuk berproliferasi oleh antigen plak.

4. Pada lesi yang sudah lanjut, ditandai dengan mekanisme imunopatologiyang destruktif. Proses

destruktif ini dapat mengakibatkan hilangnya gigi.Mekanisme imunologi kelainan periodontal sangat

kompleks yang melibatkanreaksi hipersensitivitas tipe IV,III,II, dan I disertai mekanisme protektif-

destruktif melalui fungsi limfosit dan makrofag serta aktivasi antibodi dankomplemen. Proses ini

dimodulasi oleh bahan immunopotensiasi danimunosupresi untuk mencegah respon imun yang tidak

terkontrol.

.

Referensi

1. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Clinical Periodontology, 9th ed.WBSaunders Co. Philadelphia.

(2002).67-69, 559-560, 676-681

5. Wilson TG and Kornman KS.Anatomy of the Periodontium Fundamentalsof Periodontics, 2 Nd ed.

Quintessence Publishing Co,Inc.(2003).32-33.

6. Roeslan, Boedi. Immunologi Oral Kelainan di Rongga Mulut.BalaiPenerbit FK UI. Jakarta.(2002).113-

115Reddy, Santhypria.Essentials of clinical periodontology and periodontics..2006 ISBN : 81-8448-148-

9

5.  F.X. Lu1,2* and R.S. Jacobson2. Oral Mucosal Immunity and HIV/SIV Infection J Dent Res .

(2007).86(3):216-226

7. H. Ohyama, N. Kato-Kogoe, A. Kuhara, F. Nishimura, K. Nakasho, K. Yamanegi, N. Yamada, M. Hata,

J. Yamane and N.The Involvement of IL-23 and the Th17 Pathway in Periodontitis. 2009. J Dent

Res88(7):633-638

6. C.W. Cutler and R. Jotwani .Dendritic Cells at the Oral Mucosal Interface. J DENT RES 2006 85: 678

Page 104: Ortho, IKGM, OM

8. Baker, P.J., et al., Heterogeneity of Porphyromonas gingivalis strains in the induction of alveolar

bone loss in mice. Oral Microbiol Immunol, 2000. 15(1): p. 27-32.

9. Kinane DF, Lappin DF. Clinical, pathological and immunological aspects of periodontal

disease. Acta Odontol 2001;59:154-160.

 April 4, 2012   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary

Makalah BM : Klasifikasi Kelainan Kelenjar   Ludah      

 

Rate This

MAKALAH BM

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

 

Oleh:

Sonya Annisa Ilma   

04091004005

 

Dosen:

Drg. Galuh Anggraini, SpBM

 

Program Studi Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

2011

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

1. I.                DEVELOPMENTAL ANOMALI

 

1. A.    APLASIA/AGENESIS ( Referensi : Diagnosis of salivary gland disorders Oleh K.

Graamans)

Definisi

Page 105: Ortho, IKGM, OM

Tidak adanya satu atau lebih kelenjar saliva mayor secara kongenital diistilahkan sebagai aplasia atau

agenesis. Hal ini sangat jarang terjadi, akan tetapi bila terjadi, maka biasanya yang terkenal adalah

kelenjar parotis.

Faktor herediter merupakan faktor penyebab dari aplasia ini. Gejala utama pada aplasia adalah

xerostomia, kesulitan dalam berbicara dan makan, dan karies yang parah. Diagnosa bisa dibuat ketika

orifis dari satu atau beberapi kelenjar saliva mayor tidak ditemukan.

Diagnosis

Sialgografi merupakan cara untuk memperlihatkan adanya cacat struktural yang besar baik pada

duktus saliva maupun pada kelenjarnya sendiri.

Perawatan

Pengobatan xerostomia didasarkan pada pemberian saliva tiruan, mengurangi kerusakan gigi dengan

melakukan tindakan pencegahan dan mengobati infeksi oportunistik,seperti kandidiasis oral dan

sialadenitis bakteri

1. B.     ABERANSIA

Definisi : kelainan bentuk anatomis kelenjar ludah.

Kelenjar ludah aberansia di laporkan mempunyai variasi lokasi, meliputi middle-ear cleft, leher ,

mandibula posterior, mandibula anterior, pituitary. Biasanya ditemukan secara kebetulan dan tidak

memerlukan intervensi.

Aberansia ini biasanya jarang terjadi pada mandibula anterior dan sulit untuk dilakukan diagnose.

Memberikan gambaran radiolusen pada apex gigi.

 

Diagnosa banding: the nomeras unilucular lesi radiolusen mandibula.

1. C.    ATRESIA

Atresia duktus kelenjar ludah ekskretoris yang  mengacu pada adanya bawaan atau penyempitan

saluran. Atresia berasal dari perkembangan kondisi yang sangat langka, yang dapat menghasilkan

xerostomia berat. Hal ini juga dapat mengakibatkan pembentukan kista retensi dari kelenjar ludah.

Menurut beberapa peneliti terdapat cacat perkembangan di ekskretoris tersebut.

 

II.  OBSTRUCTIVE SALIVARY GLAND DISEASE

Merupakan kondisi inflamasi dari  kelenjar saliva yang umumnya disertai rasa sakit atau nyeri dan

pembengkakan kelenjar , dan paling sering disebabkan oleh gangguan ductus dikarenakannya infeksi

bakteri yang akanmenurunkan aliran saliva dan stasis dari sekresi.

A. SIALOLITHIASIS

Definisi

Calculi atau ‘batu’ dapat terjadi dalam duktus saliva dari endapan garam-garam kalsium yang keluar

dari saliva di dalam lapisan konsentrik disekitar debris.

Etiologi

Page 106: Ortho, IKGM, OM

Masih belum diketahui namun ada beberapa faktor yang berkontribusi dari pembentukan batu yaitu

inflamasi, ketidakteraturan dari sistem duktus, iritasi lokal dan antikoligernik(obat-obatan) yang

mungkin akan menyebabkan adanya suatu genangan saliva di dalam duktus yang mana lama

kelamaan akan terbentuk batu. Terjadi paling sering di kelenjar submandibular, mungkin karena

viskositas yang tinggi dari kombinasi saliva dengan relatif yang lama dan bentuk yang berliku-liku dari

duktus.

 

Gambaran klinis

Batu biasanya berbentuk oval, licin, dan tidak beraturan permukaannya.

Batu kelenjar saliva ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali bila menimbulkan sumbatan

pada saluran kelenjar yang akan menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan kelenjar yang

bersangkutan.

Keluhan awal, terjadi pembengkakan selama 1-2jam dan rasa tidak nyaman saat makan. Bila tahap

ini tidak diobati, sumbatan progresif pada saluran ini dapat menimbulkan sialadenitis bakterial akut

dengan gejala seperti rasa sakit terus menerus, pembengkakan serta demam

Diagnosis

Secara klinis à abnormal saat pemeriksaan

Ekstraoral à Pembengkakan

Intraoral à Dijumpai deposit berkapur pada orifis saluran/teraba di dalam saluran.

Pemeriksaan

Radiografi à tidak semua kalkuli radioopaq

Sialografi à Dapat mendeteksi adanya mucous plugs

Perawatan : .

Pemijatan dari kelenjar .

Hidrasi dan penggunaan  dari sialagogues (seperti tetesan asam lemon) untuk mendorong sekresi

ke depan.

Antibiotik dibutuhkan untuk mengobati infeksi sekunder.

Analgesik untuk mengurangi rasa sakit.

Pembedahan jika diperlukan

 

 

 

 

III. MUCOUS RETENTION

 

1. A.    MUCOCELE

Definisi

Fenomena retensi mukus berupa pembengkakan noduler paling umum dari bibir bawah dan secara

khas disebut Mucocele

Page 107: Ortho, IKGM, OM

Terdapat 2 tipe fenomena retensi mukus :

1. Fenomena retensi mukus -tipe retensi/kista rentensi mukus à dibatasi oleh epitel duktus dan

merupakan akibat dari genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar.

2. Fenomena retensi mukus-tipe ekstravasasi/kista ekstravasasi mukus à tidak ada batas-batas epitel.

Biasanya dikelilingi oleh jaringan granulomatosa dan berasal dari trauma yang memutuskan suatu

duktus, diikuti oleh genangan mukus di luar duktus kelenjar liur tambahan dalam jaringan ikat.

3. 3.      Etiologi

Etiologi

Mucocele melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun

diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus

glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat

disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat

pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang,

menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi

rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-

lain.

Diagnosis

Dapat secara langsung dari riwayat penyakit, gambaran klinis dan palpasi.

Gambaran Klinis

            Mucocele memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang

berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-

kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam,

apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,

beberapa literatur menuliskan diameter mucocele umumnya kurang dari 1 cm.

                              

Mucocele pada anterior median line ventral lidah                   mucocele pada bibir bawah

 

 

Perawatan

            Perawatan untuk kasus mucocele adalah bedah eksisi. Tetapi, mucocele dapat bersifat

rekuren apabila tidak dieksisi dengan baik dan jika duktus-duktus lain terpotong selama pembedahan.

            Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting.

Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

 

1. B.     RANULA

 

Definisi

Page 108: Ortho, IKGM, OM

ranula adalah mucocele besar yang berlokasi pada dasar mulut. Ranula dapat berupa ekstravasasi

mucus atau kista retensi mucus dan biasanya berhubungan dengan kelenjar saliva sublingualis dan

glandula saliva minor.

Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan

aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula

sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk

pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital

dimana duktus saliva tidak terbuka..

Gejala klinis

Istilah ranula digunakan karena lesi seringkali bengkak seperti perut kodok. Lesi ininpada umumnya

sakit, pertumbuhan lambat, lembut dan berlokasi pada dasar mulut. Kadang – kadang lesi hanya

terbentuk pada satu sisi frenulum lingualis. Tetapi, jika lesi telah menembus jaringan lunak, maka akan

melewati garis midline. Sama seperti mucocele, ranula yang dangkal memiliki warna biru yang khas,

tetapi bila ranula sudah dalam maka mukosa terlihat normal.

Gambaran klinis ranula simpel                       gambaran klinis ranula plunging

Perawatan

Ranula biasanya dirawat dengan pembedahan. Prosedur marsupialisasi untuk pengangkatan lesi

merupakan pilihan perawatan, terutama pada lesi kecil. Kekambuhan dapat terjadi dengan teknik

marsupialisasi tunggal, pada kasus ini eksisi lesi (termasuk kelenjar) dianjurkan. Penyuntikan

kortikosteroid pada intralesi telah sukses dalam perawatan ranula.

 

IV. INFECTION AND REACTIVE LESSIONS

1. A.    NECROTIZING METAPLASIA

Definisi

Merupakan kondisi inflamasi yang jarang terjadi karena tidak tuntasnya suatu etiologi yang berefek ke

kelenjar saliva palatal minor.

Etiologi

Hal ini telah diterima secara luas bahwa necrotizing sialometaplasia dimulai oleh kejadian iskemik

lokal. Beberapa sumber mangatakan bahwa kelainan ini berhubungan dengan kebiasaan merokok,

mengonsumsi alkohol, penggunaan gigi tiruan, operasi, dan penyakit sistemik.

 

Gambaran Klinis

Nekrosis yang diikuti pembengkakan yang sakit dan ulserasi sering muncul yang dicurigai sebagai

malignant. Umumnya lesi berada di palatum durum bagian posterolateral,bagaimanapun dapat

menyerang semua tempat dimana terdapat jaringan kelenjar minor.

Perawatan

Page 109: Ortho, IKGM, OM

            Sesungguhnya necrotizing sialometaplasia adalah lesi yang tidak menyebar, bertahan paling

lama 6 minggu dalam rongga mulut, dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tidak ada perawatan

spesifik yang dibutuhkan, tapi debridement dan saline rinse dapat membantu dalam proses

penyembuhan. Jarang pula terjadi kekambuhan pada kasus ini.

 

1. B.     VIRAL INFECTIONS

1. 1.      MUMPS

Etiologi

Mumps disebabkan karena RNA Paramyxovirus dan ditransmisi oleh kontak langsung dengan droplet

saliva. Di Amerika Serikat dan Kanada telah menganjurkan vaksinasi mumps sejak tahun 1970an dan

memonitor vaksinasi pd masa sekolah. Oleh karena itu, infeksi ini harus dipertimbangkan dalam kasus

peradangan kelenjar saliva nonsupurative akutpada pasien yang tidak divaksinasi dan tidak memiliki

mumps.

 

Gejala klinis

Biasanya, mumps menyerang anak – anak dengan usia 4 dan 6 tahun. Diagnose pada orang dewasa

lebih sulit. Masa inkubasi adala 2 – 3 minggu; diikuti oleh pembesaran dan peradangan kelenjar saliva,

nyeri, demam, malaise, sakit kepala dan myalgia. Kebanyakan kasus melibatkan glandula parotis,

tetapi 10% kasus melibatkan glandula mandibular. Kulit disekitar glandula bengkak kemerahan.

Kelenjar ludah membengkak tiba2 dan sakit bila di palpasi. Jika setengah dari kelenjae saliva

mengalami destruksi maka pasien akan merasa sakit saat makan. Pembengkakan terjadi secara

bilateral dan berlangsung sekitar 7 hari.

 

Perawatan

Perawatan mumps berupa perawatan simptomatik dan vaksinasi untuk pencegahan

 

1. 2.      CYTOMEGALOVIRUS INFECTION

 

Etiologi

Human CMV adalah beta herpesvirus yang yang menginfeksi hanya pada manusia. CMV akan menjadi

latent setelah terekspos dan menginfeksi. Meskipun kekambuhan dapat terjadi pada individu tanpa

gejala klinis, tetapi imunitas seseorang dapat merawatnya.

CMV dapat berkembang di darah, saliva, feces, sekresi pernapasan, urine dan cairan  tubuh lain. CMV

adalah penyebab utama terjadi ny non – Epstein barr virus yang menginfeksi mononukleus pada

kebanyak populasi.

Gejala klinis

CMV mononukleusis sering menyerang dewasa muda dengan gejala demam akut dan terjadi

pembesaran kelenjar saliva.

 

Page 110: Ortho, IKGM, OM

 

 

 

Perawatan

Pasien dengan imunocompeten dirawat dengan mengobati symptom nya. Pasien dengan

immunocompromised dianjurkan memakai manajemen agresif dan dilakukan pengobatan dengan

intravena gancyclovir, foscarnet, atau cidofovir

 

1. 3.      HIV – INFECTION

Etiologi

Neoplastik dan non – neoplastik lesi kelenjar ludah mengalami peningkatan pada pasien yang

menderita HIV. Dokter harus mempertimbangkan tumor yang berhubungan dengan AIDS seperti

Sarkoma Kaporsi dan Limfoma. Sjogren’s syndrome juga ditemukan pada pasien yang terinfeksi HIV.

Berbagai istilah telah digunakan untuk menggambarkan kondisi ini “HIV penykit kelenjar ludah (HIV-

SGD) adalah istilah yang dipakai. HIV – SGD menggambarkan xerostomia dan pembesaran kelenjar

ludah jinak (unilateral dan bilateral) pada pasien yang positif HIV.

 

Gejala klinis

Kebanyakan gejala HIV – GSD adalah pembengkakan kelenjar saliva, dimana berhubungan dengan

xerostomia atau tidak. Kelenjar parotis ditemukan pada 98% laporan kasus dan 60% pasien

mengalami pembesaran bilateral.

 

Perawatan

Pengobatan HIV – SGD secara simptomatiknya. Xerostomia dapat diobati dengan memperbanyak

minum air, mengganti pengganti air liur, mengunyah permen karet bebas gula, atau mengisap permen

karet  bebas gula. Flourida topical untuk mencegah karies.

 

1. 4.      Hepatitis C virus Infection

Etiiologi

HCV DNA telah terdeteksi dalam saliva pasien dengan infeksi hepatitis C kronis, dan saliva pada HCV

itu merupakan pembawa infeksi. Sejumlah laporan dari Eropa pusat menunjukkan hubungan antara

HCV dan Sjogren’s syndrome

 

Gejala klinis

Infeksi HCV memiliki banyak manifestasi ekstrahepatik, termasuk pembesaran kelenjar saliva. Pasien

mungkin melaporkan xerostomia disertai dengan pembesaran kelenjar saliva mayor yang kronis.

Page 111: Ortho, IKGM, OM

 

Perawatan

Perawatan berdasarkan gejalanya.

 

1. C.             BACTERY INFECTIONS

 

1. 1.      ALLERGIC SIALADENITIS

Definisi

Merupakan pembesaran kelenjar saliva mayor khususnya kelenjar parotis yang dapat berasosiasi

dengan berbagai kelainan sitemik termasuk alkolisme, diabetes,  malnutrisis, dan bulimia. Sialodenosis

biasanya terjadi secara bilateral, tanpa rasa sakit, dan berkembang  perlahan seiring waktu. Secara

histology terlihat perbesaran acinar terlihat bersamaan dengan kemungkinan infiltrasi lemak.

Etiologi

Etiologinya tidak di ketahui , namun berhubungan dengan sistem stimulus saraf otonom yang tidak

tepat.

Perawatan

Hindari allergen dan monitoring terhadap adanya infeksi sekunder.

1. D.    ACTINOMYCOSIS

 

Etiologi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa genus Actinomyces termasuk kuman, meskipun

sebelumnya diduga suatu jamur. Actinomyces ditemukan dalam gigi berlubang, pada gigi dalam

pocket gingiva dan kripta tonsil sebagai saprofit. bukannya berdasarkan isolasi jamur, tetapi

berdasarkan atas sifat serta bentuk-bentuk benda yang ditemukan dalam lesi penyakitnya dan sampai

sekarang Actinomyces belum berhasil diisolasi dari alam bebas.

Aktinomikosis ini dibedakan menjadi 4 bentuk:

1. Bentuk abdominalis

2. Bentuk servikofasialis

3. Bentuk torakalis

4. Bentuk generalisata

Disini yang akan dibahas adalah bentuk servikofasialis karena terjadinya pada rongga mulut.

Gambaran klinis

Dimulai dengan pembengkakan yang kecil, datar, dan keras di dalam mulut, kulit leher atau bawah

rahang. Kadang pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya terbentuk daerah lunak yang

menghasilkan cairan yang mengandung butiran belerang yang bulat dan kecil, berwarna kekuningan.

Infeksi bisa menyebar ke pipi, lidah, tenggorokan, kelenjar liur, tulang tengkorak atau otak dan selaput

otak (meningens).

 

Page 112: Ortho, IKGM, OM

V . METABOLIC DISORDER WITH SALIVARY GLAND INVOLMENT

 

1. A.    SJOGREN SYNDROME

 

Definisi

Sindrom Sjogren atau sering disebut autoimmune exocrinopathy adalah penyakit autoimun sistemik

yang terutama mengenai kelenjer eksokrin dan biasanya memberikan gejala kekeringan persisten dari

mulut dan mata akibat gangguan fungsional kelenjer saliva dan lakrimalis

 

Etiologi

Sindrom Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui. Terdapat peranan faktor genetik dan non

genetik pada patogenesis Sindrom Sjogren. Dilaporkan adanya kaitan antara Sindrom Sjogren dengan

HLA DR dan DQ.

 

Gejala klinis

tidak terbatas hanya pada gangguan sekresi kelenjer tetapi disertai pula dengan gejala sistemik atau

ektraglandular. Gejala awal biasanya ditandai dengan mulut dan mata kering dan kadang-kadang

disertai pembesaran kelenjer parotis. Secara histopatologi kelenjer eksokrin penuh dengan infiltrasi

limfosit yang mengantikan epitel yang berfungsi untuk sekresi kelenjer (exocrinopathy).

 

Diagnosis

Sindrom Sjogren sebenarnya relatif mudah, tetapi untuk Sindrom Sjogren Primer biasanya lebih sulit

karena pasien menunjukkan gejala utama yaitu mata kering, mulut kering dan keluhan muskuloskletal

dan biasanya pasien berobat kespesialis yang berbeda-beda.

Mulut kering pada penderita Sjogren Syndrome

 

Penatalaksanaan

Sindrom Sjogren meliputi pengelolaan disfungsi sekresi kelenjer air mata dan saliva, pencegahan dan

pengelolaan sekuele serta pengelolaan manifestasi ektraglandular. Sampai saat ini masih belum ada

satu pengobatan yang ditujukan untuk semua manifestasi Sindrom Sjogren.Walaupun Sindrom Sjogren

bukan merupakan penyakit yang ganas tapi keluhan mata dan mulut kering yang persisten dapat

mengurangi kualitas hidup dan dalam perkembangannya dapat menjadi limfoma yang dapat

menyebabkan kematian.

 

1. DIABETES

Definisi

Page 113: Ortho, IKGM, OM

Diabetes melitus adalah penyakit endokrin umum, terutama pada populasi geriatri. Beberapa kelainan

metabolik berlangsung disini, dan komplikasi jangka panjang seperti hipertensi ginjal, neuropati, dan

penyakit mata dapat terjadi.

Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol sering mengeluhkan  mulut kering (xaerostomia) , yang

diyakini akibat poliuria dan hidrasi yang buruk. Adapun hasil  penelitian tentang komposisi aliran saliva

pasien diabetes yang mengalami perubahan  kontradiktif. Satu studi melaporkan bahwa laju aliran

saliva pada anak dengan diabetes mellitus tidak terkontrol akan  menurun bila dibandingkan dengan

laju aliran saliva pada pasien anak diabetes yang terkontrol. Walaupun diabetes melitus  terkontrol,

peneliti lain menemukan  laju aliran saliva normal, tetapi terjadi perubahan  pada komposisi salivanya.

Berdasarkan uji klinis pada perbandingan pasien diabetes yang terdiri dari  pasien dewasa dengan

kontrol normal dengan pasien diabetes yang tidak terkontrol. Ditemukan bahwa pasien dengan

diabetes yang kurang terkontrol telah menurunkan laju aliran saliva bila dibandingkan dengan pasien

dengan diabetes terkontrol baik. Para peneliti juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara

populasi dalam frekuensi keluhan xerostomia, dan selanjutnya, bahwa disfungsi saliva mungkin ada

pada pasien diabetes yang lebih tua.

 

 

Etiologi

Disfungsi kelenjar saliva pada pasien diabetes tidak jelas. Kontrol glikemik yang buruk secara langsung

dapat menimbulkan efek pada metabolisme. Disfungsi sistem saraf otonom  mungkin berperan disini.

Meurman melaporkan tidak ada perubahan tingkat aliran saliva antara non-insulindependent pasien

diabetes dan kontrol normal. Namun, mereka menemukan efek dari obat xerostomic pada tingkat

aliran saliva lebih kuat pada pasien diabetes. Mereka menduga bahwa ini karena disfungsi sistem saraf

otonom pada populasi diabetes

 

1. B.     GRANULOMATOUS CONDITIONS

 

1. 1.      TUBERCULOSIS

Definisi

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis,yang bisa menyebabkan terbentuknya granuloma pada jaringan yang terinfeksi.Paru-paru

merupakan organ yang paling sering diserang, tetapi jaringan yang lain, termasuk kelenjar saliva juga

bisa diserang. Pasien dengan TB biasanya xerostomia dan pembengkakan pada kelenjar saliva dengan

granuloma dan cyst pada kelenjar yang terinfeksi. Pembesaran kelenjar saliva timbul sebagai bagian

dari karakteristik dari gejala yg kompleks dari TB.

 

Diagnosa

Pada biopsi, ditemukannya bakteri mycobacterium

 

Perawatan

Page 114: Ortho, IKGM, OM

Perawatan pada kelenjar saliva meliputi kemoterapi. Pada pasien yang tidak  cocok untuk dilakukan

kemoterapi maka dilakukan pembedahan pada kelenjar saliva yang terinfeksi tersebut.

 

1. 2.      SARCOIDOSIS

Definisi

Sarcoidosis merupakan suatu kondisi kronik dimana limfosit T, mononuclear dan granuloma

menyebabkan kerusakan pada suatu jaringa. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui. Heerfordt’s

syndrome biasa menyebabkan sarcoidosis. Sarcoidosis menyerang kelenjar saliva pada 1 dari 20

kasus. Pada pemeriksaan linis ditemukan adanya pembesaran kelenjar saliva, tidak disertai rasa sakit,

bilateral dan kenyal. Selain itu juga ditemukan penurunan fungsi saliva.

 

Pemeriksaan

Biopy, pemeriksaan serum (calcium level, autoimmune serologies, dan konsentrasi angiotensin I–

converting enzyme  )

 

Perawatan

Pemberian chloroquine, yang bisa dikombinasikan dengan kortikosteroid. Pada pasien yang gagal pada

pengobatan dengan kortikosteroid, diberikan obat immunosuppresive dan immunomodulatory.

 

1. 3.      BULIMIA / ANOREKSIA

Definisi

Berasal dari bahasa Yunani yang berarti hilang nafsu makan. Patah selera, hilangnya,berkurangnya

nafsu makan. Anorexia nervosa adalah Anoreksi yang disebabkan terganggunya pusat nafsu makan

dalam hipotalamus yang menyebabkan penderita menjadi kurus kering.

Etiologi

            Tejadinya gangguan pusat nafsu makan pada hipotalamus yang menyebabkan penderita

menjadi kurus kering.

Gambaran klinis

Pembesaran dan disfungsi kelenjar saliva à Pembesaran yang nampak dihubungkan dengan

defisiensi nutrisi dan kebiasaan sering muntah.

Gangguan makan susah untuk didiagnosa . Untuk diagnosa dini dan perawatan , dokter gigi

seharusnya waspada pada temuan oral umum sperti erosi enamel, xerostomia, pembesaran

kelenjar saliva, eritema mukosa, dan angular cheilitis.

Hipertropi jinak mungkin menetap dan memerlukan tindak lanjut.

Terjadi peningkatan  amilase yang spesifik  pada pasien yang  mengalami  bulimia.

Enzim amilase meningkat dengan frekuensi minum minuman keras, tapi hubungannya tidak cukup

kuat  untuk induksi level amilase sebagai suatu indeks  dari keparahan penyakit.

 

Page 115: Ortho, IKGM, OM

Pemeriksaan

Telah dilaporkan satu studi kasus bahwa pemeriksaan histologis dari gangguan kelenjar saliva

terdapat pembesaran asinar dan penurunan lemak intertisial. Pembesaran  Kelenjar saliva  biasanya

terhenti jika berat badan pasien kembali normal dan tterhentinya kebiasaan makan yang tidak baik.

 

Perawatan

Parotidektomi superfisial akan menurunkan hipertropi kelenjar saliva, beberapa ahli bedah percaya

bahwa tindakan bedah merupakan kontraindikasi untuk beberapa  pasien dengan gangguan

makan, karena peningkatan resiko dihubungkan dengan metabolik pasien  yang tidak seimbang

dan profil psikologikal.

Pasien seharusnya ditanyakan secara langsung jika mengalami gangguan makan.

Gangguan makan harus diingat dalam diagnosa bandingnya dengan disfungsi kelenjar saliva dan

hipertropi kelenjar saliva.

 

1. C.    RADIATION INDUCED PATHOLOGY

Terapi sinar radiasi eksternal untuk kanker kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan permanen

pada kelenjar ludah, khususnya asinus serius yang menjadi xerostomia yang parah. Pasien ini

membutuhkan follow-up dental yang dekat dengan pemeliharaan preventif agresif karena resiko tinggi

untuk karies merajalela yang cenderung mempengaruhi daerah leher dan akar gigi. Restorasi dan

perlindungan gigi sangat penting mengingat potensial untuk osteorasionecrosis dari rahang juga

ekstraksi gigi hadir dalam bidang radiasi.

 

Terapi :

Pengobatan dengan radioreactive iodine diikuti pembedahan untuk kanker thyroid juga dapat

mengakibatkan peradangan dan kerusakan pada kelenjar ludah dalam persentase kecil pada pasien.

Gejala biasanya sementara, kecuali struktur terjadi dalam saluran mengakibatkan sialadenitis kronis.

Sialography, yang sekarang telah banyak di gantikan oleh computed tomoghraphy dan jarang

ditunjukkan, mungkin berguna pada pasien untuk mengidentifikasi struktur duktal. Gejala kadang-

kadang dapat di kurangi dengan suntikan media kontras selama sialoghraphy, struktur mungkin dapat

digunakan untuk dilatasi melalui teknik endoskopik intraoral dalam beberapa kasus. Pilocarpine atau

cevirnilline dapat membantu kasus radiasi ini.

Tes diagnostik : Biasanya tidak ada, diagnosis berdasarkan sejarah dari terapi radiasi dan tes klinik.

Sialography merupakan indikasi dalam kasus ini.

-          Tidak di perlukan biopsy

 

VI.  NEOPLASMA

BENIGN TUMORS

A. PLEOMORPHIC ADENOMA

Definisi dan Etiologi

Page 116: Ortho, IKGM, OM

Merupakan tumor yang sering terjadi pada kelenjar saliva. Tumor ini sering disebut sebagai mixed

tumor karena terdiri dari sel epitel dan mesenkim. Sekitar 85% tumor ini ditemukan pada kelenjar

parotis dan 8% ditemukan pada kelenjar submandibular, dan sisanya ditemukan pada sublingual dan

kelenjar saliva minor.

Pleomorphic adenoma terjadi pada semua usia tetapi prevalensi tertinggi terjadi pada anak-anak. Dan

jenis kelamin perempuan lebih sering terkena.

Gambaran klinis

Pada pemeriksaan klinis tumor ini tidak terasa nyeri, kenyal dan massa yang mudah digerakan dan

jarang disertai ulser pada kulit atau mukosa. Pada kelenjar parotis, neoplasma ini tumbuh dengan

lambar dan biasanya terjadi pada sisi posterior inferior dari lobus superficial. Secara intraoral, mixed

tumor ini sering terjadi pada palatum, diikuti bibir atas dan mukosa bukal.

Pleomorphic ini dapat berbeda-beda ukurannya tergantung pada kelenjar mana yang terkena. Pada

kelenjar parotis, tumor ini biasanya berdiameter beberapa centimete tetapi bisa menjadi lebih besar

jika tumor ini tidak dirawat.

 

 

 

Fig.Pleomorphic adenoma of the upper labial mucosa                  Fig.Pleomorphic adenoma of

the palate.

 

Perawatan

Perawatann lesi ini biasanya dilakukan dengan bedah. Pada lesi yang lebih besar dilakukan superficial

parotidectomy. Tumor kecil di buntut dari kelenjar saliba dibuang dengan mengikutsertakan tepi

jaringan yang normal. Lesi yang terjadi pada kelnjar saliva submandibular biasanya dilakukan

pembuangan dari kelenjar saliva tersebut.

B. PAPILLARY CYSTADENOMA LYMPHOMATOSUM

Definisi

Papillary cystadenoma lymphomatosum yang juga dikenal sebagi tumor Warthin, merupakan tumor

jinak kedua yang sering terjadi pada kelenjar parotis. Dan tumor ini selalu berlokasi di kelenjar parotis,

tetapi kebanyak terdapat pada bagian inferior kelenjar, sudut posterior dari kelenjar submandibila.

Tumor ini terjadi bilateral pada sekitar 6-12% penderita

Gambaran klinis

Kelenjar ini merupakan massa yang tumbuh lambat pada buntut dari kelenjar patotis dan tidak nyeri

kecuali tumor ini menjadi superinfected.

Fig.Lipoma of the buccal mucosa.

Perawatan

Papillary cytadenoma lymphomatosum sering berlokasi di buntuk kelenjar parotis sehingga mudah

dibuang dengan disertai tepi jaringan yang sehat. Tumor yang lebih besar dan melibatkan sejumlah

lobus superfisial dari kelenjar parotis biasanya dilakukan superficial parotidectomy. Jarang terjadi

rekurensi.

Page 117: Ortho, IKGM, OM

C. ONCOMYTIS

Definisi

Oncocytomas merupakan tumor jinak yang jarang terjadi. Nama dari tumor ini oncocytomas karena

tumor ini berisi sel oncocytes, yang merupakan sel granular acidophilic yang besar. Tumor ini sering

terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada baik laki-laki maupun perempuan.

Gambaran klinis

Oncocytomas biasa padat dan bisa dilihat di kelenjar saliva minor tetapi jarang terlihat pada intraroral.

Lesi ini bisa ditemukan pada lobus superficial dari kelenjar parotis. Biasanya lesi ini bilateral.

Pathology

Pada pemeriksaan histologis, tumor ini terdiri dari sel eosinophilic granular berwarna coklat. Oncocytes

pada tumor ini terdiri dari technetium, dan lesi ini bisa berubah menjadi tumor ganas. Dan lesi ini lesi

yang agrresive

Perawatan

Superficial parotidectomy merupakan pilihan pertama perawatan untuk kasus tumor kelenjar parotis.

Pembuangan kelenjar merupakan pilihan perawatan untuk tumor pada kelenjar submandibula dan

kelenjar saliva minor. Rekuren jarang terjadi

1. D.    BASAL CELL ADENOMAS

Basal cell adenomas tumbuh dengan lambat dan merupakan massa yang tidak nyeri. Lesi ini lebih

sering terjadi pada pria. 70% kasus terjadi pada kelenjar parotism bibir atas merupakan tempat yang

sering terkena untuk basal cell adenomas pada kelenjar saliva minor.

Patologi

Secara histologi terdapat 3 varietas dari basal cell adenomas : padat, trabecular-tubular dan

membraneous. Ukuran dari nukleus normal dengan material cytoplasmic yang sedikit. Bentuk

Trabecular-tubular terdiri dari epitelium trabekular. Sedangkan bentuk membranous adalah

multilocular, dan 50% lesi tidak berkapsul.  Bentuk membraneous tumbuh dianatar jaringan saliva

yang normal .

 

Perawatan

Lesi dibuang dengan bedah eksisi konservatif. Umumnya,lesi tidak rekuren. Tetapi pada bentuk

membraneous sering terjadi rekuren.

E. CANALICULAR ADENOMA

Canalicular adenoma biasa terjadi pada orang yang berumur lebih dari 50 dan lebih sering terjadi pada

wanita. 80% kasus terjadi pada bibir atas. Pertumbuhan lesi lambat dan asymptomatic.

Patologi

Lesi terdiri dari jaringan basaloid, yang biasanya tersusun 2 lapisan. Jaringan stroma hilang, fibril, dan

vaskularisasi yang tinggi

Perawatan

Page 118: Ortho, IKGM, OM

Bedah eksisi. Rekuren jarang terjadi tetapi pasien harus dimonitor secara teratur

F. SEBACEOUS ADENOMA

Sebaceous adenoma jarang terjadi. Lesi ini berasal dari kelenjar sebaceous yang berlokasi didalam

kelenjar saliva. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang sering terkena.

Perawatan

Pembuangan kelenjar saliva yang terkena merupakan pilihan perawatan. Lesi intraoral dibuang

dengan pembedahan

 

G. MYOEPITHELIOMA

Kebanyakan myopethelioma terjadi pada kelenjar parotis, palatum merupakan lokasi yang sering

terkena. Lesi cendereung terjadi ketika dewasa sekitar umur 53 tahun, gejala lesi asimptomatik

dengan pertumbuhan yang lambat.

 

 

Patologi

Myopitheliomas terdiri dari spindle shaped cell atau sel plasmacytoid atau kombinasi dari kedua sel

tersebut. Dianosis tergantung pada identifikasi sel myopitelial. Pola pertumbuhan dimulai dari jaringan

yang padat sampai kehilangan dari sel myopitelial. Pemeriksaan immunohistochemical dengan

perwarnaan actin, cytokeratin, dan s-100 protein.

Perawatan

Bedah eksisi standar. Jarang terjadi rekuren.

H. Ductal papilloma

Definisi

Ductal papilloma merupakan bentuk dari tumor jinak kelenjar saliva yang muncul dari duktus sekretori,

dan biasanya terjadi pada kelenjar saliva minor. 3 bentuk dari ductal papilloma adalah simple ductal

papilloma ( intraductal papilloma ), inverted ductal papilloma, dan sialadenoma papilliferum

Simple Ductal Papilloma.

Simple ductal papilloma merupakan lesi exophytic dengan dasar pedunkulus (bertangkai). Lesi kadang

berwarna merah.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Inverted Ductal Papilloma.

Inverted ductal papilloma terjadi pada kelenjar saliva minor. Gambaran klinisnya seperti nodul

submukosa yang hampir sama dengan fibroma atau lipoma. Pemeriksaan histologi hampir sama

dengan sialadenoma. Bentuk dari ductal papilloma ini juga terdiri dari duktus epitelium yang

berproliferasi ke dalam jaringan stroma membentuk cleft.

Page 119: Ortho, IKGM, OM

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Sialadenoma Papilliferum.

Bentuk dari sialadenoma papilliferum hampir sama dengan syringocystadenoma papilliferum pada

kulit. Lebih sering terjadi pada pria dewasa. Lesi ini biasanya timbul pada palatum dan mukosa bukal

dan merupakan lesi exophytic yang tidak terasa sakit. Lesi ini hampir mirip dengan papilloma. Pada

pemeriksaan histologis terlihat epithelium papilla yang didukung oleh jaringan ikat fibrovascular.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren.

MALIGNANT NEOPLASMA

Definisi

Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat

dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering menggunakan istilah tumor untuk menyatakan

suatu neoplasia atau neoplasma (Syafriadi, 2008).

Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant

neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir,

berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya

cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (bermetastasis).

Neoplasia ganas sering disebut kanker (Syafriadi, 2008).

Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat meransang terjadinya neoplasma. Faktor-faktor

ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1) Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan

dengan herediter dan faktor-faktor pertumbuhan; dan (2) faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur,

bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol (Syafriadi, 2008).

2.Klasifikasi malignant Neoplasma

2.1. Mucoepidermoid Carcinoma

Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis. Sebagian

kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan kelenjar ludah minor di

palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita

mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel

epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan

paling sering adalah kelenjar ludah parotis (Syafriadi, 2008).

Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan oleh radiasi.

Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 30-40. Hampir 75% pasien

mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil

lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar

duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.

Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat rendah,menengah, dan

tinggi (Adam et al., 1997; Lee, 2003).

 

 

Page 120: Ortho, IKGM, OM

Gambar 3 Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate grade dan high

grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan

sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami

metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel

tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel epidermoid

(sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan

masa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit

memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan

tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi (Syafriadi, 2008).

Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik well

differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated dapat

bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis menjadi buruk,

dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%) (Syafriadi, 2008).

2.2.Polymorphous Low-Grade Adenocarsinoma

Definisi

Neoplasma ganas pada kelenjar ludah minor yang merupakan 2 – 4% dari neoplasma ganas kepala

dan leher, 10% malignant neoplasmsa pada rongga mulut  dan 15 – 23% dari seluruh neoplasma

malignant pada kelenjar saliva. Neoplasma ganas kelenjar saliva diantaranya adalah polymorphous

low-grade adenocarcinoma (PLGA) yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1983 oleh  Batsakis et al

dan Freedman dan Lumerman yang menamakannya Terminal Duct Carcinoma and Lobular Carcinoma.

Tumor ini didiagnosis sebagai Pleomorphic Adenoma atau Adenoid Cystic Carcinoma tidak spesifik

yang merupakan neoplasma malignant kelenjar ludah yang lebih sering terdeteksi di kelenjar liur

minor . Penyakit ini merupakan patologik yang jarang terjadi dan mengenai orang – orang dengan

rentang usia 30-70 tahun dengan ratio predileksi pada perempuan 2:1.

Polymorphous low grade adenocarcinoma ditemukan hampir secara eksklusif di glandula saliva minor,

dan jarang terjadi di lokasi ekstraoral, termasuk kelenjar ludah utama. Enam puluh persen dari kasus-

kasus pada palatum keras atau lunak, 13% kasus pada mukosa bukal, 10% pada bibir atas,6% di area

retromolar dan dan 9% di seluruh rongga mulut.

 

Tanda dan gejala

Lesi biasanya digambarkan tanpa rasa sakit, massa tumbuh lambat , dilapisi oleh mucosa non-

ulcerated. Penyakit ini tergolong lambat terdeteksi dapat berminggu minggu atau bahkan bertahun-

tahun karena pertumbuhan yang lambat . lesi ini dapat mengikis atau menginflitrasi ke jaringan tulang

. Histologi menunjukkan Lesi non-encapsulated dengan margin infiltratif

Dinamakan polymorphous karena memiliki pertumbuhan dengan pola yang berbeda yakni  tubular,

padat, papiler, microcystic, cribiform, fasciculus, dan cords.  Lesi ini dapat mengilfiltrasi jaringan tulang

dan bahkan sampai invasi perivascular dan perineural.

 

Perawatan

Page 121: Ortho, IKGM, OM

Perawatan terbaik adalah bedah eksisi termasuk tulang yg terletak di bawahnya, jika perlu

pembedahan ini diikuti oleh radioterapi.

Prognosis adalah  baik dan angka relaps berkisar antara 17% dan 24%. Metastasis tidak biasa (9%),

namun bisa terjadi, terutama jika mempengaruhi kelenjar getah bening regional.

 

2.3Adenoid Cystic Carcinoma

Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor ganas yang

berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasive, dan kambuh setelah

operasi. Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul

pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian

bawah dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Umumnya

melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun (Syafriadi, 2008).

Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang termasuk tumor dengan

potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor

submandibular, dan 30 % tumor kelenjar saliva minor. Sebagian dari pasien merasa asimptomatik,

walaupun sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Tumor ini berbeda

dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh

kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun. Penderita dengan

karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan

hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen (Adam et al., 1997;

Lee, 2003).

Secara histopatologi anatomis adenoid kistik carcinoma mempunyai gambaran/ pola yang bervariasi.

Sel-sel tumor berukuran kecil, mempunyai sitoplasma yang jelas, dan tumbuh dalam suatu masa yang

padat atau berupa kelompok kecil, kelompok sel yang beruntai atau membentuk suatu kolum-kolum.

Didalam kelompoknya sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu rongga kistik menghasilkan

suatu kelompok tumor yang solid, tubulus, atau cribriform. Sel-sel tumor menghasilkan membran

basalis yang homogen sehingga menunjukan suatu gambaran yang sangat spesifik menyerupai bentuk

silindris (Syafriadi, 2008).

Perawatan tumor ini sulit diterapi secara sempurna, meskipun adenoid kistik karsinoma tidak

menunjukan metastasis dalam beberapa tahun setelah eksisi, tetapi dalam jangka waktu yang panjang

menunjukan prognosis yang buruk (Syafriadi, 2008).

Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika perlu struktur vital

yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang temporalis. Pencangkokan saraf

untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya karena dapat

mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka

prognosisnya buruk (Adam et al., 1997).

2.4.Clear Cell carcinoma

Clear cell carcinoma (CCC), juga kadang-kadang disebut sel jernih kanker , adalah suatu bentuk yang

jarang dari tumor yang ditandai dengan sel-sel yang tampak pucat dalam warna atau jelas, dengan

batas demarkasi yang solid di bawah mikroskop. Sel-sel ini cenderung untuk menjadi baik diisi dengan

cairan atau glikogen Clear cell carcinoma dapat ditemukan di berbagai jenis tumor .

 

Page 122: Ortho, IKGM, OM

Tumor Karsinoma berasal dari sel epitel. sel-sel epitel membentuk permukaan tubuh dan gigi

berlubang. Meskipun karsinoma sel jernih dapat terjadi di lokasi yang berbeda, itu diakui sebagai

penyakit saluran kencing vagina dan bawah. Sebagian besar tumor sel jernih karsinoma bersifat ganas

dan dianggap sebagai kanker grade tinggi, tetapi mereka sering memiliki tingkat kelangsungan hidup

yang tinggi.

 

Clear cell carcinoma juga dapat ditemukan pada tumor payudara, kulit, dan lokasi lainnya. Hal ini

paling sering dikaitkan dengan ovarium , saluran vagina, dan rahim .

 

2.5.Acinic Cell Carsinoma

Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi, angka

kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini berkapsul,

merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm

(Syafriadi,2008).

Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak wanita dibanding pria.

Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus.

Tanda patologik khas adalah adanya amiloid. Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar

dan sel duktus intercalated (Amirlak, 2009). Terapi karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap.

Terapi radiasi pascaoperasi mungkin dapat membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi

(Vidyadhara et al., 2007).

 

 

 

 

 

Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan). Pembedahan pada kasus karsinoma sel asini

kelenjar saliva (kiri).

Sumber : Anonim, 2008.

2.6 Adencarcinoma Not Otherwise Specified

Dalam klasifikasinya, adenokarsinoma tidak dinyatakan khusus (NOS), mencapai 17 persen dari tumor

ganas yang melibatkan kelenjar ludah kecil dan besar dan diikuti dan acinic karsinoma

mucoepidermoid sebagai yang paling sering tumor ganas ketiga. klasifikasi tambahan bahwa NOS

adenocarcinoma adalah yang paling umum ketiga atau keempat kelenjar ludah tumor ganas

Diagnosis tepat dari NOS adenokarsinoma, adalah penting jika kategori lainnya adenocarcinoma

kelenjar ludah adalah untuk menjadi semakin homogen untuk analisis klinikopatologi dan tujuan

prognosis. Selain itu, analisis kasus didiagnosis sebagai adenokarsinoma NOS menunjukkan prognosis

mereka berbeda secara signifikan dari beberapa kelompok tertentu. Umumnya, NOS adenocarcinoma

adalah lesi kelas tinggi dengan 5 dan kelangsungan hidup 10 tahun dalam kisaran 45 sampai 52% dan

36 sampai 39% masing-masingnya.

Page 123: Ortho, IKGM, OM

Sekitar 60% dari karsinoma tersebut terjadi pada kelenjar ludah utama (50% pada parotis dan 10% di

submandibular) dan sisanya melibatkan kelenjar kecil (langit-langit, bibir, lidah, mukosa bukal, dasar

mulut dan daerah tonsil) Tiga perempat dari kasus yang terjadi antara usia 40 dan 70 tahun.

Kebanyakan kasus akan memiliki beberapa bentuk pola pertumbuhan kelenjar-ducto.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MAKALAH BM

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

 

Oleh:

Anggi Sona Putri Nonegrina     

04091004059

 

Dosen:

Page 124: Ortho, IKGM, OM

Drg. Galuh Anggraini, SpBM

 

Program Studi Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

2011

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

1. I.                DEVELOPMENTAL ANOMALI

 

1. A.    APLASIA/AGENESIS ( Referensi : Diagnosis of salivary gland disorders Oleh K.

Graamans)

Definisi

Tidak adanya satu atau lebih kelenjar saliva mayor secara kongenital diistilahkan sebagai aplasia atau

agenesis. Hal ini sangat jarang terjadi, akan tetapi bila terjadi, maka biasanya yang terkenal adalah

kelenjar parotis.

Faktor herediter merupakan faktor penyebab dari aplasia ini. Gejala utama pada aplasia adalah

xerostomia, kesulitan dalam berbicara dan makan, dan karies yang parah. Diagnosa bisa dibuat ketika

orifis dari satu atau beberapi kelenjar saliva mayor tidak ditemukan.

Diagnosis

Sialgografi merupakan cara untuk memperlihatkan adanya cacat struktural yang besar baik pada

duktus saliva maupun pada kelenjarnya sendiri.

Perawatan

Pengobatan xerostomia didasarkan pada pemberian saliva tiruan, mengurangi kerusakan gigi dengan

melakukan tindakan pencegahan dan mengobati infeksi oportunistik,seperti kandidiasis oral dan

sialadenitis bakteri

 

1. B.     ABERANSIA

Definisi : kelainan bentuk anatomis kelenjar ludah.

Kelenjar ludah aberansia di laporkan mempunyai variasi lokasi, meliputi middle-ear cleft, leher ,

mandibula posterior, mandibula anterior, pituitary. Biasanya ditemukan secara kebetulan dan tidak

memerlukan intervensi.

Aberansia ini biasanya jarang terjadi pada mandibula anterior dan sulit untuk dilakukan diagnose.

Memberikan gambaran radiolusen pada apex gigi.

 

Diagnosa banding: the nomeras unilucular lesi radiolusen mandibula.

Page 125: Ortho, IKGM, OM

1. C.    ATRESIA

Atresia duktus kelenjar ludah ekskretoris yang  mengacu pada adanya bawaan atau penyempitan

saluran. Atresia berasal dari perkembangan kondisi yang sangat langka, yang dapat menghasilkan

xerostomia berat. Hal ini juga dapat mengakibatkan pembentukan kista retensi dari kelenjar ludah.

Menurut beberapa peneliti terdapat cacat perkembangan di ekskretoris tersebut.

 

II.  OBSTRUCTIVE SALIVARY GLAND DISEASE

Merupakan kondisi inflamasi dari  kelenjar saliva yang umumnya disertai rasa sakit atau nyeri dan

pembengkakan kelenjar , dan paling sering disebabkan oleh gangguan ductus dikarenakannya infeksi

bakteri yang akanmenurunkan aliran saliva dan stasis dari sekresi.

A. SIALOLITHIASIS

Definisi

Calculi atau ‘batu’ dapat terjadi dalam duktus saliva dari endapan garam-garam kalsium yang keluar

dari saliva di dalam lapisan konsentrik disekitar debris.

Etiologi

Masih belum diketahui namun ada beberapa faktor yang berkontribusi dari pembentukan batu yaitu

inflamasi, ketidakteraturan dari sistem duktus, iritasi lokal dan antikoligernik(obat-obatan) yang

mungkin akan menyebabkan adanya suatu genangan saliva di dalam duktus yang mana lama

kelamaan akan terbentuk batu. Terjadi paling sering di kelenjar submandibular, mungkin karena

viskositas yang tinggi dari kombinasi saliva dengan relatif yang lama dan bentuk yang berliku-liku dari

duktus.

 

Gambaran klinis

Batu biasanya berbentuk oval, licin, dan tidak beraturan permukaannya.

Batu kelenjar saliva ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali bila menimbulkan sumbatan

pada saluran kelenjar yang akan menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan kelenjar yang

bersangkutan.

Keluhan awal, terjadi pembengkakan selama 1-2jam dan rasa tidak nyaman saat makan. Bila tahap

ini tidak diobati, sumbatan progresif pada saluran ini dapat menimbulkan sialadenitis bakterial akut

dengan gejala seperti rasa sakit terus menerus, pembengkakan serta demam

Diagnosis

Secara klinis à abnormal saat pemeriksaan

Ekstraoral à Pembengkakan

Intraoral à Dijumpai deposit berkapur pada orifis saluran/teraba di dalam saluran.

Pemeriksaan

Radiografi à tidak semua kalkuli radioopaq

Sialografi à Dapat mendeteksi adanya mucous plugs

Perawatan : .

Page 126: Ortho, IKGM, OM

Pemijatan dari kelenjar .

Hidrasi dan penggunaan  dari sialagogues (seperti tetesan asam lemon) untuk mendorong sekresi

ke depan.

Antibiotik dibutuhkan untuk mengobati infeksi sekunder.

Analgesik untuk mengurangi rasa sakit.

Pembedahan jika diperlukan

 

 

 

 

III. MUCOUS RETENTION

 

1. A.    MUCOCELE

Definisi

Fenomena retensi mukus berupa pembengkakan noduler paling umum dari bibir bawah dan secara

khas disebut Mucocele

Terdapat 2 tipe fenomena retensi mukus :

1. Fenomena retensi mukus -tipe retensi/kista rentensi mukus à dibatasi oleh epitel duktus dan

merupakan akibat dari genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar.

2. Fenomena retensi mukus-tipe ekstravasasi/kista ekstravasasi mukus à tidak ada batas-batas epitel.

Biasanya dikelilingi oleh jaringan granulomatosa dan berasal dari trauma yang memutuskan suatu

duktus, diikuti oleh genangan mukus di luar duktus kelenjar liur tambahan dalam jaringan ikat.

3. 3.      Etiologi

Etiologi

Mucocele melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun

diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus

glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat

disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat

pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang,

menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi

rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-

lain.

Diagnosis

Dapat secara langsung dari riwayat penyakit, gambaran klinis dan palpasi.

Gambaran Klinis

            Mucocele memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan lunak yang

berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-

kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam,

apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,

beberapa literatur menuliskan diameter mucocele umumnya kurang dari 1 cm.

Page 127: Ortho, IKGM, OM

                              

Mucocele pada anterior median line ventral lidah                   mucocele pada bibir bawah

 

 

Perawatan

            Perawatan untuk kasus mucocele adalah bedah eksisi. Tetapi, mucocele dapat bersifat

rekuren apabila tidak dieksisi dengan baik dan jika duktus-duktus lain terpotong selama pembedahan.

            Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting.

Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

 

1. B.     RANULA

 

Definisi

ranula adalah mucocele besar yang berlokasi pada dasar mulut. Ranula dapat berupa ekstravasasi

mucus atau kista retensi mucus dan biasanya berhubungan dengan kelenjar saliva sublingualis dan

glandula saliva minor.

Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan

aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula

sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk

pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital

dimana duktus saliva tidak terbuka..

Gejala klinis

Istilah ranula digunakan karena lesi seringkali bengkak seperti perut kodok. Lesi ininpada umumnya

sakit, pertumbuhan lambat, lembut dan berlokasi pada dasar mulut. Kadang – kadang lesi hanya

terbentuk pada satu sisi frenulum lingualis. Tetapi, jika lesi telah menembus jaringan lunak, maka akan

melewati garis midline. Sama seperti mucocele, ranula yang dangkal memiliki warna biru yang khas,

tetapi bila ranula sudah dalam maka mukosa terlihat normal.

Gambaran klinis ranula simpel                       gambaran klinis ranula plunging

Perawatan

Ranula biasanya dirawat dengan pembedahan. Prosedur marsupialisasi untuk pengangkatan lesi

merupakan pilihan perawatan, terutama pada lesi kecil. Kekambuhan dapat terjadi dengan teknik

marsupialisasi tunggal, pada kasus ini eksisi lesi (termasuk kelenjar) dianjurkan. Penyuntikan

kortikosteroid pada intralesi telah sukses dalam perawatan ranula.

 

IV. INFECTION AND REACTIVE LESSIONS

1. A.    NECROTIZING METAPLASIA

Definisi

Page 128: Ortho, IKGM, OM

Merupakan kondisi inflamasi yang jarang terjadi karena tidak tuntasnya suatu etiologi yang berefek ke

kelenjar saliva palatal minor.

Etiologi

Hal ini telah diterima secara luas bahwa necrotizing sialometaplasia dimulai oleh kejadian iskemik

lokal. Beberapa sumber mangatakan bahwa kelainan ini berhubungan dengan kebiasaan merokok,

mengonsumsi alkohol, penggunaan gigi tiruan, operasi, dan penyakit sistemik.

 

Gambaran Klinis

Nekrosis yang diikuti pembengkakan yang sakit dan ulserasi sering muncul yang dicurigai sebagai

malignant. Umumnya lesi berada di palatum durum bagian posterolateral,bagaimanapun dapat

menyerang semua tempat dimana terdapat jaringan kelenjar minor.

Perawatan

            Sesungguhnya necrotizing sialometaplasia adalah lesi yang tidak menyebar, bertahan paling

lama 6 minggu dalam rongga mulut, dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tidak ada perawatan

spesifik yang dibutuhkan, tapi debridement dan saline rinse dapat membantu dalam proses

penyembuhan. Jarang pula terjadi kekambuhan pada kasus ini.

 

1. B.     VIRAL INFECTIONS

1. 1.      MUMPS

Etiologi

Mumps disebabkan karena RNA Paramyxovirus dan ditransmisi oleh kontak langsung dengan droplet

saliva. Di Amerika Serikat dan Kanada telah menganjurkan vaksinasi mumps sejak tahun 1970an dan

memonitor vaksinasi pd masa sekolah. Oleh karena itu, infeksi ini harus dipertimbangkan dalam kasus

peradangan kelenjar saliva nonsupurative akutpada pasien yang tidak divaksinasi dan tidak memiliki

mumps.

 

Gejala klinis

Biasanya, mumps menyerang anak – anak dengan usia 4 dan 6 tahun. Diagnose pada orang dewasa

lebih sulit. Masa inkubasi adala 2 – 3 minggu; diikuti oleh pembesaran dan peradangan kelenjar saliva,

nyeri, demam, malaise, sakit kepala dan myalgia. Kebanyakan kasus melibatkan glandula parotis,

tetapi 10% kasus melibatkan glandula mandibular. Kulit disekitar glandula bengkak kemerahan.

Kelenjar ludah membengkak tiba2 dan sakit bila di palpasi. Jika setengah dari kelenjae saliva

mengalami destruksi maka pasien akan merasa sakit saat makan. Pembengkakan terjadi secara

bilateral dan berlangsung sekitar 7 hari.

 

Perawatan

Perawatan mumps berupa perawatan simptomatik dan vaksinasi untuk pencegahan

 

Page 129: Ortho, IKGM, OM

1. 2.      CYTOMEGALOVIRUS INFECTION

 

Etiologi

Human CMV adalah beta herpesvirus yang yang menginfeksi hanya pada manusia. CMV akan menjadi

latent setelah terekspos dan menginfeksi. Meskipun kekambuhan dapat terjadi pada individu tanpa

gejala klinis, tetapi imunitas seseorang dapat merawatnya.

CMV dapat berkembang di darah, saliva, feces, sekresi pernapasan, urine dan cairan  tubuh lain. CMV

adalah penyebab utama terjadi ny non – Epstein barr virus yang menginfeksi mononukleus pada

kebanyak populasi.

Gejala klinis

CMV mononukleusis sering menyerang dewasa muda dengan gejala demam akut dan terjadi

pembesaran kelenjar saliva.

 

 

 

 

Perawatan

Pasien dengan imunocompeten dirawat dengan mengobati symptom nya. Pasien dengan

immunocompromised dianjurkan memakai manajemen agresif dan dilakukan pengobatan dengan

intravena gancyclovir, foscarnet, atau cidofovir

 

1. 3.      HIV – INFECTION

Etiologi

Neoplastik dan non – neoplastik lesi kelenjar ludah mengalami peningkatan pada pasien yang

menderita HIV. Dokter harus mempertimbangkan tumor yang berhubungan dengan AIDS seperti

Sarkoma Kaporsi dan Limfoma. Sjogren’s syndrome juga ditemukan pada pasien yang terinfeksi HIV.

Berbagai istilah telah digunakan untuk menggambarkan kondisi ini “HIV penykit kelenjar ludah (HIV-

SGD) adalah istilah yang dipakai. HIV – SGD menggambarkan xerostomia dan pembesaran kelenjar

ludah jinak (unilateral dan bilateral) pada pasien yang positif HIV.

 

Gejala klinis

Kebanyakan gejala HIV – GSD adalah pembengkakan kelenjar saliva, dimana berhubungan dengan

xerostomia atau tidak. Kelenjar parotis ditemukan pada 98% laporan kasus dan 60% pasien

mengalami pembesaran bilateral.

 

Perawatan

Page 130: Ortho, IKGM, OM

Pengobatan HIV – SGD secara simptomatiknya. Xerostomia dapat diobati dengan memperbanyak

minum air, mengganti pengganti air liur, mengunyah permen karet bebas gula, atau mengisap permen

karet  bebas gula. Flourida topical untuk mencegah karies.

 

1. 4.      Hepatitis C virus Infection

Etiiologi

HCV DNA telah terdeteksi dalam saliva pasien dengan infeksi hepatitis C kronis, dan saliva pada HCV

itu merupakan pembawa infeksi. Sejumlah laporan dari Eropa pusat menunjukkan hubungan antara

HCV dan Sjogren’s syndrome

 

Gejala klinis

Infeksi HCV memiliki banyak manifestasi ekstrahepatik, termasuk pembesaran kelenjar saliva. Pasien

mungkin melaporkan xerostomia disertai dengan pembesaran kelenjar saliva mayor yang kronis.

 

Perawatan

Perawatan berdasarkan gejalanya.

 

1. C.             BACTERY INFECTIONS

 

1. 1.      ALLERGIC SIALADENITIS

Definisi

Merupakan pembesaran kelenjar saliva mayor khususnya kelenjar parotis yang dapat berasosiasi

dengan berbagai kelainan sitemik termasuk alkolisme, diabetes,  malnutrisis, dan bulimia. Sialodenosis

biasanya terjadi secara bilateral, tanpa rasa sakit, dan berkembang  perlahan seiring waktu. Secara

histology terlihat perbesaran acinar terlihat bersamaan dengan kemungkinan infiltrasi lemak.

Etiologi

Etiologinya tidak di ketahui , namun berhubungan dengan sistem stimulus saraf otonom yang tidak

tepat.

Perawatan

Hindari allergen dan monitoring terhadap adanya infeksi sekunder.

1. D.    ACTINOMYCOSIS

 

Etiologi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa genus Actinomyces termasuk kuman, meskipun

sebelumnya diduga suatu jamur. Actinomyces ditemukan dalam gigi berlubang, pada gigi dalam

pocket gingiva dan kripta tonsil sebagai saprofit. bukannya berdasarkan isolasi jamur, tetapi

Page 131: Ortho, IKGM, OM

berdasarkan atas sifat serta bentuk-bentuk benda yang ditemukan dalam lesi penyakitnya dan sampai

sekarang Actinomyces belum berhasil diisolasi dari alam bebas.

Aktinomikosis ini dibedakan menjadi 4 bentuk:

1. Bentuk abdominalis

2. Bentuk servikofasialis

3. Bentuk torakalis

4. Bentuk generalisata

Disini yang akan dibahas adalah bentuk servikofasialis karena terjadinya pada rongga mulut.

Gambaran klinis

Dimulai dengan pembengkakan yang kecil, datar, dan keras di dalam mulut, kulit leher atau bawah

rahang. Kadang pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya terbentuk daerah lunak yang

menghasilkan cairan yang mengandung butiran belerang yang bulat dan kecil, berwarna kekuningan.

Infeksi bisa menyebar ke pipi, lidah, tenggorokan, kelenjar liur, tulang tengkorak atau otak dan selaput

otak (meningens).

 

V . METABOLIC DISORDER WITH SALIVARY GLAND INVOLMENT

 

1. A.    SJOGREN SYNDROME

 

Definisi

Sindrom Sjogren atau sering disebut autoimmune exocrinopathy adalah penyakit autoimun sistemik

yang terutama mengenai kelenjer eksokrin dan biasanya memberikan gejala kekeringan persisten dari

mulut dan mata akibat gangguan fungsional kelenjer saliva dan lakrimalis

 

Etiologi

Sindrom Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui. Terdapat peranan faktor genetik dan non

genetik pada patogenesis Sindrom Sjogren. Dilaporkan adanya kaitan antara Sindrom Sjogren dengan

HLA DR dan DQ.

 

Gejala klinis

tidak terbatas hanya pada gangguan sekresi kelenjer tetapi disertai pula dengan gejala sistemik atau

ektraglandular. Gejala awal biasanya ditandai dengan mulut dan mata kering dan kadang-kadang

disertai pembesaran kelenjer parotis. Secara histopatologi kelenjer eksokrin penuh dengan infiltrasi

limfosit yang mengantikan epitel yang berfungsi untuk sekresi kelenjer (exocrinopathy).

 

Diagnosis

Page 132: Ortho, IKGM, OM

Sindrom Sjogren sebenarnya relatif mudah, tetapi untuk Sindrom Sjogren Primer biasanya lebih sulit

karena pasien menunjukkan gejala utama yaitu mata kering, mulut kering dan keluhan muskuloskletal

dan biasanya pasien berobat kespesialis yang berbeda-beda.

Mulut kering pada penderita Sjogren Syndrome

 

Penatalaksanaan

Sindrom Sjogren meliputi pengelolaan disfungsi sekresi kelenjer air mata dan saliva, pencegahan dan

pengelolaan sekuele serta pengelolaan manifestasi ektraglandular. Sampai saat ini masih belum ada

satu pengobatan yang ditujukan untuk semua manifestasi Sindrom Sjogren.Walaupun Sindrom Sjogren

bukan merupakan penyakit yang ganas tapi keluhan mata dan mulut kering yang persisten dapat

mengurangi kualitas hidup dan dalam perkembangannya dapat menjadi limfoma yang dapat

menyebabkan kematian.

 

1. DIABETES

Definisi

Diabetes melitus adalah penyakit endokrin umum, terutama pada populasi geriatri. Beberapa kelainan

metabolik berlangsung disini, dan komplikasi jangka panjang seperti hipertensi ginjal, neuropati, dan

penyakit mata dapat terjadi.

Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol sering mengeluhkan  mulut kering (xaerostomia) , yang

diyakini akibat poliuria dan hidrasi yang buruk. Adapun hasil  penelitian tentang komposisi aliran saliva

pasien diabetes yang mengalami perubahan  kontradiktif. Satu studi melaporkan bahwa laju aliran

saliva pada anak dengan diabetes mellitus tidak terkontrol akan  menurun bila dibandingkan dengan

laju aliran saliva pada pasien anak diabetes yang terkontrol. Walaupun diabetes melitus  terkontrol,

peneliti lain menemukan  laju aliran saliva normal, tetapi terjadi perubahan  pada komposisi salivanya.

Berdasarkan uji klinis pada perbandingan pasien diabetes yang terdiri dari  pasien dewasa dengan

kontrol normal dengan pasien diabetes yang tidak terkontrol. Ditemukan bahwa pasien dengan

diabetes yang kurang terkontrol telah menurunkan laju aliran saliva bila dibandingkan dengan pasien

dengan diabetes terkontrol baik. Para peneliti juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara

populasi dalam frekuensi keluhan xerostomia, dan selanjutnya, bahwa disfungsi saliva mungkin ada

pada pasien diabetes yang lebih tua.

 

 

Etiologi

Disfungsi kelenjar saliva pada pasien diabetes tidak jelas. Kontrol glikemik yang buruk secara langsung

dapat menimbulkan efek pada metabolisme. Disfungsi sistem saraf otonom  mungkin berperan disini.

Meurman melaporkan tidak ada perubahan tingkat aliran saliva antara non-insulindependent pasien

diabetes dan kontrol normal. Namun, mereka menemukan efek dari obat xerostomic pada tingkat

aliran saliva lebih kuat pada pasien diabetes. Mereka menduga bahwa ini karena disfungsi sistem saraf

otonom pada populasi diabetes

 

Page 133: Ortho, IKGM, OM

1. B.     GRANULOMATOUS CONDITIONS

 

1. 1.      TUBERCULOSIS

Definisi

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis,yang bisa menyebabkan terbentuknya granuloma pada jaringan yang terinfeksi.Paru-paru

merupakan organ yang paling sering diserang, tetapi jaringan yang lain, termasuk kelenjar saliva juga

bisa diserang. Pasien dengan TB biasanya xerostomia dan pembengkakan pada kelenjar saliva dengan

granuloma dan cyst pada kelenjar yang terinfeksi. Pembesaran kelenjar saliva timbul sebagai bagian

dari karakteristik dari gejala yg kompleks dari TB.

 

Diagnosa

Pada biopsi, ditemukannya bakteri mycobacterium

 

Perawatan

Perawatan pada kelenjar saliva meliputi kemoterapi. Pada pasien yang tidak  cocok untuk dilakukan

kemoterapi maka dilakukan pembedahan pada kelenjar saliva yang terinfeksi tersebut.

 

1. 2.      SARCOIDOSIS

Definisi

Sarcoidosis merupakan suatu kondisi kronik dimana limfosit T, mononuclear dan granuloma

menyebabkan kerusakan pada suatu jaringa. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui. Heerfordt’s

syndrome biasa menyebabkan sarcoidosis. Sarcoidosis menyerang kelenjar saliva pada 1 dari 20

kasus. Pada pemeriksaan linis ditemukan adanya pembesaran kelenjar saliva, tidak disertai rasa sakit,

bilateral dan kenyal. Selain itu juga ditemukan penurunan fungsi saliva.

 

Pemeriksaan

Biopy, pemeriksaan serum (calcium level, autoimmune serologies, dan konsentrasi angiotensin I–

converting enzyme  )

 

Perawatan

Pemberian chloroquine, yang bisa dikombinasikan dengan kortikosteroid. Pada pasien yang gagal pada

pengobatan dengan kortikosteroid, diberikan obat immunosuppresive dan immunomodulatory.

 

1. 3.      BULIMIA / ANOREKSIA

Definisi

Page 134: Ortho, IKGM, OM

Berasal dari bahasa Yunani yang berarti hilang nafsu makan. Patah selera, hilangnya,berkurangnya

nafsu makan. Anorexia nervosa adalah Anoreksi yang disebabkan terganggunya pusat nafsu makan

dalam hipotalamus yang menyebabkan penderita menjadi kurus kering.

Etiologi

            Tejadinya gangguan pusat nafsu makan pada hipotalamus yang menyebabkan penderita

menjadi kurus kering.

Gambaran klinis

Pembesaran dan disfungsi kelenjar saliva à Pembesaran yang nampak dihubungkan dengan

defisiensi nutrisi dan kebiasaan sering muntah.

Gangguan makan susah untuk didiagnosa . Untuk diagnosa dini dan perawatan , dokter gigi

seharusnya waspada pada temuan oral umum sperti erosi enamel, xerostomia, pembesaran

kelenjar saliva, eritema mukosa, dan angular cheilitis.

Hipertropi jinak mungkin menetap dan memerlukan tindak lanjut.

Terjadi peningkatan  amilase yang spesifik  pada pasien yang  mengalami  bulimia.

Enzim amilase meningkat dengan frekuensi minum minuman keras, tapi hubungannya tidak cukup

kuat  untuk induksi level amilase sebagai suatu indeks  dari keparahan penyakit.

 

Pemeriksaan

Telah dilaporkan satu studi kasus bahwa pemeriksaan histologis dari gangguan kelenjar saliva

terdapat pembesaran asinar dan penurunan lemak intertisial. Pembesaran  Kelenjar saliva  biasanya

terhenti jika berat badan pasien kembali normal dan tterhentinya kebiasaan makan yang tidak baik.

 

Perawatan

Parotidektomi superfisial akan menurunkan hipertropi kelenjar saliva, beberapa ahli bedah percaya

bahwa tindakan bedah merupakan kontraindikasi untuk beberapa  pasien dengan gangguan

makan, karena peningkatan resiko dihubungkan dengan metabolik pasien  yang tidak seimbang

dan profil psikologikal.

Pasien seharusnya ditanyakan secara langsung jika mengalami gangguan makan.

Gangguan makan harus diingat dalam diagnosa bandingnya dengan disfungsi kelenjar saliva dan

hipertropi kelenjar saliva.

 

1. C.    RADIATION INDUCED PATHOLOGY

Terapi sinar radiasi eksternal untuk kanker kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan permanen

pada kelenjar ludah, khususnya asinus serius yang menjadi xerostomia yang parah. Pasien ini

membutuhkan follow-up dental yang dekat dengan pemeliharaan preventif agresif karena resiko tinggi

untuk karies merajalela yang cenderung mempengaruhi daerah leher dan akar gigi. Restorasi dan

perlindungan gigi sangat penting mengingat potensial untuk osteorasionecrosis dari rahang juga

ekstraksi gigi hadir dalam bidang radiasi.

 

Terapi :

Page 135: Ortho, IKGM, OM

Pengobatan dengan radioreactive iodine diikuti pembedahan untuk kanker thyroid juga dapat

mengakibatkan peradangan dan kerusakan pada kelenjar ludah dalam persentase kecil pada pasien.

Gejala biasanya sementara, kecuali struktur terjadi dalam saluran mengakibatkan sialadenitis kronis.

Sialography, yang sekarang telah banyak di gantikan oleh computed tomoghraphy dan jarang

ditunjukkan, mungkin berguna pada pasien untuk mengidentifikasi struktur duktal. Gejala kadang-

kadang dapat di kurangi dengan suntikan media kontras selama sialoghraphy, struktur mungkin dapat

digunakan untuk dilatasi melalui teknik endoskopik intraoral dalam beberapa kasus. Pilocarpine atau

cevirnilline dapat membantu kasus radiasi ini.

Tes diagnostik : Biasanya tidak ada, diagnosis berdasarkan sejarah dari terapi radiasi dan tes klinik.

Sialography merupakan indikasi dalam kasus ini.

-          Tidak di perlukan biopsy

 

VI.  NEOPLASMA

BENIGN TUMORS

A. PLEOMORPHIC ADENOMA

Definisi dan Etiologi

Merupakan tumor yang sering terjadi pada kelenjar saliva. Tumor ini sering disebut sebagai mixed

tumor karena terdiri dari sel epitel dan mesenkim. Sekitar 85% tumor ini ditemukan pada kelenjar

parotis dan 8% ditemukan pada kelenjar submandibular, dan sisanya ditemukan pada sublingual dan

kelenjar saliva minor.

Pleomorphic adenoma terjadi pada semua usia tetapi prevalensi tertinggi terjadi pada anak-anak. Dan

jenis kelamin perempuan lebih sering terkena.

Gambaran klinis

Pada pemeriksaan klinis tumor ini tidak terasa nyeri, kenyal dan massa yang mudah digerakan dan

jarang disertai ulser pada kulit atau mukosa. Pada kelenjar parotis, neoplasma ini tumbuh dengan

lambar dan biasanya terjadi pada sisi posterior inferior dari lobus superficial. Secara intraoral, mixed

tumor ini sering terjadi pada palatum, diikuti bibir atas dan mukosa bukal.

Pleomorphic ini dapat berbeda-beda ukurannya tergantung pada kelenjar mana yang terkena. Pada

kelenjar parotis, tumor ini biasanya berdiameter beberapa centimete tetapi bisa menjadi lebih besar

jika tumor ini tidak dirawat.

 

 

 

Fig.Pleomorphic adenoma of the upper labial mucosa                  Fig.Pleomorphic adenoma of

the palate.

 

Perawatan

Perawatann lesi ini biasanya dilakukan dengan bedah. Pada lesi yang lebih besar dilakukan superficial

parotidectomy. Tumor kecil di buntut dari kelenjar saliba dibuang dengan mengikutsertakan tepi

Page 136: Ortho, IKGM, OM

jaringan yang normal. Lesi yang terjadi pada kelnjar saliva submandibular biasanya dilakukan

pembuangan dari kelenjar saliva tersebut.

B. PAPILLARY CYSTADENOMA LYMPHOMATOSUM

Definisi

Papillary cystadenoma lymphomatosum yang juga dikenal sebagi tumor Warthin, merupakan tumor

jinak kedua yang sering terjadi pada kelenjar parotis. Dan tumor ini selalu berlokasi di kelenjar parotis,

tetapi kebanyak terdapat pada bagian inferior kelenjar, sudut posterior dari kelenjar submandibila.

Tumor ini terjadi bilateral pada sekitar 6-12% penderita

Gambaran klinis

Kelenjar ini merupakan massa yang tumbuh lambat pada buntut dari kelenjar patotis dan tidak nyeri

kecuali tumor ini menjadi superinfected.

Fig.Lipoma of the buccal mucosa.

Perawatan

Papillary cytadenoma lymphomatosum sering berlokasi di buntuk kelenjar parotis sehingga mudah

dibuang dengan disertai tepi jaringan yang sehat. Tumor yang lebih besar dan melibatkan sejumlah

lobus superfisial dari kelenjar parotis biasanya dilakukan superficial parotidectomy. Jarang terjadi

rekurensi.

C. ONCOMYTIS

Definisi

Oncocytomas merupakan tumor jinak yang jarang terjadi. Nama dari tumor ini oncocytomas karena

tumor ini berisi sel oncocytes, yang merupakan sel granular acidophilic yang besar. Tumor ini sering

terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada baik laki-laki maupun perempuan.

Gambaran klinis

Oncocytomas biasa padat dan bisa dilihat di kelenjar saliva minor tetapi jarang terlihat pada intraroral.

Lesi ini bisa ditemukan pada lobus superficial dari kelenjar parotis. Biasanya lesi ini bilateral.

Pathology

Pada pemeriksaan histologis, tumor ini terdiri dari sel eosinophilic granular berwarna coklat. Oncocytes

pada tumor ini terdiri dari technetium, dan lesi ini bisa berubah menjadi tumor ganas. Dan lesi ini lesi

yang agrresive

Perawatan

Superficial parotidectomy merupakan pilihan pertama perawatan untuk kasus tumor kelenjar parotis.

Pembuangan kelenjar merupakan pilihan perawatan untuk tumor pada kelenjar submandibula dan

kelenjar saliva minor. Rekuren jarang terjadi

1. D.    BASAL CELL ADENOMAS

Basal cell adenomas tumbuh dengan lambat dan merupakan massa yang tidak nyeri. Lesi ini lebih

sering terjadi pada pria. 70% kasus terjadi pada kelenjar parotism bibir atas merupakan tempat yang

sering terkena untuk basal cell adenomas pada kelenjar saliva minor.

Patologi

Page 137: Ortho, IKGM, OM

Secara histologi terdapat 3 varietas dari basal cell adenomas : padat, trabecular-tubular dan

membraneous. Ukuran dari nukleus normal dengan material cytoplasmic yang sedikit. Bentuk

Trabecular-tubular terdiri dari epitelium trabekular. Sedangkan bentuk membranous adalah

multilocular, dan 50% lesi tidak berkapsul.  Bentuk membraneous tumbuh dianatar jaringan saliva

yang normal .

 

Perawatan

Lesi dibuang dengan bedah eksisi konservatif. Umumnya,lesi tidak rekuren. Tetapi pada bentuk

membraneous sering terjadi rekuren.

E. CANALICULAR ADENOMA

Canalicular adenoma biasa terjadi pada orang yang berumur lebih dari 50 dan lebih sering terjadi pada

wanita. 80% kasus terjadi pada bibir atas. Pertumbuhan lesi lambat dan asymptomatic.

Patologi

Lesi terdiri dari jaringan basaloid, yang biasanya tersusun 2 lapisan. Jaringan stroma hilang, fibril, dan

vaskularisasi yang tinggi

Perawatan

Bedah eksisi. Rekuren jarang terjadi tetapi pasien harus dimonitor secara teratur

F. SEBACEOUS ADENOMA

Sebaceous adenoma jarang terjadi. Lesi ini berasal dari kelenjar sebaceous yang berlokasi didalam

kelenjar saliva. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang sering terkena.

Perawatan

Pembuangan kelenjar saliva yang terkena merupakan pilihan perawatan. Lesi intraoral dibuang

dengan pembedahan

 

G. MYOEPITHELIOMA

Kebanyakan myopethelioma terjadi pada kelenjar parotis, palatum merupakan lokasi yang sering

terkena. Lesi cendereung terjadi ketika dewasa sekitar umur 53 tahun, gejala lesi asimptomatik

dengan pertumbuhan yang lambat.

 

 

Patologi

Myopitheliomas terdiri dari spindle shaped cell atau sel plasmacytoid atau kombinasi dari kedua sel

tersebut. Dianosis tergantung pada identifikasi sel myopitelial. Pola pertumbuhan dimulai dari jaringan

yang padat sampai kehilangan dari sel myopitelial. Pemeriksaan immunohistochemical dengan

perwarnaan actin, cytokeratin, dan s-100 protein.

Perawatan

Page 138: Ortho, IKGM, OM

Bedah eksisi standar. Jarang terjadi rekuren.

H. Ductal papilloma

Definisi

Ductal papilloma merupakan bentuk dari tumor jinak kelenjar saliva yang muncul dari duktus sekretori,

dan biasanya terjadi pada kelenjar saliva minor. 3 bentuk dari ductal papilloma adalah simple ductal

papilloma ( intraductal papilloma ), inverted ductal papilloma, dan sialadenoma papilliferum

Simple Ductal Papilloma.

Simple ductal papilloma merupakan lesi exophytic dengan dasar pedunkulus (bertangkai). Lesi kadang

berwarna merah.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Inverted Ductal Papilloma.

Inverted ductal papilloma terjadi pada kelenjar saliva minor. Gambaran klinisnya seperti nodul

submukosa yang hampir sama dengan fibroma atau lipoma. Pemeriksaan histologi hampir sama

dengan sialadenoma. Bentuk dari ductal papilloma ini juga terdiri dari duktus epitelium yang

berproliferasi ke dalam jaringan stroma membentuk cleft.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren

Sialadenoma Papilliferum.

Bentuk dari sialadenoma papilliferum hampir sama dengan syringocystadenoma papilliferum pada

kulit. Lebih sering terjadi pada pria dewasa. Lesi ini biasanya timbul pada palatum dan mukosa bukal

dan merupakan lesi exophytic yang tidak terasa sakit. Lesi ini hampir mirip dengan papilloma. Pada

pemeriksaan histologis terlihat epithelium papilla yang didukung oleh jaringan ikat fibrovascular.

Perawatan

Bedah eksisi lokal. Jarang terjadi rekuren.

MALIGNANT NEOPLASMA

Definisi

Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat

dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering menggunakan istilah tumor untuk menyatakan

suatu neoplasia atau neoplasma (Syafriadi, 2008).

Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant

neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir,

berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya

cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (bermetastasis).

Neoplasia ganas sering disebut kanker (Syafriadi, 2008).

Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat meransang terjadinya neoplasma. Faktor-faktor

ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1) Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan

Page 139: Ortho, IKGM, OM

dengan herediter dan faktor-faktor pertumbuhan; dan (2) faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur,

bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol (Syafriadi, 2008).

2.Klasifikasi malignant Neoplasma

2.1. Mucoepidermoid Carcinoma

Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis. Sebagian

kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan kelenjar ludah minor di

palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita

mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel

epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan

paling sering adalah kelenjar ludah parotis (Syafriadi, 2008).

Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan oleh radiasi.

Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 30-40. Hampir 75% pasien

mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil

lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar

duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.

Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat rendah,menengah, dan

tinggi (Adam et al., 1997; Lee, 2003).

 

 

Gambar 3 Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate grade dan high

grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan

sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami

metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel

tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel epidermoid

(sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan

masa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit

memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan

tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi (Syafriadi, 2008).

Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik well

differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated dapat

bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis menjadi buruk,

dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%) (Syafriadi, 2008).

2.2.Polymorphous Low-Grade Adenocarsinoma

Definisi

Neoplasma ganas pada kelenjar ludah minor yang merupakan 2 – 4% dari neoplasma ganas kepala

dan leher, 10% malignant neoplasmsa pada rongga mulut  dan 15 – 23% dari seluruh neoplasma

malignant pada kelenjar saliva. Neoplasma ganas kelenjar saliva diantaranya adalah polymorphous

low-grade adenocarcinoma (PLGA) yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1983 oleh  Batsakis et al

dan Freedman dan Lumerman yang menamakannya Terminal Duct Carcinoma and Lobular Carcinoma.

Tumor ini didiagnosis sebagai Pleomorphic Adenoma atau Adenoid Cystic Carcinoma tidak spesifik

Page 140: Ortho, IKGM, OM

yang merupakan neoplasma malignant kelenjar ludah yang lebih sering terdeteksi di kelenjar liur

minor . Penyakit ini merupakan patologik yang jarang terjadi dan mengenai orang – orang dengan

rentang usia 30-70 tahun dengan ratio predileksi pada perempuan 2:1.

Polymorphous low grade adenocarcinoma ditemukan hampir secara eksklusif di glandula saliva minor,

dan jarang terjadi di lokasi ekstraoral, termasuk kelenjar ludah utama. Enam puluh persen dari kasus-

kasus pada palatum keras atau lunak, 13% kasus pada mukosa bukal, 10% pada bibir atas,6% di area

retromolar dan dan 9% di seluruh rongga mulut.

 

Tanda dan gejala

Lesi biasanya digambarkan tanpa rasa sakit, massa tumbuh lambat , dilapisi oleh mucosa non-

ulcerated. Penyakit ini tergolong lambat terdeteksi dapat berminggu minggu atau bahkan bertahun-

tahun karena pertumbuhan yang lambat . lesi ini dapat mengikis atau menginflitrasi ke jaringan tulang

. Histologi menunjukkan Lesi non-encapsulated dengan margin infiltratif

Dinamakan polymorphous karena memiliki pertumbuhan dengan pola yang berbeda yakni  tubular,

padat, papiler, microcystic, cribiform, fasciculus, dan cords.  Lesi ini dapat mengilfiltrasi jaringan tulang

dan bahkan sampai invasi perivascular dan perineural.

 

Perawatan

Perawatan terbaik adalah bedah eksisi termasuk tulang yg terletak di bawahnya, jika perlu

pembedahan ini diikuti oleh radioterapi.

Prognosis adalah  baik dan angka relaps berkisar antara 17% dan 24%. Metastasis tidak biasa (9%),

namun bisa terjadi, terutama jika mempengaruhi kelenjar getah bening regional.

 

2.3Adenoid Cystic Carcinoma

Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor ganas yang

berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasive, dan kambuh setelah

operasi. Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul

pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian

bawah dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Umumnya

melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun (Syafriadi, 2008).

Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang termasuk tumor dengan

potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor

submandibular, dan 30 % tumor kelenjar saliva minor. Sebagian dari pasien merasa asimptomatik,

walaupun sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Tumor ini berbeda

dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh

kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun. Penderita dengan

karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan

hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen (Adam et al., 1997;

Lee, 2003).

Page 141: Ortho, IKGM, OM

Secara histopatologi anatomis adenoid kistik carcinoma mempunyai gambaran/ pola yang bervariasi.

Sel-sel tumor berukuran kecil, mempunyai sitoplasma yang jelas, dan tumbuh dalam suatu masa yang

padat atau berupa kelompok kecil, kelompok sel yang beruntai atau membentuk suatu kolum-kolum.

Didalam kelompoknya sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu rongga kistik menghasilkan

suatu kelompok tumor yang solid, tubulus, atau cribriform. Sel-sel tumor menghasilkan membran

basalis yang homogen sehingga menunjukan suatu gambaran yang sangat spesifik menyerupai bentuk

silindris (Syafriadi, 2008).

Perawatan tumor ini sulit diterapi secara sempurna, meskipun adenoid kistik karsinoma tidak

menunjukan metastasis dalam beberapa tahun setelah eksisi, tetapi dalam jangka waktu yang panjang

menunjukan prognosis yang buruk (Syafriadi, 2008).

Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika perlu struktur vital

yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang temporalis. Pencangkokan saraf

untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya karena dapat

mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka

prognosisnya buruk (Adam et al., 1997).

2.4.Clear Cell carcinoma

Clear cell carcinoma (CCC), juga kadang-kadang disebut sel jernih kanker , adalah suatu bentuk yang

jarang dari tumor yang ditandai dengan sel-sel yang tampak pucat dalam warna atau jelas, dengan

batas demarkasi yang solid di bawah mikroskop. Sel-sel ini cenderung untuk menjadi baik diisi dengan

cairan atau glikogen Clear cell carcinoma dapat ditemukan di berbagai jenis tumor .

 

Tumor Karsinoma berasal dari sel epitel. sel-sel epitel membentuk permukaan tubuh dan gigi

berlubang. Meskipun karsinoma sel jernih dapat terjadi di lokasi yang berbeda, itu diakui sebagai

penyakit saluran kencing vagina dan bawah. Sebagian besar tumor sel jernih karsinoma bersifat ganas

dan dianggap sebagai kanker grade tinggi, tetapi mereka sering memiliki tingkat kelangsungan hidup

yang tinggi.

 

Clear cell carcinoma juga dapat ditemukan pada tumor payudara, kulit, dan lokasi lainnya. Hal ini

paling sering dikaitkan dengan ovarium , saluran vagina, dan rahim .

 

2.5.Acinic Cell Carsinoma

Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi, angka

kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini berkapsul,

merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm

(Syafriadi,2008).

Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak wanita dibanding pria.

Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus.

Tanda patologik khas adalah adanya amiloid. Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar

dan sel duktus intercalated (Amirlak, 2009). Terapi karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap.

Terapi radiasi pascaoperasi mungkin dapat membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi

(Vidyadhara et al., 2007).

 

Page 142: Ortho, IKGM, OM

 

 

 

 

Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan). Pembedahan pada kasus karsinoma sel asini

kelenjar saliva (kiri).

Sumber : Anonim, 2008.

2.6 Adencarcinoma Not Otherwise Specified

Dalam klasifikasinya, adenokarsinoma tidak dinyatakan khusus (NOS), mencapai 17 persen dari tumor

ganas yang melibatkan kelenjar ludah kecil dan besar dan diikuti dan acinic karsinoma

mucoepidermoid sebagai yang paling sering tumor ganas ketiga. klasifikasi tambahan bahwa NOS

adenocarcinoma adalah yang paling umum ketiga atau keempat kelenjar ludah tumor ganas

Diagnosis tepat dari NOS adenokarsinoma, adalah penting jika kategori lainnya adenocarcinoma

kelenjar ludah adalah untuk menjadi semakin homogen untuk analisis klinikopatologi dan tujuan

prognosis. Selain itu, analisis kasus didiagnosis sebagai adenokarsinoma NOS menunjukkan prognosis

mereka berbeda secara signifikan dari beberapa kelompok tertentu. Umumnya, NOS adenocarcinoma

adalah lesi kelas tinggi dengan 5 dan kelangsungan hidup 10 tahun dalam kisaran 45 sampai 52% dan

36 sampai 39% masing-masingnya.

Sekitar 60% dari karsinoma tersebut terjadi pada kelenjar ludah utama (50% pada parotis dan 10% di

submandibular) dan sisanya melibatkan kelenjar kecil (langit-langit, bibir, lidah, mukosa bukal, dasar

mulut dan daerah tonsil) Tiga perempat dari kasus yang terjadi antara usia 40 dan 70 tahun.

Kebanyakan kasus akan memiliki beberapa bentuk pola pertumbuhan kelenjar-ducto.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 143: Ortho, IKGM, OM

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 September 30, 2011   bingkaikehidupanmujahidah    Tinggalkan Komentar

Kategori: my DENTIST diary

Oral   Biology      

 

Rate This

MANTLE DENTIN & CIRCUMPULPAL DENTIN

 (Tugas Makalah Mata Kuliah Oral Biologi III)

Disusun oleh :

                                             Sonya Annisa Ilma                 Dwi Woro Pancarwati

04091004005                         04091004006

 

Mantle Dentin dan Circumpulpal Dentin ( definisi, gambaran dan perbedaanya )

Dentin primer terbentuk cepat selama pembentukan gigi. Dentin primer ini terbentuk sebelum erupsi

gigi dan akar selesai dibentuk sempurna. Dentin primer merupakan  dentin yang pertama kali

terbentuk. Hal ini menjelaskan bahwa ruang pulpa merupakan bagian utama dari masa dentin. Lapisan

luar dentin primer yang disintesis pada awal dentinogenesis disebut dentin mantel. Dentin Mantle

lebih sedikit mengandung mineral daripada lapisan lain dari dentin yaitu dentin primer circumpulpal.

Page 144: Ortho, IKGM, OM

Pembentukan dentin utama terus  berlanjut sampai gigi menjadi fungsional (Linde & Goldberg 1993)

atau sampai apeks akar ditutup (Torneck 1994).

Setelah itu hasil pembentukan dentin sebagai dentinogenesis sekunder, yang berlanjut pada tingkat

lebih lambat dibandingkan dengan dentinogenesis utama selama waktu-kehidupan individu.

Ada tiga jenis dentin :

1. Dentin primer

1. a.      Dentin mantel

2. b.      Dentin circumpulpal

3. Dentin sekunder

4. Dentin tersier  primer

Dentin primer, dentin yang paling menonjol di gigi terletak antara email dan ruang pulpa. Dentin

primer memenuhi fungsi pembentukan ruang pulpa. Lapisan luar yang paling dekat dengan email

dikenal sebagai dentin mantel. Sedangkan di bawahnya terletak dentin circumpulpal.

1. Tahap kuncup

2. Tahap tudung

3. Tahap lonceng pengapuran tulang

4. Aposisi dan pengapuran email dan dentin

5. Mahkota desidui sdh lengkap dg pmbntukan

Email & gigi permanen brbeda saat lahir

1. Erupsi awal gigi desidui & mahkota gigi perma-

Nen hampir selesai terbentuk

1. Akar gigi desidui terlihat tanda2 resorbsi &gigi

Permanen ,pembentukan gigi telah selesai

1. Gigi permanen sedang erupsi

2. Pd gigi permanen trlihat tnda2               Diagram mengambarkan tahap perkembangan gigi   

keausan.                           (Leeson, C.Roland. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC, 1996)

DEFINISI

1. Dentin Mantel

http://www.pua.edu.eg/Version2/Courses2/Dentistry%20Courses/2008/Spring/Sophomore/OB212/

Lectures/Histology%20of%20Dentin.pdf

Gmbr.Struktur dalam dentin

Dentin mantel adalah dentin yang terbentuk pertama kali  didekat  persimpangan dentinoenamel

junction . Dentin mantel merupakan lapisan pertama dentin yang mengapur, ditumpuk pada email,

dan merupakan sisi dentin pada pertemuan dentin email. Dentin mantle  dibatasi oleh zona dentin

interglobular dan persimpangan dentinoenamel junction, yang berarti bahwa pertemuan mantle dentin

dan circumpulpal itu ditandai dgn adanya interglobular. Zona ini memiliki  fibril tegak yang lurus ke

persimpangan dentinoenamel junction. Fibrills kolagen yang lebih besar daripada yang ada didalam

dentin circumpulpal. Sehingga terletak pada bagian luar atau sebagian besar perangkat dentin primer.

Dentin mantel dibentuk oleh odontoblas dan membentuk sebuah lapisan dengan tebal sekitar 150

mikrometer.

1. b.         Circumpulpal dentin

A, Epithelial rests

Page 145: Ortho, IKGM, OM

B, Mantle dentin

C, Globular dentin

D, Circumpulpal dentin

http://210.44.214.13/lab/oral%20histology%20slides/chap01/01_21big.htm

Dentin primer yang mengelilingi pulpa disebut dentin circumpulpal. Dentin circumpulpal terletak

dibawah dentin mantel. Dentin ini membentuk sebagian besar gigi. Mengandung mineral sedikit lebih

banyak  dari dentin mantel yaitu sebuah dentin termineralisasi yang membuat sebagian besar lapisan

dentin dan terbentuk setelah dentin mantel di keluarkan oleh odontoblas. Oleh karena itu circumpulpal

dentin   mengandung serat kolagen yang lebih kecil dengan diameter (0,05 mikron) dan lebih dekat

terkumpul dibandingkan dengan dentin mantel. Circumpulpal dentin menunjukkan semua dentin

dibentuk sebelum lengkap.

Perbedaan dentin mantle dengan dentin circumpulpal :

 Mantle dentin :

-          Dentin mantle sedikit kurang mineral

-          Serat kolagen berorientasi tegak lurus dengan DEJ.

-          Banyak terdapat cabang tubulus di daerah ini.

-          Mengalami mineralisasi di  vesikel matriks.

-         mantle dentin biasanya dekat dgn enamel sedangkan circumpulpal dekat dengan dentin pulpa.

Dentin circumpulpal :

-          Dasar struktur dentin.

-          Bentuk sebagian besar dari dentin

-          Seragam dalam struktur kecuali pada daerah dentin interglobular

-          Termasuk dentin interglobular dan sekunder.

http://www.google.co.id/imglanding?

q=mantle+dentin&hl=id&gbv=2&sout=0&biw=1366&bih=549&tbs=isch:1&tbnid=s1m6OIA52Y5R1M:

&imgrefurl=http://www.kck.usm.my/ppsg/histology/D_4_0.htm&imgurl=http://www.kck.usm.my/ppsg/

histology/d_4_0.jpg&ei=heJfTZC3HJGvrAfG0LSzAQ&zoom=0&w=309&h=40

Keterangan gambar :

A. Striae of Retzius

B. Reparative dentin (irregular secondary dentin)

C. Cementum

D. Mantle dentin

E. Circumpulpal dentin

Referensi

Page 146: Ortho, IKGM, OM

1. Louis l. Grossman ,Seymour Oliet Carlos E.Del Rio. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta : EGC,

1995

2. N. W. Johnson & D.F.G Poole. Medical Research Council Dental Research Unit, Dental School, Bristol

3. Walton, Richard, E. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta : EGC, 2008

4. Leeson, C.Roland. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC, 1996